Professional Documents
Culture Documents
Case Report Demam Kuning
Case Report Demam Kuning
Case Report Demam Kuning
IKTERUS
Disusun Oleh :
PEMBIMBING :
dr. Rina Kriswiastiny, Sp.PD
LAPORAN KASUS
SMF PENYAKIT DALAM
RS PERTAMINA BINTANG AMIN
BANDAR LAMPUNG
STATUS PASIEN
I. IDENTIFIKASI PASIEN
II. ANAMNESIS
B. Keluhan Tambahan
Mata menjadi kuning, demam terutama malam hari, perut terus
membesar, badan lemas, BB turun drastis dalam 2 bulan, BAB berwarna
kuning pucat, BAK berwarna pekat seperti teh.
muntah, BAB dan BAK tidak ada keluhan. OS belum berobat untuk
menghilangkan nyerinya tersebut.
Satu bulan sebelum masuk RS OS masih mengeluhkan nyeri perut,
dan mulai berobat ke puskesmas, namun masih sering kambuh. OS juga
mulai mengeluhkan BABnya berwarna kuning pucat dan BAK berwarna
pekat seperti air teh. Perut OS tetap besar tetapi tidak bertambah ukurannya,
berat badannya masih belum bertambah walau makan banyak. OS juga
sudah mengeluhakan demam yang dimulai sore hari hingga malam hari saja.
OS tidak mengeluhkan muntah, batuk hingga 2 minggu , keringat malam,
ataupun BAB mencret berkepanjangan.
Satu minggu sebelum masuk RS keluhan sakit perut, BAB pucat dan
BAK pekat masih dialami, tetapi ada tambahan yaitu mata yang menjadi
kuning. OS masih berobat ke puskesmas untuk meredakan nyeri perutnya.
Satu hari sebelum masuk RS OS merasakan nyeri perut yang sangat hebat
dan tak tertahankan, OS memutuskan untuk pergi ke IGD RS agar
mendapatkan perawatan lebih lanjut. OS tidak mengeluhkan muntah
ataupun sulit BAB.
E. Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok (+)
Riwayat konsumsi alkohol (+)
Riwayat penggunaan jarum suntik secara bersama (-)
Riwayat bergonta-ganti pasangan (+)
Kulit
Kepala
Mata
Telinga
- Nyeri - Tinitus
- Sekret - Gangguan pendengaran
- Kehilangan pendengaran
4
Hidung
Mulut
Tenggorokan
Leher
Dada (Jantung/Paru)
- Ortopnoe - Batuk
5
Abdomen (Lambung/Usus)
√ Mual - Wasir
- Muntah - Mencret
- Stranguri - Kolik
- Poliuri - Oliguria
- Polakisuria - Anuria
Ektremitas
B. Pemeriksaan
Kepala :Deformitas (-), rambut putih tersebar merata
Paru-paru
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : Ekspansi dada simetris, vokal fremitus simetris
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler kanan/kiri , wheezing-/-
Abdomen
Inspeksi : Cembung, Spider nevi (-)
Palpasi : Nyeri tekan (+) regio hipocondria dextra hingga
epigastrium, hati teraba membesar ± 3 jari dari arcus costae,
permukaan rata, konsistensi sedikit keras, tepi tajam. Limpa
tidak teraba membesar.
Perkusi : Timpani, undulasi (-), Shifting dullnes (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
9
Ekstremitas
Kekuatan otot 5 5
5 5
Akral hangat
Edema -/-
CRT < 2”
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Laboratorium
10/12/2016 dan 11/12/2016
HEMATOLOGI
Eosinofil 0 1-3%
Batang 1 2-6 %
Segmen 70 50-70 %
Limposit 16 20-40 %
Monosit 13 2-8 %
B. EKG
Tanggal 10/12/2016
Interpretasi : Sinus rhythm, normal EKG
C. USG
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium tanggal 11/12/2016
Bilirubin Total 7,1 <1,1 mg/dL
Bilirubin Direct 5,9 <0,25 mg/dL
Bilirubin Indirect 1,2 0,1 - 0,8 mg/dL
SGOT 209 Lk <37 uL Wn <31 uL
SGPT 164 Lk <42 uL Wn <32 uL
HBsAg Positif Negatif
X. PENATALAKSANAAN
- IVFD asering 20 tpm makro
- Neurobion drip (ekstra)
- Inj. Ceftriaxone 2x1 vial
- Inj. Omeprazol 2x1 vial
- Inj. Ondansetron 2x1 amp
- Mucogard syr 3x2 C
- Ibuprofen 400mg 3x1 tab
- Curcuma 1x1 tab
- Cefixime 100mg 2x1 C
- Liver prime 1x1 ta
13
XI. PROGNOSIS
Ad Vitam : Dubia ad bonam
Ad Functionam : Dubia ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam
PERJALANAN PENYAKIT
Teori:
Bilirubin, suatu pigmen kuning dengan struktur tetrapirol yang tidak larut
dalam air berasal dari sel-sel darah yang telah hancur (75%), katabolisme protein
hem lain (22%) dan inaktivasi eritropoiesis sumsum tulang (3%). Bilirubin yang
tidak terkonjugasi akan ditransport ke dalam sirkulasi sebagai sebuah kompleks
dengan albumin, walaupun sejumlah kecil dialirkan ke dalam sirkulasi secara
terpisah. Bilirubin larut dalam lemak akan diubah menjadi larut air oleh hati
melalui beberapa langkah yang terdiri atas fase pengambilan spesifik, konjugasi
dan ekskresi. Obstruksi ekstra hepatis akan memyebabkan peningkatan bilirubin,
dapat juga ditemukan iritasi dan inflamasi sekunder hepatosit sebagai akibat
obstruksi bilier.
Penyebab paling sering pada kolestasis ekstrahepatik adalah batu duktus
koleduktus dan kanker pankreas. Kolestasis mencerminkan kegagalan sekresi
empedu. Mekanismenya sangat kompleks, bahkan juga pada obstruksi mekanis
empedu. Retensi bilirubin menghasilkan campuran hiperbilirubinemia dengan
kelebihan bilirubin konjugasi masuk ke dalam urin. Tinja sering berwarna pucat
karena lebih sedikit yang bisa mencapai saluran cerna usus.
Manifestasi klinis kolestasis intrahepatik dan ekstrahepatik gejala awal
terjadinya perubahan warna urin yang menjadi lebih kuning, gelap, tinja pucat,
gatal yang menyeluruh adalah tanda klinis adanya kolestasis. Kolestasis kronik
bisa menimbulkan pigmentasi kulit kehitaman, eksoriasi karena pruritus, sakit
tulang, dan endapan lemak kulit.
14
Kasus:
Pada pasien ini ditemukan kadar bilirubin yang meningkat, baik bilirubin
total, direk, dan indirek. Keadaan ini dicurigai adanya sumbatan pada saluran
duktus koledokus yang menyebabkan bilirubin terhambat dan menimbulkan gejala
mata ikterik, tinja berwarna kuning pucat, urin berwarna kuning pekat seperti teh.
Gejala tersebut merupakan manifestasi dari kolestasis intrahepatik dan
ekstrahepatik.
Hasil laboratorium menunjukkan serum HBsAg positif dapat
mengarahkan diagnosis hiperbilirubin disebabkan oleh Hepatitis B. Faktor risiko
penularan Hepatitis B pada pasien ini bisa disebabkan oleh kebiasaan pasien
konsumsi minuman beralkohol dan aktivitas seksual yang berganti-ganti pasangan
sesame jenis.
PENATALAKSANAAN
Teori:
Tatalaksana Hepatitis B dibagi 2 kelompok, yaitu:
I. Kelompok Imunomodulasi
- Interferon
- Timosin alfa 1
- Vaksinasi Terapi
II. Kelompok Terapi Antivirus
- Lamivudin
- Adefovir Dipivoksil
Tujuan pengobatan Hepatitis B dalah mencegah atau menghentikan
progesi jejas pada hati dengan cara menekan replikasi virus. Respon terapi hanya
15
Kasus:
Pada pasien ini diberikan liver prime untuk meningkatkan imunitas
tubuhnya agar bisa menekan replikasi dari virus Hepatitis. Terapi lain yang
diberikan adalah untuk menghiangkan gejala simptomatis pada pasien seperti obat
untuk lambung dan penurun panas. Akan tetapi pada pasien ini belum
mendapatkan terapi Antivirus untuk menekan replikasi dari virus Hepatitis,
dikarenakan untuk memberikan obat Antivirus pada pasien hepatitis harus
memiliki HBsAg dalam darah selama enam bulan.