Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

HAM DAN POLITIK KRIMINAL PASCA ORDE BARU

(KONSTRUKSI PELANGGARAN HAM PADA KASUS


PEMBANTAIAN DUKUN SANTET
DI KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 1998)
) 2) 3)
Rhayi Permata Juang , Tedi Erviantono , Muhammad Ali Azhar
1,2,3)
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana

Email: rhayipermata27@gmail.com, erviantono2@yahoo.com,

ABSTRACT
This research is motivated by the case of human rights violations during the
massacre witches in Banyuwangi in 1998. The central government that when it is exposed to many
issues require a diversion issues in other areas to divert attention began when the reform era turn
of the new order of oligarchs capitalist towards a democratic state. Therefore, this study will analyze
the motives brutality of human rights violations that led to the massacre of the witches. The purpose
of this research that examines how government as the dominant party using a various social control
to a group that dominated the society. This study used qualitative methods - descriptive. The
subjects were the victims and the community leaders who concern about the problems of this
massacre case. By using the theory of hegemony to explore the phenomenon of the role of the
state to a case that comes to the human rights violations like this. Namely data collection
techniques with direct observation to the test site and the literature to comparison be empirical
research results also snowball technique purposive sampling. Based on the analysis of cases of
human rights violations during the massacre witches in Banyuwangi 1998 as a whole is a game the
government on the transfer issue. Turbulent political force people to accept an issue to distract him
from the turmoil in the capital but did not go according to the destination. The lack of public
understanding about the violation of Human Rights to make the case - a case that concerned have
not or even cannot be resolved properly, including cases of human rights violations in Banyuwangi
1998's.

Keywords: New Order, Human Rights Violations, Hegemony Gramsci

PENDAHULUAN yang terjadi di Kabupaten Banyuwangi, Jawa


Timur dalam kurun waktu Februari hingga
Peristiwa terror dan pembantaian September 1998.
sejumlah kyai Nahdiyin berkedok dukun Ratusan orang menjadi korban demi
santet yang terjadi di sebagian wilayah Jawa memperjuangkan terwujudnya era reformasi
Timur tahun 1998, menambah daftar panjang dan terbebas dari belenggu orde baru. Pada
serangkaian peristiwa berdarah yang terjadi tahun 1998, merupakan tahun yang
selama masa kepemimpinan Soeharto. meninggalkan sejarah yang akan diingat oleh
Pembantaian Banyuwangi 1998 adalah masyarakat Indonesia. Terjadinya kejadian
peristiwa terhadap orang yang diduga berdarah seperti ini bukanlah hal yang
melakukan praktik ilmu hitam atau santet pertama kali terjadi pada masa

1
kepemimpinan militer Soeharto. Mulai dari (orang) (oran (orang
rezimnya Presiden Soeharto menguasai g) )
negeri ini hingga akhir masa pemerintahanya,
Kota 2 2
pertumpahan darah dijadikan sebagai cara Cluring 10 11
untuk mempertahankan eksistensi Giri 12 12
Tegaldlimo 2 2
kekuasaannya.
Glagah 10 8
Purwoharjo 4 3
Peristiwa terror dan pembantaian Kalipuro 4 2
Gambiran 3 7
sejumlah kyai Nahdiyin berkedok dukun Kabat 19 16
santet yang terjadi di sebagian wilayah Jawa Genteng 2 5

Timur tahun 1998, menambah daftar panjang Rogojampi 16 19


Sempu 5 16
serangkaian peristiwa berdarah yang terjadi Wongsorejo 3 3
Bangorejo 0 3
selama masa kepemimpinan Soeharto.
Pembantaian Banyuwangi 1998 adalah Singojuruh 9 9
Glenmore 0 3
peristiwa terhadap orang yang diduga Songgon 10 20
Kalibaru 2 3
melakukan praktik ilmu hitam atau santet
Srono 2 3
yang terjadi di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Muncar 0 1
Timur dalam kurun waktu Februari hingga Jumlah 115 148
September 1998.
(sumber : Situs Departemen Keamanan
Menurut data yang didapatkan dari situs Republik Indonesia)
Departemen Keamanan Republik Indonesia,
peristiwa kelam tersebut merenggut korban Camat Purwoharjo, Banyuwangi
jiwa dengan jumlah 235 orang meninggal, yang menjabat saat itu yakin mengatakan
luka berat 32 orang dan 35 orang luka ringan. soal kemungkinan keterlibatan aparat
Mereka dibantai di 7 Kabupaten di Jawa kepolisian. Hal tersebut dikarenakan pada
Timur antara lain Banyuwangi, Jember, tanggal 11 Februari 1998 ada pertemuan
Situbondo, Bondowoso, Pasuruan, yang dihadiri oleh kepala – kepala desa di
Pamekasan, dan Sampang. Korban tewas wilayahnya dengan Wakil Kepala Kepolisian
terbanyak terdapat di Banyuwangi dengan Sektor Purwoharjo tanpa persetujuan terlebih
jumlah 148 orang. Ada yang tewas dahulu olehnya. Pejabat kepolisian tersebut
digantung, dibakar bersama rumahnya, meminta para kepala desa untuk mendata
dipukuli, dibacok, dan yang paling banyak dukun santet dan dukun pengobatan
adalah dianiaya massa. Sebagian besar tradisional di daerahnya. Alasannya adalah
adalah kaum nahdliyin sendiri, diantaranya untuk mencegah hal – hal yang tidak
pengurus NU, pengurus masjid, atau guru diinginkan .ketika Ia menanyakan dari mana
mengaji. instruksi tersebut, pejabat kepolisian tersebut
mengatakan semua atas perintah atasannya.

Sampai saat ini masih belum jelas


siapa atasan yang dimaksudkan. Namun
dilain pihak, Kepala Kepolisian Daerah Jawa
Timur saat itu juga buru – buru membantah
isu keterlibatan aparatnya. Ia menegaskan
Berikut ini data korban dalam dua versi, yakni belum ada bukti – bukti yang mengandung
versi Pemerintah Kabupaten dan Tim Pencari muatan politis di balik pembunuhan massal di
Fakta Nahdlatul Ulama: Banyuwangi dan kabupaten lainnya.Jadi,
semua kasus pembunuhan dukun santet itu
dinyatakan sebagai kasus kriminal murni.
Versi Versi
Versi
Versi Tragedi “dukun santet” itu menimbulkan
trauma mendalam bagi warga Banyuwangi.
Kecamatan Pemka TPF TPF
Kecamatan Pemkab Bahkan, karena tragedi tersebut Banyuwangi
b NU
(orang)
NU sempat dicap sebagai kota santet. Para
keluarga korban pun enggan mengungkit

2
kasus itu karena takut dianggap mewarisi 1. HAM tidak perlu diberi atau
santet dari orang tuanya. dibeli karena HAM adalah
bagian dari manusia.
Dengan melihat jumlah korban dan 2. HAM berlaku bagi semua
skala tempat yang sampai meluas ke orang tanpa memandang
sebagian Jawa Barat, serta keberlangsungan jenis kelamin, ras, agama,
kejadian yang terus menerus jelas sekali etnis, pandangan politik, dan
kalau peristiwa ini bukanlah suatu tindakan bangsa.
penghakiman spontan masyarakat terhadap 3. HAM tidak bisa dilanggar
dukun santet. Tapi ini sebuah alur yang karena tidak seorangpun
sistematis baik dari jalur pendanaan, mempunyai hak untuk
pelaksanaan, penanganan kasus sampai ke membatasi hak orang lain.
proses peradilan yang sudah disiapkan
secara matang untuk tujuan tertentu oleh Orang akan tetap mempunyai HAM
suatu kekuasaan atau kekuatan tertentu pula. walaupun di negaranya tidak ada peraturan
Karena kenyataannya dalam sejarah atau hukum yang melindungi atau melanggar
pelanggaran Hak Asasi Manusia di negeri ini, HAM. Miriam Budiardjo membatasi
yang dilakukan oleh penguasa selalu saja pengertian hak-hak asasi manusia sebagai
mentah di proses hukum. Proses hak yang dimiliki manusia yang telah
pengadilannya juga seperti sudah di setting diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan
sedemikian rupa untuk mengaburkan kelahiran atau kehadirannya di dalam
terungkapnya fakta. masyarakat. Kasus pembantaian massal
dukun santet yang terjadi di Kabupaten
Penelitian ini berupa untuk menelaah Banyuwangi tahun 1998 termasuk dalam
motif pembantaian yang masih meninggalkan salah satu pelanggara HAM kelas berat,
misteri dengan menggunakan penelitian yang karena telah menghilangkan ratusan hak
berupaya membedah kilas balik sejarah serta untuk hidup seseorang tanpa suatu alasan
observasi langsung kepada narasumber yang yang jelas. Secara harfiah, menghilangkan
memiliki kapabilitas untuk membuka kasus satu nyawa seseorang dengan alasan yang
ini. jelas saja sudah melanggar HAM apalagi
ratusan nyawa orang karena tidak ada satu
KAJIAN PUSTAKA alasanpun yang bisa dijadikan sebuah
pembenaran untuk membunuh orang lain.
Konsep Hak Asasi Manusia
Peristiwa ini berawal di bulan Juli
Konsep Hak Asasi Manusia Masalah 1998, dimana saat itu terjadi pembantaian
HAM adalah sesuatu yang sering kali dibahas dukun santet oleh sekelompok massa di
dan dibicarakan terutama di era reformasi ini. daerah Jawa Timur. Orang – orang yang
HAM adalah hak – hak dasar yang melekat dianggap dukun santet ini dituduh sebagai
pada diri manusia. Dalam pasal 1 Undang – penyebab datangnya penyakit – penyakit
Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM misterius yang menyebabkan kematian.
disebutkan, “Hak Asasi Manusia adalah Awalnya isu ini hanyalah sebuah isu biasa
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan masyarakat menganggapnya sebagai
dan keberadaan manusia sebagai makhluk suatu hal yang biasa.
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan Namun di bulan Agustus 1998, isu
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung pembunuhan dukun santet beralih menjadi
tinggi, dan dilindungi oleh Negara, hukum, pembantaian sejumlah guru ngaji, kyai,
pemerintah, pemerintah dan setiap orang, ulama yang diidentifikasi sebagai masyarakat
demi kehormatan serta perlindungan harkat Islam Nahdatul Ulama (NU).Pembunuhan ini
dan martabat manusia”. dilakukan oleh sekelompok orang yang
Dengan begitu, dapat ditarik berpakaian selayaknya ninja dari Jepang.
kesimpulan tentang HAM, yaitu:
Konsep Hegemoni Gramsci

3
dikarenakan secara fisik atau mental mereka
Kebanyakan orang yang berpendapat dibujuk untuk melakukannya, juga bukan
terhadap karya Gramsci cenderung dikarenakan mereka diindoktrinasi secara
menyebutkan sifat beragam mengenai ideologis, tapi karena memiliki alasan –
penggunaan konsep hegemoninya, alasan tersendiri. Gramsci memandang
melacak asal – usulnya dan mengamati hegemoni sebagai salah satu aspek control
berbagai penggunaan Gramsci atas berbagai sosial yang muncul dari konflik sosial.
aspek tulisannya, maupun menengarai Hegemoni bukanlah suatu perintah
peranannya dalam teori perjuangan politik. fungsional kapitalisme, tapi merupakan
Gramsci memiliki sebuah pemahaman sekumpulan gagasan konsensual yang
yang menjadi pusat perhatian yakni berada dari dan membentuk kelas maupun
mengenai hegemoni sebagai sarana kultural konflik – konflik sosial lainnya. Sejalan
maupun ideologis dimana kelompok – dengan argument Gramsci, jika hegemoni
kelompok dominan dalam masyarakat atau dipandang berasal dari konflik, maka dapat
penguasa, melestarikan dominasinya dengan diharapkan terjadinya kompromi – kompromi
mengamankan “persetujuan spontan” hegemonik yang menuntaskan konflik,
kelompok subordinat, termasuk kelas namun secara temporer, untuk
pekerja, melalui penciptaan negosiasi mengungkapkan berbagai persoalan maupun
consensus politik maupun ideologis yang kepentingan yang dipertaruhkan.
menyusup ke dalam kelompok – kelompok
dominan maupun yang didominasi. Suatu perang posisi daripada perang
gerakan menjadi strategi yang diadopsi oleh
Menurut paparan tersebut, dapat kekuatan – kekuatan sosialis revolusioner.
dipahami bahwa hegemoni adalah sebuah Strategi ini melibatkan suatu pertarungan
kelas politik yang mengandung pengertian panjang, diperpanjang dan tidak seimbang
bagi Gramsci bahwa kelas tersebut telah terhadap cengkeraman hegemoni kelompok
berhasil membujuk kelas – kelas lain dalam dominan tersebut, maupun penggantian
masyarakat untuk menerima nilai – nilai akhirnya oleh hegemoni kelompok subordinat
moral, politik, maupun kulturalnya. Jika kelas yang menghendaki kekuasaan maupun
penguasa berhasil, maka kelas ini akan transformasi masyarakat secara radikal.
menggunakan kekuatan sedikit mungkin, Dengan begitu, perang posisi merupakan
demikian pula halnya jika rezim liberal yang sebuah perang penanaman yang pada
berhasil pada abad kesembilan belas (Joll : dasarnya diperangi pada berbagai institusi
1977) masyarakat sipil. Ini merupakan sebuah
Gramsci menggunakan konsep strategi yang menerima penarikan sifat
hegemoni untuk menerangkan berbagai pertarungan, kemungkinan kekalahan
macam cara control sosial bagi kelompok maupun pembalikan, serta arti penting
sosial yang dominan. Dia membedakan perlunya pertarungan kultural dan ideologis
antara pengendalian koersif yang diwujudkan maupun ekonomi dan politis, yang menunda
melalui kekuatan langsung atau ancaman perang gerakan sebelum pertarungan
kekuatan, dengan pengendalian konsensual hegemoni mulai menunjukkan
yang muncul ketika individu – individu keberhasilannya.
“secara sengaja” atau “secara sukarela’
mengasimilasikan pandangan dunia atau Menurut Gramsci, kekuatan –
hegemoni kelompok dominan tersebut; kekuatan revolusioner harus mengambil alih
sebuah asimilasi yang memungkinkan masyarakat sipil sebelum mereka mengambil
kelompk itu bersikap hegemonik (Ransome: alih Negara, dan karenanya harus
1992). membangun koalisi dengan kelompok –
Dengan begitu dapat dikatakan kelompok oposisi yang dipersatukan di
bahwa teori Gramsci mengemukakan bahwa bawah suatu panji hegemonik yang
kelompok – kelompok subordinat menerima menggulingkan hegemoni yang menyebar
gagasan, nilai – nilai, maupun kepemimpinan atau dominan. Tanpa perjungan hegemoni
kelompok dominan tersebut bukan ini, segala upaya untuk merampas

4
kekuasaan Negara akan sia – sia. Sifat Konstruksi Pelanggaran Ham Pada Kasus
masyarakat sipil menjamin hal ini. Pembantaian Dukun Santet Di Kabupaten
Banyuwangi Tahun 1998. Sumber data yang
Hegemoni bukanlah seperangkat digunakan dalam penelitian ini adalah data
gagasan pasti dan tetap yang memiliki suatu primer dan data sekunder. Penelitian ini
fungsi yang konstan. Menurut Gramsci, menggunakan teknik pengumpulan data yang
sekalipun jelas – jelas hegemoni berfungsi dilakukan dengan observasi, wawacara
mengamankan dominasi kelas – kelas mendalam dan dokumen. Penelitian ini
maupun kelompok yang paling kuat di dalam menggunakan teknik pengambilan sampling
masyarakat, dan mendapat perhatian ketika yakni purposive sampling. Penelitian ini
begitu dominan sampai mewarnai apa yang berlokasi Desa Songgon, Kabupaten
disebut sebagai “akal sehat”, bagaimanapun Banyuwangi.
juga hegemoni merupakan sesuatu yang
berasal dari perjuangan kelas maupun sosial HASIL DAN PEMBAHASAN
yang pada gilirannya berfungsi membentuk
dan mempengaruhi. Konstruksi Pelanggaran Hak Asasi
Manusia Pada Pembantaian Dukun Santet di
Oleh karena itu, cengkeraman Kabupaten Banyuwangi Tahun 1998
hegemoni atas kelompok – kelompok Kabupaten banyuwangi telah dikenal sebagai
subordinat pada praktiknya tidak bisa dijamin kota santet jauh sebelum tragedi
sepenuhnya (Strinati: 2016) pembantaian di tahun 1998 itu terjadi.
“Kekuasaan merujuk pada adanya Sampai saat ini belum jelas dari mana dan
kemampuan untuk mempengaruhi dari bagaimana asal mula julukan tersebut
seseorang kepada orang lain, atau dari satu didapat dengan sebagian besar dukun santet
pihak kepada pihak lain”. “Kekuasaan tersebut adalah warga osing atau warga asli
merupakan kemampuan seseorang atau Kabupaten Banyuwangi. Dukun santet bagi
sekelompok orang untuk mempengaruhi kepercayaan masyarakat Kabupaten
pikiran atau tingkah laku orang atau Banyuwangi terdapat 2 macam, yakni dukun
kelompok lain, sehingga orang yang santet yang memang memiliki kelebihan dan
dipengaruhi tersebut mau melakukan sesuatu menggunakannya dengan hal – hal positif,
yang sebetulnya enggan untuk contohnya membantu menyembuhkan
melakukannya. penyakit seseorang namun tak sedikit pula
yang dengan sengaja dan sadar
Bagian penting dari pengertian menggunakannya secara negatif, seperti
kekuasan adalah syarat adanya membalas dendam dan mencari kekuasaan.
keterpaksaan, seperti pihak yang terpaksa Informan Hasnan Singodimayan, salah
dipengaruhi untuk mengikuti pemikiran seorang budayawan Banyuwangi mengakui
ataupun tingkah laku pihak yang santet itu memang tumbuh di tengah
mempengaruhi” (Mochtar Mas’oed dan masyarakat kota paling timur Pulau Jawa itu.
Nasikun, 1987 : 22). “Kekuasaan merupakan Hanya saja, orang selalu salah kaprah dalam
suatu kemampuan untuk menggunakan memahami santet Banyuwangi dengan hanya
sumber – sumber pengaruh yang dimiliki mengaitkan dengan ilmu sihir.
untuk mempengaruhi perilaku pihak lain,
sehingga pihak lain berperilaku sesuai Banyuwangi yang merupakan kota
dengan kehendak pihak yang yang terletak di ujung Timur pulau Jawa ini
mempengaruhi”. identik dengan kerajaan Blambangan. Pada
zaman tersebut prajurit dari kerajaan
METODELOGI PENELITIAN Blambangan terkenal dengan kesaktiannya
yaitu susah dikalahkan ketika dalam
Penelitian ini menggunakan peperangan bahkan ketika sudah ditusuk
metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini juga jantungnya. Tidak hanya kaum lelakinya saja
menjelaskan, mendeskripsikan, menyelidiki yang mendapat perhatian khusus, wanita-
dan memahami secara empiris tentang wanita Blambangan juga dipercaya menjadi

5
inang-inang bagi putera dan Puteri raja. Hal mencari titik persamaan dalam kasus yang
ini disebabkan adanya anggapan bahwa air terjadi.
susu mereka berwarna kebiru-biruan dan
dianggap sangat menyehatkan sekali Berdasarkan temuan penelitian,
(Moertono, 1985:158). Sisa-sisa kesaktian pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi
orang-orang Blambangan saat ini masih bisa di Desa Songgon, Kecamatn Songgon,
dilihat dari tanah asalnya sebuat saja Kabupaten Bnayuwangi disebabkan oleh
Banyuwangi yang sampai detik ini masih suatu proses kontrol sosial oleh pemerintah
terkenal dengan tradisi mantra Osing yang yang menginginkan terciptanya sebuah isu
masih disegani banyak orang, bahkan isu guna mengalihkan perhatian masyarakat
santet yang berkembang di Banyuwangi di Indonesia dari pergolakan yang terjadi di
era 1990an menunjukan bahwa memang pemerintahan pusat. Terdapat perbedaan
orang-orang Blambangan masih mewarisi dan persamaan dari pernyataan yang
kesaktian dari nenek moyangnya.
diberikan oleh narasumber. Persamaannya
Sudah menjadi rahasia umum adalah bahwa kejadian pelanggaran Hak
dikalangan masayrakat ujung timur Jawa Asasi Manusia tersebut benar – benar terjadi
bahwa jika sudah mendengar nama dan membuat suasana Kabupaten
Banyuwangi maka stigmanya langsung Banyuwangi saat itu sangat mencekam,
tertuju pada tradisi mantra-mantra osing yang adanya pasukan ninja yang bertugas
dimiliki oleh orang-oarang dari Banyuwangi mengeksekusi, bukan hanya dukun santet
yang merupakan keturunan terakhir dari yang menjadi korban namun para pemuka
orang-orang Blambangan. agama juga termasuk, dan tidak adanya
keberlanjutan kasus pelanggaran Hak Asasi
Peran Nahdlatul Ulama di Jawa Manusia oleh pemerintah terhadap para
Timur Nahdlatul Ulama atau biasa disebut korban maupun keluarga korban. Sedangkan
NU adalah salah satu kelompok organisasi
perbedaannya adalah bahwa setiap
muslim terbesar di Indonesia selain
narasumber tidak memberikan informasi yang
Muhammadiyah yang mayoritas terdapat di
pulau Jawa khususnya Jawa Timur. Kedua sama dalam pertanyaan siapa dalang
kelompok tersebut memiliki ciri khasnya terjadinya kasus tersebut. Ada yang secara
masing – masing sehingga mampu memiliki tidak langsung mengatakan bahwa
jumlah anggota yang tidak sedikit. Dengan pemerintah yang bertanggung jawab, bahkan
jumlah anggota yang banyak dan menunjuk secara langsung namun ada juga
pengaruhnya dalam dunia politik, tentu yang tidak ingin mengatakan apapun terkait
sangat mungkin untuk dijadikan kambing hal ini. Penulis dapat menganalisis bahwa
hitam oleh pemerintah. . perbedaan dan persamaan ini saling mengisi
dan dapat menjawab tujuan dari penelitian ini
Terjadinya serangkaian pembunuhan dibuat.
yang disertai dengan tindak kekerasan
berdalih dukun santet di Banyuwangi meluas
ke daerah – daerah yang dikenal sebagai
daerah tapal kuda di Jawa Timur yang KESIMPULAN
meliputi 11 kabupaten, mendorong pihak
Nahdlatul Ulama untuk membentuk Tim Kasus pelanggaran HAM pada
Pencari Fakta yang bersifat independen. Tim pembantaian dukun santet di Kabupaten
ini bertujuan untuk mengumpulkan fakta dan Banyuwangi tahun 1998 adalah salah satu
data tentang rangkaian pembunuhan tersebut dari bukti nyata terjadinya pelanggaran berat
yang meresahkan masyarakat juga Hak Asasi Manusia yang dilakukan oleh
menimbulkan berbagai macam isu yang pemerintah sebagai alat mempertahankan
justru memerkeruh suasana. Tim pencai kekuasaan. Berdasarkan hasil analisis
Fakta ini terdiri dari sub tim yang bekerja di penelitian, penulis dapat menarik beberapa
wilayah berbeda – beda, dan selalu
melakukan koordinasi satu sama lain untuk

6
poin penting sebagai simpulan penelitian, DAFTAR PUSTAKA:
yaitu:
Budiardjo, Miriam. (2008). Dasar – Dasar
1.Pelanggaran Hak Asasi Manusia Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka
pada Pembantaian Dukun Santet di Utama.
Kabupaten Banyuwangi tahun 1998 adalah
sebuah pengalihan isu oleh pemerintah Budiyanto.(2006).Pendidikan
pusat. Kewarganegaraan. Jakarta :
2.Pelanggaran Hak Asasi Manusia Erlangga.
pada Pembantaian Dukun Santet di
Kabupaten Banyuwangi tahun 1998 adalah Bungin, Burhin. (2007). Penelitian Kualitatif :
skenario yang dilakukan oleh pemerintahan Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan.
Soeharto. Jakarta: Kencana.
3.Pelanggaran Hak Asasi Manusia Gramsci, A. (1971). Selections From the
pada Pembantaian Dukun Santet di Prison Notebooks. London: Lawrence
Kabupaten Banyuwangi tahun 1998 adalah
and Wishart.
dampak dari di adunya dua kelompok muslim
terbesar di Jawa Timur yaitu Nahdlatul Ulama Harrison, Lisa. (2007). Metodologi Penelitian
dan Muhammadiyah.
Politik. Edisi Pertama, Cetakan Ke-2,
4.Pelanggaran Hak Asasi Manusia Jakarta : Kencana.
pada Pembantaian Dukun Santet di
Kabupaten Banyuwangi tahun 1998 adalah Hartati, Sri. (2008). Kewarganegaraan.
salah satu diantara sekian banyak kasus Sukoharjo : Media Wiguna.
pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia
yang tidak atau belum dituntaskan hingga Hertanto. (2006). Teori-Teori Politik dan
skripsi ini diterbitkan. Pemikiran Politik di Indonesia. Bandar
Lampung: Universitas Lampung.
5.Pelanggaran Hak Asasi Manusia
pada Pembantaian Dukun Santet di Joll, J. (1997) Gramsci. London: Fontana.
Kabupaten Banyuwangi tahun 1998 adalah
ajang mempertahankan kekuasaan dari Kinasih, Ayu Windy. (2007). Identitas Etnis
reformasi pemerintahan. Tionghoa Di Kota Solo, Seri Karya
Berdasarkan hasil analisis dan Mahasiswa Terseleksi. Yogyakarta :
kesimpulan yang diperoleh, terdapat Laboratorium Jurusan Ilmu
beberapa keterbataan dalam penelitian ini Pemerintahan Fisipol UGM
seperti dipaparkan sebagai berikut:
Ransome, P. (1992). Antonio Gramsci : A
1.Responden dalam penelitian ini New Introduction, New York dan
merupakan masyarakat dari keluarga korban London. Harvester Wheatsheaf.
pembantaian dukun santet dimana ada
kemungkinan untuk menutupi bagian alur Rifa’I, Akhmad. (2006). Kekerasan dan Politik
cerita yang relatif dianggap sebagai aib Lokal : Kasus Banyuwangi. Yogyakarta :
keluarga.
Universitas Gadjah Mada.
2.Penelitian ini juga menggunakan
responden yang berasal dari pemerintahan Sangadji dan Sopiah. (2010). Metodologi
dimana terdapat kemungkinan keberpihakan Penelitian Pendekatan Praktis Dalam
politik yang membuat pandangan penulis dan Penelitian. Yogyakarta: Andi.
penarikan kesimpulan menyesuaikan dengan
apa yang diceritakan. Setijowati, Adi dkk (Ed). (2010). Sastra dan
Budaya Urban dalam Kajian Lintas
Media. Surabaya: Airlangga University

7
Press. http://majalah.tempointeraktif.com/i...T76
376.id.html/ diakses pada 17 Februari
Sudarto. (1981). Hukum dan Hukum Pidana.
2016)
Bandung: Alumni.
Website resmi PCNU Banyuwangi, NU
Online Banyuwangi, Sejarah dan Tokok
Karya Ilmiah / Jurnal PCNU Banyuwangi. (Link Diakses dari
http://banyuwangi.nu.or.id/2015/12/30/nu
Sohsan, Imron. The Role of Islamic Faith – _online-banyuwangi/ diakses pada 6
Based Organization in Building Juni 2016)
Solidarity and Resilience among
People of Different Faiths in
Northeast Thailand: A Case Study of
Foundation for Education and
Development of Muslims in Northeast
Thailand – FEDMIN. Journal of
Government and Politics, Accredited:
No 58/DIKTI/Kep/2013, Volume 5,
Nomor 1. Februari 2014

Artikel dan Website

Abdul Manan (Surabaya) D&R, Edisi 981114-


013/Hal. 52 Rubrik Hukum. (Link diakses
dari
http://donaemons.wordpress.com/2009/0
1/29/pelanggaran-pelanggaran-ham-di-
indonesia/ diakses pada 30 April 2016)

Imran Hasibuan/Laporan Suma Atmaja


(Banyuwangi). (Link diakses dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Kerusuhan_M
ei_1998/ diakses pada 29 Maret 2016)

Mengungkap Pembantaian Berkedok Dukun


Santet 1998, Kamis, 4 Oktober 2012.
https://m.tempo.co/read/news/2014/12/1
0/063627748/tragedi-dukun-santet-
banyuwangi-mesti-diusut-lagi/ diakses
pada 4 Maret 2016)

Sabtu, 14 November 1998; Ninja Asli Tidak


Diadili. (Link diakses dari

You might also like