Tension Headache Atau Tension Type Headache (TTH) Atau Nyeri

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 3

TENSION HEADACHE

No Dokumen : /UKP/I/SOP/2018

SOP No. Revisi : 00


Tgl. Terbit :
Halaman : 1/2
UPT
Puskesmas SUPARDI,SKM
NIP.197507041998031005
Kelapa Kampit

1. Pengertian Tension Headache atau Tension Type Headache (TTH) atau nyeri
kepala tipe tegang adalah bentuk sakit kepala yang paling sering
dijumpai dan sering dihubungkan dengan jangka waktu dan
peningkatan stres.
2. Tujuan Sebagai Acuan Penarapan Langkah-langkah untuk meningkatkan
pelayanan dalam diagnosis dan tatalaksana terhadap kasus Tension
Headache.
3. Kebijakan SK Kepala UPT Puskesmas Kelapa Kampit No…….tentang kebijakan
pelayanan klinis
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 514 Tahun
2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer.
5. Prosedur 1. Dokter melakukan anamnesa dengan menanyakan keluhan keluhan
berat ringannya nyeri, penyebaran nyeri dan sifat nyerinya.
Nyeri pada awalnya dirasakan pasien pada leher bagian belakang
kemudian menjalar ke kepala bagian belakang selanjutnya menjalar
ke bagian depan. Selain itu, nyeri ini juga dapat menjalar ke bahu.
Nyeri kepala dirasakan seperti kepala berat, pegal, rasa kencang
pada daerah bitemporal dan bioksipital, atau seperti diikat di
sekeliling kepala. Nyeri kepala tipe ini tidak berdenyut.
Pada nyeri kepala ini tidak disertai mual ataupun muntah tetapi
anoreksia mungkin saja terjadi.
2. Dokter melakukan pemeriksaan fisik
Tidak ada pemeriksaan fisik yang berarti untuk mendiagnosis nyeri
kepala tegang otot ini. Pada pemeriksaan fisik, tanda vital harus
normal, pemeriksaan neurologis normal.
Pemeriksaan mata dilakukan untuk mengetahui adanya peningkatan
tekanan pada bola mata yang bisa menyebabkan sakit kepala.
3. Dokter menegakkan diagnosa
4. Dokter menyusun rencana layanan medis berupa rawat jalan, rawat
inap, atau rujuk
Kriteria Rujukan
- Bila nyeri kepala tidak membaik maka dirujuk ke fasilitas
pelayanan kesehatan sekunder yang memiliki dokter spesialis
saraf.
- Bila depresi berat dengan kemungkinan bunuh diri maka pasien
harus dirujuk ke pelayanan sekunder yang memiliki dokter
spesialis jiwa.

5. Dokter menuliskan resep sesuai indikasi kebutuhan medis pasien


diantaranya :
Non Farmakologis
Meyakinkan pasien bahwa tidak ditemukan kelainan fisik dalam
rongga kepala atau otaknya dapat menghilangkan rasa takut akan
adanya tumor otak atau penyakit intrakranial lainnya.
Farmakologis
Penghilang sakit yang sering digunakan adalah: acetaminophen
dan NSAID seperti Aspirin, Ibuprofen, Naproxen, dan Ketoprofen.
Pengobatan kombinasi antara acetaminophen atau aspirin dengan
kafein atau obat sedatif biasa digunakan bersamaan. Dokter
memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga (antara lain :
mengenai pola makan dan tindakan pencegahan lainnya).
6. Dokter mengisi form rujukan bila diperlukan rujuk
7. Secara berkesinambungan, dokter mencatat tanggal pemeriksaan,
anamnesa, pemeriksaan fisik, diagnose/kode ICD 10, rencana
layanan medis, pengobatan dan edukasi yang diberikan
8. Dokter mencegah terjadinya pengulangan yang tidak perlu dengan
memeriksa kembali catatan pelayanan yang telah diberikan.
9. Dokter memberikan paraf dan nama jelas di rekam medis
10. Dokter memberikan resep dan mempersilahkan pasien menuju
apotek untuk mengambil obat.

6.Diagram Alir
Pasien
Anamnesis
datang

Pemeriksaaan fisik

Diagnosa

Tatalaksana
1. Non Farmakologis
2. Farmakologis
3. Rujuk

Pencatatan dibuku
register

7.Unit Terkait - Poli Umum


- Poli Lansia
- Poli KIA
- UGD
- Rawat Inap

8.Rekaman Historis Perubahan


No Yang Dirubah Isi Perubahan Tgl Mulai Berlaku

You might also like