Professional Documents
Culture Documents
Referat Anemia Pediatri
Referat Anemia Pediatri
PENDAHULUAN
Hingga saat ini di indonesia masih terdapat 4 masalah gizi utama yaitu
Iodium (GAKI) dan kurang zat besi yang disebut Anemia Gizi. Sampai saat ini
salah satu masalah yang belum nampak menunjukkan titik terang keberhasilan
sebutan anemia gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang paling umum
umumnya dijumpai pada golongan rawan gizi yaitu ibu hamil, ibu menyusui, anak
balita, anak sekolah, anak pekerja atau yang berpenghasilan rendah. Prevalensi
anemia gizi yang tinggi pada anak sekolah membawa akibat negatif yaitu
Khusus pada anak balita, keadaan anemia gizi secara perlahan – lahan akan
mudah terserang penyakit karena penurunan daya tahan tubuh, dan hal ini tentu
kosongnya cadangan besi tubuh (depleted iron store) sehingga penyediaan besi
berkurang.1
Gambaran diagnosis etiologis dapat ditegakkan dari gejala klinis dan
pembentukan sel darah merah. Yang paling penting adalah zat besi, vitamin B12
dan asam folat, tetapi tubuh juga memerlukan sejumlah kecil vitamin C, riboflavin
dan tembaga serta keseimbangan hormon, terutama eritroprotein. Tanpa zat gizi
dan hormon tersebut, pembentukan sel darah merah akan berjalan lambat dan
tidak mencukupi, dan selnya bisa memiliki kelainan bentuk dan tidak mampu
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
pertukaran gas, dan mengurangi jumlah sel darah merah mengangkut O2 dan
CO2.2
rentan (ibu hamil dan anak-anak usia prasekolah) adalah gangguan gizi dan
infeksi.
2.2. KLASIFIKASI
Contoh anemia jenis ini adalah anemia pada perdarahan akut, penyakit
dan MCHC normal. Hal ini diakibatkan oleh gangguan atau hentinya
sintesa asam nukleat DNA seperti yang ditemukan pada defisiensi B12
dan atau asam folat. Contoh anemia jenis ini adalah anemia
MCV kurang dan MCHC kurang. Contoh anemia jenis ini adalah
kulit, suhu dan distribusi kapiler mempengaruhi warna kulit, maka warna
kulit bukan merupakan indeks pucat yang dapat diandalkan. Warna kuku,
digunakan lebih baik guna menilai kepucatan. Pada umumnya anemia yang
terjadi diakibatkan defisiensi nutrisi seperti defisiensi Fe, asam folat dan
vitamin B12.
2.3. ETIOLOGI
cepat, berat badan lahir rendah serta gangguan pencernaan akibat konsumsi
berlebihan susu sapi. Pada periode intrauterine, satu-satunya sumber zat besi
adalah besi yang dialirkan melalui plasenta. Pada periode akhir kehamilan,
jumlah total besi pada janin adalah 75 mg/kg. Anemia fisiologis terjadi pada
periode postnatal dan simpanan besi yang tersedia cukup untuk melakukan
darah yang signifikan. Pada bayi berat lahir rendah dan pada bayi dengan
kehilangan darah sebelum kelahiran, cadangan besi habis lebih awal, karena
cadangan tersebut lebih kecil. Jumlah zat besi dalam ASI berada pada
tingkat tertinggi pada bulan pertama, tetapi menurun secara bertahap dalam
terbukti bahwa diet ibu tidak mempengaruhi jumlah zat besi dalam ASI.
Meskipun jumlah zat besi yang diterima dari ASI biasanya rendah,
penyerapannya cukup tinggi (50%). Hal ini diketahui bahwa makanan lain
zat besi dalam ASI. Oleh karena itu, makanan ini harus diberikan pada
demikian, bayi menggunakan besi dari cadangan besi yang ada dalam 6
bulan pertama sampai jumlah zat besi yang diterima dari makanan
meningkat. 4
terutama zat besi, zinc, fosfor, magnesium, kalsium dan vitamin B6.
Menurut data WHO, 98% dari kebutuhan zat besi pada bayi berusia 6-23
bulan harus dipenuhi oleh makanan padat. Makanan padat harus mencakup
produk yang kaya seperti daging, ikan, telur dan vitamin C untuk memenuhi
kebutuhan zat besi ini. Kesalahan lain yang terjadi pada bayi menyusui yaitu
memberikan susu sapi yang berlebihan pada waktu awal. Pada bayi,
kehilangan darah kronis dapat diamati dalam kaitannya dengan protein yang
sensitif terhadap pabas yang terdapat dalam susu sapi. Selain itu, penyerapan
zat besi dalam susu sapi jauh lebih rendah dibandingkan dengan ASI. Susu
sapi akan menggantikan makanan kaya besi, oleh sebab itu kalsium dan
besi. Jika bayi diberi makan dengan makanan dengan kandungan besi yang
rendah setelah bulan ke-6 ketika mereka menguras hampir semua cadangan
yang tidak memadai dapat disingkirkan atau ada respon yang memadai
untuk pengobatan besi oral. Anemia defisiensi besi kronis yang berkembang
pada anak-anak dan dapat terjadi sebagai akibat dari masalah pencernaan
termasuk ulkus peptikum, divertikulum Meckel, polip, hemangioma atau
paru; diagnosis banding dapat dibuat dengan melihat riwayat penyakit. Perlu
diingat bahwa parasitosis juga dapat berkontribusi untuk kekurangan zat besi
yang rinci harus diperoleh pada remaja perempuan dan mendasari gangguan
Persediaan besi yang kurang karena berat badan lahir rendah dan bayi
kembar.
2.4. PATOFISIOLOGI
Metabolisme Besi
sebanyak itu pula eritrosit yang akan dibentuk dalam sumsum tulang atau
besi yang dilepaskan oleh makrofag ke dalam sirkulasi darah setiap hari.
Besi dari sumber makanan yang diserap duodenum berkisar 1–2 mg,
sebanyak itu pula yang dapat hilang karena deskuamasi kulit, keringat, urin
dan tinja. Besi plasma atau besi yang beredar dalam sirkulasi darah terutama
transferin plasma ialah 250 mg/dl, secara laboratorik sering diukur sebagai
saturasi transferin. Total besi yang terikat transferin ialah 4 mg atau hanya
dalam bentuk feritin dan hemosiderin. Kompleks besi transferin dan reseptor
akan dibebaskan dari endosom dan reseptor transferin akan dipakai lagi,
darah. Ketika eritrosit berumur 120 hari akan difagositosis makrofag sistem
makrofag lain seperti makrofag alveolar paru atau makrofag jaringan lain
yang lebih bersifat menahan besi daripada melepaskannya. Proses
globin.6
akan diproses secara cepat di dalam kumpulan labil (labile pool) melalui
laluan cepat pelepasan besi (the rapid pathway of iron release) di dalam
makrofag pada fase dini. Molekul besi ini dilepaskan ke dalam sirkulasi,
yang selanjutnya berikatan dengan transferin bila tidak segera dilepas. Maka
molekul besi akan masuk jalur fase lanjut yang akan diproses untuk
dalam sirkulasi setelah beberapa hari melalui laluan lambat (the slower
bentuk ferro menjadi ferri, sehingga dapat diangkut oleh transferrin plasma.
pelepasan besi ke dalam sirkulasi oleh makrofag lebih cepat terjadi pada
(1) penurunan simpanan besi, (2) penurunan feritin serum, (3) penurunan
besi serum disertai meningkatnya transferin serum, (4) peningkatan Red cell
Distribution Width (RDW), (5) penurunan Mean Corpuscular Volume
besi, akan timbul defisiensi besi yang terdiri atas tiga tahap, dimulai dari
tahap yang paling ringan yaitu tahap pralaten (iron depletion), kemudian
tahap laten (iron deficient erythropoesis) dan tahap anemia defisiensi besi
12μg/L dan besi disumsum tulang kosong atau positif satu, sedangkan
komponen yang lain seperti kapasitas ikat besi total/total iron binding
MCV, hemoglobin dan morfologi sel darah masih dalam batas normal, dan
saturasi transferin dan besi di sumsum tulang yang kosong, tetapi TIBC
ialah tahap defisiensi besi yang berat dari dan ditandai selain kadar feritin
serum serta hemoglobin yang turun. Semua komponen lain juga akan
penurunan kadar feritin/saturasi transferin serum dan kadar besi serum. Pada
ADB gejala klinis terjadi secara bertahap. Kekurangan zat besi di dalam otot
ADB. Anak yang menderita ADB lebih mudah terserang infeksi karena
infeksi. Perilaku yang aneh berupa pika, yaitu gemar makan atau mengunyah
benda tertentu antara lain kertas, kotoran, alat tulis, pasta gigi, es dan lain
lain, timbul sebagai akibat adanya rasa kurang nyaman di mulut. Rasa urang
nyaman ini disebabkan karena enzim sitokrom oksidase yang terdapat pada
tampak pula pada kuku berupa permukaan yang kasar, mudah terkelupas dan
mudah patah. Bentuk kuku seperti sendok (spoon shaped nails) yang juga
disebut sebagai kolonikia terdapat pada 5,5% kasus ADB. Pada saluran
proses epitialisasi. Papil lidah mengalami atropi. Pada keadaan ADB berat,
2.6. DIAGNOSIS
mengenai periode prenatal, gizi, waktu memulai ASI dan makanan padat dan
hitung darah lengkap dan apusan darah tepi. Ketika hitung darah
lengkap dinilai baik, akan dapat memberikan banyak petunjuk dalam
normal untuk usia dan jenis kelamin pasien (jika anemia ada). Batas
bawah normal dengan usia dan jenis kelamin yang ditentukan oleh
WHO dapat digunakan, karena praktis dan nilai lebih rendah dari
batas-batas ini dapat dianggap anemia (Tabel 3). Pada bayi yang lebih
muda dari 6 bulan, nilai-nilai yang lebih rendah diamati karena anemia
2.7. FADF
2.8. FADSF
2.9. DF
ADSF