Wirausaha Sukses Indonesia

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 7

PENGUSAHA SUKSES di INDONESIA

(Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individual Mata Kuliah Kewirausahaan Kelas C)

Dosen Pengampu :
Drs. Suharto, M.Kes

Disusunoleh :
Hesti Apriwiyani (140210101107)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS JEMBER
2017
Pengusaha Sukses bersama Kue Lapis Bogor Sangkuriang

Lapis Bogor Sangkuriang. Kue lapis berbahan talas yang dijual dengan harga
terjangkau ini menghadirkan tekstur yang lembut dan rasa yang lezat.
Talas sebagai bahan dasar pembuatan kue ini merupakan bahan pangan khas Bogor. Dengan tampilan
yang menarik, beragam varian rasa, serta kemasan yang didesain khusus menjadikan Lapis Bogor
Sangkuriang ini banyak diburu oleh wisatawan kota Bogor.

Riska Wahyu Romadhona, orang yang berada di balik kesuksesan Lapis Bogor Sangkuriang
ini. Perempuan kelahiran Surabaya, 31 tahun silam ini bersama suaminya, Anggara Kasih Nugroho
Jati, memulai usaha laps talas tersebus sejak tahun 2011. Riska mengambil usaha ini karena alasannya
melihat Kota Bogor sebagai kota pariwisata memiliki potensi dan peluang yang besar untuk memulai
bisnis kuliner ini, terutama buah tangan khas Bogor. Terbesitlah ide untuk membuat kue lapis dengan
menggunakan bahan pangan khas Bogor, yaitu talas karena kota Bogor identik dengan talas.
Pertama kali ibu ini membuat kue hasilnya tidak langsung berhasil, terkadang hasilnya kurang
memuaskan baik dari segi rasa maupun bentuknya, namun setelah beberapa kali ia mencoba dan
memperbaiki kuenya dengan saran para kerabat dan tetangga sekitarnya untuk mencicipi rasa dari kue
lapis tersebut. Ternyata menurut mereka hasilnya enak, bahkan dari mereka juga mulai memesan, dari
situlah Rizka dan suaminya mulai serius berjualan kue lapis yalas Bogor.
Rizka memulai bisnisnya dengan moda awal yang sangat terbatas yakni hanya Rp 500.000
ribu. Uang tersebut ia gunakan untuk belanja bahan baku dan alat pengukus. Ia menggunakan tepung
talas yang ia beli dari toko langganan di pasar yang harganya lebih terjangkau. Awal produksi usaha
ini ia kerjakan hanya bersama suaminya dari pukul 06.00 hingga pukul 04.00 keesokan harinya.
Rizka menawarkan kuenya ke teman-teman kampus, keluarga lain, kelompok pengajian dan
komunitas entrepeneur kemudia ia mencoba menawarkan ke instansi pemerintah yakni Dinas
Perindustrian dan Perdagangan dan mendapatkan respons yang sangat baik. Selain itu Rizka juga
mendapatkan respon positif dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata karena pada kemasan kue lapisnya
tercantum slogam “Visit Bogor”.
Kini varian rasa kue lapis Bogor Talasnya mulai bertambah dari rasa yang original dan kini
sudah ada lapis Bogor keju, lapis Bogor brownies talas, dan lapis Bogor green tea. Dalam produksnya
Rizka hanya menggunakan mesin termasuk mengolah krim lapisannya. Omset penjualan kue lapis
Bogor ini mengalami peningkatan mulai dari 50-100 boks per hari hingga kini bisa mencapat di atas
2000 boks per harinya dengan harga Rp 25.000 – Rp 30.000 ribu per boks.
Dalam menalankan usaha ini Rizka juga mengalami beberapa kendala mulai dari penyuplaian
yang terbatas, sumber daya manusia, ketersediaan mesin pengukus hingga adanya pembeli yang
menjual kembali kue lapisnya di depan parkir outlet. Sehingga Rizka mulai menyiasatinya dengan
memberlakukan pembeli hanya bisa membeli kue lapisnya maksimal 5 boks/orang, sehingga lebih
banyak orang yang kebagian.
Masa kadaluarsa kue lapisnya ini hanya bisa bertahan sampai 4 hari karena dalam bahan baku
pembuatanya tidak menggunakan pengawet sehingga sangat rentan panas. Jadi dihimbau agar pembeli
bisa mengantisipasinya dengan tidak menaruh di tempat yang panas.
Bisnis yang ia jalan dengan suaminya ini sudah dibantu dengan 100 karyawan, dimana Riska
sendiri mengelola bagian manajemen sedangkan suaminya mengurusi operasionalnya. Usaha yang
digeluti Rizka ini telah membuahkan penghargaan, antara lain pada Wirausaha Muda Mandiri 2012
untuk regional Jabodetabek dan Wanita Wirausaha Mandiri 2013 dari sebuah majalah wanita.
Rencana Rizka selanjutnya, ia ingin membuka outlet yang sekaligus bisa mnyatkuan dengan rumah
makan, yang mana di dalam rumah makan tersebut didi dengan launa musik tradisonal Sunda.
Pengusaha Sukses bersama Cacing Tanah

Cacing adalah hewan yang tak bertulang belakang, hewan ini memiliki tekstur kulit
yang licin dan terkadang membuat orang melihatnya menjadi geli. Namun hal ini berbeda
dengan halnya Abdul Aziz Adam Maulida yang akrab disapa Adam ini justru menjadi
sumber pendapatan sejak empat tahun yang lalu.

Pada tahun 2010 Adam


memulai bisnisnya dengan
membudidayakan belut, ia
mengeluarkan modal sebesar Rp 20
juta, termasuk untuk membeli sekitar
dua kuintal belut. Namun Adam tak
mengira ternyata banyak kendala yang
ia alami dalam menjalankan bisnisnya
tersebut hingga ia mengalami gulung
tikar, tetapi dibalik itu semua justru
yang tersisa adalah pakan belut, yakni
cacing tanah sebanyak kilogram. Dia
mengamati, ketika semua belutnya
mati, cacing-caing tersebut bertahan
bahkan berkembang biak. Sehingga
dari situlah Adam mendapatkan ide
untuk memulai bisnis untuk membudidayakan caing yang memiliki nama latin Lumbricus
Rubellus.
Pada Agustus 2010, Adam memulai membiakkan cacing tanah, sebelum itu dia
mempelajari bagaiman budidaya cacing tanah, mulai dari membaca buku, juga belajar
autodidak dengan praktik langsung di lapangan.
Dengan modal awal Rp 200.000, Adam membeli indukan cacing, selanjutnya untuk
media, dia membeli kotak kayu dengan ukuran 40 cm x 50 cm yang ditumpuk hingga 12
tingkat sehinnga adam tidak membutuhkan lahan yang luas.
Pembudidayaan cacing sangat mudah, Adam hanya memberi makan indukan yang
berasal dari limbah rumahtangga maupun limbah pasar. Ia mengolah limbah dari tetangga
sekitarnya untuk dijadikan pakan cacing.
Bisnis yang ia rintis tidak serta merta langsung berjalan, hingga pada akhir 2010 dia
mendapat titik terang, seorang pemilik tempat pemancingan mendatangi peternakannya untuk
memesan cacing. Hasil produksi cacing yang ia hasilkan dulunya sekitar lima kilogram per
minggu, namun kini dia bisa memproduksi hingga tujuh ton cacing tanah per bulan.
Omzetnya pun meningkat pesan, dalam sebulan Adam bisa mengantongi sekitar Rp 300 juta.
Adam menularkan ilmunya ke orang lain dengan sosialisasi soal cacing ke masuarakat
di sekitar Malang, sekaligus, mengajak mereka untuk ikut membudidayakan cacing. Pada
awalnya, usaha ini belum berbuah banyak, tercatat hanya dua orang yang mau bergabung
dengan Adam, lalu ia mengembangkan sistem plasma dengan lebih terkoordinir. Dengan
sistem plasma, siapa pun yang bergabung akan mendapat pelatihan darinya, lalu Adam akan
membeli hasil panen cacing dari anggota plasma.
Sampai saat ini, Adam sudah memiliki sekitar 1.600 anggota plasma. Namun tidak
semua anggota bisa konsisten dengan memasok cacing padanya, hanya sekitar 700 orang
yang aktif menjual hasil panennya pada Adam.
Adam menuturkan jika budidaya cacing sebenarnya sangat gampang, dalam sehari
bisa sekitar 100 orang yang ingin belajar budidaya caing kepadanya. Lagipula tingkat
keberhasilan budidaya cacing hampir 100 persen, hanya mengenai peluang budidaya cacing
yang masih tergolong sedikit.
Sekarang, Adam menjadi pemasok utama cacing tanah untuk Dinas Perikanan
Provinsi Jatim. Selain mengandalkan pasokan dari anggota plasmanya, Adam pun masih
memproduksi cacing.
Adam menegaskan peluang berbudidaya cacing masih sangat terbuka. Pembeli cacing
sangat beragam, ulai pengusaha peikanan, peternak unggas hingga isdustri kosmetik dan
farmasi.
Pengusaha Sukses bersama Roti Unyil Venus

Usaha roti ini dirintis oeh Herliyanti Hawidjaja dan Hendra Saputra Hawidjaja sejak
1992 setelah kedua orang tuanya meninggal dunia. Di masa kesulitan ekonomi yang dialami,
Helianty yang saat itu masih duduk dibangku SMA, bekerja keras bersama keenam adik-
adiknya untuk menyambung hidup dan survive. Hendra sang adik bungsu yang hobi membuat
roti akhirnya menciba menjual roti hasil buatannya yang ilmunya dia dapat dari kursus.

Roti yang pertama kali dihasilkan adalah roti coklat, keju dalam skla kecil dan dibuat
sendiri. Roti ini kemudian dikembangkannya dengan 10 varian rasa dengan bentuk dan
ukuran yang standart. Penjualan yang dilakukan pada waktu itu dilakukan dengan
menggunakan gerobak.

Awal mula Hendra terinspirasi membuat roti unyil ini ketika ia mlihat anak-anak kecil
yang kesulitan memakan roti ukuran standart dan hanya bisa makan dengan porsi yang lebih
kecil. Hendra berinovasi dengan membuat roti dengan ukuran mini dengan 20 varian rasa.
Roti ini dijuluki Venus atau Roti Unyil dikarenakan bentuknya yang mungil.

Pilihan rasa dari roti Unyil ini kini semakin beragam dengan 25 varian, varian rasa
dimulai dari keju, jagung, abon hingga green tea. Roti unyil ini memiliki pelangganyang setia
yang selalu memborongnya dagangannya di outlet penjualan, namun sekarang kendalanya
bagaimana roti ini bisa hadir di kota lain, namun Hendra tidak membuka cabang di kota lain,
tetapi Hendra memiliki reseller yang menjual Roti Unyil mereka dengan harga yang sama ke
kota-kota diluar Bogor. Kini usaha yang dimulainya telah tercapai dimana telah bermitra
dengan beberapa outlet dan sejumlah orang, hasilnya sudag terdapat 10 outlet bermitra dan
mereka kembali roti Unyil ini.

Kesuksesan berusaha roti Unyil ini adalah kualitas yang utama. Roti Unyil ini dijual
tanpa ada penggunaan pengawet karena hal tersebut sangat membahayakan bagi pencernaan.
Dengan kualitas yang baik ini, Roti Unyil selalu terasa nikmat dan lezat. Apalagi kini Rooti
Unyil semakin laris dan diburu konsumen karena banyaknya varian rasa dan bentuknya yang
unik.

Keberadaan dan kelezatan roti unyil ini beredal dari mulut ke mulut. Setiap harinya,
Venus Bakery tak pernah sepi pembeli, terutama menjelang saat hari libur. Para pembeli
biasanya membeli roti yang dikemas dalam kotak berisi 10 hingga 60 buah. Mereka
dibebaskan untuk memilih lebih dari 25 varian yang tersedia i dalam etalase. Namun, dari
semua varian yang menjadi favorit adalah daging asap keju dan jagung manis. Harga satu
buahnya Rp 1.500.

You might also like