Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Panen merupakan pekerjaan akhir dari budidaya tanaman (bercocok
tanam), tapi merupakan awal dari pekerjaan pascapanen, yaitu melakukaan
persiapan untuk penyimpanan dan pemasaran. Sedangkan penanganan pasca
panen dapat diartikan sebagai upaya sangat strategis dalam rangka mendukung
peningkatan produksi hasil panen. Kedua aspek ini sangat penting untuk
meningkatkan hasil petani jika dilakukan sesuai dengan langkahnya.
Pasca panen merupakan kegiatan yang menentukan terhadap kualitas dan
kuantitas produksi, kesalahan dalam penanganan panen dan pasca panen dapat
mengakibatkan kerugian yang sangat besar bahkan produk kehilangan nilai
ekonomi. Karena itu penanganan pasca panen secara benar perlu mendapat
prioritas dalam proses produksi usahatani.
Jagung merupakan bahan pangan yang berperan penting dalam
perekonomian Indonesia, dan merupakan pangan tradisional atau makanan pokok
di beberapa daerah. Jagung juga berperan penting dalam perkembangan industri
pangan. Hal ini ditunjang dengan teknik budi daya yang cukup mudah dan
berbagai varietas unggul. Kandungan nutrisi jagung tidak kalah dengan terigu,
bahkan jagung memiliki keunggulan karena mengandung pangan fungsional
seperti serat pangan, unsur Fe, dan beta-karoten (pro vitamin A) (Suarni dan
Firmansyah 2005).
Menurut para ahli dalam proses produksi jagung, energi yang dibutuhkan
untuk kegiatan produksi sekitar 32% dari total energi yang dibutuhkan sedangkan
untuk penanganan panen dan pasca panen mencapai 72%.
Kegiatan panen dan pascapanen merupakan rangkaian proses yang
meliputi pengumpulan, pengupasan, pengeringan tongkol, pemipilan, sortasi,
pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan.Setiap proses tersebut merupakan
sumber kemungkinan terjadinya susut kualitas dan susut kuantitas baik oleh
keterlambatan atau penundaan, kesalahan penanganan maupun karena
penggunaan peralatan yang tidak tepat.

1
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari paper ini adalah untuk mengetahui dan memahami
kajian agronomi/budidaya, indeks kematangan serta cara panen dan pasca panen
dari komoditas jagung.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Budidaya Jagung
1. Persiapan Tanam
Jagung menghendaki kondisi tanah yan gembur, subur, dan bebas dari
gulma. Pengolahan tanah bertujuan agar tanah menjadi gembur, tidak tergenang
air bebas dari gulma pesaing dan tidak terlindungi dari sinar matahari. Persiapan
lahan untuk jagung dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
a. Olah Tanah Sempurna (OTS)
Tanah di bajak atau dicangkul sedalam 15-25 cm dilakukan dua kali
kemudian pemukaan lahan digaru sampai rata, setelah itu lahan siap di Tanami.
Pada saa pengolahan tanah hendaknya kondisi tanah tidak terlalu basah dan tidak
terlalu kerking sehingga mudah dikerjakan tidak terlalu lengket dan mudah
digemburkan. Olah tanah sempuna biasanya dilkukan pada tanah bertekstur berat,
sedangkan pada tanah yang bertekstur ringan dan berpasir tidak banyak
diperlukan pengolahan tanah.
b. Tanpa Olah Tanah (TOT)
Tanah diseprot dengan herbisida kemudian di biarkan selama 1 minggu,
kemudian di Tanami benih jagung. Cara TOT lain adalah tanah langsung ditanami
tanpa adanya persiapan lahan, tetapi hanya dibuatkan lajur tanam pada barisan
yang akan ditanami. Pemberantasan pada gulma dilakukan sebelum benih
tumbuh.
2. Penanaman
Tiga komponen yang harus diperhatikan dalam penanaman sebagai syarat
untuk menghasilkan panen yang tinggi, yaitu:
a. Waktu Tanam
Waktu tanam yang tepat akan mengurangi kegagalan panen dalam
kaitannya ketersedian air, serangan hama penyakit dan ketersedian unsur hara.
b. Kedalaman Lubang Tanam
Kedalaman lubang tanam harus diperhatikan agar pertumbuhan tanaman
tidak terhambat dan tidak mudah roboh. Lubang tanam dibuat dengan tugal

3
dengan ke dalaman 3-5 cm tergantung kelembapan tanah. apabila tanah cukup
lembab kedalaman cukup 3 cm.
c. Jarak Tanam
Dalam kegiatan ini dipersiapkan tambang plastik yang telah diberi jarak 20
cm dalam barisan tanaman, dan antar barisan dibuat ajir sepanjang 75 cm.
kemudian lubang yang telah siap diberikan benih 2 biji per lubang hal ini untuk
menghindari penyulaman kerena akan membuat tanaman tidak seragam dan akan
mempersulit detaselling, kemudian juga dibei furadan sebelum ditutup pupuk
dasar langsung dapat diberikan atau ketika tanaman sudah tumbuh. Dalam
pelaksanaannya dilapangan akan dihasilkan tanaman jantan dan tanaman betina,
hasil dari tanaman betina inilah yang akan dijadikan benih hibrida, yang kemudian
akan diperbanyak oleh petani.
Dalam penanamannya tidak berbarengan tetapi dibuat pola untuk baris
pertama ditanami tanaman jantan 2 ST (hari sebelum tanam) kemudian dua baris
berikutnya tanaman betina 0 HT (hari tanam) dan baris berikutnya 4 HST (hari
setelah tanam). Jarak yang digunakan 40 cm antara tanaman jantan dan betina,
sedangkan 70 cm untuk tanaman antar betina.
3. Pemeliharaan Tanaman
a. Penyiangan
Adanya gulma kan menurunkan jumlah dan kualitas panen jagung karena
gulma akan bersaing dalam hal air, hara, dan udara. Penyiangan dilakukan satu
sampai tiga kali dalam satu siklus pertanaman jagung. Pada tanah yang diolah
secara sempuran biasanya penyiangan pertama dilakukan pada umur 15 hari,
sedangkan pada TOT dilakukan pada umur 21 hari (3 minggu) atau
mempertimbangkann kondisi gulma yang ada penyiangan kedua dan ketiga dilihat
dari kondisi gulma yang ada kondisi tanaman pada umur 4-6 minggu, penyiangan
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, penyiangan secara manual dan dengan
cara kimiawi menggunakan herbisida.
b. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan mempertimbangkan kesuburan dan jenis
tanah setempat, pemupukan dilakukan dengan cara, membuat lubang dengan tugal
pada sebelah kiri dan kanan tanaman dengan jarak 7 cm dan kedalaman lubang 10

4
cm, setelah dimasukann pupuk lubang ditutup kembali menggunakan tanah.
Pemupukan kedua dan ketiga dilakukan sama dengan yang pertama namun
jaraknya dari lubang benih 15 cm. pemupukan menggunakan Sp-36, Kcl dan Za
diberikan sekaligus pada waktu tanam dan pupuk urea diberikan 2 kali atau 3 kali.
Pemupukan kedua pada umur 3 mingggu setelah tanam dan atau 6 minggu setelah
tanam. Pemberian tiga kali di utamakan daerah-daerah miskin unsur hara dan
daerah berpasir
c. Pengairan
Untuk hasil yang optimal tanaman jagung membutuhkan kebutuhan air
yang merata, kebutuhan air terutama untuk berkecambah, pucuk petumbuhan
vegetatif, pembungaan dan pengisisan biji. Pengairan di musim kemarau
dilakukan selang 2 minggu dengan cara membuat saluran-saluran kecil diantara
barisan tanaman atau dua barisan tanaman jagung
d. Pengendalian hama penyakit
Mengetahui jenis dan gejala serangan hama beserta penyakit akan sangat
membantu dalam program pengendaliannya dan keberhasilan dalam bertanam
jagung hibrida. Hama penyakit yang menyerang tanaman jagung beserta
pengendaliannya berdasarkan sistem PHT (pengendalian hama terpadu).

2.2 Panen
Panen dan pasca panen tanaman memiliki ciri-ciri siap kelobot berwarna
kuning, biji sudah tua dan berwarna mengkilap pada buturan jagung sudah
terbentuk jaringan tetutup berwarna hitam, dan bila biji jagung tersebut ditekan
dengan kuku tangan maka pada bagian jagung tidak akan membekas, pada kondisi
ini perkiraan kandungan air sudah 35%. Setelah dipanen jagung agar dibuka agar
kadar air tongkol menurun sehingga terhindar dari serangan jamur, pengeringan
tongkol hingga kadar air 17-20% hingga mudah dipipil dan segera di jemur
hingga kadar air 15 %.
1. Ciri Umur Panen
Tanda – tanda visual yang dapat dipakai sebagai petunjuk bahwa jagung
sudah dapat dipanen, yang biasa disebut dengan tingkat kematangan optimal
antara lain :
 Umur panaen adalah 86-96 hari setelah tanam

5
 Jagung siap dipanen dengan tonkol atau kelobot mulai mengering yang
ditandai dengan adanya lapisan hitam pada biji bagian lembaga
 Biji kering, keras dan mengkilap, apabila ditekan tidak membekas.
Tujuan dan pentingnya penetapan waktu panen, antara lain :
 Meminimalisir risiko penundaan panen akibat musim hujan
 Menangkal/menghambat tumbuhnya cendawan pada tongkol
 Menangkal serangan hama pada biji dan ulat pada tongkol
 Meminimalisir kehilangan saat pemipilan
 Meminimalisir penyusutan di lapangan, dan sebagainya.
2. Cara Panen Jagung
Terdapat 2 (dua) cara pemanenan jagung yang dapat dilakukan oleh petani
dari cara yang praktis maupun yang kurang praktis :
a. Pemanenan bentuk tongkol tanpa klobot, merupakan pemenenan yang
secara umum paling banyak dikerjakan para petani dengan cara memotong
tangkai tongkol dari batang dengan menggunakan tangan secara langsung ataupun
kadang kadang dilakukan dengan memotong batang tanaman . Cara memotong
tangkai tongkol dari batang dengan menggunakan tangan ternyata efisien dan
lebih praktis, mengingat biaya dan pemakaian tenaga yang dikeluarkan lebih
sedikit serta memakan waktu yang tidak terlalu lama.
b. Pemanenan bentuk tongkol dengan klobot, merupakan cara pemanenan
yang oleh para petani untuk sementara ini dianggap kurang praktis. Melalui cara
memanen jagung ini biasanya akan tersisa daun dan batang yang dimanfaatkan
sebagai pakan ternak ruminansia.
3. Periode Panen
Pemetikan jagung pada waktu yang kurang tepat, kurang masak dapat
menyebabkan penurunan kualitas butir jagung menjadi keriput bahakan setelah
pengeringan akan pecah, terutama bila dipipil dengan alat. Jagung untuk
keperluan sayur dapat dipetik 15 sampai dengan 21 hari setelah tanaman berbuga.
Pemetikan jagung rebus tidak harus menunggu sampai biji masak tetapi dapat
dilakukan lebih kurang 4 minggu setelah tanaman berbunga atau dapat mengambil
waktu panen antara umur panen jagung sayur dan umur panen jagung masak mati.

6
4. Indeks Kematangan
Indeks kematangan dari tanaman jagung dibedakan berdasarkan 2 syarat,
yaitu syarat kualitatif dan syarat kuantitatif.
1. Persyaratan Kualitatif
a. Biji jagung harus bebas dari hama dan penyakit.
b. Biji jagung harus bebas dari bau busuk, masam, apek, atau bau asing
lainnya.
c. Biji jagung harus bebas dari tanda - tanda adanya bahan kimia yang
membahayakan, baik secara visual maupun secara organoleptik.
2. Persyaratan Kuantitatif
a. Kadar air : Jumlah kandungan air didalam butiran ja gung dan dinyatakan
dalam persentase bobot basa
b. Butir rusak : Biji jagung yang dinyatakan rusak karena biologis, khemis,
mekanis, fisis, maupun enzimatis seperti berkecambah, busuk, berbau
tidak disukai, berubah bentuk maupun berubah warna karena sebab -
sebab diatas.
c. Butir warna lain : Biji - biji jagung yang berwarna lain seperti tercampur
dengan varietas lain.
d. Butir pecah : Butir jagung sehat yang pecah selama pengolahan yang
mempunyai ukuran yang sama atau lebih kecil dari 6/10 bagian butir utuh.
e. Kotoran : Benda - benda yang terdapat dalam contoh yang diperiksa
seperti batu, tanah, biji - bijian lain, sisa tanaman lainya, termasuk butir
pecah, atau termasuk butir retak.
2.3 Pasca Panen
1. Pengumpulan
Lokasi pengumpulan/penampungan harus didekatkan dengan tempat
pemanenan agar tidak terjadi penyusutan atau penurunan kualitas akibat
pengangkutan dari dan ke tempat penampungan yang teralu
lama/jauh.Perlakuan/tindakan penanganan dan spesifikasi wadah yang digunakan
harus disesuaikan dengan sifat dan karakteristik komoditi yang ditangani.
2. Pengupasan

7
Jagung hasil panen masih terbungkus klobot. Untuk itu, setelah dipanen,
sebaiknya jagung segera dikupas dan dibersihkan dari rambut. Pengupasan ini
bertujuan agar kadar air tongkol jagung menurun sehingga terhindar dari
pertumbuhan jamur pada tongkol dan biji jagung yang baru dipanen. Selain itu,
pengupasanpun dapat mempercepat proses pengeringan. Namun, ada pula petani
yang mengupas jagung dengan menyisakan kelobotnya sebagai pengikat saat
proses pengeringan.
3. Pengeringan Tongkol
Prinsip pengeringan adalah mengeluarkan air dari bahan sampai tercapai
kadar air yang aman untuk disimpan. Sementara tujuan utama pengeringan adalah
untuk mencegah kerusakan. Beberapa keuntungan melakukan pengeringan adalah
meningkatkan daya simpan, mempertahankan viabilitas benih, menambah nilai
ekonomis, memudahkan pengolahan lebih lanjut, serta memudahkan dan
mengurangi biaya transportasi.
Berdasarkan sumber energinya, pengeringan pada jagung dapat dibedakan
menjadi pengeringan alami dan pengeringan buatan.
a. Pengeringan alami
Pengeringan alami merupakan pengeringan yang dilakukan dengan
bantuan sinar matahari (penjemuran). Cara pengeringan ini cukup mudah dan
biayanya murah. Namun, kendalanya adalah jika cuaca tidak memungkinkan
maka proses pengeringan akan berlangsung tidak sempurna dan memerlukan
waktu lama. Pengeringan pada musim hujan memakan waktu 7-14 hari dan pada
musim kemarau antara 3-7 hari. Agar diperoleh hasil pengeringan yang baik,
sebaiknya disediakan areal pengeringan yang cukup luas. Hal ini dikarenakan
jagung yang akan dikeringkan tidak boleh ditumpuk. Teknis penjemuran dapat
dilakukan pada lantai jemur, alas anyaman bambu, tikar, atau dengan cara
digantung untuk tongkol yang masih ada kelobotnya. Pengeringan di lantai jemur
sering menghasilkan biji retak.Selain dengan cara dijemur di panas matahari, ada
sebagian petani yang melakukan pengeringan denga cara diasap. Cara
pengeringan ini biasanya dilakukan di para-para diatas dapur. Untuk
mengeringkan jagung dalam jumlah banyak, cara pengeringan ini kurang efektif
diterapkan, kecuali kalau sumber asapnya dibuat khusus seperti dari pembakaran

8
sekam, tongkol jagung, kayu, atau bahan yang lain. Pengeringan tongkol jagung
dilakukan hingga kadar air mencapai 17-20%. Pada kadar air ini, jagung mudah
dipipil tanpa menimbulkan banyak kerusakan
b. Pengeringan buatan
Pengeringan buatan adalah pengeringan yang dilakukan dengan bantuan
alat mekanis. Penerapan cara ini untuk mengantisipasi kalau terjadi hari hujan
terus menerus. Beberapa jenis alat pengering yang biasa digunakan adalah
omprongan, alat pengering dengan aerasi, dan alat pengering tipe continuous.
4. Pemipilan
Salah satu kegiatan yang kritis dalam penanganan pascapanen di tingkat
petani adalah pemipilan karena kehilangan hasil pada tahap ini dapat mencapai
4%. Pemipilan merupakan kegiatan melepaskan biji dari tongkol, memisahkan
tongkol, dan memisahkan kotoran dari jagung pipilan. Tujuannya adalah untuk
menghindarkan kerusakan, menekan kehilangan, memudahkan pengangkutan, dan
memudahkan pengolahan selanjutnya. Oleh karenanya, sebaiknya pemipilan
dilakukan pada saat yang tepat, yaitu saat kadar air jagung berkisar 17-20%.
Penjemuran dalam bentuk pipilan memakan waktu 2-4 hari pada musim hujan dan
1-2 hari pada musim kemarau.
Pemipilan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara tradisional dan
bantuan alat.
a. Pemipilan secara tradisional
Petani di pedesaan masih banyak memipil jagung secara tradisional, yaitu
dengan menggunakan tangan. Dengan cara ini, kapasitas pipilnya hanya sekitar
10-2- kg/jam. Meskipun kapasitasnya kecil, namun cara pemipilan ini cukup
efektif dalam memisahkan tongkol dengan kotoran lain. Selain itu, kerusakan
yang ditimbulkan relative kecil.
Selain dengan tangan, pemipilan tradisional yang lain adalah pemukulan
jagung pada karung dengan tongkat. Kapasitas pipilan jagung pada cara ini dapat
ditingkatkan, tetapi kerusakan mekanis yang ditimbulkan lebih besar. Kerugian
lainnya adalah biji yang hilangpun meningkat karena banyak yang tertinggal pada
tongkol.

9
b. Pemipilan dengan alat.
Pemipilan jagung dengan bantuan alat dapat dilakukan baik dengan alat
sederhana maupun bermesin. Pemipilan dengan alat bermesin umumnya
dilakukan petani dengan cara menyewa mesin pemipil jagung yang dioperasikan
di lahan penanaman atau dirumah-rumah petani. Kapasitas pemipilan cara ini
mencapai 1-2 ton/jam. Berbagai tipe alat pemipil yang tersedia di pasaran
diantaranya Kikian, Pemipil tipe Sulawesi Utara, Pemipil Sederhana tipe silinder,
pemipil tipe mungil, pemipil tipe ban, dll.
5. Sortasi
Sortasi dilakukan untuk memisahkan tongkol jagung yang berukuran besar
dengan yang kecil, berbiji rapat dengan jarang atau rusak, berwarna seragam putih
atau kuning dengan yang tidak seragam, serta sudah masak dengan belum masak.
Untuk memisahkan biji yang berukuran besar dan kecil dapat dilakukan setelah
pemipilan.
6. Pengemasan
Ada beberapa tujuan pengemasan jagung, yaitu agar jagung bersih dari
kotoran, mengurangi serangan jamur dan hama (Purwono dan Hartono, 2002).
Pengemasan jagung disesuaikan dengan tujuan pasar jagung. Umumnya, kemasan
yang digunakan berupa karung dengan berat antara 25-50 kg, sedangkan eceran
seberat 1-5 kg. Adapun kemasan jagung untuk dipasarkan di supermarket
umumnya menggunakan plastik wrapping seberat 1kg yang berisi sekitar 6 buah
tongkol jagung (Purwono dan Hartono, 2002).
7. Penyimpanan
Dalam proses penyimpanan, biji jagung masih mengalami proses
pernafasan dan menghasilkan karbondioksida, uap air, dan panas (Champ and
Highley 1986). Apabila kondisi ruang simpan tidak terkontrol maka akan terjadi
kenaikan konsentrasi air di udara sekitar tempat penyimpanan, sehingga
memberikan kondisi ideal bagi pertumbuhan serangga dan cendawan perusak biji.
Pengaruh negatif lanjutan dari kenaikan suhu dan konsentrasi uap jenuh udara
adalah meningkatnya proses respirasi dengan akibat sampingan makin

10
meningkatnya suhu udara di ruang penyimpanan, yang akan mempercepat proses
degradasi biji.
Penyimpanan jagung dapat berlangsung lama tanpa menurunkan kualitas
biji apabila terjadi keseimbangan kondisi simpan antara kelembaban udara relatif
lingkungan dengan kandungan air biji pada kondisi suhu tertentu. Penelitian
menunjukkan bahwa pada suhu ruang simpan 28ºC, kelembaban udara nisbi 70%,
dan kadar air 14%, biji jagung masih mempunyai daya tumbuh 92% setelah
disimpan selama enam bulan, sedangkan pada suhu simpan 38ºC daya tumbuh
benih menurun menjadi 81%. Harga jagung umumnya rendah pada musim panen
raya karena produksi yang berlebihan. Petani tidak dapat menunda penjualan
jagungnya, karena tidak memiliki fasilitas penyimpanan yang memadai. Mereka
umumnya menyimpan jagung dalam jumlah kecil, untuk keperluan benih dan
konsumsi keluarga.
Dengan menyimpan selama beberapa bulan saja, petani akan memperoleh
tambahan pendapatan karena harga jagung biasanya meningkat beberapa bulan
setelah panen raya. Sebelum disimpan, biji/benih sebaiknya dikemas terlebih
dahulu dalam kantung plastik, kemudian baru disimpan dalam fasilitas penyimpan
yang terbuat dari bahan kayu atau multiplek.
8. Pengangkutan
Setelah jagung dipanen dari tempat tanam, jagung diangkut ke tempat
tertentu untuk mendapatkan penanganan. Biasanya jagung diangkut masih dengan
kulitnya atau diangkut dalam bentuk jagung yang sudah kering. Pengangkutan
jagung harus dilakukan dengan hati-hati agar jagung tdak banyak mengalami
kerusakan. Agar jagung tidak mengalami kerusakan selama dalam pengangkutan,
jagung perlu dikemas dengan karung atau dengan keranjang. Kemasan jagung
untuk pengangkutan sebaiknya diatur yang rapi agar daya tampung dalam
kendaraan semaksimal mungkin.

11
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil paparan paper diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Kajian agronomi/budidaya dari tanaman jagung di mulai dari proses
persiapan tanaman, penanaman, pemeliharan hingga panen.
2. Indeks kematangan dari tanaman jagung dipengaruhi oleh dua syarat yaitu
syarat kualitatif dan syarat kuantitatif. Sedangkan untuk pasca panen
tanaman jagung dimulai dari pengumpulan, pengupasan, pengeringan
tongkol, pemipilan, sortasi, pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan.

12
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Arie. 2013. Penanganan pasca panen jagung.
http://arrieagustian.blogspot.com/2013/02/penanganan-pasca-panen-jagung.html.
Diakses pada tanggal 13 September 2018
Anonim. 2011. Budidaya Tanaman Jagung. http://budidayatnmn.blogspot.com/.
Diakses pada tanggal 13 September 2018

Anonim. 2014. Jagung. https://4miexs.wordpress.com/jagung/. Diakses pada


tanggal 13 September 2018

Asni, Nur. 2016. Teknologi penanganan panen dan pascapanen untuk


meningkatkan mutu jagung ditingkat petani.
http://jambi.litbang.pertanian.go.id/eng/images/INFOTEK/infotek_nurasni_jagun
g.pdf. Diakses pada tanggal 12 September 2018

13

You might also like