Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 8

Khutbah I

،ِ‫َ السّالَم‬ ‫ُل‬


‫انا سُب‬ َ ‫د‬َ‫ه‬َ ‫الذي‬ ّ ِ‫د هلل‬ُْ ‫ْلح‬
‫َم‬ ‫د هللِ ا‬ ُْ‫َم‬‫ْلح‬‫ا‬
َْ
‫ن‬ ‫د أ‬ َْ‫َش‬
ُ‫ه‬ ‫ أ‬،ِ ‫َريم‬ ‫ِيّ الك‬ ‫َّب‬
‫ِ الن‬ ‫َة‬
‫يع‬ ‫ِشَر‬
ِْ ‫َا ب‬ ‫َن‬‫هم‬َْ‫َف‬
‫َأ‬‫و‬
‫َالل‬
ِ ‫ْلج‬‫ُو ا‬ ‫ ذ‬،‫ِيك َله‬ ‫ه َل شَر‬ ُ‫د‬َْ
‫َح‬ َِّ
‫َل هللا و‬ ‫ه إ‬ َ‫ََل ا‬
َ‫ِل‬
‫دا‬ًَّ‫َم‬ ُ ‫َا‬
‫مح‬ ‫َّن‬
‫ِي‬ ‫نب‬ََ
‫نا و‬ َ‫د‬َِ
ّ‫ن سَي‬ َّ
‫د أ‬ َْ‫َش‬
ُ‫ه‬ ‫َأ‬‫ و‬،‫ْرام‬ ‫َاإلك‬‫و‬
ْ‫ِك‬ ‫َبار‬ ‫ْ و‬‫ِم‬ َّ‫ّ و س‬
‫ل‬ ِ‫َل‬‫َّ ص‬ ّ
ُ‫الل‬
‫هم‬ ُ َ
،‫سوله‬ ‫َ ر‬ ‫ه و‬ ُ‫د‬ُْ
‫َب‬‫ع‬
ِ
‫ِه‬‫ْحاب‬ ‫ٍ وعلى اله وأص‬ ‫ّد‬
‫َم‬ ُ ‫ِنا‬
‫مح‬ ‫ِد‬ ‫لى سَي‬
ّ ََ‫ع‬
‫ أما‬،‫ِين‬ ّ‫ِ ال‬
‫د‬ ‫ْم‬
‫يو‬َ ‫إلى‬ َ ِ‫ْسان‬ ‫ِإح‬‫َ ب‬ ‫ِعين‬ ‫َّاب‬‫َالت‬ ‫و‬
‫ أوصيكم و نفسي‬،‫ فياايها اإلخوان‬:‫بعد‬
‫ قال هللا‬،‫بتقوى هللا وطاعته لعلكم تفلحون‬
‫ أعوذ باهلل من‬:‫تعالى في القران الكريم‬
:‫ بسم هللا الرحمان الرحيم‬،‫الشيطان الرجيم‬
‫ولوا‬ ُ ُ ‫ُوا هللا و‬
‫َق‬ َّ ‫ُوا‬
‫اتق‬ ‫من‬ََ
‫َ آ‬‫ِين‬ َّ ‫ها‬
‫الذ‬ َ‫ي‬َُّ
‫يا أ‬ َ
‫ُم‬
ْ ‫ْ َلك‬ ‫ْف‬
‫ِر‬ ‫يغ‬ََ
‫ْ و‬ ‫ُم‬ َ َ
‫الك‬ ‫ْم‬‫َع‬‫ْ أ‬ ‫ْ َلك‬
‫ُم‬ ‫ِح‬‫ْل‬
‫يص‬ُ ،‫دا‬ ً‫ِي‬ ‫َو‬
‫ًَْل سَد‬ ‫ق‬
‫ًا‬‫ْز‬ ‫َو‬ ‫َ ف‬‫َاز‬‫د ف‬ َْ‫َق‬
‫ه ف‬ َ ُ‫َس‬
ُ‫ول‬ ‫َر‬
‫ِ هللا و‬‫ِع‬
‫يط‬ُ ْ‫من‬ ََ
‫ْ و‬ ‫ُم‬‫بك‬َ‫نو‬ُُ‫ذ‬
‫ْا‬‫ُو‬ ‫من‬ َ‫َ آ‬ ِْ
‫ين‬ ‫الذ‬َّ ‫ها‬ َ‫ي‬َُّ
‫يا ا‬ َ ‫ًا وقال تعالى‬ ‫ِيم‬‫َظ‬‫ع‬
‫ُم‬
ْ ‫نت‬ َ
ْ‫َأ‬ ‫َّ إ‬
‫َِلَّ و‬ ‫تن‬ُْ
‫ُو‬‫تم‬َ َ‫ََل‬
‫ِ و‬ ‫ِه‬‫َات‬‫تق‬ُ َّ
‫َق‬ ‫ْا هللاَ ح‬ ‫ُو‬ َّ
‫اتق‬
َْ
‫ن‬ ‫ُو‬‫ِم‬‫مسْل‬
ُ.
‫صدق هللا العظيم‬
Sidang Jum’ah rahimakumullah,

Setiap 17 Agustus kita merayakan peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia. Kita semua wajib
bersyukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada bangsa Indonesia
sehingga para pejuang kita berhasil meraih kemerdekaan itu dengan segala pengorbanannya. Berjuang
melawan penjajah merupakan keharusan karena pada dasarnya hanya kepada Allah SWT makhluk-
makhluk yang diciptakan-Nya, terlebih manusia, menghambakan dirinya. Hal ini sebagaimana ditegaskan
dalam surah Adz-Dzariat, ayat 56:

ُُ
ِ‫دون‬ ‫َع‬
‫ْب‬ َِّ
ِ ‫َل‬
‫لي‬ ْ َ
‫ِنسَ إ‬
‫اإل‬ ‫َّ و‬ ْ ُ
‫الجِن‬ ‫ْت‬
‫لق‬ََ ََ
‫ما خ‬ ‫و‬
Artinya: “Dan aku tidak mencipatakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepa-Ku.”

Ayat di atas menjadi landasan teologis bahwa sebuah bangsa harus memiliki kemerdekaan. Tanpa
kemerdekaan manusia akan terus menerus ditindas oleh manusia lain untuk mengabdi kepada
kepentingan mereka demi mewujudkan ambisi dan keserakahannya. Hilangnya kemerdekaan manusia
akibat penindasan dan penjajahan sesama manusia menjadikannya jauh dari melaksanakan perintah-
perintah Allah SWT. Justru karena itulah, maka berjuang dengan berperang melawan penjajah agar dapat
memiliki kebebasan beribadah kepada Allah SWT menjadi wajib hukumnya. Mereka yang gugur dalam
perjuangan itu disebut para syuhada dan disediakan surga sebagai tempat terkahirnya yang layak.

Sidang Jum’ah rahimakumullah,

Kalau kita kembali kepada sejarah Islam, kita akan tahu bahwa Rasulullah SAW adalah seorang tokoh
agung pejuang pembebasan dan kemerdekaan. Beliau telah membebaskan umat manusia dari segala
bentuk penjajahan dan penghambaan kepada sesama manusia. Sejarah membuktikan kepada kita bahwa
di saat beliau diutus menjadi nabi dan rasul, umat manusia telah terlalu jauh dari bimbingan para rasul
terdahulu.

Mereka menjadi hamba bagi hawa nafsunya sendiri. Mereka sesat dalam mencari arah dan tujuan hidup
dan berlaku bodoh dalam memenuhi tuntutan kerohaniahan sehingga menyembah patung dan berhala
yang mereka buat sendiri. Golongan yang kuat bertindak sewenang-wenang dengan merebut atau
merampas hak orang lain yang lemah. Golongan yang lemah terus tertindas dan terjajah. Kebodohan
karena ketidaktahuan mana yang benar dan mana yang salah terus mencengkeram sehingga jaman itu
dikenal dengan jaman jahiliyah.

Oleh karena itu, diutuslah Rasulullah SAW untuk memerdekakan masyarakat dari segala bentuk
penjajahan baik secara jasmani maupun rohani. Perjuangannya bermula di Mekah dan direalisasikan
sepenuhnya dengan membentuk umat Islam di Madinah yang kemudian menjadi model masyarakat
madani. Model dan strategi perjuangan beliau ini menjadi acuan dalam membina sebuah negara yang
merdeka dan berdaulat.

Sidang Jum’ah rahimakumullah,

Peringatan hari kemerdekaan menuntut kita untuk merenung sejenak apakah yang telah kita kerjakan
dalam mengisi kemerdekaan ini. Tuntutan ini telah diabadikan dalam Al-Qur’an dalam surah At-Taubah,
ayat 105, yang berbunyi:
ُ ُ‫َس‬
ُ‫ول‬
‫ه‬ ‫َر‬‫ْ و‬‫ُم‬
‫لك‬ََ
‫َم‬‫َى هللاُ ع‬
‫َر‬‫َسَي‬‫لوا ف‬َُ‫ْم‬
‫ِ اع‬ ‫ُل‬
‫َق‬‫و‬
ِ‫ْب‬‫َي‬ ْ ِ
‫الغ‬ ِ‫َا‬
‫لم‬ ‫َِلى ع‬‫ن إ‬ َ‫دو‬ ‫ُر‬
َُّ ‫َسَت‬
‫ن و‬َ‫ُو‬ ‫ْم‬
‫ِن‬ ‫ُؤ‬
‫الم‬ْ َ‫و‬
َ‫لو‬
‫ن‬ َُ
‫ْم‬ َ ْ
‫تع‬ ‫ُم‬ ‫ُن‬
‫ْت‬ ‫َا ك‬‫ِم‬‫ْ ب‬ ‫ُك‬
‫ُم‬ ‫ِئ‬‫َب‬
ّ ‫َي‬
‫ُن‬ ‫ِ ف‬
‫دة‬َ‫ها‬ََّ‫َالش‬‫و‬
Artinya: “Dan katakanlah (wahai Muhammad): Bekerjalah kamu, maka sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya
serta orang-orang yang beriman akan melihat apa yang kamu kerjakan dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) Yang Maha Mengetahui perkara-perkara yang gaib dan yang nyata, kemudian Dia
menerangkan kepada kamu tentang apa yang telah kamu kerjakan.”

Ayat tersebut menegaskan bahwa kita harus mengisi hidup ini dengan beramal dan bekerja baik untuk
kepentingan duniawi maupun ukhrawi. Tidak ada alasan untuk mengabaikan kedua amal tersebut karena
Allah SWT telah memberi kita kemerdekaan. Dengan kemerdekaan itu kita memiliki kebebasan seluas-
luasnya untuk beribadah kepada Allah SWT karena memang tujuan Allah menciptakan manusia di dunia
ini tak ada lain adalah agar kita semua senantiasa menyembah atau beribadah kepada-Nya.

Ibadah itu sangat luas yang memungkinkan seseorang mampu beribadah selama 24 jam sehari. Hal ini
dimungkinkan ketika kita memaknai ibadah sebagai segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah
SWT berupa ucapan, perbuatan maupun sikap, lahir maupun batin. Allah SWT telah membuka pintu-pintu
kebaikan. Rasulullah SAW telah menjelaskan kepada kita amal-amal kebaikan yang bisa mendekatkan diri
kita kepada Allah. Bukankah beliau telah bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Al-Hakim:

ِ َّ‫َي ٌء يُقَ ِربُ ُك ْم الي الن‬


‫ار‬ َ ‫ َولَي‬, ‫ش ْيءٍ يُقَ ِربُ ُك ْم الي ْال َجنَّ ِة ِإ ََّّل قَ ْد أ َ َم ْرت ُ ُك ْم ِب ِه‬
ْ ‫ْس ش‬ َ ‫ْس ِم ْن‬ َ ‫ِإنَّهُ لَي‬
ُ‫ِإ ََّّل قَ ْد نَ َه ْيت ُ ُك ْم َع ْنه‬
Artinya: “Tidak satu pun amal yang bisa mendekatkan kalian ke surga melainkan aku memerintahkannya
kepada kalian. Dan tidak satupun amal yang bisa mendekatkan kalian ke neraka melainkan aku telah
melarang kalian darinya.”

Sidang Jum’ah rahimakumullah,

Kita patut bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat kemerdekaan yang telah dianugerahkan kepada kita
sebagai rahmat-Nya. Dengan kemerdekaan itu kita bebas ke mana saja untuk beribadah, bekerja, belajar,
dan menjalani kehidupan yang aman dan damai. Bisa kita bayangkan betapa mengerikan dan sulitnya
hidup di sebuah negara yang dilanda peperangan. Peperangan dengan latar belakang apapun, seperti
perang melawan penjajah, perang saudara, konflik antar etnis dan golongan, pasti sangat mengerikan.

Kita bersyukur kepada Allah SWT karena dengan kemerdekaan, maka keamanan lebih bermakna dalam
diri kita. Kita dapat menikmati berbagai kemakmuran, pembangunan dan kemajuan. Kita berdoa semoga
Allah SWT terus memberikan nikmat ini dan menambahkannya. Semoga pula kita mampu menunjukkan
rasa cinta kita yang terus bertambah kepada agama dan negara tercinta ini. Allah SWT telah menegaskan
di dalam Al-Qur’an, Surat Ibrahim, ayat 7 sebagai berikut:
َ َ‫ش َك ْرت ُ ْم ََل َ ِزي َدنَّ ُك ْم َولَئِن َكفَ ْرت ُ ْم ِإ َّن َع َذابِي ل‬
‫شدِي ٌد‬ َ ‫لَئِن‬
Artinya: “Sekiranya kamu bersyukur, niscaya Aku akan tambahkan nikmat-Ku, dan sekiranya kamu kufur,
sesungguhnya adzab-Ku amatlah pedih.”

Sidang Jum’ah rahimakumullah,

Sebagai tanda syukur kita kepada Allah yang telah menganugerahkan kemerdekaan dan terima kasih kita
kepada para pejuang dan pahlawan kita yang telah berhasil meraihnya, maka tidak sepatutnya kita
menyia-nyiakan nikmat dan kesempatan-kesempatan yang ada dalam rangka mengisi kemerdekaan.
Pemerintah telah menetapkan tema peringatan HUT Kemerdekaan RI yang ke-72 ini adalah “Disiplin Kerja
dan Cinta Budaya”. Tema ini sejalan dengan firman Allah dalam Surat Al-Insyirah, ayat 7-8:

ْ َ‫صبْ َو ِإلَى َر ِب َك ف‬
ْ‫ارغَب‬ َ ‫فَإ ِ َذا فَ َر ْغ‬
َ ‫ت فَان‬
Artinya: “Maka apabila kamu telah selesau dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain, dan hanya kepada Rabbmulah hendaknya kamu berharap,”

Ayat ini melandasi upaya kita bahwa setelah kemerdekaan kita capai, kita harus mengisinya dengan
disiplin kerja yang tinggi dan tetap mencintai budaya bangsa sendiri. Kemerdekaan sesungguhnya bukan
tujuan tetapi merupakan jembatan emas untuk mencapai cita-cita luhur. Bangsa Indonesia telah bercita-
cita menjadi bangsa merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Bangsa Indonesia memiliki budaya
sendiri yang memungkinkan untuk tetap menjaga dan merawat negeri ini berdasarkan Pancasila, UUD
1945, Binneka Tungga Ika dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Untuk itu, marilah sesuai dengan peran dan fungsi kita masing-masing di masyarakat, kita isi kemerdekaan
ini dengan beramal dan bekerja sebaik-baiknya sehingga Indonesia menjadi negara yang baldatun
thayyibatun warabbul ghafur, yakni sebuah negara yang elok dimana Allah senantiasa memberikan
ampunan dan ridha-Nya para pemimpin dan rakyatnya. Sudah pasti ampunan dan ridha-Nya akan kita
peroleh selama kita bertahuhid, yakni selama kita menyembah dan tunduk hanya kepada Allah SWT.
Semoga kita semua menjadi orang-orang merdeka yang senantiasa men-tauhidkankan-Nya. Amin ya
rabbal alamin.

‫ أعوذ باهلل‬: َ‫ َوأ ْد َخلَنَا و ِإيَّاكم فِي ُز ْم َرةِ ِعبَا ِد ِه ال ُمؤْ ِمنِيْن‬،‫اآلمنِين‬
ِ ‫َج َعلَنا هللاُ َوإيَّاكم ِمنَ الفَائِ ِزين‬
َ َّ ‫ يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا‬:‫ بسم هللا الرحمن الرحيم‬،‫من الشيطان الرجيم‬
‫َّللا َوقُولُوا قَ ْو اَّل‬
‫سدِيداا‬َ
‫ إنهُ تَعاَلَى َجوا ٌد‬.‫ت و ِذ ْك ِر ال َح ِكي ِْم‬ ِ ‫با َ َر َك هللاُ ِل ْي َولك ْم ِفي القُ ْر‬
ِ ‫ َونَفَ َعنِ ْي َو ِإيا ُك ْم ِباآليا‬،‫آن ال َع ِظي ِْم‬
ٌ ‫َك ِر ْي ٌم َم ِل ٌك َب ٌّر َرؤ ُْو‬
‫ف َر ِح ْي ٌم‬
Khutbah II

ُ‫ َوأ َ ْش َه ُد أ َ ْن َّلَ اِلَهَ إَِّلَّ هللاُ َوهللاُ َو ْح َده‬.‫لى ت َ ْوفِ ْي ِق ِه َوا ِْمتِنَانِ ِه‬
َ ‫ش ْك ُر لَهُ َع‬ ُّ ‫سانِ ِه َوال‬ َ ‫ا َ ْل َح ْم ُد هللِ َع‬
َ ‫لى إِ ْح‬
‫ص ِل َعلَى‬ َ ‫ الل ُه َّم‬.‫إلى ِرض َْوانِ ِه‬ َ ‫س ْولُهُ الدَّا ِعى‬ ُ ‫سيِ َدنَا ُم َح َّمداا َع ْب ُدهُ َو َر‬ َ ‫أن‬َّ ‫َّلَ ش َِري َْك لَهُ َوأ َ ْش َه ُد‬
‫س ِل ْم ت َ ْس ِل ْي اما ِكثي اْرا‬ ْ َ ‫س ِي ِدنَا ُم َح َّم ٍد ِو َعلَى ا َ ِل ِه َوأ‬
َ ‫ص َحا ِب ِه َو‬ َ
‫هللا أ َ َم َر ُك ْم ِبأ َ ْم ٍر َب َدأ َ ِف ْي ِه‬
َ ‫اس اِتَّقُوهللاَ ِف ْي َما أ َ َم َر َوا ْنت َ ُه ْوا َع َّما نَ َهى َوا ْعلَ ُم ْوا أ َ َّن‬ ُ َّ‫أ َ َّما َب ْع ُد فَيا َ اَيُّ َها الن‬
َ‫لى النَّ ِبى يآ اَيُّ َها الَّ ِذيْن‬ َ ‫صلُّ ْونَ َع‬ َ ُ‫هللا َو َمآل ِئ َكتَهُ ي‬َ ‫ِبنَ ْف ِس ِه َوثَـنَى ِب َمآل ِئ َك ِت ِه ِبقُ ْد ِس ِه َوقَا َل تَعاَلَى ِإ َّن‬
‫س ِل ْم َو َعلَى‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫سيِ ِدنَا ُم َح َّم ٍد‬ َ ‫ص ِل َعلَى‬ َ ‫صلُّ ْوا َعلَ ْي ِه َو‬
َ ‫ الل ُه َّم‬.‫س ِل ُم ْوا ت َ ْس ِل ْي اما‬ َ ‫آ َمنُ ْوا‬
ِ َ‫ض الل ُه َّم َع ِن اْل ُخلَف‬
‫اء‬ َ ‫ار‬ ْ ‫س ِل َك َو َمآلئِ َك ِة اْل ُمقَ َّربِيْنَ َو‬ ُ ‫سيِدِنا َ ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ا َ ْنبِيآئِ َك َو ُر‬ َ ‫آ ِل‬
‫ص َحابَ ِة َوالتَّابِ ِعيْنَ َوتَا ِب ِعي التَّا ِب ِعيْنَ لَ ُه ْم‬ َّ ‫ع ْن بَ ِقيَّ ِة ال‬ َ ‫عثْ َمان َو َع ِلى َو‬ ُ ‫ع َمر َو‬ ُ ‫الرا ِش ِديْنَ أ َ ِبى بَ ْك ٍر َو‬ َّ
َ‫اح ِميْن‬ َّ ‫ض َعنَّا َم َع ُه ْم ِب َر ْح َمتِ َك َيا أ َ ْر َح َم‬
ِ ‫الر‬ َ ‫ار‬ ْ ‫الدي ِْن َو‬ ِ ‫ان اِلَى َي ْو ِم‬ ٍ ‫س‬ َ ‫ِبا ِْح‬
‫ت الل ُه َّم أ َ ِع َّز‬ ِ ‫ت اََّلَ ْحيآ ُء ِم ْن ُه ْم َواَّْلَ ْم َوا‬ ِ ‫اَلل ُه َّم ا ْغ ِف ْر ِل ْل ُمؤْ ِم ِنيْنَ َواْل ُمؤْ ِمنَا‬
ِ ‫ت َواْل ُم ْس ِل ِميْنَ َواْل ُم ْس ِل َما‬
‫ص َر‬َ َ‫ص ْر َم ْن ن‬ ُ ‫ص ْر ِعبَا َد َك اْل ُم َو ِح ِديَّةَ َوا ْن‬ ُ ‫الش ْر َك َواْل ُم ْش ِر ِكيْنَ َوا ْن‬ ِ ‫اْ ِإل ْسالَ َم َواْل ُم ْس ِل ِميْنَ َوأ َ ِذ َّل‬
‫اخذُ ْل َم ْن َخ َذ َل اْل ُم ْس ِل ِميْنَ َو َد ِم ْر أ َ ْع َدا َء ال ِدي ِْن َوا ْع ِل َك ِل َماتِ َك ِإلَى يَ ْو َم ِ‬
‫الدي ِْن‪ .‬الل ُه َّم‬ ‫الديْنَ َو ْ‬ ‫ِ‬
‫طنَ َع ْن‬ ‫س ْو َء اْل ِفتْنَ ِة َواْ ِلم َحنَ َما َ‬
‫ظ َه َر ِم ْن َها َو َما بَ َ‬ ‫الزَّلَ ِز َل َواْ ِلم َحنَ َو ُ‬ ‫ا ْدفَ ْع َعنَّا اْلبَالَ َء َواْ َلوبَا َء َو َّ‬
‫ان اْل ُم ْس ِل ِميْنَ عآ َّمةا َيا َربَّ اْل َعالَ ِميْنَ ‪َ .‬ربَّنَا آتِنا َ فِى ال ُّد ْن َيا‬ ‫سائِ ِر اْلبُ ْل َد ِ‬ ‫صةا َو َ‬ ‫َبلَ ِدنَا اِ ْندُونِ ْي ِسيَّا خآ َّ‬
‫اإن لَ ْم ت َ ْغ ِف ْر لَنَا َوت َ ْر َح ْمنَا‬
‫سنَا َو ْ‬ ‫ظلَ ْمنَا ا َ ْنفُ َ‬
‫ار‪َ .‬ربَّنَا َ‬ ‫ع َذ َ‬
‫اب النَّ ِ‬ ‫سنَةا َو ِقنَا َ‬ ‫آلخ َر ِة َح َ‬ ‫سنَةا َو ِفى اْ ِ‬ ‫َح َ‬
‫بى َويَ ْن َهى‬ ‫ْتآء ذِي اْلقُ ْر َ‬ ‫ان َوإِي ِ‬ ‫س ِ‬‫لَنَ ُك ْون ََّن ِمنَ اْلخَا ِس ِريْنَ ‪ِ .‬عبَا َدهللاِ ! إِ َّن هللاَ يَأ ْ ُم ُرنَا بِاْلعَ ْد ِل َواْ ِإل ْح َ‬
‫ظ ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم ت َ َذ َّك ُر ْونَ َوا ْذ ُك ُروا َ‬
‫هللا اْلعَ ِظي َْم يَ ْذ ُك ْر ُك ْم َوا ْش ُك ُر ْوهُ‬ ‫شآء َواْل ُم ْن َك ِر َواْلبَ ْغي يَ ِع ُ‬ ‫َع ِن اْلفَ ْح ِ‬
‫لى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ أ َ ْكبَ ْر‬
‫َع َ‬
‫‪Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta‬‬

‫)‪Ilustrasi (fakta.co.id‬‬

‫‪Khutbah I‬‬

‫ريم‪ ،‬أ َ ْش َه ُد أ َ ْن ََّل اِلَهَ‬ ‫سبُ َل السالَ ِم‪َ ،‬وأ َ ْف َه َمنَا ِبش َِر ْي َع ِة النَّ ِبي ال َك ِ‬ ‫اْل َح ْم ُد هللِ اْل َح ْم ُد هللِ الذي َه َدانَا ُ‬
‫سيِ َدنَا َونَبِيَّنَا ُم َح َّمداا َع ْب ُدهُ َو‬ ‫إِ ََّّل هللا َو ْح َدهُ َّل ش َِريك لَه‪ ،‬ذُو اْل َجال ِل َواإل ْكرام‪َ ،‬وأ َ ْش َه ُد أَن َ‬
‫سان‬
‫إح ِ‬ ‫صحابِ ِه َوالت َّابِعينَ بِ ْ‬ ‫سيِدِنا ُم َحم ٍد وعلى اله وأ ْ‬ ‫بار ْك َعلَى َ‬ ‫س ِل ْم َو ِ‬ ‫ص ِل و َ‬ ‫َرسولُه‪ ،‬الل ُه َّم َ‬
‫إلَى يَ ْو ِم الدِين‪ ،‬أما بعد‪ :‬فيايها اإلخوان‪ ،‬أوصيكم و نفسي بتقوى هللا وطاعته لعلكم‬
‫تفلحون‪ ،‬قال هللا تعالى في القران الكريم‪ :‬أعوذ باهلل من الشيطان الرجيم‪ ،‬بسم هللا الرحمان‬
‫ص ِل ْح لَ ُك ْم أ َ ْع َمالَ ُك ْم َو َي ْغ ِف ْر لَ ُك ْم‬
‫سدِيداا‪ ،‬يُ ْ‬ ‫الرحيم‪َ :‬يا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َ َمنُوا اتَّقُوا هللا َوقُولُوا قَ ْو اَّل َ‬
‫سولَهُ فَقَ ْد فَازَ فَ ْو ازا َع ِظي اما وقال تعالى َيا اَيُّ َها الَّ ِذيْنَ آ َمنُ ْوا اتَّقُ ْوا َ‬
‫هللا‬ ‫ذُنُو َب ُك ْم َو َم ْن يُ ِطعِ هللا َو َر ُ‬
‫‪َ .‬ح َّق تُقَاتِ ِه َوَّلَ ت َ ُم ْوت ُ َّن إَِّلَّ َوأ َ ْنت ُ ْم ُم ْس ِل ُم ْونَ‬
‫صدق هللا العظيم‬
‫‪Sidang Jum’ah rahimakumullah,‬‬

‫‪Setiap 17 Agustus kita merayakan peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia. Kita semua wajib‬‬
‫‪bersyukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada bangsa Indonesia‬‬
sehingga para pejuang kita berhasil meraih kemerdekaan itu dengan segala pengorbanannya. Berjuang
melawan penjajah merupakan keharusan karena pada dasarnya hanya kepada Allah SWT makhluk-
makhluk yang diciptakan-Nya, terlebih manusia, menghambakan dirinya. Hal ini sebagaimana ditegaskan
dalam surah Adz-Dzariat, ayat 56:

ِ ‫نس ِإ ََّّل ِليَ ْعبُد‬


‫ُون‬ ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِج َّن َو‬
َ ‫اإل‬
Artinya: “Dan aku tidak mencipatakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepa-Ku.”

Ayat di atas menjadi landasan teologis bahwa sebuah bangsa harus memiliki kemerdekaan. Tanpa
kemerdekaan manusia akan terus menerus ditindas oleh manusia lain untuk mengabdi kepada
kepentingan mereka demi mewujudkan ambisi dan keserakahannya. Hilangnya kemerdekaan manusia
akibat penindasan dan penjajahan sesama manusia menjadikannya jauh dari melaksanakan perintah-
perintah Allah SWT. Justru karena itulah, maka berjuang dengan berperang melawan penjajah agar dapat
memiliki kebebasan beribadah kepada Allah SWT menjadi wajib hukumnya. Mereka yang gugur dalam
perjuangan itu disebut para syuhada dan disediakan surga sebagai tempat terkahirnya yang layak.

Sidang Jum’ah rahimakumullah,

Kalau kita kembali kepada sejarah Islam, kita akan tahu bahwa Rasulullah SAW adalah seorang tokoh
agung pejuang pembebasan dan kemerdekaan. Beliau telah membebaskan umat manusia dari segala
bentuk penjajahan dan penghambaan kepada sesama manusia. Sejarah membuktikan kepada kita bahwa
di saat beliau diutus menjadi nabi dan rasul, umat manusia telah terlalu jauh dari bimbingan para rasul
terdahulu.

Mereka menjadi hamba bagi hawa nafsunya sendiri. Mereka sesat dalam mencari arah dan tujuan hidup
dan berlaku bodoh dalam memenuhi tuntutan kerohaniahan sehingga menyembah patung dan berhala
yang mereka buat sendiri. Golongan yang kuat bertindak sewenang-wenang dengan merebut atau
merampas hak orang lain yang lemah. Golongan yang lemah terus tertindas dan terjajah. Kebodohan
karena ketidaktahuan mana yang benar dan mana yang salah terus mencengkeram sehingga jaman itu
dikenal dengan jaman jahiliyah.

Oleh karena itu, diutuslah Rasulullah SAW untuk memerdekakan masyarakat dari segala bentuk
penjajahan baik secara jasmani maupun rohani. Perjuangannya bermula di Mekah dan direalisasikan
sepenuhnya dengan membentuk umat Islam di Madinah yang kemudian menjadi model masyarakat
madani. Model dan strategi perjuangan beliau ini menjadi acuan dalam membina sebuah negara yang
merdeka dan berdaulat.

Sidang Jum’ah rahimakumullah,

Peringatan hari kemerdekaan menuntut kita untuk merenung sejenak apakah yang telah kita kerjakan
dalam mengisi kemerdekaan ini. Tuntutan ini telah diabadikan dalam Al-Qur’an dalam surah At-Taubah,
ayat 105, yang berbunyi:

ِ ‫ست ُ َر ُّدونَ ِإلَى َعا ِل ِم ْالغَ ْي‬


َّ ‫ب َوال‬
ِ‫ش َها َدة‬ َ ‫سولُهُ َو ْال ُمؤْ ِمنُونَ َو‬
ُ ‫سيَ َرى هللاُ َع َملَ ُك ْم َو َر‬ َ َ‫َوقُ ِل ا ْع َملُوا ف‬
َ‫فَيُنَ ِبئ ُ ُك ْم ِب َما ُك ْنت ُ ْم ت َ ْع َملُون‬
Artinya: “Dan katakanlah (wahai Muhammad): Bekerjalah kamu, maka sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya
serta orang-orang yang beriman akan melihat apa yang kamu kerjakan dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) Yang Maha Mengetahui perkara-perkara yang gaib dan yang nyata, kemudian Dia
menerangkan kepada kamu tentang apa yang telah kamu kerjakan.”

Ayat tersebut menegaskan bahwa kita harus mengisi hidup ini dengan beramal dan bekerja baik untuk
kepentingan duniawi maupun ukhrawi. Tidak ada alasan untuk mengabaikan kedua amal tersebut karena
Allah SWT telah memberi kita kemerdekaan. Dengan kemerdekaan itu kita memiliki kebebasan seluas-
luasnya untuk beribadah kepada Allah SWT karena memang tujuan Allah menciptakan manusia di dunia
ini tak ada lain adalah agar kita semua senantiasa menyembah atau beribadah kepada-Nya.

Ibadah itu sangat luas yang memungkinkan seseorang mampu beribadah selama 24 jam sehari. Hal ini
dimungkinkan ketika kita memaknai ibadah sebagai segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah
SWT berupa ucapan, perbuatan maupun sikap, lahir maupun batin. Allah SWT telah membuka pintu-pintu
kebaikan. Rasulullah SAW telah menjelaskan kepada kita amal-amal kebaikan yang bisa mendekatkan diri
kita kepada Allah. Bukankah beliau telah bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Al-Hakim:
ِ َّ‫َي ٌء يُقَ ِربُ ُك ْم الي الن‬
‫ار‬ َ ‫ َولَي‬, ‫َيءٍ يُقَ ِربُ ُك ْم الي ْال َجنَّ ِة ِإ ََّّل قَ ْد أ َ َم ْرت ُ ُك ْم بِ ِه‬
ْ ‫ْس ش‬ ْ ‫ْس ِم ْن ش‬ َ ‫ِإنَّهُ لَي‬
ُ‫ِإ ََّّل قَ ْد نَ َه ْيت ُ ُك ْم َع ْنه‬
Artinya: “Tidak satu pun amal yang bisa mendekatkan kalian ke surga melainkan aku memerintahkannya
kepada kalian. Dan tidak satupun amal yang bisa mendekatkan kalian ke neraka melainkan aku telah
melarang kalian darinya.”

Sidang Jum’ah rahimakumullah,

Kita patut bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat kemerdekaan yang telah dianugerahkan kepada kita
sebagai rahmat-Nya. Dengan kemerdekaan itu kita bebas ke mana saja untuk beribadah, bekerja, belajar,
dan menjalani kehidupan yang aman dan damai. Bisa kita bayangkan betapa mengerikan dan sulitnya
hidup di sebuah negara yang dilanda peperangan. Peperangan dengan latar belakang apapun, seperti
perang melawan penjajah, perang saudara, konflik antar etnis dan golongan, pasti sangat mengerikan.

Kita bersyukur kepada Allah SWT karena dengan kemerdekaan, maka keamanan lebih bermakna dalam
diri kita. Kita dapat menikmati berbagai kemakmuran, pembangunan dan kemajuan. Kita berdoa semoga
Allah SWT terus memberikan nikmat ini dan menambahkannya. Semoga pula kita mampu menunjukkan
rasa cinta kita yang terus bertambah kepada agama dan negara tercinta ini. Allah SWT telah menegaskan
di dalam Al-Qur’an, Surat Ibrahim, ayat 7 sebagai berikut:

َ َ‫ش َك ْرت ُ ْم ََل َ ِزي َدنَّ ُك ْم َولَئِن َكفَ ْرت ُ ْم إِ َّن َع َذابِي ل‬
‫شدِي ٌد‬ َ ‫لَئِن‬
Artinya: “Sekiranya kamu bersyukur, niscaya Aku akan tambahkan nikmat-Ku, dan sekiranya kamu kufur,
sesungguhnya adzab-Ku amatlah pedih.”

Sidang Jum’ah rahimakumullah,

Sebagai tanda syukur kita kepada Allah yang telah menganugerahkan kemerdekaan dan terima kasih kita
kepada para pejuang dan pahlawan kita yang telah berhasil meraihnya, maka tidak sepatutnya kita
menyia-nyiakan nikmat dan kesempatan-kesempatan yang ada dalam rangka mengisi kemerdekaan.
Pemerintah telah menetapkan tema peringatan HUT Kemerdekaan RI yang ke-72 ini adalah “Disiplin Kerja
dan Cinta Budaya”. Tema ini sejalan dengan firman Allah dalam Surat Al-Insyirah, ayat 7-8:

ْ َ‫صبْ َو ِإلَى َربِ َك ف‬


ْ‫ارغَب‬ َ ‫فَإ ِ َذا فَ َر ْغ‬
َ ‫ت فَان‬
Artinya: “Maka apabila kamu telah selesau dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain, dan hanya kepada Rabbmulah hendaknya kamu berharap,”

Ayat ini melandasi upaya kita bahwa setelah kemerdekaan kita capai, kita harus mengisinya dengan
disiplin kerja yang tinggi dan tetap mencintai budaya bangsa sendiri. Kemerdekaan sesungguhnya bukan
tujuan tetapi merupakan jembatan emas untuk mencapai cita-cita luhur. Bangsa Indonesia telah bercita-
cita menjadi bangsa merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Bangsa Indonesia memiliki budaya
sendiri yang memungkinkan untuk tetap menjaga dan merawat negeri ini berdasarkan Pancasila, UUD
1945, Binneka Tungga Ika dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Untuk itu, marilah sesuai dengan peran dan fungsi kita masing-masing di masyarakat, kita isi kemerdekaan
ini dengan beramal dan bekerja sebaik-baiknya sehingga Indonesia menjadi negara yang baldatun
thayyibatun warabbul ghafur, yakni sebuah negara yang elok dimana Allah senantiasa memberikan
ampunan dan ridha-Nya para pemimpin dan rakyatnya. Sudah pasti ampunan dan ridha-Nya akan kita
peroleh selama kita bertahuhid, yakni selama kita menyembah dan tunduk hanya kepada Allah SWT.
Semoga kita semua menjadi orang-orang merdeka yang senantiasa men-tauhidkankan-Nya. Amin ya
rabbal alamin.

‫ أعوذ باهلل‬: َ‫ َوأ ْد َخلَنَا و ِإيَّاكم ِفي ُز ْم َر ِة ِعبَا ِد ِه ال ُمؤْ ِم ِنيْن‬،‫اآلم ِنين‬
ِ ‫َج َع َلنا هللاُ َوإيَّاكم ِمنَ الفَا ِئ ِزين‬
َ َّ ‫ يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا‬:‫ بسم هللا الرحمن الرحيم‬،‫من الشيطان الرجيم‬
‫َّللا َوقُولُوا قَ ْو اَّل‬
‫سدِيداا‬ َ
‫ إنهُ تَعاَلَى َجوا ٌد‬.‫ت و ِذ ْك ِر ال َح ِكي ِْم‬ ِ ‫با َ َر َك هللاُ ِل ْي َولك ْم فِي القُ ْر‬
ِ ‫ َونَفَ َعنِ ْي َو ِإيا ُك ْم ِباآليا‬،‫آن ال َع ِظي ِْم‬
ٌ ‫َك ِر ْي ٌم َم ِل ٌك َب ٌّر َرؤ ُْو‬
‫ف َر ِح ْي ٌم‬
Khutbah II

ُ‫ َوأ َ ْش َه ُد أ َ ْن َّلَ اِلَهَ ِإَّلَّ هللاُ َوهللاُ َو ْح َده‬.‫لى ت َ ْوفِ ْي ِق ِه َوا ِْمتِنَانِ ِه‬ َ ‫ش ْك ُر لَهُ َع‬ ُّ ‫سانِ ِه َوال‬ َ ‫ا َ ْل َح ْم ُد هللِ َع‬
َ ‫لى ِإ ْح‬
‫ص ِل َعلَى‬ َ ‫ الل ُه َّم‬.‫إلى ِرض َْوانِ ِه‬ َ ‫س ْولُهُ الدَّا ِعى‬ ُ ‫س ِي َدنَا ُم َح َّمداا َع ْب ُدهُ َو َر‬ َ ‫أن‬ َّ ‫َّلَ ش َِري َْك لَهُ َوأ َ ْش َه ُد‬
‫س ِل ْم ت َ ْس ِل ْي اما ِكثي اْرا‬
َ ‫ص َحا ِب ِه َو‬ ْ َ ‫س ِي ِدنَا ُم َح َّم ٍد ِو َعلَى ا َ ِل ِه َوأ‬ َ
‫هللا أ َ َم َر ُك ْم ِبأ َ ْم ٍر َب َدأ َ ِف ْي ِه‬
َ ‫اس اِتَّقُوهللاَ ِف ْي َما أ َ َم َر َوا ْنت َ ُه ْوا َع َّما نَ َهى َوا ْعلَ ُم ْوا أ َ َّن‬ ُ َّ‫أ َ َّما َب ْع ُد فَيا َ اَيُّ َها الن‬
َ‫لى النَّبِى يآ اَيُّ َها الَّ ِذيْن‬ َ ‫صلُّ ْونَ َع‬ َ ُ‫هللا َو َمآلئِ َكتَهُ ي‬ َ ‫بِنَ ْف ِس ِه َوثَـنَى بِ َمآل ئِ َكتِ ِه بِقُ ْد ِس ِه َوقَا َل تَعاَلَى إِ َّن‬
‫س ِل ْم َو َعلَى‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫سيِ ِدنَا ُم َح َّم ٍد‬ َ ‫ص ِل َعلَى‬ َ ‫ الل ُه َّم‬.‫س ِل ُم ْوا ت َ ْس ِل ْي اما‬ َ ‫صلُّ ْوا َعلَ ْي ِه َو‬َ ‫آ َمنُ ْوا‬
ِ َ‫ض الل ُه َّم َع ِن اْل ُخلَف‬
‫اء‬ َ ‫ار‬ ْ ‫س ِل َك َو َمآلئِ َك ِة اْل ُمقَ َّر ِبيْنَ َو‬ ُ ‫س ِيدِنا َ ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ا َ ْن ِبيآئِ َك َو ُر‬ َ ‫آ ِل‬
‫ص َحا َب ِة َوالتَّابِ ِعيْنَ َوتَا ِب ِعي التَّا ِب ِع ْينَ لَ ُه ْم‬ َّ ‫ع ْن َب ِقيَّ ِة ال‬ َ ‫عثْ َمان َو َع ِلى َو‬ ُ ‫ع َمر َو‬ ُ ‫الرا ِش ِديْنَ أ َ ِبى َب ْك ٍر َو‬ َّ
َ‫اح ِميْن‬ ِ ‫الر‬َّ ‫ض َعنَّا َم َع ُه ْم ِب َر ْح َم ِت َك َيا أ َ ْر َح َم‬ َ ‫ار‬ ْ ‫الدي ِْن َو‬ ِ ‫ان اِلَى َي ْو ِم‬ ٍ ‫س‬ َ ‫ِبا ِْح‬
‫ت الل ُه َّم أ َ ِع َّز‬ ِ ‫ت اََّلَ ْحيآ ُء ِم ْن ُه ْم َواَّْلَ ْم َوا‬ ِ ‫ت َواْل ُم ْس ِل ِميْنَ َواْل ُم ْس ِل َما‬ ِ ‫اَلل ُه َّم ا ْغ ِف ْر ِل ْل ُمؤْ ِمنِيْنَ َواْل ُمؤْ ِمنَا‬
‫ص َر‬ َ َ‫ص ْر َم ْن ن‬ ُ ‫ص ْر ِعبَا َد َك اْل ُم َو ِح ِديَّةَ َوا ْن‬ ُ ‫الش ْر َك َواْل ُم ْش ِر ِكيْنَ َوا ْن‬ ِ ‫اْ ِإل ْسالَ َم َواْل ُم ْس ِل ِميْنَ َوأ َ ِذ َّل‬
‫ الل ُه َّم‬.‫الدي ِْن‬ ِ ‫الدي ِْن َوا ْع ِل َك ِل َماتِ َك ِإلَى يَ ْو َم‬ ِ ‫اخذُ ْل َم ْن َخ َذ َل اْل ُم ْس ِل ِميْنَ َو َد ِم ْر أ َ ْع َدا َء‬ ْ ‫الديْنَ َو‬ ِ
‫طنَ َع ْن‬ َ َ‫ظ َه َر ِم ْن َها َو َما ب‬َ ‫س ْو َء اْل ِفتْنَ ِة َواْ ِلم َحنَ َما‬ ُ ‫الزَّلَ ِز َل َواْ ِلم َحنَ َو‬ َّ ‫ا ْدفَ ْع َعنَّا اْلبَالَ َء َواْ َلوبَا َء َو‬
‫ َربَّنَا آتِنا َ فِى ال ُّد ْن َيا‬. َ‫ان اْل ُم ْس ِل ِميْنَ عآ َّمةا َيا َربَّ اْل َعالَ ِميْن‬ ِ ‫سائِ ِر اْلبُ ْل َد‬ َ ‫صةا َو‬ َّ ‫َبلَ ِدنَا اِ ْندُونِ ْي ِسيَّا خآ‬
‫اإن لَ ْم ت َ ْغ ِف ْر لَنَا َوت َ ْر َح ْمنَا‬ْ ‫سنَا َو‬ َ ُ‫ظلَ ْمنَا ا َ ْنف‬َ ‫ َربَّنَا‬.‫ار‬ ِ َّ‫اب الن‬ َ ‫ع َذ‬ َ ‫سنَةا َو ِقنَا‬ َ ‫آلخ َر ِة َح‬ ِ ْ‫سنَةا َو ِفى ا‬ َ ‫َح‬
‫بى َويَ ْن َهى‬ َ ‫ْتآء ذِي اْلقُ ْر‬ ِ ‫ان َوإِي‬ ِ ‫س‬ َ ‫هللا يَأ ْ ُم ُرنَا بِاْلعَ ْد ِل َواْ ِإل ْح‬ َ ‫ ِعبَا َدهللاِ ! إِ َّن‬. َ‫لَنَ ُك ْون ََّن ِمنَ اْلخَا ِس ِريْن‬
ُ‫هللا اْلعَ ِظي َْم يَ ْذ ُك ْر ُك ْم َوا ْش ُك ُر ْوه‬ َ ‫ظ ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم ت َ َذ َّك ُر ْونَ َوا ْذ ُك ُروا‬ ُ ‫شآء َواْل ُم ْن َك ِر َواْلبَ ْغي يَ ِع‬ ِ ‫َع ِن اْلفَ ْح‬
‫لى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ أ َ ْكبَ ْر‬َ ‫َع‬
Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta

Kamis, 17 Agustus 2017


ISLAMNUSANTARA.COM – Perjuangan Nahdlatul Ulama’ (NU) dalam mempertahankan
kemerdekaandan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tak diragukan lagi dalam sejarah
bangsa ini. Pandangan keagamaan yang moderat menjadi inspirasi bagi Nahdlatul Ulama’ dalam
merumuskan azas, ideologi, kebijakan strategis dan gerakan taktis organisasi demi kepentingan persatuan
dan kesatuan bangsa.
Peran kiai-kiai NU menjadi faktor penentu dalam beberapa peristiwa heroik menjelang proklamasi
kemerdekaan NKRI pada tanggal 17 Agustus 1945. KH Muhammad Hasyim Asy’ari selaku pendiri
Nahdlatul Ulama’ mampu mengorganisir para santri menjadi barisan pertahanan rakyat yang tergabung
dalam pasukan Hizbullah (tentara Allah) dan Sabilillah (jalan Allah). Laskar Hizbullah yang merupakan
golongan muda dengan pimpinan militernya KH Zaenul Arifin dan Sabilillah dari golongan tua dipimpin oleh
KH Masykur.
Untuk mencapai kemerdekaan dan mempertahankannya, mutlak diperlukan pemuda-pemuda yang
terampil berperang dengan menggunakan senjata. Kiai-kiai NU berusaha memasukkan pemuda-pemuda
muslimdalam pasukan Pembela Tanah Air (PETA). Bahkan menurut penelitian Agus Sunyoto, dari enam
puluh bataliyon tentara PETA hampir separuh komandannya adalah kiai.
Menjelang proklamasi kemerdekaan, keterlibatan KH Abdul Wahid Hasyim dalam Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) memiliki arti penting dalam menjaga keragaman budaya, etnis bahkan
agama. Perdebatan sengit tentang Piagam Jakarta dapat diselesaikan dengan baik karena pandangan
keislamannya yang luas tanpa harus terjebak pada pada formalisasi ajaran agama.
Di samping itu, tantangan paska proklamasi datang silih berganti seiring dengan kalahnya Jepang pada
Sekutu. Belanda kembali ingin merebut kedaulatan NKRI melalui pasukan Netherlands Indies Civil
Administration (NICA). Puncaknya, setelah bersidang di Surabaya pada 21-22 Oktober 1945, KH Hasyim
Asy’ari mengeluarkan fatwa mengejutkan di tengah banyak keraguan dan ketidaktahuan banyak orang
tentang proklamasi.
Substansi fatwa yang heroik itumenyatakanbahwa Proklamasi Kemerdekaan 17 agustus 1945 adalah sah
hukumya, Indonesia telah sah menjadi negara berdaulat sendiri yang terpisah dari Kerajaan Belanda.
Sehingga wajib hukumnya melawan Belanda melalui NICA yang mencoba merebut kedaulatan
NKRI.Fatwa pendiri NU ini mendapat respon positif rakyat, bahkan menyentuh hati pemuda Surabaya yang
kemudian terjadi peristiwa 10 November 1945.
Tak hanya itu, Nahdlatul Ulama’ berperan sebagai garda bangsa dalam menjaga, memegang teguh serta
menjunjung tinggi amanah proklamasi di atas kepentingan kelompok, etnis, agama maupun kepentingan
politikyang berkonspirasi dengan luar negeri.Seperti Musi Manowaryang memproklamasikan kemerdekaan
Republik Soviet Indonesia di Madiun (18 September 1948).Cristiaan Soumokil yang ingin memisahkan diri
dari Indonesia dengan memproklamasikan Republik Maluku Selatan di Ambon (25 April 1950).
Gerakan separatis di Sulawesi dan Sumatera (15 Februari 1958), Organiasi Papua Merdeka (1 Juli 1971)
wilayah paling timur yang berkepentingan untuk menjadi negeri sendiri. Belum lagi gerakan membangun
Negara Islam yang diproklamasikan oleh SM Kartosoewirjo di Jawa Barat dan di ikuti oleh Kahar Muzakar
di Sulawesi Selatan.Bahkan sejarah yang tetap kontroversial hingga saat ini yaitu gerakan 30 September
1965 yang mencoba menggulingkan bahkan mengubah hari kemerdekaan agar sama dengan proklamasi
China 1 Oktober 1949.
Keinginan sebagian golongan untuk memisahkan diri dan merubah pondasi dasar negara sejak
kelahirannya 17 Agustus 1945 tak pernah usai. Nuansa ini juga terasa pada pertengahan tahun 1980-
andan paska reformasi ketika ada semangat untuk mendirikan sebuah negara berdasarkan agama
tertentu.
Bagi Nahdlatul Ulama’ tidak boleh ada bentuk negara apapun, termasuk negara berdasarkan Islam atau
syariah di negeri ini. Sebagaimana diformulasikan dalam Muktamar NU di Situbondo tahun 1984 dengan
tegas menyatakan bahwa NKRI yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 adalah bentuk final
perjuangan umat Islam.
Keragaman etnis, adat-istiadat, budaya dan agama cermin kekuasaan Sang Pencipta Yang Maha Esa.
Pancasila dan UUD 1945 adalah jawaban final terhadap tantangan kehidupan berbangsa dan bernegara
yang menjamin pluralitas rakyat Indonesia. Bukan negara agama, tetapi menjamin kebebasan beragama
seluruh rakyatnya.
Indonesia adalah negara ke-Tuhanan yang memelihara budi pekerti, semangat kemanusian, persatuan,
permusyawaratan dan keadilan sosial yang menjadi cita-cita luhur bangsa. Sehingga tugas warga NU dan
warga Indonesia adalah tetap menjaga khittah proklamasi yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945
sebagaimana amanah perjuangan para founding fathers yang telah bersusah payah memperjuangkan
kedaulatan bangsa dan negara dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. (ISNU)
Ditulis oleh Hayi Abdus Sukur, Pengurus Lakpesdam NU Bondowoso, Jawa Timur.
Sumber: NU Online

You might also like