Professional Documents
Culture Documents
LP Sectio Caesarea
LP Sectio Caesarea
LP Sectio Caesarea
SECTIO CAESAREA
DEPARTEMEN PEDIATRIK
Oleh :
TRI RAHAYU ZULFIKRIYAH
NIM. 160070301111032
SECTIO CAESAEA
A. Pengertian
B. Indikasi
C. Kontraindikasi
D. Klasifikasi
E. Patofisiologi
F. Komplikasi/ Risiko
Operasi sesar adalah operasi yang aman. Namun, seperti dengan
operasi besar lainnya, ada resiko yang terlibat (Gregory et al, 2011). Risiko
utama adalah untuk ibu. Komplikasi maternal terjadi pada 25 persen sampai
50 persen kelahiran seperti perdarahan hebat pada saat operasi dan setelah
melahirkan, infeksi pada luka atau peningkatan bekuan darah (trombosis) di
pembuluh darah kaki/tromboflebitis (Bobak, 2005; Gregory et al, 2011).
Komplikasi lain meliputi aspirasi, emboli pulmoner, infeksi saluran kemih,
cedera pada kandung kemih atau usus, dan komplikasi yang berhubungan
dengan anestesi (Bobak, 2005). Menurut Edwards and McColgan (2010),
kecemasan juga merupakan komplikasi dari pasien yang mengalami operasi
karena kecemasan dapat mempengaruhi keadaan fisiologis pasien.
Kecemasan mengakibatkan perubahan yang disebabkan oleh stimulasi
simpatik yang dapat mengakibatkan peningkatan denyut jantung dan tekanan
darah. Selain itu, kecemasan dapat menyebabkan meningkatnya rasa nyeri
dan keterlambatan penyembuhan. Para dokter kandungan dan bidan akan
memastikan bahwa tindakan yang tepat diambil untuk mengurangi risiko
komplikasi (Gregory et al, 2011).
Kelahiran sesar bukan saja berisiko pada ibu tetapi juga pada janinnya.
Risiko itu meliputi risiko janin lahir prematur jika usia gestasi tidak dikaji
dengan akurat dan risiko cedera janin dapat terjadi selama pembedahan.
Selain itu, wanita tersebut memiliko risiko finansial karena biaya kelahiran
sesar lebih tinggi daripada kelahiran normal secara per vaginam dan periode
pemulihan yang lebih lama memerlukan biaya tambahan (Bobak, 2005). Oleh
karena itu, pada tahun 1985, Organisasi Kesehatan Dunia WHO
menyarankan bahwa tingkat operasi sesar sebesar 15 persen hanya untuk
negara maju (Thompson, 2010).
G. Pemeriksaan Penunjang
H. Penatalaksanaan
b. Insisi Uterus
1. Insisi caesarea klasik
a) Insisi caesarea klasik adalah suatu insisi vertikal ke dalam korpus
uterus diatas segmen bawa uterus dan mencapai fundus uterus.
Sebagian besar insisi dibuat di segmen bawah uterus secara
melintang. Insisi melintang disegman bawah memiliki keunggulan
yaitu hanya memerlukan sedikit pemisahan kandung kemih dari
miometrium dibawahnya. Indikasi dilakukan insisi klasik untuk
melahirkan janin, yaitu :
1) Apabila segman bawah uterus tidak bisa dipajankan atau dimasuki
dengan aman karena kandung kemih melekat dengan erat akibat
pembedahan sebelumnya, atau apabila teardapat karsinoma
invasif diserviks.
2) Janin berukuran besar, terletak melintang, selaput ketuban sudah
pecah dan bahu terjepit jalan lahir.
3) Plasenta previa dengan implantasi anterior.
4) Janin kecil, presentasi bokong, sementara segmen bawah uterus
tidak menipis.
5) Obesitas berat
2. Insisi caesarea transversal, insisi tranversal melalui segman bawah
uterus merupakan tindakan untuk presentasi kepala, dengan proses
kelahiran janin :
a. Pada presentasi kepala, satu tangan diselipkan kedalam rongga
uterus diantara simpisis dan kepala janin. Kepala diangkat secara
hati-hati dengan jari dan telapak tangan, melalui lubang insisi dibantu
oleh penekanan sedang transabdomen pada fundus.
b. Hidung dan mulut diaspirasi dengan bola penghisap (bulb syringe)
untuk mencegah teraspirasinya cairan amnion dan isinya oleh janin,
dan dilakukan sebelum thorak bayi dilahirkan.
c. Bahu dilahirkan dengan tanpa ringan disertai penekanan pada
fundus.
d. Bagian tubuh lainnya segera menyusul, setelah bahu dilahirkan, ibu
atau pasien diberi oksitosin 20 unit/liter dengan kecepatan 10
ml/menit sampai uterus berkontraksi dengan baik.
e. Tali pusat diklem, bayi dipegang setinggi dinding abdomen.
f. Plasenta dikelurkan dari uterus.
g. Penjahitan uterus dan dinding abdomen dilakukan.
J. Pathway
TERLAMPIR
2) Perubahan Psikologis
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2009: 88-89), adaptasi
psikologis dapat diklasifikasikan menjadi 3 antara lain :
a) Fase Taking In
Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu, fokus
perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Ibu masih pasif dan
tergantung. Pengalaman selama proses persalinan sering berulang
diceritakan, kelelahan membuat ibu cukup istirahat untuk mencegah
gejala kurang tidur, seperti mudah tersinggung serta nafsu makannya
meningkat. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi positif terhadap
lingkungan. Oleh karena itu, kondisi ibu perlu dipahami dengan
menjaga komunikasi yang baik.
L. Asuhan Keperawatan
3. Pengkajian
Pengkajian fokus yang dapat dilakukan pada klien dengan
postpartum persalinan sesar yaitu sebagai berikut:
a. Keluhan utama klien saat ini
b. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien
multipara
c. Riwayat penyakit keluarga
d. Keadaan klien meliputi :
1) Sirkulasi, hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi.
Kemungkinan kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-
kira 600-800 mL
2) Integritas ego, dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi
sebagai tanda kegagalan dan atau refleksi negatif pada kemampuan
sebagai wanita. Menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan,
ketakutan, menarik diri, atau kecemasan.
3) Makanan dan cairan, abdomen lunak dengan tidak ada distensi (diet
ditentukan).
4) Neurosensori, kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat
anestesi spinal epidural.
5) Nyeri / ketidaknyamanan, mungkin mengeluh nyeri dari berbagai
sumber karena trauma bedah, distensi kandung kemih , efek - efek
anesthesia, nyeri tekan uterus mungkin ada.
6) Keamanan, balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan
utuh.
7) Seksualitas, fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Aliran
lokhea sedang.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (adanya luka post
SC) dan agen injuri biologis (involusi uterus, dan terjadinya
pembengkakan payudara).
b. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang
tidak adekuat (adanya luka post SC).
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyaman periode
post partum, proses persalinan, dan perawatan bayi serta rutinitas di
rumah sakit.
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan nyeri dan kelemahan.
a. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC: Pain Management
berhubungan 1x24 jam diharapkan pasien dapat 1. Melakukan pengkajian secara komprehensif 1. Mengetahui kualitas nyeri
dengan agen mengontrol nyerinya, nyeri berkurang mengenai lokasi, karakteristik, lamanya, pasien
injuri fisik dengan kriteria hasil: frekuensi, kualitas nyeri dan faktor presipitasi
(adanya luka Indikator Awal Target 2. Mengobservasi penyebab ketidaknyamanan 2. Dapat mengurangi rasa
post SC) dan klien secara verbal dan nonverbal cemas dan takut sehingga
agen injuri 1. Pasien mampu mampu mengurangi rasa
biologis mengenali faktor sakit
(involusi penyebab nyeri 3. Menyakinkan klien akan pemberian analgesik 3. Menurunkan nyeri
uterus, dan 2. Mengenali onset 4. Menggunakan komunikasi teraupetik untuk 4. Komunikasi terapeutik
terjadinya nyeri mengetahui pengalaman nyeri pasien mampu menurunkan
pembengkakan 3. Memberikan kecemasan
payudara). analgesik 5. Mengkaji dampak dari pengalaman nyeri (ggg 5. Mengetahui kondisi
(kolaborasi dengan tidur, ggg hubungan) ketidaknyamanan klien
tim kesehatan lain) yang kemungkinan
4. Melaporkan kontrol mampu mengagnggu
nyeri kualitas hidupnya
5. Pasien mampu 6. Meminimalkan nyeri
6. Mengontrol faktor lingkungan yang
melaporkan menyebabkan klien merasa tidak nyaman dengan menciptakan
nyerinya (ruangan, temperatur, cahaya) lingkungan nyaman
6. Klien mengetahui 7. Instruksikan pasien untuk melakukan teknik 7. Meningkatkan relaksasi
frekuensi nyeri relaksasi seperti bimbingan imajinasi, nafas
dalam
Keterangan:
1: tidak pernah menunjukan
2: jarang menunjukan
3: kadang-kadang menunjukan
4: sering menunjukan
5: konsisten menunjukan
Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah a. Mencegah terjadinya
berhubungan selama 1x24 jam risiko infeksi dapat teratasi melakukan tindakan infeksi melalui tangan
dengan dengan kriteria hasil : b. Menyediakan lingkungan yang bersih dan b. Mencegah infeksi
pertahanan Batasan karakteristik Awal Target kenyamanan tempat tidur
tubuh primer Tidak terdapat c. Batasi pengunjung c. Mencegah kontak klien
yang tidak demam, kemerahan, dengan dunia luar
adekuat cairan purulen, d. Petugas kesehatan memakai sarung tangan d. Mencegah infeksi demi
(adanya luka bengkak disekitar luka sebagai bentuk universal precaution kesehatan klien dan
Mengetahui tanda dan
post SC). petugas kesehatan
gejala infeksi
Asupan nutrisi e. Memberikan antibiotik e. Membunuh bakteri
Robeknya kulit f. Menggunakan peralatan steril dalam melakukan f. Peralatan steril dapat
Luasnya tepi luka
Keterangan: tindakan yang membutuhkan peralatan steril mencegah kondisi infeksi
1= tidak ada pengetahuan g. Bersihkan dan sterilkan alat yang telah dipakai g. Mensterilkan alat untuk
2= pengetahuan sedikit dipaai ulang sebagai
3= pengetahuan sedang bentuk pencegahan
4=pengetahuan baik infeksi antar klien
5= pengetahuan sangat baik h. Observasi luka klien h. Mengetahui luka sebelum
dilakukan tindakan dan
sesudah
i. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam memberikan i. Meningkatkan stamina
diet klien
j. Membantu dan mengajari kliren dalam j. Klien dapat melakukan
melakukan perawatan perineum perawatan perinium di
rumah
Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Atur waktu khusus untuk rutinitas perawatan 1. Memperbaiki pola tidur
tidur 1x24 jam, diharapkan kemampuan tidur pasien sehingga sesuai dengan jadwal pasien dan tidak individu dengan tidak
berhubungan meningkat dengan kriteria hasil: mengganggu jadwal istirahat pasien. mengganggu waktu
dengan Batasan karakteristik Awal Target perawatan dan waktu
ketidaknyaman Mengungkapkan istirahat pasien.
periode post kemampuannya untuk 2. Minimalkan tingkat kebisingan diluar dan 2. Mengurangi rangsangan
partum, proses tidur. didalam ruang perawatan. Tutup pintu pada saat dari luar yang dapat
persalinan Mengungkapkan pasien istirahat atau tidur. mengganggu waktu
yang lama, dan jarang terjaga istirahat pasien.
perawatan bayi dimalam hari. 3. Atur tidur siang pasien tanpa mengganggu 3. Mengatur jadwal tidur
Mengungkapkan
serta rutinitas waktu tidur bayi. pasien dan bayinya.
kepuasannya akan
di rumah sakit. 4. Batasi pengunjung pada siang dan malam hari. 4. Mengurangi kebisingan
tidur.
Tidak menunjukan dan meningkatkan waktu
keletihan pada saat istirahat pasien.
bangun tidur 5. Diskusikan teknik yang pernah dipakai pasien 5. Meningkatkan kontrol dan
Keterangan: untuk meningkatkan waktu istirahat, misalnya meningkatkan relaksasi
1= tidak ada pengetahuan minum minuman hangat, membaca, menonton pasien.
2= pengetahuan sedikit TV sebelum tidur, dan melakukan masase
3= pengetahuan sedang diarea punggung.
4=pengetahuan baik 6. Lakukan upaya untuk menciptakan rasa nyaman 6. Mengurangi nyeri dan
5= pengetahuan sangat baik saat pasien merasa nyeri dengan cara ketegangan,
menggosok punggung, memberikan analgesik, meningkatkan relaksasi
dan melakukan teknik relaksasi. dan istirahat serta
meningkatkan waktu tidur
pasien.
Defisit Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Monitor kemampuan pasien dalam 1. Mengetahui ADL pasien.
perawatan diri 1x24 jam, diharapkan pasien mampu melakukan melakukan ADL secara mandiri.
berhubungan perawatan diri secara menyeluruh dengan 2. Monitor kebutuhan pasien akan alat bantu 2. Mempermudah pasien
dengan nyeri kriteria hasil: dalam melakukan ADL. melakukan ADL.
dan kelemahan Batasan karakteristik Awal Target 3. Sediakan peralatan-peralatan pribadi yang 3. Mempersiapkan sarana
Mampu mandi sendiri dibutuhkan pasien (seperti deodoran, pasta gigi, prasarana pasien untuk
Mampu berpakaian
dan sabun mandi, diapers). ADL,
sendiri
4. Bantu pasien dalam melakukan ADL sampai Memberikan perawatan
Mampu merapikan
pasien atau keluarga mampu melakukannya pada pasien.
rambut sendiri
Mampu toileting dengan mandiri.
sendiri
Mampu makan dan
minum sendiri
Keterangan:
1= tidak ada pengetahuan
2= pengetahuan sedikit
3= pengetahuan sedang
4=pengetahuan baik
5= pengetahuan sangat baik
DAFTAR PUSTAKA
Arjatmo T.(2001). Keadaan Gawat Yang Mengancam Jiwa. Jakarta : gaya baru
Bobak, I. M., Deitra L. L., & Margaret D. J. (2005). Buku ajar keperawatan
maternitas (Maternity Nursing) Edisi 4. Jakarta: EGC.