Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 27

TUGAS 1

EKSPLORASI SEISMIK

Disusun oleh :
Adjeng Yalastri Atha Nafilah 03411640000038

DEPARTEMEN TEKNIK GEOFISIKA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL .................................................................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................................................. 2

I. Sejarah dan Pengantar Seismik Eksplorasi .................................................................................................. 3


II. Review Gelombang ...................................................................................................................................... 4
III. Elastisitas Medium dan Persamaan Gelombang .......................................................................................... 6
IV. Perambatan Gelombang Seismik ............................................................................................................... 11
V. Kecepatan Perambatan Gelombang Seismik ............................................................................................. 11
VI. Teori Sinar Gelombang Seismik ................................................................................................................ 11
VII. Geometri Gelombang Seismik ................................................................................................................... 13
VIII. Karakteristik Event Seismik ....................................................................................................................... 13
IX. Teori Sinyal dan Pemfilteran ..................................................................................................................... 14
X. Transformasi Sinyal Gelombang Seismik .................................................................................................. 15
XI. Metode Seismik Refraksi ........................................................................................................................... 15
XII. Desain Akuisisi Metode Seismik Refraksi ................................................................................................. 18
XIII. Pengolahan Data Seismik Refraksi ............................................................................................................ 18
XIV. Interpretasi Data Seismik Refraksi ............................................................................................................ 20
XV. Metode Seismik Refleksi ........................................................................................................................... 20
XVI. Desain Akuisisi Metode Seismik Refraksi ................................................................................................. 21
XVII. Pengolahan Data Seismik Refleksi ............................................................................................................ 22
XVIII. Analisa Kecepatan Gelombang Seismik .................................................................................................... 23
XIX. Migrasi Gelombang Seismik Refleksi ....................................................................................................... 24
XX. Interpretasi Kualitatif dan Kuantitatif ........................................................................................................ 24
XXI. Inversi Data Seismik dan Atribut Seismik ................................................................................................. 24
XXII. Seismic 3Dimensi, Vertical Profiling, Borehole Seismic Imaging ............................................................ 26
XXIII. Pemanfaatan Metode Seismik Eksplorasi .................................................................................................. 26

2
I. Sejarah dan Pengantar Seismik Eksplorasi
Pada masa 132 sebelum masehi, seismologi telah digunakan dalam kehidupan manusia.
Seismograf Zhang Heng merupakan instrumen seismik yang paling awal diketahui. Seismograf ini
berasal dari cina pada zaman dinasti Han. Instrumen ini berfungsi untuk mendeteksi pergerakan
horizontal (Dewey and Byerly, 196; Xinhua,2005.

Gambar 1.1 Seismograf Zhang Heng

Guci ini merupakan salah satu contoh penggunaan seismologi pada jaman dahulu untuk
analisis gempa bumi. Ketika bumi berguncang dan gempa berasal dari sebelah utara guci, maka
kepala naga sebelah utara akan bergetar dan melepaskan bola ke dalam mult katak. Hal ini
menjelaskan arah dari epicenter gempa, dan perkiraan waktu dari besar kerasnya suaa bola yang
jatuh. Mekanisme tertentu di dalam guci yang akan menggetarkan searah dengan arah datangnya
getaran.
Penggunaan metode seismik untuk eksplorasi telah sukses merubah getaran yang didapat
dari berbagai sumber menjadi gambaran bawah permukaan yang dapat di interpretasi. Tetapi
penggunaan metode ini tetap membutuhkan gambaran geologi yang lebih jelas dan informatif.
Maka, eksplorasi seismik semakin berkembang, sehingga sekarang sudah ada akuisisi 3D bahkan
4D. Tetapi tantangan eksplorasi seismik akan terus berkembang, sebagai berikut:
1. Gambaran struktural bawah permukaan yang lebih baik
2. Statigrafi yang lebih detail
3. Indikasi jenis batuan
4. Properties petrofisika
5. Despkripsi dari patahan dan kekar
6. Estimasi kandungan fluida
7. Kemungkinan perubahan kandungan lapisan (batuan dan fluida) setelah di eksplorasi.

3
Di Indonesia pencarian minyak dilakukan mula-mula oleh Bataafsche Petroleum
Maatschappij (BPM) yang pada saat itu bernama Koninklijke. Pada saat perusahaan ini
mulai beroperasi di Indonesia disewanya dua orang ahli geologi yaitu Dr. C. Porro dan
Dr.C. Schmidt yang kemudian menjadi guru besar dalam ilmu geologi di Brussel. Pada
awalnya, hanya dilakukan pemetaan geologi permukaan dengan mengadakan eksplorasi di
sepanjang sungai untuk mencari singkapan, dan kemudian dilakukan pemboran. Para ahli
geologi membuat peta geologi berdasarkan singkapan, terutama struktur, dan kemudian
dilakukan suatu prognase dan pemboran eksplorasi.
Hingga perang dunia I eksplorasi sampai beribu meter merupakan suatu hal yang luar
biasa. Pada tahun 1910 mulai dilakukan pemboran inti dan pada tahun 1918 dilakukan
pemboran spiral tangan. Pemboran geologi yang lebih dalam menggunakan mesin
berbahan bakar bensin.
Pada tahun 1920 metode baru mulai dimasukan di Indonesia yaitu metode geofisika.
Metode geofisika yang pertama kali digunakan adalah metode gravitasi dan metode
seismik, kedua metode ini dilakukan oleh Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM)
dalam eksplorasi minyak bumi. Namun, secara luas metode gravitasi digunakan di
Indonesia pada tahun 1924 setelah berhasil baik di Amerika dan penggunaan metode
seismik dilakukan di Indonesia sejak tahun 1937. Permulaan pemakaian log pertama kali
dilakukan oleh Perusahaan Schlumberger bersamaan dengan penerapan mikropaleontologi
di Indonesia.

II. Review Gelombang


Gelombang adalah getaran yang merambat gerak gelombang dapat dipandang sebagai
perpindahan momentum dari suatu titik di dalam ruang ke titik lain tanpa perpindahan materi.
Rumus dasar gelombang adalah :
𝜆
𝑣 = 𝑇 = 𝑓𝜆 dan 𝜆 = 𝑣𝑇
Dimana,
v = kecepatan rambat
 = Panjang gelombang

Bentuk gelombang yang ideal akan mengikuti gerak sinisoide. Gelombat terdapat pada
medium. Suatu medium akan disebut linear apabila gelombnag yang berbeda di semua titik
tertentu di medium bisa dijumlahkan. Gelombang mempunyai sifat yaitu dapat dipantulkan
(refleksi), dibiaskan (refraksi), dan dilenturkan (defraksi).
Menurut arah perambatannya, gelombang diklasifikasikan menjadi 2, yaitu gelombang
transversal dan gelombang longitudinal. Sedangkan berdasarkan medianya, gelombang
diklasifikasikan menjadi 2, yaitu gelombang mekanis dan gelombang elektromagnetik.
a. Gelombang Transversal
Gelombang transversal adalah gelombang dengan gangguan yang tegak lurus arah
penjalaran. Misalnya gelombang cahaya dimana gelombang listrik dan gelombang
medan magnetnya tegak lurus kepada arah penjalarannya.

4
Gambar 2.1 Medan listrik dan medan magnet dari gelombang elektromagnetik adalah
tegak lurus dan tegak lurus juga pada arah menjalar gelombang
b. Gelombang Longitudinal
Gelombang dengan arah gangguan sejajar dengan arah penjalarannya. Contoh gelombang
longitudinal adalah gelombang bunyi, gelombang bunyi ini analog dengan pulsa longitudinal
dalam suatu pegas vertikal di bawah tegangan dibuat berosilasi ke atas dan ke bawah disebuah
ujung, maka sebuah gelombang longitudinal berjalan sepanjang pegas tersebut, koil-koil pada
pegas tersebut bergetar bolak-balik di dalam arah di dalam mana gangguan berjalan sepanjang
pegas.

Gambar 2.2 Gelombang longitudinal merambat dalam medium pegas yang diregangkan
dimana arah gangguan searah dengan arah penjalaran gelombang
c. Gelombang Mekanik
Gelombang mekanik adalah gelombang yang memerlukan medium tempat merambat.
Contoh gelombang mekanik gelombang pada tali, gelombang bunyi.
d. Gelombang Elektromagnetik
Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang energi dan momentumnya dibawa
oleh medan listrik (E) dan medan magnet (B) yang dapat menjalar melalui vakum atau tanpa
membutuhkan medium dalam perambatan gelombangnya. Sumber gelombang elektromagnetik :
 Osilasi listrik

5
 Sinar matahari menghasilkan sinar infra merah.
 Lampu merkuri menghasilkan ultra violet
 Inti atom yang tidak stabil ® menghasilkan sinar gamma
 Penembakan elektron dalam tabung hampa pada keping logam
menghasilkan sinar X (digunakan untuk rontgen).
Keterkaitan antara medan listrik (E) dan medan magnet (B) diungkapkan dengan
persamaan Maxwell. Persamaan Maxwell merupakan hukum yang mendasari teori medan
elektromagnetik. Contoh dari gelombang elektromagnetik yaitu gelombang cahaya, gelombang
radio.

III. Elastisitas Medium dan Persamaan Gelombang


Karena penjalaran gelombang sangat bergantung pada sifat elastis dari batuan yang ada
dibawah permukaan bumi, maka terlebih dahulu dibahas konsep dasar elastisitas. Teori elastisitas
akan menghubungkan gaya yang diberikan terhadap suatu benda dengan perubahan bentuk dan
ukuran yang diakibatkan. Hubungan antara gaya yang dikenakan terhadap deformasi benda
tersebut dinyatakan dalam konsep stress dan strain (tegangan dan regangan).

A. Tegangan (Stress)
Tegangan (Stress) didefinisikan sebagai gaya persatuan luas. Gaya merupakan
perbandingan dari besar gaya terhadap luas dimana gaya tersebut dikenakan. Gaya yang dikenakan
tegak lurus terhadap benda maka tegangan tersebut normal, jika gaya berarah tangensial terhadap
luas maka tegangan tersebut tegangan geser, dan jika tidak tegak lurus maupun paralel maka gaya
tersebut dapat diuraikan kekomponen yang paralel dan tegak lurus terhadap elemen luas.
Persamaan matematis dari tegangan (σ)
𝐹
𝜎=𝐴 (3.1)

B. Regangan (Strain)
Ketika benda elastis mendapat tegangan, maka akan terjadi perubahan bentuk dan dimensi.
Perubahan tersebut disebut dengan regangan atau strain. Strain didefinisikan sebagai perubahan
relatif (perubahan fraksional/kecil) dalam dimensi atau bentuk dari suatu benda. Hukum hooke
menyatakan bahwa stress akan sebanding dengan strain pada batuan (antara gaya yang diterapkan
dan besarnya deformasi).
𝜎 = 𝐶. 𝑒 (3.2)

Strain (e) dan Stress (σ) merupakan besaran tensor, sedangkan adalah konstanta yang
berupa matriks (tensor) yang menentukan sifat dasar elastisitas dari batuan, parameter merupakan
parameter elastik bebas yang dapat mencirikan sifat elastisitas batuan.

Gelombang seismik merupakan gelombang yang menjalar di dalam bumi disebabkan


adanya deformasi struktur, tekanan ataupun tarikan karena sifat keelastisan kerak bumi.
Gelombang ini membawa energi kemudian menjalarkan ke segala arah di seluruh bagian bumi dan

6
mampu dicatat oleh seismograf (Siswowidjoyo, 1996). Gelombang seismik yang timbul ketika
energi regangan terlepas terdiri dari gelombang badan (body waves) dan gelombang permukaan
(surface waves). Gelombang badan merupakan gelombang seismik yang merambat ke dalam bumi
dalam bentuk gelombang-P dan gelombang-S.
C. Persamaan Gelombang Mekanik
Dengan menggunakan Hukum II Newton, Hukum Hooke didapatkan persamaan berikut :
1 𝜕2 ∆ 𝜆+𝜇
= ∇2 ∆ 𝛼2 = (3.3)
𝛼2 𝜕𝑡 2 𝜌

1 𝜕2 𝜃𝑥 𝜇
= ∇2 𝜃𝑥 𝛽2 = 𝜌 (3.4)
𝛽 2 𝜕𝑡 2

Persamaan-persamaan tersebut merepresentasikan fenomena yang terjadi bila tegangan


yang dikenakan tidak lagi bersifat setimbang. Dengan menstubstitusikan penurunan yang tepat,
akan didapatkan nilai Gy dan Gz. Kedua persamaan di atas adalah contoh persamaan
gelombang yang memiliki bentk umum :
1 𝜕2 𝜓
= ∇2 𝜓 (3.5)
𝑣 2 𝜕𝑡 2
Asumsikan besaran ψ hanya berupa flingsi x dan t saja, sehingga persamaan tersebut akan tereduksi
menjadi:
1 𝜕2 𝜓 ∂2 𝜓
= (3.6)
𝑣 2 𝜕𝑡 2 𝜕𝑥 2
Dan untuk sembarang fungsi (x-vt)
𝜓 = 𝑓(𝑥 − 𝑣𝑡) (3.7)
Persamaan (3.7) merupakan solusi untuk Persamaan (3.6) yang memperlihatkan bahwa dua turunan
pertama tidak memiliki diskontinuitas. Solusi ini memberikan solusi yang tak terbatas. Jawaban spesifik
dari tiap permasalahan membutuhkan proses pemilihan kombinasi solusi yang memenuhi syarat-syarat
batas untuk masalah tersebut.
Gelombang didefmisikan sebagai "gangguan" yang menjalar melalui medium. Dalam notasi yang
digunakan di sini, ψ gangguan berupa perubahan volume ketika ψ=∆ dan berupa rotasi ketika 𝜓 = 𝜃𝑥 .
Gangguan yang dituliskan dalam bentuk Persamaan (3.7) menjalar sepanjang sumbu x. Jika syarat-syarat
batas untuk kasus penjalaran gelombang sederhana pada sumbu x telah terpenuhi, salah satu solusi umum
yang bisa digunakan adalah
𝜓 = 𝑓(𝑥 − 𝑣𝑡) + 𝑔(𝑥 + 𝑣𝑡) (3.8)
yang merepresentasikan dua buah gelombang yang menjalar sepanjang sumbu x dalam arah yang
berlawanan dengan kecepatan v. Karena nilai v|/ indepeden terhadap y dan z, gangguan haruslah sama
dimanapun pada bidang yang tegak lurus dengan sumbu x. Jenis gelombang seperti ini adalah gelombang
datar (plane wave).

i. Jenis Gelombang Seismik


i.a Gelombang Badan/ Body Wave
Gelombang badan adalah gelombang yang menjalar dalam media elastik dan arah
perambatannya keseluruh bagian di dalam bumi. Berdasarkan gerak partikel pada media dan arah
penjalarannya gelombang dapat dibedakan menjadi gelombang P dan gelombang S.

7
Gelombang-P yang dikenal juga dengan gelombang primer, gelombang tekan atau
gelombang longitudinal dapat merambat melalui material padat dan cair, menimbulkan tekanan
dan penipisan yang berurutan pada material yang dilewatinya. Serupa dengan gelombang bunyi,
gerakan partikel yyang dilewati oleh gelombang-P akan sejajar dengan arah gelombang.
Gelombang ini merupakan gelombang badan yang memiliki kecepatan paling tinggi dari
gelombang S. karena memiliki kecepatan tinggi, gelombang ini memiliki waktu tiba terlebih
dahulu dari pada gelombang S. kecepatan gelombang P (Vp) adalah ±5 – 7 km/s di kerak bumi, >
8 km/s di dalam mantel dan inti bumi, ±1,5 km/s di dalam air, dan ±0,3 km/s di di udara.

Gambar 3.1 Ilustrasi gerak gelombang primer (Hidayati, 2010)


Gelombang ini memiliki kecepatan rambat paling besar dibandingkan dengan gelombang
seismik yang lain, dapat merambat melalui medium padat, cair dan gas. Persamaan dari kecepatan
gelombang P adalah sebagai berikut :

𝜆+2𝜇
𝑉𝑝 = √ (3.9)
𝜌

Keterangan :
𝜆 = konstanta lame
𝜇 = rigiditas
𝜌 = densitas

Gelombang-S atau gelombang transversal (Shear wave) adalah salah satu gelombang badan
yang memiliki gerak partikel tegak lurus terhadap arah rambatnya serta waktu tibanya setelah
gelombang P. gerak partikel ini dapat digunakan untuk membagi komponen gelombang-s ke dalam
arah vertical (SV) dana rah horizontal (SH). Perambatan gelombanh-S akan menimbulkan
deformasi geser pada material yang dilewatinya. Kecepatan rambat gelombang badan tergantung
kepada kekakuan material yang dilewati gelombang tersebut. Semakin kaku material maka
kecepatan tersebut akan semakin besar. Oleh sebab itu gelombang-p atau gelombang tekan
merambat lebih cepat daripada gelombang lainnya karena material geologis yang dilewatinya
menjadi lebih kaku ketika ditekan. Kecepatan gelombang S (Vs) adalah ±3 – 4 km/s di kerak bumi,
>4,5 km/s di dalam mantel bumu, dan 2,5 – 3,0 km/s di dalam inti bumi (Hidayati, 2010).

8
Gambar 3.2 Ilustrasi gerak gelombang sekunder (Hidayati, 2010)

Gelombang ini memiliki cepat rambat yang lebih lambat bila dibandingkan dengan gelombang
P dan hanya dapat merambat pada medium padat saja. Gelombang S tegak lurus terhadap arah
rambatnya. Persamaan dari kecepatan Gelombang S (𝑉𝑠 ) adalah sebagai berikut :
𝜇
𝑉𝑠 = √𝜌 (3.10)

i.b Gelombang Permukaan


Gelombang permukaan merupakan salah satu gelombang seismik selain gelombang badan.
Gelombang ini ada pada batas permukaan medium. Berdasarkan pada sifat gerakan partikel media
elastik, gelombang permukaan merupakan gelombang yang kompleks dengan frekuensi yang
rendah dan amplitudo yang besar, yang menjalar akibat adanya efek free survace dimana terdapat
perbedaan sifat elastik (Susilawati, 2008). Jenis dari gelombang permukaan ada dua yaitu
gelombang Reyleigh dan gelombang Love.
Gelombang Love merupakan gelombang permukaan yang menjalar dalam bentuk gelombang
transversal yang merupakan gelombang S horizontal yang penjalarannya paralel dengan
permukaannya (Gadallah and Fisher, 2009). kecepatan gelombang ini di permmukaan bumi (Vl)
adalah ±2,0 – 4,4 km/s.

Gambar 3.3 Ilustrasi gerak gelombang Love (Hidayati, 2010)

9
Gelombang Reyleigh merupakan gelombang permukaan yang Orbit gerakannya elips
tegak lurus dengan permukaan dan arah penjalarannya. Gelombang jenis ini adalah gelombang
permukaan yang terjadi akibat adanya interferensi antara gelombang tekan dengan gelombang
geser secara konstruktif. Persamaan dari kecepatan gelombang Reyleigh ( 𝑉𝑅 ) adalah sebagai
berikut :
𝑉𝑅 = 0.92√𝑉𝑠 (3.11)
Gelombang Rayleigh memiliki kecepatan (Vr) adalah ±2,0 – 4,2 km/s didalam bumi. Arah
rambatnya bergerak tegak lurus terhadap arah rambat dan serah bidang datar.

Gambar 3.4 Ilustrasi gerak gelombang Rayleigh (Hidayati, 2010)

IV. Perambatan Gelombang Seismik


Metode seismik memanfaatkan sifat penjalaran gelombang mekanik (gelombang seismik)
yang dijalarkan melewati bumi. Perambatan gelombang ini bergantung pada sifat elastisitas
batuan. Bumi sebagai medium gelombang terdiri dari beberapa lapisan batuan yang antar satu
lapisan dengan lapisan lainnya mempunyai sifat fisis yang berbeda. Ketidak-kontinuan sifat
medium ini menyebabkan gelombang seismik yang merambatkan sebagian energinya dan akan
dipantulkan serta sebagian energi lainnya akan diteruskan ke medium di bawahnya (Telford dkk,
1976)
Gelombang seismik dapat ditimbulkan dengan dua metode yaitu metode aktif dan metode
pasif. Metode aktif adalah metode penimbulan gelombang seismik secara aktif atau disengaja
menggunakan gangguan yang dibuat oleh manusia, biasanya digunakan untuk eksplorasi. Metode
pasif adalah gangguan yang muncul terjadi secara alamiah, contohnya gempa. Gelombang seismik
termasuk dalam gelombang elastik karena medium yang dilalui yaitu bumi bersifat elastik.

10
V. Kecepatan Perambatan Gelombang Seismik
Sifat elastis batuan di bumi sangat bervariasi. Jenis batuan yang sama dapat memiliki
sifat elstis yang berbeda, misalnya disebabkan oleh tingkat kekompakan dari batuan tersebut.
Pengukuran di lapangan menunjukkan bahwa faktor petrologi dan geologi sangat berpengaruh
terhadap kecepatan penjalaran gelombang seismik. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
penjalaran gelombang seismik antara lain (Priyono, 1999):
1. Sifat elastisitas dan densitas batuan. .1"
2. Porositas dan saturasi.
3. Tekanan, baik akibat dari tekanan (efek over burden) atau tekanan pori.
4. Temperatur, di mana sifat elastis berubah karena batuan mencair.
5. Sejarah terjadinya, seperti pengaruh tektonik, pengaruh kimiawi atau termal yang
menyebabkan batuan berubah, pengaruh pelapukan, transportasi dan sedimentasi.

VI. Teori Sinar Gelombang Seismik


Gelombang seismik menurut teori sinarnya dapat dijelaskan dengan penjalaran gelombang
tersebut dengan sifatnya yang dapat dipantulkan (refleksi) dan dibiaskan (refraksi). Dimana,
mekanisme penjalaran gelombang seismik didasarkan pada hukum Snellius, Prinsip Huygens, dan
Prinsip Fermat.
a. Hukum Snellius
Ketika gelombang seismik melalui lapisan batuan dengan impedansi akustik yang berbeda dari
lapisan batuan yang dilalui sebelumnya, maka gelombang akan terbagi. Gelombang tersebut
sebagian terefleksikan kembali ke permukaan dan sebagian diteruskan merambat dibawah
permukaan. Penjalaran gelombang seismik mengikuti Hukum Snellius yang dikembangkan
dari Prinsip Huygens, menyatakan bahwa sudut pantul dan sudut bias merupakan fungsi dari
sudut datang dan kecepatan gelombang. Gelombang P yang datang akan mengenai permukaan
bidang batas antara dua medium berbeda akan menimbulkan gelombang refraksi dan refleksi
(Hutabarat, 2009).

11
Gambar 5.1 Pemantulan dan Pembiasan Gelombang
Sebagian energi gelombang akan dipantulkan sebagai gelombang P dan gelombang S, dan sebagian lagi
akan diteruskan sebagai gelombang P dan gelombang S (Hutabarat, 2009). Hukum Snellius dapat
dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
𝑣 𝑣𝑝 𝑣𝑝 𝑣𝑠 𝑣𝑠
= 𝑠𝑖𝑛𝜃1 = 𝑠𝑖𝑛𝑟2 = 𝑠𝑖𝑛𝜃1 = 𝑠𝑖𝑛𝑟
1
(4.1)
sin 𝑖 𝑝 𝑝 𝑠

b. Prinsip Huygens
Prinsip Huygens menyatakan bahwa setiap titik pada muka gelombang merupakan sumber
bagi gelombang baru. Posisi dari muka gelombang dalam dapat seketika ditemukan dengan
membentuk garis singgung permukaan untuk semua wavelet sekunder. Prinsip Huygens
mengungkapkan sebuah mekanisme dimana sebuah pulsa seismik akan kehilangan energi
seiring dengan bertambahnya kedalaman (Asparini, 2011).

Gambar 4.2 Prinsip Huygen (Asparini, 2010)


c. Prinsip Fermat
Gelombang menjalar dari satu titik ke titik lain melalui jalan tersingkat waktu
penjalarannya. Dengan demikian jika gelombang melewati sebuah medium yang memiliki

12
variasi kecepatan gelombang seismik, maka gelombang tersebut akan cenderung melalui zona-
zona kecepatan tinggi dan menghindari zona-zona kecepatan rendah (Jamady, 2011).

VII. Geometri Gelombang Seismik


Interpretasi data refleksi dibutuhkan parameter kecepatan (velocity) di semua titik sepanjang lintasan
refleksi. Hubungan antara arrival time vs offset untuk bidang reflektor dengan kecepatan konstan adalah
berupa grafik hiperbolik Jarak ke reflektor dapat diketahui dari waktu tiba refleksi pada shotpoint jika
nilai kecepatan diketahui. Variasi waktu kedatangan (arrival time) akibat geophone yang semakin menjauh
dari shotpoint, disebut normal moveout untuk menentukan nilai kecepatan.
Kemiringan (dip) dapat ditemukan berdasarkan perbedaan waktu kedatangan dari refleksi pada lokasi
yang berbeda setelah dilakukan koreksi normal moveout; dip moveout berhubungan dengan kemiringan
lapisan dan juga dengan sudut pendekatan muka gelombang di permukaan serta kecepatan semu. Dip dan
strike reflektor dapat dilihat dari komponen dip moveout yang terlihat di intersection line seismik.
Lapisan-lapisan dengan strike yang sama dan masing-masing dengan kecepatan konstan, kecepatan
meningkat saat menjalar ke lapisan yang lebih dalam, dan kemudian kita mendapatkan rumusan yang
berkaitan antara traveltime, offset, kedalaman, dip dan kecepatan. Kecepatan dapat ditentukan dari
kemiringan kurva waktu tempuh vs offset, kedalaman dari intercept proyeksi ke shotpoint, dan dip oleh
perbedaan di kedalaman shotpoints yang berdekatan.

VIII. Karakteristik Event Seismik


Noise diklasifikasikan menjadi dua (Yilmaz,2001) yaitu noise koheren dan noise tidak koheren atau
sering disebut random noise, noise koheren bisa diredam dengan beberapa cara dalam proses pengolahan.
Tetapi noise tidak koheren, dimana amplitudonya sangat tinggi, sulit/tidak bisa diredam kecuali dimatikan
seluruhnya atau sebagian saja. Perbedaan yang mencolok antara keduanya yaitu random noise kita tidak
dapat memprediksinya, hal ini dikarenakan sumber dari noise ini bukan dari gelombang yang berasal dari
sumber seismik (source), tetapi dapat bersumber dari cuaca, aktifitas manusia, dan sebagainya. Dikatakan
random noise, karena kita tidak dapat memprediksi kapan munculnya gangguan ini. Sehingga noise
semacam ini dapat muncul pada sembarang trace dan sembarang waktu.
Koheren noise dapat terjadi berulang, dan berjalan secara horizontal dan akan melemah pada arah
vertikal. koheren noise yaitu gelombang permukaan,refraksi.
a. Direct wave merupakan gelombang langsung yang berasal dari sumber, gelombang ini muncul
sebelum gelombang refleksi.
b. Ground roll merupakan gelombang yang merambat dipermukaan yang memiliki frekuensi
dibawah 10 Hz. Gelombang ini dapat diredam menggunakan filter.
c. Head wave (refraksi)
d. Multiple wave adalah noise koheren dimana event seismik mengalami lebih dari satu kali refleksi
dari posisi reflektor primernya.

13
e. Air blast (air wave) adalah noise yang diakibatkan oleh penjalaran gelombang langsung melalui
udara. Karakter dari noise ini hampir sama dengan Ground roll, hanya saja kecepatan air blast lebih
rendah.
f. Guided Waves (gelombang kanal dan gelombang antar permukaan). Biasanya terdapat pada perairan
dangkal dimana perlapisan air menimbulkan kontras kecepatan yang sangat besar dalam substratum yang
menyebabkan sebagian besar energi terjebak dan terpandu secara lateral melewati perlapisan air. Dispersi
natural memudahkan gelombang ini dikenali pada hasil rekaman dan biasanya mempunyai waktu tiba
lebih awal. Guided waves juga dapat ditemukan di daratan, gelombang ini dapat dieliminasi dengan
stacking CMP.

IX. Teori Sinyal dan Pemfilteran


a. Sinyal
Sinyal adalah besaran fisika yang berubah menurut waktu, atau variabelvariabel bebas lainnya.
Secara matematis, sinyal adalah fungsi dari satu atau lebih variabel bebas. Sinyal dapat diklasifikasikan
menjadi ( Brustle, 1986): a. Sinyal riil dan sinyal kompleks. Sinyal riil adalah sinyal yang bernilai bilangan
nyata, contoh : St=A Sin 3 πt, sedangkan sinyal kompleks adalah sinyal yang berisi bilangan kompleks,
contoh : St=A ej3πt = A Cos 3 πt + j Sin 3 πt. b. Sinyal multi channel dan sinyal single channel. Sinyal
multi channel adalah sinyal yang terdiri dari kumpulan sinyal-sinyal independen (komposit), sedangkan
single channel adalah sinyal tunggal. c. Sinyal multi dimensi dan sinyal satu dimensi. Sinyal multi dimensi
adalah sinyal yang terdiri lebih dari satu variabel bebas, sedangkan sinyal satu dimensi adalah sinyal
dengan variabel bebas tunggal. d. Sinyal waktu kontinu (continous time) adalah sinyal dengan variabel
independen (variabel bebas) bernilai riil. Sinyal waktu diskrit (discrete) time) adalah sinyal dengan
variable independen (variabel bebas) bernilai integer.
b. Filter
Filter dalah upaya untuk 'menyelamatkan' frekuensi yang dikehendaki dari gelombang seismik
dan 'membuang' yang tidak dikehendaki. Penapis bekerja berdasarkan operasi konvolusi, dalam kawasan
frekuensi telah dikenal filter band pass, low pass, high pass maupun notch. Penentuan akan frekuensi yang
harus diredam. Berdasarkan hasil analisa sinyal baik melalui transformasi fourier, transformasi f-k,
maupun tes filter.
a. Filter Lolos Pita (Band-pass Filter)
Filter lolos pita adalah metoda yang murah dan mudah untuk menekan noise yang ada di luar
spektrum frekuensi dari sinyal yang diinginkan. Noise frekuensi rendah antara lain adalah ground roll,
noise frekuensi tinggi biasanya disebabkan oleh angin, air blast, statik atau petir.
b. Filter F-K
Seiring kandungan seismik memiliki frekuensi yang sama dengan kandungan frekuensi noise,
tetapi berbeda bilangan gelombangnya. Apabila untuk menghilangkan noise tersebut dilakukan
dengan filter biasa, maka informasi data akan ikut hilang. Oleh karena itu untuk menjaganya
digunakan F-K filter.
Filter F-K dilakukan dengan cara merubah data seismik dari domain waktu (T) dan jarak (X)
ke domain frekuensi (F) dan bilangan gelombang (K) menggunakan transformasi fourier. Karena
event-event dalam data seismik mempunyai banyak kemiringan dan frekuensi (dalam hal ini yang

14
dimaksud sebagai kemiringan adalah kemiringan dari event, dalam milidetik per trace, bukan
kemiringan dari struktur geologi) maka tiap kemiringan yang berbeda dalam domain T-X akan
berubah menjadi garis dengan kemiringan yang berbeda dalam domain F-K. Event horisontal
dalam domain T-X mempunyai nilai bilangan gelombang sama dengan nol sehingga dalam domain
F-K akan diplot sepanjang sumbu frekuensi.

X. Transformasi Sinyal Gelombang Seismik


Sinyal seismik merupakan suatu fungsi yang menggambarkan amplitudo getaran tanah terhadap
waktu. Sinyal tersebut dapat juga dinyatakan dalam kawasan frekuensi melalui suatu transformasi. Sinyal
ini merupakan kumpulan dari sejumlah gelombang harmonik yang mempunyai frekuensi, amplitudo dan
fasa tertentu. Suatu gelombang harmonik dapat dilihat secara khusus melalui 3 karakter gelombang, yaitu
amplitudo, frekuensi, dan fasa. Dengan demikian sinyal seismik dapat dinyatakan pula dalam dua
spektrum yaitu spektrum amplitudo versus frekuensi dan fasa versus frekuensi. Sebuah wavelet seismik
akan tajam dalam kawasan waktu (mempunyai durasi pendek) apabila ia mengandung semua frekuensi
(lebar dalam kawasan frekuensi), dan sebaliknya suatu wavelet seismik akan lebar dalam kawasan waktu
(durasi panjang ) jika ia mempunyai pita frekuensi yang sempit.
Karakteristik suatu sinyal seismik dapat dilihat melalui spektrum amplitudo dan spektrum fasa.
Spektrum amplitudo dan spektrum fasa mengandung informasi kondisi dan sifat sinyal tersebut. Spektrum
fasa yang ada di dalam seismik bentuknya sangat bergantung pada : 1. Sumber energi yang digunakan. 2.
Karakteristik bumi 3. Instrumen perekaman 4. Pemrosesan data. Karakteristik bumi muncul akibat bumi
bertindak sebagai filter yang kompleks. Sinyal seismik merupakan sinyal yang kompleks, sehingga dalam
pengolahan data seismik, sinyal seismik harus diperlakukan sebagai sinyal yang kompleks. Sebuah trace
seismik f(t) merupakan bagian riil dari trace kompleks.

Metode seismik dikategorikan ke dalam dua bagian yaitu seismik refraksi (seismik bias) dan seismik
refleksi (seismik pantul).

XI. Metode Seismik Refraksi


Seismik refraksi adalah metode paling efektif untuk karakterisasi horizontal dan vertikal (Rucker,
2006). Seismik refraksi dihitung berdasarkan waktu yang dibutuhkan oleh gelombang untuk menjalar
pada batuan dari posisi sumber seismik menuju penerima pada berbagai jarak tertentu. Berdasarkan
bentuk kurva waktu tempuh terhadap jarak, dapat ditafsirkan kondisi batuan di daerah penelitian. Pada
(Tabel 2.1)
Tabel 2.1 Data Kecepatan Gelombang Primer Pada Beberapa Medium (Burger dalam Setiawan,
2008)

15
menunjukkan data kecepatan gelombang primer pada beberapa medium.
Pada metode ini, gelombang yang terjadi setelah sinyal pertama (firstbreak) diabaikan, karena
gelombang seismik refraksi merambat paling cepat dibandingkan dengan gelombang lainnya kecuali
pada jarak (offset) yang relatif dekat sehingga yang dibutuhkan adalah waktu pertama kali gelombang
diterima oleh setiap geophone. Kecepatan gelombang P lebih besar dibandingkan dengan kecepatan
gelombang S sehingga waktu datang gelombang P yang digunakan dalam perhitungan metode ini.
Parameter jarak dan waktu penjalaran gelombang dihubungkan dengan cepat rambat gelombang dalam
medium. Besarnya kecepatan rambat gelombang tersebut dikontrol oleh sekelompok konstanta fisis
yang ada dalam material yang dikenal sebagai parameter elastisitas (Nurdiyanto dkk., 2011).
Untuk memahami penjalaran gelombang seismik pada batuan bawah permukaan digunakan beberapa
asumsi. Beberapa asumsi yang digunakan yaitu (Setiawan, 2008) :
1. Panjang gelombang seismik yang digunakan jauh lebih kecil dibandingkan ketebalan lapisan
batuan. Dengan kondisi seperti ini memungkinkan setiap lapisan batuan akan terdeteksi.
2. Gelombang seismik dipandang sebagai sinar yang memenuhi hukum Snellius dan prinsip Huygens.
Menurut Snellius, gelombang akan dipantulkan atau dibiaskan pada bidang batas antara dua medium
yang berbeda sedangkan dalam prinsip Huygens, titik yang dilewati gelombang akan menjadi
gelombang baru. Muka gelombang (wavefront) yang menjalar menjauhi sumber adalah superposisi
dari beberapa muka gelombang yang dihasilkan oleh sumber gelombang baru tersebut.
3. Medium bumi dianggap berlapis-lapis dan tiap lapisan menjalarkan gelombang seismik dengan
kecepatan yang berbeda.

16
4. Pada bidang batas antar lapisan (interface), gelombang seismik menjalar dengan kecepatan
gelombang pada lapisan dibawahnya.
5. Makin bertambahnya kedalaman lapisan batuan maka semakin kompak batuannya sehingga
kecepatan gelombang pun bertambah seiring bertambahnya kedalaman.
Prinsip utama metode refraksi adalah penerapan waktu tiba pertama gelombang baik langsung
maupun gelombang refraksi. Mengingat kecepatan gelombang P lebih besar daripada gelombang S maka
kita hanya memperhatikan gelombang P. Dengan demikian antara sudut datang dan sudut bias menjadi
𝑠𝑖𝑛 𝑖 𝑉
= 𝑉1 (11.1)
𝑠𝑖𝑛 𝑟 2

Dimana,
i = sudut datang
r = sudut bias
V1 = kecepatan gelombang pada medium 1
V2 = kecepatan gelombang pada medium 2
Pada pembiasan sudut kritis dimana r = 90°, persamaan menjadi
𝑉
sin 𝑖 = 𝑉1 (11.2)
2

Hal ini sesuai dengan asumsi awal bahwa kecepatan lapisan dibawah interface lebih besar dibandingkan
dengan kecepatan diatas interface (Nurdiyanto, 2011).
Gelombang seismik berasal dari sumber seismik merambat dengan kecepatan v1 menuju bidang
batas (A), kemudian gelombang dibiaskan dengan sudut datang kritis sepanjang interface dengan
kecepatan v2 (Gambar 11.1). Dengan menggunakan prinsip Huygens pada interface, gelombang ini
kembali ke permukaan sehingga dapat diterima oleh penerima yang ada di permukaan

Gambar 11.1 Pembiasan dengan Sudut Kritis (Telford et al., 1976)

17
Gelombang yang dapat ditangkap oleh receiver dapat berupa gelombang langsung (direct wave),
gelombang refleksi (reflection wave), ataupun gelombang refraksi (refraksi wave). Untuk jarak offset
(jarak geophone dengan sumber seismik) yang relatif dekat, gelombang yang paling cepat diterima oleh
receiver adalah gelombang langsung dan gelombang yang paling lama diterima adalah gelombang refleksi
(Setiawan, 2008).

XII. Desain Akuisisi Metode Seismik Refraksi


Dalam survei seismik refraksi dilakukan desain survei konfigurasi peralatan yang disusun seperti
pada Gambar 12.1. Geophone dan sumber gelombang ditempatkan pada suatu garis lurus (line seismik).
Near offset, far offset, dan jarak antar geophone ditentukan berdasarkan kondisi lapangan tempat
melakukan survei. Pengambilan data dilakukan dengan memberikan sumber getar yang dalam penelitian
ini menggunakan weightdrop seberat 50 kg untuk jarak 10 meter dari geophone yang pertama. Sistem
perekaman dilakukan oleh 12 geophone dalam satu garis lurus dengan sumber getar. Pasangan geophone
ditempatkan dengan masing-masing spasi geophone yang telah ditentukan yaitu 2 meter. Pengukuran
dilakukan dengan memberikan impuls vertikal pada permukaan tanah dan merekam sinyal yang terjadi,
sensor diletakkan sepanjang garis lurus dari sumber impuls. Sensor yang digunakan adalah seismometer
darat yaitu geophone. Akuisisi dalam pengambilan data seismik menggunakan cara end-on (Common
Shot). Dari akusisi data ini akan didapatkan data mentah seismik, berupa trace-trace seismik dari geophone
yang merekam waktu tempuh gelombang seismik.

Gambar 12.1 Desain Akuisisi Seismik Refraksi

XIII. Pengolahan Data Seismik Refraksi


Pada tahap pengolahan data seismik refraksi terdapat pula beberapa metode yaitu metode T-X yang
terdiri dari Intercept Time Method (ITM) dan Critical Distance Method (CDM), metode Delay Time,
metode ABC, metode plus-minus, metode Generalized Reciprocal Method (GRM), metode Hagiwara, dan
metode Matsuda (UPN file, 2012).
Metode GRM

18
Metode GRM merupakan turunan terakhir dari metode delay time yang memetakan lapisan
bawah permukaan dengan tingkat kekerasan dan undulasi refraktor yang tinggi. Metode GRM
dapat dilustrasikan seperti pada Gambar 13.1

Gambar 13.1 Ilustrasi Metode GRM


Berdasarkan ilustrasi metode GRM tersebut, maka metode GRM dapat diasumsikan
sebagai berikut :
1. Perubahan struktur kecepatan yang tidak kompleks.
2. Kemiringan lapisan < 20o.
3. Jarak optimum XY menjadi hal terpenting dan tersulit dalam metode GRM
4. XY distance adalah jarak pisah di permukaan dimana gelombang seismik dari
forward dan reverse diukur dari titik refraktor yang sama. Titik X dan Y sendiri
adalah sebaran geophone.
Dalam pengolahan, metode GRM terdiri dari dua jenis fungsi yaitu fungsi
analisis kecepatan (Tν) dan fungsi time-depth (Tg).
i. Fungsi Analisa Kecepatan (Tv)
Analisa Tν digunakan untuk menentukan kecepatan V’ dengan persamaan :
Tv = ½𝑇𝑣 = ½(𝑇𝐴𝑌 − 𝑇𝐵𝑌 + 𝑇𝐴𝐵 ) (13.1)
Waktu rambatnya dari A ke H
- Optimum XY ialah ketika E dan F berada pada satu titik pada H.
- Optimum XY didapat dari kurva Tv yang paling halus (smoothest).
- Kecepatan refraktor V’ ialah reciprocal dengan kurva Tv, artinya V’ dapat dicari
dengan kurva Tν.

ii. Fungsi Time-Depth (Tg)


Analisa Tg digunakan untuk mencari kedalaman di bawah geophone (h) dengan
persamaan :

19
𝑋𝑌
𝑇𝑔 = ½(𝑇𝐴𝑌 + 𝑇𝐵𝑌 − (𝑇𝐴𝐵 + ′ )) (13.2)
𝑉

- Waktu rambatnya dari EY atau FX dikurangi waktu rambat proyeksi dari GX atau GY sepanjang
refraktor (waktu rambat sepanjang GH).
- Optimum XY didapat dari kurva TG yang paling kasar (roughest)
Metode GRM menggunakan nilai kecepatan rata-rata (Vavg) dengan persamaan :

𝑉 ′2 𝑋𝑌
𝑉𝑎𝑣𝑔 = √𝑋𝑌+2𝑇𝑔
̅̅̅̅𝑉′
(13.3)

Vavg merambat dari refraktor ke geophone. Sehingga memenuhi hukum Snellius:


𝑉𝑎𝑣𝑔
𝑖𝑐 = 𝑠𝑖𝑛−1 (13.4)
𝑉′

Dari persamaan 13.4, Vavg identik dengan V1, sedangkan V’ identik dengan V2
Maka, kedalaman geophone (h) dapat dicari dengan :
𝑇𝐺 𝑉𝑎𝑣𝑔 𝑇𝐺 𝑉𝑎𝑔 𝑉′
ℎ= atau ℎ= (13.5)
cos 𝑖𝑐 2
2√𝑉 ′2 −𝑉𝑎𝑣𝑔

XIV. Interpretasi Data Seismik Refraksi


Metode seismik refraksi digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai struktur geologi
bawah permukaan. Metode ini didasarkan pada sifat penjalaran gelombang yang mengalami refraksi
dengan sudut kritis yaitu bila dalam perambatannya, gelombang tersebut melalui bidang batas yang
memisahkan suatu lapisan dengan lapisan yang di bawahnya, yang mempunyai kecepatan gelombang
lebih besar. Parameter yang diamati adalah karakteristik waktu tiba gelombang pada masing masing
geophone.

XV. Metode Seismik Refleksi


Eksplorasi seismik refleksi dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu eksplorasi prospek dangkal
dan eksplorasi prospek dalam. Eksplorasi seismik dangkal (shallow seismik reflection) biasanya
diaplikasikan untuk eksplorasi batubara dan bahan tambang lainnya. Sedangkan seismik dalam digunakan
untuk eksplorasi daerah prospek hidrokarbon (minyak dan gas bumi). Kedua kelompok ini tentu saja
menuntut resolusi dan akurasi yang berbeda begitu pula dengan teknik lapangannya.
Teknik refleksi lebih mampu menghasilkan data pengamatan yang dapat diinterpretasikan
(interpretable). Akan tetapi metode seismik refleksi membutuhkan biaya yang lebih besar. Biaya tersebut
biasanya sangat signifikan secara ekonomis. Karena survey refleksi membutuhkan biaya lebih besar, maka
sebagai konsekuensinya survey refleksi digunakan dalam eksplorasi minyak bumi.
Adapun keunggulan metode seismik refleksi antara lain sebagai berikut.

20
1. Pengukuran seismik refleksi menggunakan offset yang lebih kecil.
2. Seismik refleksi dapat bekerja bagaimanapun perubahan kecepatan sebagai fungsi
kedalaman.
3. Seismik refleksi lebih mampu melihat struktur yang lebih kompleks.
4. Seismik refleksi merekam dan menggunakan semua medan gelombang seismik yang
terekam.
5. Bawah permukaan dapat tergambar secara langsung dari data terukur
Sedangkan kelemahan metode seismik refleksi antara lain sebagai berikut.
1. Lokasi sumber dan penerima yang cukup lebar untuk memberikan citra bawah permukaan
yang lebih baik, maka biaya akuisisi menjadi lebih mahal.
2. Prosesing seismik refleksi memerlukan komputer yang lebih mahal, dan sistem data base
yang jauh lebih handal.
3. Karena banyaknya data yang direkam, pengetahuan terhadap data base harus kuat,
diperlukan juga beberapa asumsi tentang model yang kompleks dan interpretasi
membutuhkan personal yang cukup ahli.

XVI. Desain Akuisisi Metode Seismik Refraksi


Untuk memperoleh hasil pengukuran seismik refleksi yang baik, diperlukan pengetahuan
tentang sistem perekaman dan parameter lapangan yang baik pula. Parameter akan sangat
ditentukan oleh kondisi lapangan yang ada yaitu berupa kondisi geologi daerah survei. Berikut ini
parameter-parameter yang diperlukan saat melakukan akusisi seismik :
1. Parameter untuk Shot Point (SP)
Yang termasuk dalam parameter untuk shot point adalah jarak antar shot, jarak antar shot
line, posisi shot point, azimuth (arah) dari shot line,jumlah shot point tiap shot line (SL), dan
jumlah shot line-nya.
2. Parameter untuk Receiver (Trace)
Yang termasuk dalam parameter receiver adalah jarak antar trace (receiver), jarak antara
receiver line (RL), posisi receiver terhadap shotpoint, azimuth (arah) dari receiver line, dan jumlah
receiver line-nya.
3. Parameter untuk Penembakan
Yang termasuk dalam parameter untuk penembakan adalah jumlah bentangan (RL) yang
aktif setiap swathnya, jumlah receiver yang aktif di tiap bentangan, jumlah tembakan tiap salvo,
dan tipe dari spread-nya (Vermeer G.J.O., 2002) adalah:
a. Offset
Offset adalah jarak antara titik tembak dengan penerima terdekat. Terdiri dari duamacam
yaitu offset dekat dan offset jauh.
b. Fold (Fold coverage)
Fold coverage adalah jumlah pantulan yang mengenai suatu bidang pantul pada batuan
𝑅𝐼
𝐹𝑜𝑙𝑑 𝐶𝑜𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 = ½ × 𝑆𝐼 × 𝑛𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑜𝑓 𝑐ℎ𝑎𝑛𝑛𝑒𝑙 (16.1)
Dimana:
RI = jarak antar receiver
SI = jarak antar source
21
c. Frekuensi Geophone
Suatu geophone mampu merekam gelombang seismik sampai batas frekuensi rendah
tertentu untuk refleksi dan refraksi dan untuk frekuensi tinggi biasanya cukup besar.
Responsibilitas geophone ini disebabkan oleh adanya faktor peredaman (dumping) dari gerakan
massa terhadap koil di dalam geophone.
d. Bentang geophone (geophone array)
Bentuk konfigurasi yang sering dipergunakan adalah offend spread, split spread dan
assimetry split spread.
e. Ukuran bin (Spasial sampling)
Liputan bawah permukaan disampling dalam luasanluasan kecil yang dinamakan bin. Bin
Size adalah jarak maksimal antar trace yang diperlukan untuk menggambarkan suatu geometri
bawah permukaan secara benar (tidak mengalami aliasing). Kemiringan suatu perlapisan, patahan
dan anomali lainnya dapat tergambar secara benar. Bin size juga diperlukan untuk membedakan
sifat suatu tubuh batuan dengan batuan di sekitarnya. Adapun perumusan untuk menentukan bin
adalah:
𝑉𝑎𝑣𝑔
𝐵𝑖𝑛 𝑠𝑖𝑧𝑒 = 4×𝑓𝑚𝑎𝑥×sin(𝛼) (16.2)
f. Tuning Thickness
Ketebalan tuning adalah batas minimal ketebalan lapisan batuan yang mampu
dilihat au dibedakan oleh gelombang seismik.Besar ketebalan tuning dapat dirumuskan :
𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑘𝑒𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑡𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔 = ¼ × 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑔𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 (16.3)

Gambar 16.1 Ilustrasi Akuisisi Metode Seismik Refleksi

XVII. Pengolahan Data Seismik Refleksi


Sebelum dilakukan analisa kecepatan harus diketahui terlebih dahulu proses-proses
penolahan data yang mempengaruhi analisa kecepatan tersebut. Proses tersebut adalah usaha untuk
meningkatkan S/N ratio sehingga didapatkan nilai kecepatan yang tepat nantinya tanpa mengubah
bentuk kenampakan-kenampakan refleksi/pelapisan batuan bawah permukaan, sehingga dapat

22
dilakukan interpretasi keadaan dan bentuk dari struktur pelapisan bawah permukaan bumi seperti
kenyataannya. Atau dapat dikatakan bahwa pengolahan data seismik didefinisikan sebagai suatu
tahapan untuk meredam noise dan memperkuat sinyal.
Pengolahan data seismik bertujuan untuk menghasilkan penampang seismik S/N (signal to
noise ratio) yang baik tanpa mengubah bentuk kenampakan-kenampakan refleksi, sehingga dapat
diinterpretasikan keadan dan bentuk dari perlapisan di bawah permukaan bumi seperti apa adanya
(Sismanto,2006). Tahapan terpenting dalam proses pengolahan data seismik (Yilmaz,2006) yaitu
dekonvolusi, stacking, dan migrasi namun ada beberapa tahap yang lain yang dapat digunakan
untuk pengolahan data seismik diantaranya preprosesing, koreksi NMO, analisa kecepatan dan
koreksi statik.

XVIII. Analisa Kecepatan Gelombang Seismik


Tujuan dari analisis kecepatan adalah untuk menentukan kecepatan yang sesuai untuk
memperoleh stacking yang terbaik. Pada grup trace dari suatu titik pantul, sinyal refleksi yang
dihasilkan akan mengikuti bentuk pola hiperbola. Prinsip dasar analisa kecepatan pada proses
stacking adalah mencari persamaan hiperbola yang tepat sehingga memberikan stack yang
maksimum.

XIX. Migrasi Gelombang Seismik Refleksi


Apabila terdapat suatu reflektor miring pada penampang seismik yang berodinat
kedalaman, maka posisi sesungguhnya dari reflektor tersebut tidaklah berada di tempat itu. Karena
penampang seismik tersebut menggunakan asumsi perambatan gelombang Snelius pada bidang
datar. Dengan demikian untuk bidang miring perlu dilakukan koreksi secukupnya, yaitu dengan
cara migrasi. Migrasi berarti mengembalikan titik-titik reflektor ke posisi sebenarnya.
Proses migrasi seismik pada saat ini didasarkan pada berbagai teknik migrasi dengan
menggunakan persamaan gelombang akustik (P) maupun elastik (P dan S) yang dikerjakan oleh
komputer. Teknik-teknik tersebut meliputi :
a. Kirchoff migration
Migrasi Kirchhoff atau sering disebut dengan migrasi Penjumlahan Kirchhoff adalah
metode migrasi yang didasarkan pada penjumlahan kurva difraksi (diffraction summation)
(Schneider, 1978). Metode ini merupakan suatu pendekatan secara statistik di mana posisi suatu
titik di bawah permukaan dapat saja berasal dari berbagai kemungkinan lokasi dengan tingkat
probabilitas yang sama. Secara praktis migrasi Kirchhoff dilakukan dengan cara menjumlahkan
amplitudo dari suatu titik reflektor sepanjang suatu tempat kedudukan yang merupakan
kemungkinan lokasi yang sesungguhnya, berupa kurva difraksi. Keuntungan utama dalam metode
ini adalah mampu memigrasi reflektor curam dengan baik apabila kualitas data bagus. Tetapi bila
data dengan S/N jelek, maka hasilnya akan rendah mutunya
b. Metode beda hingga
Asumsi dasar yang dipakai untuk migrasi beda hingga adalah teori reflektor meledak.
Berawal dari teori tersebut mak migarsi merupakan proses kontinuasi ke bawah (Claerbout,
1985). Teknik migrasi ini didasarkan pada penyelesaian persamaan differensial gelombang

23
skalar. Keuntungan metode ini (Sismanto,2006) adalah kenampakan yang baik walaupun
data seismik mempunyai S/N rendah. Kelemahanya ialah memerlukan waktu lama dan
mempunyai kesulitan bila terdapat data dengan kemiringan yang cukup tajam.
c. Metode transformasi ke kawasan f-k.
Pada umumnya migrasi biasa dilakukan pada kawasan jarak (offset) dan waktu (t-x).
Migrasi F-K (Stolt, 1978) adalah migrasi yang dilakukan dalam kawasan yang berbeda,
yaitu kawasan frekuensi dan bilangan gelombang. Kawasan frekuensi dan bilangan
gelombang sangat cocok untuk proses migrasi, karena pada kawasan ini penjalaran
gelombang dibentuk dengan pergeseran fase (phase-shift) yang operasinya sangat
sederhana bila diaplikasikan. Dari definisi tersebut migrasi ini merupakan migrasi waktu
(time migration) dengan menggunakan kecepatan konstan. Migrasi F-K biasanya
merupakan migrasi yang paling cepat karena hanya menggunakan pendekatan minimum
(paradigm,1995). Migrasi F-K tidak mempunyai batasan dalam menangani kemiringan dan
dapat mengkonstruksikan secara penuh amplitudo dan fase dari suatu data seismik.

XX. Interpretasi Kualitatif dan Kuantitatif


 Interpretadi kualitatif
Hasil dari trace yang didapat dari perbedaan kecepatan lapisan membentuk strata dan struktur
geologi bawah permukaan, sehingga secara visual dapat diinterpretasi oleh seorang interpreter
hasil penampang seismiknya merujuk pada kaidah geologi serta laporan hasil prosesing
 Interpretasi kuantitatif
Meliputi berbagai macam metode geofisika seperti inversi dan analisa atribut seismic

XXI. Inversi Data Seismik dan Atribut Seismik


a. Inversi Seismik
Inversi seismik didefinisikan sebagai suatu teknik pembuatan model bawah permukaan dengan
menggunakan data seismik sebagai input dan data sumur sebagai kontrol (Sukmono, 2000).
Definisi tersebut menjelaskan bahwa metode inversi merupakan kebalikan dari pemodelan ke
depan (forward modelling) yang berhubungan dengan pembuatan seismogram sintetik
berdasarkan model bumi. Russel (1998) membagi metode seismik inversi dalam dua
kelompok, yaitu inversi pre-stack dan inversi post-stack.

24
Gambar 21.1 Konsep dasar inversi seismik (Sukmono, 2000)
1. Inversi semismik Rekursif/Bandlimited
Inversi rekursif (bandlimited) adalah algoritma inversi yang mengabaikan efek wavelet seismik
dan memperlakukan seolah-olah trace seismik merupakan kumpulan koefisien refleksi yang telah
difilter oleh wavelet fasa nol. Metode ini paling awal digunakan untuk menginversi data seismik
dengan persamaan dasar (Russel, 1988):
𝜌 𝑣 −𝜌 𝑣 𝑧 −𝑧
𝑟𝑖 = 𝜌𝑖+1 𝑣𝑖+1 +𝜌𝑖 𝑣𝑖 = 𝑧𝑖+1 +𝑧𝑖 (21.1)
𝑖+1 𝑖+1 𝑖 𝑖 𝑖+1 𝑖
Dengan r = koefisien rfleksi, = densitas, V = kecepatan gelombang P, dan Z = Impedansi Akustik.
Dimulai dari lapisan pertama, impedansi lapisan berikutnya ditentukan secara rekursif dan
tergantung nilai impedansi akustik lapisan di atasnya dengan persamaan sebagai berikut :
1+𝑟
𝑧𝑖+1 = 𝑧𝑖 ∗ 𝛱 [1−𝑟𝑖 ] (21.2)
𝑖
2. Inversi Model based
Prinsip metode ini adalah membuat model geologi dan membandingkannya dengan data riil
seismik. Hasil perbandingan tersebut digunakan secara iteratif memperbaharui model untuk
menyesuaikan dengan data seismik. Metode ini dikembangkan untuk mengatasi masalah yang
tidak dapat dipecahkan menggunakan metode rekursif. Keuntungan penggunaan metode inversi
berbasis model ini adalah metode ini tidak mengiversi langsung dari seismik melainkan
menginversi model geologinya. Sedangkan permasalahan potensial menggunakan metode ini
adalah sifat sensitif terhadap bentuk wavelet dan sifak ketida-unikan untuk wavelet tertentu.
3. Inversi Sparse Spike
Metode ini mengasumsikan bahwa reflektivitas yang sebenarnya dapat diasumsikan sebagai seri
dari spike-spike besar yang bertumpukan dengan spike-spike yang lebih kecil sebagai background,
kemudian dilakukan estimasi wavelet berdasarkan asumsi model tersebut. Sparse Spike
mengasumsikan bahwa hanya spike yang besar yang penting. Inversi ini mencari lokasi spike yang
besar dari trace seismik. Spike-spike tersebut terus ditambahkan sampai trace dimodelkan secara
cukup akurat. Amplitudo dari blok impedansi ditentukan dengan menggunakan algoritma inversi
model based. Input parameter tambahan pada metode ini adalah menentukan jumlah maksimum
spike yang akan dideteksi pada tiap trace seismik dan treshold pendeteksian seismik.

25
Teknik-teknik dekonvolusi yang dikelompokkan dalam metode sparse spike adalah :
1. Inversi dan dekonvolusi maximum-likelihood
2. Inversi dan dekonvolusi norm-L1
3. Dekonvolusi entropi minimum (MED)

b. Atribut Seismik
Atribut seismik didefmisikan sebagai segala bentuk informasi yang dapat diperoleh dari data
seismik, baik melalui pengukuran secara langsung, melalui teknik komputasi maupun melalui
interpretasi berdasarkan percobaan dan pengalaman (Taner, 2000). Dengan demikian atribut
seismik termasuk atribut jejak kempleks (complex trace attributes), kenfigurasi geometris
peristiwa seismik {seismic event geometrical configurations) juga variasi spasial dan pre-
stack. Atribut seismik menyediakan informasi yang khas berkenaan dengan amplitude, bentuk
dan atau posisi dari gelombang seismik. Berdasarkan metode terbentuknya, ada beberapa jenis
atribut seismik, yaitu :
1. Atribut jejak kompleks (complex trace attributes) : seismik data diperlakukan sebagai
jejak analitik, yang mengandung bagian riil dan imajiner. Di dalamnya termasuk atribut
sesaat (instantaneous attributes) dan atribut respon (response attributes).
2. Atribut Fourier : atribut dalam domain frekuensi yang diperoleh melalui analisis
Fourier (misalnya variasi amplitudo dengan lebar pita dalam frekuensi, dekomposisi
spektral).

XXII. Seismic 3Dimensi, Vertical Profiling, Borehole Seismic


Imaging
 Seismic 3D Berbeda dengan seismic 2 dimensi yang hanya menampilkan satu penampang.
Seismic 3D mengembagkan proses akuisisinya serta pengolahan data untuk shot gather dan
geometri sehingga pengumpulan data yang telah dikoreksi dapat menghasilkan banyak
penampang seismic secara inline dan crossline.
 Vertical profiling

XXIII. Pemanfaatan Metode Seismik Eksplorasi


Hasanudin (2005) berpendapat bahwa eksplorasi seismik refleksi dapat digunakan untuk
eksplorasi prospek dalam dan eksplorasi prospek dangkal. Seismik dalam digunakan pada
eksplorasi hidrokarbon (minyak dan gas), sedangkan seismik refleksi dangkal (shallow seismic
reflection) biasanya sering digunakan pada eksplorasi batubara dan mineral tambang lainnya. Pada
perlapisan batubara, penampang seismik memiliki amplitudo yang jelas, walaupun ketebalan
perlapisan batubara umumnya tipis.
Penggunaan metode seismik refleksi pada eksplorasi batubara berkembang pesat sejak
lebih dari 40 tahun yang lalu. Sartorelli, dkk (1986) menyatakan bahwa metode seismik refleksi
dangkal digunakan pada pertambangan batubara dengan resolusi yang tinggi. Hasil yang
diharapkan dalam pengolahan data seismik adalah kualitas data yang baik yang dapat
menginterpretasikan gambaran perlapisan bawah permukaan mendekati keadaan sebenarnya.

26
DAFTAR PUSTAKA

Asparini Dewi. 2011. Penerapan Metode Stacking dalam Pemrosesan Sinyal Seismik Laut di
Perairan Barat Aceh. Bogor. IPB

Budi Riyanto. 2010. Inversi Seismik Simultan untuk Mengekstrak Sifat Petrofisika. Jakarta. UI

Gadallah, R.M dan Fisher, R. 2009. Exploration Geophysics. Springer. Berlin

Hidayati, S. 2010. Pengenalan Seismologi Gunungapi. Diklat Pelaksana Pemula Pengamat


Gunungapi Baru. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Bandung.

http://www.iatmi-smui.ui.ac.id/

Hutabarat, R.G. 2009. Integrasi Inversi Seismik dengan Atribut Amplitudo Seismik untuk
Memetakan Distribusi Reservoar pada Lapangan Blackfoot. Jakarta. Universitas Indonesia
Jamady Aris. 2011. Kuantifikasi Frekuensi dan Resolusi Menggunakan Seismik Refleksi di
Perairan Maluku Utara. Bogor. IPB

Juanita, Retno. 2011. http://juanita.blog.uns.ac.id/files/2011/01/gelombangseismik1.pdf. Diakses


21 Nopember 2012.

Nurul Priyantari & Agus Suprianto. 2009. Penentuan Kedalaman Bedrock Menggunakan Metode
Seismik Refraksi di Desa Kemuning Lor Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember. Jember.
Universitas Jember.

Primalailia Kiswarasari. 2013. Aplikasi Metode Seismik Refraksi untuk Mendeteksi Potensi
Longsor di Desa Deliksari Kecamatan Gunungpati Semarang. Semarang. Universitas
Negeri Semarang

Robert R. Stewart. 2009. A brief history and extended future of full-wave seismik exploration.
History of full-wave seismology. 21: 1-2

Susilawati. 2008. Penerapan Penjalaran Gelombang Seismik Gempa pada Penelaahan Struktur
Bagian dalam Bumi. Sumatra Utara. Universitas Sumatra Utara

Telford, M.W., Geldart, L.P., Sheriff, R.E, & Keys, D.A. (1976). Applied geophysics, New
York: Cambridge University Press.

27

You might also like