Professional Documents
Culture Documents
Adjeng Yalastri Atha Nafilah - Tugas 1 - Seismik
Adjeng Yalastri Atha Nafilah - Tugas 1 - Seismik
EKSPLORASI SEISMIK
Disusun oleh :
Adjeng Yalastri Atha Nafilah 03411640000038
2
I. Sejarah dan Pengantar Seismik Eksplorasi
Pada masa 132 sebelum masehi, seismologi telah digunakan dalam kehidupan manusia.
Seismograf Zhang Heng merupakan instrumen seismik yang paling awal diketahui. Seismograf ini
berasal dari cina pada zaman dinasti Han. Instrumen ini berfungsi untuk mendeteksi pergerakan
horizontal (Dewey and Byerly, 196; Xinhua,2005.
Guci ini merupakan salah satu contoh penggunaan seismologi pada jaman dahulu untuk
analisis gempa bumi. Ketika bumi berguncang dan gempa berasal dari sebelah utara guci, maka
kepala naga sebelah utara akan bergetar dan melepaskan bola ke dalam mult katak. Hal ini
menjelaskan arah dari epicenter gempa, dan perkiraan waktu dari besar kerasnya suaa bola yang
jatuh. Mekanisme tertentu di dalam guci yang akan menggetarkan searah dengan arah datangnya
getaran.
Penggunaan metode seismik untuk eksplorasi telah sukses merubah getaran yang didapat
dari berbagai sumber menjadi gambaran bawah permukaan yang dapat di interpretasi. Tetapi
penggunaan metode ini tetap membutuhkan gambaran geologi yang lebih jelas dan informatif.
Maka, eksplorasi seismik semakin berkembang, sehingga sekarang sudah ada akuisisi 3D bahkan
4D. Tetapi tantangan eksplorasi seismik akan terus berkembang, sebagai berikut:
1. Gambaran struktural bawah permukaan yang lebih baik
2. Statigrafi yang lebih detail
3. Indikasi jenis batuan
4. Properties petrofisika
5. Despkripsi dari patahan dan kekar
6. Estimasi kandungan fluida
7. Kemungkinan perubahan kandungan lapisan (batuan dan fluida) setelah di eksplorasi.
3
Di Indonesia pencarian minyak dilakukan mula-mula oleh Bataafsche Petroleum
Maatschappij (BPM) yang pada saat itu bernama Koninklijke. Pada saat perusahaan ini
mulai beroperasi di Indonesia disewanya dua orang ahli geologi yaitu Dr. C. Porro dan
Dr.C. Schmidt yang kemudian menjadi guru besar dalam ilmu geologi di Brussel. Pada
awalnya, hanya dilakukan pemetaan geologi permukaan dengan mengadakan eksplorasi di
sepanjang sungai untuk mencari singkapan, dan kemudian dilakukan pemboran. Para ahli
geologi membuat peta geologi berdasarkan singkapan, terutama struktur, dan kemudian
dilakukan suatu prognase dan pemboran eksplorasi.
Hingga perang dunia I eksplorasi sampai beribu meter merupakan suatu hal yang luar
biasa. Pada tahun 1910 mulai dilakukan pemboran inti dan pada tahun 1918 dilakukan
pemboran spiral tangan. Pemboran geologi yang lebih dalam menggunakan mesin
berbahan bakar bensin.
Pada tahun 1920 metode baru mulai dimasukan di Indonesia yaitu metode geofisika.
Metode geofisika yang pertama kali digunakan adalah metode gravitasi dan metode
seismik, kedua metode ini dilakukan oleh Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM)
dalam eksplorasi minyak bumi. Namun, secara luas metode gravitasi digunakan di
Indonesia pada tahun 1924 setelah berhasil baik di Amerika dan penggunaan metode
seismik dilakukan di Indonesia sejak tahun 1937. Permulaan pemakaian log pertama kali
dilakukan oleh Perusahaan Schlumberger bersamaan dengan penerapan mikropaleontologi
di Indonesia.
Bentuk gelombang yang ideal akan mengikuti gerak sinisoide. Gelombat terdapat pada
medium. Suatu medium akan disebut linear apabila gelombnag yang berbeda di semua titik
tertentu di medium bisa dijumlahkan. Gelombang mempunyai sifat yaitu dapat dipantulkan
(refleksi), dibiaskan (refraksi), dan dilenturkan (defraksi).
Menurut arah perambatannya, gelombang diklasifikasikan menjadi 2, yaitu gelombang
transversal dan gelombang longitudinal. Sedangkan berdasarkan medianya, gelombang
diklasifikasikan menjadi 2, yaitu gelombang mekanis dan gelombang elektromagnetik.
a. Gelombang Transversal
Gelombang transversal adalah gelombang dengan gangguan yang tegak lurus arah
penjalaran. Misalnya gelombang cahaya dimana gelombang listrik dan gelombang
medan magnetnya tegak lurus kepada arah penjalarannya.
4
Gambar 2.1 Medan listrik dan medan magnet dari gelombang elektromagnetik adalah
tegak lurus dan tegak lurus juga pada arah menjalar gelombang
b. Gelombang Longitudinal
Gelombang dengan arah gangguan sejajar dengan arah penjalarannya. Contoh gelombang
longitudinal adalah gelombang bunyi, gelombang bunyi ini analog dengan pulsa longitudinal
dalam suatu pegas vertikal di bawah tegangan dibuat berosilasi ke atas dan ke bawah disebuah
ujung, maka sebuah gelombang longitudinal berjalan sepanjang pegas tersebut, koil-koil pada
pegas tersebut bergetar bolak-balik di dalam arah di dalam mana gangguan berjalan sepanjang
pegas.
Gambar 2.2 Gelombang longitudinal merambat dalam medium pegas yang diregangkan
dimana arah gangguan searah dengan arah penjalaran gelombang
c. Gelombang Mekanik
Gelombang mekanik adalah gelombang yang memerlukan medium tempat merambat.
Contoh gelombang mekanik gelombang pada tali, gelombang bunyi.
d. Gelombang Elektromagnetik
Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang energi dan momentumnya dibawa
oleh medan listrik (E) dan medan magnet (B) yang dapat menjalar melalui vakum atau tanpa
membutuhkan medium dalam perambatan gelombangnya. Sumber gelombang elektromagnetik :
Osilasi listrik
5
Sinar matahari menghasilkan sinar infra merah.
Lampu merkuri menghasilkan ultra violet
Inti atom yang tidak stabil ® menghasilkan sinar gamma
Penembakan elektron dalam tabung hampa pada keping logam
menghasilkan sinar X (digunakan untuk rontgen).
Keterkaitan antara medan listrik (E) dan medan magnet (B) diungkapkan dengan
persamaan Maxwell. Persamaan Maxwell merupakan hukum yang mendasari teori medan
elektromagnetik. Contoh dari gelombang elektromagnetik yaitu gelombang cahaya, gelombang
radio.
A. Tegangan (Stress)
Tegangan (Stress) didefinisikan sebagai gaya persatuan luas. Gaya merupakan
perbandingan dari besar gaya terhadap luas dimana gaya tersebut dikenakan. Gaya yang dikenakan
tegak lurus terhadap benda maka tegangan tersebut normal, jika gaya berarah tangensial terhadap
luas maka tegangan tersebut tegangan geser, dan jika tidak tegak lurus maupun paralel maka gaya
tersebut dapat diuraikan kekomponen yang paralel dan tegak lurus terhadap elemen luas.
Persamaan matematis dari tegangan (σ)
𝐹
𝜎=𝐴 (3.1)
B. Regangan (Strain)
Ketika benda elastis mendapat tegangan, maka akan terjadi perubahan bentuk dan dimensi.
Perubahan tersebut disebut dengan regangan atau strain. Strain didefinisikan sebagai perubahan
relatif (perubahan fraksional/kecil) dalam dimensi atau bentuk dari suatu benda. Hukum hooke
menyatakan bahwa stress akan sebanding dengan strain pada batuan (antara gaya yang diterapkan
dan besarnya deformasi).
𝜎 = 𝐶. 𝑒 (3.2)
Strain (e) dan Stress (σ) merupakan besaran tensor, sedangkan adalah konstanta yang
berupa matriks (tensor) yang menentukan sifat dasar elastisitas dari batuan, parameter merupakan
parameter elastik bebas yang dapat mencirikan sifat elastisitas batuan.
6
mampu dicatat oleh seismograf (Siswowidjoyo, 1996). Gelombang seismik yang timbul ketika
energi regangan terlepas terdiri dari gelombang badan (body waves) dan gelombang permukaan
(surface waves). Gelombang badan merupakan gelombang seismik yang merambat ke dalam bumi
dalam bentuk gelombang-P dan gelombang-S.
C. Persamaan Gelombang Mekanik
Dengan menggunakan Hukum II Newton, Hukum Hooke didapatkan persamaan berikut :
1 𝜕2 ∆ 𝜆+𝜇
= ∇2 ∆ 𝛼2 = (3.3)
𝛼2 𝜕𝑡 2 𝜌
1 𝜕2 𝜃𝑥 𝜇
= ∇2 𝜃𝑥 𝛽2 = 𝜌 (3.4)
𝛽 2 𝜕𝑡 2
7
Gelombang-P yang dikenal juga dengan gelombang primer, gelombang tekan atau
gelombang longitudinal dapat merambat melalui material padat dan cair, menimbulkan tekanan
dan penipisan yang berurutan pada material yang dilewatinya. Serupa dengan gelombang bunyi,
gerakan partikel yyang dilewati oleh gelombang-P akan sejajar dengan arah gelombang.
Gelombang ini merupakan gelombang badan yang memiliki kecepatan paling tinggi dari
gelombang S. karena memiliki kecepatan tinggi, gelombang ini memiliki waktu tiba terlebih
dahulu dari pada gelombang S. kecepatan gelombang P (Vp) adalah ±5 – 7 km/s di kerak bumi, >
8 km/s di dalam mantel dan inti bumi, ±1,5 km/s di dalam air, dan ±0,3 km/s di di udara.
𝜆+2𝜇
𝑉𝑝 = √ (3.9)
𝜌
Keterangan :
𝜆 = konstanta lame
𝜇 = rigiditas
𝜌 = densitas
Gelombang-S atau gelombang transversal (Shear wave) adalah salah satu gelombang badan
yang memiliki gerak partikel tegak lurus terhadap arah rambatnya serta waktu tibanya setelah
gelombang P. gerak partikel ini dapat digunakan untuk membagi komponen gelombang-s ke dalam
arah vertical (SV) dana rah horizontal (SH). Perambatan gelombanh-S akan menimbulkan
deformasi geser pada material yang dilewatinya. Kecepatan rambat gelombang badan tergantung
kepada kekakuan material yang dilewati gelombang tersebut. Semakin kaku material maka
kecepatan tersebut akan semakin besar. Oleh sebab itu gelombang-p atau gelombang tekan
merambat lebih cepat daripada gelombang lainnya karena material geologis yang dilewatinya
menjadi lebih kaku ketika ditekan. Kecepatan gelombang S (Vs) adalah ±3 – 4 km/s di kerak bumi,
>4,5 km/s di dalam mantel bumu, dan 2,5 – 3,0 km/s di dalam inti bumi (Hidayati, 2010).
8
Gambar 3.2 Ilustrasi gerak gelombang sekunder (Hidayati, 2010)
Gelombang ini memiliki cepat rambat yang lebih lambat bila dibandingkan dengan gelombang
P dan hanya dapat merambat pada medium padat saja. Gelombang S tegak lurus terhadap arah
rambatnya. Persamaan dari kecepatan Gelombang S (𝑉𝑠 ) adalah sebagai berikut :
𝜇
𝑉𝑠 = √𝜌 (3.10)
9
Gelombang Reyleigh merupakan gelombang permukaan yang Orbit gerakannya elips
tegak lurus dengan permukaan dan arah penjalarannya. Gelombang jenis ini adalah gelombang
permukaan yang terjadi akibat adanya interferensi antara gelombang tekan dengan gelombang
geser secara konstruktif. Persamaan dari kecepatan gelombang Reyleigh ( 𝑉𝑅 ) adalah sebagai
berikut :
𝑉𝑅 = 0.92√𝑉𝑠 (3.11)
Gelombang Rayleigh memiliki kecepatan (Vr) adalah ±2,0 – 4,2 km/s didalam bumi. Arah
rambatnya bergerak tegak lurus terhadap arah rambat dan serah bidang datar.
10
V. Kecepatan Perambatan Gelombang Seismik
Sifat elastis batuan di bumi sangat bervariasi. Jenis batuan yang sama dapat memiliki
sifat elstis yang berbeda, misalnya disebabkan oleh tingkat kekompakan dari batuan tersebut.
Pengukuran di lapangan menunjukkan bahwa faktor petrologi dan geologi sangat berpengaruh
terhadap kecepatan penjalaran gelombang seismik. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
penjalaran gelombang seismik antara lain (Priyono, 1999):
1. Sifat elastisitas dan densitas batuan. .1"
2. Porositas dan saturasi.
3. Tekanan, baik akibat dari tekanan (efek over burden) atau tekanan pori.
4. Temperatur, di mana sifat elastis berubah karena batuan mencair.
5. Sejarah terjadinya, seperti pengaruh tektonik, pengaruh kimiawi atau termal yang
menyebabkan batuan berubah, pengaruh pelapukan, transportasi dan sedimentasi.
11
Gambar 5.1 Pemantulan dan Pembiasan Gelombang
Sebagian energi gelombang akan dipantulkan sebagai gelombang P dan gelombang S, dan sebagian lagi
akan diteruskan sebagai gelombang P dan gelombang S (Hutabarat, 2009). Hukum Snellius dapat
dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
𝑣 𝑣𝑝 𝑣𝑝 𝑣𝑠 𝑣𝑠
= 𝑠𝑖𝑛𝜃1 = 𝑠𝑖𝑛𝑟2 = 𝑠𝑖𝑛𝜃1 = 𝑠𝑖𝑛𝑟
1
(4.1)
sin 𝑖 𝑝 𝑝 𝑠
b. Prinsip Huygens
Prinsip Huygens menyatakan bahwa setiap titik pada muka gelombang merupakan sumber
bagi gelombang baru. Posisi dari muka gelombang dalam dapat seketika ditemukan dengan
membentuk garis singgung permukaan untuk semua wavelet sekunder. Prinsip Huygens
mengungkapkan sebuah mekanisme dimana sebuah pulsa seismik akan kehilangan energi
seiring dengan bertambahnya kedalaman (Asparini, 2011).
12
variasi kecepatan gelombang seismik, maka gelombang tersebut akan cenderung melalui zona-
zona kecepatan tinggi dan menghindari zona-zona kecepatan rendah (Jamady, 2011).
13
e. Air blast (air wave) adalah noise yang diakibatkan oleh penjalaran gelombang langsung melalui
udara. Karakter dari noise ini hampir sama dengan Ground roll, hanya saja kecepatan air blast lebih
rendah.
f. Guided Waves (gelombang kanal dan gelombang antar permukaan). Biasanya terdapat pada perairan
dangkal dimana perlapisan air menimbulkan kontras kecepatan yang sangat besar dalam substratum yang
menyebabkan sebagian besar energi terjebak dan terpandu secara lateral melewati perlapisan air. Dispersi
natural memudahkan gelombang ini dikenali pada hasil rekaman dan biasanya mempunyai waktu tiba
lebih awal. Guided waves juga dapat ditemukan di daratan, gelombang ini dapat dieliminasi dengan
stacking CMP.
14
dimaksud sebagai kemiringan adalah kemiringan dari event, dalam milidetik per trace, bukan
kemiringan dari struktur geologi) maka tiap kemiringan yang berbeda dalam domain T-X akan
berubah menjadi garis dengan kemiringan yang berbeda dalam domain F-K. Event horisontal
dalam domain T-X mempunyai nilai bilangan gelombang sama dengan nol sehingga dalam domain
F-K akan diplot sepanjang sumbu frekuensi.
Metode seismik dikategorikan ke dalam dua bagian yaitu seismik refraksi (seismik bias) dan seismik
refleksi (seismik pantul).
15
menunjukkan data kecepatan gelombang primer pada beberapa medium.
Pada metode ini, gelombang yang terjadi setelah sinyal pertama (firstbreak) diabaikan, karena
gelombang seismik refraksi merambat paling cepat dibandingkan dengan gelombang lainnya kecuali
pada jarak (offset) yang relatif dekat sehingga yang dibutuhkan adalah waktu pertama kali gelombang
diterima oleh setiap geophone. Kecepatan gelombang P lebih besar dibandingkan dengan kecepatan
gelombang S sehingga waktu datang gelombang P yang digunakan dalam perhitungan metode ini.
Parameter jarak dan waktu penjalaran gelombang dihubungkan dengan cepat rambat gelombang dalam
medium. Besarnya kecepatan rambat gelombang tersebut dikontrol oleh sekelompok konstanta fisis
yang ada dalam material yang dikenal sebagai parameter elastisitas (Nurdiyanto dkk., 2011).
Untuk memahami penjalaran gelombang seismik pada batuan bawah permukaan digunakan beberapa
asumsi. Beberapa asumsi yang digunakan yaitu (Setiawan, 2008) :
1. Panjang gelombang seismik yang digunakan jauh lebih kecil dibandingkan ketebalan lapisan
batuan. Dengan kondisi seperti ini memungkinkan setiap lapisan batuan akan terdeteksi.
2. Gelombang seismik dipandang sebagai sinar yang memenuhi hukum Snellius dan prinsip Huygens.
Menurut Snellius, gelombang akan dipantulkan atau dibiaskan pada bidang batas antara dua medium
yang berbeda sedangkan dalam prinsip Huygens, titik yang dilewati gelombang akan menjadi
gelombang baru. Muka gelombang (wavefront) yang menjalar menjauhi sumber adalah superposisi
dari beberapa muka gelombang yang dihasilkan oleh sumber gelombang baru tersebut.
3. Medium bumi dianggap berlapis-lapis dan tiap lapisan menjalarkan gelombang seismik dengan
kecepatan yang berbeda.
16
4. Pada bidang batas antar lapisan (interface), gelombang seismik menjalar dengan kecepatan
gelombang pada lapisan dibawahnya.
5. Makin bertambahnya kedalaman lapisan batuan maka semakin kompak batuannya sehingga
kecepatan gelombang pun bertambah seiring bertambahnya kedalaman.
Prinsip utama metode refraksi adalah penerapan waktu tiba pertama gelombang baik langsung
maupun gelombang refraksi. Mengingat kecepatan gelombang P lebih besar daripada gelombang S maka
kita hanya memperhatikan gelombang P. Dengan demikian antara sudut datang dan sudut bias menjadi
𝑠𝑖𝑛 𝑖 𝑉
= 𝑉1 (11.1)
𝑠𝑖𝑛 𝑟 2
Dimana,
i = sudut datang
r = sudut bias
V1 = kecepatan gelombang pada medium 1
V2 = kecepatan gelombang pada medium 2
Pada pembiasan sudut kritis dimana r = 90°, persamaan menjadi
𝑉
sin 𝑖 = 𝑉1 (11.2)
2
Hal ini sesuai dengan asumsi awal bahwa kecepatan lapisan dibawah interface lebih besar dibandingkan
dengan kecepatan diatas interface (Nurdiyanto, 2011).
Gelombang seismik berasal dari sumber seismik merambat dengan kecepatan v1 menuju bidang
batas (A), kemudian gelombang dibiaskan dengan sudut datang kritis sepanjang interface dengan
kecepatan v2 (Gambar 11.1). Dengan menggunakan prinsip Huygens pada interface, gelombang ini
kembali ke permukaan sehingga dapat diterima oleh penerima yang ada di permukaan
17
Gelombang yang dapat ditangkap oleh receiver dapat berupa gelombang langsung (direct wave),
gelombang refleksi (reflection wave), ataupun gelombang refraksi (refraksi wave). Untuk jarak offset
(jarak geophone dengan sumber seismik) yang relatif dekat, gelombang yang paling cepat diterima oleh
receiver adalah gelombang langsung dan gelombang yang paling lama diterima adalah gelombang refleksi
(Setiawan, 2008).
18
Metode GRM merupakan turunan terakhir dari metode delay time yang memetakan lapisan
bawah permukaan dengan tingkat kekerasan dan undulasi refraktor yang tinggi. Metode GRM
dapat dilustrasikan seperti pada Gambar 13.1
19
𝑋𝑌
𝑇𝑔 = ½(𝑇𝐴𝑌 + 𝑇𝐵𝑌 − (𝑇𝐴𝐵 + ′ )) (13.2)
𝑉
- Waktu rambatnya dari EY atau FX dikurangi waktu rambat proyeksi dari GX atau GY sepanjang
refraktor (waktu rambat sepanjang GH).
- Optimum XY didapat dari kurva TG yang paling kasar (roughest)
Metode GRM menggunakan nilai kecepatan rata-rata (Vavg) dengan persamaan :
𝑉 ′2 𝑋𝑌
𝑉𝑎𝑣𝑔 = √𝑋𝑌+2𝑇𝑔
̅̅̅̅𝑉′
(13.3)
Dari persamaan 13.4, Vavg identik dengan V1, sedangkan V’ identik dengan V2
Maka, kedalaman geophone (h) dapat dicari dengan :
𝑇𝐺 𝑉𝑎𝑣𝑔 𝑇𝐺 𝑉𝑎𝑔 𝑉′
ℎ= atau ℎ= (13.5)
cos 𝑖𝑐 2
2√𝑉 ′2 −𝑉𝑎𝑣𝑔
20
1. Pengukuran seismik refleksi menggunakan offset yang lebih kecil.
2. Seismik refleksi dapat bekerja bagaimanapun perubahan kecepatan sebagai fungsi
kedalaman.
3. Seismik refleksi lebih mampu melihat struktur yang lebih kompleks.
4. Seismik refleksi merekam dan menggunakan semua medan gelombang seismik yang
terekam.
5. Bawah permukaan dapat tergambar secara langsung dari data terukur
Sedangkan kelemahan metode seismik refleksi antara lain sebagai berikut.
1. Lokasi sumber dan penerima yang cukup lebar untuk memberikan citra bawah permukaan
yang lebih baik, maka biaya akuisisi menjadi lebih mahal.
2. Prosesing seismik refleksi memerlukan komputer yang lebih mahal, dan sistem data base
yang jauh lebih handal.
3. Karena banyaknya data yang direkam, pengetahuan terhadap data base harus kuat,
diperlukan juga beberapa asumsi tentang model yang kompleks dan interpretasi
membutuhkan personal yang cukup ahli.
22
dilakukan interpretasi keadaan dan bentuk dari struktur pelapisan bawah permukaan bumi seperti
kenyataannya. Atau dapat dikatakan bahwa pengolahan data seismik didefinisikan sebagai suatu
tahapan untuk meredam noise dan memperkuat sinyal.
Pengolahan data seismik bertujuan untuk menghasilkan penampang seismik S/N (signal to
noise ratio) yang baik tanpa mengubah bentuk kenampakan-kenampakan refleksi, sehingga dapat
diinterpretasikan keadan dan bentuk dari perlapisan di bawah permukaan bumi seperti apa adanya
(Sismanto,2006). Tahapan terpenting dalam proses pengolahan data seismik (Yilmaz,2006) yaitu
dekonvolusi, stacking, dan migrasi namun ada beberapa tahap yang lain yang dapat digunakan
untuk pengolahan data seismik diantaranya preprosesing, koreksi NMO, analisa kecepatan dan
koreksi statik.
23
skalar. Keuntungan metode ini (Sismanto,2006) adalah kenampakan yang baik walaupun
data seismik mempunyai S/N rendah. Kelemahanya ialah memerlukan waktu lama dan
mempunyai kesulitan bila terdapat data dengan kemiringan yang cukup tajam.
c. Metode transformasi ke kawasan f-k.
Pada umumnya migrasi biasa dilakukan pada kawasan jarak (offset) dan waktu (t-x).
Migrasi F-K (Stolt, 1978) adalah migrasi yang dilakukan dalam kawasan yang berbeda,
yaitu kawasan frekuensi dan bilangan gelombang. Kawasan frekuensi dan bilangan
gelombang sangat cocok untuk proses migrasi, karena pada kawasan ini penjalaran
gelombang dibentuk dengan pergeseran fase (phase-shift) yang operasinya sangat
sederhana bila diaplikasikan. Dari definisi tersebut migrasi ini merupakan migrasi waktu
(time migration) dengan menggunakan kecepatan konstan. Migrasi F-K biasanya
merupakan migrasi yang paling cepat karena hanya menggunakan pendekatan minimum
(paradigm,1995). Migrasi F-K tidak mempunyai batasan dalam menangani kemiringan dan
dapat mengkonstruksikan secara penuh amplitudo dan fase dari suatu data seismik.
24
Gambar 21.1 Konsep dasar inversi seismik (Sukmono, 2000)
1. Inversi semismik Rekursif/Bandlimited
Inversi rekursif (bandlimited) adalah algoritma inversi yang mengabaikan efek wavelet seismik
dan memperlakukan seolah-olah trace seismik merupakan kumpulan koefisien refleksi yang telah
difilter oleh wavelet fasa nol. Metode ini paling awal digunakan untuk menginversi data seismik
dengan persamaan dasar (Russel, 1988):
𝜌 𝑣 −𝜌 𝑣 𝑧 −𝑧
𝑟𝑖 = 𝜌𝑖+1 𝑣𝑖+1 +𝜌𝑖 𝑣𝑖 = 𝑧𝑖+1 +𝑧𝑖 (21.1)
𝑖+1 𝑖+1 𝑖 𝑖 𝑖+1 𝑖
Dengan r = koefisien rfleksi, = densitas, V = kecepatan gelombang P, dan Z = Impedansi Akustik.
Dimulai dari lapisan pertama, impedansi lapisan berikutnya ditentukan secara rekursif dan
tergantung nilai impedansi akustik lapisan di atasnya dengan persamaan sebagai berikut :
1+𝑟
𝑧𝑖+1 = 𝑧𝑖 ∗ 𝛱 [1−𝑟𝑖 ] (21.2)
𝑖
2. Inversi Model based
Prinsip metode ini adalah membuat model geologi dan membandingkannya dengan data riil
seismik. Hasil perbandingan tersebut digunakan secara iteratif memperbaharui model untuk
menyesuaikan dengan data seismik. Metode ini dikembangkan untuk mengatasi masalah yang
tidak dapat dipecahkan menggunakan metode rekursif. Keuntungan penggunaan metode inversi
berbasis model ini adalah metode ini tidak mengiversi langsung dari seismik melainkan
menginversi model geologinya. Sedangkan permasalahan potensial menggunakan metode ini
adalah sifat sensitif terhadap bentuk wavelet dan sifak ketida-unikan untuk wavelet tertentu.
3. Inversi Sparse Spike
Metode ini mengasumsikan bahwa reflektivitas yang sebenarnya dapat diasumsikan sebagai seri
dari spike-spike besar yang bertumpukan dengan spike-spike yang lebih kecil sebagai background,
kemudian dilakukan estimasi wavelet berdasarkan asumsi model tersebut. Sparse Spike
mengasumsikan bahwa hanya spike yang besar yang penting. Inversi ini mencari lokasi spike yang
besar dari trace seismik. Spike-spike tersebut terus ditambahkan sampai trace dimodelkan secara
cukup akurat. Amplitudo dari blok impedansi ditentukan dengan menggunakan algoritma inversi
model based. Input parameter tambahan pada metode ini adalah menentukan jumlah maksimum
spike yang akan dideteksi pada tiap trace seismik dan treshold pendeteksian seismik.
25
Teknik-teknik dekonvolusi yang dikelompokkan dalam metode sparse spike adalah :
1. Inversi dan dekonvolusi maximum-likelihood
2. Inversi dan dekonvolusi norm-L1
3. Dekonvolusi entropi minimum (MED)
b. Atribut Seismik
Atribut seismik didefmisikan sebagai segala bentuk informasi yang dapat diperoleh dari data
seismik, baik melalui pengukuran secara langsung, melalui teknik komputasi maupun melalui
interpretasi berdasarkan percobaan dan pengalaman (Taner, 2000). Dengan demikian atribut
seismik termasuk atribut jejak kempleks (complex trace attributes), kenfigurasi geometris
peristiwa seismik {seismic event geometrical configurations) juga variasi spasial dan pre-
stack. Atribut seismik menyediakan informasi yang khas berkenaan dengan amplitude, bentuk
dan atau posisi dari gelombang seismik. Berdasarkan metode terbentuknya, ada beberapa jenis
atribut seismik, yaitu :
1. Atribut jejak kompleks (complex trace attributes) : seismik data diperlakukan sebagai
jejak analitik, yang mengandung bagian riil dan imajiner. Di dalamnya termasuk atribut
sesaat (instantaneous attributes) dan atribut respon (response attributes).
2. Atribut Fourier : atribut dalam domain frekuensi yang diperoleh melalui analisis
Fourier (misalnya variasi amplitudo dengan lebar pita dalam frekuensi, dekomposisi
spektral).
26
DAFTAR PUSTAKA
Asparini Dewi. 2011. Penerapan Metode Stacking dalam Pemrosesan Sinyal Seismik Laut di
Perairan Barat Aceh. Bogor. IPB
Budi Riyanto. 2010. Inversi Seismik Simultan untuk Mengekstrak Sifat Petrofisika. Jakarta. UI
http://www.iatmi-smui.ui.ac.id/
Hutabarat, R.G. 2009. Integrasi Inversi Seismik dengan Atribut Amplitudo Seismik untuk
Memetakan Distribusi Reservoar pada Lapangan Blackfoot. Jakarta. Universitas Indonesia
Jamady Aris. 2011. Kuantifikasi Frekuensi dan Resolusi Menggunakan Seismik Refleksi di
Perairan Maluku Utara. Bogor. IPB
Nurul Priyantari & Agus Suprianto. 2009. Penentuan Kedalaman Bedrock Menggunakan Metode
Seismik Refraksi di Desa Kemuning Lor Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember. Jember.
Universitas Jember.
Primalailia Kiswarasari. 2013. Aplikasi Metode Seismik Refraksi untuk Mendeteksi Potensi
Longsor di Desa Deliksari Kecamatan Gunungpati Semarang. Semarang. Universitas
Negeri Semarang
Robert R. Stewart. 2009. A brief history and extended future of full-wave seismik exploration.
History of full-wave seismology. 21: 1-2
Susilawati. 2008. Penerapan Penjalaran Gelombang Seismik Gempa pada Penelaahan Struktur
Bagian dalam Bumi. Sumatra Utara. Universitas Sumatra Utara
Telford, M.W., Geldart, L.P., Sheriff, R.E, & Keys, D.A. (1976). Applied geophysics, New
York: Cambridge University Press.
27