Bab 1 As Urat

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 46

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN KERSEN

(Muntingia calabura L.) DENGAN JUS BUAH KERSEN


(Muntingia calabura L.) TERHADAP PENURUNAN KADAR
ASAM URAT TIKUS PUTIH HIPERURISEMIA

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti review proposal penelitian pada


Program Studi Akademik Pendidikan Dokter

Oleh:

YOUFFA HANNA ELT MISYKAH

114170078

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI

CIREBON

2017
LEMBAR PENGAJUAN PROPOSAL PENELITIAN

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN KERSEN


(Muntingia calabura L.) DENGAN JUS BUAH KERSEN
(Muntingia calabura L.) TERHADAP KADAR ASAM URAT
TIKUS PUTIH HIPERURISEMIA
Disusun oleh

YOUFFA HANNA ELT MISYKAH 114170078

Telah disetujui

Cirebon, Agustus 2017

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Ignatius Hapsoro W. dr., M.Si R. Vivi Meidianawaty. dr., MMed.Ed


PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini,


Nama : Youffa Hanna Elt Misykah
NIM : 114170078
Alamat : Ds. Sigedong 004/003, Kec. Bumijawa, Kab. Tegal
Dengan ini menyatakan bahwa,
1. Karya tulis ilmiah saya ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di Unswagati maupun di
perguruan tinggi lain.
2. Karya tulis ilmiah (KTI) ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian
saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Pembimbing.
3. Dalam KTI ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang
berlaku di Unswagati.

Cirebon, Agustus 2017


Yang membuat pernyataan
Penulis

Youffa Hanna Elt Misykah


NPM. 114170078
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah (KTI) yang
berjudul
perbandingan efektivitas ekstrak daun kersen (Muntingia calabura L.)
dengan jus buah kersen (Muntingia calabura L.) terhadap kadar asam urat pada
tikus putih hiperurisemia.
Penulisan laporan hasil penelitian ini dilakukan dalam rangka memenuhi
salah satu syarat untuk kelulusan blok Academic Writing di Fakultas Kedokeran
Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon. Saya menyadari sangatlah sulit bagi
saya untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah (KTI) ini tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak serta penyusunan sampai dengan terselesaikannya
proposal pengajuan penelitian ini. Bersama ini saya menyampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Rektor Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon yang telah memberi


kesempatan kepada saya untuk menimba ilmu di Universitas Swadaya
Gunung Jati Cirebon
2. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon
Catur Setiya, dr., M.Med.Ed. yang telah memberikan sarana dan prasarana
kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan
lancar.
3. Ignatius Hapsoro W. dr., M.si selaku pembimbing I yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing saya dalam
penulisan KTI ini.
4. R. Vivi Meidianawaty dr., MM.ed Ed selaku pembimbing II yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing saya dalam
penulisan KTI ini.
5. Orang tua tercinta yaitu Ibu Hj. Nelly Retnowati, Bapak H.MF. Imam
Arifin, dan kakak saya tercinta Ayu Khowariq Elt Addawiyi beserta
keluarga saya yang senantiasa memberikan dukungan material dan moral
berupa doa yang tulus, nasehat, dan motivasi kepada saya.
6. Para sahabat yaitu Lina Budiarti, Ahmad Hasbi Asidiki, Audy, Sharah,
Febri, Mega, Linda, Rahmah, Beserta keluarga besar Humeri Fakultas
Kedokteran Unswagati Angkatan 2014 yang selalu memberi dukungan
dalam menyelesaikan proposal pengajuan penelitian ini.
7. Serta pihak lain yang tidak mungkin saya sebutkan satu-persatu atas
bantuannyasecara langsung maupun tidak langsung sehingga proposal
pengajuan penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Mohon maaf apabila
terdapat kekurangan dalam proposal pengajuan penelitian ini. Semoga
penelian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Cirebon, Agustus 2017

Penulis
Daftra Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan asam urat
darah di atas normal yang dapat terjadi karena peningkatan metabolisme asam
urat (over production), penurunan pengeluaran asam urat urin (under
excretion), atau gabungan keduanya. Kadar asam urat didalam plasma atau
serum pada laki - laki lebih dari 7mg/dl dan 6 mg/dlpada perempuan
dipergunakan sebagai batasan hiperurisemia.(1,2) Hiperurisemia disebabkan
oleh berbagai faktor seperti genetik, usia, jenis kelamin, berat badan berlebih
dan gaya hidup.(3)
Kadar asam urat dalam darah yang melebihi batas normal
menyebabkan penumpukan asam urat di dalam persendian dan organ tubuh
lainnya.(4) Sehingga dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi, seperti
rusaknya persendian akibat peradangan, kerusakan ligamen dan otot,
resistensi insulin pada tubuh, sindrom metabolik, dan diabetes millitus tipe
dua. Bahaya lain terkait dengan asam urat tinggi adalah sesak nafas,
gangguan pada daun telinga, retina mata, saluran cerna, payah jantung,
pembengkakan pada tungkai.(5)
Prevalensi berdasar hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di
Indonesia tahun 2013 penyakit sendi 11,9 persen dan berdasar diagnosis atau
gejala 24,7 persen. Prevalensi berdasarkan diagnosis nakes tertinggi di Bali
(19,3%), diikuti Aceh (18,3%), Jawa Barat (17,5%) dan Papua (15,4%).
Prevalensi penyakit sendi berdasarkan diagnosis nakes atau gejala tertinggi di
Nusa Tenggara Timur (33,1%), diikuti Jawa Barat (32,1%), dan Bali (30%).
Prevalensi yang didiagnosis tenaga kesehatan lebih tinggi pada perempuan
(13,4%), dibanding laki-laki (10,3%).(6)
Salah satu pilihan pengobatan hiperurisemia adalah allopurinol
dengan dosis100 mg/hari. Penggunaan allopurinol yang dikonsumsi secara
terus menerus dapat mengakibatkan efek samping. Efek samping yang paling
sering muncul adalah gangguan gastrointestinal, reaksi hipersensitivitas, dan
ruam kulit.(7) Akibat efek samping yang sering dijumpai oleh pasien yang
mengkonsumsi obat allopurinol, maka dari itu diperlukan suatu alternatif.
Salah satu obat herbal yang mudah didapat dan murah adalah buah kersen.
Kersen atau talok merupakan tanaman yang memiliki buah kecil
berwarna merah dan manis seperti cery. Kersen merupakan salah satu jenis
pohon pinggir jalan yang umum sekali dijumpai, terutama di wilayah -
wilayah yang kering, bahkan tidak hanya di pedesaan, di daerah perkotaan
pun dapat dijumpai pohon ini. Pohon kecil ini awalnya tumbuh liar ditepi
jalan, selokan atau bahkan ditengah retakan tembok lantai atau pagar. Walau
sekarang banyak dipakai hanya sebagai tanaman peneduh, sebenarnya
tanaman ini mempunyai manfaat kesehatan yang sangat berguna.(4) Antara
lain untuk mengatasi asam urat, diabetes mellitus, hipertensi, kolesterol, dan
tonsillitis. Selain itu juga dapat digunakan untuk mengurangi radang dan
menurunkan panas, serta menghambat pertumbuhan sel kanker.(4,8)
Daun kersen dan buah kersen juga diketahui mengandung berbagai
macam zat aktif yang bersifat antioksidan salah satunya adalah flavonoid,
jenis flavonoid yaitu fenol, flavonoid, antosianin, tannin, saponin dan
berfungsi sebagai penurun kadar asam urat melalui penghambatan enzim
xantin oksidase yaitu quersetin.(9) Buah kersen juga mengandung kadar purin
rendah. Selain itu tingginya kandungan air pada buah kersen dapat
melarutkan purin yang mengendap pada ginjal atau persendian. Kandungan
itulah yang membuat buah kersen mampu mengobati asam urat.
Berdasarkan penelitian terdahulu telah membuktikan efektivitas daun
kersen maupun buah kersen terhadap penurunan asam urat. Namun belum
banyak data yang menunjukan perbandingan efektivitas antara ekstrak daun
kersen dengan jus buah kersen oleh karena itu perlu dilakukan penelitian
mengenai perbandingan efektivitas ekstrak daun kersen (Muntingia calabura
L.) dengan jus buah kersen (Muntingia calabura L.) terhadap tikus putih
hiperurisemia.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan efektivitas ekstarak
daun kersen (Muntingia calabura L.) dengan jus buah kersen (Muntingia
calabura L.) terhadap kadar asam urat pada tikus putih hiperurisemia?.

1.3. Tujuan Masalah

1.3.1. Tujuan Umum


Mengetahui perbandingan efektivitas dari pemberian ekstrak daun
kersen (Muntingia calabura L.) dengan jus buah kersen (Muntingia
calabura L.) terhadap kadar asam urat tikus putih hiperurisemia.

1.3.2. Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui efektivitas dari pemberian ekstrak daun kersen
(Muntingia calabura L.) terhadap kadar asam urat tikus putih
hiperurisemia.
2. Untuk mengetahui efektivitas pemberin jus buah kersen (Muntingia
calabura L.) terhadap kadar asam urat tikus putih hiperurisemia.
3. Untuk menganalisis perbandingan efektivitas ekstrak daun kersen
(Muntingia calabura L.) dengan ekstrat jus buah kersen (Muntingia
calabura L.) terhadap kadar asam urat pada tikus putih
hiperuresemia.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat untuk ilmu pengetahuan


Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan pengetahuan
mengenai fungsi ekstrak daun kersen (Muntingia calabura L.) dan jus
buah kersen (Muntingia calabura L.) terhadap kadar asam urat didalam
darah.

1.4.2. Manfaat untuk pelayanan kesehatan


Memberikan informasi yang bermanfaat untuk pembuatan produk
kesehatan menggunakan bahan dasar ekstrak daun kersen (Muntingia
calabura L.) dan jus buah kersen (Muntingia calabura L.) terhadap
kadar asam urat didalam darah.

1.4.3. Manfaat untuk masyarakat


Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh masyarakat sebagai
informasi untuk memanfaatkan dasar daun kersen (Muntingia calabura
L.) dan jus buah kersen (Muntingia calabura L.), khususnya untuk
penderita hiperuresemia atau peningkatan kadar asam urat darah.

1.4.4. Manfaat untuk peneliti lain


Memberikan landasan dan informasi yang bermakna untuk penelitian
selanjutnya.
1.5. Orsinilitas penelitian yang terkait
Tabel 1 Orsinilitas penelitian
Peneliti Judul Metode Hasil
(tahun)
Esty rizky, 2013 Pengaruh pemberian jus Penelitian ini merupakan penurunan kadar asam urat
buah kersen terhadap jenis penelitian eksperimen darah dari tertinggi keterendah
kadar asam urat darah dengan menggunakan yaitu kelompok II(kalium
mencit (Mus musculus) Rancangan Penelitian Acak oksonat+aquades 0,5ml/20g),
Lengkap (RAL) kelompok IV(kalium
menggunakan uji statistik oksonat+jus kersen
One-Way ANOVA(α = 0,05), 0,5ml/20g), kelompok I
dilanjutkan uji Duncan (aquades 0,5/20g), dan
Multiple Range Test (DMRT) terendah kelompok III(kalium
oksonat+allopurinol
0,014/20g), dapat disimpulkan
bahwa pemberian jus kersen
berpengaruh terhadap
penurunan kadar asam urat
darah mencit

Veronika Yanik Efek pemberian ekstarak Penelitian ini merupakan Kelompok 1 (kontrol positif)
,2009 etanol daun talok jenis penelitian eksperimen Allopurinol 5,04 mg / 200 g
(Muntingia calabura L.) menggunakan Rancangan BB / hari, kelompok II
terhadap kadar asam Penelitian Acak Lengkap (kontrol negatif) CMC 0,1% 6
urat serum tikus putih (RAL) data dianalisis dengan Ml / hari, kelompok III, IV, V,
(Rattus norvegicus L.) uji statistik varian (ANOVA) VI perlakuan Ekstrak etanol
galur wistar dari daun talok dari 54,
hiperurikemia 82,122, 182 mg / 200 g BB /
hari.. Dalam penelitian
tersebut, dosis yang paling
efektif untuk menurunkan
kadar asam urat serum adalah
182 mg / 200 g BB / hari.

Raynalda Pengaruh Ekstrak Etil Penelitian ini bersifat Ekstrak daun kersen
Chriesmart, 2016 Asetat Daun Kersen eksperimental laboratorik (Muntingia calabura) dosis
(Muntingia calabura L.) dengan post test only control 12,74mg/20gBB,
terhadap Kadar Asam group design. 25,48g/20mgBB dan
Urat Darah pada Mencit 50,96mg/20gBB mempunyai
Putih (Mus muculus) aktivitas menurunkan kadar
Jantan Galur Swiss asam urat darah pada mencit
Model Hiperurisemi putih jantan yang diinduksi
dengan kafein dan jus hati
ayam peroral
Pada penelitian ini yang akan dikaji adalah mengenai perbandingan
efektivitas ekstrak daun kersen (Muntingia calabura L.) dengan jus buah
kersen (Muntingia calabura L.) terhadap kadar asam urat tikus putih
hiperurisemia, sedangkan yang membedakan dengan penelitian sebelumnya
hanya menggunakan salah satu dari ekstrak daun kersen dan jus buah kersen
tanpa dibandingkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Hipeurisemia
Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar
asam urat serum di atas normal. Pada sebagian besar penelitian
epidemiologi, disebut sebagai hiperurisemia jika kadar asam urat
serum orang dewasa lebih dari 7,0 mg/dl pada laki - laki dan lebih dari
6,0 mg/dl pada perempuan.(10,11)

Hiperurisemia atau peningkatan asam urat terjadi akibat beberapa


hal, yaitu peningkatan produksi asam urat, penurunan eksresi asam
urat, dan gabungan keduanya.(12) Peningkatan produksi asam urat
terjadi akibat peningkatan kecepatan biosintesa purin dari asam amino
untuk membentuk inti sel DNA dan RNA.(13) Peningkatan produksi
asam urat juga bisa disebabkan asupan makanan kaya protein dan
purin atau asam nukleat berlebihan. Asam urat akan meningkatkan
dalam darah jika eksresi atau pembuangannya terganggu. Sekitar 90 %
penderita hiperurisemia mengalami gangguan ginjal dalam
pembuangan asam urat ini. Dalam kondisi normal, tubuh mampu
mengeluarkan 2/3 asam urat melalui urin (sekitar 300 sampai denga
600 mg per hari). Sedangkan sisanya dieksresikan melalui saluran
gastrointestinal.(11)

Berdasarkan penyebabnya, hiperurisemia dapat diklasifikasikan


menjadi hiperurisemia primer, sekunder, dan idiopatik. Hiperurisemia
primer merupakan hiperurisemia yang tidak disebabkan oleh penyakit
lain. Biasanya berhubungan dengan kelainan molekuler yang belum
jelas dan adanya kelainan enzim. Sedangkan hiperurisemia sekunder
merupakan hiperurisemia yang disebabkan oleh penyakit atau
penyebab lain.1
Hiperurisemia (konsentrasi asam urat dalam serum yang lebih
besar dari 7,0 mg/dL) dapat menyebabkan penumpukan kristal
monosodium urat. Peningkatan atau penurunan kadar asam urat serum
yang mendadak mengakibatkan serangan gout. Apabila kristal urat
mengendap dalam sebuah sendi, maka selanjutnya respon inflamasi
akan terjadi dan serangan gout pun dimulai. Apabila serangan terjadi
berulang - ulang, mengakibatkan penumpukan kristal natrium urat
yang dinamakan tofus akan mengendap dibagian perifer tubuh seperti
ibu jari kaki, tangan, dan telinga.(11,14)

2.1.1.1. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Hiperurisemia


1. Nutrisi
Purin adalah salah satu senyawa basa organik yang menyusun
asam nukleat atau asam inti dari sel dan termasuk dalam
kelompok asam amino, unsur pembentuk protein. Makanan
dengan kadar purin tinggi (150 – 180 mg/100 gram) antara
lain jeroan, daging baik daging sapi, babi, kambing atau
makanan dari hasil laut (sea food), kacang - kacangan,
bayam, jamur, kembang kol, sarden, kerang, minuman
beralkohol.Pada pria yang memakan daging baik daging sapi
atau kambing bisa meningkatkan risiko asam urat 21%.9
Namun makanan tinggi purin dari sumber nabati seperti
asparagus, polong-polongan, kembang kol dan bayam tidak
meningkatkan faktor risiko.(15)
2. Obat – obatan
Obat-obatan diuretika (furosemid dan hidroklorotiazida), obat
kanker,vitamin B12 dapat meningkatkan absorbsi asam urat
di ginjal sebaliknya dapat menurunkan ekskresi asam urat
urin.(15)
3. Obesitas
Kelebihan berat badan (IMT ≥ 25kg/m²) dapat meningkatkan
kadar asam urat dan juga memberikan beban menahan yang
berat pada penopangsendi tubuh. Sebaiknya berpuasa dengan
memilih makanan rendah kalori tanpa mengurangi konsumsi
daging (tetap memakan daging berlemak) juga dapat
menaikkan kadar asam urat. Diet makanan rendah kalori
dapat menyebabkan kelaparan sehingga menyebabkan
hiperurisemia.(15,16)
4. Usia
Meskipun kejadian hiperurisemia bisa terjadi pada semua
tingkat usia namun kejadian ini meningkat pada laki – laki
dewasa berusia ≥ 30 tahundan wanita setelah menopause atau
berusia ≥ 50 tahun, karena pada usia ini wanita mengalami
gangguan produksi hormon estrogen.(15)

2.1.2. Asam Urat

2.1.2.1. Pengertian Asam Urat


Asam urat adalah hasil akhir dari katabolisme
(pemecahan) purin. Purin adalah salah satu kelompok
struktur kimia pembentuk DNA (gambar 2).(13) Yang
termasuk kelompok purin adalah adenosin dan guanosin. Saat
DNA dihancurkan, purin pun akan dikatabolisme. Hasil
akhirnya berupa asam urat.(17)

Gambar 1 Purine
Asam urat dapat diabsorbsi melalui mukosa usus dan
dieksresikan melalui urin. Pada manusia, sebagian besar
purin dalam asam nukleat yang dimakan langsung diubah
menjadi asam urat, tanpa terlebih dahulu digabung dengan
asam nukleat tubuh.(17)

2.1.2.2. Metabolisme Asam Urat


Dua pertiga total asam urat tubuh berasal dari pemecahan
purin endogen, hanya sepertiga yang berasal dari diet yang
mengandung purin. Pada pH netral urat dalam bentuk ion
asam urat (kebanyakan dalam bentuk monosodium urat),
banyak terdapat didalam darah. Konsentrasi normal kurang
dari 420μmol/L (7,0 mg/dL).(18) Kadar asam urat tergantung
jenis kelamin, umur, berat badan, tekanan darah, fungsi
ginjal, status peminum alkohol,dan kebiasaan memakan
makanan yang mengandung diet purin yang tinggi.(19)
Kadar asam urat mulai meninggi selama pubertas pada
laki - laki tetapi wanita tetap rendah sampai menopause
akibat efek urikosurik estrogen.(18) Dalam tubuh manusia
terdapat enzim asam urat oksidase atau urikase yang akan
mengoksidasi asam urat menjadi alantoin. Defisiensi urikase
pada manusia akan mengakibatkan tingginya kadar asam urat
dalam serum. Asam urat dikeluarkan di ginjal (70%) dan
traktus gastrointestinal (30%). Kadar asam urat di darah
tergantung pada keseimbangan produksi dan ekskresinya.(20)
Sintesis asam urat dimulai dari terbentuknya basa purin
dari gugus ribosa, yaitu 5-phosphoribosyl-1-pirophosphat
(PRPP) yang didapat dari ribose 5 fosfat yang disintesis
dengan Adenosine Triphosphate (ATP) dan merupakan
sumber gugus ribosa. Reaksi pertama, PRPP bereaksi
denganglutamin membentuk fosforibosilamin yang
mempunyai sembilan cincin purin. Reaksi ini dikatalisis oleh
PRPP glutamil amidotranferase, suatu enzim yang dihambat
oleh produk nucleotide inosine monophosphate(IMP),
adenosine monophosphat (AMP) dan guanine
monophosphate (GMP). Ketiga nukleotida ini juga
menghambat sintesis PRPP sehingga memperlambat produksi
nukleotida purin dengan menurunkan kadar substrat PRPP.(21)
Inosine monophosphat (IMP) merupakannukleotida purin
pertama yang dibentuk dari gugus glisin dan mengandung
basa hipoxanthine. IMP berfungsi sebagai titik cabang dari
nukleotida adenin dan guanin. Adenosine monophosphat
(AMP) berasal dari IMP melalui penambahan sebuah gugus
amino aspartat ke karbon enam cincin purin dalam reaksi
yang memerlukan Guanosine triphosphate (GTP). Guanosine
monophosphat (GMP) berasal dari IMP melalui pemindahan
satu gugus amino dari amino glutamin kekarbon dua cincin
purin, reaksi ini membutuhkan ATP.(21)
Adenosine monophosphat (AMP) mengalami deaminasi
menjadi inosin, kemudian IMP dan GMP mengalami
defosforilasi menjadi inosin dan guanosin. Basa hipoxanthine
terbentuk dari IMP yang mengalami defosforilasi dan diubah
oleh xanthine oxidase menjadi xanthine serta guanin akan
mengalami deaminasi untuk menghasilkan xanthine juga.
Xanthine akan diubah oleh xanthine oxsidase menjadi asam
urat.Asam urat diginjal akan mengalami empat tahap
yaituasam urat dari plasma kapiler masuk ke glomerulusdan
mengalami filtrasi di glomerulus, sekitar 98 -100%akan
direabsorbsi pada tubulus proksimal, selanjutnya disekresikan
kedalam lumen distal tubulus proksimal dan direabsorbsi
kembali pada tubulus distal. Asam urat akan diekskresikan
kedalam urine sekitar 6% - 12% dari jumlah filtrasi. Setelah
filtrasi urat di glomerulus, hampir semua direabsorbsi
kembali ditubuli proksimal. pH urin yang rendah di traktus
urinarius menjadikan urat dieksresikan dalam bentuk asam
urat.(21)

2.1.3. Buah kersen

2.1.3.1. Taksonomi
Taksonomi buah kersen adalah sebagai berikut(22)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Malvales
Famili : Elaeocarpaceae
Genus : Muntingia
Spesies : Muntingia calabura L.

2.1.3.2. Morfologi Tanaman Kersen


Kersen merupakan tanaman buah tropis yang mudah
dijumpai di pinggir jalan. Nama tanaman ini beragam di
beberapa daerah, antara lain kerukup siam (Malaysia),
jamaican cherry (Inggris), talok (Jawa), ceri (Kalimantan)
dan lain - lain. Kersen biasanya ditemui dengan ukuran
kecil, pohonnya selalu hijau terus menerus, berbunga dan
berbuah sepanjang tahun.(23)
Tumbuhan Kersen merupakan perdu atau pohon kecil
yang tingginya sampai 12 m, meski umumnya hanya sekitar
3-6 m saja. Selalu hijau dan terus menerus berbunga dan
berbuah sepanjang tahun. Cabang-cabang mendatar ,
menggantung di ujungnya membentuk naungan yang
rindang. Ranting-ranting berambut halus bercampur dengan
rambut kelenjar, demikian pula daunnya. Daun-daunnya
tunggal, terletak mendatar ,berselingan. Helaian daun tidak
simetris ,berbentuk bulat telur sampai berbentuk lanset
dengan tepi bergerigi dan berujung runcing, berukuran
panjang 4-14 cm dan lebar 1-4 cm sisi bawah berambut
kelabu rapat dan bertangkai pendek. (22)
Bunga dalam berkas berisi 1-5 kuntum, terletak di ketiak
agak di sebelah atas tumbuhnya daun, bertangkai panjang,
berkelamin dua dan berbilangan lima, kelopak berbagi
dalam, taju meruncing bentuk benang, berambut halus,
mahkota bertepi rata, bundar telur terbalik, putih tipis
gundul. Benang sari berjumlah banyak, 10 sampai lebihdari
100 helai. Bunga yang mekar menonjol keluar, ke atas
helai-helai daun, namun setelah menjadi buah menggantung
ke bawah, tersembunyi di bawah helai daun. Umumnya
hanya satu-dua bunga yang menjadi buah dalam tiap
berkasnya.(22)
Bertangkai panjang, bulat hampir sempurna, diameter 1-
1,5 cm, hijau kuning dan akhirnya merah apabila masak,
bermahkota sisa tangkai putik yang tidak rontok serupa
bintang hitam bersudut lima. Berisi beberapa ribu biji yang
kecil-kecil, halus, putih dan kekuningan, terbenam dalam
daging dan sari buah yang manis sekali.(22)

2.1.3.3. Kandungan Gizi dan Manfaat Tanaman Kersen

1. Kandungan dan Manfaat Daun Kersen


Daun kersen mengandung kelompok senyawa atau
lignan antara lain flavonoid, tannin, triterpene, saponin,
dan polifenol yang menunjukkan aktivitas antioksidatif.
Secara kualitatif diketahui bahwa senyawa yang dominan
dalam daun kersen adalah flavonoid.
a. Flavonoid
Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol
yang tersebar di alam, dan berasal dari tumbuhan
tinggi. Menurut perkiraan, kira - kira 2% dari seluruh
karbon yang difotosintesis oleh tumbuhan ( atau kira -
kira 1 x109 ton/tahun) diubah menjadi flavonoid atau
senyawa yang berikatan erat dengannya. Flavonoid
mempunyai kerangka dasar yang terdiri atas 15 atom
karbon dengan 2 cincin benzena terikat pada suatu
rantai propana membentuk susunan C6-C3-C6
(Gambar 2). Susunan tersebut dapat menghasilkan 3
struktur, yaitu 1,3-diaril propana (flavonoid), 1,2-
diarilpropana (isoflavonoid), dan 1,1-diaril propana
(neoflavonoid).(24)
Klasifikasi senyawa Flavonoid:
1.Flavonol
Flavonol paling sering terdapat sebagai glikosida,
biasanya 3-glikosida, dan aglikonflavonol yang
umum yaitu kamferol, kuersetin, dan mirisetin yang
berkhasiat sebagai antioksidan dan antiflamasi.
Flavonol lain yang terdapat di alam bebas
kebanyakan merupakan variasi struktur sederhana
dari flavonol. Larutan flavonol dalam suasanabasa
dioksidasi oleh udara tetapi tidak begitu cepat
sehingga penggunaan basa pada pengerjaannya
masih dapat dilakukan.
2.Flavon
Flavon berbeda dengan flavonol dimana pada
flavon tidak terdapat gugusan 3-hidroksi. Hal ini
mempunyai serapan UV - nya, gerakan
kromatografi, serta reaksi warnanya. Flavon terdapat
juga sebagai glikosidanya lebih sedikit dari pada
jenis glikosida pada flavonol. Flavon yang paling
umum dijumpai adalah apigenin dan luteolin.
Luteolin merupakan zat warna yang pertama kali
dipakai di Eropa. Jenis yang paling umum adalah 7-
Glukosida dan terdapat juga flavon yang terikat pada
gula melalui ikatan karbon - karbon. Contohnya
luteolin 8 - C -glikosida. Flavon dianggap sebagai
induk dalam nomenklatur kelompok senyawa
flavonoida.

Gambar 2 Kerangka dasar flavon

Flavonoid berpotensi dapat digunakan sebagai obat


untuk penyakit gout dan ischemia dengan cara
menurunkan konsentrasi asam urat dan penangkapan
aktivitas superoksida dalam jaringan manusia.
Flavon memiliki aktivitas inhibisi lebih kuat
dibandingkan flavonol. Senyawa krisin, apigenin,
luteolin, galangin, kaempferol, dan quarsetin
memiliki aktivitas penghambat XO dan senyawa
yang memiliki aktivitas inhibisi paling kuat adalah
senyawa luteolin.
2. Kandungan dan Manfaat Buah kersen
Buah Kersen mempunyai nilai gizi yang baik, yaitu
mengandung vitamin A dan C, juga mineral seperti
kalsium dan fosfor.(25) Adapun kandungan gizi buah
kersen dapat dilihat pada table di bawah ini:

Tabel 2 Kandungan Buah Kersen dalam 100 gram(25)


Komposisi Kimia Jumlah
Air (g) 76,30
Protein (g) 8,86
Lemak (g) 9,70
Karbohidrat (g) 7,55
Serat (g) 2,53
Abu (g) 5,91
Kalsium (mg) 527,43
Fosfor (mg) 396,60
Vitamin A (mg) 0,04
Vitamin C (mg) 379,75
Energi (KJ) 1603,37

Buah kersen merupakan sumber antioksidan, karena


mempunyai kandungan vitamin C yang cukup tinggi
yaitu sekitar 80,5 mg, Buah kersen juga mengandung
kadar purin rendah. Selain itu tingginya kandungan air
pada buah kersen dapat melarutkan purin yang
mengendap pada ginjal atau persendian. Kandungan
itulah yang membuat buah kersen mampu mengobati
asam urat.
2.1.3.4. Mekanisme Kerja Daun Kersen dan Buah Kersen
Terhadap Asam Urat
Penggunaan tumbuhan kersen secara tradisional digunakan
untuk penyembuhan asam urat, antiseptik, antiinflamasi,
antitumor, antioksidan, obat sakit kuning, memelihara
kesehatan hati dan ginjal, mencegah kanker, dan
meningkatkan kebugaran tubuh. Bagian daun, batang, kulit
batang, buah, dan biji kersen mengandung senyawa yang
bersifat antioksidan, juga terdapat kandungan senyawa
flavonoid dan vitamin C.

1. Flavonoid pada daun kersen


Daun kersen dan buah kersen (Muntingia calabura L.)
mengandung beberapa fitokimia, di antaranya adalah
flavonoid. Quercetin adalah sejenis flavonoid yang
terkandung dalam buah kersen. Quercetin dapat
menurunkan kadar asam urat darah. Kerja quercetin dalam
menurunkan kadar asam urat adalah dengan cara
menginhibisi aktivitas xantin oksidase yang merupakan
enzim yang mensintesis asam urat.
Flavonoid sebagai derivat benzo-γ-piron mempunyai
banyak kegunaan disamping fungsinya yang pokok
sebagai vitamin P untuk meningkatkan resistensi dan
menurunkan permeabilitas kapiler darah. Efek lain
flavonoid sangat banyak macamnya terhadap berbagai
organisme dan efek ini dapat menjelaskan mengapa
tumbuhan yang mengandung flavonoid dipakai dalam
pengobatan. Flavonoid dapat bekerja sebagai antivirus,
antialergi, antimikroorganisme, dan antioksidan untuk
mengendalikan radikal bebas yang dapat menyebabkan
tumor. Flavonoid dikenal sebagai antioksidan dan
memberikan daya tarik sejumlah peneliti untuk meneliti
flavonoid sebagai obat yang berpotensi mengobati
penyakit yang disebabkan oleh radikal bebas. Flavonoid
juga penghambat efektif dari beberapa enzim termasuk
XO, siklooksigenase, dan lipooksigenase. Flavonoid
berpotensi dapat digunakan sebagai obat untuk penyakit
gout dan ischemia dengan cara menurunkan konsentrasi
asam urat dan penangkapan aktivitas superoksida dalam
jaringan manusia. Flavon memiliki aktivitas inhibisi lebih
kuat dibandingkan flavonol. Senyawa krisin, apigenin,
luteolin, galangin, kaempferol, dan quarsetin memiliki
aktivitas penghambat XO dan senyawa yang memiliki
aktivitas inhibisi paling kuat adalah senyawa luteolin.(24)

2. Vitamin C pada buah kersen


Pemberian vitamin C meningkatkan aliran plasma ginjal
dan laju filtrasi glomerulus dan dapat mengurangi stres
oksidatif dan peradangan karena itu menurunkan sintesis
asam urat. salain itu vitamin C juga memiliki sifat
urikosurik, yang bisa menghambat reabsorbsi asam urat di
tubulus ginjal sehingga kecepatan kerja ginjal
mengeluarkan asam urat melalui urin akan meningkat.(26)

2.1.4. Allopurinol
Allopurinol berguna untuk mengobati penyakit pirai karena
enurunkan kadar asam urat.pengobatan jangka panjang mengurangi
frekuensi serangan, menghambat pembentukan tofi, memobiliasi asam
urat dan mengurangi besarnya tofi. Mobilisasi asam urat ini dapat
ditingkatkan dengan memberikan urikosorik. Obat ini terutama
berguna untuk pengobatan pirai kronik dengan insufisiensi ginjal,
tetapi dosis awal harus dikurangi. Beberapa dengan probenesid, efek
allopurinol tidak dilawan oleh salisilat, tidak berkurang pada
insufisiensi ginjal dan tidak menyebabkan batu urat. Allopurinol
bergua untuk pengobatan pirai sekunder akibat polisitemia vera,
metaplasia mieloid, leukimia, limfoma, psoriasis, hiperurisemia akibat
obat, dan radiasi. Obat ini bekerja dengan menghambat xantin
oksidase, enzim yang engubah hipoxantin menjadi xantin dan
selanjutnya menjadi asam urat. Melalui mekanisme umpan balik
allopurinol menghambat sintesis purin yang merupakan prekursor
xantin, Allopurinol mempunyai bioavabilitas 49–53% dalam tubuh
dan di metabolisme di hati.(7) Allopurinol mengalami biotransformasi
oleh enzim xantin oksidase menjadi aloxantin yang masa paruhnya
lebih panjang dari pada allopurinol, itu sebabnya allopurinol yang
masa paruhnya pendek cukup diberikan satu kali sehari.(27)

Efek samping dari allopurinol yang biasa terjadi yaitu reaksi alergi
pada kulit yaitu timbul kemerahan pada kulit. Reaksi alergi lainnya
yang juga sering terjadi adalah demam, menggigil, leukopenia atau
leukositosis, eosinofilia, atralgia,dan pruritus. Efeksamping lainnya
yang kadang terjadi yaitu gangguan saluran cerna. Dosis untuk
penyakit pirai ringan 200-400 mg sehari, 400-600 mg sehari untuk
yang lebih berat.(27)

2.1.5. Ekstraksi
Ekstraksi adalah metode pemisahan senyawa dari campurannya
dengan menggunakan pelarut atau metode penarikan kandungan
senyawa kimia metabolit sekunder dari bagian tumbuhan dengan
menggunakan pelarut - pelarut yang sesuai. Dalam pemilihan pelarut
pengekstraksi berlaku prinsip polar loves polar dan non polar loves
non polar, artinya bila kita akan mengekstraksi senyawa non polar,
harus digunakan pelarut non polar dan bila kita akan mengekstraksi
senyawa polar harus digunakan pelarut polar. Contoh pelarut polar
adalah air, metanol, dan etanol, pelarut semi polar misalnya aseton,
dan etil asetat, serta pelarut non polar yang umum digunakan adalah
normal heksana, eter minyak tanah, kloroform, dan diklorometana.
Dalam pustaka - pustaka sering dinyatakan ekstraksi dengan benzena
atau kloroform atau karbon tetraklorida sebagai pelarut non polar,
tetapi kini benzena, kloroform, dan karbon tetraklorida mulai
ditinggalkan karena sifat hepatotoksiknya yang tinggi. Ekstraksi
dengan menggunakan pelarut dibagi menjadi dua yaitu ekstraksi cara
dingin dan ekstraksi cara panas.(28)

2.1.5.1. Ekstraksi Cara Dingin


Metode ekstraksi cara dingin dibedakan atas:(29)
1. Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan
mengunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan
atau pengadukan pada temperatur ruangan. Secara
teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode
pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi
kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu.
Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan
pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama,
dan seterusnya.
2. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu
baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang
umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses
terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi
antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/
penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh
ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.
2.1.5.2. Ekstraksi Cara Panas
Metode ekstraksi cara panas antara lain:(30)
1. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada
temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan
jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya
pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses
pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat
termasuk proses ekstraksi sempurna.
2. Ekstrasi kontinyu dengan alat Soxhlet
Ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi
ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan
dengan adanya pendingin balik.
3. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan
kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur
ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan pada
temperatur 40-50oC.
4. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada
temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam
penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98oC)
selama waktu tertentu (15-20 menit).
5. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama
(≥30oC) dan temperatur sampai titik didih air.
6. Pressurized Hot Water Extraction (PHWE)
PHWE adalah ekstraksi menggunakan pelarut air
dengan temperatur tinggi dan pada kondisi tekanan yang
terkendali sehingga dapat menarik komponen organik atau
non-polar.

2.2. Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi


Hiperurisemia

Hiperurisemia

Penurunan Kadar Asam Urat

Allopurinol Ekstrak Daun Kersen Jus Buah Kersen

Menghambat enzim Mengandung flavonoid Mengandung vitamin C


xantin oksidase yang
yang berfungsi sebagai yang berfungsi sebagai
mengubah hipoxantin
menjadi xantin yang mengeluarkan asam urat Menghambat Reabsobsi
akan menjadi asam urat
tubuh dan menghambat Asam Urat
pengaktifan xantin
oksidase

Gambar 3 Kerangka Teori


Keterangan:

1. Yang diteliti :
2. Yang tidak diteliti :
2.3. Kerangka Konsep
Variabel independen Variabel dependen

Ekstrak Daun Kersen


Kadar asam urat

Jus Buah Kersen

Gambar 4 Kerangka Konsep

2.4. Hipotesis
1. Pemberian ekstrak daun kersen berpengaruh terhadap kadar asam urat
2. Pemberian jus buah kersen berpengaruh terhadap kadar asam urat.
3. Pengaruh jus buah kersen lebih baik dibandingkan dengan pengaruh
ekstrak daun kersen terhadap kadar asam urat.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian adalah Patologi Klinik dan Farmakologi.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi Pangan dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan waktu penelitian berlangsung
selama
3.3. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
eksperimental dengan rancangan Pre and Post Test with Control Group
Design yang menggunakan tikus putih (Rattus novergicus) sebagai objek
penelitian, Penelitian ini menggunakan 4 kelompok, yaitu 2 kelompok
kontrol dipakai sebagai pembanding perlakuan dan 2 kelompok perlakuan.
Pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling. Besarnya
sample ditentukan oleh rumus WHO yang mana setiap kelompok terdiri dari
6 ekor tikus.
Kelompok dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Kelompok 1 sebagai kontrol negatif yaitu tikus putih yang hanya
diberi pakan standar.
2. Kelompok 2 sebagai kontrol positif yaitu tikus putih yang diberi
pakan tinggi hiperurisemia.
3. Kelompok 3 sebagai kelompok perlakuan 1 yaitu tikus putih
hiperurisemia yang diberi ekstrak daun kersen dengan dosis
40mg/200gBB.
4. Kelompok 4 sebagai kelompok perlakuan 2 yaitu tikus putih
hiperurisemia yang diberi jus buah kersen dengan dosis
3,5ml/200gBB.
Dosis ekstark daun kersen ditentukan berdasarkan penelitian sebelumnya
yang telah dilakukan oleh veronika Yanik (2009) didapatkan hasil dengan
pemberian ekstrak etanol daun kersen dengan dosis 200mg/kgBB dapat
menurunkan kadar asam urat yang dikonversikan menjadi 40mg/200gBB
dan dosis jus ditentukan berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah
dilakukan Esty Rizky (2013) didapatkan hasil dengan pemberian jus buah
kersen pada mencit dengan dosis 0,5 mL pada yang dikonversikan menjadi
3,5 mL/200gBB dapat menurunkan kadar asam urat.
3.4. Populasi dan Sampel Penelitian

3.4.1. Populasi Target


Populasi target penelitian ini adalah tikus putih jantan galur Wistar
(Rattus norvegicus).

3.4.2. Populasi Terjangkau


Populasi terjangkau penelitian ini adalah tikus putih galur Wistar
dengan usia 3 bulan yang didapat dari laboratorium pusat studi pangan
dan gizi UGM yang telah dibuat hiperurisemia.

3.4.3. Sampel Penelitian


Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah tikus putih (Rattus
norvegicus) jantan Galur Wistar yang memenuhi kriteria inklusi.

3.4.3.1. Kriteria Inklusi


a. Tikus putih galur Wistar jantan
b. Tikus putih usia 3-4 bulan
c. Berat tikus ± 200 gram
d. Kondisi sehat yaitu aktif dan tidak cacat

3.4.3.2. Kriteria Eksklusi


a. Kondisi cacat dan tidak sehat

3.4.3.3. Kriteria Drop out


a. Tikus putih mati selama penelitian berlangsung.

3.4.4. Besar Sampling


Penentuan besar sampel menurut WHO menyebutkan bahwa jumlah
sampel dalam penelitian eksperimental menggunakan hewan coba
adalah 5 ekor hewan per kelompok perlakuan ditambah 10% untuk
mengantisipasi drop out atau mati.
Jadi jumlah sampel yang digunakan tiap kelompok adalah 6 ekor dan
jumlah kelompok pada penelitian ini adalah 4 sehingga penelitian ini
menggunakan 24 ekor tikus putih.

3.5. Variabel Penelitian

3.5.1. Variabel Bebas (Independent)


Variabel bebas pada peneltian ini adalah ekstrak daun kersen dan jus
buah kersen.

3.5.2. Variabel Terikat (Dependent)


Variabel terikat pada penelitian ini adalah kadar asam urat pada tikus
putih.
3.6. Definisi Oprasional Variabel
Tabel 3 Definisi Oprasional Variabel

Variabel Definisi Oprasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Variabel Bebas: Daun kersen yang sudah Mengukur Dosis Nominal


Ekstak Daun diekstraksi dengan Etanol ekstrak daun 40mg/200gbb
Kersen 70% diberikan ke tikus kersen dengan
putih yang telah diberi cara
pakan hiperurisemia. menimbang
Selama 2 minggu dengan
timbangan
Variabel Bebas: Jus buah kersen yang telah Mengukur jus Dosis Nominal
Jus Buah Kersen diblander kemudian disaring buah kersen 3,5mL/20gbb
diberikan ke tikus putih dengan cara
yang telah diberi pakan meninmbang
hiperurisemia, selama 2 dengan
minggu timbangan

Variabel Terikat: Mengukur kadar asam urat Pengambilan Normal 1,7 - Rasio
Kadar Asam Urat yang telah diberi pakan darah pada 3mg/dl
tinggi purin baik pada arteri orbitalis Hiperurisemia
kelompok kontrol dan kemudian > 3mg/dl
perlakuan setelah diberi diukur dengan
ekstrak daun kersen dan jus alat
buah kersen. Spektrofoto
meter

3.7. Pengumpulan Data

3.7.1. Alat dan Bahan

3.7.1.1. Alat
Alat yang akan digunakan untuk pembuatan ekstrak daun
kersen adalah beaker glass, gelas ukur, lumpang,stamfer,
sudip, corong pisah, tabung maserasi, rotary evaporator,
timbangan analitik, kabinet drayer, kandang tikus, pipet tetes,
jarum oral, spatel, tabung reaksi, rak tabung reaksi, kaca
arloji, sonde, label, gunting bedah.
Alat yang akan digunakan untuk pembuatan jus buah
kersen adalah timbangan hewan, timbangan analitik, pipet
tetes, jarum oral, gelas ukur, becker glass, cawan penguap,
gunting bedah, juicer, refraktometer abbe, buret.

3.7.1.2. Bahan
Bahan untuk membuat ekstrak daun sirsak adalah: etanol
70%, daun kersen, pakan standar, pakan tinggi purin, tikus
putih jantan.
Bahan untuk pembuatan jus buah kersen adalah: aquadest,
buah kersen, tikus putih jantan, pakan standar, pakan tinggi
purin.

3.7.2. Prosedur Penelitian

3.7.2.1. Persiapan Hewan Percobaan


Hewan uji dipelihara dalam kondisi yang sama yang terdiri
dari 24 ekor tikus putih jantan dibagi dalam 4 kelompok yang
masing-masing kelompok terdiri atas 6 ekor tikus putih.
Semua hewan uji diadaptasikan selama 7 hari dalam
lingkungan laboratorium dan diberi makanan standar untuk
tikus yaitu pellet dan aquades secara ad libitum.Setelah itu,
akan dibuat hiperurisemia dengan diberi pakan tinggi purin.

3.7.2.2. Penginduksian Hiperurisemia


Makanan diet tingi purin (MDPT) Hati ayam segar
sebanyak 300 gram dicuci, dipotong kecil - kecil lalu
masukkan dalam blender, kemudian jus hati ayam 3 mg/200
gBB selama 7 hari,31 yang diinduksikan 1 kali sehari selama
7 hari masa pra perlakuan hati ayam merupakan makanan
yang mengandung purin tinggi (150-1000 mg purin/100 g
bahan makanan) sehingga dapat meningkatkan kadar asam
urat darah. Tikus putih yang sudah diberi pakan tinggi asam
urat akan diperlakukan sesuai dengan kelompoknya dan
dilakukan pre-post test kadar asam uratnya.(32)

3.7.2.3. Ekstarksi Etanol Daun Kersen


Cara mengekstrasikan daun kersen yaitu menggunakan
metode maserasi. Pada metode maserasi ini menggunakan
pelarut etanol 70%. Daun kersen diambil dari perkebunan
tanaman kersen (Muntingia calabura L.). Daun hijau yang
segar kemudian dicuci dan dibilas dengan aquades untuk
menghilangkan kotoran. Selanjutnya dikeringkan dengan
suhu rata-rata 40°C. Daun yang sudah kering selanjutnya
diserbukkan lalu direndam dengan aqua distillated dengan
perbandingan 1:2 (g/ml) selama 24 jam untuk menarik
senyawa pada bahan yang akan diekstraksikan kemudian
disaring dan diremaserasi kembali selanjutnya diuapkan
dengan Rotadory evaporator sehingga didapatkan ekstrak
daun kersen (Muntingia calabura L.).

3.7.2.4. Pembutan Jus Buah Kersen


Buah kersen segar dibersihkan daging buahnya. Lalu
dipotong kecil, masukkan ke dalam juiser lalu putar dengan
kecepatan 3 selama 5 menit. (9)

3.7.2.5. Penentuan Dosis Daun Kersen


Penentuan dosis ektrak daun kersen pada perlakuan dengan
hasil modifikasi penelitian veronika Yanik (2009), yaitu
dengan dosis 200 mg/kg BB yang diberikan pada tikus. Jika
dosis tersebut diberikan pada tikus dengan berat badan rata-
rata 200 g, maka dosis ekstrak daun kersen dapat dihitung
menjadi (200/1000) X 200 mg = 40 mg/200g BB tikus.

3.7.2.6. Penentuan Dosis Jus Buah Kersen


Penentuan dosis jus buah kersen pada perlakuan dengan
hasil modifikasi penelitian Esty Rizky (2013) didapatkan
hasil dengan pemberian jus buah kersen pada mencit dengan
dosis 0,5 ml. Faktor konversi dosis mencit ke tikus adalah
7,00. Maka dosis yang diberikan pada tikus adalah 0.5 mL X
7,00 = 3,5mL/200 g BB tikus yang diberikan secara oral
sekali sehari. Konsentrasi yang diberikan adalah 100%.

3.7.2.7. Cara Pengambilan Darah


Darah tikus diambil dari sinus orbitalis menggunakan pipet
hematokrit. Darah ditampung secara hati-hati ke dalam micro
tube yang telah diberi heparin, kemudian disentrifugasi pada
kecepatan 4500 rpm selama 15 menit untuk mendapatkan
plasma. Plasma diperoleh, disimpang pada suhu 2-8°C
hingga dilakukan pengukuran kadar asam urat.(33)

3.7.2.8. Penetapan Kadar Asam Urat Plasma


Plasma darah tikus yang didapat, ambil sebanyak 20 μl
ditambahkan 1000 μl reagen asam urat, dicampur, diinkubasi
selama 10 menit, kemudian larutan diukur kadar asam
uratnya dengan spektrofoto meter pada panjang gelombang
546 nm.
Pada dasarnyacara kerja spektrofotometer menggunakan
reaksi enzimatik (uricase). Pemecahan asam urat dengan
enzim uricaseakan berekasi dengan peroksidase, peroksida
(POD), TOOS’ (N-ethyl-N-(2-hydroxy-3-sulfopropyr)-3-
methylaniline) dan 4-aminophenazome membentuk warna
quinone-imine sebagai signal. Kadar asam urat tersebut
dihitung berdasarkan intensitas cahaya yang terbentuk.

3.7.2.9. Prosedur Perlakuan Sampel


1. Penelitian menggunakan 24 ekor tikus putih jantan galur
Wistar yang telah mengalami masa adaptasi yang
dikandangkan secara terpisah, diberi pakan standar secara
ad libitium selama 1 minggu.
2. 24 ekor tikus putih jantan dibagi menjadi 4 kelompok, 1
kelompok terdiri dari 6 ekor tikus putih.
3. Kelompok tikus putih jantan terdiri dari:
a. Kelompok kontrol negatif: 6 ekor tikus putih jantan
diberi makan standar selama 1 minggu, lalu periksa
kadar asam urat tikus putih jantan tersebut,
selanjutnya diberi pakan standar selama 2 minggu.
b. Kelompok kontrol positif: 6 ekor tikus putih jantan
diberi makanan tinggi purin selama 1 minggu, lalu
periksa kadar asam urat tikus putih jantan tersebut,
selanjutnya diberi pakan standar selama 2 minggu.
c. Kelompok perlakuan I: 6 ekor tikus putih jantan
diberi makanan tinggi purin selama 1 minggu, lalu
periksa kadar asam urat tikus putih jantan tersebut,
selanjutnya diberi pakan standar + ekstrak daun
kersen (Muntingia calabura L.). dosis
40mg/200gBB.
d. Kelompok perlakuan II: 6 ekor tikus putih jantan
diberi makanan tinggi purin selama 1 minggu, lalu
periksa kadar asam urat tikus putih jantan tersebut,
selanjutnya diberi pakan standar + jus buas kersen
(Muntingia calabura L.). dosis 3,5 Ml/200gBB.
5. Periksa kadar asam urat pada 24 ekor tikus putih jantan
setelah 2 minggu untuk mengetahui kadar asam urat
dengan menggunakan spektrofoto meter, darah tikus putih
didapatkan dari arteri orbitalis.
3.8. Alur Penelitian

24 Ekor Tikus Putih

Diadaptasi selama 7 hari

Kelompok kontrol Kelompok kontrol Kelompok Kelompok


negatif 6 ekor tikus positif 6 ekor tikus perlakuan 1: 6 ekor perlakuan 2: 6 ekor
putih hanya diberi putih diberi pakan tikus putih diberi tikus putih diberi
pakan standar tinggi purin pakan tinggi purin pakan tinggi purin

Induksi pakan tinggi purin selama 1 minggu

Periksa kadar asam urat tikus putih masing-masing kelompok


sebelum diberi perlakuan

Kelompok kontrol Kelompok kontrol Kelompok Kelompok


negatif 6 ekor tikus positif 6 ekor tikus perlakuan 1: 6 ekor perlakuan 1: 6 ekor
putih diberi pakan putih hiperurisemia tikus putih tikus putih
pakan standar diberi akan pakan hiperurisemia diberi hiperurisemia
standar pakan standar + diberi pakan standar
ekstrak daun kersen + jus buah kersen
40mg/200gBb 3,5ml/200gBb

selama 2 minggu

Periksa kadar asam urat tikus putih masing-masing kelompok


sebelum diberi perlakuan

Analisis Data
3.9. Analisis Data
Data yang diperoleh akan dianalisis secara statistikdengan uji normalitas
yaitu dengan uji Shapiro-Wilk karena sampel yang digunakan dalam
penelitian ini berjumlah 24 ekor (<50) untuk mengetahui apakah data yang
diperoleh distribusinya normal atau tidak. Kemudian di lanjutkan
melakukan uji hipotesis apabila distribusi datanya normal menggunakan T
berpasanagan dengan Paired T test. Apabila distribusi datanya tidak normal
mengunakkan Wilcoxon. Selanjutnya dilakukan uji one way annova untuk
mengetahui dosis efektif dan dilanjutkan dengan uji LDS (least Significant
differences). Apabila datanya tidak normal dilakukan uji Kruskall –Wallis
dilanjutkan dengan uji post hoc Mann-Whitney.Untuk interpretasi hasil dari
uji normalitas berdasarkan nilai P yaitu P > 0,05 artinya bermaknal apabila
P < 0.05 berarti tidak bermakna, dan untuk uji hipotesis berdasarkan nilai P
yaitu P < 0.05 berarti bermakna sedangkan P > 0,05 berarti tidak bermakna.

3.10. Etika Penelitian


Penelitian yang dilakukan menggunakan tikus putih sebagai bahan uji
coba. Oleh karena itu, sebelum melakukan penelitian penulis meminta
persetujuan etik terlebih dahulu dari Komite Etika Penelitian Fakultas
Kedokteran Unswagati. Kemudian penulis juga mengajukan surat
permohonan dan persetujuan untuk melakukan penelitian di Laboratorium
pusat studi pangan dan gizi UGM. Penelitian dengan hewan coba harus
memperhatikan aspek perlakuan yang manusiawi terhadap hewan-hewan
tersebut, sesuai dengan prinsip 5F (Freedom) yaitu: bebas dari rasa lapar
dan haus, bebas dari rasa tidak nyaman, bebas dari rasa nyeri, trauma, dan
penyakit, bebas dari ketakutan dan stress jangka panjang, bebas
mengekspresikan tingkah laku alami, diberikan ruang dan fasilitas yang
sesuai (pengayaan lingkungan yang sesuai).(34)
Hewan coba yang selesai digunakan segera dimusnahkan sesuai etik
hewan percobaan yang semestinya. Cara terbaik untuk memusnahkan hewan
coba adalah teknik cervical dislocationdengan menggunakan alat-alat yang
tersedia, amat praktis dilakukan pada tikus. Dilakukan dengan cara
memisahkan tengkorak dan otak dari sumsum tulang belakang. Teknik
untuk melakukan metode ini ialah dengan memberikan tekanan ke bagian
posterior dasar tulang tengkorak dan sumsum tulang belakang. Bila sumsum
tulang belakang terpisah dari otak, refleks kedip menghilang, ransangan rasa
sakit menghilang.(35)
Daftar Pustaka
1. TR Putra. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 4. (TR P, ed.). Jakarta:
Interna Publishing; 2014.
2. Maria P. Faktor gizi sebagai determinan hiperurisemia. 2000.
3. Liu B WT. The Prevalence of Hyperuricemia in China. BMC Public
Health. 2011.
4. Rahmatul F, ed. Cara Cepat Usir Asam Urat. Yogyakarta: Medika; 2015.
5. Noviyanti, ed. Hidup Sehat Tanpa Asam Urat. Yogyakarta: Notebook;
2015.
6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2013. Lap Nas 2013. 2013:1-384. doi:1 Desember 2013.
7. Bertram G, ed. Farmakologi Dasar Dan Klinik. Fakultas K. Jakarta: EGC;
2014.
8. Agustina W, Setyowati E. Kandungan Kimia dan Uji Aktivitas Toksik
Menggunakan Metode BSLT ( Brine Shrimp Lethality Test ) dari Ekstrak
Daun Kersen ( Muntingia calabura ). J Kim dan Pendidik Kim.
2016;1(2):41-47.
9. The United States Pharmacopeia The National Formulary. Off Compend
Stand. 2007;1.
10. Manampiring A. Prevalensi hiperurisemia pada remaja obese di kota
Tomohon. 2010;2:426-430. http://repo.unsrat.ac.id/251/.
11. Manampiring AE. Hiperurisemia dan respons imun. J Biomedik.
2011;3(Juli 2011):102-110.
12. Wortmann RL. Disorder of Purin and Pyrimidine Metabo Lism. H a rrison.
(AS F, Braunwald F IK, eds.). New York: McGraw - Hill; 2001.
13. Murray, R.K., Granner, D.K., Mayes, P.A., dan Rodwell V. Biokimia
Harper. 25th ed. Jakarta: EGC; 2009.
14. Muttaqin A. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: EGC; 2008.
15. Rothschild BM. Gout and Pseudogout. Medscape. 2015.
16. Kluwer W et al. Kapita Selekta Penyakit. Jakarta: EGC; 2011.
17. Silbernagl S dan LF. Teks & Atlas Berwarna Patofis Iologi. Jakarta: EGC;
2013.
18. Wortmann RL. Gout Dan Gangguan Metabolisme Purin Lain. Dalam :
Harrison : Prinsip-Prinsip Ilmu Pentakit Dalam Volume 5. 13th ed.
Jakarta: EGC; 2002.
19. Dianati N. Gout and hyperuricemia. J Major. 2015.
20. Nazrull E S. Hiperurisemia pada Pra Diabetes. J Kesehat Andalas. 2015:2.
21. VW R. Bikomi a Harper. 29th Ed. Jakarta: EGC; 2015.
22. Chen J-J. Muntingia calabura. Planta Med. 2007;73(6):572-577.
doi:10.1055/s-2007-967196.
23. Sari L.O.R.K. Pemanfaatan Obat Tradisional Dengan Pertimbangan
Manfaat Dan Keamanan. Jakarta: Majalah Ilmu Kefarmasian UI.; 2006.
24. Andersen OM, Markham KR. Flavonoids. Chemistry, Biochemistry and
Applications. Vol 45.; 2006. doi:0-8493-2021-6.
25. Rosandari T dkk. “Variasi Penambahan Gula dan Lama Inkubasi pada
Proses Fermentasi Cider Kersen (Muntingia calabura L.)”. In: ; 2011.
http://portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1777/1/FULL PAPER
CIDER KERSEN.pdf.
26. Choi HK. Vitamin C Intake and the Risk of Gout in Men – A Prospective
Study. NCBI. 2010.
27. Wilmana PF dan Sulistian G. Farmakologi Dan Terapi. 5th ed. Jakarta:
Departemen Farmakologi dan Fkultas Kedokterian Universitas Indonesia;
2011.
28. Pusparini. Low Density Lipoprotein Padat Kecil Sebagai Faktor Risiko
Aterosklerosis. Jakarta: Universa Medicina; 2006.
29. Murray, R.K., Granner, D.K., Mayes, P.A., dan Rodwell V. Biokimia
Harper Terjemahan: Nanda Wulandari. 25th ed. Jakarta: EGC; 2009.
30. Ditjen POM DR. Parameter Standar Umum Ekstraksi Tumbuhan Obat.
Jakarta: Departemen Ke sehatan Republik Indonesia; 2013.
31. Zingiber M, In S. Prosiding Seminar Nasional dan Workshop
“Perkembangan Ter kini Sains Farmasi dan Kl inik IV” tahun 2014.
2014:220-227.
32. ph Maria. Digital Repository Universitas Jember Digital Repository
Universitas Jember. 2015.
33. Julian I, ed. P Engaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Gandarusa
(Justicia Gendarussa Burm.) Terhadap Kadar Asam Urat Dalam Darah
Tikus Putih Jantan Yang Dibuat Hiperurisemia Dengan Kalium Oksonat
(Skripsi ). Depok: Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahua n Alam; 2008.
34. Ridwan E. Etika Pemanfaatan Hewan Percobaan dalam Penelitian
Kesehatan. J Indon Med Assoc. 2013;63(3):112-116.
35. American Veterinary Medical Association. AVMA Guidelines for the
Euthanasia of Animals. Schaumburg. 2013.

You might also like