Professional Documents
Culture Documents
Minilapsus Insect Bite
Minilapsus Insect Bite
10542057014
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. M
Umur : 2 tahun
Alamat : Panakukkang
ANAMNESIS
Anamnesis Terpimpin :
Seorang anak laki-laki berusia 2 tahun diantar oleh ibunya ke poli kulit di Balai
Kesehatan Kulit, Kelamin dan Kosmetik dengan keluhan gatal pada daerah wajah,
tangan dan kaki karena digigit semut sejak 2 minggu yang lalu dan keluhan muncul
tiba-tiba. Awalnya lesi merah dan bengkak, kemudian bernanah setelah itu beberapa
lesi terkelupas dan menghitam setelah diobati. Riwayat alergi makanan(-), riwayat
penyakit sebelumnya (-), riwayat penyakit dalam keluarga (-).
STATUS DERMATOLOGIS
Lokasi :
Pipi kanan
Telinga kanan bagian bawah
Lengan kiri bagian bawah
Betis kanan
Effloresensi :
Gentamisin
Betamethasone
INSECT BITE
Definisi
Insect bite (gigitan serangga) adalah kelainan akibat gigitan atau tusukan
serangga yang disebabkan reaksi terhadap toksin atau allergen yang dikeluarkan
artropoda penyerang.1
Insect bite reaction (reaksi gigitan serangga) adalah reaksi yang disebabkan
oleh gigitan yang biasanya berasal dari bagian mulut serangga dan terjadi saat
serangga berusaha untuk mempertahankan diri atau saat serangga tersebut mencari
makanannya.2
Epidemiologi
Etiologi
Insect bite reaction disebabkan oleh artropoda kelas insekta. Insekta memiliki
tahap dewasa dengan karakter eksoskeleton yang keras, 3 pasang kaki, dan tubuh
bersegmen dimana kepala, toraks, dan abdomennya menyatu. Insekta merupakan
golongan hewan yang memiliki jenis paling banyak dan paling beragam. Oleh karena
itu, kontak antara manusia dan serangga sulit dihindari. Paparan terhadap gigitan atau
sengatan serangga dan sejenisnya dapat berakibat ringan atau hampir tidak disadari
ataupun dapat mengancam nyawa.1
Secara sederhana gigitan dan sengatan serangga dibagi menjadi 2 grup yaitu
Venomous (beracun) dan non-venomous (tidak beracun). Serangga yang beracun
biasanya menyerang dengan cara menyengat, misalnya tawon atau lebah. Ini
merupakan salah satu mekanisme pertahanan diri yakni dengan cara menyuntikkan
racun atau bisa melalui alat penyengatnya. Sedangkan serangga yang tidak beracun
menggigit atau menembus kulit dan masuk menghisap darah, ini biasanya yang
menimbulkan rasa gatal.2
Ada 30 lebih jenis serangga tetapi hanya beberapa saja yang bisa
menimbulkan kelainan kulit yang signifikan. Kelasa arthopoda yang melakukan
gigitan dan sengatan pada manusia terbagi atas :
1. Kelas Arachnida
Acarina
Araniae (Laba-laba)
Scorpionidae (Kalajengking)
2. Kelas Chilopoda (Lipan) dan Diplopoda (Luing)
3. Kelas Insekta
Anoplura (Pthyreus pubis, Pediculus humanus, Capitis et corporis)
Coleoptera (Kumbang)
Dipthera (Nyamuk dan Lalat)
Hemiptera (Kutu busuk)
Hymenoptera (Semut, Lebah dan Tawon)
Lepidoptera (Kupu-kupu)
Patomekanisme
Gigitan atau serangan serangga akan menyebabkan kerusakan kecil pada kulit,
lewat gigian atau sengatan antigen yang akan masuk langsung direspon oleh sistem
imun tubuh. Racun dari serangga mengandung zat-zat yang kompleks. Reaksi
terhadap antigen tersebut biasanya akan melepaskan histamin, serotonin, asam formic
atau kinin. Lesi yang timbul disebabkan oleh respon imun tubuh terhadap antigen
yang dihasilkan melalui gigitan atau sengatan serangga. Reaksi yang timbul
melibatkan mekanisme imun. Reaksi yang timbul dapat dibagi dalam dua kelompok :
reaksi imediate dan reaksi delayed.1,2
Gambaran Klinis
Pada reaksi lokal, pasien mungkin akan mengeluh tidak nyaman, gatal, nyeri
sedang maupun berat, eritema, panas, dan edema pada jaringan sekitar gigitan. Pada
reaksi lokal berat, keluhan terdiri dari eritema yang luas, urtikaria, dan edema
pruritus. Reaksi lokal yang berat dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya reaksi
sistemik serius pada paparan berikutnya.2
Diagnosis
Diagnosis Banding
Awal lesi popular urtikaria dapat mirip varisela stadium awal, ekskoriasi neurotic,
pitiriasis likenoides (akut dan kronik), reaksi Id. Namun bila diragukan sebaiknya
dilakukan pemeriksaan histopatologik. 3
Prognosis
Prognosis dari insect bite reaction bergantung pada jenis insekta yang terlibat
dan seberapa besar reaksi yang terjadi. Pemberian topikal berbagai jenis analgetik,
antibiotik, dan pemberian oral antihistamin cukup membantu, begitupun dengan
kortikosteroid oral maupun topikal. Pemberian insektisida, mencegah pajanan ulang,
dan menjaga higienitas lingkungan juga perlu diperhatikan. Sedangkan untuk reaksi
sistemik berat, penanganan medis darurat yang tepat memberikan prognosis baik.4
DAFTAR PUSTAKA