Professional Documents
Culture Documents
Rencana Khutbah Kemerdekaan
Rencana Khutbah Kemerdekaan
Setiap 17 Agustus kita merayakan peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia. Kita semua wajib
bersyukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada bangsa Indonesia
sehingga para pejuang kita berhasil meraih kemerdekaan itu dengan segala pengorbanannya. Berjuang
melawan penjajah merupakan keharusan karena pada dasarnya hanya kepada Allah SWT makhluk-
makhluk yang diciptakan-Nya, terlebih manusia, menghambakan dirinya. Hal ini sebagaimana ditegaskan
dalam surah Adz-Dzariat, ayat 56:
ُُ
ِدون َع
ْب َِّ
ِ َل
لي ْ َ
ِنسَ إ
اإل َّ و ْ ُ
الجِن ْت
لقََ ََ
ما خ و
Artinya: “Dan aku tidak mencipatakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepa-Ku.”
Ayat di atas menjadi landasan teologis bahwa sebuah bangsa harus memiliki kemerdekaan. Tanpa
kemerdekaan manusia akan terus menerus ditindas oleh manusia lain untuk mengabdi kepada
kepentingan mereka demi mewujudkan ambisi dan keserakahannya. Hilangnya kemerdekaan manusia
akibat penindasan dan penjajahan sesama manusia menjadikannya jauh dari melaksanakan perintah-
perintah Allah SWT. Justru karena itulah, maka berjuang dengan berperang melawan penjajah agar dapat
memiliki kebebasan beribadah kepada Allah SWT menjadi wajib hukumnya. Mereka yang gugur dalam
perjuangan itu disebut para syuhada dan disediakan surga sebagai tempat terkahirnya yang layak.
Kalau kita kembali kepada sejarah Islam, kita akan tahu bahwa Rasulullah SAW adalah seorang tokoh
agung pejuang pembebasan dan kemerdekaan. Beliau telah membebaskan umat manusia dari segala
bentuk penjajahan dan penghambaan kepada sesama manusia. Sejarah membuktikan kepada kita bahwa
di saat beliau diutus menjadi nabi dan rasul, umat manusia telah terlalu jauh dari bimbingan para rasul
terdahulu.
Mereka menjadi hamba bagi hawa nafsunya sendiri. Mereka sesat dalam mencari arah dan tujuan hidup
dan berlaku bodoh dalam memenuhi tuntutan kerohaniahan sehingga menyembah patung dan berhala
yang mereka buat sendiri. Golongan yang kuat bertindak sewenang-wenang dengan merebut atau
merampas hak orang lain yang lemah. Golongan yang lemah terus tertindas dan terjajah. Kebodohan
karena ketidaktahuan mana yang benar dan mana yang salah terus mencengkeram sehingga jaman itu
dikenal dengan jaman jahiliyah.
Oleh karena itu, diutuslah Rasulullah SAW untuk memerdekakan masyarakat dari segala bentuk
penjajahan baik secara jasmani maupun rohani. Perjuangannya bermula di Mekah dan direalisasikan
sepenuhnya dengan membentuk umat Islam di Madinah yang kemudian menjadi model masyarakat
madani. Model dan strategi perjuangan beliau ini menjadi acuan dalam membina sebuah negara yang
merdeka dan berdaulat.
Peringatan hari kemerdekaan menuntut kita untuk merenung sejenak apakah yang telah kita kerjakan
dalam mengisi kemerdekaan ini. Tuntutan ini telah diabadikan dalam Al-Qur’an dalam surah At-Taubah,
ayat 105, yang berbunyi:
ُ َُس
ُول
ه َرْ وُم
لكََ
َمَى هللاُ ع
َرَسَيلوا فَُْم
ِ اع ُل
َقو
ِْبَي ْ ِ
الغ َِا
لم َِلى عن إ َدو ُر
َُّ َسَت
ن وَُو ْم
ِن ُؤ
المْ َو
َلو
ن َُ
ْم َ ْ
تع ُم ُن
ْت َا كِمْ ب ُك
ُم ِئَب
ّ َي
ُن ِ ف
دةَهاَََّالشو
Artinya: “Dan katakanlah (wahai Muhammad): Bekerjalah kamu, maka sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya
serta orang-orang yang beriman akan melihat apa yang kamu kerjakan dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) Yang Maha Mengetahui perkara-perkara yang gaib dan yang nyata, kemudian Dia
menerangkan kepada kamu tentang apa yang telah kamu kerjakan.”
Ayat tersebut menegaskan bahwa kita harus mengisi hidup ini dengan beramal dan bekerja baik untuk
kepentingan duniawi maupun ukhrawi. Tidak ada alasan untuk mengabaikan kedua amal tersebut karena
Allah SWT telah memberi kita kemerdekaan. Dengan kemerdekaan itu kita memiliki kebebasan seluas-
luasnya untuk beribadah kepada Allah SWT karena memang tujuan Allah menciptakan manusia di dunia
ini tak ada lain adalah agar kita semua senantiasa menyembah atau beribadah kepada-Nya.
Ibadah itu sangat luas yang memungkinkan seseorang mampu beribadah selama 24 jam sehari. Hal ini
dimungkinkan ketika kita memaknai ibadah sebagai segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah
SWT berupa ucapan, perbuatan maupun sikap, lahir maupun batin. Allah SWT telah membuka pintu-pintu
kebaikan. Rasulullah SAW telah menjelaskan kepada kita amal-amal kebaikan yang bisa mendekatkan diri
kita kepada Allah. Bukankah beliau telah bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Al-Hakim:
Kita patut bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat kemerdekaan yang telah dianugerahkan kepada kita
sebagai rahmat-Nya. Dengan kemerdekaan itu kita bebas ke mana saja untuk beribadah, bekerja, belajar,
dan menjalani kehidupan yang aman dan damai. Bisa kita bayangkan betapa mengerikan dan sulitnya
hidup di sebuah negara yang dilanda peperangan. Peperangan dengan latar belakang apapun, seperti
perang melawan penjajah, perang saudara, konflik antar etnis dan golongan, pasti sangat mengerikan.
Kita bersyukur kepada Allah SWT karena dengan kemerdekaan, maka keamanan lebih bermakna dalam
diri kita. Kita dapat menikmati berbagai kemakmuran, pembangunan dan kemajuan. Kita berdoa semoga
Allah SWT terus memberikan nikmat ini dan menambahkannya. Semoga pula kita mampu menunjukkan
rasa cinta kita yang terus bertambah kepada agama dan negara tercinta ini. Allah SWT telah menegaskan
di dalam Al-Qur’an, Surat Ibrahim, ayat 7 sebagai berikut:
َ َش َك ْرت ُ ْم ََل َ ِزي َدنَّ ُك ْم َولَئِن َكفَ ْرت ُ ْم ِإ َّن َع َذابِي ل
شدِي ٌد َ لَئِن
Artinya: “Sekiranya kamu bersyukur, niscaya Aku akan tambahkan nikmat-Ku, dan sekiranya kamu kufur,
sesungguhnya adzab-Ku amatlah pedih.”
Sebagai tanda syukur kita kepada Allah yang telah menganugerahkan kemerdekaan dan terima kasih kita
kepada para pejuang dan pahlawan kita yang telah berhasil meraihnya, maka tidak sepatutnya kita
menyia-nyiakan nikmat dan kesempatan-kesempatan yang ada dalam rangka mengisi kemerdekaan.
Pemerintah telah menetapkan tema peringatan HUT Kemerdekaan RI yang ke-72 ini adalah “Disiplin Kerja
dan Cinta Budaya”. Tema ini sejalan dengan firman Allah dalam Surat Al-Insyirah, ayat 7-8:
ْ َصبْ َو ِإلَى َر ِب َك ف
ْارغَب َ فَإ ِ َذا فَ َر ْغ
َ ت فَان
Artinya: “Maka apabila kamu telah selesau dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain, dan hanya kepada Rabbmulah hendaknya kamu berharap,”
Ayat ini melandasi upaya kita bahwa setelah kemerdekaan kita capai, kita harus mengisinya dengan
disiplin kerja yang tinggi dan tetap mencintai budaya bangsa sendiri. Kemerdekaan sesungguhnya bukan
tujuan tetapi merupakan jembatan emas untuk mencapai cita-cita luhur. Bangsa Indonesia telah bercita-
cita menjadi bangsa merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Bangsa Indonesia memiliki budaya
sendiri yang memungkinkan untuk tetap menjaga dan merawat negeri ini berdasarkan Pancasila, UUD
1945, Binneka Tungga Ika dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Untuk itu, marilah sesuai dengan peran dan fungsi kita masing-masing di masyarakat, kita isi kemerdekaan
ini dengan beramal dan bekerja sebaik-baiknya sehingga Indonesia menjadi negara yang baldatun
thayyibatun warabbul ghafur, yakni sebuah negara yang elok dimana Allah senantiasa memberikan
ampunan dan ridha-Nya para pemimpin dan rakyatnya. Sudah pasti ampunan dan ridha-Nya akan kita
peroleh selama kita bertahuhid, yakni selama kita menyembah dan tunduk hanya kepada Allah SWT.
Semoga kita semua menjadi orang-orang merdeka yang senantiasa men-tauhidkankan-Nya. Amin ya
rabbal alamin.
أعوذ باهلل: َ َوأ ْد َخلَنَا و ِإيَّاكم فِي ُز ْم َرةِ ِعبَا ِد ِه ال ُمؤْ ِمنِيْن،اآلمنِين
ِ َج َعلَنا هللاُ َوإيَّاكم ِمنَ الفَائِ ِزين
َ َّ يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا: بسم هللا الرحمن الرحيم،من الشيطان الرجيم
َّللا َوقُولُوا قَ ْو اَّل
سدِيدااَ
إنهُ تَعاَلَى َجوا ٌد.ت و ِذ ْك ِر ال َح ِكي ِْم ِ با َ َر َك هللاُ ِل ْي َولك ْم ِفي القُ ْر
ِ َونَفَ َعنِ ْي َو ِإيا ُك ْم ِباآليا،آن ال َع ِظي ِْم
ٌ َك ِر ْي ٌم َم ِل ٌك َب ٌّر َرؤ ُْو
ف َر ِح ْي ٌم
Khutbah II
ُ َوأ َ ْش َه ُد أ َ ْن َّلَ اِلَهَ إَِّلَّ هللاُ َوهللاُ َو ْح َده.لى ت َ ْوفِ ْي ِق ِه َوا ِْمتِنَانِ ِه
َ ش ْك ُر لَهُ َع ُّ سانِ ِه َوال َ ا َ ْل َح ْم ُد هللِ َع
َ لى إِ ْح
ص ِل َعلَى َ الل ُه َّم.إلى ِرض َْوانِ ِه َ س ْولُهُ الدَّا ِعى ُ سيِ َدنَا ُم َح َّمداا َع ْب ُدهُ َو َر َ أنَّ َّلَ ش َِري َْك لَهُ َوأ َ ْش َه ُد
س ِل ْم ت َ ْس ِل ْي اما ِكثي اْرا ْ َ س ِي ِدنَا ُم َح َّم ٍد ِو َعلَى ا َ ِل ِه َوأ
َ ص َحا ِب ِه َو َ
هللا أ َ َم َر ُك ْم ِبأ َ ْم ٍر َب َدأ َ ِف ْي ِه
َ اس اِتَّقُوهللاَ ِف ْي َما أ َ َم َر َوا ْنت َ ُه ْوا َع َّما نَ َهى َوا ْعلَ ُم ْوا أ َ َّن ُ َّأ َ َّما َب ْع ُد فَيا َ اَيُّ َها الن
َلى النَّ ِبى يآ اَيُّ َها الَّ ِذيْن َ صلُّ ْونَ َع َ ُهللا َو َمآل ِئ َكتَهُ يَ ِبنَ ْف ِس ِه َوثَـنَى ِب َمآل ِئ َك ِت ِه ِبقُ ْد ِس ِه َوقَا َل تَعاَلَى ِإ َّن
س ِل ْم َو َعلَى َ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َ سيِ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َ ص ِل َعلَى َ صلُّ ْوا َعلَ ْي ِه َو
َ الل ُه َّم.س ِل ُم ْوا ت َ ْس ِل ْي اما َ آ َمنُ ْوا
ِ َض الل ُه َّم َع ِن اْل ُخلَف
اء َ ار ْ س ِل َك َو َمآلئِ َك ِة اْل ُمقَ َّربِيْنَ َو ُ سيِدِنا َ ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ا َ ْنبِيآئِ َك َو ُر َ آ ِل
ص َحابَ ِة َوالتَّابِ ِعيْنَ َوتَا ِب ِعي التَّا ِب ِعيْنَ لَ ُه ْم َّ ع ْن بَ ِقيَّ ِة ال َ عثْ َمان َو َع ِلى َو ُ ع َمر َو ُ الرا ِش ِديْنَ أ َ ِبى بَ ْك ٍر َو َّ
َاح ِميْن َّ ض َعنَّا َم َع ُه ْم ِب َر ْح َمتِ َك َيا أ َ ْر َح َم
ِ الر َ ار ْ الدي ِْن َو ِ ان اِلَى َي ْو ِم ٍ س َ ِبا ِْح
ت الل ُه َّم أ َ ِع َّز ِ ت اََّلَ ْحيآ ُء ِم ْن ُه ْم َواَّْلَ ْم َوا ِ اَلل ُه َّم ا ْغ ِف ْر ِل ْل ُمؤْ ِم ِنيْنَ َواْل ُمؤْ ِمنَا
ِ ت َواْل ُم ْس ِل ِميْنَ َواْل ُم ْس ِل َما
ص َرَ َص ْر َم ْن ن ُ ص ْر ِعبَا َد َك اْل ُم َو ِح ِديَّةَ َوا ْن ُ الش ْر َك َواْل ُم ْش ِر ِكيْنَ َوا ْن ِ اْ ِإل ْسالَ َم َواْل ُم ْس ِل ِميْنَ َوأ َ ِذ َّل
اخذُ ْل َم ْن َخ َذ َل اْل ُم ْس ِل ِميْنَ َو َد ِم ْر أ َ ْع َدا َء ال ِدي ِْن َوا ْع ِل َك ِل َماتِ َك ِإلَى يَ ْو َم ِ
الدي ِْن .الل ُه َّم الديْنَ َو ْ ِ
طنَ َع ْن س ْو َء اْل ِفتْنَ ِة َواْ ِلم َحنَ َما َ
ظ َه َر ِم ْن َها َو َما بَ َ الزَّلَ ِز َل َواْ ِلم َحنَ َو ُ ا ْدفَ ْع َعنَّا اْلبَالَ َء َواْ َلوبَا َء َو َّ
ان اْل ُم ْس ِل ِميْنَ عآ َّمةا َيا َربَّ اْل َعالَ ِميْنَ َ .ربَّنَا آتِنا َ فِى ال ُّد ْن َيا سائِ ِر اْلبُ ْل َد ِ صةا َو َ َبلَ ِدنَا اِ ْندُونِ ْي ِسيَّا خآ َّ
اإن لَ ْم ت َ ْغ ِف ْر لَنَا َوت َ ْر َح ْمنَا
سنَا َو ْ ظلَ ْمنَا ا َ ْنفُ َ
ارَ .ربَّنَا َ ع َذ َ
اب النَّ ِ سنَةا َو ِقنَا َ آلخ َر ِة َح َ سنَةا َو ِفى اْ ِ َح َ
بى َويَ ْن َهى ْتآء ذِي اْلقُ ْر َ ان َوإِي ِ س ِلَنَ ُك ْون ََّن ِمنَ اْلخَا ِس ِريْنَ ِ .عبَا َدهللاِ ! إِ َّن هللاَ يَأ ْ ُم ُرنَا بِاْلعَ ْد ِل َواْ ِإل ْح َ
ظ ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم ت َ َذ َّك ُر ْونَ َوا ْذ ُك ُروا َ
هللا اْلعَ ِظي َْم يَ ْذ ُك ْر ُك ْم َوا ْش ُك ُر ْوهُ شآء َواْل ُم ْن َك ِر َواْلبَ ْغي يَ ِع ُ َع ِن اْلفَ ْح ِ
لى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ أ َ ْكبَ ْر
َع َ
Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta
)Ilustrasi (fakta.co.id
Khutbah I
ريم ،أ َ ْش َه ُد أ َ ْن ََّل اِلَهَ سبُ َل السالَ ِمَ ،وأ َ ْف َه َمنَا ِبش َِر ْي َع ِة النَّ ِبي ال َك ِ اْل َح ْم ُد هللِ اْل َح ْم ُد هللِ الذي َه َدانَا ُ
سيِ َدنَا َونَبِيَّنَا ُم َح َّمداا َع ْب ُدهُ َو إِ ََّّل هللا َو ْح َدهُ َّل ش َِريك لَه ،ذُو اْل َجال ِل َواإل ْكرامَ ،وأ َ ْش َه ُد أَن َ
سان
إح ِ صحابِ ِه َوالت َّابِعينَ بِ ْ سيِدِنا ُم َحم ٍد وعلى اله وأ ْ بار ْك َعلَى َ س ِل ْم َو ِ ص ِل و َ َرسولُه ،الل ُه َّم َ
إلَى يَ ْو ِم الدِين ،أما بعد :فيايها اإلخوان ،أوصيكم و نفسي بتقوى هللا وطاعته لعلكم
تفلحون ،قال هللا تعالى في القران الكريم :أعوذ باهلل من الشيطان الرجيم ،بسم هللا الرحمان
ص ِل ْح لَ ُك ْم أ َ ْع َمالَ ُك ْم َو َي ْغ ِف ْر لَ ُك ْم
سدِيداا ،يُ ْ الرحيمَ :يا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َ َمنُوا اتَّقُوا هللا َوقُولُوا قَ ْو اَّل َ
سولَهُ فَقَ ْد فَازَ فَ ْو ازا َع ِظي اما وقال تعالى َيا اَيُّ َها الَّ ِذيْنَ آ َمنُ ْوا اتَّقُ ْوا َ
هللا ذُنُو َب ُك ْم َو َم ْن يُ ِطعِ هللا َو َر ُ
َ .ح َّق تُقَاتِ ِه َوَّلَ ت َ ُم ْوت ُ َّن إَِّلَّ َوأ َ ْنت ُ ْم ُم ْس ِل ُم ْونَ
صدق هللا العظيم
Sidang Jum’ah rahimakumullah,
Setiap 17 Agustus kita merayakan peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia. Kita semua wajib
bersyukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada bangsa Indonesia
sehingga para pejuang kita berhasil meraih kemerdekaan itu dengan segala pengorbanannya. Berjuang
melawan penjajah merupakan keharusan karena pada dasarnya hanya kepada Allah SWT makhluk-
makhluk yang diciptakan-Nya, terlebih manusia, menghambakan dirinya. Hal ini sebagaimana ditegaskan
dalam surah Adz-Dzariat, ayat 56:
Ayat di atas menjadi landasan teologis bahwa sebuah bangsa harus memiliki kemerdekaan. Tanpa
kemerdekaan manusia akan terus menerus ditindas oleh manusia lain untuk mengabdi kepada
kepentingan mereka demi mewujudkan ambisi dan keserakahannya. Hilangnya kemerdekaan manusia
akibat penindasan dan penjajahan sesama manusia menjadikannya jauh dari melaksanakan perintah-
perintah Allah SWT. Justru karena itulah, maka berjuang dengan berperang melawan penjajah agar dapat
memiliki kebebasan beribadah kepada Allah SWT menjadi wajib hukumnya. Mereka yang gugur dalam
perjuangan itu disebut para syuhada dan disediakan surga sebagai tempat terkahirnya yang layak.
Kalau kita kembali kepada sejarah Islam, kita akan tahu bahwa Rasulullah SAW adalah seorang tokoh
agung pejuang pembebasan dan kemerdekaan. Beliau telah membebaskan umat manusia dari segala
bentuk penjajahan dan penghambaan kepada sesama manusia. Sejarah membuktikan kepada kita bahwa
di saat beliau diutus menjadi nabi dan rasul, umat manusia telah terlalu jauh dari bimbingan para rasul
terdahulu.
Mereka menjadi hamba bagi hawa nafsunya sendiri. Mereka sesat dalam mencari arah dan tujuan hidup
dan berlaku bodoh dalam memenuhi tuntutan kerohaniahan sehingga menyembah patung dan berhala
yang mereka buat sendiri. Golongan yang kuat bertindak sewenang-wenang dengan merebut atau
merampas hak orang lain yang lemah. Golongan yang lemah terus tertindas dan terjajah. Kebodohan
karena ketidaktahuan mana yang benar dan mana yang salah terus mencengkeram sehingga jaman itu
dikenal dengan jaman jahiliyah.
Oleh karena itu, diutuslah Rasulullah SAW untuk memerdekakan masyarakat dari segala bentuk
penjajahan baik secara jasmani maupun rohani. Perjuangannya bermula di Mekah dan direalisasikan
sepenuhnya dengan membentuk umat Islam di Madinah yang kemudian menjadi model masyarakat
madani. Model dan strategi perjuangan beliau ini menjadi acuan dalam membina sebuah negara yang
merdeka dan berdaulat.
Peringatan hari kemerdekaan menuntut kita untuk merenung sejenak apakah yang telah kita kerjakan
dalam mengisi kemerdekaan ini. Tuntutan ini telah diabadikan dalam Al-Qur’an dalam surah At-Taubah,
ayat 105, yang berbunyi:
Ayat tersebut menegaskan bahwa kita harus mengisi hidup ini dengan beramal dan bekerja baik untuk
kepentingan duniawi maupun ukhrawi. Tidak ada alasan untuk mengabaikan kedua amal tersebut karena
Allah SWT telah memberi kita kemerdekaan. Dengan kemerdekaan itu kita memiliki kebebasan seluas-
luasnya untuk beribadah kepada Allah SWT karena memang tujuan Allah menciptakan manusia di dunia
ini tak ada lain adalah agar kita semua senantiasa menyembah atau beribadah kepada-Nya.
Ibadah itu sangat luas yang memungkinkan seseorang mampu beribadah selama 24 jam sehari. Hal ini
dimungkinkan ketika kita memaknai ibadah sebagai segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah
SWT berupa ucapan, perbuatan maupun sikap, lahir maupun batin. Allah SWT telah membuka pintu-pintu
kebaikan. Rasulullah SAW telah menjelaskan kepada kita amal-amal kebaikan yang bisa mendekatkan diri
kita kepada Allah. Bukankah beliau telah bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Al-Hakim:
ِ ََّي ٌء يُقَ ِربُ ُك ْم الي الن
ار َ َولَي, َيءٍ يُقَ ِربُ ُك ْم الي ْال َجنَّ ِة ِإ ََّّل قَ ْد أ َ َم ْرت ُ ُك ْم بِ ِه
ْ ْس ش ْ ْس ِم ْن ش َ ِإنَّهُ لَي
ُِإ ََّّل قَ ْد نَ َه ْيت ُ ُك ْم َع ْنه
Artinya: “Tidak satu pun amal yang bisa mendekatkan kalian ke surga melainkan aku memerintahkannya
kepada kalian. Dan tidak satupun amal yang bisa mendekatkan kalian ke neraka melainkan aku telah
melarang kalian darinya.”
Kita patut bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat kemerdekaan yang telah dianugerahkan kepada kita
sebagai rahmat-Nya. Dengan kemerdekaan itu kita bebas ke mana saja untuk beribadah, bekerja, belajar,
dan menjalani kehidupan yang aman dan damai. Bisa kita bayangkan betapa mengerikan dan sulitnya
hidup di sebuah negara yang dilanda peperangan. Peperangan dengan latar belakang apapun, seperti
perang melawan penjajah, perang saudara, konflik antar etnis dan golongan, pasti sangat mengerikan.
Kita bersyukur kepada Allah SWT karena dengan kemerdekaan, maka keamanan lebih bermakna dalam
diri kita. Kita dapat menikmati berbagai kemakmuran, pembangunan dan kemajuan. Kita berdoa semoga
Allah SWT terus memberikan nikmat ini dan menambahkannya. Semoga pula kita mampu menunjukkan
rasa cinta kita yang terus bertambah kepada agama dan negara tercinta ini. Allah SWT telah menegaskan
di dalam Al-Qur’an, Surat Ibrahim, ayat 7 sebagai berikut:
َ َش َك ْرت ُ ْم ََل َ ِزي َدنَّ ُك ْم َولَئِن َكفَ ْرت ُ ْم إِ َّن َع َذابِي ل
شدِي ٌد َ لَئِن
Artinya: “Sekiranya kamu bersyukur, niscaya Aku akan tambahkan nikmat-Ku, dan sekiranya kamu kufur,
sesungguhnya adzab-Ku amatlah pedih.”
Sebagai tanda syukur kita kepada Allah yang telah menganugerahkan kemerdekaan dan terima kasih kita
kepada para pejuang dan pahlawan kita yang telah berhasil meraihnya, maka tidak sepatutnya kita
menyia-nyiakan nikmat dan kesempatan-kesempatan yang ada dalam rangka mengisi kemerdekaan.
Pemerintah telah menetapkan tema peringatan HUT Kemerdekaan RI yang ke-72 ini adalah “Disiplin Kerja
dan Cinta Budaya”. Tema ini sejalan dengan firman Allah dalam Surat Al-Insyirah, ayat 7-8:
Ayat ini melandasi upaya kita bahwa setelah kemerdekaan kita capai, kita harus mengisinya dengan
disiplin kerja yang tinggi dan tetap mencintai budaya bangsa sendiri. Kemerdekaan sesungguhnya bukan
tujuan tetapi merupakan jembatan emas untuk mencapai cita-cita luhur. Bangsa Indonesia telah bercita-
cita menjadi bangsa merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Bangsa Indonesia memiliki budaya
sendiri yang memungkinkan untuk tetap menjaga dan merawat negeri ini berdasarkan Pancasila, UUD
1945, Binneka Tungga Ika dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Untuk itu, marilah sesuai dengan peran dan fungsi kita masing-masing di masyarakat, kita isi kemerdekaan
ini dengan beramal dan bekerja sebaik-baiknya sehingga Indonesia menjadi negara yang baldatun
thayyibatun warabbul ghafur, yakni sebuah negara yang elok dimana Allah senantiasa memberikan
ampunan dan ridha-Nya para pemimpin dan rakyatnya. Sudah pasti ampunan dan ridha-Nya akan kita
peroleh selama kita bertahuhid, yakni selama kita menyembah dan tunduk hanya kepada Allah SWT.
Semoga kita semua menjadi orang-orang merdeka yang senantiasa men-tauhidkankan-Nya. Amin ya
rabbal alamin.
أعوذ باهلل: َ َوأ ْد َخلَنَا و ِإيَّاكم ِفي ُز ْم َر ِة ِعبَا ِد ِه ال ُمؤْ ِم ِنيْن،اآلم ِنين
ِ َج َع َلنا هللاُ َوإيَّاكم ِمنَ الفَا ِئ ِزين
َ َّ يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا: بسم هللا الرحمن الرحيم،من الشيطان الرجيم
َّللا َوقُولُوا قَ ْو اَّل
سدِيداا َ
إنهُ تَعاَلَى َجوا ٌد.ت و ِذ ْك ِر ال َح ِكي ِْم ِ با َ َر َك هللاُ ِل ْي َولك ْم فِي القُ ْر
ِ َونَفَ َعنِ ْي َو ِإيا ُك ْم ِباآليا،آن ال َع ِظي ِْم
ٌ َك ِر ْي ٌم َم ِل ٌك َب ٌّر َرؤ ُْو
ف َر ِح ْي ٌم
Khutbah II
ُ َوأ َ ْش َه ُد أ َ ْن َّلَ اِلَهَ ِإَّلَّ هللاُ َوهللاُ َو ْح َده.لى ت َ ْوفِ ْي ِق ِه َوا ِْمتِنَانِ ِه َ ش ْك ُر لَهُ َع ُّ سانِ ِه َوال َ ا َ ْل َح ْم ُد هللِ َع
َ لى ِإ ْح
ص ِل َعلَى َ الل ُه َّم.إلى ِرض َْوانِ ِه َ س ْولُهُ الدَّا ِعى ُ س ِي َدنَا ُم َح َّمداا َع ْب ُدهُ َو َر َ أن َّ َّلَ ش َِري َْك لَهُ َوأ َ ْش َه ُد
س ِل ْم ت َ ْس ِل ْي اما ِكثي اْرا
َ ص َحا ِب ِه َو ْ َ س ِي ِدنَا ُم َح َّم ٍد ِو َعلَى ا َ ِل ِه َوأ َ
هللا أ َ َم َر ُك ْم ِبأ َ ْم ٍر َب َدأ َ ِف ْي ِه
َ اس اِتَّقُوهللاَ ِف ْي َما أ َ َم َر َوا ْنت َ ُه ْوا َع َّما نَ َهى َوا ْعلَ ُم ْوا أ َ َّن ُ َّأ َ َّما َب ْع ُد فَيا َ اَيُّ َها الن
َلى النَّبِى يآ اَيُّ َها الَّ ِذيْن َ صلُّ ْونَ َع َ ُهللا َو َمآلئِ َكتَهُ ي َ بِنَ ْف ِس ِه َوثَـنَى بِ َمآل ئِ َكتِ ِه بِقُ ْد ِس ِه َوقَا َل تَعاَلَى إِ َّن
س ِل ْم َو َعلَى َ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َ سيِ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َ ص ِل َعلَى َ الل ُه َّم.س ِل ُم ْوا ت َ ْس ِل ْي اما َ صلُّ ْوا َعلَ ْي ِه َوَ آ َمنُ ْوا
ِ َض الل ُه َّم َع ِن اْل ُخلَف
اء َ ار ْ س ِل َك َو َمآلئِ َك ِة اْل ُمقَ َّر ِبيْنَ َو ُ س ِيدِنا َ ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ا َ ْن ِبيآئِ َك َو ُر َ آ ِل
ص َحا َب ِة َوالتَّابِ ِعيْنَ َوتَا ِب ِعي التَّا ِب ِع ْينَ لَ ُه ْم َّ ع ْن َب ِقيَّ ِة ال َ عثْ َمان َو َع ِلى َو ُ ع َمر َو ُ الرا ِش ِديْنَ أ َ ِبى َب ْك ٍر َو َّ
َاح ِميْن ِ الرَّ ض َعنَّا َم َع ُه ْم ِب َر ْح َم ِت َك َيا أ َ ْر َح َم َ ار ْ الدي ِْن َو ِ ان اِلَى َي ْو ِم ٍ س َ ِبا ِْح
ت الل ُه َّم أ َ ِع َّز ِ ت اََّلَ ْحيآ ُء ِم ْن ُه ْم َواَّْلَ ْم َوا ِ ت َواْل ُم ْس ِل ِميْنَ َواْل ُم ْس ِل َما ِ اَلل ُه َّم ا ْغ ِف ْر ِل ْل ُمؤْ ِمنِيْنَ َواْل ُمؤْ ِمنَا
ص َر َ َص ْر َم ْن ن ُ ص ْر ِعبَا َد َك اْل ُم َو ِح ِديَّةَ َوا ْن ُ الش ْر َك َواْل ُم ْش ِر ِكيْنَ َوا ْن ِ اْ ِإل ْسالَ َم َواْل ُم ْس ِل ِميْنَ َوأ َ ِذ َّل
الل ُه َّم.الدي ِْن ِ الدي ِْن َوا ْع ِل َك ِل َماتِ َك ِإلَى يَ ْو َم ِ اخذُ ْل َم ْن َخ َذ َل اْل ُم ْس ِل ِميْنَ َو َد ِم ْر أ َ ْع َدا َء ْ الديْنَ َو ِ
طنَ َع ْن َ َظ َه َر ِم ْن َها َو َما بَ س ْو َء اْل ِفتْنَ ِة َواْ ِلم َحنَ َما ُ الزَّلَ ِز َل َواْ ِلم َحنَ َو َّ ا ْدفَ ْع َعنَّا اْلبَالَ َء َواْ َلوبَا َء َو
َربَّنَا آتِنا َ فِى ال ُّد ْن َيا. َان اْل ُم ْس ِل ِميْنَ عآ َّمةا َيا َربَّ اْل َعالَ ِميْن ِ سائِ ِر اْلبُ ْل َد َ صةا َو َّ َبلَ ِدنَا اِ ْندُونِ ْي ِسيَّا خآ
اإن لَ ْم ت َ ْغ ِف ْر لَنَا َوت َ ْر َح ْمنَاْ سنَا َو َ ُظلَ ْمنَا ا َ ْنفَ َربَّنَا.ار ِ َّاب الن َ ع َذ َ سنَةا َو ِقنَا َ آلخ َر ِة َح ِ ْسنَةا َو ِفى ا َ َح
بى َويَ ْن َهى َ ْتآء ذِي اْلقُ ْر ِ ان َوإِي ِ س َ هللا يَأ ْ ُم ُرنَا بِاْلعَ ْد ِل َواْ ِإل ْح َ ِعبَا َدهللاِ ! إِ َّن. َلَنَ ُك ْون ََّن ِمنَ اْلخَا ِس ِريْن
ُهللا اْلعَ ِظي َْم يَ ْذ ُك ْر ُك ْم َوا ْش ُك ُر ْوه َ ظ ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم ت َ َذ َّك ُر ْونَ َوا ْذ ُك ُروا ُ شآء َواْل ُم ْن َك ِر َواْلبَ ْغي يَ ِع ِ َع ِن اْلفَ ْح
لى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ أ َ ْكبَ ْرَ َع
Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta