Tugas 3 Metfis 2

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 3

Rizki Yuni Pratiwi / 1506674545

Metalurgi Fisik 2 – 01
Tugas 3

Shape Memory Alloys

Shape memory alloys (SMA) adalah suatu jenis paduan logam yang memiliki
kemampuan untuk kembali ke bentuk semulanya ketika diberikan perlakuan proses diantara
dua transformasi fasa, yaitu perlakuan panas (perubahan temperatur) dan medan
elektromagnetik.
Pada dasarnya, SMA dapat berada dalam dua fasa berbeda dengan tiga struktur kristal
yang berbeda, yaitu twinned martensit, detwinned martensit, dan austenit. dan enam
kemungkinan transformasi. Struktur austenit akan stabil pada temperatur tinggi sementara
martensit akan stabil pada temperatur yang lebih rendah. Ketika suatu SMA dipanaskan,
SMA akan mulai mengalami transformasi dari fasa martensit menjadi fasa austenit.
Austenite-start-temperature (As) adalah suhu dimana transformasi fasa tersebut dimulai dan
austenite-finish-temperatur (Af) adalah suhu dimana transformasi fasa tersebut selesai. Ketika
suatu SMA dipanaskan diatas suhu As-nya, maka ia akan mulai bertransformasi menjadi
struktur austenit dan dapat berubah kembali ke bentuk awalnya (parent shape). Transformasi
ini bahkan dapat terjadi ketika SMA diberikan beban yang tinggi.

Selama proses pendinginan, SMA akan mulai bertransformasi menjadi martensit pada
martensite-start-temperature (Ms) dan selesai bertransformasi ketika telah mencapai
martensite-finish-temperature (Mt). Suhu tertinggi dimana fasa martensit tidak lagi dapat
mengalami stress induced disebut dengan Md. Di atas suhu tersebut, SMA akan terdeformasi
secara permanen seperti material logam yang lain.
Rizki Yuni Pratiwi / 1506674545
Metalurgi Fisik 2 – 01
Tugas 3

Efek dari perubahan-perubahan bentuk tersebut dapat dikategorikan ke dalam tiga


karakteristik shape memory sebagai berikut.

1. One-way shape memory effect (OWSME)


Mempertahankan bentuk yang terdeformasi setelah menghilangkan gaya eksternal dan
kemudian mengembalikannya ke bentuk semula dengan pemanasan.
2. Two-way shape memory effect (TWSME)
Dapat mengingat bentuk awalnya pada suhu tinggi dan suhu rendah, tetapi
menghasilkan setengah strain recovery dibandingkan OWSME untuk material yang
sama.
3. Pseudoelasticity (PE) / Superelasticity (SE)
Akan kembali ke bentuk semula setelah diberikan beban mekanik pada suhu diantara
Af dan Md tanpa butuh suatu thermal activation.

Salah satu jenis SMA yang paling banyak digunakan adalah paduan nikel-titanium
atau yang biasa disebut dengan nitinol. Berdasarkan penelitian, ditemukan bahwa nitinol
dapat mengalami perubahan fasa walaupun masih berbentuk solid. Perubahan fasa tersebut
menyebabkan terjadinya perubahan susunan partikel di dalam struktur kristal nitinol solid. Di
bawah suhu transisi, nitinol berada dalam fasa martensit. Suhu transisi akan berbeda-beda
untuk setiap komposisi nitinol, yaitu sekitar -50oC hingga 166oC. Dalam fasa martensit
Rizki Yuni Pratiwi / 1506674545
Metalurgi Fisik 2 – 01
Tugas 3

tersebut, nitinol dapat ditekuk, dilipat, dan diubah menjadi berbagai bentuk. Untuk mengubah
bentuk nitinol dari bentuk awalnya (parent shape), nitinol harus dipanaskan hingga suhu
sekitar 500oC dalam keadaan statis. Suhu yang tinggi tersebut menyebabkan atom-atom akan
menyusun kembali dirinya menjadi susunan yang padat dan teratur dan menghasilkan suatu
susunan kubus yang rigid yang dikenal sebagai fasa austenit. Di atas suhu transisi, nitinol
akan berubah dari fasa martensit menjadi fasa austenit yang akan mengubah bentuk nitinol
kembali ke bentuk semula (parent shape).
Banyak cara untuk memproduksi nitinol. Beberapa teknik yang masih digunakan
untuk memproduksi nitinol, yaitu teknik vacuum melting seperti electron-beam melting,
vacuum arc melting, atau vacuum induction melting. Nitinol juga dapat dibentuk melalui
proses cold working paduan Ni-Ti. Mekanismenya mirip dengan fabrikasi kawat titanium.
Cold working nitinol akan menyebabkan perubahan-perubahan pada sifat-sifat fisik dan
mekanik dari paduan tersebut.
Nitinol sudah banyak digunakan untuk berbagai aplikasi, terutama di bidang militer,
medis, dan robotik. Dari bidang militer, nitinol sudah lama digunakan sebagai coupler untuk
pesawat fighter F-14 sejak akhir tahun 1960-an. Beberapa aplikasi nitinol pada bidang medis,
diantaranya sebagai tweezer untuk menghilangkan benda asing melalui celah kecil yang
ditemukan oleh NASA, sebagai kait untuk menempelkan otot tendon ke tulang yang
digunakan pada operasi bahu, dan sebagainya.
Dengan semakin banyaknya aplikasi dan manfaat yang didapatkan dari shape memory
alloys, jumlah produksi SMA dipastikan akan terus meningkat dan semakin banyak pula
riset-riset yang dilakukan untuk terus mengembangkan jenis paduan ini. Oleh karena itu,
pengetahuan dan pemahaman akan paduan tersebut sangat diperlukan oleh seorang material
engineer agar pengaplikasian shape memory alloys dapat diperluas dan terus dikembangkan
untuk bidang-bidang lainnya.

http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0261306913011345?np=y&npKey=7a9ef2
c7e7dfc18ea88abaa09bb171288869a5737333cce52a66da2706278d9a
https://depts.washington.edu/matseed/mse_resources/Webpage/Memory%20metals/how_sha
pe_memory_alloys_work.htm
http://web.stanford.edu/~richlin1/sma/sma.html

You might also like