Professional Documents
Culture Documents
4537 9055 1 PB
4537 9055 1 PB
4537 9055 1 PB
php/agroindustri
pISSN: 20885369 eISSN: 26139952
DOI :10.31186/jagroindustri.8.1.80-96
ABSTRACT
Utilization of palm oil empty fruit bunch (EFB) as a medium to grow mushroom can be one of the
alternative utilization of oil palm biomass valley. The objective of the study was to evaluate EFB as a medium
for growing mushroom (Volvariella volvacea). In this study, two age variations of EFB and 3 media thickness
variations were used to assess the characteristics of mushroom production, and to determine the quality of
harvested mushroom based on SNI 01-6945-2003. The results showed that empty palm oil bunches for the best
growth medium of mushroom (Volvariella volvacea), based on the total weight of mushroom, longest harvest
time, and biological efficiency was the medium of empty palm fruit bunches of 6 weeks old with medium
thickness of 20 cm. In addition, the same media thickness of 20 cm of 5 and 6 weeks EFB can produce the
highest fruit body length and diameter ofmushroom.
Keywords: Paddy Straw Mushroom , Volvaria volvaceae, Palm Oil Empty Fruit Bunch
ABSTRAK
Pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit (TKKS) sebagai media tumbuh jamur merang dapat menjadi
salah satu alternatif pemanfaatan lembah biomasa kelapa sawit. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji TKKS
sebagai media tumbuh jamur merang (Volvariella volvacea). Pada penelitian ini, dua varisi umur TKKS dan 3
varasi ketebalan media digunakan untuk mengkaji karakteristik produksi jamur merang, serta menentukan mutu
jamur merang yang paling baik dari hasil produksi berdasarkan SNI 01-6945-2003. Hasil penelitian
menunjukan bahwa Tandan kosong kelapa sawit untuk media tumbuh jamur merang (Volvariella volvacea)
yang terbaik berdasarkan pegukuran total berat jamur merang, lama masa panen terpanjang serta efisiensi
biologis adalah media tandan kosong kelapa sawit berumur 6 minggu dengan ketebalan media 20 cm. Selain
itu, ketebalan media 20 cm dengan umur TKKS 5 dan 6 minggu dapat menghasilkan panjang tubuh buah
dan diameter jamur merang yang maksimal.
Kata kunci : Jamur Merang, Volvaria volvaceae, Tandan Kosong Kelapa Sawit
Pengaruh Tandan Kosong Kelapa Sawit sebagai Media Tumbuh Jamur (Fadilah dan Budiyanto) | 81
faktor perlakuan dan tiga ulangan. Faktor sehingga lebarnya mampu menutupi semua
pertama adalah Media Tumbuh jamur permukaan bahan/media.
merang dengan menggunakan bahan Media yang digunakan dalam
berupa Tandan Kosong Kelapa Sawit penelitian ini adalah Tandan Kosong
sebagai media tumbuh dengan umur Kelapa Sawit yang diperoleh dari pabrik
TKKS yang terdiri dari 2 level, yaitu kelapa sawit. Tandan Kosong Kelapa
Tandan Kosong Kelapa Sawit umur 5 Sawit (TKKS) yang diambil dari pabrik
minggu dan 6 minggu. Kemudian, faktor pengolahan kelapa sawit PT. Bionusantara
kedua adalah Ketebalan media dengan 3 Teknologi Provinsi Bengkulu dengan
level, yaitu 15 cm, 20 cm, dan 25 cm. Jadi, kriteria umur yang sudah ditentukan, yaitu
penelitian ini berjumlah 18 unit perlakuan 5 minggu, dan 6 minggu yang totalnya
yang diteliti. Bibit jamur merang yang berjumlah 300 kg tersebut dicacah hingga
digunakan yaitu bibit jamur merang siap halus dengan menggunakan alat / mesin
tanam (F3) yang diperoleh dari CV. Volva pencacah. Setelah itu TKKS yang telah
Indonesia berlokasi di Pandowoharjo, dicacah disiapkan untuk memulai
Sleman, Yogyakarta. pelaksanaan proses pengomposan.
Pengomposan atau fermentasi
Pembuatan Kumbung (Rumah tumbuh dilakukan dengan cara mencampur semua
jamur merang) bahan campuran dengan Tandan Kosong
Bangunan kumbung yang Kelapa Sawit. Tandan Kosong Kelapa
digunakan berukuran panjang 2,5 meter, Sawit ditambah dengan bahan campuran
lebar 1,5 meter, dan tinggi 3 meter dengan berupa Urea 1%, Kapur 3 %, dan Dedak
kerangka kumbung berupa kayu dan 15 %, lalu bahan pengomposan tersebut
bambu yang ditutup oleh plastik ditambahkan air secukupnya (kadar air ±
transparan. Rak dibuat 3 tingkat. Jarak 65%). Kemudian, campuran media diaduk
antar rak adalah 35 cm, sedangkan jarak atau dibolak balik dan setelah selesai
antara rak bawah dengan lantai kumbung ditutup rapat dengan menggunakan plastik
adalah 40 cm. Ukuran keranjang plastik atau terpal untuk menjaga kelembaban
yang digunakan sebagai tempat media media. Pengomposan berlangsung selama
yaitu panjang 49 cm, lebar 36 cm, dan 2 minggu. Pembalikan media dilakukan
tinggi 17 cm. Sebelum digunakan, selama 2 hari sekali, jika media terlihat
keranjang plastik dicuci dan dikeringkan kering maka media ditambah air lagi dan
terlebih dahulu, rak dan kumbung dilakukan proses pembalikan. Pembalikan
disemprot dengan alkohol 70% untuk media yang bertujuan agar proses
mencegah terjadinya kontaminasi. fermentasi dapat merata.
Pembuatan media tumbuh jamur Sterilisasi
merang (Volvariella volvacea) Setelah selesai pengomposan,
Peralatan yang akan digunakan media dimasukkan kedalam keranjang
antara lain parang/sabit, bak plastik/ember dengan jumlah banyaknya TKKS sesuai
untuk menampung air, ember untuk ketebalan yang telah ditetapkan pada
menyiram, botol penyemprot, tali, sekop perlakuan yaitu 15 cm, 20 cm, dan 25 cm,
garpu/cangkul, pipa untuk aerasi, proses selanjutnya adalah sterilisasi
thermometer, hydrometer, masker, sarung kumbung dan media tanam. Tujuan dari
tangan, hand sprayer, timbangan analitik, proses sterilisasi ini adalah mematikan
plastik mulsa hitam untuk menutup. pertumbuhan mikroorganisme yang
Plastik penutup menggunakan plastik merugikan pertumbuhan jamur dan
mulsa yang berwarna hitam, kemudian menghilangkan bau amoniak, agar
belah plastik tersebut terhindar dari serangan bakteri, ngengat,
ataupun jamur lain. Sterilisasi dilakukan
Pengaruh Tandan Kosong Kelapa Sawit sebagai Media Tumbuh Jamur (Fadilah dan Budiyanto) | 83
selama jamur produktif. Masa panen jamur dan umur TKKS terhadap produksi dan
selesai menurut (Trubus, 2012) dapat sifat fisik jamur dapat diamati pada
dilakukan hingga hari ke 20-30. parameter produksi jamur merang terhadap
Media tumbuh jamur merang yang hasil panen jamur merang selama masa
optimal dengan perlakuan ketebalan media produktif tersebut.
Persyaratan mutu
No. Jenis uji Satuan
Mutu A Mutu B Mutu C
1. Keseragaman kultivar % 100 100 100
2. Tingkat ketuaan - Tua Tua Tua
3. Kekerasan - Cukup keras Cukup keras Cukup keras
Jamur merang busuk
4. % 0 0 0
(jumlah/jumlah) maks
5. Kadar kotoran % 0 0 0
Sumber : Badan Standarisasi Nasional (BSN), 2003
Pengaruh Tandan Kosong Kelapa Sawit sebagai Media Tumbuh Jamur (Fadilah dan Budiyanto) | 85
b. Mengamati secara mekanis c. Memisahkan jamur merang segar
kondisi kekerasan jamur merang yang memenuhi kriteria
yang dimaksud sesuai dengan kekerasan dan timbanglah
defenisi. seluruhnya.
2. Cara menyatakan hasil
a. Persentase jamur merang yang keras
=
rata-rata (gr)
200 159.9164.1
156.1 163
150
100
50
0
15' 20' 25'
Ketebalan Media Tumbuh (cm) 5 minggu 6 minggu
Gambar 1. Total berat jamur pada berbagai ketebalan media & umur TKKS
Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa total berat jamur merang sebagai
berdasarkan dari perlakuan umur TKKS parameter juga dilakukan didalam
dan ketebalan media ini hasil total berat penelitian (Belewu, 2005) dengan
produksi jamur selama 14 hari panen menggunakan media daun pisang dan
tersebut, yang lebih tertinggi pada (Ukoima et al., 2009) dengan berbagai
perlakuan T2U2 dan T2U1 yaitu media media limbah pertanian. Total berat
dengan ketebalan 20 cm dan umur TKKS produksi komersial jamur merang dengan
6 minggu, serta media dengan ketebalan media jerami dapat mencapai 300 gr
20 cm dan umur TKKS 5 minggu, yang dengan masa panen 21 hari (Munawar &
masing-masing beratnya secara berurutan Kartika, 2017).
yaitu 238,8 gram dan 228,8 gram. Berdasarkan penghitungan
Sedangkan berat terendah yaitu pada menggunakan sistem operasi SPSS Anova
perlakuan T1U1 (ketebalan 15 cm dan dengan uji lanjut Duncan, didapat hasil
umur TKKS 5 minggu). Ini sama halnya untuk pengaruh ketebalan F hitun g > Sig.
dengan penelitian yang dilakukan oleh (10,591 > 0,002), sehingga dilanjutkan
(Siregar, 2010) tentang tanggap menggunakan uji lanjut Duncan dimana
pertumbuhan dan produksi jamur merang ketebalan berbeda nyata terhadap total
(volvariella volvaceae bull. ex. fr.) berat produksi jamur merang yaitu pada
terhadap formulasi dan ketebalan media, ketebalan ke-2 (ketebalan 20 cm) dengan
dimana perlakuan ketebalan media pada nilai 233,7667.
T2 (20 cm) menghasilkan bobot jamur Menurut hasil penelitian yang telah
merang tertinggi, sedangkan yang terendah dilakukan, umur sepertinya tidak terlalu
yaitu dengan ketebalan T1 (15 cm). berpengaruh terhadap total berat produksi
Menurutnya, hal ini diduga karena jamur karena umur yang dipakai dalam
kandungan bahan organik yang lebih percobaan ini adalah umur TKKS yang
banyak pada media T2 (ketebalan 20 cm). paling baik (umur TKKS paling tua) dari
Selain itu ketebalan ini merupakan penelitian sebelumnya, dan juga karena
ketebalan yang baik untuk budidaya jamur selisih umur TKKS yang tidak terlalu jauh
merang pada rak. hanya berjarak 1 minggu tersebut
Hal ini sesuai dengan literatur menyebabkan proses dekomposisi media
(Widiyastuti, 2001) yang menyatakan berlangsung tidak jauh berbeda, sehingga
bahwa ketebalan media rak yang biasa menyebabkan masa panen yang yang tidak
digunakan untuk budidaya jamur merang terlalu berbeda dari kedua umur tersebut,
adalah 20 cm, begitu pula yang disebutkan serta hasil produksi jamur merang yang
didalam (Trubus, 2012) bahwa ketebalan didapat tidak berbeda jauh. Akan tetapi
media untuk TKKS (Tandan Kosong dalam penelitian ini, ketebalan
Kelapa Sawit) adalah 20 cm. Pengujian
Pengaruh Tandan Kosong Kelapa Sawit sebagai Media Tumbuh Jamur (Fadilah dan Budiyanto) | 87
berpengaruh terhadap berat total jamur masa panen jamur merang dilakukan
merang. dengan cara menghitung berapa kali panen
jamur merang yang dapat dilakukan mulai
dari panen pertama sampai panen terakhir.
Periode Pembentukan Jamur (Umur Pemanenan jamur merang akan dihentikan
Panen) apabila pin head atau badan buah jamur
Lamanya periode panen dihitung merang sudah tidak terbentuk lagi. Berikut
dengan mengamati waktu panen yang ini merupakan gambar yang menunjukan
tercepat hingga periode panen yang periode pembentukan atau umur panen
terlama untuk setiap perlakuan. Lama jamur merang :
14
12
Periode pembentukan jamur
12 11
10
10 9 8.67
8.33
8
(hari)
6
4
2
0
15' 20' 25'
Gambar 2. Lama periode pembentukan jamur pada berbagai ketebalan media & umur TKKS
5 4.6 4.7
4.5
Panjang jamur (cm)
4 3.7
3.5 3.2 3.3
3
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
15' 20' 25' 5 minggu
Ketebalan Media Tumbuh (cm) 6 minggu
Gambar 3. Panjang badan buah jamur pada berbagai ketebalan media & umur TKKS
Pengaruh Tandan Kosong Kelapa Sawit sebagai Media Tumbuh Jamur (Fadilah dan Budiyanto) | 89
Sementara itu, (Siregar, 2010) Diameter Badan Buah Jamur Merang
dalam penlitiannya melaporkan bahwa Hasil Panen
perlakuan formulasi media dan ketebalan Pertumbuhan jamur juga diukur
media serta interaksi keduanya berdasarkan diameter badan buah.
berpengaruh tidak nyata terhadap panjang Diameter rata-rata jamur merang selama
badan buah dan juga perlakuan ketebalan periode panen sama halnya dengan
media pada T1 (15 cm) menunjukkan panjang rata-rata jamur merang, dimana
panjang badan buah lebih tinggi ukuran tertingginya terletak pada
dibandingkan T2 (20 cm). Menurutnya, hal perlakuan T2U1 (ketebalan 20 cm dan
ini diduga karena jamur yang dipanen umur TKKS 5 minggu) dan T2U2
adalah jamur dalam stadia kancing. (ketebalan 20 cm dan umur TKKS 6
Apabila jamur dalam stadia kancing tidak minggu). Dibawah ini merupakan gambar
dipanen, maka jamur tersebut akan tumbuh diameter rata-rata selama masa panen.
dan berkembang dari stadia kancing Berdasarkan gambar 7 mengenai
menjadi stadia telur, stadia perpanjangan rata-rata diameter badan buah jamur
hingga stadia dewasa. Selain itu, Setiyono merang selama 14 hari masa panen
dkk, (2013) melaporkan bahwa pada tersebut dapat diketahui bahwa diameter
penggunaan kulit kopi dan jerami padi, badan buah jamur merang pada berbagai
ketebalan media tidak berpengaruh nyata media perlakuan mempunyai pola yang
pada pertumbuhan jamur merang. Hal ini berbeda. Secara umum, jamur yang
sesuai dengan pernyataan (Widiastuti, tumbuh pada media perlakuan T2U1
2005) yang menyatakan bahwa tahap (ketebalan 20 cm dan umur TKKS 5
perkembangan jamur merang dibagi minggu) dan T2U2 (ketebalan 20 cm dan
menjadi tiga tahap yaitu tahap umur TKKS 6 minggu) memiliki diamater
pembentukan miselium, tahap tubuh buah yang lebih besar dibandingkan
pembentukan badan buah dan tahap jamur yang tumbuh pada media perlakuan
pelepasan spora. lainnya.
3
2.4
Diameter Jamur (Cm)
2.5 2.1
2 1.7 1.7 1.7 1.7
1.5
1
0.5
0
15' 20' 25'
Secara berurutan media perlakuan yang sistem operasi SPSS Anova dengan uji
memiliki diameter tubuh buah terbesar lanjut Duncan, didapat hasil untuk
hingga terkecil dapat ditulis sebagai pengaruh ketebalan F hitung > Sig. (6,068 >
berikut, T2U2; T2U1; T3U2; T3U1; 0,015), sehingga dilanjutkan menggunakan
T1U2; T1U1 dengan nilai masing- uji lanjut Duncan dimana ketebalan
masingnya yaitu 2,4; 2,1; 1,7; 1,7; 1,7; 1,7. berbeda nyata terhadap diameter rata-rata
Berdasarkan penghitungan menggunakan
Pengaruh Tandan Kosong Kelapa Sawit sebagai Media Tumbuh Jamur (Fadilah dan Budiyanto) | 91
0.2 0.18
0.179
0.05
0
15' 20' 25'
5 minggu
Ketebalan Media Tumbuh (cm) 6 minggu
Gambar 5. Efisiensi Biologi jamur merang pada berbagai ketebalan media & umur TKKS
Sejauh ini, belum ada ditemukan tentang suhu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
standar efisiensi biologi yang baik untuk jamur merang berkisar antara 30-35°C dan
jamur. Menurut (Chang dan Quimio, 1978) suhu paling sesuai adalah 32°C.
semakin tinggi rasio efisiensi biologi yang Berdasarkan hasil penelitian yang telah
diperoleh maka semakin tinggi pula dilakukan sistem penebaran bibit
produksi yang diperoleh dan semakin dilakukan dengan menebarkan bibit d
efisien penggunaan medium tersebut oleh iatas permukaan media tanam. Hal ini
jamur. Namun, pada kenyataannya dengan mungkin juga dapat mempengaruhi salah
kondisi media dari setiap perlakuan satu faktor penyebab kurang maksimalnya
tersebut, hasil penelitian yang didapat hasil panen yang telah dilakukan.
jumlah hasil yang diproduksi bisa
dikatakan belum maksimal sehingga
efisiensi biologisnya menjadi kecil. Hal Hasil Uji Penentuan Mutu Jamur
tersebut diduga disebabkan oleh faktor Merang Segar Berdasarkan
lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan Persyaratan Mutu Menurut SNI 01-
aerasi yang kurang optimum, serta nutrisi 6945-2003
yang terkandung didalam media yang
digunakan pada penelitian ini. Keseragaman Kultivar
Salah satu hal yang mempengaruhi Penentuan keseragaman kultivar
pertumbuhan dan hasil jamur merang ini dihitung dengan menentukan jumlah jamur
ialah ketebalan media tanam. Menurut merang yang kultivarnya berbeda dibagi
(Riduwan dkk, 2013) berdasarkan hasil dengan jumlah jamur yang diuji dikali 100
penelitiannya menggunakan media jerami %. Jamur merang dinyatakan seragam,
diperoleh kombinasi ketebalan media dan bila kultivar jamur merang segar
sistem penebaran bibit yang dapat mempunyai karakteristik kultivar yang
meningkatkan berat basah badan buah sama (ukuran, bobot, bentuk, warna
jamur merang. Pendapat ini didukung oleh daging dan warna kulit) sesuai dengan
(Manan, 1989) yang menyatakan bahwa, masing-masing standar ciri khas kultivar
dengan cara penebaran bibit dicampur jamur merang segar (volvariella volvacea)
kedalam media maka titik inokulasi pada (Badan Standarisasi Nasional, 2003).
media menjadi lebih banyak dan dapat Sering tubuh buah jamur yang terbentuk
cepat menyaingi (kompetisi) dengan tidak dalam stadia yang seragam. Oleh
mikroba yang merugikan, selain penebaran karena itu, pemetikan jamur harus hati-hati
bibit tersebut juga harus diperhatikan jangan sampai merusak jamur yang masih
keadaan lingkungan tumbuh jamur merang dalam stadia kepala jamur atau kancing
seperti yang disampaikan oleh (Chang dan kecil (Sinaga,M.S., 2010).
Miles, 1987) yang menyatakan bahwa,
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, media perlakuan tersebut. Adanya kultivar
dari sekian banyak penelitian yang diamati yang berbeda tersebut dikarenakan adanya
yaitu 6 perlakuan dengan masing-masing 3 jamur yang tumbuh dengan warna kulit
pengulangan selama 14 hari berturut-turut kehitaman pada seluruh bagian tubuh buah
tersebut jamur merang yang mempunyai jamur tersebut, maka belum dapat
kultivar berbeda hanya terdapat pada 3 digolongkan kedalam ciri khas kultivar
media percobaan yaitu media T2U1 jamur merang segar sesuai dengan standar
ulangan ke-3 pada masa panen hari ke-6 yang ada.
sebanyak 1 buah, media T3U2 ulangan ke-
2 pada masa panen hari ke-12 sebanyak 1 Tingkat ketuaan
buah, dan media T3U2 ulangan ke-3 pada Penentuan tingkat ketuaan dihitung
masa panen hari ke-13 sebanyak 1 dengan cara menghitung jumlah satuan
sebanyak 1 buah. Sehingga setelah yang utuh jamur merang segar yang tua
dihitung menggunakan rumus dibagi dengan jumlah jamur yang diuji
persentasenya hasil yang didapat untuk dikali 100 %. Prinsip kerjanya melakukan
media T2U1 ulangan ke-3 pada masa pengamatan secara visual dan pemisahan
panen hari ke-6 adalah 75 % karena dari 4 jamur merang yang muda. Kondisi
buah jamur yang didapat dalam media fisiologis jamur yang berkaitan dengan
tumbuh itu hanya ada 1 buah jamur yang umur jamur merang segar saat dipanen
kultivarnya berbeda. Selain itu, media ditandai dengan ciri fisik dan kimiawi
T3U2 ulangan ke-2 pada masa panen hari tertentu seperti bentuk jamur yang
ke-12 adalah 50 % karena dari 2 buah penuh, padat, lapisan beludru, tidak
jamur yang didapat dalam media tumbuh kelihatan tangkai, warna putih bersih, dan
itu hanya ada 1 buah jamur yang lain-lain. Namun, didalam (Trubus, 2012)
kultivarnya berbeda, dan terakhir media disebutkan bahwa jamur yang terlanjur
T3U2 ulangan ke-3 pada masa panen hari mekar, dipetik juga. Tetapi, jamur itu
ke-13 adalah 50 % pula karena dari 2 buah tergolong apkir. Jamur dikategorikan apkir
jamur yang didapat dalam media tumbuh bila, tubuh buah merekah, payung sudah
itu hanya ada 1 buah jamur juga yang terbuka, ukuran buah terlalu kecil atau
kultivarnya berbeda. terlalu besar. Beradasarkan dari hasil
Akan tetapi, walaupun hanya dari penelitian yang dilakukan, semua sampel
beberapa buah saja media yang percobaan jamur merang yaitu dari 6
mempunyai persentase keseragaman perlakuan dengan masing-masing 3
kultivar yang tidak mencapai 100 %, pengulangan selama 14 hari berturut-turut
namun selebihnya dapat mencapai tersebut, semuanya menunjukkan bahwa
persentase 100 % setelah dihitung seluruh jamur merang yang diamati
menggunakan rumus atau dengan kata lain mempunyai tingkat ketuaan buah yang
tidak terdapat kultivar yang berbeda pada sudah tua saat pemanenan sesuai dengan
Pengaruh Tandan Kosong Kelapa Sawit sebagai Media Tumbuh Jamur (Fadilah dan Budiyanto) | 93
defenisi / syarat tingkat ketuaan jamur tidak dapat dimanfaatkan lagi. Jenis cacat
merang. Dengan kata lain, tidak adanya dan batasan busuk dari setiap jenis jamur
hasil penelitian yang menunjukkan tubuh merang segar disesuaikan dengan masing-
buah jamur yang muda saat dipanen dan masing standar (SNI 01-6945-2003).
sudah memenuhi standar persyaratan mutu Berdasarkan hasil penelitian yang
(SNI 01-6945-2003). dilakukan, dari seluruh sampel penelitian
yang diamati yaitu 6 perlakuan dengan
Kekerasan masing-masing 3 pengulangan selama 14
Penentuan kekerasan dilakukan hari berturut-turut tersebut jamur merang
dengan mengamati secara fisik / mekanis, yang cacat / busuk hanya terdapat pada 2
memisahkan jamur merang segar yang media percobaan yaitu media T1U1
tidak keras / lembek. Kemudian dihitung ulangan ke-3 pada masa panen hari ke-10
dengan menentukan jumlah jamur merang sebanyak 1 buah, dan media T2U2 ulangan
yang kultivarnya berbeda atau jamur ke-1 pada masa panen hari ke-11 sebanyak
merang yang tidak keras / lembek 1 buah. Sehingga setelah dihitung
kemudian dibagi dengan jumlah jamur menggunakan rumus persentasenya hasil
yang diuji dikali 100 %. Jamur merang yang didapat untuk media T1U1 ulangan
segar dinyatakan cukup keras, apabila ke-3 pada masa panen hari ke-10 adalah
fisiknya terasa masih cukup keras bila 66,67 % karena dari 3 buah jamur yang
ditekan sedikit dengan jari (Badan dipanen dalam media tersebut hanya ada 1
Standarisasi Nasional, 2003). Berdasarkan buah jamur yang busuk. Kemudian untuk
hasil penelitian yang dilakukan pada setiap media T2U2 ulangan ke-1 pada masa
kali pengamatan, tidak ditemukannya panen hari ke-11 adalah 66,67 % karena
jamur merang yang kultivarnya berbeda dari 3 buah jamur dipanen dalam media
atau jamur merang yang tidak keras / tersebut hanya ada 1 buah jamur yang
lembek. Maka hasil pengujian terhadap busuk. Selebihnya untuk semua sampel
Kekerasan jamur merang dinyatakan pengujian tidak terdapat jamur merang
semua jamur merang segar yang diuji yang cacat ataupun busuk.
dalam kondisi cukup keras semua karena Adanya jamur merang yang busuk
kriteria kekerasan sesuai defenisi dan dalam penelitian ini disebabkan karena
sudah memenuhi standar persyaratan mutu kelalaian peneliti pada saat masa panen.
menurut (SNI 01-6945-2003). Jamur merang tersebut telat panen
sehingga pada saat dibiarkan keesokan
Jamur Cacat atau Busuk harinya jamur sudah membusuk didalam
Melakukan pengamatan secara media. Selain itu, kemungkinan juga
visual dan pemisahan jamur merang cacat / disebabkan oleh tetesan air embun yang
busuk, yang kemudian dilakukan jatuh pada media perlakuan di rak paling
penghitungan persentase jamur merang atas. Hal ini sesuai dengan pernyataan
yang cacat / busuk dengan cara (Suharjo, 2010) pada saat membuka plastik
menentukan jumlah satuan jamur merang penutup rak (bilik dalam) perlahan-lahan
merang cacat / busuk kemudian dibagi agar air embun tidak menetes ke media
dengan jumlah jamur yang diuji dan dikali tanam atau jamur yang belum siap panen.
100 %. Jamur merang dinyatakan cacat, Tetesan air embun dapat menyebabkan
apabila mengalami kerusakan atau cacat jamur busuk.
akibat kerusakan mekanis, fisiologis, hama
dan penyakit. Jamur merang dinyatakan KESIMPULAN
busuk apabila mengalami kerusakan atau
cacat sehingga kulit dan atau daging Berdasarkan hasil penelitian yang
jamur merang telah terlihat membusuk telah dilakukan dapat disimpulkan, bahwa
dan dapat diidentifikasi secara visual dan :
Pengaruh Tandan Kosong Kelapa Sawit sebagai Media Tumbuh Jamur (Fadilah dan Budiyanto) | 95
Permana, R.D. 2002. Agribisnis Jamur Tim Redaksi Trubus. 2012. Jamur
Merang Berorientasi Pasar. Merang: 10 Hari Panen, Skala
Grasindo Jakarta Rumah Tangga. PT. Trubus
Setiyono, G. dan R. Ademarta. 2013 Swadaya, Jakarta.
Pengaruh Ketebalan Dan Komposisi Ukoima, H.N., L.O. Ogbonnaya, G.E.
Media Terhadap Pertumbuhan Dan Arikpo dan F.N. Ikpe. 2009.
Hasil Jamur Merang. Agritrop Jurnal Cultivation of Mushroom
Ilmu-Ilmu Pertanian. 11(1): 47-53 (volvariella volvacea) on Various
Sinaga, M.S. 2001. Jamur Merang dan Farm Wastes in Obubra Local
Budidayanya. Penerbit Swadaya, Government of Cross River State,
Jakarta. 67 hal. Nigeria. Pakistan Jurnal of Nutrition
Siregar, M. 2010. Tanggap pertumbuhan 8(7): 1059-1061.
dan produksi jamur merang Wahyono, S., F.L. Sahwan dan F.
(volvariella volvaceae bull. Ex. Fr.) Suryanto. 2008. Tinjauan terhadap
Terhadap formulasi dan Ketebalan Perkembangan
media. Skripsi Fakultas Penelitian Pengolahan Limbah
Pertanian Universitas Sumatra Padat Pabrik Kelapa Sawit. Jurnal
Utara: Medan. Teknologi Lingkungan. Jakarta. Hal.
Suhardiman, P. 1981. Jamur Merang dan 64-74, Juli 2008.
Mushroom. Yayasan Sosial Tani Widiyastuti, B. 2001. Budidaya Jamur
Membangun, Jakarta. Kompos. Penebar Swadaya, Jakarta.
Suharjo, E. 2010. Bertanam Jamur Widiyastuti. B. 2005. Budidaya Jamur
Merang di Media Kardus, Limbah Kompos. Jamur Merang dan Jamur
Kapas dan Limbah Pertanian. Kancing. Penebar Swadaya. Jakarta.
Jakarta : Agromedia Pustaka. Widiastuti, H. dan T. Panji. 2007.
Tabi, A.N.M., F.A. Zakil, W.N.F.M. Pemanfaatan Tandan Kosong
Fauzai, N. Ali, dan O. Hassan. Kelapa Sawit Sisa Jamur Merang
2008. The Usage of Empty Fruit (Volvariella Volvacea) (TKSJ)
Bunch (EFB) and Substrates for the sebagai Pupuk Organik pada
Cultivation of Pleurotus ostreatus. PembibitanKelapa Sawit. Balai
Jurnal Teknologi. Universiti Penelitian Bioteknologi Perkebunan
Teknologi Malaysia. 189-196. Indonesia, Bogor. Menara
Perkebunan, 75(2): 70-79.