Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 48

MODUL PELATIHAN

SIEMENS S7-300 MENGGUNAKAN SIMATIC MANAGER

PMA-MP-OS-1

KONSENTRASI TEKNIK PRODUKSI DAN PROSES MANUFAKTUR

PROGRAM STUDI TEKNIK PRODUKSI DAN PROSES MANUFAKTUR


POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA
TAHUN 2015

i
PENGESAHAN

No Dokumen :
Revisi :
Tanggal :
Dikaji Ulang oleh :
Dikendalikan oleh :

Disusun Oleh Diperiksa Oleh Disahkan Oleh


Instruktur Otomasi Manufaktur Ka. Prodi TPM WaDir 1

Eka Samsul Maarif, ST., MT. …………………….. ……………………….

Dokumen ini milik Politeknik Manufaktur Astra dan TIDAK DIPERBOLEHKAN dengan cara
dan alasan apapun membuat salinan tanpa seijin Wa.Dir 1.

ii
KATA PENGANTAR
Dalam otomasi industri mahasiswa mempelajari dasar otomasi industri dan merencanakan
sistem otomatisasi mulai dari mendeskripsikan kerja sistem, menyebutkan perangkat keras dan
perangkat lunak pengendali. Praktikum ini menggunakan PLC Omron sebagai pengendali utama
dan 3 stasiun otomatisasi sebagai sarana simulasi yang menyediakan sensor dan aktuator untuk
aplikasi industri. Modul praktikum ini dibuat sebagai pedoman mahasiswa dalam melakukan
kegiatan praktikum Otomasi di Politeknik Manufaktur Astra. Modul Buku ini memberikan
instruksi lengkap untuk belajar tentang sistem otomasi industi berbasis PLC khususnya di
otomatisasi pabrik.
Modul praktikum ini terdiri dari 6 modul praktikum yang membahas tentang Dasar
Otomasi di industri, penerapan PLC sebagai kendali utama otomasi industri dan metode – metode
pemrogramannya. Modul ini juga memiliki Lampiran file yang termasuk dalam folder softcopy
yang berisi e-book, contoh program dan video tutorial yang dapat membantu proses praktikum.
Modul praktikum ini diharapkan dapat membantu mahasiswa/i dalam melaksanakan praktikum
dengan lebih baik, terarah, dan terencana.
Modul praktikum ini diharapkan dapat membantu mahasiswa/i dalam melaksanakan
praktikum dengan lebih baik, terarah, dan terencana. Pada setiap topik telah ditetapkan tujuan
pelaksanaan praktikum dan semua kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa/i serta teori
singkat untuk memperdalam pemahaman mahasiswa/i mengenai materi yang dibahas.
Setelah mengikuti program ini siswa diharapkan telah menerima pengetahuan tentang
bagaimana merencanakan otomatisasi yang sederhana, bagaimana merencanakan sebuah program
yang sesuai dengan proses kerja. Dengan demikian, siswa dapat mengusulkan solusi alternatif
untuk masalah yang ditemukan dalam industri di lingkup otomatisasi.
Akhir kata, penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.

Jakarta, 15 Agustus 2017

Eka Samsul Maarif, ST., MT.

iii
1. Modul Pertemuan ke 1: Sistem Otomasi Industri

1.1 Materi
 Factory Automation
 Process Automation
 Perangkat input digital dan analog
 Perangkat output digital dan analog
 Perangkat kendali otomasi industry
 Rangkaian kendali konvensional

1.2 Durasi

1.3 Pembahasan

1
2. Modul Pertemuan ke 2: Sistem Bilangan dan Data

2.1 Materi
1. Address I/O
 Bit
 Byte
 Word
2. Pengolahan Data
 Bool
 Integer
 Decimal
 BCD

2.2 Durasi

2.3 Pembahasan

2
3. Modul Pertemuan ke 3 : Perangkat Hardware PLC S7-300

3.1 Materi
 Pengertian PLC
 Komponen utama PLC S7-300
 Alokasi memori pada sistem PLC
 Pengalamatan input/output, timer, counter
 Alur kerja signal PLC
3.2 Durasi

3.3 Pembahasan

3
4. Modul Pertemuan ke 4: Logika Dasar Pemprograman

4.1 Materi
 NOT, AND, OR
 NOR, NAND, EX OR
4.2 Durasi

4.3 Pembahasan

4
5. Modul Pertemuan ke 5: Bahasa Pemprograman PLC

5.1 Materi
 IEC 61131-3
 Penjelasan/contoh penggunaan tiap Bahasa
* LAD * SFC
* FBD * IL
* STL
5.2 Durasi

5.3 Pembahasan

5
6. Modul Pertemuan ke 6: Software Simatic Manager untuk S7-300

6.1 Materi
 Membuat project baru
 Konfigurasi hardware
 Pengorganisasian block
 Simulasi program pada Simatic Manager
 Pengaturan komunikasi PC to PLC Adapter
 Download dan upload program dari PC ke PLC
6.2 Durasi

6.3 Pembahasan
a. Membuat project baru
 Buka aplikasi Simatic Manager, kemudian pilih menu FileNew

 Isi nama project, kemudian OK.

6
b. Konfigurasi hardware
 Klik kanan pada project yang dibuat, pilih Insert New ObjectSIMATIC 300
Station, sesuai dengan PLC yang digunakan Siemens S7-300

7
 Setelah memilih SIMATIC SIMATIC S7-300 Station, nanti akan muncul item
bernama SIMATIC 300(1), klik kanan kemudian pilih “Open Object” seperti
gambar di bawah ini:

 Akan muncul jendela baru, kemudian pilih item Rack yang terdapat di sebelah
kanan dengan melakukan drag and drop ke area kosong seperti berikut:

 Kemudian pilih PLC yang sesuai dengan tipe yang dimiliki, drag and drop ke
dalam rack yang telah ditandai warna hijau.

8
 Klik 2 kali pada baris yang berwarna biru untuk mengubah addressing jika
addressing tidak sesuai (kita ubah menjadi 0-1 untuk Input dan 0-1 untuk Output).

 Anda juga bisa menambahkan item simulator untuk menjalankan simulasi.

9
 Terakhir lakukan save and compile, kemudian close.

c. Pengorganisasian blok

Pada pengorganisasian blok ini, penting untuk mengetahui bahwa pada pemprograman
Simatic Manager memiliki 3 fitur utama yang digunakan dalam memprogram PLC
Siemens, yaitu:

1. Organization Block (OB), dimana merupakan sebuah area program utama yang
dijalankan.
2. Function Block (FBD), dimana merupakan sebuah fungsi/area program dimana
hanya dipanggil sesekali serta berfungsi untuk dipanggil berulang-ulang. FBD dapat
dijalankan jika dipanggil oleh Organization Block.
3. Function (FC), dimana merupakan program utama yang dijalankan, akan tetapi
hanya bisa dijalankan jika dipanggil oleh Organization Block.

10
Ketiga blok tersebut dapat diprogram menggunakan Ladder Diagram, Function Block
Diagram, ataupun Structure Text.

Berikut langkah-langkah pembuatan ketiga blok tersebut:

 Langkah pertama dilakukan dengan membuat sebuah Function, yang akan berisi
program yang akan kita jalankan. Klik kanan pada item Blocks, kemudian pilihan
Function seperti gambar berikut:

 Kemudian akan keluar kotak dialog untuk memberikan nama dan tipe
pemprograman. Silahkan pilih antara STL, LAD, atau FBD (missal kita gunakan
Ladder Diagram) lalu OK.

 Kemudian klik 2 kali pada item yang dibuat tersebut hingga muncul jendela baru
untuk melakukan program:

11
 Misal kita membuat program penguncian menggunakan 2 buah tombol dan 1 lampu
(pembuatan program tersebut akan dibahas pada modul 8).

 Kemudian kita membuat sebuah Function Block untuk nanti dipanggil di Function
yang dibuat diatas

12
 Misal kita buat program untuk nyala mati satu lampu seperti berikut:

 Kemudian kita panggil Function Block tersebut di dalam Function

13
Note: Function Block tersebut dapat di panggil di Function maupun di
Organization Block.

 Kemudian kita buat Organization Block dengan langkah yang sama, lalu
memasukkan program untuk memanggil Function yang telah dibuat. Hal ini penting
karena program yang dibuat di dalam Function tidak akan dieksekusi jika tidak
dimasukkan ke dalam Organization Block.

d. Simulasi program pada Simatic Manager (PLCSIM)


Setelah program dalam block tadi selesai dibuat, selanjutnya kita akan melakukan
menyimulasikan program tersebut dengan simulasi yang terdapat pada software. Langkah-
langkahnya sebagai berikut:
 Buka software simulasi dengan mengklik ikon seperti berikut hingga muncul
jendela simulator PLCSIM:

14
 Kemudian kembali ke jendela project, lalu klik ikon download, ikuti intruksi
tersebut hingga download sukses

15
 Setelah itu, kita dapat melakukan simulasi pada jendela tersebut. Kita dapat
melakukan simulasi secara offline maupun Online. Gambar tersebut merupakan
contoh simulasi dengan kondisi Online:

Ikon yang dilingkari merupakan fungsi untuk Online dan monitor dengan
simulator.

e. Pengaturan komunikasi PC to PLC Adapter


Setelah selesai membuat program pada Blok sebelumnya dan telah sukses disimulasikan
dengan Simulator, selanjutnya kita dapat mendownload program yang telah dibuat ke PLC
Siemens S7-300 yang telah disiapkan. Namun, terlebih dahulu kita harus mengatur
komunikasi antara PC dengan PLC Adapter (MPI) sebagai berikut:
 Buka pengaturan di OptionsSet PG/PC Interface

16
 Akan muncul jendela baru berisi Interface yang terdapat pada Software. Cari
interface bernama PC Adapter(MPI), jika tidak ada maka klik tombol Select
seperti gambar berikut:

 Pilih PC Adapter di sebelah kanan, kemudian klik Install, lalu Close.

 Pilih interface PC Adapter (MPI), kemudian OK.

17
f. Download dan upload program dari PC ke PLC
Langkah selanjutnya adalah mengunduh program yang telah dibuat ke PLC Siemens
S7-300 yang telah disiapkan. Langkah-langkah untuk mengunduh program sebagai berikut:

 Klik ikon Download seperti gambar di bawah ini untuk mengunduh semua program
dan konfigurasi yang telah dibuat ke PLC, kemudian cukup ikuti intruksinya
dengan klik OK dan Yes. Pastikan PLCSIM tidak sedang aktif.

 Setelah unduh berhasil, kita bisa melakukan monitoring ke PLC melalui PC seperti
yang kita lakukan dengan PLCSIM.

18
Pada tahap ini kita juga dapat mengunggah project/program yang telah terdapat di PLC
ke PC dengan fitur Upload. Langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut:

 Buat project baru, misal kita beri nama Upload, kemudian pilih PLCUpload
Station to PG

 Isi MPI Address dengan angka 2, tunggu hingga Module Type akan muncul dengan
sendirinya

19
 Ikuti intruksinya hingga selesai, sehingga muncul seperti gambar di bawah ini dan
upload selesai.

20
7. Modul Pertemuan ke 7: Penyambungan Input dan Output PLC

7.1 Materi
 Konsep sink dan source modul input
 Penyambungan saklar/switch pada modul input
 Konsep sink dan source pada sensor digital
 Penyambungan sensor digital 3 kabel
 Penyambungan sensor digital 2 kabel
 Jenis modul output PLC
 Penyambungan modul output digital
 Pengendalian perangkat output (lampu, relay, motor)
7.2 Durasi

7.3 Pembahasan

21
8. Modul Pertemuan ke 8 : Pemprograman Relay dan Contact pada S7-300

8.1 Materi
1. Pemprograman menggunakan ladder diagram
 Output Relay (definisi, fungsi, dan address)
 Internal Relay (definisi, fungsi, dan address)
 Intruksi Start Stop
 Intruksi Selfholding
 Intruksi SET/RESET
 Set_Reset/Reset_Set Flip Flop
 Instruksi rising/falling Edge
 Latihan soal
2. Pemprograman menggunakan FBD
 Pemprograman Contact dan Relay

8.2 Durasi

8.3 Pemprograman Ladder Diagram


a. Output Relay

Output relay adalah relay yang jumlahnya terbatas, sesuai dengan jumlah terminal
output yang ada pada PLC. Output relay memiliki tempat untuk dapat kita sambungkan
dengan kabel sehingga dapat digunakan untuk mengendalikan nyala lampu atau perangkat
output lainnya. Pada PLC Siemens S7-300 relay output ini memiliki alamat Q0.0, Q0.1, dan
seterusnya. Walaupun umumnya disebut dengan relay output, pada kenyataanya terdapat
beberapa output yang isinya berupa transistor. Prinsip kerja dan pemrogrammannya sama,
namun berbeda dalam cara penyambungan Common Modul Output.

b. Internal Relay

Internal relay adalah relay virtual (tidak nyata) yang terdapat dalam software PLC
dimana jumlahnya sangat banyak (S7-300 CPU313C-2 DP = 2048 relay) tetapi kita tidak
dapat menemukan pin atau terminal untuk menyambungkan kabel atau sejenisnya. Sehingga
internal relay tidak dapat digunakan untuk mengendalikan nyala lampu, motor atau
perangkat output lainnya. Contoh bentuk relay internal adalah Memory Bits (buka Modul 3
tentang Alokasi Memori dan Pengalamatan pada PLC).

c. Prinsip Kerja Relay

Perangkat tombol input yang digunakan di lingkungan industri, terutama untuk mulai
mengaktifkan sebuah proses umumnya bersifat momentary switch, yaitu jenis sakelar yang
hanya menyambung saat ditekan. Setelah tidak ditekan, tombol akan kembali ke kondisi
semua. Contoh yang paling mudah ditemukan adalah Push Button. Dengan adanya tombol
seperti ini, maka diperlukan rangkaian khusus agar operator tidak harus menekan tombol
sepanjang waktu mesin beroperasi. Instruksi ini sering dikenal dengan Start Stop, karena
fungsinya yang berperan untuk memulai suatu proses dan mengakhirinya.

22
Dalam sistem kendali konvensional yang menggunakan relay, dikenal rangkaian
selfholding. Yaitu rangkaian yang bertujuan menjaga kondisi relay agar terus menerus aktif
walau tombol ON nya tidak lagi ditekan. Gambar di bawah adalah contoh rangkaian
Selfholding untuk mengaktifkan motor listrik. Pada tersebut, begitu Tombol ON ditekan
maka relay akan aktif sehingga kontak NO dari relay akan menyambung. Salah satu kontak
NO digunakan sebagai jalur alternatif bagi arus listrik saat tombol ON tidak lagi ditekan.
Rangkaian akan terputus jika tombol OFF yang memutuskan aliran arus listrik kepada relay
ditekan.

Salah satu yang membuat sistem otomasi (dengan PLC) lebih unggul dibanding dengan
sistem konvensional adalah kemudahan operasionalnya. Instruksi Start Stop dapat dilakukan
dengan Selfholding atau dengan cara yang lain dengan tanpa menggunakan relay. Berikut
ini adalah 3 cara instruksi Start Stop pada PLC Siemens S7-300.

d. Intruksi Selfholding

Selfholding pada program PLC tidak memiliki perbedaan yang besar dibanding dengan
rangkaian konvensional. Yang perlu diperhatikan adalah alamat Input dan alamat Output
yang sesuai dengan kebutuhan. Gambar di bawah menunjukkan contoh diagram ladder
Selfholding.

23
Untuk membuat input (misal push button) buka jendela program pada Simatic Manager,
kemudian klik pada item yang dilingkari (-| |-) baik dari sebelah kiri ataupun yang atas. Jika
menggunakan yang atas cukup dengan klik, untuk yang sebelah kiri dengan Drag.
Kemudian isi dengan alamat input I0.0 dst. (misal saya gunakan I0.0).

Kemudian buat juga output berupa koil (berbentuk --()) yang terdapat di sebelah kiri
ataupun yang atas, tempatkan di sebelah kanan garis. Masukkan alamat outputnya Q0.0 dst.
(misal saya gunakan Q0.0).

Kemudian klik ikon download seperti yang dilingkari pada gambar di atas. Pastikan bahwa
program OB1 dan konfigurasi PLC telah ter-download dan sesuai (baca modul 6).

24
Setelah download sukses, klik tombol Monitor sampai titel projek berwarna biru, kemudian
simulasikan tombol tersebut.

Relay menyala saat Push Button yang terhubung pada input I0.0 ditekan.

Relay mati saat Push Button yang terhubung pada input I0.0 berhenti ditekan.

Untuk bisa mempertahankan kondisi output terus menerus menyala walau signal pada input
tidak lagi diberi, maka logika program memerlukan jalur alternatif. Kita bisa menambahkan
kontak cabang parallel OR di bawah Kontak Input I0.0 sebelumnya dan memberi alamat
kontak sesuai output yang akan dipertahankan kondisi nyala-nya. Jadi, saat kontak input
I0.0 aktif dan relay Q0.0 aktif, kontak output juga akan aktif. Sehingga dapat kita lihat pada
gambar aliran arus dapat melalui 2 jalur, yaitu kontak I0.0 dan kontak Q0.0.

25
Keluar dari mode monitor dengan klik lagi ikon monitornya, kemudian klik pada sebelah
kiri input sehingga ikon Open Branch seperti yang dilingkari aktif. Klik ikon tersebut
sehingga muncul percabangan tepat di bawah input.

Saat Kontak I0.0 dimatikan/diputus, output Q0.0 masih menyala karena arus masih dapat
mengalir melalui kontak-nya sendiri yaitu Q0.0. Ini lah yang disebut Selfholding.

Untuk mematikan output Q0.0, kita bisa menambahkan kontak NC sebagai pemutus arus.

Ketika kontak NC I0.1 ditekan, maka arus listrik terputus dan output Q0.0 akan mati.
Karena Output Q0.0 mati maka kontaknya pun akan kembali ke kondisi semua yaitu Open.
Sehingga saat I0.1 tidak lagi ditekan, semua kontak dan output kembali ke kondisi semula.

26
e. Intruksi SET/RESET

Selain dengan menggunakan prinsip Selfholding, instruksi Start/Stop juga bisa kita buat
dengan menggunakan Set/Reset. Set adalah perintah untuk merubah kondisi relay/output
dari Off atau ON menj adi kondisi ON (1), kemudian kondisi ini dipertahankan selama PLC
masih dalam status Run.

Intruksi Set-Reset terdapat pada panel sebelah kiri yang dilingkari. Drag ikon Set (--(s))
kemudian buat program seperti di bawah ini:

Kondisi relay Q0.0 ON saat I0.0 ditekan.

27
Kondisi relay tetap ON walau I0.0 sudah dilepas.

Untuk mematikannya, kita menggunakan Reset. Reset adalah kebalikan dari Set, berfungsi
untuk merubah kondisi relay/output dari Off atau On menjadi kondisi OFF (0).

Pertama, terlebih dahulu kita buat Network 2 sebagai baris program yang baru untuk
membuat intruksi Reset.

Ditambahkan perintah Reset untuk mematikan relay Q0.0.

28
Saat I0.0 ditekan, relay Q0.0 di-Reset atau dimatikan. Saat I0.1 dilepas, maka kontak dan
koil akan kembali ke kondisi awal mula-mula.

f. Set_Reset/Reset_Set Flip Flop

Pilihan yang ke tiga yaitu dengan menggunakan instruksi RS/SR Flip Flop. Fungsinya
sama dengan yang dimiliki oleh kombinasi Set dan Reset, hanya akan terlihat lebih simple
dikarenakan dibuat dalam satu network/baris. Set_Reset Flip Flop digunakan apabila kita
akan menempatkan Reset sebagai dominan, artinya ketika dua buah tombol Set dan Reset
ditekan, program akan mendahulukan Reset sehingga output akan OFF. Reset_Set Flip Flop
berlaku sebaliknya, akan menempatkan Set sebagai dominan. Gambar di bawah ini adalah
contoh penggunaan SR/RS Flip Flop.

Pada SR Flip Flop, ketika tombol I0.0 ditekan, output Q0.0 akan aktif dan terus aktif ketika
I0.0 dilepas (seperti pada intruksi Set-Reset).

29
Ketika I0.0 dan I0.1 ditekan, program akan mematikan Q0.0 karena menempatkan Reset
sebagai dominan.

Berbeda halnya jika menggunakan RS Flip Flop, ketika kedua input I0.0 dan I0.1 ditekan,
program akan menyalakan Q0.0 karena menempatkan Set sebagai dominan.

Selebihnya fungsi dan kegunaannya sama dengan Set Reset maupun Self Holding.

g. Intruksi Rising/Falling Edge

Saat anda belajar PLC biasanya akan mempelajari kontak atau relay saat
diaktifkan/diberi supply akan segera ON dan akan terus ON selama diberi supply, lalu akan
segera OFF saat supply dihentikan. Namun dalam kondisi tertentu kita memerlukan kontak
yang hanya aktif dalam waktu singkat. Atau kita memerlukan suatu signal segera setelah
sebuah proses berakhir. Signal dan kontak yang sifatnya seperti ini dapat kita temukan pada
Relay dan Kontak Differential.

Prinsip switching Differential adalah switching yang terjadi saat adanya perubahan
kondisi suatu relay atau kontak. Karena perubahan ini terjadi pada kontak, maka hanya ada
2 kondisi perubahan yang dapat berlaku yaitu dari 0 menjadi 1 atau sebaliknya dari 1
menjadi 0. Sesuai dengan namanya yang berarti perubahan, maka kondisi berubah itu
sendiri hanya berlangsung sangat singkat. Misalnya saat sebuah kontak ditekan, durasi
kontak berubah dari 0 menjadi 1 itu terjadi sangat singkat karena setelah menjadi 1 kontak
akan mengalami kondisi stabil yaitu 1 (selama masih ditekan). Perubahan akan kembali
terjadi saat kontak dilepaskan, yaitu perubahan dari 1 menjadi 0. Hal ini juga terjadi sangat
singkat, selanjutnya tidak ada lagi perubahan karena kondisi stabil kontak yaitu 0. Durasi
switching yang sangat singkat itu terjadi hanya dalam 1 Scan time. Anda dapat membaca
ulang tentang Scan time pada bagian awal belajar PLC tentang prinsip kerja PLC.

30
Oleh karena itu terdapat 2 jenis Differential, yaitu Differential Up (Positive/Rising
Edge) dan Differential Down (Negative/Falling Edge). Selanjutnya akan dibahas tiap relay
dan kontak differential dengan mengambil contoh pada PLC Siemens.

Positive Edge (Differential UP)


Relay Positive Edge atau juga dikenal dengan Perubahan Positif atau Transisi positif adalah
prinsip switching kontak Relay yang terjadi saat Relay tersebut berubah kondisi dari 0
menjadi 1. Untuk mengaktifkan Positive Edge pada pemrogramman Ladder ditunjukkan
pada gambar berikut:

Klik pada item yang dilingkari merah, kemudian Drag ke garis di sebelah input I0.1.
Kemudian isi dengan bit internal relay, misal saya gunakan M0.0.

Negative Edge (Differential Down)


Negative Edge atau juga dikenal dengan Perubahan Negatif atau Transisi Negatif adalah
prinsip switching Relay yang terjadi saat Relay atau Kontak tersebut berubah kondisi dari 1
menjadi 0. Sama halnya mengaktifkan Positive Edge, untuk mengaktifkan Negative Edge
klik ikon yang berhuruf N diatas ikon yang dilingkari, kemudian Drag ke garis di sebelah
Input. Isi alamatnya dengan bit internal relay (misal M0.1).

31
Pada gambar di atas, saat kontak I0.0 ditekan, maka bit M0.0 akan aktif secara singkat,
sehingga dapat mengaktifkan Output Q0.0. Saat Kontak I0.1 ditekan, bit M0.1 tidak segera
aktif melainkan menunggu sampai kontak I0.1 selesai ditekan baru aktif, sehingga Output
Q0.0 dimatikan.

h. Soal Latihan

1. Start/stop lampu
Input : PB Start dan PB Stop
Output : Lampu
Metode : Out dan Set-Reset

2. Input : PB Start
Output : Lampu
Metode : Kontak Positive Edge, dan Negatif Edge

3. Led Bel Cerdas Cermat


Input : PB1, PB2, PB3
Output : Lampu1, Lampu2, Lampu3

4. Valve
Ket: ML=Medium Level
HL LL=Low Level
HL=High Level
ML MP=Motor Pump

LL Syarat : Pump ON  LL ON, & ML ON


Jika sensor ML OFF maka pump tetap ON
Pump OFF  LL OFF dan ML OFF
Valve ON jika sensor LL ON
MP Valve OFF jika sensor HL ON

32
8.4 Pemprograman Function Block Diagram
a. Pemprograman Kontak dan Relay

Pemprograman menggunakan Function Block Diagram bisa dilakukan dalam block


manapun (contoh di dalam Function).

Kita akan membuat intruksi Self holding seperti pembahasan sebelumnya, namun
menggunakan FBD.

Pertama, Drag logic AND untuk kombinasi antara I0.0 dengan I0.1

Drag logic NOT tepat di garis yang berada di depan I0.1 untuk menggunakan NC dari I0.1

33
Drag logi OR tepat di garis keluaran logic AND sehingga terhubung seperti gambar di atas.

Drag symbol Assign (--[=]) untuk menempatkan koil, kemudian isi kedua alamat yang
masih kosong dengan Q0.0

Kemudian simulasikan dengan langkah seperti Self holding pada Ladder Diagram.

34
9. Modul Pertemuan ke 9: Pemprograman dengan Instruksi Timer

9.1 Materi
 Pengertian Timer
 Jenis dan cara penggunaan tiap Timer
 Latihan soal
9.2 Durasi

9.3 Pembahasan
a. Timer

Timer merupakan instruksi yang berfungsi memberikan waktu tunda (delay). Dengan
adanya timer, kita dapat mengatur kapan suatu output harus aktif setelah kita berikan input.
Selain itu kita juga dapat mengatur seberapa lama output tersebut harus aktif.

Timer pada PLC S7-300 umumnya memiliki alokasi pengalamatan antara T0 s/d T255

b. Jenis Timer
 S_Pulse

T0 = alamat timer (T0, T1…dst.) BI = nilai timer dengan format interger


S = input (Bit) BCD = nilai timer dengan format BCD
TV = nilai timer (S5T###S) Q = status keluaran timer (Bit)
R = reset (Bit)

Timer akan bekerja ketika input awal (S) bernilai ”1”, dan lamanya menghitung (delay
time) sesuai dengan nilai pada TV. Ketika timer menghitung dan nilai input awal (S)
berubah menjadi “0” maka hitungan timer akan berhenti dan hitungannya akan kembali
ke awal saat nilai S menjadi “1“. Nilai sinyal output (Q) akan bernilai “1” selama timer
menghitung, ketika timer selesai menghitung nilai Q akan berubah menjadi “0“. Timer
akan di-reset (timer bernilai ”0”) ketika nilai Reset (R) bernilai ”1”. Nilai timer dapat
juga menggunakan BI yaitu kode biner atau dengan BCD yaitu kode BCD.

35
 S_PEXT

Memiliki prinsip kerja yang sama dengan S_PULSE. Perbedaannya terdapat pada saat
menghitung (S) berubah dari nilai ”1” menjadi ”0” maka hitungan timer tetap
dilanjutkan hingga nilai hitungan timer menjadi 0.

 S_ODT

Timer akan bekerja selama input awal (S) selalu bernilai ”1”, jika saat menghitung (S)
berubah dari nilai ”1” menjadi ”0” maka hitungan timer akan berhenti. Ketika timer
berubah lagi menjadi “1” maka hitungan akan dimulai dari awal lagi. Nilai sinyal output
(Q) saat timer menghitung adalah ”0”, jika telah selesai menghitung nilai Q berubah
menjadi ”1”. Timer akan di-reset (timer bernilai ”0”) ketika nilai Reset (R) bernilai ”1”.

 S_ODTS

Memiliki prinsip kerja yang sama dengan S_ODT. Perbedaannya terdapat pada saat
menghitung (S) berubah dari nilai ”1” menjadi ”0” maka hitungan timer tetap
dilanjutkan hingga nilai hitungan timer menjadi 0.

36
 S_OFFDT

Timer akan bekerja ketika input awal (S) bernilai ”1”. Timer akan terus menghitung
sampai nilai timer (TV) habis walaupun nilai input awal (S) berubah nilai menjadi ”0”
ketika ditengah – tengah hitungan. Ketika timer menghitung dan nilai input awal (S)
berubah menjadi “0” dan berubah lagi menjadi “1” maka hitungan akan dimulai dari
awal lagi. Nilai sinyal output (Q) akan bernilai “1” selama timer menghitung, ketika
timer selesai menghitung nilai Q akan berubah menjadi “0”. Timer akan di-reset (timer
bernilai ”0”) ketika nilai Reset (R) bernilai ”1”. Nilai timer dapat juga menggunakan BI
yaitu kode biner atau dengan BCD yaitu kode BCD.

 ---(SP) Pulse Timer Coil

Timer akan bekerja selama ada sinyal positif pada input (”1”). Jika input berubah
menjadi ”0” pada saat timer menghitung maka timer akan berhenti menghitung. Output
bernilai ”1” saat timer menghitung, setelah hitungan selesai nilai timer berubah menjadi
”0”.

 ---(SE) Extended Pulse Timer Coil

37
Timer akan mulai menghitung sesuai dengan nilai timer saat ada inputan awal bernilai
positif atau ”1”. Timer akan terus menghitung walaupun nilai inputan berubah menjadi
negatif atau ”0”. Output bernilai ”1” saat timer menghitung, setelah hitungan selesai
nilai timer berubah menjadi ”0”. Ketika timer menghitung dan nilai input awal (S)
berubah menjadi “0” maka hitungan timer akan berhenti dan hitungannya akan kembali
ke awal saat nilai S menjadi “1“.

 ---(SD) On-Delay Timer Coil

Timer akan bekerja selama input awal (S) selalu bernilai ”1” , jika saat menghitung (S)
berubah dari nilai ”1” menjadi ”0” maka hitungan timer akan berhenti.

 ---(SS) Retentive On-Delay Timer Coil

Timer akan bekerja ketika input awal bernilai ”1”. Timer akan terus menghitung sampai
nilai timer habis walaupun nilai input awal berubah nilai menjadi ”0” ketika ditengah–
tengah hitungan. Ketika timer menghitung dan nilai input awal berubah menjadi “0”
dan berubah lagi menjadi “1” maka hitungan akan dimulai dari awal lagi. Timer akan
bernilai ”0” hanya ketika nilai Reset bernilai ”1”.

 ---(SF) Off-Delay Timer Coil

38
Timer akan bekerja ketika input awal bernilai ”1”. Timer akan terus menghitung sampai
nilai timer habis walaupun nilai input awal berubah nilai menjadi ”0” ketika ditengah –
tengah hitungan. Ketika timer menghitung dan nilai input awal berubah menjadi “0”
dan berubah lagi menjadi “1” maka hitungan akan dimulai dari awal lagi. Nilai sinyal
output akan bernilai “1” selama timer menghitung, ketika timer selesai menghitung nilai
output akan berubah menjadi “0”. Timer akan bernilai ”0” ketika nilai Reset bernilai
”1”.

 Contoh program

Program self holding dengan modifikasi timer:

Buat sebuah baris program dengan sebuah input (I0.0) dan satu Rentetive On Delay
Timer Coil (--(ss)) seperti gambar diatas.

Tambahkan baris berisi input (I0.1) dan satu koil Reset (--R) diberi alamat yang sama
dengan timer untuk melakukan reset. Di baris selanjutnya input T0 untuk menyalakan
output Q0.0.

Cara kerja: saat masukan I0.0 diaktifkan, timer akan menghitung selama 2s untuk
kemudian menyalakan lampu dan berlaku penguncian karena timer rentetive (--(SS))
hanya akan berubah nilai dari 1 menjadi 0 jika menggunakan koil reset, dimana pada
program disambungkan dengan I0.1.

39
c. Contoh soal
 Lampu flip flop
2 lampu nyala bergantian selama 3 detik
 4 lampu menyala berurutan 1, 2, 3, 4 selang waktu 2 detik dan selama 5 detik lampu
mati berurutan 4, 3, 2, 1.
 Level air

Syarat: Pump ONLL ON & ML ON

ML Pump OFFLL OFF & ML OFF + timer 5 detik

LL

MP

40
10. Modul Pertemuan ke 10: Pemprograman PLC dengan Instruksi Counter

10.1 Materi
 Pengertian Counter
 Jenis dan cara penggunaan Counter
 Latihan soal
10.2 Durasi
10.3 Pembahasan
a. Pengertian Counter

Counter mempunyai area memory cadangan dalam CPU. Memory cadangan ini terdiri
dari 16bit word di tiap-tiap counter. Di diagram ladder di sini memungkinkan insruksi ini
sebanyak 256 counter, Instruksi counter hanya merupakan fungsi yang dapat diakses dari
memory area.

Counter pada PLC S7-300 umumnya memiliki alokasi pengalamatan antara C0 s/d
C255.

b. Jenis dan cara penggunaan counter


 S_CUD

C0 = alamat Counter (C0, C1…dst.) R = reset input


CU = input count up Q = status/output counter
CD = input count down CV = status nilai counter
S = set input menjalankan counter CV_BCD = status nilai counter dalam
PV = nilai counter (C###) BCD

S_CUD (Up-Down Counter) mengeset jika nilai S adalah 1. Dan nilai input untuk CU
semisal berubah dari 0 ke 1 dan nilai tersebut tidak lebih dari ”999“. Namun untuk CD,
counter akan mengurangi penghitungan satu per satu dan nilai input counter-nya harus
lebih dari satu. Signal state pada output Q adalah 1 jika menghitung lebih dari nol dan 0
jika menghitung sehingga menjadi nol.

Contoh:

41
Penjelasan: Pada instruksi counter C1, jika set counter bernilai 1 maka dapat dijalankan
Counter Up atau Counter Down jika input diset. Nilai counter dicontohkan dengan
format binary coded decimal (C#995) jika count up maka Q124.0 akan bernilai 1,
sebaliknya jika count down maka diakhir perhitungan akan bernilai 0.

Selain ada S_CUD, terdapat S_CU dan S_CD, dimana hanya merupakan
pemecahan dari S_CUD

 Set Counter Value (--(SC))

---(SC) dieksekusi dan nilainya dapat ditransfer ke suatu counter.

Contoh pada program di atas artinya ketika alamat I0.0 aktif maka C0 akan aktif dengan
nilai C#5.

 Count UP (--(CU))

42
---(CU) dieksekusi sesuai pada alamat counter yang dituju.

Ketika I0.0 aktif maka SC aktif dan jika I0.1 aktif maka C10 dapat di akses dan untuk
mereset jika I0.2

 Count DOWN (--(CD))

Penerapannya sama pada CU dan SC ---(CD) sama dengan --- (CU)

43
11. Modul Pertemuan ke 11 : Metode Pemprograman Sekuensial

11.1 Materi
 Sistem Sekuensial
 Aturan Sekuensial
 Contoh penggunaan metode pada program
11.2 Durasi

11.3 Pembahasan

44
12. Modul Pertemuan ke 12 : Mengorganisir Project Otomasi Industri

12.1 Materi
 Deskripsi kerja/objektif
12.2 Durasi

12.3 Pembahasan

45

You might also like