Professional Documents
Culture Documents
Laporan Kasus Bersama (OS POAG, OD Katarak Imatur, ODS Presbiopia)
Laporan Kasus Bersama (OS POAG, OD Katarak Imatur, ODS Presbiopia)
Pembimbing :
dr. YB. Hari Trilunggono, Sp. M
dr. Dwidjo Pratiknjo, Sp. M
Disusun Oleh :
Amri Muzzammil 1710221039
Sendy Widyadiandini 1710221011
Syifa Silviyah 1710221036
Annisa Aprianti 1710221045
Disusun Oleh :
Amri Muzzammil 1710221039
Sendy Widyadiandini 1710221011
Syifa Silviyah 1710221036
Annisa Aprianti 1710221045
Pembimbing
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang
berjudul “OS Glaukoma Primer Sudut Terbuka, OD Katarak Senilis Imatur, ODS
Presbiop”. Laporan Kasus ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat
Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Mata.
Penyusunan tugas ini terselesaikan atas bantuan dari banyak pihak yang turut
membantu terselesaikannya laporan ini. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Y.B Hari
Trilunggono, Sp.M dan dr. Dwidjo Pratiknjo, Sp.M selaku pembimbing dan seluruh
teman kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Mata atas kerjasamanya selama
penyusunan tugas ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis sendiri, pembaca
maupun bagi semua pihak-pihak yang berkepentingan.
Penulis
BAB I
REFLEKSI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. A
Umur : 75 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Magelang
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Tanggal Periksa : 5 Juni 2018
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Kedua mata kabur
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poli mata RST Magelang dengan keluhan penglihatan
mata kanan dan kiri terasa kabur. Pandangan kabur awalnya dirasakan pada
mata kiri sejak 14 tahun yang lalu, kemudian sejak 1 tahun yang lalu pandangan
kabur dirasakan juga pada mata kanan pasien.
Pasien mengatakan pada awalnya sekitar 15 tahun yang lalu dirinya jika
berjalan sering tersandung, menabrak meja atau kursi, namun untuk melihat
jauh masih jelas. Pasien merasa pandangan pada mata kiri terasa lebih sempit
seperti berjalan dalam terowongan. 1 tahun kemudian, pasien merasa
pandangan mata kiri sedikit kabur namun tidak mengganggu aktivitas.
Pandangan mata kiri kabur dirasakan perlahan-lahan semakin memberat hingga
2 tahun yang lalu mata kiri hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak
dekat. Pasien mengatakan tidak pernah mengalami nyeri hebat pada mata kiri,
cekot-cekot, mual dan muntah, serta mata merah. Pasien juga menyangkal
melihat pelangi di sekitar cahaya.
Sekitar 1 tahun yang lalu pasien merasa mata kanan terasa buram juga.
Pandangan terasa buram seperti melihat kabut. Pasien merasa ketika malam
pandangan sedikit lebih jelas dibandingkan siang hari. Kondisi bisa membaca
tanpa kacamata baca disangkal. Pasien menyangkal pandangan mata kanan
menyempit seperti mata kiri. Pasien juga menyangkal adanya keluhan mata
kanan kemeng, cekot-cekot, mata merah, melihat pelangi di sekitar cahaya,
nyeri kepala, serta mual muntah.
Sejak usia 40 tahun, pasien merasa kesulitan untuk membaca dari jarak
dekat dan harus dijauhkan, sehingga pasien memutuskan untuk periksa dan
diberikan resep untuk membuat kacamata. Pasien sudah berganti kacamata baca
lima kali, dan rata-rata berganti setiap lima tahun sekali, dan terakhir berganti
kacamata baca sekitar 15 tahun yang lalu saat usia 60 tahun.
Riwayat Pengobatan :
Pengobatan untuk mata kiri: Pasien mengaku sudah berobat ke dokter
untuk mata kirinya, dan sejak 14 tahun sampai sekarang rutin memakai
obat tetes timolol untuk mata kiri.
Pengobatan untuk mata kanan: pasien sudah berobat ke dokter untuk
mata kanan sejak 1 tahun yang lalu, dan diberikan obat tetes untuk
katarak pada mata kanannya.
Pengobatan rabun dekat: pasien sudah memakai kacamata baca sejak
usia 40 tahun untuk mengobati keluhan rabun dekatnya.
Pasien menyangkal pernah memakai obat-obatan seperti, obat untuk
asam urat dan sangat jarang mengkonsusmsi obat penghilang nyeri,
obat pegal linu.
Riwayat Sosial Ekonomi :
Pasien sebagai ibu rumah tangga. Biaya pengobatan ditanggung oleh
BPJS, kesan ekonomi cukup.
Status Ophthalmicus
Skema Ilustrasi
Visus
6/15 NC 1/300
Tidak bisa dikoreksi
Add + 3,00 J4 presbiopinya
Bulbus Oculi
Gerak bola mata Baik ke Segala arah Baik ke Segala arah
Strabismus - -
Eksoftalmus - -
Enoftalmus - -
Suprasilia Normal Normal
Palpebra Superior
Edema - -
Hematom - -
Hiperemi - -
Entropion - -
Ektropion - -
Silia Trikiasis (-) Trikiasis (-)
Ptosis - -
Palpebra Inferior
Edema - -
Hematom - -
Hiperemi - -
Entropion - -
Ektropion - -
Silia Trikiasis (-) Trikiasis (-)
Konjungtiva
Injeksi konjungtiva - -
Injeksi siliar Tidak ditemukan -
Sekret - -
Perdarahan - -
subkonjungtiva
Kornea
Kejernihan Jernih Jernih
Edema Tidak ditemukan -
Lakrimasi - -
Infiltrat - -
Ulkus - -
Sikatrik - -
COA
Kedalaman Tidak dangkal Dalam
Hipopion - -
Hifema - -
Tyndall effect - -
Iris
Kripta + +
Edema - -
Sinekia - -
Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Diameter 3 mm 3 mm
Reflek pupil + Melambat
Lensa
Kejernihan Keruh sebagian Jernih
Iris shadow + -
Corpus Vitreum
Floaters Tak dapat dinilai -
Hemoftalmia Tak dapat dinilai -
Fundus Refleks Suram Cemerlang
Funduskopi
Fokus 0
Papil N II Tidak dapat dinilai Batas tegas, warna
kuning pucat, atrofi
papil (+)
a. CDR Tidak dapat dinilai 0,9
b. Ekskavatio Tidak dapat dinilai +
glaukomatosa
c. Nasalisasi Tidak dapat dinilai Tidak ditemukan
Vasa
a. AV Rasio Tidak dapat dinilai 2:3
b. Mikroaneurisma Tidak dapat dinilai -
c. Neovaskularisasi Tidak dapat dinilai -
Macula
a. Fovea refleks Tidak dapat dinilai +
b. Eksudat Tidak dapat dinilai -
c. edema Tidak dapat dinilai -
Retina
a. Ablasio Retina Tidak dapat dinilai -
b. Edema Tidak dapat dinilai -
c. Bleeding Tidak dapat dinilai -
V. DIAGNOSIS BANDING
a. OS Glaukoma Primer Sudut Terbuka
1. OS Glaukoma Primer Sudut Terbuka
Dipertahankan karena pada anamnesis pasien didapatkan gejala
lapang pandang yang menyempit yaitu pasien sering jalan tersandung,
kemudian tunnel vision yaitu pasien merasa berjalan dalam terowongan.
Pada pasien juga penurunan visus terjadi secara perlahan. Kemudian,
pada pemeriksaan oftalmologi pasien didapatkan konjungtiva jernih,
CoA dalam, pupil positif melambat, serta pada funduskopi didapatkan
dua dari trias galukoma yaitu CDR meningkat dan terdapat ekskavatio
glaukomatosa.
2. OS Glaukoma Sekunder Sudut terbuka ex causa Katarak
Hipermatur
Disingkirkan, karena pada glaukoma sekunder sudut terbuka ex
causa katarak hipermatur terdapat kelainan pada mata kiri sebelumnya
yaitu adanya kekeruhan total pada lensa mata kiri, sedangkan pada pasien
ini lensa mata jernih
3. OS Glaukoma Sekunder Sudut Terbuka ex causa Hipopion
Disingkirkan, karena pada glaukoma sekunder sudut terbuka ex
causa hipopion terdapat kelainan pada mata kiri sebelumnya yaitu adanya
hipopion pada coa mata kiri dan tyndall effect test positif. Sedangkan
pada pasien ini tidak ditemukan hipopion pada mata kiri dan tyndall
effect negatif.
4. OS Glaukoma Sekunder Sudut Terbuka ex causa Hifema
Disingkirkan, karena pada glaukoma sekunder sudut terbuka ex
causa hifema terdapat kelainan pada mata kiri sebelumnya yaitu adanya
riwayat trauma dan pada pemeriksaan terdapat hifema. Sedangkan, pada
pasien ini tidak didapatkan riwayat trauma dan tidak terdapat hifema
pada pemeriksaan coa.
5. OS Glaukoma Sekunder Sudut Terbuka ex causa Kortikosteroid
Disingkirkan, karena pada glaukoma sekunder sudut terbuka ex
causa kortikosteroid, terdapat riwayat penggunaan obat-obatan
kortikosteroid jangka panjang. Sedangkan pada pasien ini menyangkal
menggunakan obat-obatan kortikosteroid jangka panjang.
6. OS Glaukoma Primer Sudut Tertutup
Disingkirkan karena pada glaukoma primer sudut tertutup ada
gejala yang muncul beberapa jam sebelum serangan yaitu nyeri kepala
hebat, muntah, mata merah. Kemudian, pada glaukoma primer sudut
tertutup penglihatan turun mendadak, dan pada pemeriksaan oftalmologi
ada injeksi siliar, edema kornea, CoA dangkal, pupil midriasis, lensa
berwarna biru kehijauan serta funduskopi awal belum didapatkan trias
glaukoma. Sedangkan pada pasien tidak terdapat gejala nyeri kepala
hebat, muntah, dan mata merah. Pada pasien juga penurunan visus terjadi
secara perlahan. Kemudian, pada pemeriksaan oftalmologi pasien tidak
didapatkan injeksi siliar dan edema kornea, didapatkan CoA dalam, pupil
positif melambat, serta pada funduskopi didapatkan dua dari trias
galukoma yaitu CDR meningkat dan terdapat ekskavatio glaukomatosa.
b. OD Katarak Senilis Imatur
1. OD Katarak Senilis Imatur
Dipertahankan karena pada katarak senilis imatur terdapat
penurunan visus perlahan, pandangan seperti melihat awan dan terdapat
gejala kontroversi katarak yaitu melihat lebih nyaman di malam hari, dan
pada pasien presbiop yang biasa memakai kacamata baca, dapat
membaca tanpa kacamata baca. Pada pemeriksaan katarak imatur, CoA
dangkal, bayangan iris positif, lensa keruh sebagian, serta fundus refleks
suram. Hal tersebut sesuai, pada pasien ini terdapat penurunan visus
perlahan, pandangan seperti melihat awan, serta terdapat kontroversi
katarak yaitu pasien merasa melihat lebih jelas di malam hari
dibandingkan siang hari. Pada pemeriksaan pasien ini juga didapatkan
bayangan iris positif, lensa keruh sebagian, dan fundus refleks suram.
2. OD Katarak Imatur Traumatika
Disingkirkan karena pada katarak imatur traumatika terdapat lensa
keruh sebagian dan riwayat trauma terkena benda tumpul sedangkan
pada pasien ini lensa keruh sebagian bukan karena ada riwayat trauma.
3. OD Katarak Senilis Matur
Disingkirkan karena pada katarak senilis matur visus sudah 1/300,
dan pada pemeriksaan oftalmologi CoA dalam, bayangan iris negatif,
lensa keruh semua, serta fundus refleks dapat positif melambat ataupun
negatif. Sedangkan, pada pasin ini visus 6/15, pada pemeriksaan
oftalmologi didapatkan CoA dangkal, bayangan iris positif, lensa keruh
sebagian, serta fundus refleks suram.
4. ODS Katarak Komplikata Diabetes Melitus
Disingkirkan karena pada katarak komplikata diabetes melitus
terdapat riwayat DM sedangkan pada pasien ini tidak tedapat riwayat
DM.
c. ODS Presbiopi
1. ODS Presbiopi dipertahankan karena pasien berusia >40 tahun dan
mengalami kesulitan saat melihat jarak dekat seperti membaca dan lebih
baik bila dijauhkan.
2. ODS Hipermetropia disingkirkan karena pada hipermetropia gejala
kabur bila melihat jauh dan lebih kabur lagi saat melihat dekat.
Sedangkan, pada pasien sulit jika melihat dekat namun lebih baik jika
dijauhkan.
VII. PENATALAKSANAAN
A. OS Glaukoma Primer sudut terbuka
Medikamentosa
Oral :
• Acetazolamide 250 mg, 3 kali/hari
• Kalium Klorida (KSR) 600mg, 2 kali/hari
Topikal :
Timolol 0,5% 2x1 tetes OS
Timolol 0,5% 1x1 tetes OD
Parenteral : Manitol 15-20 mg/kgBB
Operatif :
Trabekulopasti Laser
Bedah drainase glaukoma (Trabekulektomi)
Non Medikamentosa : -
B. OD Katarak Imatur
Medikamentosa :
Oral :-
Topikal : fenil merkuri nitrat 0,3 mg (Catarlent) 3 dd gtt ODS
Parenteral : -
Operatif : Ekstraksi Katarak :
EKEK ( Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler) : dengan hanya
mengeluarkan isi lensa tanpa ekstraksi lensa keseluruhan
Fakoemulsifikasi : dengan menggunakan gelombang
ultrasonik.
SICS ( Small Incision Cataract Surgery)
Non Medikamentosa : -
C. Presbiopi
Medikamentosa :
Oral / sistemik : -
Topikal : -
Parenteral : -
Operatif : -
Non Medikamentosa : dengan kacamata Sferis +3 Dioptri sesuai
dengan umur pasien >= 60 tahun
VIII. Komplikasi
a. OS Glaukoma primer sudut terbuka : Glaukoma Absolut
b. OD Katarak Imatur :
Glaukoma Sudut Terbuka (Karena sudut menyempit)
Glaukoma Sudut Tertutup (Jika terjadi katarak hipermatur)
c. ODS Presbiopi : Tidak Ada
IX. Prognosis
Prognosis Oculus Dexter Oculus Sinister
Quo ad visam Dubia Ad Bonam Dubia Ad Malam
X. Rujukan
Dalam kasus ini tidak dilakukan rujukan ke Disiplin Ilmu Kesehatan
lainnya. Namun, dapat dilakukan rujukan ke rumah sakit lain dengan
fasilitas penunjang yang lebih lengkap.
XI. Edukasi
OS Glaukoma Primer Sudut Terbuka
a. Menjelaskan pada pasien bahwa keluhannya seperti berjalan dalam
terowongan dan kebiasaanya menabrak barang barang di rumah saat
berjalan diakibatkan dari peningkatan dari tekanan bola mata yang
bersifat menahun atau kronis.
b. Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakitnya tidak bisa sembuh.
Pengobatan glaukoma yang diberikan bertujuan untuk menjaga tekanan
bola mata agar tetap normal dan tidak berkembang menjadi kebutaan.
c. Menjelaskan kepada pasien bahwa pengobatan yang dijalankan harus
dilakukan seumur hidup.
d. Dapat dilakukan operasi pada mata kirinnya untuk membuka jalan agar
cairan yang ada dimata pasien tidak menumpuk sehingga tekanan bola
mata tidak meningkat lagi.
e. Menjelaskan kepada pasien bahwa setelah operasi, penglihatan mata
kiri tidak bisa kembali normal dikarenakan fungsi sarafnya yang sudah
rusak.
f. Minum tidak boleh sekaligus banyak, karena dapat meningkatkan
tekanan bola mata
g. Menjelaskan bahwa pasien harus tetap kontrol rutin setiap 1 bulan agar
mencegah perburukan gejala
ODS Presbiopia
a. Menjelaskan kepada pasien bahwa berkurangnya pandangan untuk
membaca dekat yang dialami pasien diakibatkan karena melemahnya
otot mata karena faktor usia
b. Menjelaskan kepada pasien bahwa kacamata yang digunakan bukan
untuk mengurangi kabur akibat proses katarak melainkan sebagai alat
bantu untuk memperjelas pasien dalam membaca/ melihat jarak dekat.
c. Menjelaskan kepada pasien untuk menggunakan kacamata terutama
saat membaca saja atau melakukan pekerjaan yang membutuhkan focus
seperti menjahit.
d. Berkurangnya pandangan untuk membaca dekat pada pasien tidak bisa
disembuhkan dengan obat namun tidak akan semakin bertambah
ukurannya karena usia pasien sudah melebihi 60 tahun, sehingga pasien
tidak perlu kacamata baru lagi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. GLAUKOMA
2.1.1. PENDAHULUAN
Glaukoma berasal dari bahasa Yunani glaukos yang berarti hijau
kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita
glaukoma. Kelainan mata glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan
bola mata, atrofi papil saraf optik, dan berkurangnya lapangan pandang.1
Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intraokular ini
disebabkan oleh bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar dan
berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di
celah pupil. Pada glaukoma akan terdapat melemahnya fungsi mata dengan
terjadinya cacat lapangan pandang dan kerusakan anatomi berupa ekskavasi
serta degenerasi papil saraf optik, yang dapat berakhir dengan kebutaan.1
Gambar 2. Anatomi bilik mata depan, kanalis Schlemm dan trabekula Meshwork5
2.1.4. ETIOPATOGENESIS
Etiopatogenesis dari glaukoma sudut terbuka primer belum
diketahui secara pasti. Beberapa faktor yang telah diketahui dapat
menyebabkan terjadinya penyakit ini adalah sebagai berikut :
1. Faktor resiko dan predisposisi :
a. Herediter. Terjadi peningkatan resiko sekitar 10% mengidap
glaukoma sudut terbuka primer pada orang yang bersaudara.
b. Usia. Resiko mengidap penyakit ini meningkat seiring
bertambahnya usia. Penyakit ini lebih sering terjadi pada decade
ke-5 dan ke-7.
c. Ras. Lebih sering dan lebih berat pada ras kulit hitam dibandingkan
dengan ras kulit putih.
d. Miopia. Lebih sering terjadi pada orang miopia daripada orang
normal.
e. Lebih sering terjadi pada orang dengan DM, Hipertensi, penyakit
kardiovaskuler, merokok, oklusi vena retina, dan penderita
tirotoksikosis.
2. Patogenesis peningkatan TIO. Telah diketahui bahwa terjadi TIO karena
penurunan drainase humor akuos akibat peningkatan resistensi pada
trabekula meshwork. Dan adanya peningkatan produksi dari humor
akuos itu sendiri.2, 7
2.1.5. KLASIFIKASI
Sudut
terbuka
Primer
Sudut
tertutup
Glaukoma
Sudut
terbuka
Sekunder
Sudut
tertutup
Gambar 10. A. Batas diskus optikus menjadi tegas dan lebih pucat
disertai pelebaran dari cup nervus optikus (tanda dari suatu atrofi
papil) B. Pembuluh darah menjorok kedalam cup (bayonet shaped
kink) (dikutip dari kepustakaan 8).
d. Tes Kampimeter & Perimeter
Untuk melihat adanya defek lapangan pandang
e. Gonioskopi
Sudut pada kamera anterior terbuka seperti pada orang yang tidak
menderita glaukoma.
Gambar 7. Gambaran hasil pemeriksaan gonioskopi. Pada glaukoma
sudut terbuka hasil gonioskopi seperti pada orang normal (dikutip dari
kepustakaan 8).
f. Tes Provokasi
2.1.8. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Glaukoma Primer Sudut Terbuka
A. Medikamentosa
Oral :
Untuk mengurangi masuknya humor aquos ke dalam mata
Carbonic Anhidrase Inhibitor: Acetazolamide 250 mg ,1/2-4
tablet/hari
Topikal :
1. Beta Blocker
Timolol larutan 0,25 %-0,5%, 2x1 tetes/hari
Levobunolol larutan 0,25% 2x1 tetes/hari
2. Miotikum
Diberikan untuk sudut tertutup
Pilokarpin 0,5% 4 x 1 tetes/hari
Parenteral : Manitol ( untuk menurunkan TIO saat akan dilakukan
tindakan bedah operatif)
Operasi 8
1. Trabekuloplasti Laser
Penggunaan laser (biasanya argon) untuk menimbulkan
bakaran melalui lensa – gonio ke anyaman trabekular akan
memudahkan aliran keluar aqueous humor; ini terjadi karena efek
yang dihasilkan pada anyaman trabekular dan kanal Schelmm, atau
adanya suatu proses selular yang meningkatkan fungsi anyaman
trabekular. Teknik ini dapat diterapkan pada beragam bentuk
glaukoma sudut terbuka dan hasilnya bervariasi tergantung pada
penyebab yang mendasari. Penurunan tekanan biasanya
memungkinkan penguranagn terapi medis dan penundaan tindakan
bedah glaukoma. Pengobatan dapat diulang. Trabekuloplasti Laser
dapat digunakan dapalam terapi awal glaokoma sudut terbuka
primer. Pada sebagian besar kasus, tekanan intraokular perlahan-
lahan akan kembali ke tingkat pra terapi dalam 2-5 tahun. Hasil
tindakan bedah drainase glaukoma berikutnya dapat dipengaruhi
tanpa disengaja..
2. Bedah Drainase Glaukoma
Meningkatnya efektifitas terapi medis dan laser telah
menurunkan kebutuhan akan bedah drainase glaukoma, tetapi
tindakan bedah mampu mengahsilkan penurunan tekanan
intraokular yang lebih berarti.
Trabekulektomi adalah prosedur yang paling sering
digunakan untuk memintas saluran-saluran drainase normal
sehingga membentuk akses langsung aqueous humor dari bilik
mata depan ke jaraingan subkonjungtiva dan orbita. Komplikasi
yang utama adalah fibrosis jaringan episklera, yang menyebabkan
penutupan jalur drainase baru tersebut. Hal ini lebih mudah terjadi
pada pasien berusia muda, berkulit hitam, pasien glaukoma akibat
uveitis dan pasien yang pernah menjalani bedah drainase glaukoma
atau tindakan bedah lain yang melibatkan jaringan episklera.
Terapi adjuvant – pra- dan pasca operasi dengan anti metabolik,
seperti 5-fluorouracil dan mitomycin memperkecil resiko
kegagalan bleb dan dikaitkan dengan kontrol tekanan intraokular
yang baik. Akan tetapi terapi ini dapat menimbulkan komplikasi
yang berkaitan dengan bleb misalnya rasa tidak nyaman terus
menerus pada mata, infeksi bleb atau makulopati akibat hipotonik
okular persisten. Trabekulektomi mempercepat pembentukan
katarak secara nyata.
Goniotomi dan trabekulotomi adalah teknik-teknik yang
bermanfaat untuk mengobati glaukoma kongenital primer, yang
tampaknya terdapat sumbatan drainase aqueous humor di bagian
dalam anyaman trabekular.
Pembedahan drainase (trabekulektomi) dilakukan dengan
membuat fistula diantara bilik anterior dan ruang subkonjungtiva.
Operasi ini biasanya efektif dalam menurunkan tekanan intra
okuler secara bermakna. Telah banyak dilakukan secara dini
sebagai terapi glaukoma.
2.1.9. KOMPLIKASI
Tanpa pengobatan glaukoma sudut terbuka dapat bekembang secara
perlahan sehingga akhirnya menimbulkan glaukoma absolut (kebutaan
total).
2.1.10. PROGNOSIS
Apabila obat tetes anti-glaukoma dapat mengontrol TIO pada mata
yang belum mengalami kerusakan glaukomatousa luas, prognosis akan baik
(walupun penurunan lapangan pandang dapat terus berlanjut walupun TIO
telah normal). Apabila proses penyakit terdeteksi secara dini, sebagian besar
pasien glaukoma dapat ditangani dengan baik secara medis.
2.2. KATARAK
2.2.1. Anatomi dan Fisiologi Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskuler, tak berwarna dan
hampir transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameter 9 mm.
Dibelakang iris lensa digantung oleh zonula yang menghubungkan dengan
korpus siliaris. Di anterior lensa terdapat humor aquaeus; disebelah
posteriornya, vitreus. Kapsul lensa adalah membran yang semipermeable
(sedikit lebih permiabel dari pada kapiler) yang menyebabkan air dan
elektrolit masuk. Didepan lensa terdapat selapis tipis epitel supkapsuler.
Nucleus lensa lebih tebal dari korteksnya. Semakin bertambahnya usia
laminar epitel supkapsuler terus diproduksi sehingga lensa semakin besar
dan kehilangan elastisitas (Khalilullah, 2010).
Gambar 1. Lensa
2.2.2. Definisi
Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa. Penuaan merupakan
faktor penyebab katarak yang terbanyak (Riordan-Eva & Whitcher, 2009).
Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut
atau bahan lensa di dalam kapsul lensa yang menyebabkan tajam
penglihatan penderita berkurang. Katarak lebih sering dijumpai pada orang
tua dan merupakan penyebab kebutaan nomor 1 di seluruh dunia (Budiono,
2013).
Katarak berasal dari yunani katarrhakies, inggris cataract dan latin
cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular
dimana penglihatan seperti tertutup air terjun. Katarak adalah kekeruhan
lensa yang mengarah kepada penurunan ketajaman visual dan atau cacat
fungsional yang dirasakan oleh pasien (Khalilullah, 2010).
2.2.4. Patofisiologi
Patogenesis katarak belum sepenuhnya dimengerti. Walaupun
demikian, pada lensa katarak secara karakteristik terdapat agregat-agregat
protein yang menghamburkan berkas cahaya dan mengurangi
transparansinya. Perubahan protein lainnya akan mengakibatkan perubahan
warna lensa menjadi kuning atau coklat. Temuan tambahan mungkin berupa
vesikel diantara serat-serat lensa atau migrasi sel epitel dan pembesaran sel-
sel epitel yang menyimpang. Sejumlah faktor yang diduga turut berperan
dalam terbentuknya katarak, antara lain kerusakan oksidatif (dari proses
radikal bebas), sinar ultraviolet dan malnutrisi (Riordan-Eva & Whitcher,
2009).
Katarak adalah suatu keadaan patologis lensa dimana lensa menjadi
keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan
ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul
pada berbagai usia tertentu. Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan
serat lensa masih berlangsung atau sesudah serat lensa berhenti dalam
perkembangannya dan telah memulai proses degenerasi (Budiono, 2013).
2.2.5. Klasifikasi
Katarak dapat terjadi sebagai akibat dari penuaan atau sekunder oleh
faktor herediter, trauma, inflamasi, metabolisme atau kelainan nutrisi atau
radiasi. Tiga jenis umum katarak adalah nukleus, kortikal dan posterior
subkapsular. Klasifikasi katarak dapat dilihat pada tabel.
Tabel 1. Klasifikasi Katarak
Menurut Budiono tahun 2013, katarak dapat diklasifikasikan
berdasarkan usia, yaitu katarak developmental, katarak presenilis dan
katarak senilis. Katarak developmental terbagi lagi menjadi katarak
kongenital dan juvenile. Katarak senilis sendiri menurut lokasi
kekeruhannya dapat dibedakan menjadi subkapsular, kortikal dan nuklear.
Sedangkan berdasarkan penyebabnya katarak dapat dikelompokkan
menjadi katarak kongenital, katarak senilis, katarak traumatika, katarak
komplikata (akibat penyakit intraokular) ataupun akibat penyakit sistemik.
2.2.7. Penatalaksanaan
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika
gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan.
Kadang kala cukup dengan mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-
obatan yang dapat menjernihkan lensa yang keruh. (Khalilullah, 2010).
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa.
Lebih dari bertahun-tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang
dari metode yang kuno hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir
bersamaan dengan evolusi IOL yang digunakan yang bervariasi dengan
lokasi, material dan bahan implantasi. Bergantung pada integritas kapsul
lensa posterior ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra capsuler cataract extraction
(ICCE) dan extra capsuler cataract extraction (ECCE). (Khalilullah, 2010).
1. ICCE, tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa
bersama kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan
cryophake dan depindahkan dari mata melalui insisi korneal superior
yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan
lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak
sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama
populer. ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien
berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen
hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini
astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.
2. ECCE, tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan
pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa
anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui
robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien
dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa
intra ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra
ocular, kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan
prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah
mengalami prolap badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi
retina, mata dengan sitoid macular edema, pasca bedah ablasi, untuk
mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti
prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini
yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.
3. Phacoemulsifikasi, maksudnya membongkar dan memindahkan kristal
lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-
3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan untuk
menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO akan menyedot
massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra
Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena
incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan
sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali
melakukan aktivitas sehari-hari. Tehnik ini bermanfaat pada katarak
kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini
kurang efektif pada katarak senilis padat, dan keuntungan incisi limbus
yang kecil agak kurang kalau akan dimasukkan lensa intraokuler,
meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa intra okular fleksibel
yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil seperti itu.
4. SICS, teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang
merupakan teknik pembedahan kecil. Teknik ini dipandang lebih
menguntungkan karena lebih cepat sembuh dan murah.
2.2.8. Komplikasi
Komplikasi Pre Operatif
Glaukoma sekunder sudut tertutup, terjadi pada katarak intumesen
akibat pencembungan lensa.
Komplikasi Post Operatif
iris tremulans pada operasi katarak dengan afakia.
2.2.9. Prognosis
Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi
sangat jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada
bedah katarak resiko ini kecil dan jarang terjadi. Keberhasilan tanpa
komplikasi pada pembedahan dengan ECCE atau fakoemulsifikasi
menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis
pada pemeriksaan dengan menggunakan snellen chart (Ocampo, 2012).
2.3. PRESBIOPIA
2.3.1. Definisi
Presbiopia merupakan kelainan refraksi pada mata yang menyebabkan
punctum proksimum mata menjadi jauh. Hal ini disebabkan karena telah
terjadi gangguan akomodasi yang terjadi pada usia lanjut. Presbiopia
merupakan suatu keadaan yang fisiologis, bukan suatu penyakit dan terjadi
pada setiap mata.
2.3.2. Etiologi
Gangguan daya akomodasi akibat kelelahan otot akomodasi yaitu
menurunnya daya kontraksi dari otot siliaris sehingga zonulla zinii tidak
dapat mengendur secara sempurna. Gangguan akomodasi juga terjadi
karena lensa mata elastisitasnya berkurang pada usia lanjut akibat proses
sklerosis yang terjadi pada lensa mata.
2.3.3. Patofisiologi
Pada mekanisme akomodasi yang normal terjadi peningkatan daya
refraksi mata karena adanya perubahan keseimbangan antara elastisitas
matriks lensa dan kapsul sehingga lensa menjadi cembung. Dengan
meningkatnya umur maka lensa menjadi lebih keras (sklerosis)dan
kehilangan elastisitasnya untuk menjadi cembung. Dengan demikian
kemampuan melihat dekat makin berkurang.
2.3.4. Klasifikasi
a. Presbiopi Insipien – tahap awal perkembangan presbiopi, dari anamnesa
didapati pasien memerlukan kaca mata untuk membaca dekat, tapi tidak
tampak kelainan bila dilakukan tes, dan pasien biasanya akan menolak
preskripsi kaca mata baca