Professional Documents
Culture Documents
Modul 3 Kegiatan Belajar 1 PDF
Modul 3 Kegiatan Belajar 1 PDF
MUTU
DAN
KEAMANAN PANGAN
DI SUSUN OLEH
ANDI SUKAINAH
DYAHWATIH
AMIRUDDIN
EKA PUTRI
KEGIATAN BELAJAR 1.
PENGENDALIAN MUTU DAN PENERAPAN HACCP
A. Capaian Pembelajaran :
1. Memahami konsep pengawasan dan pengendalian mutu
2. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi mutu
3. Menjelaskan teknik pengendalian mutu
4. guru mampu menjelaskan HCCAP
5. Guru mampu menjelaskan CCP
B. Sub Capaian :
1. Memahami konsep pengawasan dan pengendalian mutu
2. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi mutu
3. Menjelaskan teknik pengendalian mutu
4. Guru memahami konsep, manfaat, dan tujuan HACCP secara lengkap
5. CCP dan Pengendaliannya
C. Pokok-pokok materi :
1. Mutu
2. Faktor yang Mempengaruhi Mutu
3. Penurunan Mutu Bahan Pangan
4. Mencegah Penurunan Mutu
5. Pengendalian Produk yang Tidak Sesuai
A. PENGENDALIAN MUTU
1. Mutu
Mutu adalah gabungan dari sejumlah atribut yang dimiliki oleh bahan atau
produk pangan yang dapat dinilai secara organoleptik. Atribut tersebut meliputi
parameter kenampakan, warna, tekstur, rasa dan bau (Kramer dan Twigg, 1983).
Menurut Hubeis (1994), mutu dianggap sebagai derajat penerimaan
konsumen terhadap produk yang dikonsumsi berulang (seragam atau konsisten
dalam standar dan spesifikasi), terutama sifat organoleptiknya. Mutu juga dapat
dianggap sebagai kepuasan (akan kebutuhan dan harga) yang didapatkan
konsumen dari integritas produk yang dihasilkan produsen.
Berdasarkan ISO/DIS 8402-1992, mutu didefinsilkan sebagai karakteristik
menyeluruh dari suatu wujud apakah itu produk, kegiatan, proses, organisasi atau
manusia, yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan yang
telah ditentukan (Fardiaz, 1997).
Kramer dan Twigg (1983) telah mengklasifikasikan karakteristik mutu bahan
pangan menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Karakteristik fisik atau karakteristik tampak, meliputi penampilan yaitu warna,
ukuran, bentuk dan cacat fisik; kinestika yaitu tekstur, kekentalan dan
konsistensi, flavor yaitu sensasi dari kombinasi bau dan cicip
b. Karakteristik tersembunyi, yaitu nilai gizi dan keamanan mikrobiologis.
Mutu adalah kumpulan parameter dan atribut yang mengindikasikan atau
menunjukkan sifat-sifat yang harus dimiliki suatu bahan atau produk pangan. Mutu
pangan adalah nilai yang ditentukana atas dasar kriteria keamanan pangan,
kandungan gizi, dan standar perdagangan terhadap bahan makanan, makanan, dan
minuman.
Pengendalian mutu merupakan suatu upaya yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, sistematis, dan objektif dalam memantau dan menilai barang,
jasa, maupun pelayanan yang dihasilkan perusahaan atau institusi dibandingkan
dengan standar yang ditetapkan serta menyelesaikan masalah yang ditemukan
dengan tujuan untuk memperbaiki mutu.
Tujuan pengendalian mutu meliputi dua tahap, yaitu tujuan antara dan tujuan
akhir. Tujuan antara pengendalian mutu adalah agar dapat diketahui mutu barang,
jasa, maupun pelayanan yang dihasilkan. Tujuan akhirnya yaitu untuk dapat
meningkatkan mutu barang, jasa, maupun pelayanan yang dihasilkan. Pengendalian
mutu penting dilakukan untuk meningkatkan indeks kepuasan mutu (quality
satisfaction index), produktivitas dan efisiensi, laba/keuntungan, pangsa pasar, moral
dan semangat karyawan, serta kepuasan pelanggan.
c. Jarak ke konsumen
Gambar 6. Formalin
(Sumber: https://www.grainger.com/product/RPI-10-Pct-Neutral-Buffered-Formalin-
31FY40)
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah melarang penggunaan
senyawa formalin sebagai pengawet bahan pangan. Senyawa formalin memiliki
gugus CH2OH yang mudah mengikat air dan gugus aldehid yang mudah mengikat
protein. Kerugian yang dialami apabila mengkonsumsi formalin antara lain
menimbulkan kerusakan di lambung, bersifat karsinogenik atau dapat menyebabkan
kanker.
j. Cacat
Bahan pangan dapat mengalami luka yang diakibatkan tusukan atau sayatan
oleh benda tajam. Penggunaan pengait pada saat akan mengangkat ikan hasil
tangkapan dapat menyebabkan luka pada ikan. Apabila tidak segera ditangani
dengan benar, luka tersebut dapat menjadi jalan bagi mikroba pembusuk untuk
memasuki bagian tubuh ikan dan merombak komponen di dalamnya.
3) Pemberian Perlakuan
Perlakuan yang diberikan, baik selama penanganan dan pengolahan dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan fisik bahan pangan. Perlakuan pemanasan yang
diberikan dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi, yaitu menguapnya cairan dari
bahan pangan. Pemanasan juga dapat menyebabkan komponen protein mengalami
denaturasi yaitu berubahnya struktur fisik dan struktur dimensi dari protein. Suhu
pemanasan yang dapat menyebabkan denaturasi protein adalah lebih besar dari 700
C.
4) Adanya Benda Asing
Pasir, isi hekter, rambut, kuku, patahan kaki serangga, ulat atau pecahan
gelas adalah beberapa contoh benda-benda asing yang sering dijumpai saat akan
menyantap makanan diwarung makan bahkan restauran.
Tabel 1. Material, Bahaya yang Ditimbulkan dan Sumber Bahaya Fisik
Material Bahaya yang Ditimbulkan Sumber
Kaca Menyebabkan luka, pendarahan, Botol, lampu,
mungkin membutuhkan pembedahan termometer
untuk mengeluarkannya.
Kayu Menyebabkan infeksi, mungkin Pallet, box,
membutuhkan pembedahan untuk bangunan
mengeluarkannya.
Batu Mematahkan gigi Bangunan termasuk
keramik
Besi/Logam Menyebabkan infeksi dan mungkin Mesin, kawat,
memerlukan pembedahan untuk karyawan
mengeluarkannya
Tulang Menyangkut di kerongkongan dan Proses pengolahan
menyebabkan trauma yang tidak benar
serta unit
pengolahan yang
tidak baik
Plastik Menyebabkan infeksi Pallet, bahan
pengepak dan
Pekerja
Personil Menyebabkan gigi patah,tertusuk dan Anting-anting,
mungkin dibutuhkan pembedahan kalung, giwang,
untuk mengeluarkannya. cincin
b. Kerusakan Kimiawi
Penurunan kandungan senyawa kimia pada bahan pangan dapat terjadi
selama proses pencucian dan pemanasan. Selama berlangsung proses pencucian
bahan pangan, banyak komponen senyawa kimia yang akan larut, seperti beberapa
protein, vitamin B dan C, dan mineral.
1) Autolisis
Autolisis adalah proses perombakan jaringan oleh enzim yang berasal dari
bahan pangan itu tersebut. Proses autolisis terjadi pada saat bahan pangan
memasuki fase post rigor mortis. Ikan yang mengalami autolisis memiliki tekstur
tubuh yang tidak elastis, sehingga apabila daging tubuhnya ditekan dengan jari akan
membutuhkan waktu relatif lama untuk kembali ke keadaan semula. Bila proses
autolisis sudah berlangsung lebih lanjut, maka daging yang ditekan tidak pernah
kembali ke posisi semula. Proses autolisis dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
di sekelilingnya. Suhu yang tinggi akan mempercepat proses autolisis ikan yang
tidak diberi es.
2) Oksidasi
Ikan termasuk salah satu bahan pangan yang banyak mengandung lemak,
terutama lemak tidak jenuh. Lemak tidak jenuh adalah lemak yang mengandung
ikatan rangkap pada rantai utamanya. Lemak demikian bersifat tidak stabil dan
cenderung mudah bereaksi. Lemak pada ikan didominasi oleh lemak tidak jenuh
berantai panjang (Polyunsaturated fatty acid/ PUFA).
Reaksi enzimatis umumnya terjadi pada permukaan buah dan sayuran yang
mengalami penyayatan. Pada permukaan sayatan, terjadi perubahan warna menjadi
kecoklatan karena berlangsung oksidasi fenol menjadi ortokuin yang selanjutnya
secara cepat akan mengalami polimerisasi membentuk pigmen coklat atau melanin.
4) Senyawa Kimia Pencemar
Pengertian senyawa kimia pencemar adalah senyawa kimia yang terkandung
dalam bahan pangan, baik secara alami maupun pangan sengaja ditambahkan.
Keberadaan senyawa kimia pencarem dalam bahan dapat mempengaruhi rasa dan
kenampakan. Rasa dari bahan pangan yang tercemar senyawa kimia pencemar
terasa agak menyimpang, tergantung dari senyawa kimia yang mencemarinya.
Kenampakan beberapa bahan pangan yang tercemar senyawa kimia dapat dilihat
dengan mudah.
Tanaman kangkung yang mampu menyerap logam berat dan senyawa
pencemar lainnya memiliki kenampakan hijau kehitaman, sedangkan jenis
kerangkerangan yang memiliki kemampuan sebagai filter biologis terhadap logam
berat, daging-nya cenderung memiliki kenampakan merah kehitaman dan memiliki
tubuh relatif lebih besar.
Tabel 2. Senyawa Kimia yang Terkandung dalam Bahan Pangan dan Ambang
Batasnya Senyawa Kimia
Pencemar Tipe Produk Ambang Batas
Mercury Semua jenis ikan kecuali tuna 0.5 ppm
beku dan segar, hiu, dan ikan
pedang
Arsenik Konsentrat protein ikan 3.5 ppm
Lead Konsentrat protein ikan 0.5 ppm
Flouride Konsentrat protein ikan 150 ppm
2,3,7,8 TCDD Semua produk ikan 20 ppt
(dioxin)
DDT dan Semua produk ikan 5.0 ppm
metabolisme
PCB Semua produk ikan 2.0 ppm
Piperonyl butoksida Ikan kering 1.0 ppm
Bahan kimia Semua produk ikan 0.1 ppm
pertanian lainnya
dan turunannya
c. Kerusakan Biologis
Kerusakan biologis pada bahan pangan dapat disebabkan oleh aktivitas
mikroba patogen dan pembusuk, baik berupa bakteri, virus, jamur, kamir ataupun
protozoa. Kerusakan secara biologis terjadi secara alamiah yang biasa disebut
pembusukan.
1) Burst belly
a) Keracunan Ciguatera
Keracunan ciguatera banyak dialami bila mengkonsumsi ikan karang. Ikan ini
beracun apabila mengkonsumsi makanan beracun dan menjadi tidak beracun
setelah beberapa saat tidak mengkonsumsi makanan tersebut. Jenis racun yang
dikandung oleh ikan karang tersebut antara lain brevetoksin, dinofisis toksin, asam
domoik, asam okadaik, pektonotoksin, aksitoksin, dan yessotoksin.
b) Tetrodotoxin
Tetrodotoksin adalah racun yang dikandung oleh ikan dari keluarga
Tetraodontidae. Ikan ini diketahui mengandung racun di bagian gonad, hati, usus,
dankulitnya. Sedangkan bagian dagingnya tidak mengandung racun. Jenis ikan yang
dikenal mengandung tetrodotoksin ini adalah ikan buntal. Tetradotoxin juga dapat
diisolasi dari spesies lain seperti ikan parrot, kodok dari genus Atelpus, oktopus, dan
kepiting xanthid.
c) Keracunan Kerang
Keracunan kerang akan terjadi apabila mengkonsumsi kerang yang
mengandung senyawa racun. Kerang bersifat biofilter, sehingga kerang yang hidup
di perairan tercemar racun atau logam berat akan berpotensi sebagai penyebab
keracunan.
2) Bahan pangan menjadi beracun
Bahan pangan yang semula tidak beracun dan aman dikonsumsi dapat
berubah menjadi beracun karena alasan tertentu. Keracunan ikan tongkol yang
sering terjadi banyak disebabkan karena ikan tongkol yang semula segar berubah
menjadi beracun karena cara penanganan yang kurang baik. Daging berwarna
merah pada ikan tongkol segar mengandung banyak asam amino histidin.
Proses penurunan mutu yang dalami ikan tongkol akan merombak histidin
menjadi histamin. Senyawa histamin inilah yang dapat menyebabkan timbulnya rasa
gatal, keracunan, dan bahkan mengakibatkan kematian. Masakan bersantan yang
disajikan dalam keadaan panas cukup aman dikonsumsi. Namun bila masakan
tersebut yang sudah dipanaskan dibiarkan dalam keadaan tertutup, maka santan
akan segera berubah menjadi senyawa beracun yang mematikan.
HACCP (Hazard Analysis & Critical Control Point) adalah sebuah metode
operasi terstruktur yang dikenal secara internasional yang bisa membantu organisasi
dalam industri makanan dan minuman untuk mengidentifikasi risiko keamanan
pangan, mencegah bahaya dalam keamanan pangan, dan menyampaikan
kesesuaian hukum. HACCP adalah keharusan di beberapa negara, termasuk
Amerika Setikat dan Uni Eropa. Prinsip-prinsip dan petunjuk HACCP untuk
penerapannya sudah diadopsi oleh Komisi Codex Alimentarius. Sistem HACCP
berbasis pada pengetahuan dan mengidentifikasi bahaya spesifik dan
pengendaliannya khusus untuk menjamin keamanan pangan.
• Penyimpanan bahan.
Cara menyimpan bahan-bahan makanan harus dilakukan dengan tepat sesuai
prosedurnya. Tujuannya untuk menjaga kualitas bahan-bahan makanan agar tidak
rusak sebelum diolah, dan mencegah terjadinya pencemaran terhadap makanan
(food poisoning), sehingga nantinya dapat menghasilkan makanan yang sehat bagi
customers. Baca selengkapnya mengenai hal-hal yang harus diperhatikan mengenai
penyimpanan makanan di Storage of Food.
• Pengolahan makanan.
Mengkonsumsi makanan yang sehat jauh lebih penting dari mengkonsumsi
makanan yang enak. Untuk itu kita harus tahu cara mengolah makanan yang tepat.
Selengkapnya bisa dilihat disini.
• Penyajian makanan.
Makanan dingin harus disajikan dalam keadaan dingin yaitu maksimal 5'C. Dan
makanan panas harus disajikan minimal pada suhu 60'C. Disamping itu Personal
Hygiene dari food handler harus dilaksanakan dengan tepat.
• Pest Kontrol.
Merupakan cara untuk mengendalikan penyakit agar tidak mengkontaminasi bahan
makanan yang dapat disebarkan oleh binatang seperti kecoa, semut, lalat,ulat dan
sebagainya. Biasanya menggunakan ahli pest kontrol untuk melakukan hal ini.
MANFAAT HACCP
PRINSIP 1
:Mengidentifikasi potensi bahaya yang berhubungan dengan produksi pangan pada
semua tahapan, mulai dari usaha tani, penanganan, pengolahan di pabrik dan
distribusi, sampai kepada titik produk pangan dikonsumsi. Peningkatan
kemungkinan terjadinya bahaya dan menentukan tindakan pencegahan, untuk
pengendaliannya.
PRINSIP 2
Menentukan titik atau tahap prosedur operasional yang dapat dikendalikan untuk
menghilangkan bahaya atau mengurangi kemungkinan terjadi bahaya tersebut. CCP
(Critical Control Point) berarti setiap tahapan di dalan produksi pangan dan /atau
pabrik yang meliputi sejak bahan baku yang diterima, dan/atau diproduksi, panen,
diangkut, formulasi, diolah, disimpan dan lain sebagainya.
PRINSIP 3
Menetapkan batas kritis yang harus dicapai untuk menjamin bahwa CCP berada
dalam kendali.
PRINSIP 4
Menetapkan sistem pemantauan pengendalian (monitoring) dari CCP dengan cara
pengujian atau pengamatan.
PRINSIP 5
Menetapkan tindakan perbaikan yang dilaksanakan jika hasil pemantauan
menunjukkan bahwa CCP tertentu tidak terkendali.
PRINSIP 6
Menetapkan prosedur verifikasi yang mencakup dari pengujian tambahan dan
prosedur penyesuaian yang menyatakan bahwa sistem HACCP berjalan efektif.
PRINSIP 7
Mengembangkan dokumentasi mengenai senua prosedur dan pencatatan yang tepat
untuk prinsip-prinsip ini dan penerapannya.
Konsep HACCP
Menurut Codex Alimentarius Commision (CAC) Konsep HACCP menurut
CAC terdiri dari 12 langkah, dimana 7 prinsip HACCP tercakup pula di
dalamnya. Langkah-langkah penyusunan dan penerapan sistem HACCP menurut
CAC adalah sebagi berikut :
Kita telah mendefinisikan istilah-istilah yang didiskusikan dalam HACCP dan kini kita
akan menerapkannya pada contoh yang sederhana. Mengidentifikasi bahaya dan
titik-titik kendali kritis (critical control point) adalah akar dari HACCP. Hal ini dapat
dilakukan dengan memanfaatkan metoda bagan keputusan. Pada bagian ini, kita
harus membahas tentang bagan keputusan dan menjabarkan keterangan yang
dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan dan mengambil sikap terhadap macam
keputusan-keputusan tersebut.
sumber: http://slideplayer.info/slide/2749046/
Definisi: tahap di dalam proses yang apabila tidak terawasi dengan baik,
memungkinkan timbulnya ketidakamanan pangan, kerusakan, dan resiko kerugian
ekonomi
- proses produksi
- potensi bahaya
- signifikansi bahaya
D. DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E. 2008. Pengawasan Mutu Bahan/Produk Pangan. Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Dasar Pengendalian Mutu Hasil Pertanian dan Perikanan, Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan, Kementerian Pendidikan dan Budaya, 2014.
http://www.id.lrqa.com/standards-and-schemes/haccp/
http://gedekaz.blogspot.co.id/2012/01/haccp-hazard-analysis-critical-control.html
http://www.bbpp-lembang.info/index.php/arsip/artikel/artikel-pertanian/558-jaminan-
keamanan-pangan-dengan-sistem-haccp-hazard-analysis-critical-control-point
http://adelaidearsenal.blogspot.co.id/2012/12/ccp.html
Winarno, F.G. dan Surono, 2002. HACCP dan Penerapannya Dalam Industri
Pangan. M-BRIO PRESS, Bogor.
Pedoman pembinaan dan pengawasan mutu hasil pertanian terpadu komoditi
pangan, Badan Agribisnis Departemen Pertanian, 1995.
Quality Assurance Training in The Indonesian Horticultural Industry, Patric Ulloa
2004.
Mengenal HACCP dan aplikasinya dalam menjamin mutu dan keamanan pangan,
Surono 1995.
SNI 01-4852-1998, Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (HACCP)
serta Pedoman dan penerapannya, Badan Standarisasi Nasional, 1986.
Hermawan Thaheer, 2005: Sistem Manajemen HACCP (Hazard Analysis Critical
Control Points), Penerbit Bumi Aksara, Jakarta