Professional Documents
Culture Documents
Peer Review Diagnosa Non Spesialistik November
Peer Review Diagnosa Non Spesialistik November
Latar Belakang dilaksanan Peer Review adalah kegiatan penilaian oleh para ahli dan
stakeholder terhadap diagnosa penyakit non spesialistik yang mampu ditangani dengan
tuntas oleh dokter di FKTP. Mengacu pada diagnosa penyakit yang ditetapkan oleh Standar
Kompetensi Dokter Indonesia yang harus ditangani tuntas yang termasuk dalam tingkat 4A.
Diagnosa terbanyak dari seluruh FKTP tahun 2016 adalah Non Diabetes Melitus without
complication (sebanyak 104.983 kasus) dan Esssenitial hypertension (175.678 kasus).
Tujuan :
a. Mengoptimalisasikan fungsi FKTP sebagai Gate Keeper pelayanan primer
b. Memberikan gambaran dan pemetaan kemampuan FKTP dalam penatalaksanaan
diagnosa non spesialistik
c. Melakukan monitoring dan evaluasi kemampuan FKTP dalam penatalaksanaan diagnosa
non spesialistik secara kontinu
Pelaksanaan
a Waktu dan Frekuensi : kegiatan perr Review diagnosa Non Spesialistik dalam bentuk FGD
dilaksanakan paling sedikit 2 kali dalam setahun
b Peserta
Dokter umum yang memberikan pelayanan di FKTP
Kepala dinas Kesehatan beserta Kepala Bidang terkait
Perwakilan IDI
Ketua dan Anggota TKMB
Kepala cabang BPJS Kesehatan
Kepala unit MPKP dan staf MPKP
c Teknis pelaksanaan
FGD dapat dilaksanan dengan membagi FKTP menjadi beberapa kelompok yaitu ;
Pusesmas, DPP, Klinik Pratama
Jum;ah peserta FGD dalam satu kelompok mempertimbangkan efektifitas
berjalannya kegiatan diskusi
Diskusi pada setiap kelompok dipandu oleh perwakilan IDI wilayah/IDI cabang,
dengan melibatkan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan TMKB
Setiap kelompok membahas diagnosa non spesialistik yang tidak mampu
dituntaskan di FKTP dari perspektif kompetensi dokter maupun sarana dan
prasarana yang dimiliki oleh masing-masing FKTP, beserta permasalahan yang
dihadapi dalam menangani kasus tersebut. Hasil pembahasan dituangkan ke
dalam form B
Masing –masing FKTP menetapkan dan menyepakati jumlah dan nama diagnosa
non spesialistik yang mampu dan tidak mampu diselesaikan secara tuntas pada
FKTP
Kantor cabang merekap hasil pemetaan jumlah dan diagnose non spesialistik pada
setiap FKTP di wilayah Kabupaten/Kota tersebut dengan format yang sudah
disiapkan
Monitoring dan evaluasi
a. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan berkala setiap 3 bulan
b. Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh BPJS Kesehatan, waktu pelaksanaan Peer Review
diagnosa non spesialistik dan FKTP
c. Monitoring dan evaluasi dilakukan menjadi 2 hal :
Monitoring dan evaluasi kompetensi FKTP
Monitoring dan evaluasi sarana dan prasarana FKTP
d. Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi kantor cabang melakukan
Umpan balik hasil monitoring dan evaluasi kepada FKTP dengan tembusan tim
pelaksana Peer Review
Umpan balik kepada DInas Kesehatan terkait perkembangan pemenuhan sarana
dan prasarana FKTP
e. Kantor cabang mengevaluasi daftar diagnosa sesuai hasil peer review diagnosa non
spesialistik dan melakukan intervensi apabila berkenaan dengan hal-hal yang menjadi
kewenangan BPJS Kesehatan
f. Setelah 5 bulan FKTP melakukan self assessment ulang untuk mengetahui perkembangan
kemampuan FKTP dalam menuntaskan diagnosa non spesialistik
g. Kantor cabang berkoordinasi Dinas Kesehatan dan Asosiasi Faskes terkait kewenangannya
dalam meningkatkan kompetensi dan memastikan penyediaan sarana serta prasarana
FKTP
Output yang diharapkan :
a. Menjadi sarana komunikasi antara FKTP dan stakeholder terkait dalam pemetaan
kemampuan atau kompetensi yang dimiliki FKTP dalam melaksanakan panduan praktik
klinis yang telah ditetapkan oleh pemerintah (Kementrian Kesehatan)
b. Adanya komitmen dan peningkatan kemampuan FKTP dalam menuntaskan 128 diagnosa
non spesiliatik
c. Adanya peningkatan kelengkapan sarana parasarana penunjang pelayanan kesehatan di
FKTP
Kasus TB tanpa komplikasi paling banyak dirujuk, sedangkan sebenarnya TB tanpa komplikasi
harus tuntas di FKTP. Apabila Klinik ingin mengerjakan TB harus mempunyai dokter yang
tersertifikat TB DOT. Apabila tidak ada maka di rujuk ke Puskesmas, tidak Ke rumah sakit. Klinik
pratama harus koordinasi dengan Puskesmas untuk proses rujukan. Pasien yang akan dirujuk
harus sesuai dengan KTP pasien.