Professional Documents
Culture Documents
Susunan Materi Ajar
Susunan Materi Ajar
metode pengumpulan data. Suatu penelitian dapat menetapkan desain kualitatif yang
secara khusus.
research, etnografi ,studi kasus, dan penelitian sejarah. Pada bagian ini akan dibahas
1. Fenomenologi
fenomena yang terjadi dilapangan secara alamiah. Namun nanti yang akan
(1859-1938) seorang filsuf Jerman. Pada mulanya penelitian ini bermula dari
suatu studi tentang kesadaran dari perspektif pokok dari seseorang. Hal ini
pengalaman manusia dipahami bahwa setiap orang akan melihat realita yang
berbeda pada situasi yang berbeda dan waktu yang bebeda. Sebagai contoh“
perasaan” ( feeling) pada pagi ini akan berbeda pada pagi besok. Sehingga
kalau kita melakukan wawancara kepada seseorang pada pagi hari akan berbeda
umum untuk menunjuk pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis dan tipe
subjek yang ditemui. Dalam arti khusus istilah ini mengacu kepada pada
kenyataan, dalam hal ini kesadaran tentang sesuatu benda secara jelas (b)
karena kebetulan oleh sesuatu hal yang lain daripada dirinya sendiri. Demikian
juga dalam kehidupan sehari hari, seseorang tidak ada kontrol terhadap
, dan apa yang tidak dan dengan aturan apa objek dan kejadian itu berkaitan.
terbentuk oleh kebermaknaan dan nilai-nilai dalam kesadaran yang kita alami
pada aspek subjektif dari prilaku orang. Dimana para peneliti berusaha masuk
Para fenomenologis percaya bahwa pada makhluk hidup tersedia berbagai cara
untuk menginterpretasikan pengalaman melalui interaksi dengan orang lain .
dipertimbangkan yaitu : (a) apakah unsur yang penting dari pengalaman atau
Sumber data dari penelitian ini adalah fenomena yang sedang dipelajari yang
oleh pendidik, peserta didik, dan sebagainya. Dari paparan diatas dapat ditarik
adalah sebuah penelitian yang mengamati tentang fenomena yang terjadi dalam
mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka
Strauss pada tahun 1960-an. Menurut Denzin (1994: 273), pada hakikatnya
dasar yang diperoleh secara induktif tentang suatu fenomena. Teori berasal dari
bawah dalam suatu pengamatan sampai menjadi istilah. Grounded theory
bahwa suatu teori harus muncul dari data atau dengan kata lain suatu teori harus
dari bawah.
ciri-ciri dari penelitian grounded theory ini adalah sebagai berikut: (a) data
diperoleh dari dasar, (b) data harus sesuai dengan fenomena, (c) dipercaya dari
mengorganisasikan data dan membentuk teori dari data pada waktu yang
bersamaan Data yang diperoleh dibandingkan dengan data yang lain. Data yang
diarahkan pada penemuan atau minimal menguatkan suatu teori. Dengan kata
topik pada level konseptual yang luas. Penelitian dasar dilaksanakan dengan
studi perbandingan antar kategori, hingga verifikasi sampai pada titik jenuh.
ini juga bertujuan membangun teori yang dapat dipercaya dan menjelaskan
wilayah di bawah studi. Tujuan umum dari penelitian dasar ini yaitu secara
kriteria evaluatif.
Ada beberapa langkah yang harus dilakukan peneliti kualitatif yang
empiris.
lapangan.
membantu penelitian namun tidak dimaksudkan untuk tetap statis atau menjadi
1) Koding adalah proses untuk membuat kategorisasi data kualitatif dan juga
studi.
menjadi satu, untuk membantu agar data itu menjadi berarti dengan
grafik, peta konsep, gambar langsung atau kartun sederhana yang menjadi
kepada kasus ( case). Kasus-kasus ini dapat diperoleh dari kasus yang unik,
konteks khusus, isu- isu yang sedang berkembang, budaya, alamiah, holistic,
fenomena dan lainlain. Penelitian studi kasus ini biasa dilakukan pada
pendekatan kualiatatif dan kuantitatif. Kasus itu sendiri adalah suatu kesatuan
etis. Kasus itu sendiri bisa simpel dan bisa kompleks. Studi kasus itu sendiri
antara studi kasus dan penelitian lain adalah bahwa fokus perhatiannya adalah
kasus yang individu dan bukan keseluruhan populasi kasus. Studi kasus
alamiah
kualitatif karena pada hakekatnya penelitian kasus adalah bagian dari penelitian
kasus menurut Denzin (1994: 244) adalah sebagai berikut: (a) membatasi kasus,
atau isu (sebagai pertanyaan penelitian, (c) menentukan pola data untuk
arti penelitian difokuskan pada satu fenomena saja yang dipilih dan ingin
Satu fenomena tersebut dapat berupa seorang pemimpin sekolah atau pimpinan
spesifik. Selain itu desain penelitian ini adalah penjelasan komprehensif serta
mencoba untuk mengkaji sebuah kasus secara khusus dan maksimal yang
bertujuan bisa memberikan pandangan secara lengkap atas subjek yang di teliti.
penentuan sampel yang bersifat purposive, pengumpulan data dan analisis data
bukan terpisah-pisah.
kelompok yang diteliti adalah sub kelompok yang memiliki kelainan atau
pelajaran yang tidak disukai siswa atau prestasi belajar rendah, kelompok siswa
Istilah ethnos dalam bahasa Yunani adalah orang, ras, atau budaya
sekelompok orang (A.D Smith 1989 dalam Denzin, 1994:25) Kalau “ethno”
yang merupakan suatu disiplin ilmu yang mengkaji budaya sekelompok orang.
budaya di suatu tempat. Hal ini dilakukan oleh para peneliti awal seperti Taylor,
Frazer, Morgan sekitar abad 20. Dimana penelitian lapangan ini hanya terfokus
masa kini oleh anggota masyarakat yaitu way of life suatu masyarakat. Dimana
sosial dan budaya masyarakat dibangun dan dideskripsikan melalui analisis dan
nalar sang peneliti. Struktur budaya yang dideskripsikan adalah struktur sosial
dan budaya disini menurut aliran baru adalah susunan yang ada dalam fikiran
dari fikiran mereka. Budaya suatu masyarakat terdiri atas segala sesuatu yang
harus diketahui dan dipercayai seseorang agar dia dapat berprilaku sesuai
dengan cara yang diterima masyarakat. Budaya bukanlah hanya suatu fenomena
tersebut. Jalan yang paling utama dalam memahami suatu budaya dengan
custom (adat) atau cara hidup masyarakat . Dimana pola tingkah laku, adat, dan
dideskripsikan dari berbagai perspektif. Dari paparan ini dapat dipahami bahwa
pemahaman terhadap suatu budaya akan berbeda pada setiap orang yang
berbeda budaya. Hal ini dapat dilihat dari contoh bahwa keinginan untuk
menolong seseorang akan berbeda makna dengan orang lain yang berbeda
budaya. Maka penelitian etnografi ini meneliti tingkah laku namun lebih dalam
dari itu menyelidiki makna tingkah laku itu sendiri. Konsep kebudayaan
dalam Spradley: 1997: 7) menawarkan tiga premis sebagai landasan teori dari
etnografi yaitu:
a. Manusia melakukan berbagai hal atas dasar makna yang diberikan oleh
atas dasar makna yang terkandung dalam diri mereka sedangkan lokasi,
waktu, tingkah laku, alat adalah symbol yang mempunyai makna
khusus)
orang lain.
yang digunakan oleh orang dalam kaitannya dengan berbagai hal yang
dihadapi.
pendekatan kebudayaan ini yaitu secara emic dan etic. Pendekatan ”emic” yaitu
penelitian melibatkan perilaku dari budaya itu sendiri, sedangkan dari segi
”etic” yaitu mengkaji perilaku dari luar budaya dan menganalisa persamaan dan
apapun dari hasil penelitiannya. Dengan kata lain, setelah peneliti mendapatkan
data dari masyarakat, mereka ditinggalkan begitu saja Lalu apa yang harus
hal tersebut. Data didapatkan dan adanya sumbangsih kepada informan. Dari
paparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian yang menggunakan
belajar dari masyarakat serta mempelajari makna yang ditimbulkan oleh budaya
definisi yang dikemukakan Stringer dapat kita temukan pada definisi yang
ruang lingkung yang tidak terlalu luas yang berkaitan dengan suatu perilaku
penelaahan yang teliti terhadap suatu perlakuan tertentu dan mengkaji sampai
& Kemmis (dalam Rochman, 1997: 2) sebagai bentuk penelaahan atau inkuiri
melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan termasuk
di dalamnya guru, siswa atau kepala sekolah dalam suatu siyuasi sosial untuk
penuh.
1. Definisi Populasi
Istilah populasi berasal dari bahasa Inggris, population yang berarti jumlah
penduduk. Pada awalnya, istilah populasi hanya digunakan untuk masalah-
masalah kependudukan, namun semakin berkembangya zaman istilah populasi
menjadi sangat populer diberbagai bidang ilmu terutama didalam pembahasan
mengenai metode penelitian. Objek dalam hal ini bisa berarti manusia,
binatang, peristiwa, nilai, sikap hidup dan lain-lain.
2. Jenis-Jenis Populasi
c. Populasi Homogen
3. Definisi Sampel
4. Kegunaan Sampel
Ada berbagai jenis penelitian, yang mempnyai sifat merusak sehingga jika
data yang diambil adalah data populasi makaseluruh obyek yang ada di
populasi tersebut akan mengalami kersakan. Misalnya, jika kita ingin
menguji apakah lampu merk x dapat menyala selama 3 tahun seperti apa
yang dikatakan oleh pihak perusahaan ata tidak, maka jika kita akan
mengujinya dengan data populasi maka seluruh lampu yang ada, baik yang
ada di perusahaan, toko listrik, dirumah penduduk juga semuanya dijadikan
objek penelitian, sehingga seluruhu lampu tersebut semuanya ditunggu
selama tiga tahun untuk membuktikan apakah masih menyala seperti
perkataan pihak perusahaan ata tidak. Jika penelitiannya seperti ini, maka
ketika penelitian selesai semua produk sudah dalam kondisi rusak semua.
Dari gambaran ini maka bisa dipahami, bahwa jika penelitiannya bersifat
merusak semacam ini makapenelitian populasi tidak mungkin dilakukan.
Jalan sat-satunya yaitu dengan cara penggunaan sampel.
5. Teknik sampling
2001:57). Contoh: populasi ada 100 orang dan yang dijadikan sampel
25/100 agar bisa dipilih menjadi sampel. Teknik sampling ini meliputi:
sederhana ini dapat menggunakan dua cara, yaitu dengan cara mengundi
cara membagi jumlah atau anggota dari populasi dengan perkiraan jumlah
(Notoatmojo, 2010:120)
memiliki 1 orang lulusan s1, 2 orang lulusan d3, 9 orang lulusan SMA dan
6. Cluster sampling
jumlah sampel jika sumber data sangat luas. Pengambilan sampel didasarkan
meliputi:
8. Accidental sampling
9. Purposive sampling
Salah satu masalah yang dihadapi dalam teknik penarikan sampel adalah
tentang berapa banyak unit analisis (ukuran sampel) yang harus diambil. Oleh
karena itu, pada saat peneliti mengajukan usulan penelitian, disarankan untuk
secara tegas memberikan gambaran operasional berupa ukuran sampel minimal
yang akan digunakan untuk penelitiannya. Ukuran sampel ini akan memberikan
isyarat mengenai kelayakan penelitian (eligibility of the research).
b. Kelemahan/Kesulitan
a) Karena dapat dilakukan secaracepat dan murah, FGD seringdigunakan oleh
pembuat keputusanuntuk mendukung dugaan/pendapatpembuat
keputusannya.Persoalannya adalah, seberapa jauhFGD dilakukan sesuai
prinsip danprosedur yang benar.
b) FGD terbatas untuk dapatmemperoleh informasi yang lebihmendalam dari
seorang individuyang mungkin dibutuhkan. Hal inidisebabkan FGD terbatas
waktu danmemberi kesempatan secara adilbagi semua peserta
untukmenyampaikan pendapatnya. Untukini FGD tidak boleh
dipertentangkandengan metode lainnya, tetapi justruharus dilihat sebagai
salingmelengkapi.
c) Teknik FGD mudah dilaksanakan,tetapi sulit melakukan interpretasidatanya.
d) FGD memerlukan fasilitatormoderator(pemandu diskusi) yangmemiliki
ketrampilan tinggi. Hal iniamat berpengaruh terhadap hasil.
6. Definisi Observasi
Poerwandari (1998) berpendapat bahwa observasi merupakan metode yang
paling dasar dan paling tua, karena dengan cara-cara tertentu kita selalu terlibat
dalam proses mengamati. Observasi (menurut Arikunto, 2002) merupakan suatu
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan penelitian
secara teliti, serta pencatatan secara sistematis, sedangkan menurut Kartono
(1980 :142) observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang
fenomena social dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan
pencatatan.
Jekoda, berpendapat observasi dapat menjadi teknik pengumpulan data
secara ilmiah (Kartono,1980:142) apabila memenuhi syarat-syarat, yaitu :
1. Diabadikan pada pola dan tujuan penelitian yang sudah ditetapkan,
2. Direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis dan tidak secara
kebetulan (accidental)saja,
3. Dicatat secara sistematis dan dikaitkan dengan proposisi-proposisi yang
lebih umum dan tidak karena didorong oleh impuls dan rasa ingin tahu
belaka, dan
4. Kredibilitasnya dicek dan dikontrol seperti pada data ilmiah lainnya.
Hal ini dipertegas oleh Patton (2001) yang berpendapat bahwa observasi
merupakan metode pengumpulan data esensial dalam penelitian, apalagi
penelitian dengan pendekatan kualitatif. Untuk memberikan data yang akurat
dan bermanfaat, observasi sebagai metode alamiah harus dilakukan oleh
peneliti yang sudah melewati latihan-latihan yang memadai, serta mengadakan
persiapan yang teliti dan lengkap.
Observasi dalam penelitian kualitatif diterapkan dalam konteks suatu
kejadian natural, mengikuti alur alami kehidupan amatan. Observasi kualitatif
tidak dibatasi kategorisasi-kategorisasi pengukuran (kuantitatif) dan tanggapan
yang telah diperkirakan terlebih dahulu. Denzin & Lincoln (2009: 524)
mengutip pendapat Gardner (1988), menyebutkan bahwa observasi kualitatif
digunakan untuk memahami latar belakang dengan fungsi yang berbeda antara
yang obyektif, interpretatif interaktif, dan interpretatif grounded. Observasi
kualitatif bebas meneliti konsep-konsep dan kategori pada setiap peristiwa
selanjutnya memberi makna pada subjek penelitian atau amatan.
Babbie (1986: 91-92) menyebutkan bahwa observasi kualitatif memiliki
kekuatan pada aspek spesifikasi, proses peniruan, dan generalisasinya. Kegiatan
observasi pada penelitian kualitatif memiliti tingkat fleksibilitas, kedalaman
data, dan sifat yang terbuka. Maksud dari fleksibilitas bahwa observasi
kualitatif memungkinkan peneliti untuk cepat beradaptasi dengan kondisi yang
berubah. Tingkat kedalaman memungkinkan teknik observasi menghasilkan
data yang mendalam, dengan tidak harus menggunakan standarisasi formal
penyelidikan di semua pengamatan, peneliti bisa menyelidiki lebih dalam
sampai di bawah permukaan, dan tujuan tercapai. Terbuka dan menyeluruh
berarti bahwa peneliti kualitatif dapat menggunakan teknik observasional
tertentu, dengan menentukan fokus tujuan, sehingga semua aspek seperti
situasi, wajah, ekspresi, suara, cuaca, bau, dan sebagainya dapat dikaji secara
mendalam (Babbie, 1986: 92).
Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran
realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu
mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran
terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.
7. Manfaat Observasi
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat),
pelaku, kegiatan, objek perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan.
Observasi untuk tujuan empiris mempunyai tujuan bermacam-macam. Observasi
juga memiliki fungsi bervariasi. Tujuan dari observasi berupa deskripsi,
melahirkan teori dan hipotesis (pada penelitian kualitatif), atau menguji teori dan
hipotesis (pada penelitian kuantitatif).
Fungsi observasi secara lebih rinci dijelaskan oleh Rahmat (2005: 84) terdiri
dari deskripsi, mengisi, dan memberikan data yang dapat digeneralisasikan.
Deskripsi, berarti observasi digunakan untuk menjelaskan, memberikan, dan
merinci gejala yang terjadi, seperti seorang laboran menjelaskan prosedur kerja
atom hidrogen, atau ahli komunikasi menjelaskan secara rinci prosedur kerja di
stasiun televisi. Mengisi data, memiliki maksud bahwa observasi yang dilakukan
berfungsi melengkapi informasi ilmiah atas gejala sosial yang diteliti melalui
teknik-teknik penelitian. Memberikan data yang dapat digeneralisasikan,
maksudnya adalah setiap kegiatan penelitian, sehingga mengakibatkan respon atau
reaksi dari subjek amatan. Dari gejala-gejala yang ada, peneliti dapat mengambil
kesimpulan umum dari gejala-gejala tersebut (Rahmat, 2005: 85).
8. Karakter observasi
Terdapat tujuh karakteristik dalam kegiatan observasi, dan selanjutnya
menjadi proses tahapan observasi. Tahapan atau proses observasi tersebut meliputi
pemilihan (selection), pengubahan (provocation), pencatatan (recording), dan
pengkodeaan (encoding), rangkaian perilaku dan suasana (tests of behavior
setting), in situ, dan untuk tujuan empiris.
Pemilihan (selection) menunjukkan bahwa pengamatan ilmiah mengedit dan
memfokuskan pengamatannya secara sengaja atau tidak sengaja. Pemilihan
mempengaruhi apa yang diamati, apa yang dicatat, dan apa yang disimpulkan.
Peneliti dapat menentukan pilihannya atas sejumlah gejala alam, sosial, dan atau
kemanusiaan yang dianggap dapat memberikan informasi sesuai dengan
kebutuhannya. Tentu dalam hal ini peneliti melakukan pemilihan subjek amatan,
dengan melibatkan semua atau sebagian kemampuan indrawiah.
Pengubahan (provocation), berarti observasi yang dilakukan bersifat aktif,
tidak hanya dilakukan secara pasif. Peneliti boleh mengubah perilaku atau suasana
tanpa mengganggi kewajaran, kealamiahan (naturalness). Mengubah perilaku
berarti dengan kesengajaan mengundang respon tertentu, misalnya mengubah
perilaku orang lain dengan menggunakan pengaruh teladan atau keteladanan
seseorang pada kondisi tertentu. Bryan & Lindlof (1995: 140) menyebutkan bahwa
Bryan dan Test (1967) pernah melakukan manipulasi dan menstimuli perilaku
subjek penelitian, tanpa mengganggu kewajaran, situasi alamiah (naturalness).
Bryan dan Test (1967) mencoba memberikan perilaku keteladanan memberikan
sumbangan pada kegiatan amal bagi The Salvation Army.5 Apa yang dilakukan
oleh Bryan dan Test, menunjukkan bahwa aspek keteladanan mampu
mempengaruhi perubahan perilaku atau memprovokasi tindakan seseorang
melakukan apa yang distimulasikan kepadanya.
Pencatatan (recording) adalah upaya merekam kejadian-kejadian
menggunakan catatan lapangan, sistem kategori, dan metode-metode lain. Setiap
kejadian hendaknya memerlukan pencatatan. Mengamati tanpa diimbangi dengan
pencatatan mengakibatkan pengamat lupa terhadap apa yang diamatinya.
Kemampuan pengamat lebih lemah dari yang seharusnya diingat, dan kemampuan
ingatan berbeda-beda. Hal ini dapat terjadi karena ada kemungkinan seseorang
lebih tertarik pada fenomena tertentu, dan justru lebih gampang mengingatnya,
daripada harus mengingat-ingat fenomena yang akan diteliti dan harus diingatnya.
Sebaliknya, subjek amatan justru lebih mudah berubah apabila mengetahui bahwa
dia sengan diamati dan dicatat tingkah lakunya (ini berbeda dengan pengamatan
pada benda, atau hewan).
Pengkodean (encoding) berarti proses menyederhanakan catatan-catatan
melalui metode reduksi data (Miles dan Huberman, 1984:16).6 Kegiatan ini dapat
dilakukan dengan menghitung frekuensi bermacam perilaku. Rangkaian perilaku
dan suasana yang ada, menunjukkan bahwa observasi melakukan serangkaian
pengukuran yang berlainan pada perilaku dan suasana. Pengkodean juga dapat
dilakukan untuk menyederhanakan pengamatan yang berlangsung secara cepat.
Penggodean dapat dilakukan menggunakan kata-kata kunci (key words), yang
nantinya disempurnakan menjadi kalimat berita secara utuh, setelah pengamatan
berlangsung.
In situ, berarti pengamatan kejadian dalam situasi alamiah (naturalistic),
meskipun tanpa menggunakan manipulasi eksperimental. Mengamati secara in situ
dapat dilihat dari pengamatan perilaku mahasiswa di kelas. Salah satunya pada
saat mengamati mahasiswa yang sedang mengikuti kuliah metodologi penelitian
kualitatif, pada program doktoral di IAIN Walisongo, tanggal 6 Desember 20014.
Pengamatan in situ merupakan proses mengamati hal-hal apa saja yang riil atau
nyata, berdasarkan pengalaman riil di tempat kejadian berlangsung (Santana,
2009: 127). Menurut penulis, observasi yang dimaksudkan di sini diartikan sebagai
seluruh kegiatan atau aktivitas ilmiah empiris, diawali dengan kegiatan mengamati
gejala atau realitas bersifat empiris.
Observasi untuk tujuan empiris mempunyai tujuan bermacam-macam.
Observasi juga memiliki fungsi bervariasi. Tujuan dari observasi berupa deskripsi,
melahirkan teori dan hipotesis (pada penelitian kualitatif), atau menguji teori dan
hipotesis (pada penelitian kuantitatif). Fungsi observasi secara lebih rinci
dijelaskan oleh Rahmat (2005: 84) terdiri dari deskripsi, mengisi, dan memberikan
data yang dapat digeneralisasikan. Deskripsi, berarti observasi digunakan untuk
menjelaskan, memberikan, dan merinci gejala yang terjadi, seperti seorang laboran
menjelaskan prosedur kerja atom hidrogen, atau ahli komunikasi menjelaskan
secara rinci prosedur kerja di stasiun televisi. Mengisi data, memiliki maksud
bahwa observasi yang dilakukan berfungsi melengkapi informasi ilmiah atas
gejala sosial yang diteliti melalui teknik-teknik penelitian. Memberikan data yang
dapat digeneralisasikan, maksudnya adalah setiap kegiatan penelitian, sehingga
mengakibatkan respon atau reaksi dari subjek amatan. Dari gejala-gejala yang ada,
peneliti dapat mengambil kesimpulan umum dari gejala-gejala tersebut (Rahmat,
2005: 85).
9. Jenis Observasi
Jenis observasi sangat bervariasi, para ahli berbeda pendapat mengenai jenis
observasi.Lull (1982: 401) menyebutkan bahwa jenis observasi biasanya dibagi
berdasarkan pada keterlibatan peneliti terdiri dari participant observation, dan non
participant observation. Williems (1982: 137) dan Young (1975: 59) menyarankan
pembagian observasi berdasarkan peneliti menstruktur observasi, yaitu observasi
terstruktur dan observasi tak berstruktur. Bungin (2011: 120) membagi observasi
menjadi tiga, observasi partisipasi, observasi tidak berstruktur, dan observasi
kelompok. Babbie (1998: 230) membagi obsevasi berdasarkan model observasi,
terdiri dari eksperimen, penelitian survey, penelitian lapangan, observasi yang
tidak merubah perilaku subjek (unobtrusive), dan penelitian evaluatif. Menurut
Babbie (1998: 230) masing-masing model memiliki karakteristik berbeda. Peneliti
atau pengamat perlu memperhatikan topik, situasi, dan kondisi untuk menentukan
model observasi yang tepat.
Ratcliff D (2001 :75) menyatakan beberapa bentuk observasi yang dapat
digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu :
1. Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode pengumpulan
data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan
dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam
keseharian responden.Peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang,
mendengarkan apa yang diucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka.
2. Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa
menggunakan guide observasi. Pada observasi ini peneliti atau pengamat
harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu
objek
3. Observasi kelompok adalah observasi yang dilakukan secara berkelompok
terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus.
Baskoro (2009) menyebutkan bahwa observasi secara umum terdiri dari
beberapa bentuk, yaitu :
1. Observasi systematic biasa disebut juga observasi terstruktur yaitu observasi
yang memuat faktor-faktor dan ciri-ciri khusus dari setiap faktor yang diamati.
Menekankan pada segi frekuensi dan interval waktu tertentu (misalnya setiap
10 menit). Observasi sistematik, isi dan luasnya observasi lebih terbatas,
disesuaikan dengan tujuan observasi, biasanya telah dirumuskan pada awal
penyusunan rancangan observasi, respon dan peristiwa yang diamati dapat
dicatat secara lebih teliti, dan mungkin dikuantifikasikan.
2. Observasi unsystematic dilakukan tanpa adanya persiapan yang sistematis
atau terencana tentang apa yang akan diobservasi, karena peneliti tidak tahu
secara pasti apa yang akan diamati. Pada observasi ini, observer membuat
rancangan observasi namun tidak digunakan secara baku seperti dalam
observasi sistematik, artinya observer dapat mengubah subjek observasi
berdasarkan situasi lapangan.
3. Observasi eksperimental. Observasi eksperimental adalah observasi yang
dilakukan dengan cara mengendalikan unsur-unsur penting ke dalam situasi
sedemikian rupa, untuk mengetahui apakah perilaku yang muncul benar-benar
disebabkan oleh faktor yang telah dikendalikan sebelumnya. Karakter dari
observasi eksperimental adalah subjek (observee) dihadapkan pada situasi
perangsang yang dibuat seragam atau berbeda. Situasi dibuat sedemikian rupa
untuk memunculkan variasi perilaku; Situasi dibuat sedemikian rupa sehingga
observee tidak mengetahui maksud observasi.
4. Observasi natural, observasi yang dilakukan pada lingkungan alamiah subjek,
tanpa adanya upaya untuk melakukan kontrol atau direncanakan manipulasi
terhadap perilaku subjek. Karakter observasi natural observer mendapatkan
data yang representatif dari perilaku yang terjadi secara alamiah, sehingga
validitas eksternalnya baik. Dikatakan baik karena perilaku yang dimunculkan
subyek tidak dibuat-buat atau terjadi secara alamiah; kurang dapat
menjelaskan tentang hubungan sebab akibat dari perilaku yang muncul,
bahkan bersifat spekulatif dari observer. Hal ini disebabkan munculnya
perilaku hasil manipulasi atau kontrol yang dilakukan peneliti.
5. Observasi Partisipan. Orang yang mengadakan observasi turut ambil bagian
dalam kehidupan orang-orang yang diobservasi. Umumnya observasi
partisipan dilakukan untuk penelitian yang bersifat eksploratif. Menyelidiki
perilaku individu dalam situasi sosial seperti cara hidup, hubungan sosial
dalam masyarakat, dan lain-lain. Hal yang perlu diperhatikan dalam observasi
ini adalah materi observasi disesuaikan dengan tujuan observasi; waktu dan
bentuk pencatatan dilakukan segera setelah kejadian dengan kata kunci;
urutan secara kronologis secara sistematis; membina hubungan untuk
mencegah kecurigaan, menggunakan pendekatan yang baik, dan menjaga
situasi tetap wajar; kedalaman partisipasi tergantung pada tujuan dan situasi.
Berdasarkan tingkat partisipasinya, kegiatan observasi dilakukan melalui
partisipasi lengkap (penuh), anggota penuh, partisipasi fungsional, aktivitas
tertentu bergabung, dan partisipasi sebagai pengamat.
6. Observasi non partisipan adalah metode observasi dimana observer tidak
ambil bagian dalam kehidupan observee.
7. Observasi unobtrusiveatauunobtrusive measures-unobtrusive methods non
reactive methods merupakan observasi yang tidak mengubah perilaku natural
subjek. Observasi jenis ini dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan alat
ataupun menyembunyikan identitas sebagai observer. Contoh observasi
unobtrusive methods adalah observasi yang dilakukan pada naskah, teks,
tulisan, dan rekaman audio visual, materi budaya (objek fisik), jejak-jejak
perilaku, arsip pekerjaan, pakaian atau benda lain di museum, isi dari buku-
buku di perpustakaan, observasi sederhana, hardware techniques; kamera,
video, dll, rekaman politik, dan demografi (Babbie, 1998: 308).
8. Observasi formal. Ciri dari observasi formal mempunyai sifat terstruktur yang
tinggi, terkontrol dan biasanya untuk penelitian. Dalam observasi
formal,definisi observasi ditetapkan secara hati-hati, data disusun sedemikain
rupa, observer dilatih secara khusus, dan reliabilitas antar rater pun sangat
dijaga. Pencatatan, analisis, dan interpretasi pada observasi formal
menggunakan prosedur yang sophisticated.
9. Observasi Informal memiliki sifat yang lebih longgar dalam hal kontrol,
elaborasi, sifat terstruktur, dan biasanya untuk perencanaan pengajaran dan
pelaksanaan program harian. Lebih mudah dan lebih berpeluang untuk
digunakan pada berbagai keadaan. Observasi informal sering disebut juga
naturalistic observation.
10. Kelebihan dan kekurangan
Kelebihan teknik observasi terletak pada kemudahan mengakses setting.
Metode observasi tidak mencolok/ tersamar (unobtrusive), tidak menuntut
interaksi langsung dengan partisipan. Menurut Webb, dkk., (1996) observasi
dapat dilakukan secara tersamar, dengan banyak setting dan tipe perilaku.
Kelebihan lain terletak pada upaya meminimalisasi potensi dan pengaruh yang
ditimbulkan oleh pengamat. Kelebihan lain terletak dari keserentakannya
(emergence) dengan metode lain seperti wawancara. Pengamat memiliki
kebebasan dalam menggali informasi (permasalahan dan pertanyaan) dan
pengetahuan dari subjek amatan. Metode observasi lebih terstruktur, memiliki
fleksibilitas dalam membingkai gagasan ke dalam realitas baru, sekaligus
menawarkan metode/ cara baru untuk mengkaji realitas lama (old realities)
(Kidder, 1981). Metode observasi dengan bukti setting dan subjeknya
menyajikan bukti yang lebih kuat, bernilai, dan berkualitas (biasanya
diupayakan dengan teknik triangulasi)14 (Douglas, 1976). Lofload (1967)
menyebutkan bahwa observasi sebagai sebuah metode memiliki kelebihan
dibandingkan dengan metode lain mampu memperoleh gambaran memahami
tingkah laku yang komplek dan situasi rumit. Ada studi-studi tententu (sosial
dan psikologi) yang tidak memumngkinkan menggunakan metode lain. Jadi
metode observasi merupakan satu-satunya metode yang dilakukan. Contohnya
meneliti tingkah laku hewan, anak, bayi, orang yang terganggu jiwanya, orang
cacat mental (Lofload, 1967; Indrawati, dkk., 2007: 2).
Kelemahan metode observasi lebih mengarah pada persoalan validitasnya
(Selltiz, et.al, 1964: 200). Karena bisa jadi peneliti ketika melakukan
observasi hanya mendasarkan pada persepsi atau kesan sendiri. Kondisi ini
cenderung melahirkan bias pengamat dan sumber kesalahan, dibandingkan
dengan interpretasi subjektif tanpa dilengkapi dengan kutipan sumber. Kedua,
berkaitan dengan tingkat reliabilitas atau keandalan data dan informasi dari
subjek amatan. Ketiga, masalah subjektivitas dan terlalu bersandar pada
artikulasi perorangan. Keempat, apabila observasi dilakukan pada bidang
cakupan yang luas, mengakibatkan generalisasi menjadi tidak tepat dan
objektif.
BAB V
ANALISIS DATA
Phase 4
Patterns (themes/concepts)
Phase 3
Categories (emic & etic)
Phase 2
Topics
Phase 1
Data
D D
at at
a a
co co
lle lle
cti cti
on on
D
at
a
re
du C
cti on
on cl
us
1. Analisis Domain
Analisis domain adalah upaya peneliti untuk memperoleh gambaran
umum tentang data dalam menjawab fokus penelitian. Caranya ialah
dengan membaca naskah data secara umum dan menyeluruh untuk
memperoleh domain atau ranah apa saja yang ada didalam data tersebut
(Rahardjo, 2010). Hasil analisis ini masih berupa pengetahuan tingkat
permukaan tentang barbagai ranah konseptual.Dari hasil pembacaan itu
diperoleh hal-hal penting dari kata, frase, atau bahkan kalimat untuk dibuat
catatan pinggir.
Analisis domain digunakan untuk menganalisis gambaran objek
peneliti secara umum atau ditingkat permukaan, namun relatif utuh tentang
objek penelitian tersebut.Analisis ini dikenal sebagai teknik yang dipakai
dalam penelitian yang bertujuan eksplorasi. Terdapat 6 langkah dalam
mengaplikasikan analisis domain, yaitu :
a. Memilih pola hubungan semantik tertentu atas dasar informasi atau fakta
yang tersedia dalam catatan harian peneliti di lapangan
b. Menyiapkan kerja analisis domain
c. Memilih kesamaan-kesamaan data dari catatan harian peneliti di
lapangan
d. Mencari konsep-konsep induk dan kategori-kategori simbolik yang
sesuai dengan suatu pola hubungan semantic
e. Menyusun pertanyaan-pertanyaan struktural untuk masing-masing
domain
f. Membuat daftar keseluruhan domain dari seluruh data yang ada.
2. Analisis Taksonomi
Analisis taksonomi berfokus pada domain-domain tertentu, kemudian
memilih domain tersebut menjadi sub-sub domain, serta bagian-bagian yang
lebih khusus dan terperinci, yang umumnya merupakan satu rumpun yang
memiliki kesamaan. Hal yang perlu diketahui bahwa banyak sedikit pecahan-
pecahan domain menjadi subdomain dan seterusnya, bergantung pada
kompleksnya domain itu sendiri atau bergantung pada peneliti
mengembangkan kompleksitas domain tertentu.
3. Analisis Komponensial
Analisis komponensial secara menyuluruh memiliki kesamaan kerja
dengan analisis taksonomik, hal yang membedakan kedua teknik analisis ini
adalah pada pendekakatan yang dipakai oleh masing-masing analisis. Analisis
komponensial digunakan dalam analisis kualitatif untuk menganalisis unsur-
unsur yang memiliki hubungan yang kontras satu sama lain dalam domain-
domain yang telah ditentukan untuk menganalisis secara lebih terperinci.
Kegiatan analisis dapat dimulai dengan menggunakan beberapa tahap, yaitu :
a. Penggelaran hasil observasi dan wawancara
b. Memilih hasil observasi dan wawancara
c. Menemukan elemen-elemen kontras
4. Analisis Tema Kultural
Analisis tema kultural adalah analisis ini mencoba mengumpulkan
sekian banyak tema, fokus budaya, nilai, dan symbol-simbol budaya yang ada
dalam setiap domain.Selain itu menurut (Rahardjo, 2010) analisis ini berusaha
menemukan hubungan-hubungan yang terdapat pada domain yang dianalisis
sehingga membentuk satu kesatuan yang holistik, yang akhirnya
menampakkan tema yang dominan dan mana yang kurang dominan. Pada
tahap ini yang perlu dilakukan penenliti adalah :
a. Peneliti harus mampu melakukan analisis komponensial antar domain
b. Membuat skema sarang laba-laba untuk dapat membentuk pada domain
satu dengan lainnya
c. Menarik makna dari hubungan-hubungan yang terbentuk pada masing-
masing domain
d. Menarik kesimpulan secara universal dan holistic tentang makna
persoalan sesungguhnya yang sedang dianalisis.
5. Teknik analisis
6. ANALISIS LAPANGAN
Analisis yang dikerjakan dilapangan dilaksanakan secara terus-
menerus, sementara data dikumpulkan, merupakan upaya memantapkan
data sebagai bahan analisis data akhir sebelum peneliti meninggalkan
lapangan.Peneliti harus dapat merasakan kebebasannya dalam kegiatan
eksplorasi, tetapi ditekankan untuk segera mungkin membuat keputusan.
Hal ini berkaitan dengan rancangan yang akan dipilih, seperti studi kasus
organisasi, studi observasi, sejarahkehidupan, dan kajian budaya. Misalnya,
apakah peneliti ingin mendiskripsikan secara lengkap data penelitiannya
ataukah peneliti hanya tertarik untuk mengangkat teori mengenai aspek
tertentu.
Peneliti mengembangkan pertanyaan analitis. Sesuai dengan
desain penelitiannya, peneliti biasanya terjun ke lapangan penelitian
dengan membawa sejumlah pertanyaan yang sifatnya masih umum. Hal ini
penting, karena pertanyaan-pertanyaan itu dapat mengarahkan atau
memfokuskan pengumpulan data, disamping akan membantu proses
pengorganisasiannya. Peneliti merencanakan pengumpulan data berikutnya
dengan memerhatikan temuan pengamatan sebelumnya.Jika catatan
lapangan selalu ditinjau secara periodic maka rencana untuk melacak data
yang spesifik perlu dilakukan.
1. Open Coding
Suatu gejala (misalnya dalam hal ini ‘reaksi kiai’) akan
diidentifikasi kategori-kategorinya untuk kemudian (sesudah
diberi sebutan/named, labelled) diidentifikasi atribut dan
dimensi.
Misalnya,
Salah satu kategori dalam gejala ‘reaksi kiai’ itu adalah
‘aktivitasnya melakukan pertemuan untuk membahas masalah’
Pertemuan’ ini kemudian boleh dilihat atribut-atributnya
(misalnya: frekuensi, ruang lingkup bahasan, intensitas kajian,
lama penyelenggaraan, dsb), dan seterusnya dimensi masing-
masing atribut-atribut itu (sering-tidaknya,luas-sempitnya ruang
lingkup bahasan, dalam-dangkal kajian, lama atau sebentarkah
penyelenggaraannya, dan seterusnya).
2. Axial Coding
Kategori-kategori gejala yang berhasil diungkap akan
dihubungkan satu sama lain. Kategori-kategori itu ada yang
dapat diposisikan sebagai:
1. kondisi yang dianggap penyebab, ialah kejadian apapun yang
menyebabkan terjadinya suatu gejala
2. gejala itu sendiri, ialah peristiwa sentral yang akan
menggerakkan terjadinya serangkaian aksi/tindakan atau juga
interaksi;
3. konteks, ialah suatu kompleks kondisi – lokasi dan/atau
waktu tertentu—yang menjadi ajang berlangsungnya suatu
aksi atau interaksi;
4. kondisi pengintervensi, ialah kondisi-kondisi struktural yang
memudahkan atau menyulitkan jalannya proses dalam suatu
konteks tertentu;
5. aksi atau interaksi, ialah strategi tindakan yang dilakukan
untuk merespons atau mengatasi permasalahan yang ada;
6. konsekuensi, ialah hasil yang diperoleh lewat
penyelenggaraan aksi atau interaksi.
3. Selective Coding
Suatu proses untuk menyeleksi kategori-kategori guna
menemukan kategori inti atau sentral, secara sistematis dapat
dipakai secara konsepsional untuk merangkai dan
mengitegrasikan kategori-kategori lain dalam suatu jaringan
“kisah”. Kisah panjang-lebar yang merupakan paparan
deskriptif tentang realita sosial, yang diletakkan dalam fokus
kajian inilah yang disebut story. Proses mengintegrasikan
kategori-kategori dalam selective coding – yang berakhir
dengan story yang dapat dilaporkan ini – dalam suatu tataran
analisis yang jauh lebih abstrak daripada yang berlangsung
sepanjang proses axial coding.
Kepekaan teoretik seorang peneliti, ialah ketajaman
imajinasinya untuk mereka-reka bangunan teoretik dari data dan
kategori data yang telah diperoleh, sangat diharapkan pada
tahap ini.
8. ANALISIS SETELAH MENGUMPULKAN DATA
Pekerjaan analisis setalah pengumpulan data tidak lain adalah
mengembangkan sebuah sistem kode untuk mengorganisasikan data.
Peneliti tentunya dalam data nya menjumpai kata-kata tertentu, ungkapan-
ungkapan, pola perilaku, jalan berfikir subjek, dan berbagai peristiwa yang
berulang. Kategori kode adalah alat untuk memilah atau menyortir data
diskriptif yang terkumpul sehingga bahan-bahan yang berhubungan dengan
topik yang ada secara fisik terpisah dari data yang lain.
Mantja (2007) mengumukakan klasifikasi kode yaitu :
1. Kode latar
Kode latar menunjukkan kode berdasarkan ketika sebagian besar
informasi umum dalam latar, topic, dan subjek dapat dipilah-
pilahkan.Pertanyaan-pertanyaan umum yang dibuat untuk
mendiskripsikan subjek, latar, bagimana latar itu sesuai dengan
masyarakatnya, statistic deskriptif maupun data kuantitatif lainnya, asal
mendiskripsikan latar, dapat dikode.
2. Kode situasi
Untuk menempatkan unit-unit data yang menjelaskan bagiamana
subjek menentukan latar atau topic tertentu. Ketertarikan peneliti
terhadap cara pandang dunia mereka dan bagaimana subjek melihat diri
mereka sendiri dalam hubungannya dengan latar atau topik peneliti.
Peneliti hendaknya memiliki sebuah kode untuk setiap informan atau
partisipan.
3. Kode perspektif subjek
Mengacu pada cara berfikir yang dikemukakan oleh beberapa atau
seluruh objek, yang pada umumnya secara keseluruhan tidak sama
dengan definisi situasi, tetapi mengacu pada aspek-aspek khusus latar.
Kode itu mencakup peraturan dan norma, atau beberapa pendirian.
4. Kode cara berfikir subjek
Mengenai orang dan objek menunjukkan kode yang diberikan kepada
pengertian subjek mengenai seseorang terhadap orang lain, mengenai
orang-orang diluar dirinya dan mengenai objek yang menjadi bagian
dari dunianya
5. Kode proses
Kode proses merujuk pada kode kata-kata atau ungkapan yang
mendukung pengkatagorian urutan peristiwa, perubahan dari wkatu ke
waktu, untuk menggunakan kode proses peneliti harus memandang
seseorang, kelompok, organisasi, atau kegiatan sepanjang waktu dan
merasakan terjadinya perbaikan dalam tahap-tahap tersebut. Secara
khusus kode proses menunjuk pada periode waktu, tahapan, fase,
bagian, langkah, atau kronologis kejadian. Misalnya suatu sejarah
kehidupan seseorang yang menekankan pendidikannya meliputi kode,
seperti kehidupan di masa muda, hari-hari di sekolah dan universitas,
dan sesudah lulus.
6. Kode kegiatan
Kode kegiatan diberikan kepada jenis perilaku yang terjadi secara
tetap.Perilaku-perilaku itu secara relatif mungkin bersifat informal,
yang dapat mengarahkan pada kode atau yang juga terjadi secara
teratur sehingga merupakan bagian formal dari sebuah latar.
7. Kode peristiwa
Digunakan pada sebuah unit data yang berhubungan dengan kegiatan
khusus yang terjadi didalam latar, atau didalam subjek penelitian.Kode
peristiwa menunjukkan pada peristiwa khusus yang jarang terjadi atau
hanya sekali terjadi.
8. Kode strategi
Kode merujuk pada taktik, cara, teknik,maneuver, dan berbagai hal
yang dilakukan orang secara sadar untuk mencapai berbagai tujuan.
Misalnya seorang guru dikelas menerapkan strategi untuk mengontrol
perilaku siswanya.
9. Kode relasi dan struktur sosial
Mengatagorikan pola perilaku tetap dan teratur diantara orang-orang,
tidak secara formal ditentukan oleh peta organisasi yang
dikelompokkan berdasarkan hubungan (relasi)
10. Kode metode
Kode metode memisahkan bahan-bahan yang berhubungan dengan
prosedur penelitian, masalah, kesukaan, dilema, dan yang
sejenisnya.Sebagian besar penelitian dengan satu kode metode
dianggap memadai.Terkait hal ini semua kategori kode berhubungan
dengan metode. Berbagai judul, bab, dan bagian dalam suatu buku
dapat dikode seperti halnya dalam penelitian.
1. Triangulasi
3. Presentasi data
a. Deskripsi informasi tentang program
1) Riwayat dan asal usul program penelitian
2) Kegiatan program, proses dan tujuan
3) Ciri-ciri subjek
b. Deskripsi penemuan yang diorganisasi disekitar pertanyaan-pertanyaan
penelitian dan pemakai informasi
1) Informasi deskritif atas dasar pengamatan dan atau wawancara. Apa
yang terjadi ? apa yang dikatakan?
2) Sediakan informasi apa saja yang diperlukan pembaca kedalam situasi
yang diuraikan dan diteliti.
c. Analisi data
1) Penyajian pola, tema, kecenderungan, dan motivasi yang muncul dari
data
2) Penyajian kategori, sistem klasifikasi, dan tipologi
a) Tipologi yang disusun oleh subjek untuk menjelaskan dunianya
b) Tipologi yang disusun oleh peneliti
d. Penafsiran dan penjelasan
1) Kaitan-kaitan antara kategori dan dimensi
2) Hubungan-hubungan antara hal-hal yang berkaitan dan bagian-bagian
yang bebas
3) Persoalan yang berkaitan dengan sebab dan konsekuensinya, termasuk
hipotesis tentang hubungan antara proses dan hasil
4. Validasi dan verifikasi penemuan
a. Rincian tentang pelaksanaan metode dan pelaporan pada setiap tingkatan
awal dari prosedur yang diharapkan
Bagaimana studi itu dilakukan ?
Bagaimana pengumpulan data sebenarnya ?
b. Derajat kepercayaan penemuan
1) Pembahasan tentang hipotesis alternatif dan alternatif pembahasan
2) Analisis kasus-kasus negatif yang menunggu
3) Triangulasi :
Metode
Sumber
peneliti
4) Pengaruh peneliti-peranan pribadi dan perspektif peneliti
5) Salinan setiap reaksi subjek atau lainnya yang telah menelaah jalannya
studi
Lincoln dan Guba menyajikan kerangka dua dimensi yang harus ada dalam laporan,
yaitu bagian substantif dan bagian metodologis.
Bagian dari substantif yaitu :
1. Rumusan masalah, evaluan, atau pilihan kebijaksanaan yang terjadi dalam studi
2. Rumusan secarateliti tentang konteks atau latar tempat penelitian diadakan dan
tempat penelitian diadakan dan tempat inkuiri mempedulikannya
3. Pembahasan tentang hal-hal yang menonjol yang ditemukan dilapangan ialah
tentang unsur-unsur yang ditemukan sebagai hal penting dan diteliti secara
mendalam
4. Diskusi tentang hasil penelitian sebagai bahan pelajaran yang dapat dipelajari
dari penelitian.
Bagian dari metodologi yang dapat dimasukkan kedalam isi maupun pada lampiran
yaitu :
1. Uraian secara teliti tentang derajat kepercayaan peneliti
2. Uraian secara teliti tentang metode-metode yang digunakan mencakup hakikat
upaya membuka desain
3. Uraian secara teliti tentang ukuran-ukuran yang digunakan untuk meningkatkan
kemungkinan keabsahan data penelitian yang derajat keabsahannya dikaitkan
dengan berbagai tempat, dan akhirnya pemeriksaan secara khusus, dilakukan
dengan pengecekkan anggota dan auditing
KERANGKA LAPORAN PENELITIAN
I. Latar Belakang, Masalah, Tujuan penelitian
A. Latar Belakang Penelitian
1. Asal mula diselenggarakannya penelittian
2. Alasan diadakannya penelitian
3. Penelitian ini diadakan oleh siapa
4. Apakah penelitian ini diadakan secara perseorangan ataukah oleh tim
peneliti, siapa dan bagaimana penentuannya ?
III. Metodologi
A. Deskripsi Latar Penelitian , Entri, dan Kehadiran Peneliti
1. Deskripsi latar penelitian
2. Tahap-tahap dan jadwal waktu penelitian
3. Sampling: situasi dan subjek
B. Deskripsi Peneliti sebagai alat dan metode yang digunakan
C. Tahap-tahap penelitian sampling
1. Tahap-tahap dan jadwal waktu penelitian
2. Samplimg: situasi dan subjek
D. Proses pencatatan dan analisis data
1. Proses pencatatan data
2. Proses analisis data
IV. Penyajian Data
A. Deskripsi penemuan ( yang diorganisasikan disekitar pernyataan-pernyataan
penelitian dan pemakai informasi )
1. Deskripsi informasi : hasil pengamatan atau wawancara ( apa yang
terjadi ? apa yang dikatakan ? )
2. Deskripsi informasi lainnya (berasal dari dokumen, foto, dan lain-lain)
B. Deskripsi hasil Analisi Data
1. Penyajian pola, tema, kecenderungan dan motivasi yang muncul dari
data
2. Penyajian kategori, sistem klasifikasi, dan tipologi ( tipologi yang
disusun oleh untuk menjelaskan dunianya dan yang disusun oleh peneliti
)
C. Penafsiran dan Penjelasan
1. Hipotesis kerja : kaitan-kaitan antara kategori dengan dimensi; antara
konsep dengan konsep )
2. Persoalan yang berkaitan dengan sebab dan konsekuensinya (dengan
“konsep” yang saling mempertajam )