Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 16

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Dengan Menggunakan

Pendekatan Kontekstual

Pemerintah melalui BSNP menganjurkan kepada guru-guru

agar pada saat membuka pelajaran mengaitkan antara materi yang akan

diajarkan dengan situasi dunia nyata. Hal ini sesuai dengan

Depdiknas, (2002: 5)

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning)


adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-
hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran,
yaitu konstruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar,
pemodelan, refleksi dan penilaian yang sebenarnya.

Gagasan Depdiknas didukung oleh pendapat Sabandar, Jozua

(2003: 2),

Pembelajaran kontekstual adalah suatu konsep tentang


pembelajaran yang membantu guru-guru untuk menghubungkan
isi bahan ajar dengan situasi-situasi dunia nyata serta
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga, warga negara, dan pekerja serta terlibat aktif dalam
kegiatan belajar yang dituntut dalam pembelajaran.

Selanjutnya Suherman, Erman (2003 : 3) berpendapat,

"Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning, CTL)

adalah pembelajaran yang dimulai dengan mengambil

6
7

(mensimulasikan, menceritakan, berdialog, atau bertanya jawab)

kejadian pada dunia nyata kehidupan sehari-hari yang dialami siswa

kemudian diangkat ke dalam konsep yang dibahas". Pendekatan

kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran dimana guru

menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas serta mendorong siswa untuk

membuat hubungan antara materi pelajaran dengan kehidupan mereka

sehari-hari.

Pendekatan kontekstual menekankan pentingnya lingkungan

alamiah itu diciptakan dalam proses belajar agar kelas lebih 'hidup' dan

lebih `bermakna' karena siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya.

Pembelajaran berlangsung alamiah artinya siswa bekerja dan

mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Jadi dalam

pendekatan kontekstual guru lebih banyak berurusan dengan strategi

daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai

sebuah tim yang bekerja bersama untuk sesuatu yang baru bagi anggota

kelas (siswa).

Pendektan kontekstual perlu diterapkan sebagai salah satu

alternatif penyajian materi, karena pembelajarannya bersifat alamiah

(natural), sesuai dengan proses penemuan dan perkembangan ilmu

pengetahuan, serta kaitannya dengan dunia nyata sehingga lebih

bermakna, dan dapat melayani kebutuhan kognitif, afektif dan

psikomotorik siswa.

Menurut Nurhadi dan A.G. Senduk (2003: 31), "Pembelajaran


8

kontekstual melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran. yaitu

konstruktivisme (contructivism), menemukan (inquiri), bertama

(questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan

(modeling), refleksi (reflection) dan penilaian yang sebenarnya

(authentic assessment)". Sebuah kelas dikatakan menggunakan

pendekatan pembelajaran kontekstual jika menerapkan ketujuh

komponen tersebut dalam proses pembelajarannya.

Menurut Nurhadi dan A.G. Senduk (2003: 31) keterkaitan

ketujuh komponen tersebut digambarkan dalam bagan berikut :

Konstruktivisme
(contructivism)

Bertanya Menemukan
(questioning) (inquiri)

Masyarakat belajar Pemodelan


(learning community) (modeling)

Penilaian yang
Refleksi sebenarnya (authentic
(reflection) assessment)

Gambar 2.1
Bagan keterkaitan antar komponen pembelajaran kontekstual
9

Berikut adalah uraian mengenai ketujuh komponen utama

dalam pembelajaran kontekstual yang terdapat pada Contextual

Teaching and Learning (Depdiknas 2002: 10) sebagai berikut:

1) Konstruktivisme (Contructivism)
Kontruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan
pembelajaran kontekstual. Maksudnya kontruktivisme di sini
adalah Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi
sedikit. yang hasilnya diperluas melalui suatu konteks yang
terbatas (sempit) dan tidak sekaligus. Esensi dari teori
kontruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan
mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan
apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri.

2) Menemukan (Inquiri)
Menemukan merupakan kegiatan inti dari proses pembelajaran
kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi
hasil dari menemukan sendiri. Dalam hal ini tugas guru yang harus
selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan
menemukan, apapun materi yang diajarkannya.

3) Bertanya (Questioning)
Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan kontekstual. Bagi siswa kegiatan
bertanya merupakan bagian penting dalam melaksnakan
pembelajaran yang berbasis penemuan (inquiri) yaitu menggali
informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan
mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui siswa.

4) Masyarakat belajar (Learning Community)


Konsep masyarakat belajar ini menekankan agar hasil
pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain, baik
melalui perorangan ataupun kelompok dari dalam kelas, di luar
kelas, di lingkungan sekolah, di lingkungan rumah dan lain
sebagainya. Hasil pembelajaran diperoleh melalui kegiatan berbagi
antar teman, antar kelompok dan antar yang tahu dengan yang tidak
tahu. Dalam kelas kontekstual, guru disarankan selalu
melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar.

5) Pemodelan (Modeling)
Pemodelan maksudnya dalam pembelajaran keterampilan atau
pengetahuan tertentu harus ada model yang ditiru. Salah satu
contohnya pemodelan dalam matematika misalnya mempelajari
10

contoh penyelesaian soal, penggunaan alat peraga, cara


menemukan kata kunci dalam suatu bacaan atau dalam membuat
skema konsep. Pemodelan ini tidak selalu oleh guru, bisa oleh
siswa atau media yang lainnya.

6) Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berfikir apa yang baru dipelajari atau berfikir
ke belakang tentang apa yang sudah kita lakukan di masa yang
lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas. atau
pengetahuan yang baru diterima.

7) Penilaian yang sebenamya (Authentic Assesment)


Asesmen adalah proses pengumpulan berbagai data yang dapat
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran
perkembangan belajar siswa perlu diketahui agar bisa memastikan
bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Jadi
penilaian dilakukan selama proses pembelajaran maupun di akhir
pembelajaran termasuk mengumpulkan data-data di luar jam pelajaran.

Dari tujuh komponen tersebut, pembelajaran kontekstual

merupakan pembelajaran yang berdasarkan pada dunia kehidupan nyata

(real world), berpikir tingkat tinggi, aktivitas siswa, aplikatif, berbasis

masalah nyata, penilaian komprehensif dan pembentukan manusia yang

memiliki akal sehat.

Gambaran sederhana penerapan ketujuh komponen pembelajaran

menggunakan pendekatan kontekstual itu adalah :

(1) Kembangkan pemikiran KOMPONEN


bahwa anak akan belajar KONTRUKTIVISME
lebih bermakna dengan sebagai strategi belajar
cara bekerja sendiri, dan
mengkontruksi sendiri
pengetahuan dan kete-
rampilan barunya.
11

(2) Laksanakan kegiatan KOMPONEN


inquiri untuk mencapai INKUIRI sebagai
kompetensi yang di- strategi belajar
inginkan di semua
bidang studi.

(3) Bertanya sebagai alat KOMPONEN


belajar kembangkan BERTANYA sebagai
sifat ingin tahu siswa keahlian dasar yang
dengan bertanya. dikembangkan

(4) Ciptakan “masyarakat KOMPONEN


belajar” (belajar dalam MASYARAKAT
kelompok-kelompok) BELAJAR sebagai
penciptaan lingkungan
belajar

(5) Tunjukan "Model" KOMPONEN


sebagai contoh PEMODELAN Model
pembelajaran! (benda- sebagai acuan
benda, guru, siswa, pencapaian
karya inovasi dan lain- kompetensi
lain)

(6) Lakukan refleksi di KOMPONEN


akhir pertemuan agar REFLEKSI sebagai
siswa "merasa bahwa langkah akhir dari
hari ini mereka belajar belajar
sesuatu".

(7) Lakukan penilaian KOMPONEN


yang sebenarnya dari PENILAIAN YANG
berbagai sumber dan SEBENARNYA
dengan berbagai cara.
12

Selanjutnya langkah-langkah pembelajaran kontekstual menurut

Depdiknas (2002 : 10) adalah sebagai berikut:

1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna

dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan

mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.

3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

4) Ciptakan `masyarakat belajar' (belajar dalam kelompok-kelompok).

5) Hadirkan `model' sebagai contoh pembelajaran.

6) Lakukan refleksi diakhir pertemuan.

7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Berdasarkan uraian di atas, jika segala sesuatu yang

berhubungan dengan pembelajaran melalui pendekatan kontekstual

disiapkan dengan baik sebelum pelaksanaan kegiatan pembelajaran, maka

diharapkan hasil belajar IPA siswa akan lebih meningkat.

2. Teori Belajar Yang Mendukung Pembelajaran Kontekstual

1) Teori J. Piaget

Piaget terkenal dengan teori belajarnya yang biasa disebut

teori perkembangan mental atau teori perkembangan kognitif atau

disebut pula teori perkembangan intelektual. Teori ini berkenaan

dengan kesiapan anak untuk mampu belajar, yang dibagi ke dalam

tahap perkembangan intelektual dari lahir sampai dewasa.

Menurut Piaget (Hamzah, 2001:3), "Pikiran manusia


13

mempunyai struktur yang disebut skema atau skemata yang sering

disebut struktur kognitif. Dengan menggunakan skemata seseorang

mengadaptasi dan mengkoordinasi lingkungannya sehingga

terbentuk skemata yang baru, yaitu melalui proses asimilasi dan

akomodasi". Menurut Ruseffendi, E.T. (1991 : 13), "Asimilasi

merupakan proses penyerapan informasi baru ke dalam pikiran,

sedangkan akomodasi adalah proses menyusun kembali struktur

pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut

mempunyai tempat."

Selanjutnya Piaget terkenal dengan teori konstruktivisme.

Pandangan dari konstruktivisme yaitu tentang pembelajaran sebagai

proses yang aktif artinya pengetahuan baru tidak diberikan kepada

siswa dalam "bentuk jadi" tetapi siswa membentuk pengetahuannya

sendiri dengan interaksi dengan lingkungannya melalui proses

asimilasi dan akomodasi.

Menurut penelitian Jean, Piaget (MA. Nasution, 2005 : 7)

perkembangan intelektual anak dapat dibagi dalam 4 fase yaitu :

a) Fase sensori-motorik, dari lahir sampai sekitar umur 2


tahun.
b) Fase pra-operasional, dari sekitar umur 2 tahun - 7 tahun.
Pada taraf ini ia belum mengadakan perbedaan yang
tegas antara perasaan dan motif pribadinya dengan realitas
dunia luar. Misalnya ia mengatakan bahwa matahari
bergerak karena didorong Tuhan.
c) Fase operasi konkrit, dari sekitar umur 7 tahun sampai
sekitar 11 tahun. Dengan operasi dimaksud usaha untuk
memperoleh data tentang dunia realitas dan mengubahnya
dalam pikiran kita sedemikian rupa, sehingga dapat
disusun atau diorganisasi dan digunakan secara
selektif dalam pemecahan masalah-masalah.
14

d) Fase operasi formal, dari sekitar umur 11 tahun dan


seterusnya. Pada taraf ini anak itu telah sanggup
beroperasi berdasarkan kemungkinan hipotesis dan
tidak lagi dibatasi oleh apa yang berlangsung
dihadapannya atau apa yang telah dialaminya
sebelumnya. la telah dapat memikirkan variabel-
variabel yang mungkin atau hubungan yang kemudian
dapat diselidiki kebenarannya melalui eksperimen atau
observasi.

Kaitan antara teori belajar Piaget dan pandangan

konstruktivismenya dengan pembelajaran kontekstual adalah

prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual sejalan dengan

pandangan teori belajar tersebut. Siswa secara aktif mengkonstruksi

sendiri pemahamannya dengan cara interaksi dengan lingkungannya

melalui proses asimilasi dan akomodasi.

Selain itu siswa kelas V sekolah dasar yang akan

dijadikan sampel penelitian rata-rata berumur 10 - 11 tahun. Menurut

Piaget anak pada usia tersebut berada pada fase operasi konkrit.

Pada umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami operasi-

operasi logis dengan bantuan benda-benda konkrit. Oleh karena itu

siswa kelas V SD nampaknya dapat mengikuti pembelajaran IPA

dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

2) Teori Vygotsky

Vygotsky (Suparno, P. 1997: 45) berpendapat,

Pembentukan dan pengembangan pengetahuan terjadi


melalui interaksi sosial, belajar merupakan pengetahuan suatu
pengertian, baik pengertian yang didapat dari pengalaman
siswa sehari-hari dan sifatnya tidak sistematis, logis,
sedangkan pengetahuan ilmiah adalah pengertian yang didapat
dari kelas.
15

Teori Vygotsky menghendaki interaksi dan komunikasi baik

antara siswa dengan guru atau antara siswa dengan siswa sehingga

terbentuk masyarakat belajar melalui kelompok-kelompok kecil.

Hal ini sesuai dengan salah satu komponen pembelajaran

kontekstual.

3. Hasil Belajar

Menurut Sudjana, Nana (2005 : 22) "Hasil belajar adalah

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

belajarnya". Seseorang yang telah melakukan pembelajaran atau proses

belajar akan menghasilkan hasil belajar.

Menurut Depdiknas (2004 : 1)"Hasil belajar siswa merupakan

pencarian hasil belajar dalam bentuk profil yang mencakup ranah kognitif

afektif dan psikomotor". Hasil belajar hakikatnya adalah perubahan

tingkah laku setelah menempuh pengalaman belajar. Jadi hasil belajar

merupakan hasil yang dicapai siswa setelah proses belajar mengajar

selesai untuk mengetahui sejauh mana materi yang disampaikan guru

dapat diterima oleh siswa.

Untuk memperoleh hasil belajar digunakan jenis-jenis tagihan.

Menurut Widaningsih, Dedeh (2006 : 28) menyatakan seperangkat alat

penilaian dan jenis tagihan yang dapat digunakan antara lain sebagai

berikut :

1) Kuis
Kuis digunakan untuk menanyakan hal-hal yang prinsip dari
pelajaran yang lalu secara singkat, bentuknya berupa isian
singkat, dan dilakukan sebelum pelajaran.
16

2) Pertanyaan lisan di kelas


Pertanyaan lisan di kelas digunakan untuk mengungkap
penguasaan siswa tentang pemahaman konsep, prinsip, atau
teorema.
3) Ulangan harian
Ulangan harian dilakukan secara periodik pada akhir
pengembangan kompetensi, untuk mengungkap penguasaan
pemahaman, sampai evaluasi, atau untuk mengungkap
penguasaan pemakaian alat atau suatu prosedur.
4) Tugas individu
Tugas individu dilakukan secara periodik untuk diselesaikan
oleh setiap siswa clan dapat berupa tugas rumah. Tugas
individu dipakai untuk mengungkap kemampuan aplikasi
sampai evaluasi atau untuk mengungkap penguasaan hasil
latihan dalam menggunakan alat tertentu, melakukan prosedur
tertentu.
5) Tugas kelompok
Tugas kelompok digunakan untuk menilai kemampuan keria
kelompok dalam upaya pemecahan masalah. Jika mungkin
kelompok siswa diminta melakukan pengamatan atau
merencanakan sesuatu proyek menggunakan data informasi
dari lapangan.
6) Ulangan semester
Ulangan semester digunakan untuk menilai ketuntasan
penguasaan kompetensi pada akhir program semester.
Kompetensi yang diujikan berdasarkan kisi-kisi yang
mencerminkan kompetensi dasar yang dikembangkan dalam
semester yang bersangkutan. Dari aspek kognitif untuk
mengungkap mengingat sampai evaluasi. Untuk aspek
psikomotor dilakukan ujian praktik. Untuk aspek afektif
dilakukan dengan pengumpulan data/hasil pengamatan
dalam kurun waktu satu semester.
7) Ulangan kenaikan
Ulangan kenaikan digunakan untuk mengetahui ketuntasan
siswa untuk menguasai materi dalam satu tahun ajaran.
Pemilihan kompetensi ujian harus mengacu pada
kompetensi dasar, berkelanjutan, memiliki nilai aplikasi,
atau dibutuhkan untuk belajar pada bidang lain.

Pada penelitian ini jenis tagihan yang digunakan adalah

ulangan harian/tes tertulis.


17

4. Aktivitas Siswa Pada Pembelajaran Kontekstual

Aktivitas siswa merupakan hal yang mutlak bagi berlangsungnya

interaksi dalam pembelajaran, karena siswa merupakan subjek dalam

pelaksanaan pembelajaran, tanpa adanya aktivitas belajar tidak

mungkin pembelajaran berlangsung dengan baik. Dalam kegiatan

pembelajaran kontekstual ini aktivitas siswa memegang peranan

penting, guru sebagai pengajar hanya berfungsi sebagai fasilitator dan

siswa yang mengkonstruksi pengetahuannya.

Menurut Piaget (AM. Sudirman, 2001 : 98), "Seorang anak itu

berpikir sepanjang dia berbuat, sehingga anak berpikir sendiri, maka

harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri". Menurut Sudjana, Nana

(2005 : 6), "Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar yaitu penilaian

proses belajar mengajar, terutama melihat sejauh mana keaktifan siswa

dalam mengikuti proses belajar mengajar."

Selanjutnya Sudjana, Nana (2005 : 6) keaktifan siswa dapat

dilihat dalam hal :

1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajar.


2) Terlibat dalam pemecahan masalah.
3) Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak
memahami persoalan yang sedang dihadapinya.
4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan
untuk pemecahan masalah.
5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk
guru.
6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil yang diperolehnya.
7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang
sejenis.
8) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang
telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau
persoalan yang dihadapinya.
18

Aktivitas yang diamati adalah aktivitas siswa selama mengikuti

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada materi

Energi dan Perubahannya dilihat dari indikator-indikator :

1) Memperhatikan informasi atau penjelasan teman atau guru.

2) Membaca bahan ajar dan LKS.

3) Berdiskusi atau bertanya antara siswa dengan siswa atau antara

siswa dengan guru.

4) Berdiskusi atau bertanya antara siswa dalam menyelesaikan

masalah.

5) Menyelesaikan soal dan dapat mengumpulkan suatu masalah.

6) Keberanian mengemukakan pendapat.

7) Berani tampil di depan kelas.

Aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan kontekstual diamati oleh dua orang observer.

5. Deskripsi Materi Energi dan Perubahannya Menurut Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),

standar kompetensi memahami hubungan antara gaya, gerak dan energi

serta fungsinya diajarkan di kelas V semester 2.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut :


19

Tabel 2.1

Deskripsi Materi

Standar Kompetensi : 5. Memahami hubungan antara gaya, gerak dan

energi serta fungsinya.

Materi
Kompetensi Dasar Indikator
Pengajaran
5.1 Mendeskripsikan Gaya magnet, 5.1.1 Mengelompokkan benda-benda
hubungan antara gaya gesek, bersifat magnetik dan yang tidak
gaya, gerak dan gaya gravitasi. magnetik.
energi melalui 5.1.2 Menunjukkan kekuatan gaya
percobaan (gaya magnet dalam menembus
gravitasi, gaya beberapa benda melalui
gesek, gaya magnet) percobaan.
5.1.3 Memberi contoh penggunaan
gaya magnet dala kehidupan
sehari-hari.
5.1.4 Menjelaskan cara membuat
magnet.
5.1.5 Menjelaskan manfaat dan
kerugian yang ditimbulkan gaya
gesek dalam kehidupan sehari-
hari.
5.1.6 Membandingkan gerak benda
pada permukaan yang berbeda-
beda (kasar, halus).
5.1.7 Menjelaskan berbagai cara
memperkecil atau memperbesar
gaya gesek.
5.1.8 Menyimpulkan bahwa gaya
gravitasi menyebabkan benda
bergerak ke bawah.
5.1.9 Memprediksi seandainya tidak
ada gaya gravitasi bumi.
5.1.10 Membandingkan kecepatan
jatuh dua buah benda yang
berbeda berat, ukuran, dari
ketinggian tertentu.

Sumber : Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI Bahan Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2007)
20

a. Gaya Magnet

Gaya magnet adalah gaya yang ditimbulkan oleh magnet.

1. Sifat-sifat magnet :

a) Magnet dapat menarik benda-benda yang terbuat dari logam

tertentu.

b) Gaya magnet dapat menembus benda non magnetis.

Kekuatan gaya tarik magnet dipengaruhi oleh (a) ketebalan

benda yang menjadi penghalang antara magnet dengan benda

magnetis, dan (b) jarak magnet dengan benda magnetis.

c) Magnet memiliki dua kutub.

2. Kegunaan magnet

Magnet dapat digunakan pada berbagai macam peralatan mulai

dari yang sederhana sampai yang rumit.

3. Membuat magnet

a) Cara induksi

b) Cara gosokan

c) Cara aliran listrik

b. Gaya Gravitasi

Gerak jatuh bebas disebabkan oleh gaya gravitasi bumi. Gaya

gravitasi membuat mahluk hidup maupun benda tak hidup bisa

bertahan di bumi.

c. Gaya Gesekan

Gaya gesekan adalah hambatan yang terjadi ketika dua

permukaan benda saling borsentuhan.


21

Gaya gesekan dapat diperkecil dengan menggunakan roda,

bantalan peluru, pelumasan, serta menghaluskan permukaan benda.

Untuk memperbesar gaya gesek dengan cara menggunakan bahan

karet dan paku-paku atau pul.

Manfaat gaya gesekan diantaranya :

1) Membantu benda bergerak tanpa tergelincir.

2) Untuk menghentikan benda yang sedang bergerak.

3) Menahan benda-benda agar tidak bergeser.

B. Hipotesis Tindakan dan Pertanyaan Penelitian

1. Hipotesis Tindakan

Menurut Sudarsono (Hasbolah, E.S. Kasihani, 1998 : 65)

"Hipotesis tindakan adalah suatu dugaan tentang suatu hal yang akan

terjadi jika suatu tindakan dilakukan". Hipotesis dalam penelitian ini

adalah, "Penggunaan pendekatan kontekstual pada materi energi dan

perubahannya dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD

Negeri Citalahab Kecamatan Karangjaya Kabupaten Tasikmalaya."

2. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian yang penulis kemukakan adalah sebagai

berikut :

"Apakah terdapat peningkatan aktivitas siswa pada materi energi dan

perubahannya selama pembelajaran menggunakan pendekatan

kontekstual?"

You might also like