Manu Skrip Iksan

You might also like

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 15

NASKAH PUBLIKASI

STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN 2017

PENGARUH SENAM BUGAR LANSIA TERHADAP PENURUNAN RISIKO JATUH


LANSIA
Ikhsan Ramadhani 1), Sri Handayani 2), Fitri Suciana 3)
1)
Ikhsan Ramadhani (Mahasiswa S1 Keperawatan, STIKES Muhammadiyah Klaten)
2)
Sri Handayani (Dosen S1 Keperawatan, STIKES Muhmmadiyah Klaten)
3)
Fitri Suciana (Dosen S1 Keperawatan, STIKES Muhmmadiyah Klaten)
e-mail: Ikhsanramadhani11@gmail.com

Abstract
Fall often happened or experienced by the elderly. The risk of falling by intrinsic factors are who
played the important to the occurrence of falling system disorders members of the motion then it
needs prevention risk fall in a way to do gymnastics fit the elderly. The Objectives of the Study
knowing the influence of gymnastics fit governess against a reduced risk falls on the elderly.
Type of the Study is quasi experiment with the draft non-equivalent control group design.
Samples used is research a probability sampling with a method purposive sampling to determine
the subject of research (n=30). The group intervention gymnastics fit governess conducted three
times a week for 2 weeks with the data collection of the risk of falling using Time Up and Go
(TUG) Test. The research is using test Mann Whitney Test. The results of research shows that the
category of the risk of falling in the group intervention before done gymnastics fit governess
73,3% in the category of independent and 13,3% of respondents in the category of mobility not
free. After given gymnastics fit governess 73,3% of respondents in the category of independent
and no one of the respondents in the category of mobility not free. The results of the statistical
Mann Whitney Test shows significant level = 0,05. Test results p value below 0,05 is p = 0,000
(<0,05) which means that Hα is accepted and Ho is rejected it can be gymnastics fit governess
can reduce the risk of falling at the elderly.

Keywords: the elderly, gymnastics fit the elderly, the risk of falling.

Program Sarjana Keperawatan, STIKES Muhammadiyah Klaten


Abstrak
Jatuh sering terjadi atau dialami oleh lansia. Risiko jatuh disebabkan oleh faktor intrinsik yang
berperan penting dapat terjadinya jatuh adalah gangguan sistem anggota gerak maka perlu
pencegahan risiko jatuh dengan cara melakukan senam bugar lansia. Tujuan penelitian
mengetahui pengaruh senam bugar lansia terhadap penurunan risiko jatuh pada lansia. Jenis
penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment) dengan rancangan
non-equivalent control group design. Sampel yang digunakan adalah penelitian non probability
sampling dengan metode purposive sampling untuk menentukan subyek penelitian (n=30).
Kelompok intervensi senam bugar lansia dilakukan 3 kali semingu selama 2 minggu dengan
pengumpulan data risiko jatuh menggunakan Time Up and Go (TUG) Test. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa kategori risiko jatuh pada kelompok intervensi sebelum dilakukan senam
bugar lansia 73,3% masuk dalam kategori independen dan 13,3% responden masuk dalam
kategori mobilitas tak bebas. Setelah diberikan senam bugar lansia 73,3% responden masuk
dalam kategori independen dan tidak ada satu respondenpun yang masuk dalam kategori
mobilitas tak bebas. Berdasarkan hasil uji statistik Mann Whitney Test menunjukan taraf
signifikansi = 0,05. Hasil pengujian nilai p dibawah 0,05 yaitu p=0,000 (< 0,05) sehingga Hα
diterima dan Ho ditolak artinya senam bugar lansia dapat menurunkan risiko jatuh pada lansia.

Kata Kunci : Lansia, Senam bugar lansia, Risiko jatuh.

Program Sarjana Keperawatan, STIKES Muhammadiyah Klaten


Masalah yang timbul akibat penurunan
I. PENDAHULUAN masa otot adalah kelambanan bergerak
Lansia merupakan tahap akhir siklus langkah pendek, kaki tidak menapak dengan
kehidupan. Lansia adalah kelompok orang kuat, gampang goyah, lambat mengantisipasi
yang sedang mengalami suatu proses bila terjadi gangguan, seperti terpeleset,
perubahan yang bertahap dalam jangka waktu tersandung, kejadian tiba-tiba sehingga mudah
beberapa dekade (Notoatmodjo, 2011, h281). jatuh (Nugroho, 2008, h43). Jatuh sering
Menurut World Health Organization (WHO) terjadi atau dialami oleh lansia. Jatuh bukan
tahun 2000, lansia dikelompokan menjadi 4 bagian normal dari proses menua, tetapi setiap
tahap yakni usia pertengahan (middle age) tahun sekitar 30% lansia mengalami jatuh.
ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun, Insiden jatuh pada lansia setiap tahun
lansia (elderly) antara 60 dan 74 tahun, lansia meningkat sekitar 25% pada usia lebih dari 70
tua (old) antara 75 dan 90 tahun, dan usia tahun dan terjadi peningkatan 35% setelah
sangat tua (very old) diatas 90 tahun (Padila, berusia lebih dari 75 tahun ke atas (Stanley,
2013, h4). M., 2007, h274). Hasil penelitian Nurkuncoro
Danar Irawan (2015, h3) menunjukkan bahwa
jumlah lansia yang memiliki risiko jatuh
berdasarkan karakteristik usia pada rentang
Lansia merupakan masa degenerasi usia 60 sampai 65 tahun sebanyak 10%, usia
biologis yang disertai dengan kemunduran 66 sampai 70 tahun sebanyak 25%, usia 71
fisik. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit sampai 75 tahun sebanyak 35%, usia lebih dari
yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai 76 tahun sebanyak 30%.
ompong, pendengaran kurang jelas, Risiko jatuh selain karena atrofi otot juga
penglihatan semakin buruk, gerakan lambat, disebabkan oleh faktor lain, yaitu faktor
dan figur tubuh yang tidak proporsional. intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik
Masalah kemunduran fisik yang dialami oleh misalnya, gangguan jantung, gangguan
lansia salah satunya pada sistem sirkulasi darah, gangguan sistem anggota
muskuloskeletal yaitu terjadi perubahan tulang gerak, kelemahan otot ekstremitas bawah,
rapuh, kehilangan densitas (cairan), tendon kekakuan sendi, gangguan penglihatan,
mengerut terjadi sklerosis, persendian gangguan sistem syaraf, dan sinkope atau
membesar dan kaku, tinggi badan berkurang, pusing. Faktor ekstrinsik misalnya, lantai yang
kiposis, atrofi otot, dan aliran darah ke otot licin dan tidak rata, tersandung benda, cahaya
berkurang (Nugroho, 2008, h11, h33). yang kurang terang, turun tangga, dan
sebagainya (Ma’rifatul, 2011, h20).

Program Sarjana Keperawatan, STIKES Muhammadiyah Klaten


Hasil penelitian Noviyanti, S (2014, h8) Hasil penelitian Aisah, S (2014, h5)
menunjukkan bahwa adanya hubungan menunjukkan bahwa lansia yang mengikuti
bermakna antara kekuatan otot quadriceps senam dapat melakukan aktivitas sehari-hari
femoris dengan risiko jatuh. Nilai korelasi secara mandiri sebanyak 20% sedangkan
kekuatan otot quadriceps femoris dengan semua lansia yang tidak mengikuti senam tidak
resiko jatuh sebesar -0,503 menunjukkan dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara
bahwa arah korelasi negative. Tanda (-) mandiri, sehingga dapat disimpulkan senam
menunjukkan hubungan yang berlawanan, lansia dapat meningkatkan aktivitas sehari-hari
semakin besar nilai satu variabel semakin lansia secara mandiri.
kecil variabel lainnya dimana semakin besar Kelurahan Glagah, terdapat posyandu
kekuatan otot quadriceps femoris maka lansia di Dukuh Banyu Malang dengan jumlah
semakin kecil tingkat risiko jatuh pada lansia. 55 lansia dan Dukuh Karang Turi dengan
Risiko jatuh pada lansia dapat diantisipasi jumlah 57 lansia, terutama di Dukuh Jeruk
dengan memperbaiki kualitas intrinsik Manis dalam satu posyandu terdapat 60 lansia
maupun ekstrinsik. Kualitas intrinsik dapat yang terdiri dari laki-laki 20 orang lansia dan
dilakukan dengan latihan fisik, antara lain perempuan 40 orang lansia, umur lansia
melakukan pekerjaan rumah dan berkebun, berkisar 60 tahun keatas. Kader posyandu
jalan-jalan, jalan cepat, renang, bersepeda, dan menyatakan pelaksanan posyandu lansia
senam (Maryam et al., 2008, h146). Senam dilaksanakan 1 bulan sekali setiap tanggal 6.
bugar lansia merupakan salah satu gerakan Lansia yang aktif datang mengikuti kegiatan
ringan yang dapat diterapkan pada lansia posyandu sebanyak 40 orang lansia. Survey
(Widianti & Proverawati, 2010, h114). yang dilakukan secara random terhadap 8
Gerakan senam bugar lansia terdiri dari orang lansia diperoleh data 2 lansia tidak dapat
gerakan pemanasan, latihan inti dan berjalan karena mempunyai penyakit stroke
pendinginan, gerakan tersebut akan membantu sehingga aktivitas sehari-hari dibantu oleh
memperlancarkan sirkulasi darah dalam tubuh, keluarganya, 2 bulan terakhir terdapat 5 lansia
maka lancar pula penyaluran zat-zat makanan yang pernah mengalami jatuh dan 2 tahun
dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Aliran terakhir terdapat 2 lansia dinyatakan
darah yang lancar juga akan membuat meninggal akibat jatuh dirumah karena
peregangan otot semakin elastis serta kalsium terpeleset dikamar mandi disertai dengan
yang dibutuhkan tulang dan sendi akan penyakit penyerta seperti hipertensi, stroke dan
terpenuhi, sehingga gerakan sendi dan otot diabetes melitus.
tidak akan terganggu (Anderson, 2008, h84). Berdasarakan uraian dalam penelitian ini,
peneliti bertujuan untuk mengetahui pengaruh

Program Sarjana Keperawatan, STIKES Muhammadiyah Klaten


senam bugar lansia terhadap penurunan risiko diberikan perlakuan senam bugar lansia
jatuh lansia. sebanyak 3 kali semingu selama 2 minggu,
sedangkan kelompok kontrol di Dukuh Krang
II. METODE Turi, Glagah, Jatinom tidak diberikan
Motode penelitian ini merupakan perlakuan selama 2 minggu. Pengumpulan data
penelitian eksperimen semu (quasi pre dan post risiko jatuh pada penelitian ini
eksperiment) dengan rancangan non- menggunakan instrumen Time Up and Go
equivalent control group design. Penelitian (TUG) Test. Hasil uji analisis data
dilakukan di Dukuh Jeruk Manis, Glagah, menggunakan uji Mann Whitney Test untuk
Jatinom dan di Dukuh Karang Turi, Glagah, No. Kelompok Min Max Mean St. Deviasi
1 Intervensi 60 74 66,20 5,240
Jatinom pada tanggal 6 – 21 Mei 2017. 2 Kontrol 60 74 66,13 4,642
Sampel yang digunakan adalah non mengetahui apakah senam bugar lansia dapat

probability sampling dengan metode menurunkan risiko jatuh pada lansia.

purposive sampling untuk menentukan subyek


penelitian 15 responden untuk masing-masing III. HASIL DAN PEMBAHASAN

kelompok sehingga total seluruh responden A. HASIL

sebanyak 30 responden. Sampel penelitian Penelitian mengenai pengaruh senam

merupakan populasi lansia yang memenuhi bugar lansia terhadap penurunan risiko jatuh

kriteria inklusi. Kriteria inklusi pada lansia dilakukan pada 6-21 Mei 2017 di Dukuh

penelitian ini berusia 60-75 tahun, lansia Jeruk Manis, Glagah, Jatinom untuk kelompok

dengan skor kekuatan tahanan otot, bisa intervensi dan Dukuh Karang Turi, Glagah,

berkomunikasi dengan baik, postur tubuh Jatinom untuk kelompok kontrol. Sebelum

tidak membungkuk, lansia yang dapat berjalan melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu

tanpa menggunakan alat bantu, dan bersedia meminta izin kepada kepala Puskesmas

menjadi responden dan mengisi informed Jatinom untuk melakukan penelitian dengan

consent sedangkan kriteria eksklusi yaitu membawa surat izin penelitian yang
No. Variabel Kelompok Pekerjaan f %
lansia yang pernah mengalami jatuh
1 Pekerjaan Intervensi Kerja 4 26,7
diakibatkan oleh faktor intrinsik seperti Tidak 11 73,3
Kerja
gangguan jantung, hipertensi, anemia, fraktur, Kontrol Kerja 3 20
Tidak 12 80
stroke, gangguan sistem syaraf, dan sinkope Kerja
atau pusing, lansia yang mengikuti senam Jumlah 30 100

lansia kurang dari 6x. 2 Jenis Intervensi Laki-laki 0 0


Kelamin
Kelompok intervensi yang dilakukan di Perempuan 15 100
Kontrol Laki-laki 0 0
Dukuh Jeruk Manis, Glagah, Jatinom Perempuan 15 100
Jumlah 30 100

Program Sarjana Keperawatan, STIKES Muhammadiyah Klaten


dikeluarkan dari BAPPEDA Kabupaten intervensi dan kelompok kontrol sebagian
Klaten. Setelah mendapatkan izin, peneliti besar adalah tidak bekerja yaitu sebanyak
kemudian melakukan penjelasan penelitian 73,3% pada kelompok intervensi dan 80%
kepada lansia yang berada di Dukuh Jeruk pada kelompok kontrol. Sedangkan jenis
Manis, Glagah, Jatinom untuk kelompok kelamin dalam penelitian ini dapat diketahui
intervensi dan Dukuh Karang Turi, Glagah, bahwa seluruh responden pada kelompok
Jatinom untuk kelompok kontrol. intervensi dan kelompok kontrol berjenis
Pada penelitian ini diperoleh sebanyak 15 kelamin perempuan yaitu sebanyak 100%.
responden untuk masing-masing kelompok
Tabel 3 Hasil Pengukuran Rerata Waktu
yang diambil dari populasi yang telah
Risiko Jatuh Sebelum dan Sesudah Dilakukan
memenuhi kriteria inklusi. Sehingga jumlah
Senam Lansia Pada Kelompok Intervensi di
keseluruhan responden dalam penelitian ini
Posyandu Lansia Dukuh Jeruk Manis Tahun
sebanyak 30 responden.
2017 (n=15).

Tabel 1 Rerata Umur Responden Kelompok Pengukuran risiko jatuh dalam penelitian
Intervensi di Posyandu Lansia Dukuh Jeruk adalah dengan mengukur waktu saat responden
No. Risiko Min Max Mean St. duduk dikursi lalu berdiri dari kursi, berjalan
Jatuh Deviasi dengan jarak 3 meter, belok, kembali duduk ke
1 Sebelum 9,41 21,72 16,2007 4,09105
2 Sesudah 9,10 19,42 14,1853 4,16247 kursi lagi dalam satuan waktu detik.
Manis dan Kelompok Kontrol di Posyandu Hasil tabel 3 Pengukuran risiko jatuh pada
Lansia Dukuh Karang Turi Tahun 2017 lansia sebelum diberi senam bugar lansia
(n=30). memiliki rerata 16,2007 ±4,09105 detik.
Hasil tabel 1 dapat diketahui bahwa usia Sesudah diberikan senam bugar lansia
responden rata-rata usia pada kelompok mimiliki rerata 14,1853 ±4,16247 detik.
intervensi adalah 66,17 ±5,240 tahun, Risiko jatuh pada lansia apabila dikategorikan
sedangkan untuk kelompok kontrol adalah tersaji pada tabel 4.
66,13 ±4,642 tahun. Tabel 4 Distribusi Frekuensi Risiko Jatuh Pada
Kelompok Intervensi di Posyandu Lansia
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pekerjaan dan
Dukuh Jeruk Manis Tahun 2017 (n=15).
Jenis Kelamin Responden Kelompok
Risiko Jatuh Sebelum Sesudah
Intervensi di Posyandu Lansia Dukuh Jeruk f % F %
Mobilitas Bebas 2 13,3 4 26,7
Manis dan Kelompok Kontrol di Posyandu
Independen 11 73,3 11 73,3
Lansia Dukuh Karang Turi Tahun 2017 Mobilitas Tak Bebas 2 13,3 0 0
Gangguan Mobilitas 0 0 0 0
(n=30). Jumlah 15 100 15 100
Berdasarkan tabel 2 pekerjaan dapat
diketahui bahwa responden pada kelompok

Program Sarjana Keperawatan, STIKES Muhammadiyah Klaten


Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa
pada kelompok intervensi sebelum dilakukan Tabel 6 menunjukkan bahwa risiko jatuh
senam 73,3% masuk dalam kategori pada kelompok kontrol pengukuran pertama
independen dan 13,3% responden masuk 86,7% masuk dalam kategori independen dan
dalam kategori mobilitas tak bebas. Setelah 6,7% responden masuk dalam kategori
diberikan intervensi berupa senam bugar mobilitas tak bebas. Sedangkan pada
lansia maka 73,3% responden masuk dalam pengukuran kedua 73,3% responden masuk
kategori independen dan tidak ada satu dalam kategori independen dan pada kategori
respondenpun yang masuk dalam kategori mobilitas tak bebas terdapat peningkatan
mobilitas tak bebas. sebanyak 20%. responden.

Tabel 5 Hasil Pengukuran Rerata Waktu


Tabel 7 Hasil Analisis Bivariat Pengaruh
Risiko Jatuh Pertama dan Kedua Pada
Senam Bugar Lansia Terhadap Penurunan
Kelompok Kontrol di Posyandu Lansia Dukuh
Risiko Jatuh Lansia Pada Kelompok Intervensi
Karang Turi Tahun 2017 (n=15).
di Posyandu Lansia Dukuh Jeruk Manis Tahun
No. Risiko Min Max Mean St.
Pengukuran risiko jatuh dalam penelitian Jatuh Deviasi
1 Pertama 9,48 22,21 15,9127 3,64721
adalah dengan mengukur waktu saat 2 Kedua 9,63 22,73 16,9847 3,60070
responden duduk dikursi lalu berdiri dari 2017 (n=15).
kursi, berjalan dengan jarak 3 meter, belok,
kembali duduk ke kursi lagi dalam satuan
waktu detik. Variabel n Mean Rank Z p-value
Intervensi 15 8,00 -3,408 0,001
Hasil tabel 5 Pengukuran risiko jatuh sebelum dan

yang pertama memiliki rerata 15,9127 sesudah

±3,64721detik. Pengukuran risiko jatuh yang


Berdasarkan tabel 7 hasil uji Wilcoxon
kedua mimiliki rerata 16,9847 ±3,60070 detik.
Test diperoleh nilai p-value = 0,001 (α <
Risiko jatuh pada lansia apabila
0,05), sehingga terdapat berbedaan rerata
dikategorikan tersaji pada tabel 6.
waktu risiko jatuh antara sebelum dan sesudah

Tabel 6 Distribusi Frekuensi Risiko Jatuh risiko jatuh pada kelompok intervensi.

Pada Kelompok Kontrol di Posyandu Lansia


Dukuh Karang Turi Tahun 2017 (n=15). Tabel 8 Hasil Analisis Bivariat Pengaruh
Senam Bugar Lansia Terhadap Penurunan
Risiko Jatuh Sebelum Sesudah
f % f % Risiko Jatuh Lansia Pada Kelompok Kontrol di
Mobilitas Bebas 1 6,7 1 6,7
Independen 13 86,7 11 73,3
Mobilitas Tak Bebas 1 6,7 3 20
Gangguan Mobilitas 0 0 0 0
Program Sarjana Keperawatan,
Jumlah 15 STIKES
100Muhammadiyah
15 Klaten
100
Posyandu Lansia Dukuh Karang Turi Tahun detik. Berdasarkan hasil penelitian berarti
2017 (n=15). terjadi penurunan rerata waktu risiko jatuh
sebesar 2,0154 detik. Risiko jatuh pada
Berdasarkan tabel 8 hasil uji Paired T kelompok intervensi sebelum dilakukan senam
Test diperoleh nilai p-value = 0,000 (α < 0,05), bugar lansia apabila dikategorikan 73,3%
sehingga terdapat berbedaan rerata waktu masuk dalam kategori independen dan 13,3%
antara pengukuran pertama dan kedua risiko responden masuk dalam kategori mobilitas tak
jatuh. bebas, sedangkan sesudah diberikan intervensi
73,3% responden masuk dalam kategori
Tabel 9 Hasil Analisis Bivariat
independen dan tidak ada satu respondenpun
Pengaruh Senam Bugar Lansia Terhadap
yang masuk dalam kategori mobilitas tak
Penurunan Risiko Jatuh Lansia Pada
bebas.
Kelompok Intervensi di Posyandu Lansia
Hasil penelitian pada tabel 5 rerata waktu
Dukuh Jeruk Manis dan Kelompok Kontrol di
risiko jatuh pada kelompok kontrol
Posyandu Lansia Dukuh Karang Turi Tahun
pengukuran pertama didapatkan 15,9127
2017 (n=30).

Variabel n Mean ± df p- CI 95%


Kelompok n Mean Z p-value SD value Lo Uppe
Rank wer r
Intervensi 15 23,00 -4,666 0,000 Kontrol 15 1,72533 14 0,000 - -
Kontrol 15 8,00 Pertama ± 2,15 1,292
dan 0,78114 792 75
Kedua
Hasil analisis uji Mann Whitney Test ±3,64721 detik, sedangkan pengukuran kedua
pada tabel 9 menunjukan risiko jatuh pada mimiliki nilai rerata 16,9847 ±3,60070 detik.
kelompok intervensi dan kelompok kontrol Berdasarkan hasil penelitian berarti terjadi
memiliki nilai signifikan p-value = 0,000 (α < peningkatan rerata waktu risiko jatuh sebesar
0,05) yang berarti terima Ha tolak Ho 1,072 detik. Risiko jatuh pada kelompok
sehingga senam bugar lansia dapat kontrol pengukuran pertama apabila
menurunkan risiko jatuh pada lansia. dikategorikan 86,7% masuk dalam kategori
independen dan 6,7% responden masuk dalam
B. PEMBAHASAN kategori mobilitas tak bebas, sedangkan pada
Hasil penelitian pada tabel 3 rerata waktu pengukuran kedua 73,3% responden masuk
risiko jatuh pada kelompok intervensi yaitu dalam kategori independen dan 20%
sebelum dilakukan senam bugar lansia responden masuk dalam kategori mobilitas tak
didapatkan 16,2007 ±4,09105 detik, bebas.
sedangkan sesudah diberikan senam bugar Berdasarkan hasil analisis uji Wilcoxon
lansia mimiliki nilai rerata 14,1853 ±4,16247 Test pada kelompok intervensi diperoleh nilai

Program Sarjana Keperawatan, STIKES Muhammadiyah Klaten


p-value = 0,001 (α < 0,05), sehingga terdapat jantung bekerja secara optimal dan membantu
berbedaan rerata waktu risiko jatuh antara menghilangkan radikal bebas yang berada di
sebelum dan sesudah risiko jatuh pada dalam tubuh.( Widiyati & Proverawati, 2010,
kelompok intervensi. Hasil uji Paried T Test h114). Gerakan senam bugar lansia harus
pada kelompok kontrol diperoleh nilai p-value meliputi 3 segmen yaitu pemanasan, latihan
= 0,000 (α < 0,05), sehingga terdapat inti dan pendinginan. Gerakan pemanasan
berbedaan rerata waktu risiko jatuh antara sangat penting dilakukan karena fungsi utama
pengukuran pertama dan kedua risiko jatuh dari pemanasan adalah untuk menghindari
pada kelompok kontrol. Hasil analisis Mann kemungkinan terkena cidera otot dan sendi.
Whitney Test risiko jatuh pada kelompok Gerakan pemanasan atau peregangan dapat
intervensi dan kelompok kontrol pada risiko membuat ketegangan otot menjadi berkurang,
jatuh memiliki nilai p-value = 0,000 (α < 0,05) tubuh terasa lebih rileks memperluas rentang
yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak gerak, menambah rasa nyaman, dan membantu
sehingga senam bugar lansia dapat mencegah cidera (Anderson, 2008, h84).
menurunkan risiko jatuh pada lansia. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Risiko jatuh pada lansia dapat diantisipasi Kusmawati, I. S. (2011, h56) tentang Pengaruh
dengan memperbaiki kualitas intrinsik Latihan Kekuatan Otot Biseb Pada Lansia Di
maupun ekstrinsik. Kualitas intrinsik dapat Posyandu Lansia Kantil Kelurahan Juwiring
dilakukan dengan latihan fisik, antara lain Kecamatan Juwiring Klaten, yang
melakukan pekerjaan rumah dan berkebun, menunjukkan bahwa senam lansia dapat
jalan-jalan, jalan cepat, renang, bersepeda, dan mempengaruhi peningkatan kekuatan otot.
senam. Semakin bertambahnya usia kekuatan Hasil temuan dalam penelitian bahwa lansia
fisik yang dialami lansia akan semakin yang melakukan senam bugar lansia tidak
menurun, sehingga latihan fisik ringan yang dapat melakukan gerakan secara optimal
dapat dilakukan oleh lansia dirumah yaitu karena semakin bertambahnya usia penurunan
jalan-jalan dan senam (Maryam et. al., 2008, masa otot semakin berkurang yang
h146). menyebabkan kelambanan gerak serta rentang
Senam bugar lansia merupakan olah raga gerak yang terbatas oleh lansia, akan tetapi
ringan yang mudah dilakukan dan tidak lansia dapat melakukan senam bugar lansia
memberatkan sehingga dapat dilakukan oleh sampai selesai.
lansia. Senam bugar lansia ini dapat Berdasarkan hasil penelitian pada
membantu tubuh agar tetap bugar dan segar, kelompok intervensi menunjukkan tidak ada
karena mampu melatih tulang tetap kuat, perubahan kategori risiko jatuh independen
meningkatkan kekuatan otot, mendorong sebelum dilakukan senam 73,3% dan setelah

Program Sarjana Keperawatan, STIKES Muhammadiyah Klaten


dilakukan senam 73,3%, tetapi pada kategori senam dengan status risiko jatuh sebesar
mobilitas tak bebas adanya perubahan -0,599, dan nilai signifikan (ρ) adalah 0,000
sebelum dilakukan senam sebanyak 13,3% karena signifikan perhitungan yang diperoleh
setelah dilakukan senam tidak ada yang lebih kecil dari 0,05. Lansia yang frekuensi
mengalami mobilitas tak bebas. Sejalan senamnya teratur akan semakin jauh
dengan penelitian Widadi, Rina, W. (2016. kemungkinan untuk mengalami kejadian jatuh.
h51) bahwa lansia yang mengikuti senam Senam bugar lansia merupakan bentuk latihan
cenderung akan mengalami peningkatan fisik yang mempunyai pengaruh yang baik
kemandirian dalam melakukan aktivitas dasar untuk meningkatkan kemampuan otot sendi
sehari-hari, sehingga tingkat ketergantungan yang dapat memberikan kebugaran dan
lansia pada orang lain akan berkurang. meningkatkan daya tahan tubuh, apabila otot
Senam bugar lansia apabila dilakukan sering dilatih maka cairan sinovial akan
secara rutin dan teratur maka mampu meningkat atau bertambah. Cairan sinovial ini
mambangun tulang dan otot menjadi lebih berfungsi sebagai pelumas dalam sendi, artinya
kuat, meningkatkan kelenturan sendi, cairan sinovial pada sendi dapat mengurangi
meningkatkan keseimbangan tubuh, juga risiko cidera pada lansia.
meningkatkan keseimbangan metabolisme Hasil uji Paried T Test kelompok kontrol pada
dalam tubuh sehingga risiko jatuh pada lansia penelitian ini terdapat nilai p-value = 0,000 (α
dapat berkurang (Wirakusumah, 2007. h16). < 0,05). Perbedaan yang terjadi adalah
Widiyati & Proverawati, (2010, h114) peningkatan rerata waktu risiko jatuh antara
menyatakan bahwa pencegahan jatuh pada pengukuran pertama dengan pengukuran
lansia dapat dilakukan melalui latihan fisik kedua. Kelompok kontrol dalam penelitian ini
berupa senam. Senam bugar lansia dapat tidak diberikan perlakuan senam bugar lansia.
mengurangi risiko jatuh melalui gerakan- Semakin bertambahnya usia akan mengalami
gerakan yang dapat meningkatkan kekuatan permasalahan kesehatan salah satunya pada
tungkai dan tangan, memperbaiki sistem muskuloskeletal dimana kekuatan otot
keseimbangan, koordinasi, dan meningkatkan lansia semakin menurun, otot yang tidak
reaksi terhadap bahaya lingkungan. pernah dilatih akan mengalami atrofi otot yang
Hasil penelitian Suhartati, C (2015, h8) dapat menyebabkan terjadinya jatuh, sehingga
bahwa risiko jatuh pada lanjut usia yang wajar apabila terjadi peningkatan risiko jatuh
melakukan senam dan tidak melakukan senam yang dialami lansia pada kelompok kontrol.
mempunyai perbedaan, dimana hasil yang Sejalan dengan penelitian Setiawan, Danang,
didapatkan p value > 0,000. Sejalan dengan A. & Setiowati, A. (2014, h33) didapatkan
penelitian Nurlaili, D. (2010, h8) frekuensi kekuatan otot tungkai lanisa dengan kategori

Program Sarjana Keperawatan, STIKES Muhammadiyah Klaten


kurang sekali sebanyak 86,66% yang berarti masuk dalam kategori independen dan
semakin tingginya angka kelemahan otot yang 13,3% responden masuk dalam kategori
dialami oleh lansia disebabkan oleh kurangnya mobilitas tak bebas, sedangkan sesudah
aktivitas yang dilakukan lansia. Berdasarkan diberikan intervensi 73,3% responden
hasil penemuan dilapangan bahwa pada masuk dalam kategori independen dan tidak
kelompok kontrol lansia yang tidak bekerja ada satu respondenpun yang masuk dalam
sebanyak 80% dimana aktivitas yang kategori mobilitas tak bebas.
3. Frekuensi kejadian risiko jatuh pada
dilakukan lansia dalam kesehariannya
kelompok kontrol pengukuran pertama
berkurang tanpa adanya latihan fisik seperti
didapatkan 86,7% masuk dalam kategori
senam. Otot sangat responsif terhadap
independen dan 6,7% responden masuk
aktivitas fisik yang dilakukan, semakin sering
dalam kategori mobilitas tak bebas,
otot dilatih maka otot akan menjadi lebih
sedangkan pada pengukuran kedua 73,3%
besar dan sebaliknya jika tidak pernah
responden masuk dalam kategori
digunakan otot akan mengalami atrofi
independen dan 20% responden masuk
sehingga kekuatan otot menurun (Setiawan,
dalam kategori mobilitas tak bebas.
Danang, A. & Setiowati, A. 2014, h33).
4. Risiko jatuh pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol memiliki nilai signifikan
p-value = 0,000 (α < 0,05) yang berarti
terima Ha tolak Ho sehingga senam bugar
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
lansia dapat menurunkan risiko jatuh pada
A. KESIMPULAN
lansia.
Kesimpulan yang diperoleh dari
penelitian mengenai “Pengaruh Senam Bugar
B. SARAN
Lansia Terhadap Penurunan Risiko Jatuh
Berdasarkan hasil penelitian yang
Lansia” akan diuraikan sebagai berikut :
diperoleh maka disarankan beberapa hal
1. Karakteristik responden pada penelitian ini
sebagai berikut:
adalah lansia berumur 60-74 tahun, Semua
1. Bagi Puskesmas
responden berjenis kelamin perempuan Puskesmas sebaiknya memasukkan
sebanyak 100%, dan sebagian besar kegiatan senam bugar lansia sebagai salah
responden tidak bekerja pada kelompok satu program posyandu lansia.
2. Bagi Perawat
intervensi sebanyak 73,3% sedangkan
Perawat sebaiknya melakukan pelatihan
kelompok kontrol sebanyak 80%.
senam bugar lansia kepada kader posyandu
2. Frekuensi kejadian risiko jatuh pada
agar dapat mencegah risiko jatuh pada
kelompok intervensi sebelum dilakukan
lansia.
senam bugar lansia didapatkan 73,3%
3. Bagi Lansia

Program Sarjana Keperawatan, STIKES Muhammadiyah Klaten


Lansia diharapkan lebih termotivasi dan Maryam, S., Ekasari, M. F., Rosidawati, A. J.
& Batubara, I. 2008. Mengenal Usia
aktif dalam mengikuti kegiatan senam
Lanjut dan Perawatannya. Jakarta :
bugar lansia dengan frekuensi 3x seminggu Salemba Medika.
sebagai upaya untuk menurunkan Notoatmodjo, S. 2011. Kesehatan
terjadinya risiko jatuh. Masyarakat : Ilmu dan Seni (ed. rev.).
4. Bagi Peneliti Lain Jakarta : Rineka Cipta.
Penelitian berikutnya diharapkan asisten
Noviayanti, S. 2014. Hubungan Kekuatan
peneliti melakukan uji validitas gerakan Otot Quadriceps Femoris Dengan
senam bugar lansia kepada ekspert agar Risiko Jatuh Pada Lansia. Skripsi,
Universitas Muhammadiyah
dapat mengarahkan lansia dan Surakarta. Surakarta : Universitas
membenarkan gerakan senam yang kurang Surakarta. Tersedia dalam :
http://eprints.ums.ac.id/30791/12/NA
tepat sehingga gerakan dapat maksimal SKAH_PUBLIKASI.pdf. [Diakses 10
sesuai dengan harapan penelitian. Februari 2017].

Nugroho, W. (Eds. Monica, E., Estu, T.). 2008.


DAFTAR PUSTAKA Keperawatan Gerontik & Geriatrik.
Edisi 3. Jakarta : EGC.

Aisah, S. 2014. Pengaruh Senam Lansia Nurkuncoro, D. I. 2015. Pengaruh Latihan


Terhadap Aktivitas Sehari-Hari Pada Keseimbangan Terhadap Risiko Jatuh
Lansia Di Desa Mijen Ungaran Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna
Kelurahan Gedanganak Kecamatan Werdha Yogyakarta Unit Budhi Luhur
Ungaran Timur. Jurnal, STIKES Kasongan Bantul. Skripsi, STIKES
Ngudi Waluyo Ungaran. Ungaran : Aisyiyah Yogyakarta. Yogyakarta :
STIKES Ngudi Waluyo. Tersedia STIKES Aisyiah. Tersedia dalam :
dalam : http://opac.unisayogya.ac.id/84/1/NA
http://perpusnwu.web.id/karyailmiah/ SKAH%20PUBLIKASI_IRAWAN
documents/3815.pdf. [Diakses 26 %20DANAR
Januari 2017]. %20NK_201110201025.pdf. [Diakses
26 Januari 2017].
Anderson, Bob. 2008. Streching. Jakarta :
Serambi. Nurlaili, D. 2010. .Hubungan Frekuensi
Senam Lansia Dengan Status Risiko
Kusmawati, I. S. 2011. Pengaruh Latihan Jatuh Pada Usia Lanjut Di Panti
Kekuatan Otot Biseb Pada Lansia Di Sosial Tresna Werdha Unit Budi
Posyandu Lansia Kantil Kelurahan Luhur Bantul Yogyakarta. Skripsi,
Juwiring Kecamatan Juwiring STIKES Aisyiyah Yogyakarta.
Klaten. Skripsi, STIKES Yogyakarta : STIKES Aisyiah.
Muhammadiyah Klaten. Klaten : Tersedia dalam :
STIKES Muhammadiyah. Tersedia http://opac.unisayogya.ac.id/951/1/N
dalam : Perpustakaan STIKES ASKAH%20PUBLIKASI.pdf.
Muhmmadiyah Klaten. [Diakses : 14 Juli 2017].
Ma’rifatul, A. L. 2011. Keperawatan Lanjut Padila. 2013. Keperawatan Gerontik. Edisi 1.
Usia. Edisi 1. Yogyakarta : Graha Yogyakarta: Nuha Medika.
Ilmu.

Program Sarjana Keperawatan, STIKES Muhammadiyah Klaten


Setiawan, Danang, A. & Setiowati, A. 2014.
Hubungan Indeks Massa Tubuh (Imt)
Terhadap Kekuatan Otot Pada
Lansia Di Panti Wredha Rindang
Asih Iii Kecamatan Boja . Journal of
Sport Sciences and Fitness 3 (3)
(2014). Universitas Negeri Semarang.
Semarang : Universitas Negeri.
Tersedia dalam
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.p
hp/jssf. [Diakses : 8 Juli 2017].

Stanley, M. & Patricia, G. (Eds. Eny, M. &


Monica, E.) 2007. Alih bahasa Nety,
J,. & Sari, K. Buku Ajar
Keperawatan Gerontik. Edisi 2.
Jakarta : EGC.

Suhartati, C. 2014. Perbedaan Resiko Jatuh


Pada Lanjut Usia Yang Mengikuti
Senam Lansia Dengan Yang Tidak
Mengikuti Senam Di PSTW
Yogyakarta Unit Budi Luhur. Skripsi,
STIKES Aisyiyah Yogyakarta.
Yogyakarta : STIKES Aisyiah.
Tersedia dalam :
http://opac.unisayogya.ac.id/275/1/na
skah%20publikasi.pdf. [Diakses 26
Januari 2017].

Widadi, Rina, W. 2016. Hubungan Antara


Senam Lansia Dengan Kemandirian
Melakukan Aktifitas Dasar Sehari–
Hari Di Posyandu Lansia Hidayah
Binaan Puskesmas Banguntapan Iii
Bantul. Skripsi, STIKES Jendral
Achmad Yani Yogyakarta.
Yogyakarta : STIKES Jendral
Achmad Yani. Tersedia dalam
http://repository.stikesayaniyk.ac.id/4
02/1/Rina%20Wahyu
%20Widadi_3211010_nonfull
%20resize.pdf. [Diakses : 10 Juli
2017].

Widianti, A. T., & Proverawati, A. 2010.


Senam Kesehatan. Edisi 1.
Yogyakarta : Nuha Medika.

Wirakusumah, Emma,S. 2007. Hidup Sehat


Mencegah Osteoporosis. Edisi 1.
Jakarta : Penebar Plus.

Program Sarjana Keperawatan, STIKES Muhammadiyah Klaten


Program Sarjana Keperawatan, STIKES Muhammadiyah Klaten
Program Sarjana Keperawatan, STIKES Muhammadiyah Klaten

You might also like