Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

ISSN: 1412-6869 e-ISSN: 2480-4038


journalhomepage: http://journals.ums.ac.id/index.php/jiti/index
doi: 10.23917/jiti.v16i2.4165.

Penentuan Kriteria Pengukuran Indikator Kinerja


Penyelenggaraan Diklat Berbasis Kompetensi
Menggunakan Metode Focus Group Discussion
Rohmatulloh1, Julian Ambassadur Shiddiq2

Abstract. The formulation of performance indicators is good and meaningful must meet the criteria
CREAM (clear, relevant, economic, adequate, and monitorable). In practice, it is often found
performance indicators can not be applied because it has a variety of interpretations in the criteria of
measurement. The problem is discussed using focus group method (FG). The results of the discussion
have succeeded in identifying and consensusing the six criteria for measuring the key performance
indicators (KPI) for the implementation of competency-based training, ie training needs analysis,
syllabus curriculum, modules, training implementation guidelines, evaluation of training, and
evaluation of training implementation (satisfaction and learning). The use of the FG method in this
study is effective enough to generate many ideas and the participation of internal stakeholders in
solving the problem. The success of FG is highly dependent on pre-discussion planning, especially the
deepening of the issues studied and the determination of data sources or participants, who understand
the issues being discussed.

Keywords: Performance indicator, competency-based training, focus group

Abstrak. Perumusan indikator kinerja (IK) yang baik dan bermakna harus memenuhi kriteria CREAM
(clear, relevant, economic, adequate, dan monitorable). Dalam prakteknya, seringkali ditemukan
masalah IK tidak bisa diterapkan karena memiliki ragam penafsiran dalam kriteria pengukurannya.
Permasalahan tersebut dibahas menggunakan metode focus group (FG). Hasil diskusi telah berhasil
mengidentifikasi dan mengkonsensuskan enam kriteria pengukuran indikator kinerja utama (IKU)
penyelenggaraan diklat berbasis kompetensi yaitu analisis kebutuhan diklat, kurikulum silabus, modul,
pedoman penyelenggaraan diklat, evaluasi widyaiswara, dan evaluasi penyelenggaraan diklat
(kepuasan dan pembelajaran). Penggunaan metode FG pada penelitian ini cukup efektif untuk
membangkitkan banyak ide dan partisipasi pemangku kepentingan internal dalam menyelesaikan
masalah. Keberhasilan FG sangat tergantung dari perencanaan sebelum diskusi khususnya
pendalaman masalah yang dikaji dan penentuan sumber data (partisipan) yang mengerti
permasalahan yang didiskusikan.

Kata Kunci: Indikator kinerja, diklat berbasis kompetensi, focus group.

dan handal untuk mengukur capaian,


I. PENDAHULUAN 1
merefleksikan perubahan melalui sebuah
Indikator adalah variabel kuantitatif atau intervensi atau membantu menilai kinerja
kualitatif yang memberikan arti sederhana organisasi terhadap outcome yang telah
dinyatakan. Perumusan indikator kinerja
1 (IK) dilakukan dengan mempertimbangkan
1
Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Aparatur, kriteria mutu agar diperoleh indikator sesuai
Jalan Cisitu Lama No. 37, Bandung 40135
2
Sekretariat Badan Pengembangan SDM, Energi dan
kebutuhan organisasi. Indikator yang baik
Sumber Daya Mineral, Jl. Jend. Gatot Soebroto Kav. 49, dan bermakna harus memenuhi kriteria mutu
Jakarta 12950 CREAM (clear, relevant, economic,
1
email: rohmatulloh@diklat.esdm.go.id
adequate, monitorable) (Kusek & Rist,
2
email: julianambassador@diklat.esdm.go.id 2004). Dengan mengunakan kriteria ini,
idealnya IK yang telah dirumuskan dapat
Diajukan: 27-05-2017 Diperbaiki: 15-10-2017
Disetujui: 25-11-2017
diimplementasikan dengan baik dan banyak

133
Rohmatulloh& Shiddiq / Penentuan Kriteria Pengukuran Indikator Kinerja.... JITI, Vol.16 (2), Des 2017, 133 – 141

memberikan informasi bermakna bagi kelompok seperti nominal group technique


pengambil keputusan dalam menentukan (NGT), delphi, brainstorming, synetics,
intervensi perbaikan yang diperlukan untuk leaderless discussion group (Stewart &
meningkatkan kinerja kebijakan, program, Shamdasani, 1990). Konsep awal FG dapat
dan kegiatan. dilacak dari hasil pekerjaan Merton dan
Terkait dengan IK yang dirumuskan koleganya dari Columbia University pada
Badan Diklat ESDM tahun 2015-2019, tahun 1940an yang disebut dengan istilah the
terdapat beberapa IK yang dalam focused interview. FG pertama kali
perumusannya masih memiliki ragam diterapkan pada ilmu sosial untuk
penafsiran oleh pemangku kepentingan menyelidiki dinamika sosial, komunikasi
internal. Akibatnya pemangku kepentingan persuasif, dan pengaruh media masa sebagai
melakukan pengukuran dengan kriteria yang dampak dari upaya propaganda perang dunia
berbeda-beda sesuai penafsirannya masing- kedua. Sampai dengan hari ini, FG
masing. Penelitian ini bertujuan untuk merupakan metode kualitatif populer yang
menentukan perbaikan kriteria pengukuran digunakan sebagai alat untuk evaluasi
yang disepakati pemangku kepentingan program, pemasaran, kebijakan publik,
internal agar dapat menghasilkan IK yang periklanan, komunikasi, peningkatan mutu
memenuh kriteria CREAM. Fokus IK yang layanan, dan evaluasi kinerja pegawai
dibahas dalam penelitian ini adalah (Stewart & Shamdasani, 1990; Bader &
penyelenggaraan diklat berbasis kompetensi. Rossi, 1998)
IK ini merupakan salah satu indikator kinerja Definisi FG adalah interview atau
utama (IKU) dari enam IKU yang wawancara kelompok terstruktur untuk
dimilikinya. IKU merepresentasikan seluruh mengumpulkan pendapat dan pengetahuan
aspek kinerja organisasi yang sangat kritis tentang topik tertentu dari partisipan terpilih
untuk kesuksesan saat ini dan masa depan (Bader & Rossi, 1998). Smithson (2000)
organisasi. Karakterisitik IKU adalah ukuran mengidentifikasi definisi FG dari para
non fnansial, pengukurannya sering, peneliti dan menemukan penekanan FG
dilakukan oleh pimpinan puncak, sebagai metode interview dan diskusi
pengaruhnya signifikan terhadap IKU dan IK kelompok. Perbedaan keduanya dijelaskan
lainnya dalam seluruh perspektif balanced dalam bentuk interaksi instrumen pengumpul
scorecard, dan berpengaruh positif terhadap data dan sumber data. Interview menekankan
seluruh aspek kinerja lainnya (Parmenter, interaksi peneliti-partisipan, sedangkan
2007). diskusi menekankan interaksi antar partisipan
Demonstrasi penyelesaian masalah (Smithson, 2000). Salah satu karakteristik
penentuan kriteria pengukuran IKU FG adalah melibatkan anggota kelompok
penyelenggaraan diklat berbasis kompetensi yang homogen dan pada umumnya
melibatkan para pemangku kepentingan melibatkan sebanyak 6 – 12 individu dengan
internal menggunakan metode focus group dipandu oleh seorang fasilitator. Namun
(FG). Adapun istilah FG yang digunakan ukuran besar kecilnya kelompok disesuaikan
dalam makalah ini adalah focus group dengan ruang lingkup isu atau masalah
discussion (FGD) seperti yang digunakan penelitian yang dibahas. Jika penelitiannya
oleh (Smithson, 2000). kompleks, maka dibutuhkan banyak
kelompok FG. Namun jika partisipannya
Focus Group Discussion relatif homogen dan pertanyaan penelitiannya
Focus group (FG) atau kelompok terarah sederhana, maka dibutuhkan kelompok yang
adalah hanya salah satu teknik penelitian dari sedikit. Durasi waktu pelaksanaan sesi
banyak teknik lainnya yang melibatkan diskusi sekitar 90 – 150 menit. Jumlah

134
Jurnal Ilmiah Teknik Industri p-ISSN 1412-6869 e-ISSN 2460-4038

ukuran kelompok juga akan mempengaruhi Sebagai sebuah metode, FG memiliki


tingkat keaktifan partisipan. Kelompok yang berbagai kelebihan dibandingkan metode
terlalu kecil akan didominasi oleh satu atau lainnya sebagai alat mengumpulkan,
dua anggota individu, sementara kelompok menganalisis, dan menyajikan data. Namun
yang terlalu besar sulit untuk dikelola di sisi lain, FG juga bukan sebuah metode
fasilitator dan tingkat keaktifan individu yang dapat menyelesaiakan berbagai masalah
sedikit (Stewart & Shamdasani, 1990). tanpa ada keterbatasan yang dimilikinya.
Penggunaan FG secara umum untuk Tabel 1 menyajikan berbagai kelebihan dan
memperoleh, menganalisis, dan menyajikan kekurangan metode FG (Stewart &
data untuk penyelesaian masalah di berbagai Shamdasani, 1990; Bader & Rossi, 1998).
bidang, diantaranya untuk: a) memperoleh FG secara tradisional dilakukan melalui
informasi latar belakang yang bersifat umum tatap muka langsung. Namun dewasa ini
pada topik tertentu, b) membangkitkan dengan berkembangnya teknologi informasi
hipotesis penelitian, c) merangsang ide baru dan komputer, FG dapat dilakukan secara
dan konsep kreatif, d) mendiagnosa potensi maya (virtual) dengan menggunakan
masalah pada sebuah program, produk, dan telekonferensi dan video konferensi.
layanan baru, e) membangkitkan impresi Beberapa kelebihan penggunaan FG virtual
pada program, produk, layanan, organisasi, adalah cepat, mudah, dan murah. Sedangkan
atau objek tertentu lainnya, f) mempelajari kekurangannya adalah memerlukan
cara partisipan menceritakan fenomena yang kompetensi teknis yang tinggi dan sulit
dapat digunakan untuk memfasilitasi desain membangun hubungan harmonis dan saling
kuesioner, instrumen survei, atau instrumen percaya (rapprot) (Bader & Rossi, 1998).
penelitian lainnya, g) menginterpretasikan Pelaksanaan FG secara tradisional dilakukan
data hasil penelitian kuantitatif yang telah melalui tiga tahapan yaitu perencanaan,
dilakukan sebelumnya, dan h) memfasilitasi pelaksanaan, dan evaluasi. Tabel 2
pengambilan keputusan (Stewart & menunjukkan tahapan pelaksanaan FG yang
Shamdasani, 1990; Williams & Katz, 2001). dikembangkan para peneliti.
Tabel 1. Kelebihan dan kekurangan FG
Kelebihan Keterbatasan
a. Menyediakan data dari banyak individu secara a. Jumlah anggota kelompok yang kecil tidak
cepat dan murah biayanya dapat digunakan untuk mengeneralisir
b. Mengijinkan peneliti berinteraksi secara populasi yang besar
langsung dengan partisipan b. Tanggapan individu tidak independen satu
c. Formatnya terbuka sehingga memiliki peluang sama lainnya.
mendapatkan data kualitatif dalam jumlah c. Hasilnya mungkin didapat dari anggota
banyak kelompok yang sangat dominan.
d. Mengijinkan partisipan bereaksi dan d. Interaksi langsung dan alami mendorong
menanggapi terhadap anggota partisipan peneliti atau pengambil keputusan membuat
lainnya keyakinan yang lebih besar terhadap temuan
e. Sangat fleksibel terhadap berbagai topik daripada yang sebenarnya diperlukan
dengan individu dan setting yang bervariasi e. Sulit meringkas dan menginterpretasikan hasil
f. Dapat digunakan untuk mengambil data pada f. Moderator dapat bias menanggapi jenis dan
anak-anak atau individu yang tidak melek jawaban partisipan yang diinginkan
huruf.
g. Dapat membangun komitmen anggota
kelompok
h. Memungkinkan menggali isu secara mendalam
i. Memungkinkan peserta untuk lebih banyak
berkontribusi tanpa banyak persiapan

135
Rohmatulloh& Shiddiq / Penentuan Kriteria Pengukuran Indikator Kinerja.... JITI, Vol.16 (2), Des 2017, 133 – 141

Tabel 2. Tahapan pelaksanaan FG


Tahap (Stewart & Shamdasani, 1990) (Bader & Rossi, 1998) (Williams & Katz, 2001)
Perencanaan a. Definisi masalah atau a. Perencanaan: a. Fokus pada tujuan
perumusan pertanyaan - Menentukan tujuan (Isu penelitian
penelitian umum dan spesifik, tujuan b. Memilih moderator
b. Indentifikasi kerangka FG, informasi yang c. Memilih dan merekrut
partisipan diharapkan, sumber partisipan
c. Indentifikasi moderator informasi)
d. Membangkitkan dan uji coba - Menentukan partisipan
panduan wawancara - Menentukan fasiltator
e. Merekrut partisipan - Mereview isu dan
menyusun agenda (panduan
pelaksanaan FG)
- Mereview persiapan
khusunya bagi
penanggungjawab perekam
data
- Menyiapkan fasilitas
(lokasi, setting ruangan,
dan peralatan)
Palaksanaan f. Melakukan diskusi b. Pelaksanaan: d. Analisis dan
diskusi g. Analisis dan interpretasi data - Menyampaikan tujuan dan penggunaan hasil
agenda
- Analisis konten
- Finalisasi laporan
Evaluasi h. Menulis laporan c. Evaluasi: menyusun matriks
tindak lanjut perbaikan

Tabel 3. Penerapan FG dalam berbagai penelitian


Tujuan Partisipan
Membangkitkan ide

Identifikasikriteria/

pelaksanaan FG
Penentuanprioritas
faktorkesuksesan

Durasi waktu
npartisipan/
nkelompok
Bidang1

n = jumlah

(menit)
kelompok

No Peneliti Bentuk pengelompokan


berdasarkan

1 (Nielsen, 2013) 1 • 53 5 3-16 Lokasi tempat tinggal


pelanggan
2 (Larasati, dkk, 2013) 2 • 43 6 7-21 Program studi
3 (Einasto, 2014) 2 • 15 2 7-8 Program pendidikan (S1
dan S2, dan S3) dan dosen
4 (Morris, dkk., 2006) 2 • 60 10 Kategori penanganan 90-120
pasien diabetes tipe 1
5 (Simigiu, 2014) 1 • 51 5 6-15 Kelompok usia (remaja
dan dewasa) dan profesi
6 (Kellogg, dkk., 2007) 3 • 200 19 8-23 Lokasi pelaksanaan 90
program
Keterangan:
1
Bidang: 1 = kesehatan, 2 = pendidikan, 3 = lingkungan

Penelitian terdahulu penggunaan FG untuk (Kellogg, dkk., 2007). Berdasarkan analisis


pemecahan masalah telah banyak dilakukan data sekunder dari beberapa jurnal (Tabel 3),
di berbagai bidang yaitu kesehatan (Nielsen, ditemukan bahwa penggunaan FG bertujuan
2013; Simigiu, 2014), pendidikan (Morris, untuk membangkitkan ide, identifikasi
dkk., 2006; Larasati, Chisbiyah & Hidayati, kriteria atau faktor kesuksesan, dan
2013; Einasto, 2014), dan lingkungan penentuan prioritas. Partisipan pada
136
Jurnal Ilmiah Teknik Industri p-ISSN
ISSN 1412-6869
1412 e-ISSN 2460-4038

penelitian tersebut bersifat homogen pada Gambar 1. Target output penelitian


berdasarkan profesi, lokasi tempat tinggal, bagian awal ini adalah daftar kriteria yang
lokasi pelaksanaan program, dan lain-lain.
lain dijadikan acuan untuk menentukan diklat
Jumlah partisipan per kelompok bervariasi yang masuk kategori diklat berbasis
yaitu paling sedikit 3 partisipan
ipan dan ada yang kompetensi. Sedangkan outcome penelitian
mencapai 23 partisipan dalam satu yaitu terwujudnya pengembangan SDM
kelompoknya. Jumlah partisipan pada berbasis kompetensi dan berdasarkan pada
penelitian tersebut pada umumnya jumlahnya kebutuhan pemangku kepentingan.
cukup banyak sehingga dibagi menjadi Tahapan penelitian penentuan kriteria
beberapa kelompok FG sesuai dengan pengukuran IKU penyelenggaran diklat
konteks permasalahan yang dipecahkannya. berbasis kompetensi mengacu pada tahapan
yang telah dikembangakan
angakan para peneliti di
II. METODOLOGI atas terdiri dari tahap perencanaan,
Model logika penelitian penentuan pelaksanaan, dan evaluasi pasca pelaksanaan
kriteria pengukuran IKU penyelenggaraan FG (Gambar 2). Penelitian
enelitian dilaksanakan pada
diklat berbasis kompetensi disajikan seperti bulan Oktober – Desember 2015.

Gambar 1. Model logika penelitian

Gambar 2. Tahapan pelaksanaan FG

137
Rohmatulloh& Shiddiq / Penentuan Kriteria Pengukuran Indikator Kinerja.... JITI, Vol.16 (2), Des 2017, 133 – 141

Tahap perencanaan dilakukan sebelum masalah serta target output yang diharapkan
pelaksanaan FG terdiri dari: a) Penentuan isu dari pelaksanaan diskusi. Selanjutnya sesi
atau masalah capaian kinerja utama diskusi oleh para partisipan dipandu oleh
organisasi yang menjadi prioritas untuk failitator dan perekam data. Data primer hasil
dicarikan solusinya. Salah satu isu yang diskusi dianalisis dan diinterpretasikan, dan
dibahas adalah penyelenggaraan diklat hasilnya dikonsensuskan oleh para partisipan
berbasis kompetensi. Untuk memperdalam sebelum diskusi ditutup. Evaluasi pasca
masalah dan memudahkan perumusan tujuan, pelaksanaan diskusi yaitu menyusun matrik
peneliti menggunakan sumber data sekunder tindak lanjut perbaikan dan hasilnya
yang berasal dari peraturan perundang- dikomunikasikan kepada pemangku
undangan terkait, buku teks, dan artikel kepentingan internal dan partisipan.
ilmiah. b) Penentuan calon partisipan sangat
terkait dengan masalah yang dibahas. Terkait III. HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan masalah dan tujuan penelitian, maka Berikut ini disajikan hasil dan pembahasan
calon partisipannya adalah pemangku pelaksanaan FG secara kronologis
kepentingan internal (widyaiswara dan berdasarkan tahapan pelaksanaan FG. Hasil
pengelola evaluasi kinerja penyelenggaraan dan pembahasan diawali dengan paparan
diklat) dari Pusat dan Balai Diklat di pengantar review IKU penyelenggaraan
lingkungan Badan Diklat ESDM sebanyak 12 diklat berbasis kompetensi dan peraturan
partisipan. c) Penyusunan pedoman FG untuk perundang-undangan tentang diklat berbasis
memudahkan fasilitator dan perekam data kompetensi oleh fasilitator setelah sesi formal
(recorder) memandu diskusi dan pembukaan diskusi.
mengumpulkan data primer dari partisipan.
Pedoman FG berisi latar belakang masalah, IKU penyelenggaraan diklat berbasis
tujuan, dan daftar pertanyaan. kompetensi
FG penentuan kriteria IKU Penyelesaian berbagai masalah strategis
penyelenggaraan diklat berbasis kompetensi sektor ESDM memerlukan dukungan sumber
terdiri dari satu kelompok dan dilaksanakan daya manusia (SDM) yang kompeten dan
pada bulan November 2015. Proses profesioanl sesuai dengan jenjang
pelaksanaan FG adalah penyampaian agenda, kualifikasinya. Untuk mewujudkan SDM
pengantar pengenalan dan penjelasan isu atau

Gambar 3. Model sistem diklat ADDIE (Allen, 2006)

138
Jurnal Ilmiah Teknik Industri p-ISSN 1412-6869 e-ISSN 2460-4038

yang kompeten dan profesional, maka berdasarkan pencapaian kompetensi sesuai


rencana strategis jangka menengah (2015- standar kompetensi, dan d) dilaksanakan
2019) yang dirumuskan bertujuan untuk oleh lembaga pelatihan yang terregistrasi
mewujudkan SDM kompeten dalam atau terakreditasi nasional.
peningkatan ketahanan energi dan mineral
yang berwawasan lingkungan di sektor Penentuan kriteria pengukuran
ESDM. Tujuan strategis dicapai melalui Berdasarkan hasil diskusi sesi pertama
beberapa sasaran strategis yang mewakili dari dengan para pemangku kepentingan internal,
empat perspektif balaced scorecard yaitu telah berhasil diidentifikasi daftar sementara
pemangku kepentingan, pelanggan, proses kriteria pengukuran IKU penyelenggaraan
internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan. diklat berbasis kompetensi sebayak sepuluh
Sasaran strategis dari perspektif pemangku yaitu standar kompetensi, analisis kebutuhan
kepentingan yaitu pengembangan SDM diklat, standar kurikulum, modul, peralatan
berbasis kompetensi dan untuk mengevalusi praktek, pedoman penyelenggaraan, modul
capaian kinerjanya menggunakan alat ukur uji, uji kompetensi, evaluasi penyelenggaraan
IKU penyelenggaraan diklat berbasis dan pasca diklat, kesesuaian kompetensi
kompetensi. widyaiswara dengan kebutuhan diklat, dan
Diklat berbasis kompetensi mengacu pada kompetensi tenaga penyelenggaraan diklat.
Permenakertrans No. 8 Tahun 2014 tentang Daftar sementara tersebut didiskusikan lagi
Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan pada sesi kedua. Hasil diskusi sesi kedua
Berbasis Kompetensi adalah pelatihan kerja adalah penyederhanaan kriteria dari sepuluh
yang menitikberatkan pada penguasaan menjadi enam kriteria berdasarkan
kemampuan kerja yang mencakup pertimbangan kesiapan sumber daya yang
pengetahuan, keterampilan, dan sikap dimiliki pemangku kepentingan saat ini. Pada
sesuai dengan standar yang ditetapkan dan sesi kedua diskusi juga dilakukan analisis
persyaratan di tempat kerja. Prinsip pelatihan dengan mengelompokkannya ke dalam model
berbasis kompetensi yaitu: a) dilaksanakan generik sistem diklat. Model sistem diklat
berdasarkan identifikasi kebutuhan pelatihan yang digunakan yaitu model generik sistem
dan/atau standar kompetensi, b) adanya diklat ADDIE (analysis, design, develop,
pengakuan terhadap kompetensi yang telah implement, dan evaluate) seperti disajikan
dimiliki, berpusat kepada peserta pelatihan pada Gambar 3.
dan bersifat individual, multi-entry/multi-exit, Mengacu pada model generik ADDIE,
yang memungkinkan peserta untuk maka hasil pengelompokkan kriteria yang
memulai dan mengakhiri program pelatihan telah dirangkum oleh fasilitator dan perekam
pada waktu dan tingkat yang berbeda, data (Tabel 4) disampaikan kembali kepada
sesuai dengan kemampuan masing-masing partisipan untuk dijadikan bahan konsensus.
peserta pelatihan, c) peserta pelatihan dinilai Kriteria yang dikonsensuskan bersama oleh

Tabel 4. Kriteria pengukuran diklat berbasis kompetensi


No. Tahapan Diklat Kriteria
1 Analisis a. Analisis kebutuhan diklat
2 Desain b. Standar kurikulum silabus
3 Pengembangan c. Modul
d. Pedoman penyelenggaraan
diklat
4 Implementasi
5 Evaluasi e. Evaluasi widyaiswara
f. Evaluasi penyelenggaraan diklat

139
Rohmatulloh& Shiddiq / Penentuan Kriteria Pengukuran Indikator Kinerja.... JITI, Vol.16 (2), Des 2017, 133 – 141

para pratisipan merepresentasikan pemangku kepuasan peserta pelatihan dan pembelajaran


kepentingan internal masih di bawah kriteria adalah evaluasi outcome jangka pendek yang
persyararatan diklat berbasis kompetensi sudah umum dilakukan oleh lembaga
dipersyaratkan oleh Kementerian Tenaga pelatihan. Aspek yang diukur pada evaluasi
Kerja dan Transmigrasi (Permenakertrans kepuasan meliputi fasilitas, jadwal
No. 8 Tahun 2014 tentang Pedoman pelaksanaan, sajian makanan, sarana
Penyelenggaraan Pelatihan Berbasis pembelajaran, dan bahan ajar. Peserta
Kompetensi). Terkait dengan implementasi memberikan penilaian terhadap kinerja
enam kriteria yang telah dikonsensuskan, penyelenggaraan pelatihan pada sesi akhir
pada umumnya seluruh partisipan sebelum penyelenggaraan pelatihan ditutup.
menyampaikan pendapatnya bahwa perlu Sedangkan evaluasi pembelajaran untuk
dilakukan uji coba untuk melihat sejauhmana mengetahui efektifitas diklat dalam
kesiapan sumber daya yang dimiliki meningkatkan kompetensi peserta dengan
pemangku kepentingan internal dalam membandingan ujian sebelum diklat (pre
menjalankannya. Adapun untuk mengukur test) dan ujian setelah selesai seluruh diklat
diklat yang telah memenuhi persyaratan (post test). Hasil pre test dan post test diklat
diklat berbasis kompetensi, maka pada tahap yang satu (kelompo kontrol) disarankan juga
awal penerapannya masih dilakukan dengan untuk dibandingkan dengan hasil pre test dan
menunjukkan bukti tersedianya dokumen- post test lainnya (kelompok pembanding)
dokumen tersebut. Sedangkan pengukuran (Kirkpatrick, 1998). Dari hasil diskusi juga
aspek mutu dokumen dilakukan pada tahap terungkap, bahwa evaluasi pasca diklat telah
berikutnya setelah penerapan tahap pertama dilakukan oleh pemangku kepntingan namun
dianggap berhasil. baru terbatas untuk diklat strategis bidang
Sistem penyelenggaran diklat berbasis ESDM.
kompetensi harus didasarkan pada
pemenuhan kebutuhan yang dirasakan IV. SIMPULAN
organisasi dan individu masih memiliki Perumusan IK harus memenuhi seluruh
kesenjangan kompetensi untuk meningkatkan kriteria mutu CREAM agar indikator tersebut
kinerja. Untuk mendapatkan gambaran ini dapat diimplementasikan dengan baik dan
maka dilakukan analisis kebutuhan diklat. memberikan banyak informasi bagi
Analisis kebutuhan diklat (AKD) adalah pengambil keputusan untuk menentukan
metode sistematis untuk menentukan apa intervensi perbaikan pada sebuah program.
penyebab rendahnya kinerja yang dirasakan IKU penyelenggaraan diklat berbasis
saat ini terhadap kinerja yang diharapkan. kompetensi yang telah dirumuskan sejatinya
Hasil AKD menjadi bahan masukan tahap telah memenuhi kriteria CREAM. Namun
pengembangan untuk menyusun formula setelah diimpelemnatasikan dan direview,
strategi instruksional agar mencapai tujuan ditemukan adanya banyak penafsiran
diklat. Outputnya tahap pengembangan pengukuran oleh masing-masing pemangku
berupa dokumen yang berisi konten, metode, kepentingan internal. Berdasarkan hasil
peralatan dan media, pedoman, dan lain-lain. diskusi, diperoleh konsensus enam kriteria
Tahap akhir sistem penyelenggaraan diklat pengukuran IKU penyelenggaraan diklat
berbasis kompetensi adalah evaluasi berbasis kompetensi. Tahap pertama uji coba
(Blanchard and Thacker, 2013). Evaluasi kriteria dilakukan dengan mengukur diklat
yang dilakukan baru meliputi evaluasi yang telah memenuhi kriteria berbasis
widyaiswara dan evalausi penyelenggaraan kompetensi berdasarkan ketersediaan
diklat meliputi evalausi kepuasan peserta dan dokumen. Untuk selanjutnya dapat
evaluasi hasil belajar peserta diklat. Evaluasi ditingkatkan dengan mengukur aspek
140
Jurnal Ilmiah Teknik Industri p-ISSN 1412-6869 e-ISSN 2460-4038

mutunya. Penggunaan FG pada penyelesaian Parmenter, D. (2007). Key Performance Indicators:


Developing, Implementing, and Using Winning KPIs,
masalah ini telah terbukti efektif dalam John Wiley & Sons. New Jersey: John Wiley & Sons.
membangkitkan ide dan membangun doi: 978-0470545157.
partisipasi serta keterlibatan pemangku Simigiu, A. (2014). "Investigating the views of civil society
on early pregnancy through the focus group method",
kepentingan internal untuk mendukung Procedia - Social and Behavioral Sciences. Elsevier
tujuan dan sasaran strategis organisasi. Untuk B.V., Vol. 127, pp. 219 – 224.
mengoptimalkan pelaksanaan FG dalam Smithson, J. (2000). "Using and analysing focus groups :
limitations and possibilities." International Journal
mengumpulkan, manganalisis, dan Social Research Methodology, Vol. 3(2), pp. 103–119.
menyajikan data primer, perlu dilakukan Stewart, D.W.; Shamdasani, P.N. (1990). Focus groups:
perencanaan FG yang baik khususnya dengan Theory and practice, Applied Social Research Methods
Series. Edited by K. A. Clark. California: SAGE
penajaman substansi isu atau masalah yang Publications.
akan dikaji dan penentuan partisipan yang Williams, A.; Katz, L. (2001) "The use of focus group
mengerti substansi isu atau masalah tersebut. methodology in education: Some theoretical and
practical considerations". International Electronic
Adapun kendala teknis pelaksanaan FG Journal for Leadership in Learning, Vol. 5 (3), pp: ....
adalah memastikan agar partisipan yang
mengerti permasalahan dapat hadir pada
pelaksanaan diskusi.

DAFTAR PUSTAKA
Allen, W.C. (2006). "Overview and evolution of the ADDIE
training system". Advances in Developing Human
Resources, Vol. 8 (4), pp. 430 – 441.
Bader, G.E.; Rossi, C.A. (1998). Focus Groups: A Step-By-
Step Guide. The Bader Group.
Blanchard, P.N.; Thacker, J.W. (2013). Effective Training:
System, Strategies, and Practice. Fifth Edition. Essex:
Pearson Education.
Einasto, O. (2014). "E-service Quality Criteria in University
Library : A Focus Group Study". Procedia - Social and
Behavioral Sciences. Elsevier B.V., Vol. 147, pp. 561 –
566.
Kellogg, W.A.; O’Brien, K.; Robey, C.; Toth, K. (2007)
"The Use of Focus Groups for Design and
Implementation of Collaborative Environmental
Administrative Programs : A Comparison of Two State-
Level Processes in Ohio". Environmental Practice, Vol.
9 (3), pp. 166 – 178.
Kirkpatrick, D.L. (1998). Evaluating Training Programs:
The Four Levels. Second Edi. San Fransisco: Berrett-
Koehler Publishers.
Kusek, J.Z.; Rist, R.C. (2004). Ten steps to a results-based
monitoring and evaluation system: a handbook for
development practitioners. Washington: The
International Bank for Reconstruction and
Development/The World Bank.
Larasati, A.; Chisbiyah, L.A.; Hidayati, L. (2013)
"Penerapan Focus Group Discussion untuk
Mengevaluasi Kualitas Layanan Jurusan Teknologi
Industri'. Teknologi dan Kejuruan, Vol. 36(2), pp.: 197 –
204.
Morris, M.; Johnson, A.; Booker, S.; Gunnery, R.; Meek, P.
(2006). "Designing an education programme for type 1
diabetes : A focus group study". Journal of Diabetes
Nursing, Vol. 10 (10), pp. 393 – 399.
Nielsen, M. (2013). A Focus Group Study of Consumer
Priorities for Pain Management Resources in NSW.

141

You might also like