Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 83

BAB I

PENELITIAN KUALITATIF DAN PARADIGMA KONTRUKSI DALAM


RISET

1. Definisi Penelitian Kualitatif


Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller (1986:9) pada
mulanya bersumber pada pengamatan kualitatif yang mempertentangkan
dengan pengamatan kuantitaif. Pengamatan kuantitatif melibatkan pengukuran
tingkatan suatu ciri tertentu. Untuk menemukan sesuatu dalam pengamatan.
Penelitian Kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki,
menemukan menggambarkan, menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari
pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan melalui
pendekatan kuantitatif. Penelitian ini merupakan metode penyelidikan untuk
mencari jawaban atas suatu pertanyaan, dilakukan secara sistematik
menggunakan seperangakat prosedur untuk menjawab pertanyaan,
mengumpulkan fakta menghasilkan suatu temuan yang tidak bisa ditetapkan
sebelumnya dan menghasilkan suatu temuan yang dapat di pakai melebihi
batasan-batasan penelitian yang ada pada penelitian kuantitatif. Penelitian
kualitatif digunakan untuk memahami suatu masalah penelitian dari sudut
pandang/perspektif populasi penelitan yang terlibat.
Penelitian kualitatif efektif digunakan untuk memperoleh informasi yang
spesifik mengenai nilai, opini, perilaku dan konteks sosial menurut keterangan
populasi. Kekuatan penelitian kualitatif adalah kemampuan untuk memberikan
deskripsi tekstual yang kompleks tentang bagaimana seseorang mengalami
sesuatu yang menjadi masalah dalam menurut perspektif individu yang
mengalaminya terutama untuk masalah yang sensitif, perilaku bertentangan
dengan norma sosial, kepercayaan, emosi, hubungan antar individu, faktor –
faktor yang belum jelas atau membingungkan, norma sosial, status sosial
ekonomi, peran gender, etnis, dan agama.
Metode kualitatif sangat cocok digunakan untuk meneliti ketika masalah
belum jelas, dilakukan pada situasi sosial yang tidak begitu luas, sehingga hasil
penelitian lebih mendalam dan bermakna.
Menurut para ahli penelitian kualitatif didefinisikan sebagai berikut :

a. KIRK& MILLER (1986) : Tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan social


yang secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap tingkah
laku manusia dalam ‘kawasannya/ dunianya sendiri’ dan berhubungan
dengan orang-orang yang diteliti dalam ‘bahasa’ dan ‘istilah’ mereka
sendiri.
b. BOGDAN & TAYLOR (1975) : Prosedur penelitian yang penghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis ataulisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati.
c. Denzin dan Lincoln (1987) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah
penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan menggunakan
metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik
secara alamiah. Kemudian definisi ini jelas memberi gambaran bahwa
penelitian kualitatif mengutamakan latar lamiah, metode alamiah, dan
dilakukan oleh orang yang mempunyai perhatian alamiah.
d. Penelitian Kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi
dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok
orang dianggap berasal dari maslah sosial atau kemanusiaan.
Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting, seperti
mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur,
mengumpulkan data yang spesifik dari para partisipan, menganalisis data
secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-tema umum,
dan menafsirkan makna data. (Diadaptasi dalam Creswell, 2007).
e. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk
menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas
atau keistimewaan dari pengaruh social secara alamiah dengan
mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara
peneliti dengan fenomena yang di teliti (Saryono, 2010 :1).
f. Sugiyono (2017:15), Menyimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,
digunakan untyuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai
lawannya eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,
pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan
snowbaal, teknik pengumpulan dangan trianggulasi (gabungan), analisis
data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makana dari pada generalisasi.
g. Meleong, mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu
penelitian ilmiah, yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam
konteks social secara ilmiah dengan mengedepankan proses interaksi
komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang di
teliti.

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat di simpulkan bahwa yang di


maksud dengan penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek yang alamiah. Dengan tujuan untuk memahami suatu fenomena
dalam konteks social secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi
komunikasi yang mendalam anatara peneliti dengan fenomena yang teliti.
Metode kualitatif digunakan untuk kepentingan yang berbeda bila di
bandingkan dengan metode kuantitatif. Kapan Metode kualitatif digunakan :
1. Bila masalah penelitian belum jelas, masih remang-remang bahkan masih
gelap. Kondisi semacam ini cocok diteliti dengan metode kualitatif, karena
peneliti kualitatif akan langsung masuk ke obyek, melakukan penjelajahan
dangan gran tour question, sehingga masalah akan dapat ditemukan denga
jelas melalui penelitian model ini, peneliti akan melakukan ekplorasi
terhadap suatu obyek.
2. Ingin memahami makna di balik data yang tampak
Gejala sosial sering tidak bisa dipahami berdasarkan apa yang diucapkan
dan dilakukan orang. Setiap Ucapan dan tindakan orang sering
mempunyai makna tertentu. Sebagai contoh orang yang menangis,
tertawa, cemberut, mengedipkan makna tertentu.
3. Memahami interaksi sosial yang kompleks
Interaksi sosial yang kompleks hanya dapat d urai kalau peneliti
melakukan penelitian dengan metode kualitatif dengan cara ikut berperan
serta, wawancara mendalam terhadap interaksi sosial tersebut. Dengan
demikian akan dapat ditemukan pola – pola hubungan yang jelas.
4. Memahami perasaan orang
Perasaan seseorangv akan sulit dimengerti jika tidak diteliti dengan
metode kualitatif, dengan metode teknik pengumpulan data wawancara
mendalam, dan observasi berperan serta untu merasakan apa yang
dirasakan orang tersebut.
5. Mengembangkan teori
Metode penelitian kualitatif paling cocok digunakan untuk
mengembangkan teori yang di bangun melalui data yang diperoleh melalui
lapangan. Teori yang demikian di bangun melalui grounded research.
Dengan metode metode kualitatif peneliti pada tahap awalnya melakukan
penjelajahan, selanjutnya melakukan pengumpulan data yang mendalam
sehingga dapat ditemukan hipotesis yang berupa hubungan antar gejala.
Hipotesis tersebut selanjutnya di verifikasi dengan pengumpulan data
yang lebih mendalam.
6. Memastikan kebenaran data
Data sosial sering sulit di pastikan kebenarannya. Dengan metode
kualitatif, melalui teknik pengumpulan data secara triangulasi/gabungan
(karena dengan tehnik pengumpulan data tertentu belum dapat
menemukan apa yang dituju, maka ganti teknik) maka kepastian data akan
lebih bterjamin. Selain itu, dengan metode kualitatif data yang diperoleh
diuji kredibilitasnya, dan penelitian berakhir setelah data itu jenuh, maka
kepastian data akan dapat diperoleh.
7. Meneliti sejarah perkembangan
Sejarah perkembangan kehidupan seseorang tokoh atau masyarakat akan
dapat dilacak melalui metode kualitatif. Dengan menggunakan data
dokumentasi, wawancara mendalam.

2. Fungsi dan Pemanfaatan Penelitian Kualitatif


Penelitian Kualitatif dimanfaatkan untuk keperluan
1. Pada penelitian awal dimana subjek penelitian tidak didefinisikan secara
baik dan kurang dipahami
2. Pada upaya pemahaman penelitian perilaku dan penelitian motivasional
3. Untuk penelitian konsultatif
4. Memahami isu – isu rumit suatu proses
5. Memahami isu – isu rinci tentang situasi dan kenyataan yang dihadapi
seseorang
6. Untuk memahami isu – isu yang sensitif
7. Untuk keperluan evaluasi
8. Untuk meneliti latar belakang fenomena yang tidak dapat diteliti melalui
penelitian kuantitatif
9. Digunakan untuk meneliti tentang hal – hal yang berkaitan dengan latar
belakang subjek penelitian
10. Digunakan untuk lebih dapat memahami setiap fenomena yang sampai
sekarang belum banyak diketahui
11. Digunakan oleh peneliti bermaksud meneliti sesuatu secara mendalam
12. Dimanfaatkan oleh peneliti yang berminat untuk menelaah sesuatu latar
belakang misalnya tentang motivasi, peranan, nilai, sikap, dan persepsi.
13. Digunakan oleh peneliti yang berkeinginan untuk menggunakan hal – hal
yang belum banyak diketahui ilmu pengetahuan
14. Dimanfaatkan oleh peneliti yang ingin meneliti sesuatu dari segi
prosesnya.

3. Ciri- ciri Penelitian Kualitatif


1. Menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian kualitatif berupa
lingkungan alamiah. Kajian utama dalam penelitian kualitatif yaitu
peristiwa – peristiwa yang terjadi dalam kondisi dan situasi sosial.
Penelitian dilakukan ketika berinteraksi langsung ditempat kejadian.
Peneliti melakukan pengamatan,mencatat, mencari tahu, menggali sumber
yang berkaitan dengan peristiwa yang terjadi pada saat itu juga. Apa yang
telah diamati pada dasarnya tidak lepas dari konteks lingkungan dimana
tingkah laku itu berlangsung.
2. Memiliki sifat deskriptif analitik
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan, wawancara, dokumentasi,
analisis, catatan lapangan,disusun peneliti, dilokasi penelitian, bukan
dalam bentuk angka – angka. Peneliti melakukan analisis data dengan
memperbanyak informasi, mencari hubungannya, membandingkan dan
menemukan atas dasar data sebenarnya (bukan dalam bentuk angka).
Hasil analisis data berupa pemaparan yang berkenaan dengan situasi yang
diteliti dan disajikan dalam bentuk uraian narasi. Pemaparan data tersebut
umumnya adalah menjawab dari pertanyaan dalam rumusan masalah yang
ditetapkan.
3. Tekanan pada proses bukan hasil
Data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian kualitatif berkaitan
denagan pertanyaan untuk menggungkapan proses dan bukan hasil dari
suatu kegiatan. Pertanyaan menuntut gambaran keadaan sebenarnya
tentang kegiatan, tahap – tahap prosedur, alasan – alasan dan interkasi
yang terjadi dimana pada saat proses tersebut berlangsung.
4. Bersifat induktif
Penelitian kualitatif diawali mulai dari lapangan yaitu fakta empiris.
Peneliti ini terjun langsung kelapangan, mempelajari suatu proses
penemuan yang terjadi secara alami dengan mencatat, menganalisis dan
melaporkan serta menarik kesimpulan dari proses berlangsungnya
penelitian tersebut. Hasil temuan penelitian dari lapangan dalam bentuk
konsep, prinsip, teori dikembangkan bukan dari teori yang telah ada.
Penelitian kualitatif menggunakan proses induktif artinya dari data yang
terpisah – pisah namun saling berkaitan erat.
5. Mengutamakan Makna
Makna yang diungkapkan berkisar pada persepsi orang mengenai suatu
peristiwa yang akan di teliti tersebut. Contoh : yang dilakukan tentang
peran kepala sekolah dalam pembinaan guru. Peneliti memfokuskan
perhatian pada pendapat kepala sekolah tentang guru yang dibinanya,
mencari informasi dan pandangan kepala sekolah tentang keberhasilan dan
kegagalan membina guru, apa saja yang dialami dalam membina guru,
mengapa gurunya gagal dibina, dan kenapa hal itu terjadi. Selain mencari
informasi kepada kepala sekolah, peneliti mencari informasi dari guru
sebagai bahan perbandingan supaya dapat diperoleh pandangan mengenai
mutu pembinaan yang dilakukan kepala sekolah. Ketetapan informasi dari
partisipan diungkap oleh peneliti agar dapat menginterpretasikan hasil
penelitian secara tepat dan sahih.

Ciri-Ciri lain penelitian kualitatif, yaitu :


1. Penelitian naturalistik, yang mempelajari keadaan/situasi dunia-
nyata seperti mereka membentangkan lipatannya dan untuk memahami
tingkah laku manusia dari sudut pandang mereka.
2. Bersifat induktif. Analisis induktif dimana evaluator dibenamkan ke
dalam data yang detail dan khusus untuk mengetahui kategori
penting.Peneliti memulai dan mengembangkan permasalahan
penelitian dari pengamatan dan data yang ada.
3. Penelitian holistik, dimana seluruh fenomena yang dipelajari
dipahami sebagai sebuah sistem yang kompleks yang lebih dari pada
jumlah bagiannya.

Ciri-Ciri lain penelitian kualitatif, yaitu :


1. Data kualitatif, terperinci, deskripsi tebal
2. Hubungan peneliti dan yang diteliti bersifat interaktif dan tidak bisa
dipisahkan, Kontak dan wawasan pribadi,dimana peneliti dekat
dengan orang, keadaan dan fenomena yang dipelajari.
3. Sistem dinamis dengan perhatian pada proses dan perubahanProses
penelitian merupakan suatu hal yang dianggap penting, selain hasil
penelitianitu sendiri.
4. Orientasi “kasus” unik, memperhatikan/ menerima “setiap kasus”
adalah khusus dan
4. Tujuan penelitian kualitatif
Penelitian Kualitatif lebih banyak ditujukan untuk mencari jawaban atas
pertanyaan mengapa dan bagaimana sesuatu hal terjadi. Tujuan penelitian
kualitatif di program kesehatan disajikan oleh WHO berikut ini (WHO, 1994) :
1. Mengeksplorasi masalah kesehatan yang tidak banyak diketahui
sebelumnya.
2. Mengidentifikasi persepsi lokal mengenai kesehatan dan prioritas
pembangunan.
3. Mengidentifikasi strategi intervensi dan target populasi yang relevan
4. Meneliti kelayakan,akseptabilitas, dan ketepatan suatu program kesehatan
baru.
5. Mengembangkan kegiatan dan materi komunikasi, informasi dan edukasi
yang sesuai.
6. Menidentifikasi masalah – masalah dalam intervensi yang sedang berjalan
dan menyarankan pemecahan masalah yang sesuai
7. Membantu interpretasi hasil penelitian kuantitatif.
8. Merancang instrumen penelitian kuantitatif melalui identifikasi topik
pertanyaan yang relevan dan penyusunan kalimatnya.

5. Perbedaan Penelitian Kualitatif dengan penelitian kuantitatif di tinjau


dari berbagai aspek

No ASPEK KUANTITATIF KUALITATIF


1. Maksud Membuat deskriptif Mengembangkan
tentang fenomena pengertian t6entang
terbatas dan individu dan kejadian
menetukan apakah dengan
fenomena dapat di memperhitungkan
kontrol melalui konteks yang relevan
beberapa instrumen
2. Tujuan Menjelaskan, Memahami fenomena
meramalkan,dan /atau sosial melalui gambaran
mengontrol fenomena holistik dan
melalui pengumpulan memperbanyak
data terfokus dari data pemahaman mendalam
numerik
3. Pendekatan Menjelaskan Berasumsi bahwa
penyebab fenomena “subjek matter” suatu
sosial melalui ilmu sosial adalah amat
pengukuran objektif berbeda dengan ‘subject
dan analisis numerikal matter’ dari ilmu
fisik/alamiah dan
mempersyaratkan tujuan
yang berbeda untuk
inkuiri dan seperangkat
metode penyelidikan
yang berbeda. Induktif,
berisi-nilai (subjektif),
holistik, dan berorientasi
proses.
4. Asumsi Berasumsi bahwa Perilaku terikat konteks
tujuan dan metode dimana hal itu terjadi
ilmu sosial adalah dan kenyataan sosial
sama dengan ilmu tidak bisa direduksi
fisik/alamiah dengan menjadi variabel –
jalan mencari teori variabel sama dengan
yang dites atau kenyataan fisik.
dikonfirmasikan yang Berupaya mencari
menjelaskan pemahaman tentang
fenomena. Deduktif, kenyataan dari segi
bebas – nilai persepktif orang dalam;
(Objektif) terfokus, menerima subjektivitas
dan berorientasi tujuan dari openeliti dan
pemeran – serta
5. Model Penjelasan Penemuan ‘Fakta’ Upaya generalisasi tidak
sosial tidak berasal dikenal karena perilaku
dari persepsi subjektif manusia selalu terilkat
dan terpisah dari konteks dan harus
konteks diinterpretasikan kasus
perkasus
6. Nilai Bergantung pada Beragumentasi bahwa
model penjelasan peneliti senantiasa
hipotetiko – deduktif terikat nilai dan peneliti
dengan memulai dari harus eksplisit tentang
teori dari mana peranan bahwa nilai
hipotesis ditarik dan memegang peranan
dites dengan dalam sesuatu studi.
menggunakan Beranggapan bahwa
prosedur yang nilai merupakan suatu
ditentukan terlebih pilihan yang inheren
dahulu dalam; a) masalah yang
harus diselidiki, b)
metode yang harus di
teliti, c) cara untuk
menginterpretasi, dan d)
konteks dimana studi itu
berada
7. Alasan Menerima nilai Induktif – melakukan
peneliti dapat berperan pengamatan dan
dalam permasalahan menarik kesimpulan
yang sedang diteliti,
tetapi penelitian itu
sendiri harus bebas
nilai dengan prosedur
khusus
8. Generalisasi Deduktif – diduksi Berasumsi bahwa setiap
dari teori tentang apa individu, budaya, latar
yang akan di mati adalah unik dan penting
untuk mengapresiasi
keunikan; generalisasi
bergantung pada konteks

9. Hubungan peneliti Berasumsi bahwa ciri Peneliti secara aktif


dengan subjek ini dapat menemukan berinteraksi secara
‘hukum” yang pribadi. Proses
menambah pada pengumpulan data dapat
prediksi yang dapat diubah dan hal itu
di percaya dan pada bergantung pada situasi.
kontrpl tentang
Peneliti bebas
kenyataan/fenomena.
menggunakan intuisi dan
Mencari keteraturan
dapat memutuskan
dalam sampel
bagaimana merumuskan
individu; analisis
pertanyaan atau
statistik menyatakan
bagaimana melakukan
kecenderungan
pengamatan. Individu
tentang perilaku dan
yang diteliti dapat diberi
kecenderungan sudah
kesempatan agar secara
cukup kuat untuk
sukarela mengajukan
memperoleh nilai
gagasan dan persepsinya
praktis
dan malah berpartisipasi
dalam analisi data

10. Nilai Orientasi Tujuan Peneliti Mempercayai bahwa


adalah objektivitas, seluruh kegiatan peneliti
berusaha memelihara terikat nilai. Tidak
pandangan pribadi, menghindari isu nilai,
kepercayaan,’biases’ nilai pribadi dinyatakan
dari pengaruh secara terbuka dan
pengumpulan data mencoba memperagakan
dan analisis proses. nilai yang terikat konteks
Melibatkan interaksi
minimal dan jika
interaksi diperlukan
(wawancara)
11. Studi tentang Berupaya agar nilai Berupaya memahami
konteks pribadi bebas dari fenomena yang kompleks
pengaruh desain dengan jalan mengujinya
penelitian dan dalam keseluruhannya
menghindari usaha dalam konteks.
membuat keputusan
Belum mengetahui apa
nilai tentang hal – hal
yang difokus sampai
yang diteliti.
studi itu sudah
berlangsung,
mengidentifikasi tema
yang relevan dan pola –
pola (yang muncul) yang
kemudian menjadi fokus
studi.
Pengumpulan data sedikit
banyak adalah kontinu
dan intensif lebih dari
penelitian kuantitatif

12. Desain Berupaya memahami Fleksibel / Luwes,


fenomena yang dikembangkan, umum,
kompleks dengan dinegosiasikan, sebagai
jalan menganalisis acuan untuk diikuti,
bagian komponen dikhususkan hanya dalam
(disebut Variabel). istilah umum sebelum
Setiap upaya studi dilakukan. Tidak
penelitian menguji mengikutkan intervensi
hanya beberapa dari dan berupaya agar
kemungkinan gangguan sedikit
variabel yang dapat mungkin.
diteliti; Konteks
situasi diabaikan atau
dikontrol. Data
dikumpulkan dalam
beberapa interval dan
memfokus pada
pengukuran yang
tepat
13. Metode Terstruktur, formal, Historikal, etnografis,
ditentukan terlebih studi kasus.
dahulu, tidak luwes,
dijabarkan secara
rinci terlebih dahulu
sebelum penelitian
dilakukan. Dapat
diteliti; konteks
situasi diabaikan atau
dikontrol. Data
dikumpulkan dalam
beberapa interval dan
memfokus pada
pengukuran yang
tepat.

14. Hipotesis Deskriptif, Cenderung untu mencari


Korelasional, dan menemukan dan
perbandingan kausal menyimpulkan hipotesis.
dan eksperimen Hipotesis di lihat, sebagai
sesuatu yang tentatif,
berkembang, dan
didasarkan pada sesuatu
studi tertentu

15. Pengukuran Hampir selalu Prosedurnya sedikit


mengetes hipotesis. subjektif, peneliti
Hipotesis dilihat memiliki kemampuan
sebagai sesuatu yang untu mengamati dan
khusus, dapat dites, berinteraksi dengan
dan dinyatakan manusia lainnya dan
sebelum sesuatu studi dengan lingkungan;
dilakukan percaya bahwa
kemampuan manusia
diperlukan untuk
melaksanakan tugas yang
rumit dan terhadap dunia
yang sangat bervariasi
dan yang selalu berubah
16. Review Tujuan pengukuran Terbatas, Sebagai acuan
kepustakaan adalah objektivitas, teori, dan tidak
memberi makna pada memperngaruhi studi.
skoring dan Tidak dilakukan untuk
pengumpulan data mengkaji teori karena
tidak di pengaruhi dengan cara ini bukan
oleh nilai – nilai mengkaji teori tetapi
peneliti ‘bias’ dan menemukan teori dari
persepsi; banyak data.
bergantung pada tes,
skala dan kuesioner
terstruktur yang
dapat
diadministrasikan
pada kondisi baku
terhadap seluruh
individu dalam
sampel dan prosedur
untuk skoring data
dirinci secara tepat
untuk meningkatkan
kemungkinan
terjadinya bahwa
setiap dua skor
memperoleh hasil
yang sama.
Akhirnya, baku dan
numerikal.

17. Latar Penelitian Ekstensif, yang Naturalistik


dengan hal itu (sebagaimana adanya)
mempengaruhi studi. sejauh mungkin.
Pengkajian teori
diperlakukan untu
menemukan konsep,
variabel, dan menata
penelitian hipotesis.
18. Sampling Sejauh mungkin Bertujuan di maksudkan
dikontrol sampling untuk memilih sejumlah ‘
teoritis dan sampling kecil’ dan tidak harus
sebanyak mungkin representatif sampel
digunakan sebagai dimaksudkan untu
mempertimbangkan mengarah kepada
pemahaman secara
mendalam

19. Data Random / acak Naratif, deskriptif, dalam


dimaksudkan untu kata – kata mereka yang
memilih dari diteliti, dokumen pribadi,
sejumlah beasr catatan lapangan, artifak,
individu dalam dokumen resmi dan
populasi di video tapes, transkrip.
maksudkan damlam
sampel yang
dianggap mewakili.
Hal itu digunakan
untuk
mengenaralisasikan
hasilnya kepada
populasi. Stratifikasi,
kelompok kontrol,
mengontrol variabel
ekstraneus
20. Strategi Numerik, variabel Pengumpulan dokumen,
Pengumpulan Data dioperasionalkan, pengamatan
kode berperanserta (participant
dikuantifikasikan, observation), wawancara
statistikal, dihitung tidak terstruktur dan
dan diadakan informal, mencatat data
pengukuran dalam catatan lapangan
secara intensif, menilai
artifak.

21. Subjek Pengamatan Jumlah subjek penelitian


terstruktur yang non kecil; teknik sampling
partisipan, bertujuan
wawancara semi
terstruktur dan
formal, administrasi
tes dan kuesioner,
eksperimen,
penelitian survei,
ekperimen kuasi.
Subjek penelitian
berjumlah besar,
pemilihan secara
acak.
22. Analisis Data Deduktif, secara Induktif, model – model,
statistik. Terutama teori – teori, konsep,
menghasilkan data metode perbandingan
numerik yang tetap. Biasanya data
biasanya dianalisi dianalisis secara
secara statistik. deskriptif yang sebagian
Data kasar terdiri dari besar berasal dari
bilangan dan analisis wawancara dan catatan.
dilakukan pada akhir Pengamatan; catatan
penelitian dianalisis untuk
memperoleh tema dan
pola – pola yang di
deskripsikan dan
diilustrasikan dengan
contoh – contoh,
termasuk kutipan –
kutipan dan rangkuman
dari dokumen; koding
data dan anilisis verbal.

23. Interpretasi data Kesimpulan dan Kesimpulan adalah


generalisasi di tentatif direviu atas dasar
formulasikan pada sesuatu yang masih
akhir penelitian, berlangsung , sedang
dinyatakan dengan generalisasikan
derajat kepercayaan diabaikan.
tertentu dan yang
ditentukan terlebih
dahulu.
24. Kriteria Validasi internal : kredibilitas : penelitian
Bagaimana dilakukan sedemikian
Kebenaran rupa untuk memastikan
ditemukan. Validasi bahwa subjek itu secara
eksternal : secukupnya diperoleh
Bagaimana dan diuraikan.
penerapan temuan – Keteralihan : beban
temuan pada latar untuk memaparkan
lainnya. Objektivitas penerapan temuan –
: Bagaimana temuan pada latar lainnya
seharusnya kita dapat tergantung pada peneliti
diyakinkan bahwa yang harus mengadakan
temuan – temuan ‘uraian rinci’ tentang
adalah reflektif dari keadaan latar untuk
subjek dari pada hasil keperluan penerapan.
dari ‘biases’ para
peneliti
25. Frasa kunci Eksperimental, data Deskriptif, naturalistik,
numerik, empirik dan dan beroroentaso kata.
statistikal

26. Konsep Kunci Reliabilitas, variabel, Bermakna, pemahaman


operasionalisasi, awam, proses, dibangun
hipotesis, validitas, secara sosila, tema,
statistikal, signifikan, keabsahan data.
replikasi
27. Instrumen Inventori, Kuesioner, “tape rekorder’ catatan
Penelitian skala skor tes, lapangan, peneliti adalah
indikator instrumen itu sendiri.

28. Masalah Mengontrol variabel Memakan waktu,


validitas prosedur tidak baku,
reliabilitas keabsahan
data.
5. Paradigma Penelitian Kualitatif
Penelitian pada hakekatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan
kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran.

Pengertian Paradigma menurut para ahli


1. Pengertian paradigma menurut Patton (1978) dalam Tahir
(2011:58) adalah:
“A paradigm is a world view, a general perspective , a way of breaking
down the complexity of the real world. As such, paradigms are deeply
embedded in the socialization of adherents and practitioners: paradigms
tell them what is important, legitimate, and reasonable. Paradigms are
also normative, telling the practitioner what to do without the necessity of
long existential or epistemological consideration. But it is this aspect of
paradigms that constitutes both their strength and their weakness-their
strength in that it makes action possible, their weakness in that the very
reason for action is hidden in the unquestioned assumptions of the
paradigm.”
2. Paradigma adalah pedoman yang menjadi dasar bagi para saintis dan
peneliti di dalam mencari fakta – fakta melalui kegiatan penelitian yang
dilakukannya.(Arifin, 2012: 146)
3. Paradigma menurut Bogdan dan Biklen (1982) dalam Tahir (2011:59),
adalah sekumpulan anggapan dasar mengenai pokok permasalahan,
tujuan, dan sifat dasar bahan kajian yang akan diteliti.
4. Deddy Mulyana (2003) dalam Tahir (2011:59) mendefinisikan paradigma
sebagai suatu kerangka berpikir yang mendasar dari suatu kelompok
saintis (ilmuwan) yang menganut suatu pandangan yang dijadikan
landasan untuk mengungkap suatu fenomena dalam rangka mencari fakta.
Jadi, paradigma dapat didefinisikan sebagai acuan yang menjadi dasar bagi
setiap peneliti untuk mengungkapkan fakta – fakta melalui kegiatan penelitian
yang dilakukannya .(Arifin, 2012: 146)

6. Paradigma Konstruksi dalam Riset


Karl Popper pencetus paradigma kontruktivis (1973), bahwa objektivitas tidak
dapat dicapai dalam dunia fisik tetapi hanya melalui pemikiran manusia
Jenis – Jenis Paradigma dalam Penelitian KualitatifParadigma dalam penelitian
kualitatif terdiri atas tiga, antara lain :
1. Paradigma Positivisme
2. Paradigma Konstruktivisme
3. Paradigma Kritis
4. Paradigma Positivisme
5. Paradigma Post Positivisme
6. Paradigma Konstruktivisme
7. Paradigma Interpretif
8. Paradigma Postmodern
BAB II

DESAIN PENELITIAN KUALITATIF

Desain penelitian kualitatif bervariasi berdasarkan tujuan penggunaan serta

metode pengumpulan data. Suatu penelitian dapat menetapkan desain kualitatif yang

akan digunakan dengan melihat pertanyaan penelitian ataupun tujuan penelitian

secara khusus.

Beberapa desain penelitian kualitatif, antara lain:, fenomenologi, grounded

research, etnografi ,studi kasus, dan penelitian sejarah. Pada bagian ini akan dibahas

lebih lanjut mengenai masing-masing desain penelitian kualitatif.

1. Fenomenologi

Pada hakikatnya penelitian kualitatif mengunakan pendekatan secara

fenomenologis. Artinya Peneliti berangkat kelapangan dengan mengamati

fenomena yang terjadi dilapangan secara alamiah. Namun nanti yang akan

membedakan masingmasing jenis penelitian itulah fokus penelitian. Apakah

penelitian itu fokus kebudaya, fenomena, kasus dan sebagainya.

Penelitian fenomena ini pertama dikemukakan oleh Edmund Hursserl

(1859-1938) seorang filsuf Jerman. Pada mulanya penelitian ini bermula dari

penelitian sosial. Ada beberapa pengertian tentang fenomenologi menurut

Hursserl diantaranya yaitu: (a) pengalaman subjektif atau fenomenologikal, (b)

suatu studi tentang kesadaran dari perspektif pokok dari seseorang. Hal ini

dapat dipahami bahwa penelitian fenomenolgi merupakan pandangan berfikir

yang menekankan pada pengalaman pengalaman manusia dan bagaimana

manusia menginterpretasikan pengalamannya. Ditinjau dari hakekat

pengalaman manusia dipahami bahwa setiap orang akan melihat realita yang

berbeda pada situasi yang berbeda dan waktu yang bebeda. Sebagai contoh“

perasaan” ( feeling) pada pagi ini akan berbeda pada pagi besok. Sehingga

kalau kita melakukan wawancara kepada seseorang pada pagi hari akan berbeda

pada pagi lainnya.Sehinga jarak, waktu, hubungan manusia, tempat tinggal


akan mempengaruhi setiap pengalaman manusia. Maka metode dalam

fenomenologis ini menekankan kepada bagaimana seseorang memaknai

pengalamannya. Istilah fenomenologis sering digunakan sebagai anggapan

umum untuk menunjuk pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis dan tipe

subjek yang ditemui. Dalam arti khusus istilah ini mengacu kepada pada

penelitian terdisiplin tentang kesadaran dari persfektif pertama seseorang.

Ada beberapa ciri-ciri pokok fenomenologis yang dilakukan oleh

peneliti fenomenologis menurut Moleong( 2007:8) yaitu: (a) mengacu kepada

kenyataan, dalam hal ini kesadaran tentang sesuatu benda secara jelas (b)

memahami arti peristiwa dan kaitankaitannya terhadap orang-orang yang

berada dalam situasi –situasi tertentu. (c) memulai dengan diam.

Para fenomenologis berasumsi bahwa kesadaran bukanlah dibentuk

karena kebetulan oleh sesuatu hal yang lain daripada dirinya sendiri. Demikian

juga dalam kehidupan sehari hari, seseorang tidak ada kontrol terhadap

kesadaran terstruktur. Analisi fenomenologis berusaha mencari untuk

menguraikan ciri-ciri dunianya, seperti apa aturan-aturan yang terorganisasikan

, dan apa yang tidak dan dengan aturan apa objek dan kejadian itu berkaitan.

Aturan-aturan ini bukanlah sebenarnya ciri-ciri yag berdiri sendiri namun

terbentuk oleh kebermaknaan dan nilai-nilai dalam kesadaran yang kita alami

sebagai hal yang berdiri sendiri dari kita.

Para fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-

kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi – situasi tertentu.

Inkuiri fenomenologis memulai dengan diam. Diam merupakan tindakan untuk

menangkap pengertian sesuatu yang sedang diteliti.Dalam hal ini ditekankan

pada aspek subjektif dari prilaku orang. Dimana para peneliti berusaha masuk

ke dalam dunia konseptual para subjek yang ditelitinya sedemikian rupa

sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang

dikembangkan oleh mereka disekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari.

Para fenomenologis percaya bahwa pada makhluk hidup tersedia berbagai cara
untuk menginterpretasikan pengalaman melalui interaksi dengan orang lain .

Pengertian pengalaman kitalah yang membentuk kenyataan.

Sebagaimana yang telah dipaparkan bahwa langkah pertama dalam

melakukan penelitian fenomenologi adalah meneliti fenomena yang akan

dikembangkan. Selanjutnya peneliti mengembangkan pertanyaan penelitian.

Dalam mengajukan pertanyaan penelitian ada dua hal yang perlu

dipertimbangkan yaitu : (a) apakah unsur yang penting dari pengalaman atau

perasaan, (b) apakah keberadaan pengalaman menentukan hakikat manusia.

Sumber data dari penelitian ini adalah fenomena yang sedang dipelajari yang

berupa pengalaman subjek yang diteliti. Data akan dikumpulkan melalui

wawancara langsusng, observasi, menggunakan video, catatan lapangan. Data

yang dikumpulkan diperoleh dari wawancara mendalam antara peneliti dengan

informan (subjek). Sebagai contoh dari penelitian fenomenologi ini dibidang

pendidikan seperti fenomena pengajaran disekolah, dimana peneliti melihat

proses pengajaran X disekolah apa, kenapa, bagaimana proses itu dilakukan

oleh pendidik, peserta didik, dan sebagainya. Dari paparan diatas dapat ditarik

kesimpulan bahwa penelitian yang menggunakan pendekatan fenomenologi

adalah sebuah penelitian yang mengamati tentang fenomena yang terjadi dalam

kehidupan manusia Dimana para peneliti berusaha masuk ke dalam dunia

konseptual para subjek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka

mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka

disekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari.

2. Grounded Theory (Teori Dasar)

Penelitian Grounded theory pertama dikemukakan oleh Glaser dan

Strauss pada tahun 1960-an. Menurut Denzin (1994: 273), pada hakikatnya

penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan seperangkat

prosedur sistematik untuk mengembangkan teori (theory development) dari

dasar yang diperoleh secara induktif tentang suatu fenomena. Teori berasal dari
bawah dalam suatu pengamatan sampai menjadi istilah. Grounded theory

merupakan proses yang cukup rumit. Dimana penelitian dimulai dengan

memunculkan pertanyaan umum. Sewaktu peneliti mulai mengumpulkan data,

konsep teorities diidentifikasikan.. Hal mendasar dari penelitian ini adalah

bahwa suatu teori harus muncul dari data atau dengan kata lain suatu teori harus

dari bawah.

Grounded teori mempersyaratkan bahwa teori muncul dari data. Adapun

ciri-ciri dari penelitian grounded theory ini adalah sebagai berikut: (a) data

diperoleh dari dasar, (b) data harus sesuai dengan fenomena, (c) dipercaya dari

segi kenyaataan sehari-hari. Dimana peneliti mengamati, mengumpulkan data,

mengorganisasikan data dan membentuk teori dari data pada waktu yang

bersamaan Data yang diperoleh dibandingkan dengan data yang lain. Data yang

diperoleh dari interview, observasi, dan rekaman

Penelitian teori dasar (grounded theory) merupakan penelitian yang

diarahkan pada penemuan atau minimal menguatkan suatu teori. Dengan kata

lain, grounded theory merupakan prosedur penelitian kualitatif yang sistematis,

dimana peneliti menerangkan konsep, proses, tindakan, atau interaksi suatu

topik pada level konseptual yang luas. Penelitian dasar dilaksanakan dengan

menggunakan berbagai teknik pengumpulan data, cek dan recek ke lapangan,

studi perbandingan antar kategori, hingga verifikasi sampai pada titik jenuh.

Strauss dan Corbin mengemukakan bahwa pendekatan teori dasar adalah

suatu metode penelitian kualitatif yang menggunakan prosedur sistematis untuk

mengembangkan teori secara induktif yang memperoleh teori dasar. Penelitian

ini juga bertujuan membangun teori yang dapat dipercaya dan menjelaskan

wilayah di bawah studi. Tujuan umum dari penelitian dasar ini yaitu secara

induktif memperoleh data, diperlakukan untuk pengembangan teoritis, dan

diputuskan secara memadai untuk domainnya dengan memerhatikan sejumlah

kriteria evaluatif.
Ada beberapa langkah yang harus dilakukan peneliti kualitatif yang

menggunakan grounded theory, yaitu:

1) Peneliti harus bisa memahami atau memiliki gambaran sifat-sifat realitas

empiris.

2) Penelitian dimulai dengan suatu pernyataan dasar mengenai empiris

lapangan.

3) Peneliti menetapkan data yang akan diambil dan teknik/metode

4) Peneliti harus melakukan eksplorasi

5) Peneliti harus melakukan pemeriksaan di dalam proses inspection

6) Peneliti harus mampu mengadakan analisis

7) Peneliti harus mampu merekonstruksi penemuan untuk hipotesis baru

Penelitian dimulai dengan memunculkan pertanyaan generatif yang

membantu penelitian namun tidak dimaksudkan untuk tetap statis atau menjadi

dinamis. Sewaktu peneliti mulai mengumpulkan data, konsep teoritis inti

diidentifikasikan. Ada beberapa strategi analisis kunci yang dikemukakan

dalam grounded theory, yaitu sebagai berikut:

1) Koding adalah proses untuk membuat kategorisasi data kualitatif dan juga

untuk menguraikan impilkasi dan rincian dari kategori-kategorinya.

2) Memoing (membuat memo) adalah proses mencatat pemikiran-pemikiran

dan gagasan-gagasan dari peneliti sewaktu hal-hal itu muncul selama

studi.

3) Diagram terpadu dan sesi, digunakan untuk menarik seluruh rincian

menjadi satu, untuk membantu agar data itu menjadi berarti dengan

mengarahkan diri kepada teori yang muncul. Diagram dapat berbentuk

grafik, peta konsep, gambar langsung atau kartun sederhana yang menjadi

alat untuk mengikhtisarkan.


3. Studi Kasus

Studi kasus merupakan tipe pendekatan dalam penelitian yang

penelahaannya kepada satu kasus dilakukan secara intensif, mendalam,

mendeteil, dan komprehensif. Pendekatan studi kasus pada hakikatnya terfokus

kepada kasus ( case). Kasus-kasus ini dapat diperoleh dari kasus yang unik,

konteks khusus, isu- isu yang sedang berkembang, budaya, alamiah, holistic,

fenomena dan lainlain. Penelitian studi kasus ini biasa dilakukan pada

pendekatan kualiatatif dan kuantitatif. Kasus itu sendiri adalah suatu kesatuan

kompleks beroperasi di dalam sejumlah konteks, mencakup phisik, ekonomi,

etis. Kasus itu sendiri bisa simpel dan bisa kompleks. Studi kasus itu sendiri

bisa proses pembelajaran atau hasil proses pembelajaran. Perbedaan Prinsip

antara studi kasus dan penelitian lain adalah bahwa fokus perhatiannya adalah

kasus yang individu dan bukan keseluruhan populasi kasus. Studi kasus

terfokus kepada sistem terikat (bounded system) biasanya dibawah kondisi

alamiah

sehingga sistem dapat dipahami di dalam lingkungannya(Stake, 1988 Sebagai

contoh latar belakang kehidupan sesorang dan lingkungan seseorang pecandu

norkoba, kehidupan intern sebuah gang, pembentukan melitansi pada sebuah

kelompok radikal, faktorfaktor yang melatarbelakanggi tingginya swadaya

pembangunan di suatu desa, merupakan beberapa contoh dari topik telaahan

suatu studi kasus.

Langkah-langkah penelitian pada studi kasus sama dengan penelitian

kualitatif karena pada hakekatnya penelitian kasus adalah bagian dari penelitian

kualitatif. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian studi

kasus menurut Denzin (1994: 244) adalah sebagai berikut: (a) membatasi kasus,

menentukan objek dari penelitian, (b) meyeleksi fenomena-fenomena, tema

atau isu (sebagai pertanyaan penelitian, (c) menentukan pola data untuk

mengembangkan isu, (d) obsevasi triangulasi, (e) menyeleksi alternatif

interpretasi, (f) mengembangkan kasus yang telah ditentukan.


Penelitian kualitatif menggunakan desain penelitian studi kasus dalam

arti penelitian difokuskan pada satu fenomena saja yang dipilih dan ingin

dipahami secara mendalam, dengan mengabaikan fenomena-fenomena lainnya.

Satu fenomena tersebut dapat berupa seorang pemimpin sekolah atau pimpinan

pendidikan, sekelompok siswa, suatu program, suatu proses, satu penerapan

kebijakan, atau satu konsep.

Desain ini umumnya dilakukan dalam penelitian sebuah topik yang

spesifik. Selain itu desain penelitian ini adalah penjelasan komprehensif serta

uraian mengenai berbagai aspek atas sebuah kelompok ataupun individu. Ia

mencoba untuk mengkaji sebuah kasus secara khusus dan maksimal yang

bertujuan bisa memberikan pandangan secara lengkap atas subjek yang di teliti.

Penelitian kualitatif menuntut perencanaan yang matang untuk menentukan

tempat, partisipan, dan memulai pengumpulan data. Rencana ini bersifat

emergent atau berubah dan berkembang sesuai dengan perubahan dalam

temuan di lapangan. Desain yang berubah tersebut bersifat sikuler karena

penentuan sampel yang bersifat purposive, pengumpulan data dan analisis data

dilakukan secara simultan dan merupakan langkah yang bersifat interaktif

bukan terpisah-pisah.

Penelitian kualitatif melakukan penelitian dalam skala kecil, kelompok

yang memiliki kekhususan, keunggulan, inovasi, atau juga bisa bermasalah.

Kelompok yang diteliti merupakan satuan sosial-budaya yang bersifat alamiah

dan saling berinteraksi secara individual ataupun kelompok. Kadang-kadang

kelompok yang diteliti adalah sub kelompok yang memiliki kelainan atau

perbedaan dengan kelompok besarnya, kelas yang sangat lambat, mata

pelajaran yang tidak disukai siswa atau prestasi belajar rendah, kelompok siswa

yang memperlihatkan kelainan, dan sebagainya.


4. Etnografi

Istilah ethnos dalam bahasa Yunani adalah orang, ras, atau budaya

sekelompok orang (A.D Smith 1989 dalam Denzin, 1994:25) Kalau “ethno”

sebagai awalan digabungkan dengan graphic sehingga membentuk etnographic

yang merupakan suatu disiplin ilmu yang mengkaji budaya sekelompok orang.

Penelitian Etnografi bermula dari penelitian antropologi yang mengamati

budaya di suatu tempat. Hal ini dilakukan oleh para peneliti awal seperti Taylor,

Frazer, Morgan sekitar abad 20. Dimana penelitian lapangan ini hanya terfokus

pada perkembangan budaya di suatu daerah. Selanjutnya penelitian ini terus

berkembang (modern 1915-1925). Racliffe-Brown dan Malinowski

mengembangkan penelitian etnografiini yang menekankan kepada kehidupan

masa kini oleh anggota masyarakat yaitu way of life suatu masyarakat. Dimana

penelitian ini berusaha mendiskripsikan dan membangun struktur sosial budaya

suatu masyarakat dan membandingkan sistem sosial dalam rangka mendapatkan

kaidah –kaidah umum tentang masyrakat. Dalam etnografi modern, bentuk

sosial dan budaya masyarakat dibangun dan dideskripsikan melalui analisis dan

nalar sang peneliti. Struktur budaya yang dideskripsikan adalah struktur sosial

dan budaya masyarakat tersebut menurut interprestasi sang peneliti.

Selanjutnya penelitian etnografi ini terus berkembang yang disebut

Etnografi baru (1960-an). Penelitian ini dikembangkan oleh Spradley. Dimana

penelitian ini menekankan kepada usaha untuk menemukan bagaimana berbagai

masyarakat mengorganisasikan budaya mereka dalam pikiran mereka dan

kemudian menggunakan budaya tersebut dalam kehidupan. Jadi bentuk sosial

dan budaya disini menurut aliran baru adalah susunan yang ada dalam fikiran

(mind) anggota masyarakat tersebut) dan tugas peneliti mengoreknya keluar

dari fikiran mereka. Budaya suatu masyarakat terdiri atas segala sesuatu yang

harus diketahui dan dipercayai seseorang agar dia dapat berprilaku sesuai

dengan cara yang diterima masyarakat. Budaya bukanlah hanya suatu fenomena

material seperti benda-benda, manusia, prilaku, atau emosi.


Tugas Etnografi adalah menemukan dan menggambarkan organisasi fikiran

tersebut. Jalan yang paling utama dalam memahami suatu budaya dengan

mempeajari bahasa suatu budaya tersebut. Berangkat dari penjelasan diatas,

maka penelitian etnografi merupakan pekerjaan mendiskripsikan suatu

kebudayaan dari sekelompok orang. Artinya memahami suatu pandangan hidup

dari sudut pandang penduduk asli. Sebagaimana yang dikemukakan oleh

Malinowski dalam Spradley (1997:3), dimana tujuan etnografi adalah

memahami sudut pandang penduduk asli, hubungannya dengan kehidupan,

untuk mendapatkan pandangannya mengenai dunianya. Dengan arti lain adalah

etnografi mempelajari masyarakat dan belajar dari masyarakat. Kemudian

kebudayaan sebagai objek dari penelitian etnografi merupakan pola tingkah

laku yang dikaitkan dengan kelompok –kelompok masyarakat tertentu seperti

custom (adat) atau cara hidup masyarakat . Dimana pola tingkah laku, adat, dan

pandangan masyarakat, semua dapat didefenisikan,dan diinterprestasikan,dan

dideskripsikan dari berbagai perspektif. Dari paparan ini dapat dipahami bahwa

pemahaman terhadap suatu budaya akan berbeda pada setiap orang yang

berbeda budaya. Hal ini dapat dilihat dari contoh bahwa keinginan untuk

menolong seseorang akan berbeda makna dengan orang lain yang berbeda

budaya. Maka penelitian etnografi ini meneliti tingkah laku namun lebih dalam

dari itu menyelidiki makna tingkah laku itu sendiri. Konsep kebudayaan

sebagai sistem simbol yang mempunyai makna sebuah teori berusaha

menjelaskan tingkah laku manusia dalam kaitannya dengan makna

Interaksionalisme simbolik. Berdasarkan konsep tersebut Blummer (1969

dalam Spradley: 1997: 7) menawarkan tiga premis sebagai landasan teori dari

etnografi yaitu:

a. Manusia melakukan berbagai hal atas dasar makna yang diberikan oleh

berbagai hal kepada mereka. (orang, kerumunan orang, berinteraksi

atas dasar makna yang terkandung dalam diri mereka sedangkan lokasi,
waktu, tingkah laku, alat adalah symbol yang mempunyai makna

khusus)

b. Makna berbagai hal berasal dari interaksi sosial seseorang dengan

orang lain.

c. Makna ditangani atau dimodifikasi melalui suatu proses penafsiran

yang digunakan oleh orang dalam kaitannya dengan berbagai hal yang

dihadapi.

Pengetahuan budaya itu dapat disampaikan secara ekplisit dan implisit (

Spradley:1997:10). Secara eksplisit yaitu makna budaya yang didapat langsung

dari masyarakat yang menggunakan budaya tersebut melalui bahasa yang

digunakan. Sedangkan secara implisit, seorang peneliti harus mengamati,

mewawancarai, mencatat secara berulang. Ada beberapa hal yang perlu

dipahami oleh seorang etnografer dalam melakukan penelitian budaya yaitu:

Lebih lanjut diungkapkan bahwa ada 2 hal yang mendasar dalam

pendekatan kebudayaan ini yaitu secara emic dan etic. Pendekatan ”emic” yaitu

penelitian melibatkan perilaku dari budaya itu sendiri, sedangkan dari segi

”etic” yaitu mengkaji perilaku dari luar budaya dan menganalisa persamaan dan

perbedaan antan budaya. Langkah mengumpulkan data bisa dilakukan dengan

interview dan partipation- observation( pengamatan berperan serta). Adapun

tujuan menggunakan pendekatan etnografi berguna untuk memahami rumpun

masyarakat sehingga dengan adanya kajian etnografi ini dapat memberikan

informasi teori-teori ikatan budaya, menemukan teori grounded, memahami

masyarakat yang kompleks, serta memahami prilalaku manusia. Tujuan

selanjutnya adalah melayani manusia. Adanya anggapan bahwa para etnogafer

hanya mencari keuntungan dari objek telitiannya tanpa memberikan kontribusi

apapun dari hasil penelitiannya. Dengan kata lain, setelah peneliti mendapatkan

data dari masyarakat, mereka ditinggalkan begitu saja Lalu apa yang harus

dilakukan oleh peneliti etnografer yaitu berusaha mengsinkronisasikan kedua

hal tersebut. Data didapatkan dan adanya sumbangsih kepada informan. Dari
paparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian yang menggunakan

pendekatan etnografi adalah penelitian yang mempelajari masyarakat dan

belajar dari masyarakat serta mempelajari makna yang ditimbulkan oleh budaya

tersebut. Hal ini bisa dari bahasa, tingkah laku, dll.

d. Penelitian Tindakan (Action Research)

Stringer (1996: 15) mendefinisikan penelitian tindakan sebagai

pendekatan kolaboratif untuk menyelidiki, menelaah atau mengkaji dan

menemukan sesuatu, yang memungkinkan orang menggunakan tindakan

tindakan yang sistematis untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Klarifikasi

definisi yang dikemukakan Stringer dapat kita temukan pada definisi yang

dipaparkan oleh Rochman Natawidjaja (1997: 2) yang menyatakan bahwa

penelitian tindakan adalah pengkajian terhadap suatu permasalahan dengan

ruang lingkung yang tidak terlalu luas yang berkaitan dengan suatu perilaku

seseorang atau sekelompok orang teretentu di lokasi tertentu, disertai dengan

penelaahan yang teliti terhadap suatu perlakuan tertentu dan mengkaji sampai

sejauh mana dampak perlakuan itu trhadap yang sedang diteliti.

Lebih jauh Rochman menyatakan bahwa pengkajian dilaksanakan sebagai

upaya mengubah, memperbaiki, meningkatkan mutu perilaku atau

menghilangkan aspek-aspek negatif dari perilaku yang sedang diteliti.

Penelitian tindakan merupakan pengkajian terhadap permasalahan yang

bersifat praktis, situasional dan kontekstual, sehingga dapat ditetapkan tindakan

spesifik yang tepat untuk memecahkan permasalahan secara kolaboratif antara

peneliti dan subyek penelitian melalui proses penilaian diri.

Definisi komprehensif tentang penelitian tindakan dipaparkan oleh Carr

& Kemmis (dalam Rochman, 1997: 2) sebagai bentuk penelaahan atau inkuiri

melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan termasuk

di dalamnya guru, siswa atau kepala sekolah dalam suatu siyuasi sosial untuk

memperbaiki rasionalitas dan kebenaran serta keabsahan dari praktik-praktik


sosial (kependidikan) yang mereka lakukan sendiri, pemahaman tentang praktik

serta situasi kelembagaan tempat praktik dilaksanakan. Dengan kata penelitian

tindakan merupakan upaya untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan

praktis yang dihadapi di lapangan.

Proses penelaahan dalam penelitian tindakan berada dalam seting nilai

sosial dengan karakteristik demokratis dalam arti memungkinkan semua orang

berpartisipasi dalam penelitian, wajar atau pantas dalam arti menghargai

individu secara wajar, kebebasan dalam arti mengembangkan kemerdekaan atau

kebebasan dari berbagai kondisi yang menekan dan meningkatkan kehidupan

dalam arti memungkinkan individu untuk mengekspresikan potensi secara

penuh.

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan maka, dapat dipahami bahwa

penelitian tindakan merupakan penelitian yang mengujikan tindakan pada

sebuah dinamika sosial (seperti: pendidikan) untuk meningkatkan potensi dari

dinamika tersebut atau mengurangi hal negatif dari dinamika tersebut.


BAB III

POPULASI DAN SAMPEL

1. Definisi Populasi

Istilah populasi berasal dari bahasa Inggris, population yang berarti jumlah
penduduk. Pada awalnya, istilah populasi hanya digunakan untuk masalah-
masalah kependudukan, namun semakin berkembangya zaman istilah populasi
menjadi sangat populer diberbagai bidang ilmu terutama didalam pembahasan
mengenai metode penelitian. Objek dalam hal ini bisa berarti manusia,
binatang, peristiwa, nilai, sikap hidup dan lain-lain.

2. Jenis-Jenis Populasi

a. Populasi Tidak Terjangkau (Populasi Target)

Populasi target merupakan populasi yang akan menjadi sasaran akhir


penerapan hasil penelitian. Populasi target bersifat umum dan luas,
misalnya penelitian mengenai perilaku pemeriksaan kehamilan oleh ibu
hamil di Jawa Barat, dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh ibu
hamil yang ada di Jawa Barat yang artinya bahwa seluuruh ibu hamil yang
ada di wilayah Jawa Barat merupakan populasi target.

b. Populasi Terjangkau (Sumber)

Populasi sumber merupakan bagian dari populasi target yang dapat


dijangkau oleh peneliti sehingga populasi smber merpakan bagian dari
populasi target yang dibatasi oleh tempat dan waktu yang lebih sempit dan
berdasarkan populasi sumber inilah akan diambil sampel dalam
penelitian.Misalnya penelitian mengenai perilakuu pemeriksaan kehamilan
oleh ibu hamil di wilayah Cimahi Jawa Barat, dalam penelitian ini
populasinya adalah selurh ibu hamil di wilayah Cimahi Jawa Barat, berarti
seluruh ibu hamil di wilayah Cimahi Jawa Barat merupakan populasi
sumber.

c. Populasi Homogen

Populasi homogen adalah populasi dimana objek-objek yang ada


didalamnya mempunyai karakteristik yang seragam
d. Populasi Heterogen

Populasi heterogen yakni populasi dimana objek-objeknya yang ada


didalamnya memiliki karakteristik yang bermacam-macam.

3. Definisi Sampel

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili


atau representatif popuulasi. Sampel sebaiknya memenuhi kriteria yang
dikehendaki, sampel yang dikehendaki merupakan bagian dari populasi target
yang akan diteliti secara langsung, kelompok ini meliputi subjek yang
memenuhi kriteria inkulsi dan ekslusi.

4. Kegunaan Sampel

Didalam penelitian ilmiah, banyak masalah yang tidak dapat dipecahkan


tanpa memanfaatkan teknik sampling. Penelitian kesehatan/kedokteran meliputi
bidang yang sangat luas, yang terdiri dari berbagai subbidang. Apabila
dilakukan penelitian tidak hanya dapat dilakukanterhadap unit atau subbidang
tertentuu saja. Maka dari itu, agar dapat dilakukan penelitian terhadap semua
subbidang dan dengan biaya murah, peneliti dapat melakukan sa mpling atau
upengambilan sampel terhadap objek yang diteliti. Kegunaan sampel didalam
penelitian antara lain :

a. Efisien dalam hal biaya, waktu, dan tenaga

Proses pelaksanaan penelitian yang mencakup alat penelitian, pengmpulan


data, pengolahan data, dan sebagainya memerlukan biaya yang relatif besar.
Apabila penelitian tersebut dilakukan seluruh terhadap seluruh objek yang
diteliti tentu akan memakan lebih bnayak biaya dan juga waktu yang lama.
Oleh sebab itu, dengan sampling, dalam arti penelitian hanya dilakukan
terhadap sebagian populasi maka akan lebih murah, lebih cepat
mendapatkan data dan tidak memerlukan tenaga yang banyak.

b. Mengantisipasi adanya penelitian yang bersifat merusak

Ada berbagai jenis penelitian, yang mempnyai sifat merusak sehingga jika
data yang diambil adalah data populasi makaseluruh obyek yang ada di
populasi tersebut akan mengalami kersakan. Misalnya, jika kita ingin
menguji apakah lampu merk x dapat menyala selama 3 tahun seperti apa
yang dikatakan oleh pihak perusahaan ata tidak, maka jika kita akan
mengujinya dengan data populasi maka seluruh lampu yang ada, baik yang
ada di perusahaan, toko listrik, dirumah penduduk juga semuanya dijadikan
objek penelitian, sehingga seluruhu lampu tersebut semuanya ditunggu
selama tiga tahun untuk membuktikan apakah masih menyala seperti
perkataan pihak perusahaan ata tidak. Jika penelitiannya seperti ini, maka
ketika penelitian selesai semua produk sudah dalam kondisi rusak semua.
Dari gambaran ini maka bisa dipahami, bahwa jika penelitiannya bersifat
merusak semacam ini makapenelitian populasi tidak mungkin dilakukan.
Jalan sat-satunya yaitu dengan cara penggunaan sampel.

c. Memperluas Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian yang dilakukan terhadap seluruh objek akan memakan waktu,


tenaga, biaya dan juga fasilitas lain yang lebih besar. Apabila penelitian
dilakukan terhadap sampel, maka dengan waktu, tenaga, dan biaya yang
sama dapat dilakukan penelitian yang lebih luas ruang lingkupnya

d. Memperoleh Hasil yang Akurat

Penelitian yang dilakukan terhadap populasi jelas akan menyita sumber-


sumber daya yang lebih besar, termasuk usaha-usaha analisis. Hal ini akan
berpengaruh terhadap keakuratan hasil penelitian. Dengan menggunakan
sampel, maka dengan usaha yang sama akan diperoleh hasil analisis yang
lebih akurat.

5. Teknik sampling

1. Random sampling (probability sampling)

Merupakan cara pengambilan sampel dengan memberikan kesempatan yang

sama kepada setiap anggota populasi untuk menjadi responden (Sugiyono,

2001:57). Contoh: populasi ada 100 orang dan yang dijadikan sampel

sebanyak 25 orang, maka setiap anggota tersebut mempunyai kemungkina

25/100 agar bisa dipilih menjadi sampel. Teknik sampling ini meliputi:

2. Simple random sampling

Merupakan pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak dan

langsung dilakukan pada unit sampling tanpa mempertimbangkan strata

yang ada dalam populasi, sehingga memperoleh peluang yang sama


mewakili poopulasi. Cara ini dilakukan apabila anggota populasi danggap

homogen. (sugiyono 2001: 57 dan margono 2004:126). Teknik secara acak

sederhana ini dapat menggunakan dua cara, yaitu dengan cara mengundi

anggota populasi (teknik undian) dan dengan menggunakan tabel bilangan

yang dapat dilihat pada tabel statistik.

3. Systematic random sampling

Merupakan teknik modifikasi dari simple random sampling, yaitu dengan

cara membagi jumlah atau anggota dari populasi dengan perkiraan jumlah

sampel yang diinginkan, hasilnya merupakan interval populasi secara acak

antara 1 dengan banyaknya anggota populasi. Kemudian membagi dengan

jumlah sampel yang diinginkan, hasilnya dijadikan sebagai interval

(Notoatmojo, 2010:120)

4. Proportionate Stratified random sampling

Merupakan teknik yang digunakan untuk mementukan jumlah sampel bila

populasinya mempunyai susunan bertingkat atau berlapis-lapis (Margono,

2004:126). Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota yang

tidak homogen dan berstrata secara proposional. Misalnya: jumlah

mahasiswa di UNDIP, terdiri dari D3=200, S1:500 S2:400, sehingga jumlah

sampel yang harus diambil sesuai proporsional jumlah sampel.

5. Disproportional stratified random sampling

Merupakan teknik yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel yang

berstrata namun kurang proporsional. Contoh: Tenaga gizi di RS tertentu

memiliki 1 orang lulusan s1, 2 orang lulusan d3, 9 orang lulusan SMA dan

14 orang lulusan SMP. Maka 1 orang lulusan S1 dan 2 orang lulusan D3

dapat diambilsemua menjadi sampel dikarenakan kelompok strata


pendidikan tersebut terlalu kecil dibandingkan dengan strata pendidikan

SMA dan SMP.

6. Cluster sampling

Merupakan teknik pengambilan sampel yang digunakan untuk menentukan

jumlah sampel jika sumber data sangat luas. Pengambilan sampel didasarkan

daerah populasi yang telah ditetapkan.

7. Non random sampling (non probability sampling)

Merupakan cara pengambilan sampel dengan anggota populasi tidak

mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. Teknik ini

meliputi:

8. Accidental sampling

Merupakan teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan mengaabil


kasus atau responden yang kebetulan ada di suatu tempat sesuai dengan
konteks penelitian.

9. Purposive sampling

Merupakan teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara


populasi sesuai dengan tujuan/masalah penelitian, sehingga sampel
teersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang dikenal sebelumnya
(Nursalam, 2011: 94).

10. Quota sampling

Teknik pengambilan sampel berdasarkan kapasitas/daya tampung yang


diperlukan dalam penelitian. Misalnya dalam suatu penelitian tersedia 50
populasi, peneliti menetapkan kuota 35 untuk dijadikan sampel, maka
jumlah tersebut dinamakan kuota.

11. Saturation Sampling

Merupakan teknik pengambilan sampel yang prosesnya berdasarkan sudah


jenuh atau belum suatu sampel. Artinya sampel dikatakan jenuh jika sampel
yang terpilih sudah lebih dari setengah populasi
12. Snowball Sampling

Merupakan teknik pengambilan sampel yang dimulai dengan menentukan


kelompok kecil yang diminta untuk menunjukkan kawan-kawannya,
kemudian kawan-kawannya yang lain.

6. Prosedur Penarikan Sampel

Setelah kita membahas pengertian sampling dan tipe-tipe sampling


sebagaimana diuraikan di muka, selanjutnya untuk memudahkan pemahaman
kita tentang bagaimana cara penarikan sampel serta cara memperoleh sampel
yang representatif, akan disampaikan beberapa langkah atau prosedur dalam
melakukan pengambilan sampel. dalam melakukan pengambilan sampel, dapat
dilakukan langkah-langkah berikut, diantaranya: (1) Menentukan populasi
target, (2) Membuat kerangka sampling, (3) Menentukan ukuran sampel, (4)
Menentukan teknik dan rencana pengambilan sampel, (5) Melakukan
pengambilan sampel.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka langkah-langkah penarikan


sampel dapat kita uraikan sebagai berikut: (1) Pertama yang harus ditentukan
dalam langkah mendesain penarikan sampel adalah menentukan populasi
sasaran dengan tegas, yang dilanjutkan dengan penentuan populasi studi dari
populasi sasaran tadi. (2) Menentukan area populasi, hal ini berkaitan dengan
data penelitian yang akan dijadikan lokasi penelitian. (3) Menentukan ukuran
populasi (size of population) sebagai dasar untuk menarik sampel. Biasanya
populasi diambil dari data sensus. Carilah data tersebut secara lengkap,
dapatkan data yang akurat dan up to date. (4) Buatlah kerangka sampling
dengan memasukan data dari populasi studi secara lengkap dan jelas, serta hal
yang terpenting adalah satuan-satuan sampling diberi nomor sesuai dengan
jumlah digit populasinya, secara berurutan dari nomor paling kecil sampai
dengan nomor yang paling besar. (5) Tentukan ukuran sampel dengan
menggunakan rumus-rumus yang sesuai. (6) Gunakan tabel angka random
ataupun program komputer sebagai alat seleksi. (7) Satuan sampling terpilih
sebagai anggota sampel, merupakan langkah terakhir dari desain sampling yang
pada hakikatnya merupakan cerminan dari populasi.
7. Menentukan Ukuran Sampel

Salah satu masalah yang dihadapi dalam teknik penarikan sampel adalah
tentang berapa banyak unit analisis (ukuran sampel) yang harus diambil. Oleh
karena itu, pada saat peneliti mengajukan usulan penelitian, disarankan untuk
secara tegas memberikan gambaran operasional berupa ukuran sampel minimal
yang akan digunakan untuk penelitiannya. Ukuran sampel ini akan memberikan
isyarat mengenai kelayakan penelitian (eligibility of the research).

Ukuran sampel bisa ditentukan melalui dua dasar pemikiran, yaitu


ditentukan atas dasar pemikiran statistis, dan atau ditentukan atas dasar
pemikiran non statistis. Ditinjau dari aspek statistis, ukuran sampel ditentukan
oleh beberapa faktor, diantaranya: (1) bentuk parameter yang menjadi tolak
ukur analisis, dalam arti apakah tujuan penelitian ini untuk menaksir rata-rata,
persentase, atau menguji kebermaknaan hipotesis, (2) tipe sampling, apakah
simple random sampling, stratified random sampling atau yang lainnya. Tipe
sampling ini berkaitan dengan penentuan rumus-rumus yang harus dipakai
untuk memperoleh ukuran sampel, dan (3) variabilitas variabel yang diteliti
(keseragaman variabel yang diteliti), makin tidak seragam atau heterogen
variabel yang diteliti, makin besar ukuran sampel minimal. Sedangkan
dipandang dari sudut nonstatistis, ukuran sampel ditentukan oleh beberapa
faktor, diantaranya: (1) kendala waktu atau time constraint, (2) biaya, dan (3)
ketersediaan satuan sampling.

8. Paradigma Penelitian Kualitatif

Dalam praktek penelitian ilmiah, khususnya penelitian sosial, setidaknya


terdapat dua pendekatan untuk menjawab permasalahan penelitian yang timbul
sebagai suatu fenomena yang harus dicari jawabannya, yaitu: Pertama,
pendekatan kualitatif, pendekatan kualitatif lahir dari akar filsafat aliran
fenomenologi hingga terbentuk paradigma post positivisme. Pendekatan ini
memandang bahwa realitas sosial yang tampak sebagai suatu fenomena
dianggap sesuatu yang ganda (jamak). Artinya realitas yang tampak memiliki
makna ganda, yang menyebabkan terjadinya realitas tadi. McMillan dan
Schumacher (2001:396) menyebut realitas sosial dalam penelitian kualitatif ini
sebagai: “...reality as multilayer, interactive, and a shared social experience
interpreted by indviduals”. Dengan demikian dalam penelitian kualitatif,
realitas sosial yang terjadi/tampak, jawabannya tidak cukup dicari sampai apa
yang menyebabkan realitas tadi, tetapi dicari sampai kepada makna dibalik
terjadinya realitas sosial yang tampak. Oleh karena itu, untuk dapat
memperoleh makna dari realitas sosial yang terjadi, pada tahap pengumpulan
data perlu dilakukan secara tatap muka langsung dengan individu atau
kelompok yang dipilih sebagai responden/informan yang dianggap mengetahui
atau pahami tentang entitas tertentu seperti: kejadian, orang, proses, atau objek,
berdasarkan cara pandang, persepsi, dan sistem keyakinan yang mereka miliki.
Hal ini seperti yang diungkapkan oleh McMillan dan Schumacher (2001:395),
bahwa: “Interactive qualitative research is inquary in which researhers collect
data in face to face situations by interacting with selected persons in their
settings (field research). Qualitative research describes and analyzes people’s
individual and collective social actions, beliefs, thoughts, and perceptions. The
researcher interprets phenomena in term of meanings people bring to them”.
Kedua, penedekatan kuantitatif, pendekatan kuantitatif ini lahir dari akar
filsafat aliran rasionalisme dan aliran empirisme hingga terbentuk paradigma
positivisme. Pendekatan ini memandang bahwa realitas sosial yang tampak
sebagai suatu fenomena dianggap sesuatu yang tunggal. Ciri yang paling
nampak dari penelitian kuantitatif adalah digunakannya metode statitika sebagai
alat analisis.
BAB IV
TEKNIK PENGUMPULAN DATA

1. DEFINISI FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD)


Focus Group Discussion (FGD) adalah bentukdiskusi yang didesain untuk
memunculkan informasi mengenai keinginan, kebutuhan, sudut pandang,
kepercayaan dan pengalaman yang dikehendaki peserta. Definisi lain, FGD
adalah salah satu teknik dalam mengumpulkan data kualitatif; di mana
sekelompok orang berdiskusi dengan pengarahan dari seorang fasilitator atau
moderator mengenai suatu topik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
FGD adalah salah satu teknik pengumpulan data kualitatif yang didesain untuk
memperoleh informasi keinginan, kebutuhan, sudut pandang, kepercayaan dan
pengalaman peserta tentang suatu topik, dengan pengarahan dari seorang
fasilitator atau moderator.
Dalam definisi lain, FGD merupakan metode dan teknik pengumpulan data
atau informasi yang awalnya dikembangkan di dalam penelitian pemasaran.
Ketika itu FGD digunakan untuk mengetahui citra tentang produk tertentu, hal-
hal apa yang menarik calon pembeli atau konsumen, disain produk, pilihan
ukuran, pilihan warna, disain kemasan, halhal apa yang perlu diperbaiki dan
sebagainya. Dengan menggunakan FGD, dalam waktu relatif singkat (cepat)
dapat digali mengenai persepsi, pendapat, sikap, motivasi, pengetahuan,
masalah dan harapan perubahan berkaitan dengan masalah tertentu

2. TUJUAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD)


Tujuan FGD adalah untuk mengeksplorasi masalahyang spesifik, yang
berkaitan dengan topik yang dibahas. Teknik ini digunakan dengan tujuan
untuk menghindari pemaknaan yang salah dari peneliti terhadap masalah yang
diteliti. FGD digunakan untuk menarik kesimpulan terhadap makna-makna
intersubjektif yang sulit diberi makna sendiri oleh peneliti.

3. KARAKTERISTIK FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD)


1. FGD diikuti oleh para peserta yang idealnya terdiri dari 7-11 orang.
Kelompok tersebut harus cukup kecil agar memungkinkan setiap individu
mendapat kesempatan mengeluarka pendapatnya, sekaligus agar cukup
memperoleh pandangan dari anggota kelompok yang bervariasi. Dalam
jumlah relatif terbatas ini diharapkan juga penggalian masalah melalui
diskusi atau pembahasan kelompok dapat dilakukan secara relatif lebih
memadai. Kenapa jumlahnya lebih baik berbilangan ganjil, agar manakala
FGD harus mengambil keputusan yang akhirnya perlu voting sekalipun,
maka dengan jumlah itu bisa lebih membantu kelompok untuk
melakukannya. Namun harus dipahami, soal jumlah ini bukanlah
pembatasan yang mengikat atau mutlak sifatnya.
2. Peserta FGD terdiri dari orang-orang dengan ciri-ciri yang sama atau relatif
homogen yang ditentukan berdasarkan tujuan dan kebutuhan studi atau
proyek. Kesamaan ciri-ciri ini seperti: persamaan gender, tingkat pendidikan,
pekerjaan atau persamaan status lainnya. Contohnya dalam melakukan
monitoring dan evaluasi program Jaminan Sosial, maka FGD dapat
dilakukan pada beberapa kelompok, antara lain: (1) kelompok petugas
Puskesmas; (2) kelompok keluarga pemegang kartu BPJS dan; (3) kelompok
keluarga miskin yang tidak memiliki kartu BPJS. Akan lebih baik jika di
antara peserta FGD itu berciri-ciri sama tetapi sebelumnya tidak saling
mengenal. Jika syarat peserta sebelumnya tidak saling mengenal ini sulit
ditemukan, maka fasilitator perlu mengatasi kemungkinan diskusi dan
penyampaian pendapat peserta dipengaruhi oleh pengalaman interaksi
mereka sebelumnya.
3. FGD merupakan sebuah proses pengumpulan data dan karenanya
mengutamakan proses. FGD tidak dilakukan untuk tujuan menghasilkan
pemecahan masalah secara langsung ataupun untuk mencapai konsesus.
FGD bertujuan untuk menggali dan memperoleh beragam informasi tentang
masalah atau topik tertentu yang sangat mungkin dipandang secara berbeda-
beda dengan penjelasan yang berbeda pula. Kecuali apabila masalah atau
topik yang didiskusikan tentang pemecahanmasalah, maka FGD tentu
bergunauntuk mengidentifikasi berbagai strategidan pilihan-pilihan
pemecahanmasalah.
4. FGD adalah metode dan teknik pengumpulan data kualitatif. Oleh sebab itu
di dalam metode FGD biasanya digunakan pertanyaan terbuka (open ended)
yang memungkinkan peserta memberi jawaban dengan penjelasan-
penjelasan. Fasilitator berfungsi selaku moderator yang bertugas sebagai
pemandu, pendengar, pengamat dan menganalisa data secara induktif.
5. FGD adalah diskusi terarah dengan adanya fokus masalah atau topik yang
jelas untuk didiskusikan dan dibahas bersama. Topik diskusi ditentukan
terlebih dahulu. Pertanyaan dikembangkan sesuai topik dan disusun secara
berurutan atau teratur alurnya agar mudah dimengerti peserta. Fasilitator
mengarahkan diskusi dengan menggunakan panduan pertanyaan tersebut.
6. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melakukan Diskusi Kelompok
Terarah (FGD) ini berkisar antara 60 sampai dengan 90 menit. Jika waktu
terlalu pendek dikhawatirkan diskusi dan pembahasan masih terlalu dangkal
sehingga data yang diperoleh sangat terbatas. Sedangkan jika waktu terlalu
lama, dikhawatirkan peserta lelah, bosan atau sangat menyita waktu
sehingga berpengaruh terhadap konsentrasi dan perhatian peserta.
7. Dalam suatu studi yang menggunakan FGD, lazimnya FGD dilakukan
beberapa kali. Jumlahnya tergantung tujuan dan kebutuhan proyek serta
pertimbangan teknis seperti ketersediaan dana dan apakah masih ada
informasi baru yang perlu dicari. Kegiatan FGD yang pertama kali dilakukan
biasa memakan waktu lebih panjang dibandingkan FGD selanjutnya karena
pada FGD pertama sebagian besar informasinya baru
8. FGD sebaiknya dilaksanakan di suatu tempat atau ruang netral disesuaikan
dengan pertimbangan utama bahwa peserta dapat secara bebas dan tidak
merasa takut untuk mengeluarkan pendapatnya. Misalnya, dalam melakukan
studi monitoring dan evaluasi program pelayanan kesehatan, puskesmas
mungkin cocok dijadikan lokasi FGD dengan kelompok petugas kesehatan,
tetapi kurang cocok dijadikan tempat FGD dengan kelompok masyarakat
untuk membahas persepsi dan sikap tentang pelayanan kesehatan. Di
pedesaan biasanya tempat yang netral untuk melakukan FGD seperti:
sekolah, gedung pertemuan desa dan tempat posyandu. Sedangkan rumah-
rumah ibadah sering kurang cocok dijadikan tempat FGD karena dapat
mempengaruhi keleluasaan dan kebebasan peserta dalam menyampaikan
pandangan atau pendapatnya.

4. KEGUNAAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD)


1. Untuk merancang kuesioner survey. Hasil FGD sangat mungkin bermanfaat
dalam pembuatan kuesioner survey. Mungkin ada pertanyaan-pertanyaan baru
yang perlu ditambahkan atau dirubah yang tidak terpikirkan sebelumnya.
2. Untuk menggali informasi yangmendalam mengenai pengetahuan,sikap dan
persepsi. Dari suatu studiyang menggunakan FGD biasanyaakan dapat
menghasilkan istilah-istilahbaru yang bersumber dari pengetahuandan
penafsiran masyarakat lokal.
3. Untuk mengembangkan hipotesapenelitian.
4. Untuk mengumpulkan data kualitatifdalam studi proses-proses
penjajagan,perencanaan, pelaksanaan,pemantauan dan evaluasi pembangunan.
Seiring perubahanparadigma baru pembangunan yangmakin banyak
menggunakanpendekatan partisipatif (Participatory Approach), FGD semakin
luas puladigunakan dalam setiap pengkajiankualitatif selama proses-proses
pembangunan untuk pemberdayaan masyarakat.
5. KEKUATAN DAN KELEMAHAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD)
a. Kekuatan
a) Sinergisme. Suatu kelompokmampu menghasilkan informasi, idedan
pandangan yang lebih luas.
b) Manfaat bola salju. Komentar yangdidapat secara acak dari pesertadapat
memacu reaksi berantairespons yang beragam dan sangatmungkin
menghasilkan ide-ide baru.
c) Stimulan. Pengalaman diskusikelompok sebagai sesuatu yangmenyenangkan
dan lebihmendorong orang berpartisipasimengeluarkan pendapat.
d) Keamanan. Individu biasanyamerasa lebih aman, bebas danleluasa
mengekspresikan perasaandan pikirannya dibandingkan kalausecara
perseorangan yang mungkinia akan merasa khawatir.
e) Spontan. Individu dalam kelompoklebih dapat diharapkanmenyampaikan
pendapat atau sikapsecara spontan dalam merensponspertanyaan, hal yang
belum tentumudah terjadi dalam wawancaraperseorangan.

b. Kelemahan/Kesulitan
a) Karena dapat dilakukan secaracepat dan murah, FGD seringdigunakan oleh
pembuat keputusanuntuk mendukung dugaan/pendapatpembuat
keputusannya.Persoalannya adalah, seberapa jauhFGD dilakukan sesuai
prinsip danprosedur yang benar.
b) FGD terbatas untuk dapatmemperoleh informasi yang lebihmendalam dari
seorang individuyang mungkin dibutuhkan. Hal inidisebabkan FGD terbatas
waktu danmemberi kesempatan secara adilbagi semua peserta
untukmenyampaikan pendapatnya. Untukini FGD tidak boleh
dipertentangkandengan metode lainnya, tetapi justruharus dilihat sebagai
salingmelengkapi.
c) Teknik FGD mudah dilaksanakan,tetapi sulit melakukan interpretasidatanya.
d) FGD memerlukan fasilitatormoderator(pemandu diskusi) yangmemiliki
ketrampilan tinggi. Hal iniamat berpengaruh terhadap hasil.

6. Definisi Observasi
Poerwandari (1998) berpendapat bahwa observasi merupakan metode yang
paling dasar dan paling tua, karena dengan cara-cara tertentu kita selalu terlibat
dalam proses mengamati. Observasi (menurut Arikunto, 2002) merupakan suatu
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan penelitian
secara teliti, serta pencatatan secara sistematis, sedangkan menurut Kartono
(1980 :142) observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang
fenomena social dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan
pencatatan.
Jekoda, berpendapat observasi dapat menjadi teknik pengumpulan data
secara ilmiah (Kartono,1980:142) apabila memenuhi syarat-syarat, yaitu :
1. Diabadikan pada pola dan tujuan penelitian yang sudah ditetapkan,
2. Direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis dan tidak secara
kebetulan (accidental)saja,
3. Dicatat secara sistematis dan dikaitkan dengan proposisi-proposisi yang
lebih umum dan tidak karena didorong oleh impuls dan rasa ingin tahu
belaka, dan
4. Kredibilitasnya dicek dan dikontrol seperti pada data ilmiah lainnya.

Hal ini dipertegas oleh Patton (2001) yang berpendapat bahwa observasi
merupakan metode pengumpulan data esensial dalam penelitian, apalagi
penelitian dengan pendekatan kualitatif. Untuk memberikan data yang akurat
dan bermanfaat, observasi sebagai metode alamiah harus dilakukan oleh
peneliti yang sudah melewati latihan-latihan yang memadai, serta mengadakan
persiapan yang teliti dan lengkap.
Observasi dalam penelitian kualitatif diterapkan dalam konteks suatu
kejadian natural, mengikuti alur alami kehidupan amatan. Observasi kualitatif
tidak dibatasi kategorisasi-kategorisasi pengukuran (kuantitatif) dan tanggapan
yang telah diperkirakan terlebih dahulu. Denzin & Lincoln (2009: 524)
mengutip pendapat Gardner (1988), menyebutkan bahwa observasi kualitatif
digunakan untuk memahami latar belakang dengan fungsi yang berbeda antara
yang obyektif, interpretatif interaktif, dan interpretatif grounded. Observasi
kualitatif bebas meneliti konsep-konsep dan kategori pada setiap peristiwa
selanjutnya memberi makna pada subjek penelitian atau amatan.
Babbie (1986: 91-92) menyebutkan bahwa observasi kualitatif memiliki
kekuatan pada aspek spesifikasi, proses peniruan, dan generalisasinya. Kegiatan
observasi pada penelitian kualitatif memiliti tingkat fleksibilitas, kedalaman
data, dan sifat yang terbuka. Maksud dari fleksibilitas bahwa observasi
kualitatif memungkinkan peneliti untuk cepat beradaptasi dengan kondisi yang
berubah. Tingkat kedalaman memungkinkan teknik observasi menghasilkan
data yang mendalam, dengan tidak harus menggunakan standarisasi formal
penyelidikan di semua pengamatan, peneliti bisa menyelidiki lebih dalam
sampai di bawah permukaan, dan tujuan tercapai. Terbuka dan menyeluruh
berarti bahwa peneliti kualitatif dapat menggunakan teknik observasional
tertentu, dengan menentukan fokus tujuan, sehingga semua aspek seperti
situasi, wajah, ekspresi, suara, cuaca, bau, dan sebagainya dapat dikaji secara
mendalam (Babbie, 1986: 92).
Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran
realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu
mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran
terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.

7. Manfaat Observasi
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat),
pelaku, kegiatan, objek perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan.
Observasi untuk tujuan empiris mempunyai tujuan bermacam-macam. Observasi
juga memiliki fungsi bervariasi. Tujuan dari observasi berupa deskripsi,
melahirkan teori dan hipotesis (pada penelitian kualitatif), atau menguji teori dan
hipotesis (pada penelitian kuantitatif).
Fungsi observasi secara lebih rinci dijelaskan oleh Rahmat (2005: 84) terdiri
dari deskripsi, mengisi, dan memberikan data yang dapat digeneralisasikan.
Deskripsi, berarti observasi digunakan untuk menjelaskan, memberikan, dan
merinci gejala yang terjadi, seperti seorang laboran menjelaskan prosedur kerja
atom hidrogen, atau ahli komunikasi menjelaskan secara rinci prosedur kerja di
stasiun televisi. Mengisi data, memiliki maksud bahwa observasi yang dilakukan
berfungsi melengkapi informasi ilmiah atas gejala sosial yang diteliti melalui
teknik-teknik penelitian. Memberikan data yang dapat digeneralisasikan,
maksudnya adalah setiap kegiatan penelitian, sehingga mengakibatkan respon atau
reaksi dari subjek amatan. Dari gejala-gejala yang ada, peneliti dapat mengambil
kesimpulan umum dari gejala-gejala tersebut (Rahmat, 2005: 85).

8. Karakter observasi
Terdapat tujuh karakteristik dalam kegiatan observasi, dan selanjutnya
menjadi proses tahapan observasi. Tahapan atau proses observasi tersebut meliputi
pemilihan (selection), pengubahan (provocation), pencatatan (recording), dan
pengkodeaan (encoding), rangkaian perilaku dan suasana (tests of behavior
setting), in situ, dan untuk tujuan empiris.
Pemilihan (selection) menunjukkan bahwa pengamatan ilmiah mengedit dan
memfokuskan pengamatannya secara sengaja atau tidak sengaja. Pemilihan
mempengaruhi apa yang diamati, apa yang dicatat, dan apa yang disimpulkan.
Peneliti dapat menentukan pilihannya atas sejumlah gejala alam, sosial, dan atau
kemanusiaan yang dianggap dapat memberikan informasi sesuai dengan
kebutuhannya. Tentu dalam hal ini peneliti melakukan pemilihan subjek amatan,
dengan melibatkan semua atau sebagian kemampuan indrawiah.
Pengubahan (provocation), berarti observasi yang dilakukan bersifat aktif,
tidak hanya dilakukan secara pasif. Peneliti boleh mengubah perilaku atau suasana
tanpa mengganggi kewajaran, kealamiahan (naturalness). Mengubah perilaku
berarti dengan kesengajaan mengundang respon tertentu, misalnya mengubah
perilaku orang lain dengan menggunakan pengaruh teladan atau keteladanan
seseorang pada kondisi tertentu. Bryan & Lindlof (1995: 140) menyebutkan bahwa
Bryan dan Test (1967) pernah melakukan manipulasi dan menstimuli perilaku
subjek penelitian, tanpa mengganggu kewajaran, situasi alamiah (naturalness).
Bryan dan Test (1967) mencoba memberikan perilaku keteladanan memberikan
sumbangan pada kegiatan amal bagi The Salvation Army.5 Apa yang dilakukan
oleh Bryan dan Test, menunjukkan bahwa aspek keteladanan mampu
mempengaruhi perubahan perilaku atau memprovokasi tindakan seseorang
melakukan apa yang distimulasikan kepadanya.
Pencatatan (recording) adalah upaya merekam kejadian-kejadian
menggunakan catatan lapangan, sistem kategori, dan metode-metode lain. Setiap
kejadian hendaknya memerlukan pencatatan. Mengamati tanpa diimbangi dengan
pencatatan mengakibatkan pengamat lupa terhadap apa yang diamatinya.
Kemampuan pengamat lebih lemah dari yang seharusnya diingat, dan kemampuan
ingatan berbeda-beda. Hal ini dapat terjadi karena ada kemungkinan seseorang
lebih tertarik pada fenomena tertentu, dan justru lebih gampang mengingatnya,
daripada harus mengingat-ingat fenomena yang akan diteliti dan harus diingatnya.
Sebaliknya, subjek amatan justru lebih mudah berubah apabila mengetahui bahwa
dia sengan diamati dan dicatat tingkah lakunya (ini berbeda dengan pengamatan
pada benda, atau hewan).
Pengkodean (encoding) berarti proses menyederhanakan catatan-catatan
melalui metode reduksi data (Miles dan Huberman, 1984:16).6 Kegiatan ini dapat
dilakukan dengan menghitung frekuensi bermacam perilaku. Rangkaian perilaku
dan suasana yang ada, menunjukkan bahwa observasi melakukan serangkaian
pengukuran yang berlainan pada perilaku dan suasana. Pengkodean juga dapat
dilakukan untuk menyederhanakan pengamatan yang berlangsung secara cepat.
Penggodean dapat dilakukan menggunakan kata-kata kunci (key words), yang
nantinya disempurnakan menjadi kalimat berita secara utuh, setelah pengamatan
berlangsung.
In situ, berarti pengamatan kejadian dalam situasi alamiah (naturalistic),
meskipun tanpa menggunakan manipulasi eksperimental. Mengamati secara in situ
dapat dilihat dari pengamatan perilaku mahasiswa di kelas. Salah satunya pada
saat mengamati mahasiswa yang sedang mengikuti kuliah metodologi penelitian
kualitatif, pada program doktoral di IAIN Walisongo, tanggal 6 Desember 20014.
Pengamatan in situ merupakan proses mengamati hal-hal apa saja yang riil atau
nyata, berdasarkan pengalaman riil di tempat kejadian berlangsung (Santana,
2009: 127). Menurut penulis, observasi yang dimaksudkan di sini diartikan sebagai
seluruh kegiatan atau aktivitas ilmiah empiris, diawali dengan kegiatan mengamati
gejala atau realitas bersifat empiris.
Observasi untuk tujuan empiris mempunyai tujuan bermacam-macam.
Observasi juga memiliki fungsi bervariasi. Tujuan dari observasi berupa deskripsi,
melahirkan teori dan hipotesis (pada penelitian kualitatif), atau menguji teori dan
hipotesis (pada penelitian kuantitatif). Fungsi observasi secara lebih rinci
dijelaskan oleh Rahmat (2005: 84) terdiri dari deskripsi, mengisi, dan memberikan
data yang dapat digeneralisasikan. Deskripsi, berarti observasi digunakan untuk
menjelaskan, memberikan, dan merinci gejala yang terjadi, seperti seorang laboran
menjelaskan prosedur kerja atom hidrogen, atau ahli komunikasi menjelaskan
secara rinci prosedur kerja di stasiun televisi. Mengisi data, memiliki maksud
bahwa observasi yang dilakukan berfungsi melengkapi informasi ilmiah atas
gejala sosial yang diteliti melalui teknik-teknik penelitian. Memberikan data yang
dapat digeneralisasikan, maksudnya adalah setiap kegiatan penelitian, sehingga
mengakibatkan respon atau reaksi dari subjek amatan. Dari gejala-gejala yang ada,
peneliti dapat mengambil kesimpulan umum dari gejala-gejala tersebut (Rahmat,
2005: 85).

9. Jenis Observasi
Jenis observasi sangat bervariasi, para ahli berbeda pendapat mengenai jenis
observasi.Lull (1982: 401) menyebutkan bahwa jenis observasi biasanya dibagi
berdasarkan pada keterlibatan peneliti terdiri dari participant observation, dan non
participant observation. Williems (1982: 137) dan Young (1975: 59) menyarankan
pembagian observasi berdasarkan peneliti menstruktur observasi, yaitu observasi
terstruktur dan observasi tak berstruktur. Bungin (2011: 120) membagi observasi
menjadi tiga, observasi partisipasi, observasi tidak berstruktur, dan observasi
kelompok. Babbie (1998: 230) membagi obsevasi berdasarkan model observasi,
terdiri dari eksperimen, penelitian survey, penelitian lapangan, observasi yang
tidak merubah perilaku subjek (unobtrusive), dan penelitian evaluatif. Menurut
Babbie (1998: 230) masing-masing model memiliki karakteristik berbeda. Peneliti
atau pengamat perlu memperhatikan topik, situasi, dan kondisi untuk menentukan
model observasi yang tepat.
Ratcliff D (2001 :75) menyatakan beberapa bentuk observasi yang dapat
digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu :
1. Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode pengumpulan
data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan
dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam
keseharian responden.Peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang,
mendengarkan apa yang diucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka.
2. Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa
menggunakan guide observasi. Pada observasi ini peneliti atau pengamat
harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu
objek
3. Observasi kelompok adalah observasi yang dilakukan secara berkelompok
terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus.
Baskoro (2009) menyebutkan bahwa observasi secara umum terdiri dari
beberapa bentuk, yaitu :
1. Observasi systematic biasa disebut juga observasi terstruktur yaitu observasi
yang memuat faktor-faktor dan ciri-ciri khusus dari setiap faktor yang diamati.
Menekankan pada segi frekuensi dan interval waktu tertentu (misalnya setiap
10 menit). Observasi sistematik, isi dan luasnya observasi lebih terbatas,
disesuaikan dengan tujuan observasi, biasanya telah dirumuskan pada awal
penyusunan rancangan observasi, respon dan peristiwa yang diamati dapat
dicatat secara lebih teliti, dan mungkin dikuantifikasikan.
2. Observasi unsystematic dilakukan tanpa adanya persiapan yang sistematis
atau terencana tentang apa yang akan diobservasi, karena peneliti tidak tahu
secara pasti apa yang akan diamati. Pada observasi ini, observer membuat
rancangan observasi namun tidak digunakan secara baku seperti dalam
observasi sistematik, artinya observer dapat mengubah subjek observasi
berdasarkan situasi lapangan.
3. Observasi eksperimental. Observasi eksperimental adalah observasi yang
dilakukan dengan cara mengendalikan unsur-unsur penting ke dalam situasi
sedemikian rupa, untuk mengetahui apakah perilaku yang muncul benar-benar
disebabkan oleh faktor yang telah dikendalikan sebelumnya. Karakter dari
observasi eksperimental adalah subjek (observee) dihadapkan pada situasi
perangsang yang dibuat seragam atau berbeda. Situasi dibuat sedemikian rupa
untuk memunculkan variasi perilaku; Situasi dibuat sedemikian rupa sehingga
observee tidak mengetahui maksud observasi.
4. Observasi natural, observasi yang dilakukan pada lingkungan alamiah subjek,
tanpa adanya upaya untuk melakukan kontrol atau direncanakan manipulasi
terhadap perilaku subjek. Karakter observasi natural observer mendapatkan
data yang representatif dari perilaku yang terjadi secara alamiah, sehingga
validitas eksternalnya baik. Dikatakan baik karena perilaku yang dimunculkan
subyek tidak dibuat-buat atau terjadi secara alamiah; kurang dapat
menjelaskan tentang hubungan sebab akibat dari perilaku yang muncul,
bahkan bersifat spekulatif dari observer. Hal ini disebabkan munculnya
perilaku hasil manipulasi atau kontrol yang dilakukan peneliti.
5. Observasi Partisipan. Orang yang mengadakan observasi turut ambil bagian
dalam kehidupan orang-orang yang diobservasi. Umumnya observasi
partisipan dilakukan untuk penelitian yang bersifat eksploratif. Menyelidiki
perilaku individu dalam situasi sosial seperti cara hidup, hubungan sosial
dalam masyarakat, dan lain-lain. Hal yang perlu diperhatikan dalam observasi
ini adalah materi observasi disesuaikan dengan tujuan observasi; waktu dan
bentuk pencatatan dilakukan segera setelah kejadian dengan kata kunci;
urutan secara kronologis secara sistematis; membina hubungan untuk
mencegah kecurigaan, menggunakan pendekatan yang baik, dan menjaga
situasi tetap wajar; kedalaman partisipasi tergantung pada tujuan dan situasi.
Berdasarkan tingkat partisipasinya, kegiatan observasi dilakukan melalui
partisipasi lengkap (penuh), anggota penuh, partisipasi fungsional, aktivitas
tertentu bergabung, dan partisipasi sebagai pengamat.
6. Observasi non partisipan adalah metode observasi dimana observer tidak
ambil bagian dalam kehidupan observee.
7. Observasi unobtrusiveatauunobtrusive measures-unobtrusive methods non
reactive methods merupakan observasi yang tidak mengubah perilaku natural
subjek. Observasi jenis ini dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan alat
ataupun menyembunyikan identitas sebagai observer. Contoh observasi
unobtrusive methods adalah observasi yang dilakukan pada naskah, teks,
tulisan, dan rekaman audio visual, materi budaya (objek fisik), jejak-jejak
perilaku, arsip pekerjaan, pakaian atau benda lain di museum, isi dari buku-
buku di perpustakaan, observasi sederhana, hardware techniques; kamera,
video, dll, rekaman politik, dan demografi (Babbie, 1998: 308).
8. Observasi formal. Ciri dari observasi formal mempunyai sifat terstruktur yang
tinggi, terkontrol dan biasanya untuk penelitian. Dalam observasi
formal,definisi observasi ditetapkan secara hati-hati, data disusun sedemikain
rupa, observer dilatih secara khusus, dan reliabilitas antar rater pun sangat
dijaga. Pencatatan, analisis, dan interpretasi pada observasi formal
menggunakan prosedur yang sophisticated.
9. Observasi Informal memiliki sifat yang lebih longgar dalam hal kontrol,
elaborasi, sifat terstruktur, dan biasanya untuk perencanaan pengajaran dan
pelaksanaan program harian. Lebih mudah dan lebih berpeluang untuk
digunakan pada berbagai keadaan. Observasi informal sering disebut juga
naturalistic observation.
10. Kelebihan dan kekurangan
Kelebihan teknik observasi terletak pada kemudahan mengakses setting.
Metode observasi tidak mencolok/ tersamar (unobtrusive), tidak menuntut
interaksi langsung dengan partisipan. Menurut Webb, dkk., (1996) observasi
dapat dilakukan secara tersamar, dengan banyak setting dan tipe perilaku.
Kelebihan lain terletak pada upaya meminimalisasi potensi dan pengaruh yang
ditimbulkan oleh pengamat. Kelebihan lain terletak dari keserentakannya
(emergence) dengan metode lain seperti wawancara. Pengamat memiliki
kebebasan dalam menggali informasi (permasalahan dan pertanyaan) dan
pengetahuan dari subjek amatan. Metode observasi lebih terstruktur, memiliki
fleksibilitas dalam membingkai gagasan ke dalam realitas baru, sekaligus
menawarkan metode/ cara baru untuk mengkaji realitas lama (old realities)
(Kidder, 1981). Metode observasi dengan bukti setting dan subjeknya
menyajikan bukti yang lebih kuat, bernilai, dan berkualitas (biasanya
diupayakan dengan teknik triangulasi)14 (Douglas, 1976). Lofload (1967)
menyebutkan bahwa observasi sebagai sebuah metode memiliki kelebihan
dibandingkan dengan metode lain mampu memperoleh gambaran memahami
tingkah laku yang komplek dan situasi rumit. Ada studi-studi tententu (sosial
dan psikologi) yang tidak memumngkinkan menggunakan metode lain. Jadi
metode observasi merupakan satu-satunya metode yang dilakukan. Contohnya
meneliti tingkah laku hewan, anak, bayi, orang yang terganggu jiwanya, orang
cacat mental (Lofload, 1967; Indrawati, dkk., 2007: 2).
Kelemahan metode observasi lebih mengarah pada persoalan validitasnya
(Selltiz, et.al, 1964: 200). Karena bisa jadi peneliti ketika melakukan
observasi hanya mendasarkan pada persepsi atau kesan sendiri. Kondisi ini
cenderung melahirkan bias pengamat dan sumber kesalahan, dibandingkan
dengan interpretasi subjektif tanpa dilengkapi dengan kutipan sumber. Kedua,
berkaitan dengan tingkat reliabilitas atau keandalan data dan informasi dari
subjek amatan. Ketiga, masalah subjektivitas dan terlalu bersandar pada
artikulasi perorangan. Keempat, apabila observasi dilakukan pada bidang
cakupan yang luas, mengakibatkan generalisasi menjadi tidak tepat dan
objektif.
BAB V
ANALISIS DATA

1. Definisi analisi data kualitatif


Analisis data kualitatif adalah sebuah kegiatan untuk mengatur ,
mengurutkan, mengelompokkan, member kode atau tanda, dan
mengatagorikannya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau
masalah yang ingin dijawab. Melalui serangkaian aktifitas tersebut , data
kualitatif yang biasanya berserakan dan bertumpuk-tumpuk bisa
disederhanakan untuk akhirnya bisa dipahami dengan mudah.
Analisis data kualitatif adalah pengujian sistematik dari sesuatu untuk
menetapkan bagian-bagiannya, hubungan antar kajian, dan hubungan terhadap
keseluruhhannya (Spradley, 1980). Artinya semua analisis data kualitatif akan
mencakup penelusuran data, melalui catatan-catatan (pengalaman lapangan)
untuk menemukan pola-pola budaya yang dikaji oleh peneliti (Mantja, 2007).
Analisis data kualitatif sesungguhnya sudah dimulai saat peneliti mulai
mengumpulkan data, dengan cara memilah mana data yang sesungguhnya
penting atau tidak. Ukuran penting dan tidaknya mengacu pada kontribusi
data tersebut pada upaya menjawab fokus penelitian. Didalam penelitian
lapangan (field research) bisa saja terjadi., karena memperoleh data yang
sangat menarik, peneliti mengubah fokus penelitian. Hal ini bisa dilakukan
karena perjalanan penelitian kualitatif bersifat sehingga fokus yang sudah
didesain sejak awal bisa berubah ditengah jalan karena peneliti menemukan
data yang sangat penting, yang sebelumnya tidak terbayangkan. Lewat data
itu akan diperoleh informasi yang lebih bermakna. Untuk bisa menentukan
kebermaknaan data atau informasi ini diperlukan pengertian mendalam,
kecerdikan, kreatifitas, kepekaan, konseptual, pengalaman, dan keahlian
peneliti.Kualitas hasil analisis data kualitatif sangat tergantung pada factor-
faktor tersebut.
Analisa data kuaitatif dimaksudkan untuk mencari pemahaman
mendalam tentang realitas sosial yang diteliti sebagaimana realitas sosial
tersebut dipahami oleh subyek penelitian.Untuk dapat melakukan Interpretasi
terhadap makna dibalik perkataan & tingkah laku subyek penelitian.
1. Analisis Induktif
Setelah mengumpulkan banyak data melalui kegiatan praobservasi,
wawancara, angket, atau data rekaman audio, visual ataupun audio-visual,
sekarang, apa yang harus dilakukan oleh seorang peneliti kualitatif? Yang
harus dilakukan peneliti kualitatif selanjutnya adalah menganalisis
data.Tumpukan data tidak beraturan yang telah peneliti peroleh, kini
saatnya untuk diolah menjadi kumpulan data yang tersusun rapi. Proses
yang bermula dari pengumpulan data kemudian pengolahan data inilah
yang disebut sebagai proses penelitian induktif.
Menurut Mc. Millian dan Schumacher dalam Research and
Education (2001 : 461), “Inductive analysis means that categories and
patterns emerge from the data rather than being imposed on data prior to
data collection.” Artinya, dalam penelitian induktif, data kategori yang
diperoleh ditemukan setelah dilakukan pengeumpulan data terlebih
dahulu.
Oleh karena itu, analisis data kualitatif merupakan proses
penelitian yang sistematis, karena dimulai dari pengumpulan data,
pemilihan data, pengkategorian, pembandingan, penyatuan, dan penafsiran
data. Meskipun demikian, peneliti kualitatif dapat menggunakan berbagai
teknik pengembangan yang berbeda, sesuai dengan kreativitasnya
2. Alur Analisis Data Kualitatif
Telah dijelaskan di atas bahwa penelitian kualitatif memiliki ciri
analisis yang sistematis. Menurut Mc Millian dan Scumacher (2001),
berikut adalah struktur pengaluran analisis kualitatif :

Process Of Inductive Analysis


Narrative Structure Visual Representation

Phase 4
Patterns (themes/concepts)

Phase 3
Categories (emic & etic)

Phase 2
Topics

Phase 1
Data

Field Work discovery and recording


Tanda panah bolak-balik pada bagan menyatakan bahwa pada setiap
proses analisis terjadi secara terus-menerus (simultan). Artinya, ketika pada
tahap penentuan topik, peneliti kualitatif masih dapat mencari informasi dari
data yang diperoleh berdasarkan penemuan lapangan atau rekaman.Tanda
panah bolak-balik pada bagan juga menunjukkan bahwa teknik analisis
kualitatif bersifat ‗memilih‘. Artinya, data kualitatif akan dianalisis dengan
cara yang beragam. Proses analisis kualitatif pada bagan di atas akan dijelaskan
pada bagian selanjutnya.

2. PROSEDUR ANALISIS DATA


Teknik pengumpulan data pada praktiknya tidak secara mudah
dipisahkan.Kedua bagian tersebut berjalan serempak.Artinya analisis data
memang seharusnya dikerjakan bersamaan dengan pengumpulan data, dan
kemudian dilanjutkan setelah pengumpulan data selesai dikerjakan. Miles dan
huberman (1992) mengemukakan tiga tahapan yang harus dikerjakan dalam
menganalisis data penelitian kualitatif, yaitu
1. Reduksi data (data reduction)
2. Paparan data (data display)
3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing/verifying)

D D
at at
a a
co co
lle lle
cti cti
on on
D
at
a
re
du C
cti on
on cl
us

Gamabar Komponen analisis data model interaktif (Miles dan io


ns
Huberman, 1992)
:
dr
a
wi
ng
/v
eri
fyi
Mereduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan mencari tema dan
polanya (Sugiyono, 2007).Data yang telah direduksi memberikan gambaran
lebih jelas dan memudahkan untuk melakukan pengumpulan data. Temuan
yang dipandang asing, tidak dikenal, dan belum memiliki pola , maka hal
itulah yang dijadikan perhatian karena penelitian kualitatif bertujuan mencari
pola dan makna yang tersembunyi dibalik pola dan data yang tampak.Data
yang sudah direduksi maka langkah selanjutnya adalahmemaparkan data.

Pemaparan data sebagai sekumpulan informasi tersusun, dan memberi


kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan.Penarikan simpulan merupakan hasil penelitian yang menjawab
fokus penelitian berdasarkan hasil analisis data.Simpulan disajikan dalam
bentuk diskriptif objek penelitian dengan berpedoman pada kajian penenlitian.
Berdasarkan analisis interactive model, kegiatan pengumpulan data, reduksi
data, paparan data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan
proses siklus interaktif.

Sepradley (1980), menyatakan untuk melakukan analisis data harus


menekankan perbedaan antara situasi sosial dan kancah budaya. Wawasan
tersebut dalam proses analisis kualitatif, dengan menyatakan bahwa seseorang
terlebih dahulu harus menemukan eleman-elemen makna kultural dan barulah
mencari bagaimana mengorganisasikannya kedalam kajian. Lebih lanjut
Spradley mengumukakan model analisis data kualitatif :

1. Analisis Domain
Analisis domain adalah upaya peneliti untuk memperoleh gambaran
umum tentang data dalam menjawab fokus penelitian. Caranya ialah
dengan membaca naskah data secara umum dan menyeluruh untuk
memperoleh domain atau ranah apa saja yang ada didalam data tersebut
(Rahardjo, 2010). Hasil analisis ini masih berupa pengetahuan tingkat
permukaan tentang barbagai ranah konseptual.Dari hasil pembacaan itu
diperoleh hal-hal penting dari kata, frase, atau bahkan kalimat untuk dibuat
catatan pinggir.
Analisis domain digunakan untuk menganalisis gambaran objek
peneliti secara umum atau ditingkat permukaan, namun relatif utuh tentang
objek penelitian tersebut.Analisis ini dikenal sebagai teknik yang dipakai
dalam penelitian yang bertujuan eksplorasi. Terdapat 6 langkah dalam
mengaplikasikan analisis domain, yaitu :
a. Memilih pola hubungan semantik tertentu atas dasar informasi atau fakta
yang tersedia dalam catatan harian peneliti di lapangan
b. Menyiapkan kerja analisis domain
c. Memilih kesamaan-kesamaan data dari catatan harian peneliti di
lapangan
d. Mencari konsep-konsep induk dan kategori-kategori simbolik yang
sesuai dengan suatu pola hubungan semantic
e. Menyusun pertanyaan-pertanyaan struktural untuk masing-masing
domain
f. Membuat daftar keseluruhan domain dari seluruh data yang ada.

2. Analisis Taksonomi
Analisis taksonomi berfokus pada domain-domain tertentu, kemudian
memilih domain tersebut menjadi sub-sub domain, serta bagian-bagian yang
lebih khusus dan terperinci, yang umumnya merupakan satu rumpun yang
memiliki kesamaan. Hal yang perlu diketahui bahwa banyak sedikit pecahan-
pecahan domain menjadi subdomain dan seterusnya, bergantung pada
kompleksnya domain itu sendiri atau bergantung pada peneliti
mengembangkan kompleksitas domain tertentu.
3. Analisis Komponensial
Analisis komponensial secara menyuluruh memiliki kesamaan kerja
dengan analisis taksonomik, hal yang membedakan kedua teknik analisis ini
adalah pada pendekakatan yang dipakai oleh masing-masing analisis. Analisis
komponensial digunakan dalam analisis kualitatif untuk menganalisis unsur-
unsur yang memiliki hubungan yang kontras satu sama lain dalam domain-
domain yang telah ditentukan untuk menganalisis secara lebih terperinci.
Kegiatan analisis dapat dimulai dengan menggunakan beberapa tahap, yaitu :
a. Penggelaran hasil observasi dan wawancara
b. Memilih hasil observasi dan wawancara
c. Menemukan elemen-elemen kontras
4. Analisis Tema Kultural
Analisis tema kultural adalah analisis ini mencoba mengumpulkan
sekian banyak tema, fokus budaya, nilai, dan symbol-simbol budaya yang ada
dalam setiap domain.Selain itu menurut (Rahardjo, 2010) analisis ini berusaha
menemukan hubungan-hubungan yang terdapat pada domain yang dianalisis
sehingga membentuk satu kesatuan yang holistik, yang akhirnya
menampakkan tema yang dominan dan mana yang kurang dominan. Pada
tahap ini yang perlu dilakukan penenliti adalah :
a. Peneliti harus mampu melakukan analisis komponensial antar domain
b. Membuat skema sarang laba-laba untuk dapat membentuk pada domain
satu dengan lainnya
c. Menarik makna dari hubungan-hubungan yang terbentuk pada masing-
masing domain
d. Menarik kesimpulan secara universal dan holistic tentang makna
persoalan sesungguhnya yang sedang dianalisis.

Penelitian kualitatif menekankan pentingnya analisis data awal.Oleh


karena itu, Bogdan dan Biklen (2007) menyarankan supaya peneliti
merencanakan pengumpulan data dengan melancarkan pertanyaan-pertanyaan
yang muncul pada pengamatan pendahuluannya.Selanjutnya penenliti
melakukan penajaman fokus penelitian melalui penulisan laporan
reflektif.Disamping itu diperlukan penggalian (eksplorasi) kepustakaan
selama di lapangan.
3. Triangulasi data
Triangluasi data digunakan sebagai proses pemantapan derajat
kepercayaan (kredibilitas atau validitas) dan konsistensi (reliabilitas) data,
serta bermanfaat juga sebagai alat bantu analisis data di lapangan. Kegiatan
triangulasi dengan sendirinya mencakup proses pengujian hipotesis yang
dibangun selama pengumpulan data. Triangulasi menurut Mantja (2007)
dapat juga digunakan untuk memantapkan konsistensi metode silang,
seperti pengamatan dan wawancara atau penggunaan metode yang sama,
seperti wawancara dengan beberapa informan.
Triangulasi adalah suatu pendekatan analisa data yang mensintesa
data dari berbagai sumber. Menurut Bachri (2010) dengan cara menguji
informasi dengan mengumpulkan data melalui metode berbeda, oleh
kelompok berbeda dan dalam populasi (informan) berbeda, penemuan
mungkin memperlihatkan bukti penetapan lintas data, mengurangi
dampaknya dari penyimpangan potensial yang bisa terjadi dalam satu
penelitian tunggal. Triangulasi bukan bertujuan mencari kebenaran, tetapi
meningkatkan pemahaman peneliti terhadap data dan fakta yang
dimilikinya.
Berdasarka uraian diatas dapat disimpulkan triangulasi merupakan
suatu cara mendapatkan data yang benar-benar abash dengan menggunakan
pendekatan metode ganda. Triangulasi sebagai teknik pemeriksaan
keabsahan data dengan cara memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu
sendiri, untuk keperluan pengecekan data atau sebagai pembanding
terhadap data itu. Selanjutnya Denzin (1987) membedakan empat macam
triangulasi, yaitu :
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber adalah menggali kebenaran informasi
tertentu melalui berbagai sumber memperoleh data.Dalam triangulasi
dengan sumber yang terpenting adalah mengetahui adanya alsan-alasan
terjadinya perbedaan-perbedaan tersebut.Dengan demikian, triangulasi
sumber berarti membandingkan (mengecek ulang) informasi yang
diperoleh melalui sumber yang berbeda. Mislanya membandingkan
hasil pengamatan dengan wawancara, membandingkan apa yang
dikatakan umum dengan yang dikatakan secara pribadi,
membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada.
Penelitian selain melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa
menggunakan pengamatan berperan serta (participant observation),
dokumen tertulis, arsip, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau
tulisan pribadi, dan gambar atau foto. Bahwa masing-masing cara
tersebut tentunya akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda,
yang selanjutnya memberikan pandangan yang berbeda pula,
mengenali fenomena yang diteliti.
2. Triangulasi Metode
Triangulasi metode adalah usaha mengecek keabsahan data,
atau mengecek keabsahan temuan peneliti. Triangulasi metode menurut
Bachri (2010) dapat dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu
teknik pengumpulan data untuk mendapatkan data yang sama.
Pelaksanaannya dapat juga dengan cek dan ricek. Dengan demikian
triangulasi sumber terdapat dua strategi yaitu : pengecekan derajat
kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan
data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan
metode yang sama. Jadi kesimpulan dari setiap metode adalah sama,
sehingga kebenaran bisa ditetapkan.
Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan
informasi atau data dengan cara yang berbeda (Rahardjo, 2010).
Sebagai dikenal dalam penelitian kualitatif peneliti menggunakan
metode wawancara, observasi, dan survey.Untuk memperoleh
informasi yang handal dan gambaran yang utuh mengenai informasi
tertentu, peneliti bisa menggunakan metode wawancara bebas dan
wawancara terstruktur.Selain itu peneliti juga bisa menggunakan
wawancara dan observasi atau bahkan pengamatan dengan informan
yang berbeda untuk mengecek kebenarannya.
3. Triangulasi Peneliti
Triangulasi peneliti adalah menggunakan lebih dari satu peneliti
dalam mengadakan observasi atau wawancara, karena setiap peneliti
memiliki gaya, sikap, dan persepsi yang berbeda dalam mengamati
suatu fenomena maka hasil pengamatan dapat berbeda dalam
mengamati fenomena yang sama. Menurut Rahardjo (2010) teknik ini
diakui memperkaya khazanah pengetahuan mengenai informasi yang
digali dari subjek penelitian. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa
orang yang diajak menggali data itu haru bebas konflik kepentingan
agar tidak merugikan peneliti dan melahirkan bias baru dari triangulasi.
4. Triangulasi Teoritik
Triangulasi teoritik adalah memanfaatkan dua teori atau lebih
untuk diadu dan dipadu.Untuk itu diperlukan rancangan penelitian,
pengumpulan data, dan analisis data yang lengkap, dengan demikian
dapat memberikan hasil yang lebih komprehensif.Triangulasi teori
menurut Bachri (2010) mencakup penggunaan berbagai perspektif
profesional untuk menerjemahkan satu, dua, atau sekumpulan data atau
informasi.
Hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah rumusan
informasi selanjutnya informasi tersebut dibandingkan dengan
perspektif teori yang relevan untuk menghindari bias individual peneliti
atas temuan atau kesimpulan yang dihasilkan. Triangulasi menjadi
sangat penting dalam penelitian kualitatif.Oleh karena itu harus diakui
bahwa triangulasi dapat meningkatkan kedalaman pemahaman peneliti
baik mengenai fenomena yang diteliti maupun konteks dimana
fenomena itu muncul.Bagaimanapun pemahaman yang mendalam atas
fenomena yang diteliti merupakan nilai yang harus diperjuangkan oleh
setiap penelitian kualitatif. Sebab penelitian kualitatif lahir untuk
menangkap arti (meaning) atau memahami gejala, peristiwa, fakta,
kejadian, dan realitas atau masalah tertentu mengenai pristiwa sosial
dan kemanusiaan dengan kompleksitasnya secara mendalam, dan
bukan untuk menjelaskan (to explain) hubungan antar variabel atau
membuktikan hubungan sebab akibat atau korelasi dari suatu masalah
tertentu.

4. Jenis data kualitatif


Data yang berhubungan dengan kategorisasi, karakteristik atau sifat
variable.Tidak berhubungan dengan angka & tidak dikaitkan dengan analisis
statistik (data nonstatistik). Data kualitatif diolah dengan teknik analisis
kualitatif.Data kuantitatif diolah dengan teknik analisis kuantitatif =>
mencakup tabulasi data, perhitungan statistik, & uji statistik.

5. Teknik analisis

Proses berpikir induktif (uji hipotesis bertolak dari data yang


terkumpul -> disimpulkan. Dimulai dari keputusan2 khusus (data yang
terkumpul) -> diambil kesimpulan umum. Biasanya untuk menganalisa
data yang diperoleh dari observasi, wawancara tidak berstruktur & diskusi
kelompok terarah (focus group discusion).Untuk mengolah data yang
berbentuk angka. Contoh teknik analisis data :

1. Conten Analysis (analisis isi)


adalah suatu teknik membuat kesimpulan dengan cara mengidentifikasi
karakteristik-karakteristik pesan tertentu secara obyektif dan sistematis.
Klaus Krippendorff mendefenisikan analisis isi sebagai teknik
penelitian dalam membuat kesimpulan-kesimpulan dari data
konteksnya. Berdasarkan dua defenisi diatas, maka ada dua fungsi
analisis isi, yaitu: memberikan uraian yang sistematis dan dapat diuji
tentang isi manifese dan laten suatu wacana naratif, dan menghasilkan
kesimpulan yang valid tentang konteks naratif yang berdasarkan isi
deskriptifnya. Ada tiga konsep yang tercakup di dalam analisis
isi.Pertama, analisis ini bersifat sistematis. Hal ini berarti isi yang akan
dianalisis dipilih menurut aturan-aturan yang ditetapkan secara implisit,
misalnya: cara penentuan sampel. Kedua, analisis isi bersifat obyektif,
dan ketiga, analisis isi bersifat kuantitatif.
Ada lima tujuan analisis isi, menurut (Eriyanto, 2011):
a. Menggambarkan karakteristik dari pesan
b. Menggambarkan secara detail isi (content)
c. Melihat pesan pada khalayak yang berbeda
d. Melihat pesan dari komunikator yang berbeda
e. Menarik kesimpulan penyebab dari suatu pesan

Fungsi deskriftif dalam analisis isi mencakup identifikasi


terhadap tema-tema dan pola struktural dalam suatu pesan, dan
perbandingan isi pesan yang disampaikan oleh komunikator yang
berbeda atau sebaliknya pesan yang disampaikan oleh komunikator
yang sama dalam konteks yang berbeda. Fungsi inferensial adalah
mencakup penarikan kesimpulan tentang efek-efek yang mungkin
ditimbulkan oleh pesan tersebut dan menyimpulkan norma-norma
perilaku sosial yang direfleksikan oleh pesan tersebut.

Secara teknik Content Analysis mencakup upaya-upaya


klasifikasi lambang-lambang yang dipakai dalam komunikasi,
menggunakan kriteria dalam klasifikasi, dan menggunakan teknik
analisis tertentu dalam membuat prediksi.Analisis isi didahului dengan
melakukan coding terhadap istilah-istilah atau penggunaan kata dan
kalimat yang relevan, yang paling banyak muncul dalam media
komunikasi.Dalam hal pemberian coding, perlu juga dicatat dalam
konteks mana istilah itu muncul.Kemudian, dilakukan klasifikasi
terhadap coding yang telah dilakukan.Klasifikasi dilakukan dengan
melihat sejauh mana satuan makna berhubungan dengan tujuan
penelitian.Klasifikasi ini dimaksudkan untuk membangun kategori dari
setiap klasifikasi. Kemudian satuan makna dan kategori dianalisis dan
dicari hubungan satu dengan lainnya untuk menemukan makna,arti,
dan tujuan isi komunikasi itu. Hasil analisis ini dideskripsikan dalam
bentuk draf laporan penelitian sebagaimana umumnya laporan
penelitian.Ada beberapa bentuk klasifikasi dalam analisis isi. Janis
(1965) menjelaskan klasifikasi sebagai berikut :

a. Analisis Isi Pragmatik (Pragmatic Content Analysis), yakni


prosedur memahami teks dengan mengklasifikasikan tanda menurut
sebab atau akibatnya yang munkin timbul. (Misalnya, penghitungan
berapa kali suatu kata ditulis atau diucapkan, yang dapat
mengakibatkan munculnya sikap suka atau tidak suka terhadap
sebuah rezim pemerintahan).
b. Analisis Isi Semantik (Semantic Content Analysis), yakni prosedur
yang mengklasifikasi tanda menurut maknanya. (Misalnya,
menghitung berapa kali kata demokrasi dijadikan sebagai rujukan
sebagai salah satu pilihan sistem politik yang dianut oleh sebagian
besar masyarakat dunia). Atau, misalnya yang lain, berapa kali kata
Indonesia disebut oleh Obama sebagai rujukan contoh negara
dengan keragaman suku, budaya dan agama, yang mampu
mempersatukan semuanya dalam bingkai negara kesatuan. Secara
rinci, Janis mengembangkan Analisis isi Semantik menjadi tiga
macam kategori sebagai berikut :
1) Analisis Penunjukan (Designation Analysis), yakni menghitung
frekuensi berapa sering objek tertentu (Orang, benda,
kelompok, konsep) dirujuk. Analisis model ini juga biasa
disebut sebagai Analisis isi Pokok Bahasan (SubjectMatter
Content Analysis).
2) Analisis pensifatan (Attribution Analysis), yakni menghitung
frekuensi berapa sering karakteristik objek tertentu dirujuk atau
disebut. (Misalnya, karakteristik tentang bahaya penggunaan
obat terlarang bagi kehidupan).
3) Analisis Pernyataan (Assertion Analysis), yakni analisis teks
dengan menghitung seberapa sering objek tertentu dilabel atau
diberi karakter secara khusus.. Analisis ini secara kasar disebut
analisis tematik (Misalnya,referensi terhadap perilaku nyontek
dikalangan mahasiswa sebagai maling, pembohong, dan
sebagainya).
c. Analisis Sarana Tanda (Sign-Vehicle Analysis), yakni prosedur
memahami teks dengan cara menghitung frekuensi, misalnya
berapa kali kata cantik muncul, kata seks muncul. Dalam penelitian
kualitatif, penggunaan analisis isi lebih banyak ditekankan pada
bagaimana simbol-simbol yang ada pada komunikasi itu terbaca
dalam interkasi sosial, dan bagaimana simbol-simbol itu terbaca
dan dianalisis oleh peneliti. Dan sebagaimana penelitian kualitatif
lainnya, kredibilitas peneliti menjadi amat penting. Analisis isi
memerlukan peneliti yang mampu menggunakan ketajaman
analisisnya untuk merajut fenomena isi komunikasi menjadi
fenomena sosial yang terbaca oleh orang pada umumnya. Disadari
bahwa makna simbol dan interaksi amat mejemuk sehingga
penafsiran ganda terhadap objek simbol tunggal umumnya menjadi
fenomena umum dalam penelitian sosial.
2. Discourse Analysis
Analisis wacana adalah suatu cara atau metode untuk
mengkaji wacana yang terdapat atau terkandung didalam pesan-pesan
komunikasi baik secara tekstual maupun kontekstual. Di bidang
kesehatan, dalam satu-dua dekade ini mulai bermunculan berbagai riset
yang mengaplikasikan discourse analysis.Namun, secara umum
penggunaan discourse Analysis masihsangat jarang. Situasi ini tentu
saja tdak mengarah pada perbaikan tingkat pemahaman terhadap
pengertan ataupun penggunaan discourse analysis sebagai sebuah
research approach pada penelitan di bidang kesehatan.
Beberapa jenis pendekatan lintas disiplin discourse analysis
mulai berkembang di bidang humaniora dan ilmu sosial, berbarengan
dan berhubungan dengan disiplin ilmu lain, sepert: semiotka,
psikolinguistk, sosiolinguistk, dan pragmatik. Kebanyakan pendekatan
ini, terutama yang dipengaruhi oleh ilmu sosial, berorientasi pada studi
yang lebih dinamis pada interaksi dan penggunaan bahasa secara lisan.

6. ANALISIS LAPANGAN
Analisis yang dikerjakan dilapangan dilaksanakan secara terus-
menerus, sementara data dikumpulkan, merupakan upaya memantapkan
data sebagai bahan analisis data akhir sebelum peneliti meninggalkan
lapangan.Peneliti harus dapat merasakan kebebasannya dalam kegiatan
eksplorasi, tetapi ditekankan untuk segera mungkin membuat keputusan.
Hal ini berkaitan dengan rancangan yang akan dipilih, seperti studi kasus
organisasi, studi observasi, sejarahkehidupan, dan kajian budaya. Misalnya,
apakah peneliti ingin mendiskripsikan secara lengkap data penelitiannya
ataukah peneliti hanya tertarik untuk mengangkat teori mengenai aspek
tertentu.
Peneliti mengembangkan pertanyaan analitis. Sesuai dengan
desain penelitiannya, peneliti biasanya terjun ke lapangan penelitian
dengan membawa sejumlah pertanyaan yang sifatnya masih umum. Hal ini
penting, karena pertanyaan-pertanyaan itu dapat mengarahkan atau
memfokuskan pengumpulan data, disamping akan membantu proses
pengorganisasiannya. Peneliti merencanakan pengumpulan data berikutnya
dengan memerhatikan temuan pengamatan sebelumnya.Jika catatan
lapangan selalu ditinjau secara periodic maka rencana untuk melacak data
yang spesifik perlu dilakukan.

7. PENGOLAHAN DATA DALAM PENELITIAN KUALITATIF


Seluruh hasil pengamatan dan wawancara mendalam dibuatkan
‘TRANSKRIP’.
a. TRANSKRIP:Uraian dalam bentuk tulisan yang rinci dan lengkap
mengenai apa yang dilihat dan didengar baik secara langsung
maupun dari hasil rekamanUntuk wawancara mendalam, transkrip
harus dibuat dengan menggunakan bahasa sesuai hasil wawancara
(bahasa daerah, bahasa asing, bahasa ‘khusus’ dll)
b. Analisis Transkrip
1. Menangkap makna dari teks untuk menunjukkan bagaimana
makna dominan yang ada dalam teks dan makna yang dapat
dipertentangkan yg bersifat, spesifik.
2. Menunjukkan makna-makna yang melekat dalam suatu teks,
utamanya makna tersembunyi yang terkandung dalam teks.
3. Menganalisis bagaimana teks berkaitan dengan kehidupan,
pengalaman, kenyataan, dan hal-hal yg bermakna tentang
subyek penelitian.

Adapun pengolahan data lainnya yaitu “CODING” .Beberapa


coding yang sering digunakkan dalam penlitian kualitatif antara lain :

1. Open Coding
Suatu gejala (misalnya dalam hal ini ‘reaksi kiai’) akan
diidentifikasi kategori-kategorinya untuk kemudian (sesudah
diberi sebutan/named, labelled) diidentifikasi atribut dan
dimensi.
Misalnya,
Salah satu kategori dalam gejala ‘reaksi kiai’ itu adalah
‘aktivitasnya melakukan pertemuan untuk membahas masalah’
Pertemuan’ ini kemudian boleh dilihat atribut-atributnya
(misalnya: frekuensi, ruang lingkup bahasan, intensitas kajian,
lama penyelenggaraan, dsb), dan seterusnya dimensi masing-
masing atribut-atribut itu (sering-tidaknya,luas-sempitnya ruang
lingkup bahasan, dalam-dangkal kajian, lama atau sebentarkah
penyelenggaraannya, dan seterusnya).

2. Axial Coding
Kategori-kategori gejala yang berhasil diungkap akan
dihubungkan satu sama lain. Kategori-kategori itu ada yang
dapat diposisikan sebagai:
1. kondisi yang dianggap penyebab, ialah kejadian apapun yang
menyebabkan terjadinya suatu gejala
2. gejala itu sendiri, ialah peristiwa sentral yang akan
menggerakkan terjadinya serangkaian aksi/tindakan atau juga
interaksi;
3. konteks, ialah suatu kompleks kondisi – lokasi dan/atau
waktu tertentu—yang menjadi ajang berlangsungnya suatu
aksi atau interaksi;
4. kondisi pengintervensi, ialah kondisi-kondisi struktural yang
memudahkan atau menyulitkan jalannya proses dalam suatu
konteks tertentu;
5. aksi atau interaksi, ialah strategi tindakan yang dilakukan
untuk merespons atau mengatasi permasalahan yang ada;
6. konsekuensi, ialah hasil yang diperoleh lewat
penyelenggaraan aksi atau interaksi.
3. Selective Coding
Suatu proses untuk menyeleksi kategori-kategori guna
menemukan kategori inti atau sentral, secara sistematis dapat
dipakai secara konsepsional untuk merangkai dan
mengitegrasikan kategori-kategori lain dalam suatu jaringan
“kisah”. Kisah panjang-lebar yang merupakan paparan
deskriptif tentang realita sosial, yang diletakkan dalam fokus
kajian inilah yang disebut story. Proses mengintegrasikan
kategori-kategori dalam selective coding – yang berakhir
dengan story yang dapat dilaporkan ini – dalam suatu tataran
analisis yang jauh lebih abstrak daripada yang berlangsung
sepanjang proses axial coding.
Kepekaan teoretik seorang peneliti, ialah ketajaman
imajinasinya untuk mereka-reka bangunan teoretik dari data dan
kategori data yang telah diperoleh, sangat diharapkan pada
tahap ini.
8. ANALISIS SETELAH MENGUMPULKAN DATA
Pekerjaan analisis setalah pengumpulan data tidak lain adalah
mengembangkan sebuah sistem kode untuk mengorganisasikan data.
Peneliti tentunya dalam data nya menjumpai kata-kata tertentu, ungkapan-
ungkapan, pola perilaku, jalan berfikir subjek, dan berbagai peristiwa yang
berulang. Kategori kode adalah alat untuk memilah atau menyortir data
diskriptif yang terkumpul sehingga bahan-bahan yang berhubungan dengan
topik yang ada secara fisik terpisah dari data yang lain.
Mantja (2007) mengumukakan klasifikasi kode yaitu :
1. Kode latar
Kode latar menunjukkan kode berdasarkan ketika sebagian besar
informasi umum dalam latar, topic, dan subjek dapat dipilah-
pilahkan.Pertanyaan-pertanyaan umum yang dibuat untuk
mendiskripsikan subjek, latar, bagimana latar itu sesuai dengan
masyarakatnya, statistic deskriptif maupun data kuantitatif lainnya, asal
mendiskripsikan latar, dapat dikode.
2. Kode situasi
Untuk menempatkan unit-unit data yang menjelaskan bagiamana
subjek menentukan latar atau topic tertentu. Ketertarikan peneliti
terhadap cara pandang dunia mereka dan bagaimana subjek melihat diri
mereka sendiri dalam hubungannya dengan latar atau topik peneliti.
Peneliti hendaknya memiliki sebuah kode untuk setiap informan atau
partisipan.
3. Kode perspektif subjek
Mengacu pada cara berfikir yang dikemukakan oleh beberapa atau
seluruh objek, yang pada umumnya secara keseluruhan tidak sama
dengan definisi situasi, tetapi mengacu pada aspek-aspek khusus latar.
Kode itu mencakup peraturan dan norma, atau beberapa pendirian.
4. Kode cara berfikir subjek
Mengenai orang dan objek menunjukkan kode yang diberikan kepada
pengertian subjek mengenai seseorang terhadap orang lain, mengenai
orang-orang diluar dirinya dan mengenai objek yang menjadi bagian
dari dunianya
5. Kode proses
Kode proses merujuk pada kode kata-kata atau ungkapan yang
mendukung pengkatagorian urutan peristiwa, perubahan dari wkatu ke
waktu, untuk menggunakan kode proses peneliti harus memandang
seseorang, kelompok, organisasi, atau kegiatan sepanjang waktu dan
merasakan terjadinya perbaikan dalam tahap-tahap tersebut. Secara
khusus kode proses menunjuk pada periode waktu, tahapan, fase,
bagian, langkah, atau kronologis kejadian. Misalnya suatu sejarah
kehidupan seseorang yang menekankan pendidikannya meliputi kode,
seperti kehidupan di masa muda, hari-hari di sekolah dan universitas,
dan sesudah lulus.
6. Kode kegiatan
Kode kegiatan diberikan kepada jenis perilaku yang terjadi secara
tetap.Perilaku-perilaku itu secara relatif mungkin bersifat informal,
yang dapat mengarahkan pada kode atau yang juga terjadi secara
teratur sehingga merupakan bagian formal dari sebuah latar.
7. Kode peristiwa
Digunakan pada sebuah unit data yang berhubungan dengan kegiatan
khusus yang terjadi didalam latar, atau didalam subjek penelitian.Kode
peristiwa menunjukkan pada peristiwa khusus yang jarang terjadi atau
hanya sekali terjadi.
8. Kode strategi
Kode merujuk pada taktik, cara, teknik,maneuver, dan berbagai hal
yang dilakukan orang secara sadar untuk mencapai berbagai tujuan.
Misalnya seorang guru dikelas menerapkan strategi untuk mengontrol
perilaku siswanya.
9. Kode relasi dan struktur sosial
Mengatagorikan pola perilaku tetap dan teratur diantara orang-orang,
tidak secara formal ditentukan oleh peta organisasi yang
dikelompokkan berdasarkan hubungan (relasi)
10. Kode metode
Kode metode memisahkan bahan-bahan yang berhubungan dengan
prosedur penelitian, masalah, kesukaan, dilema, dan yang
sejenisnya.Sebagian besar penelitian dengan satu kode metode
dianggap memadai.Terkait hal ini semua kategori kode berhubungan
dengan metode. Berbagai judul, bab, dan bagian dalam suatu buku
dapat dikode seperti halnya dalam penelitian.

9. MEKANISME PENYORTIRAN DATA


Peneliti akan mengorganisasikan agar dapat dibaca untuk
memperoleh kembali data secara utuh. Peneliti kemudian menetapkan apa
yang akan dipelajari dari data yang ada itu dan memutuskan apa yang akan
ditulisnya. Bogan dan Bliken (2007) mengemukakan empat tahapan
mekanisme penyortiran bahan-bahan penelitian, yaitu :
1. Tahap pertama mekanisme penyortiran data ialah memeriksa semua
halaman catatan dan memberinya nomor dalam urutan kronologis
menurut waktu data itu dikumpulkan atau diperoleh. Akan tetapi jika
peneliti memiliki data yang berbeda seperti catatan lapangan, transkip
wawancara, dan dokumen, sebaiknya data tersebut dikelompokkan
menurut jenisnya.
2. Tahap kedua dimulai pada saat peneliti membaca kembali datanya,
dengan mengembangkan daftar kategori kode pendahuluan. Peneliti
segera mencatat kode yang mungkin timbul ketika membaca data yang
dimilikinya. Disamping itu peneliti perlu membuat gagasan yang
timbul, bagan yang meringkas hubungan-hubungan data nya.
3. Tahap ketiga peneliti memberikan tanda dengan angka terhadap kode,
kemudian data yang ada dibaca kembali, mencoba menandai lagi
kategori kode dari unit-unit seperti halnya yang dikerjakan pada
perolehan kategori kode pendahuluan. Unit-unit data yang dimaksud
disini adalah sebagian catatan lapangan, transkripsi wawancara, atau
dokumen mengenai topic tertentu yang ditampilkan atau disajikan oleh
kategori kode.
4. Tahap keempat peneliti membuat daftar dan memberikan nomor pada
masing-masing kategori kode. Kode ini dapat dibuat dalam daftar
dengan menggunakan uaraian alfabetis atau kelompok yang
berhubungan sebelum menomorinya. Kegiatan selanjutnya adalah
melihat kembali semua data yang ada dan memberikan tanda pada
masing-masing unit (paragraph, kalimat) dengan nomor kategori kode
yang sesuai.
BAB VI

TRIANGULASI, VALIDITAS DAN REALIBILITAS DALAM


KUALITATIF

1. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang


memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang
paling banyak di gunakan ialah melalui sumber lainnya. Denzin (1978)

Norman K. Denkin mendefinisikan triangulasi sebagai gabungan atau


kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang
saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda. Menurutnya,
triangulasi meliputi empat hal, yaitu: (1) triangulasi metode, (2) triangulasi
antar-peneliti (jika penelitian dilakukan dengan kelompok), (3) triangulasi
sumber data, dan (4) triangulasi teori.

1. Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi


atau data dengan cara yang berbeda. Dalam penelitian kualitatif peneliti
menggunakan metode wawancara, obervasi, dan survei. Untuk
memperoleh kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang utuh
mengenai informasi tertentu, peneliti bisa menggunakan metode
wawancara dan obervasi atau pengamatan untuk mengecek
kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan informan yang
berbeda untuk mengecek kebenaran informasi tersebut. Triangulasi tahap
ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau
informan penelitian diragukan kebenarannya.

2. Triangulasi antar-peneliti dilakukan dengan cara menggunakan lebih dari


satu orang dalam pengumpulan dan analisis data. Teknik ini untuk
memperkaya khasanah pengetahuan mengenai informasi yang digali dari
subjek penelitian. Namun orang yang diajak menggali data itu harus yang
telah memiliki pengalaman penelitian dan bebas dari konflik kepentingan
agar tidak justru merugikan peneliti dan melahirkan bias baru dari
triangulasi.

3. Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informai tertentu


melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain
melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi
terlibat (participant obervation), dokumen tertulis, arsif, dokumen
sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto.
Masing-masing cara itu akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda,
yang selanjutnya akan memberikan pandangan (insights) yang berbeda
pula mengenai fenomena yang diteliti.

4. Triangulasi teori. Hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah rumusan


informasi atau thesis statement. Informasi tersebut selanjutnya
dibandingkan dengan perspektif teori yang relevan untuk menghindari
bias individual peneliti atas temuan atau kesimpulan yang dihasilkan.
Selain itu, triangulasi teori dapat meningkatkan kedalaman pemahaman
asalkan peneliti mampu menggali pengetahuan teoretik secara mendalam
atas hasil analisis data yang telah diperoleh.

Praktek di lapangan ~saat penelitian dilakukan~ triangulasi dapat


dikombinasikan misalnya kombinasi triangulasi sumber dan triangulasi
metode. Triangulasi yang menggunakan kombinasi teknik triangulasi
sumber data dan triangulasi metode seperti circle, yang dapat diawali dari
penemuan data dari sumber mana saja lalu dicross-check pada sumber
lain dengan metode lain pula. Sampai data lengkap dan jenuh sekaligus
validasi dari berbagai sumber sehingga dapat menjadi dasar untuk
penarikan kesimpulan. Dengan teknik ini diharapkan data yang
dikumpulkan memenuhi konstruk penarikan kesimpulan. Kombinasi
triangulasi ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan di lapangan,
sehingga peneliti bisa melakukan pencatatan data secara lengkap. Dengan
demikian, diharapkan data yang dikumpulkan layak untuk dimanfaatkan.

Adapun desain triangulasi dalam penelitian ini seperti pada gambar


berikut :

Gambar 1: Model Desain Kombinasi Triangulasi Sumber dan Triangulasi


Metode

Dalam kegiatan penelitian lapangan seseorang akan begitu cepat


kehilangan pandangannya tentang berapa banyak data, data macam apa,
yang telah dikumpulkan dari informan yang berbeda-beda. Karena data
ini seringkali kolaboratif - dengan memverifikasi penjelasan yang
diberikan orang lain, menguji tesis yang muncul – ketidak hadirannya
lebih serius dari pada sekedar “kehilangan data”. Keseluruhan data
adalah landasan bukti tempat berdirinya bangunan yang harus disusun
peneliti menuju kesimpulan.

Salah satu instrument yang dibuat untuk memudahkan dalam rangka


triangulasi data adalah lembar catatan data. Lembar catatan data dapat
membantu peneliti dalam mengorganisir data, membuat ringkasan
sementara dari permasalahan penelitian yang terkait sekaligus meng-
crosscheck data apa saja yang telah tersedia dan belum serta data apa saja
yang layak analisis atau yang telah dikonfirm dengan sumber data
lain.Contoh lembar catatan data dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2 : Contoh lembar Catatan Data

Pengisian lembar catatan data diawali dengan memberi kode pada


setiap data yang telah dikumpulkan misalnya CW = Catatan Wawancara,
K = kuisioner dan CL = Catatan Lapangan. Frekuensi data disesuaikan
dengan urutan tanggal pengambilan misalnya CW1, CW2 dst.

Jadi triangulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan


perbedaaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam suatu
konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai
kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata lain bahwa
dengan triangulasi, peneliti dapat me-recheck temuannya dengan jalan
membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, atau teori. Untuk
itu maka peneliti dapat melakukannya dengan jalan :
1). Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan.

2). Mengeceknya dengan berbagai sumber data.

3). Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekkan kepercayaan data


dapat dilakukan.

Dibawah ini dikemukakan perbandingan antara penelitian kuantitatif


dan kualitatif di lihat dari segi “konstruk”nya.

KONSTRUK KUANTITATIF KUALITATIF

‘Nilai benar’ Validitas internal Kredibilitas


Aplikabilitas Validitas eksternal Transferabilitas
(keteralihan)
Konsistensi Realibilitas Dependabilitas
(kebergantungan)
Netralitas objektivitas Konfirmabilitas
(kepastian)

Keabsahan data merupakan konsep penting yang di perbaharui dari


konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (realibilitas) menurut versi
‘positivisme’ dan di sesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria
dan paradigmanya sendiri. Mengapa hal itu diperbaharui ? jawabannya
dapat diperoleh dari pandangan dan pendapat seorang ahli paradigm
alamiah, yakni Egon Guba (Lincoln dan Guba, 1981: 291-294,) catatan
: penulis menemui dan berdiskusi dengan beliau di Indiana University.
Pertama, Validitas internal yang dinyatakan sebagai variasi yang
terjadi pada variabel terikat dapat ditandai sejauh variasi pada variabel
bebas dapat dikontrol. Karena banyak faktor yang mungkin berpengaruh
dalam suatu hubungan sebab-akibat, maka digunakan kontrol atau
randomisasi sebagai upaya mengisolasi variabel bebasnya. Persoalan
yang dihadapi menjadi tidak mudah keran menurut Campbell dan
Stanley (1963) ada delapan ‘bahaya’ yang mengancam validitas internal
tersebut. Kedelapan ancaman tersebut adalah riwayat (history),
Maturasi, testing, instrumentasi, regresi statistic, pembedaan dalam
pemilihan subyek, mortalitas experiment, dan interaksi maturasi. Jika
ingin memperoleh hasil yang hasil yang tidak terkotori oleh ancaman
bahaya tersebut, kedelapan segi itu harus di kontrol, dan hal itu amat
sukar dilakukan.
Kedua, validitas eksternal menurut Cook dan Campbell (1967:37),
ialah perkiraan validitas yang diinferensikan berdasarkan sebab-akibat
yang di duga terjadi, dapat digeneralisasikan pada dan diantara ukuran
alternative sebab akibat dan diantara jenis orang, latar, dan waktu.
Ketiga, realibilitas menunjuk pada ketaatasan pengukuran dan
ukuran yang di gunakan. Pengetesan realibilitas biasanya dilakukan
melalui replikasi sebagaimana yang di lakukan terhadap pengukuran
butir-butir ganjil genap, dengan tes-retes, atau dalam bentuk pararel.

2. Kriteria keabsahan data


Untuk menetapkan keabsahan (Trustworthiness) data diperlukan teknik
pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah
kriteria tertentu. Ada empat criteria yang digunakan, yaitu derajat
kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan
(depandability), dan kepastian (confirmability).
Penerapan kriterium derajad kepercayaan (kredibilitas) pada dasarnya
menggantikan konsep validitas internal dari nonkualitatif. Kriterium ini
berfungsi : pertama melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat
kepercayaan penemuannya dapat dicapai ; kedua, mempertunjukan derajat
kepercayaaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti
pada kenyataan ganda yangs sedang diteliti.
Kriterium keteralihan berbeda dengan validitas eksternal dari
nonkualitatif. Konsep validitas itu menyatakan bahwa generalisasi suatu
penemuan dapat berlaku atau diterapkan pada semua konteksdalam populasi
yang sama atas dasarpenemuan yang diperoleh pada sampel yang secara
representative mewakili populasi itu.
Keteralihan sebagai persoalan empiris bergantung pada kesamaan antara
konteks pengirim dan penerima. Untuk melakukan pengalihan tersebut
seorang peneliti hendaknya mencari dan mengumpulkan kejadian empiris
tentang kesamaan konteks. Dengan demikian peneliti bertanggung jawab
untuk menyediakan data deskriptif secukunya jika ia ingin membuat
keputusan tentang pengalihan tersebut. Untuk keperluan itu peneliti harus
melaakukan penelitian kecil untuk memastikan usaha memverifikasi
tersebut.
Kriterium kebergantungan merupakan substitusi istilah reliabilitas
dalam penelitian yang nonkualitatif. Pada cara nonkualitatif, reliabilitas
ditunjukan dengan jalan mengadakan replikasi studi. Jika dua atau beberapa
kali diadakan pengulangan suatu studi dalam suatu kondisi yang sama dan
hasilnya secara esensial sama, maka dikatakan reliabilitas tercapai.
Persoalan yang amat sulit dicapai disini ialah bagaimana mencari kondisi
yang benar-benar sama. Di samping itu, terjadi pula ketidakpercayaan pada
instrument penelitian.
Kriterium kepastian berasal dari konsep ‘objektivitas menurut
nonkualitatif. Nonkualitatif menetapkan objektivitas dari segi kesepakatan
antarsubjek. Disini pemastian bahwa sesuatu itu objektif atau tidak
bergantung pada persetujuan beberapa orang teradap pandangan, pendapat
dan penemuan seseorang. Dapatlah dikatakan bahwa pengalaman seseorang
itu subjektif sedangkan jika di sepakati oleh beberapa atau banyak orang,
barulah dapat dikatakan objektif.

3. Teknik pemeriksaan keabsahan data


Sebelum masing-masing teknik pemeriksaan diuraikan, terlebih dahulu
iktisarnya dikemukakan. Ikhtisar itu terdiri dari criteria yang diperiksa
dengan suatu atau beberapa teknik pemeriksaan tertentu. Ikhtisar tersebut
dikemukakan dala tabel 4 beriku ini.

KRITERIA TEKNIK PEMERIKSAAN

Kredibilitas 1. perpanjangan keikutsertaan


(derajat kepercayaan) 2. ketentuan pengamatan
3. triangulasi
4. pengecekan sejawat
5. kecukupan referensial
6. kajian kasus negative
7. pengecekan anggota
Kepastian 8. uraian rinci
Kebergantungan 9. Audit Kebergantungan
Kepastian 10. Audit Kepastian
BAB VII
PENULISAN LAPORAN

1. Fungsi, Jenis dan Bentuk Laporan Hasil Penelitian


Setelah selesai melakukan penelitian para peneliti membuat laporan hasil penelitian.
Beberapa Fungsi dari penulisan laporan hasil penelitian untuk memenuhi beberapa
keperluan diantaranya yaitu :
1. Keperluan studi akademis
2. Untuk keperluan perkembangan ilmu pengetahuan
3. Keperluan suatu lembaga tertentu
4. Untuk keperluan publikasi ilmiah.

Dimana fungsi-fungsi penulisan laporan tersebut diatas sangat erat kaitannya


dengan jenis dan bentuk laporan itu sendiri.
Jenis dan bentuk laporan diantaranya yaitu :
1. Jenis dan laporan yang dilakukan oleh mahasiswa S1 pada akhir tahun masa
studinya dan mahasiswa S2 untuk menulis tesis. Bersamaan dengan itu
mahasiswa tingkat studi S3 diwajibkan menyusun disertasi.
2. Publikasi ilmiah yang dilakukan oleh peneliti pada majalah ilmiah seperti
jurnal.
3. Laporan penelitian yang ditujukan kepada para pembuat keputusan atau
kebijaksanaan,
4. Bentuk tulisan sebagai hasil akhir penelitian yang dilemparkan kepada
masyarakat awam yang biasanya dimuat sebagai artikel dalam koran.

2. Kerangka dan Isi Laporan


Bagian ini menyajikan dua kerangka laporan dan sebuah kerangka lainnya yang
berupa daftar isi hasil penelitian. Hasil penelitian terutama berbentuk tesis atau
disertasi.
Kerangka Laporan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Konteks Penelitian
1) Bagaimana asal mula penelitian dilakukan
2) Untuk apa penelitian ini ?
3) Bagaimana penelitian ini dibiayai?
4) Bagaimana penentuan peneliti?
b. Fokus Penelitian
1) Pertanyaan apakah yang dijawab dalam penelitian ini ?
2) Mengapa pertanyaan-pertanyaan ini ?
3) Tindakan-tindakan apakah yang diperkirakan atau keputusan-keputusan
apakah yang akan diambil sebagai hasil dari penelitian ini.
2. Keputusan-keputusan tentang metode
a. Ketetapan metode
1) Bagaimana caranya sehingga metode yang digunakan mengikuti
pertannyaan-pertanyaan yang diajukan?
2) Kelebihan dan kekurangan apakah yang ada pada metode yang
digunakan sehubungan dengan tujuan penelitian?
b. Keputusan-keputusan desain dan sampling apakah yang telah dibuat, apa
alasannya, dan apa konsekuensinya?
1) Situasi yang disampel
2) Periode waktu yang disampel
3) Orang-orang yang disampel

3. Presentasi data
a. Deskripsi informasi tentang program
1) Riwayat dan asal usul program penelitian
2) Kegiatan program, proses dan tujuan
3) Ciri-ciri subjek
b. Deskripsi penemuan yang diorganisasi disekitar pertanyaan-pertanyaan
penelitian dan pemakai informasi
1) Informasi deskritif atas dasar pengamatan dan atau wawancara. Apa
yang terjadi ? apa yang dikatakan?
2) Sediakan informasi apa saja yang diperlukan pembaca kedalam situasi
yang diuraikan dan diteliti.
c. Analisi data
1) Penyajian pola, tema, kecenderungan, dan motivasi yang muncul dari
data
2) Penyajian kategori, sistem klasifikasi, dan tipologi
a) Tipologi yang disusun oleh subjek untuk menjelaskan dunianya
b) Tipologi yang disusun oleh peneliti
d. Penafsiran dan penjelasan
1) Kaitan-kaitan antara kategori dan dimensi
2) Hubungan-hubungan antara hal-hal yang berkaitan dan bagian-bagian
yang bebas
3) Persoalan yang berkaitan dengan sebab dan konsekuensinya, termasuk
hipotesis tentang hubungan antara proses dan hasil
4. Validasi dan verifikasi penemuan
a. Rincian tentang pelaksanaan metode dan pelaporan pada setiap tingkatan
awal dari prosedur yang diharapkan
Bagaimana studi itu dilakukan ?
Bagaimana pengumpulan data sebenarnya ?
b. Derajat kepercayaan penemuan
1) Pembahasan tentang hipotesis alternatif dan alternatif pembahasan
2) Analisis kasus-kasus negatif yang menunggu
3) Triangulasi :
 Metode
 Sumber
 peneliti
4) Pengaruh peneliti-peranan pribadi dan perspektif peneliti
5) Salinan setiap reaksi subjek atau lainnya yang telah menelaah jalannya
studi

5. Kesimpulan dan rekomendasi


a. Apa sajakah penemuan-penemuan penting ?
b. Apa saja implikasi dari penemuan-penemuan tersebut ?
c. Apa sajakah rekomendasi-rekomendasi yang diajukan
1) Rekomendasi dari pihak subjek
2) Rekomendasi dari pihak peneliti

Lincoln dan Guba menyajikan kerangka dua dimensi yang harus ada dalam laporan,
yaitu bagian substantif dan bagian metodologis.
Bagian dari substantif yaitu :
1. Rumusan masalah, evaluan, atau pilihan kebijaksanaan yang terjadi dalam studi
2. Rumusan secarateliti tentang konteks atau latar tempat penelitian diadakan dan
tempat penelitian diadakan dan tempat inkuiri mempedulikannya
3. Pembahasan tentang hal-hal yang menonjol yang ditemukan dilapangan ialah
tentang unsur-unsur yang ditemukan sebagai hal penting dan diteliti secara
mendalam
4. Diskusi tentang hasil penelitian sebagai bahan pelajaran yang dapat dipelajari
dari penelitian.
Bagian dari metodologi yang dapat dimasukkan kedalam isi maupun pada lampiran
yaitu :
1. Uraian secara teliti tentang derajat kepercayaan peneliti
2. Uraian secara teliti tentang metode-metode yang digunakan mencakup hakikat
upaya membuka desain
3. Uraian secara teliti tentang ukuran-ukuran yang digunakan untuk meningkatkan
kemungkinan keabsahan data penelitian yang derajat keabsahannya dikaitkan
dengan berbagai tempat, dan akhirnya pemeriksaan secara khusus, dilakukan
dengan pengecekkan anggota dan auditing
KERANGKA LAPORAN PENELITIAN
I. Latar Belakang, Masalah, Tujuan penelitian
A. Latar Belakang Penelitian
1. Asal mula diselenggarakannya penelittian
2. Alasan diadakannya penelitian
3. Penelitian ini diadakan oleh siapa
4. Apakah penelitian ini diadakan secara perseorangan ataukah oleh tim
peneliti, siapa dan bagaimana penentuannya ?

B. Masalah dan Pembatasan Penelitian


1. Fokus sebagai pembatasan penelitian
2. Pertanyaan-pertanyaan penelitian
3. Alasan ( untuk menjawab mengapa pertanyaan-pertanyaan ini diajukan)

C. Tujuan Kegunaan, dan Prospek Penelitian


1. Tujuan Penelitian
2. Kegunaan pelaksanaan dan hasil peneliti
3. Prospek penelitian ( berapa tindakan yang diperkirakan atau
kepustakaan-kepustakaan yang akan diambil sebagai akibat hasil
penelitian ini )

II. Acuan Teori


A. ..........(judulnya sesuai fokus penelitian )
1. ............ subjudulnya sesuai sub-fokus 1
2. ............. subjudulnya sesuai subfokus 2
B. ..........petunjuk untuk studi ini

III. Metodologi
A. Deskripsi Latar Penelitian , Entri, dan Kehadiran Peneliti
1. Deskripsi latar penelitian
2. Tahap-tahap dan jadwal waktu penelitian
3. Sampling: situasi dan subjek
B. Deskripsi Peneliti sebagai alat dan metode yang digunakan
C. Tahap-tahap penelitian sampling
1. Tahap-tahap dan jadwal waktu penelitian
2. Samplimg: situasi dan subjek
D. Proses pencatatan dan analisis data
1. Proses pencatatan data
2. Proses analisis data
IV. Penyajian Data
A. Deskripsi penemuan ( yang diorganisasikan disekitar pernyataan-pernyataan
penelitian dan pemakai informasi )
1. Deskripsi informasi : hasil pengamatan atau wawancara ( apa yang
terjadi ? apa yang dikatakan ? )
2. Deskripsi informasi lainnya (berasal dari dokumen, foto, dan lain-lain)
B. Deskripsi hasil Analisi Data
1. Penyajian pola, tema, kecenderungan dan motivasi yang muncul dari
data
2. Penyajian kategori, sistem klasifikasi, dan tipologi ( tipologi yang
disusun oleh untuk menjelaskan dunianya dan yang disusun oleh peneliti
)
C. Penafsiran dan Penjelasan
1. Hipotesis kerja : kaitan-kaitan antara kategori dengan dimensi; antara
konsep dengan konsep )
2. Persoalan yang berkaitan dengan sebab dan konsekuensinya (dengan
“konsep” yang saling mempertajam )

V. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data


A. Perpanjangan kehadiran pengamat
B. Diskusi rekan sejawat
C. Analisis kasus negatif
D. Kecukupan referensial
E. Triangulasi : Metode, sumber , peneliti
F. Pengecekan anggota
G. Auditing

VI. Kesimpulan dan Rekomendasi


A. Apa sajakah penemuuan-penemuan penting ?
B. Apa saja implikasi dari penemuan tersebut ?
C. Apa sajakah rekomendasi-rekomendasi yang diajukan ?
1. Rekomendasi dari pihak subjek
2. Rekomendasi dari pihak peneliiti

3. Teknik dan Strategi Penulisan Laporan


1. Langkah Penulisan Laporan
Lincol dan Guba (1985) membagi langkah-langkah penulisan menjadi dua yaitu
tahap awal (tahap organisasional) dan tahap penulisan yang sebenarnya.
Ada Tiga tahap awal yaitu :
a. Menyusun materi data; sehingga bahan-bahan itu dapat secepatnya tersedia
apabila diperlukan. Tugas ini diselesaikan selama pemprosesan data
berlangsung, data ini bersumber dari dokumen, buku dan lainnya.
b. Penyusunan kerangka laporan; kerangka laporan ini hendaknya dipersiapkan
dalam konsep yang ditemukan dari data. Yang penting dalam hal ini agar
peneliti mengusahakan supaya seluruh data dapat tercakup dalam kerangka itu.
c. Mengadakan uji silang antara indeks bahan data dengan kerangka yang
disusun. Uji silang ini dilakukan dengan jalan menelaah indek bahan data satu
demi satu, kemudian dipertanyakan apakah hal itu sesuai dengan kerangka.
Sedangkan tahap berikutnya adalah tahap penulisan sebenarnya. Dalam penulisan
yang sebenarnya ada hal yang harus diperhatikan antara lain :
a. Dalam penulisan yang sebenarnya harus mengikuti kerangka yang telah
disusun
b. Perlu disertai penjajagan audit. Hal ini memungkinkan penulis untuk
melaporkan fakta yang benar-benar fakta atas dasar sumber yang dapat
ditunjukkan, dengan demikian peneliti benar-benar yakin untuk membuat
pernyataan yang senantiasa didukung oleh data.
c. Peneliti harus senantiasa mengkaitkan dengan hasil penelaahan kepustakaan
2. Teknik Penulisan laporan
Dalam hal ini mencakup tiga hal yaitu cara penulisan, gaya penulisan dan petunjuk
umum penulisan.
a. Cara penulisan suatu laporan penelitian biasanya diarahkan oleh suatu fokus,
yang berarti bahwa penulis memutuskan untuk memeberitahukan keinginannya
kepada pembaca. Fokus hendaknya berupa tesis, tema atau topik.
b. Gaya penuisan dapat dinyatakan berada di antara suatu kontinuum. Di suatu
pihak ada yang bergaya penulisan formal dan tradisional dan pihak lain ada
gaya penulisan yang terlapau longgar, diskriptif, menceritakan peristiwa yang
berkepanjangan terlebih dahulu, baru pada akhirnya menarik kesimpulan
c. Ada 6 macam petunjuk penulisan yang diberikan oleh Lincoln dan Guba
(1985) yaitu :
1) Penulisan hendaknya dilakukan secara informal. Dalam penelitian
kualitatif tugas seorang peneliti pada dasarnya emik. Artinya ia perlu
memberikan gambaran tentang dunia lapangan penelitian yang dilihat dari
segi bangunan yang dipakai oleh responden, melihat dunia dari segi
pandangan sebagai apa adanya dan menyatakan dari segi bahasa mereka.
2) Penulisan itu hendaknya tidak bersifat penafsiran atau evaluatif kecuali
bagian yang mempersoalkan hal itu.
3) Penulis hendaknya menyadari jangan sampai terlalu banyak data yang
dimasukkan.
4) Penuis hendaknya tetap menghormasti janji tidak menuliskan nama dan
menjaga kerahasiaan
5) Penulis hendaknya tetap melaksanakan penjajagan audit.
6) Penulis hendaknya menetapkan batas waktu penyelesaian laporannya dan
bertekad untuk menyelesaikannya.
4. Penelaahan Hasil Penulisan
Hal ini dilakukan sebelum dilakukan publikasi dan bertujuan untuk menjadikan
penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan. Penelaahan dapat dilakukan oleh
siapapun, tetapi harus didasarkan pada kreteria atau patokan tertentu. Menurut Lincoln
dan Guba (1985) patokan yang harus ditanyakan antara lain :
1. Apakah uraian tentang lokasi telah benar-benar menggambarkan keadaan
sebenarnya?
2. Apakah ada kekeliriuan pengungkapan fakta atau interprestasi?
3. Apakah ada data atau informasi penting yang dibuang?
4. Apakah penafsiran yang dilakukan oleh peneliti atau anggota tim penelitian itu
sesuai dengan penafsiran oleh subyek?
5. Apakah kerahasiaan dan usaha tidak mencantumkan nama latar penelitian dan
subjek itu sudah benar-benar terjamin?
6. Apakah ada persoalan-persoalan yang hangat dan sensitif ikut dimasukkan ke
dalam laporan?
Penelaahan tersebut menurut mereka paling tidak dilakukan selama tiga kali. Yang
meliputi :
1. Pertama penelaahan perlu dilakukan oleh anggota tim penelitian itu sendiri.
2. Kedua, penelaahan tahap ini hendaknya tidak hanya dilakukan oleh mereka yang
mempunyai latar belakang tentang yang diteliti, tetapi juga oleh yang berasal dari
luar lingkaran penelitian.
3. Ketiga, penelaahan dilakukan oleh kedua kelompk itu secara berasama sama.

5. Penulisan Karya Tulis Ilmiah


Tidak semua makalah termasuk dalam karya ilmiah. Makalah dapat berupa makalah
ilmiah dan makalah teknikal. Makalah ilmiah adalah laporan tertulis yang menguraikan
hasil orisinil dari suatu penulisan. Sedangkan makalah teknis adalah makalh yang
disusun untuk keperluan tertentu dan tidak terikat pada kaidah-kaidah penulisan
makalah ilmiah. Suatu karya ilmiah harus memenuhi 3 kriteria yaitu kriteria
konseptual, kriteria prosedural dan kriteria Teknikal.
1. Kriteria Konseptual
Sauatu karya ilmiah hanya memenuhi persyaratan apabila mempersoalkan postulat,
asumsi, teori dan prinsip dalam penulisannya. Postulat adalah anggapan mengenai
hakikat wujud yang tidak perlu didemonstrasikan atau diuji tetapi dianggap benar,
digunakan untuk menyusun kerangka berfikir. Asumsi adalah anggapan tentang
realitas dimana teori itu akan diterapkan. Teori adalah suatu gagasan yang telah
diuji.
2. Kriteria Prosedural
Para ilmuwan telah menyusun format untuk makalah ilmiah secara berurutan, yang
terdiri dari :
a. Judul
b. Abstrak
c. Pendahuluan
d. Materi dan metode
e. Temuan/hasil
f. Diskusi/pembahasan
g. Kepustakaan yang dikutip
3. Kriteria Teknikal
Gaya penulisan karya tulis ilmiah adalah sama yaitu singkat, akurat dan tidak
menggunakan bahasa berbunga-bunga; harus mudah dipahami dan isinya
memperbolehkan pembaca untuk dapat mereproduksi apa yang ditulis. Jumlah
halaman perlu diperhatikan. Jumlah halaman dapat digunakan pegangan sebagi
berikut :
a. Abstrak dan pendahuluan 1 halaman
b. Materi dan metode 3 halaman
c. Hasil/temuan 4 halaman
d. Pembahasan 3-4 halaman
e. Kepustakaan 1-2 halaman.
Dari segi teknis, saran-saran di bawah ini akan bermanfaat bagi penulisan karya
ilmiah, antara lain :
a. Tulislah secara jelas dan singkat
b. Hindari slang dan jargon
c. Hindari kata-kata pasif
d. Ikuti format karya tulis ilmiah
e. Gunakan kata ganti orang pertama, misalnya kami
f. Hindari penggunaan pandangan sendiri
g. Singkatan agar dierjelas terlebih dahulu pada permulaan
h. Gunakan judul/subjudul pada setiap komponen makalah
i. Total jumlah kata minimal 30.000 kata

6. Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah


1. Urutan/format
a. Judul
b. Abstrak
c. Pendahuluan
d. Materi dan metode
e. Temuan/hasil
f. Diskusi/pembahasan
g. Kepustakaan yang dikutip
2. Uraian
a. Judul
Gunakan kata-kata seirit mungkin yang menggambarkan isi makalah. Judul
isinya harus infromatif, khusus, dan singkat. Judul tidak boleh berisi
kependekan, formula atau jargon, karena akan menimbulkan masalah dalam
indeksisasi dan dari segi keterbacaannya
b. Abstrak
Karya ilmiah diawali dengan abstrak, yang tidak boleh melebihi 250 kata.
Harus menetukan secara jelas apa yang dipersoalkan dalam karya atau
makalah. Abstrak harus :
1) Menyatakan tujuan pokok dan lingkup penelitian/investigasi
2) Menguraikan metodologi yang digunakan
3) Mengiktisarkan hasil yang ditemukan
4) Menyatakan kesimpulan utama. Kesimpulan itu penting dan dinyatakan3
kali, yaitu pada abstrak, pendahuluan dan secara rinci pada pembahasan
c. Pendahuluan
Aturan yang disarankan dalam pendahuluan adalah :
1) Harus dikemukakan secara sejelas mungkin pertama-tama; hakekat dan
lingkup masalah yang diteliti
2) Harus mereview kepustakaan terkait untuk mengarahkan pembaca
3) Menguraikan keadaan perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini
4) Harus menyatakan metode yang digunakan dalam penelitian. Alasan
pemilihan metode wajib dikemukakan
5) Harus menyatakan temuan pokok dalam penelitian
d. Materi dan metode
Materi dan metode harsu diuraikan secara rinci agar pembaca dapat
mengadakan pengulangan penelitian. Bagian ini pada dasarnya menjawab
pertanyaan; dimana, kapan, dan bagaimana stuid ini dilakukan. Disini
dikemukakan teknik sampling, dan analisa data dengan statistik (jika
kuantitatif)
e. Temuan/hasil
Data secara singkat dikemukakan pada bagian ini. Gambar dan tabel
dikemukakan di sini untuk lebih memperjelas uraian. Jangan memasukkan data
kasar. Hasil ini harus sangat jelas, singkat namun manis. Bagian ini secara jelas
menyatakan temuan penelitian yang diperolh. Bagian hasil tidak boleh
menginterpretasi data.
f. Diskusi/pembahasan
Komponen pokok bagian ini antara lain :
1) Usahakan agar mengemukakan prinsip-prinsip, hubungan, dan generalisasi
pada bagian ini. Kemukakan kecualian atau kelemahan dan juga hal-hal
yang kurang dapat dicakup dalam penelitian ini.
2) Tunjukkan pada bagian ini bahwa hasil dan interpretasi itu ada
kesepakatan (atau bertentangan) degan hasil/temuan penelitian lainnya
yang telah dipublikasikan
3) Bahas implikasi hasil penelitian anda dan kemukakakn seluruh
kemungkinan aplikasi praktisnya
4) Nyatakan kesimpulan anda, sejelas mungkin. Kemukakan hasil kesimpulan
tentang hipotesis atau tujuan penelitian.
5) Identifikasikan langkah-langkah berikutnya yang perlu ditempuh untuk
penelitian di masa mendatang
g. Kepustakaan yang dikutip
Buat daftar kepustakaan berurutan secara alfabetis, dan hanya yang dikutip
dalam makalah ini yang dikemukakan. Format yang lazim dalam penulisan
kepustakaan harap diindahkan.

You might also like