4537 9055 1 PB

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 17

https://ejournal.unib.ac.id/index.

php/agroindustri
pISSN: 20885369 eISSN: 26139952
DOI :10.31186/jagroindustri.8.1.80-96

PENGARUH TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT


SEBAGAI MEDIA TUMBUH JAMUR TERHADAP PRODUKSI
DAN SIFAT FISIK JAMUR MERANG (VOLVARIELLA VOLVACEA)

THE EFFECT OF EMPTY FRUIT BUNCH AS GROWING MEDIA


ON PRODUCTION AND PHYSICAL CHARACTERISTIC OF VOLVARIA
VOLVACEAE

Hafiza Fadhilah dan Budiyanto*


JurusanTeknologi Pertanian Universitas Bengkulu
E-mail korespondensi: budiyanto@unib.ac.id

ABSTRACT
Utilization of palm oil empty fruit bunch (EFB) as a medium to grow mushroom can be one of the
alternative utilization of oil palm biomass valley. The objective of the study was to evaluate EFB as a medium
for growing mushroom (Volvariella volvacea). In this study, two age variations of EFB and 3 media thickness
variations were used to assess the characteristics of mushroom production, and to determine the quality of
harvested mushroom based on SNI 01-6945-2003. The results showed that empty palm oil bunches for the best
growth medium of mushroom (Volvariella volvacea), based on the total weight of mushroom, longest harvest
time, and biological efficiency was the medium of empty palm fruit bunches of 6 weeks old with medium
thickness of 20 cm. In addition, the same media thickness of 20 cm of 5 and 6 weeks EFB can produce the
highest fruit body length and diameter ofmushroom.
Keywords: Paddy Straw Mushroom , Volvaria volvaceae, Palm Oil Empty Fruit Bunch

ABSTRAK
Pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit (TKKS) sebagai media tumbuh jamur merang dapat menjadi
salah satu alternatif pemanfaatan lembah biomasa kelapa sawit. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji TKKS
sebagai media tumbuh jamur merang (Volvariella volvacea). Pada penelitian ini, dua varisi umur TKKS dan 3
varasi ketebalan media digunakan untuk mengkaji karakteristik produksi jamur merang, serta menentukan mutu
jamur merang yang paling baik dari hasil produksi berdasarkan SNI 01-6945-2003. Hasil penelitian
menunjukan bahwa Tandan kosong kelapa sawit untuk media tumbuh jamur merang (Volvariella volvacea)
yang terbaik berdasarkan pegukuran total berat jamur merang, lama masa panen terpanjang serta efisiensi
biologis adalah media tandan kosong kelapa sawit berumur 6 minggu dengan ketebalan media 20 cm. Selain
itu, ketebalan media 20 cm dengan umur TKKS 5 dan 6 minggu dapat menghasilkan panjang tubuh buah
dan diameter jamur merang yang maksimal.
Kata kunci : Jamur Merang, Volvaria volvaceae, Tandan Kosong Kelapa Sawit

PENDAHULUAN Segar) akan dihasilkan TKKS sebanyak 22


– 23 % TKKS atau sebanyak 220 – 230 kg
TKKS (Tandan Kosong Kelapa TKKS. Jumlah yang luar biasa besar dan
Sawit) adalah limbah pabrik kelapa sawit limbah ini belum dimanfaatkan secara baik
yang jumlahnya sangat melimpah. TKKS oleh sebagian besar pabrik kelapa sawit
yang dihasilkan oleh 28 pabrik pengolahan (PKS) di Indonesia (Isroi, 2009). TKKS
kelapa sawit di propinsi Bengkulu dulunya hanya dibakar dan sekarang telah
diperkirakan tidak kurang dari 12000 ton dilarang karena adanya kekhawatiran
setiap hari ( Anonim, 2013) Setiap pencemaran lingkungan, sehingga
pengolahan 1 ton TBS (Tandan Buah menimbulkan keluhan atau masalah bagi

80 |Jurnal Agroindustri Vol. 8 No. 1, Mei 2018: 80-96


masyarakat. Salah satu usaha dalam substrat atau media tumbuh (pengomposan
mengatasi hal tersebut adalah dengan dan pasteurisasi), penanaman bibit
memanfaatkan TKKS menjadi pupuk (inokulasi), pemeliharaan, dan pemanenan
kompos Jaya, dkk (2014). (Suharjo, 2010). Salah satu hal yang
TKKS sebagai limbahh pengolahan mempengaruhi pertumbuhan dan hasil
kelapa sawit memiliki kandungan selulosa jamur merang ialah ketebalan media
40% dan lignin 28% serta hemiselulosa tanam. Ketebalan media tumbuh yang
22% (Ali dkk, 2013). Kandungan dipakai dalam sistem pertumbuhan jamur
selulosa yang tinggi pada limbah TKKS merang ini bermacam-macam, diantaranya
memungkinkan limbah ini menjadi media ketebalan media yang biasa digunakan
tumbuh berbagai jenis jamur, ermasuk untuk budidaya jamur merang adalah 20
diantaranya jamur merang (Tabi dkk, cm, begitu pula yang disebutkan didalam
2008; Wahyono dkk, 2008). Jamur (Widiyastuti, 2001;Trubus, 2012) bahwa
merang (Volvariella volvacea) merupakan ketebalan media untuk TKKS adalah 20
salah satu jamur yang dapat menghasilkan cm, sedangkan lama pengomposan
enzim ligninolitik secara ekstra seluler menurut (Suhardiman, 1981) berkisar
sehingga mampu mendegradasi lignin dan antara 6-9 hari.
selulosa untuk mendapatkan hara yang Informasi pemanfaatan TKKS
diperlukan untuk pertumbuhannya (Chang sebagai media tumbuh untuk budidaya
and Quimio, 1982). Salah satu limbah jamur merang dalam kumbung untuk
yang dapat dimanfaatkan sebagai penyedia menghasilkan jamur merang yang optimal
unsur hara adalah limbah TKKS (Tandan masih sangat terbatas.
Kosong Kelapa Sawit). Untuk itu perlu dikaji pertumbuhan dan
Jamur merang merupakan jamur produksi jamur merang menggunakan
yang tumbuh di daerah tropika dan media TKKS. Tujuan penelitian ini adalah
membutuhkan suhu dan kelembaban yang mengkaji pengunaan TKKS sebagai media
cukup tinggi berkisar antara 30-38 0C tumbuh jamur merang (Volvariella
dalam kerudung atau kumbung (Agus dkk, volvacea).
2002 dalam Ida, A.M., 2008). Dalam
budidaya komersial, jamur merang METODOLOGI PENELITIAN
dipanen pada stadia telur (Sinaga, 2001).
Jamur merang atau Volvariella volvacea Alat dan Bahan
secara alami dapat tumbuh pada tumpukan Bahan yang digunakan dalam
limbah TKKS di perkebunan kelapa sawit. penelitian ini adalah TKKS (300 kg) yang
Jamur ini dikonsumsi dan dikenal dengan berasal dari tumpukan limbah TKKS yang
nama “jamur sawit” (Wahyono 2008). telah berumur 5 dan 6 minggu sejak
Widiastuti dan Panji (2007). melaporkan dikeluarkan dari pabrik. Bibit yang
bahwa Tandan Kosong Kelapa Sawit Sisa digunakan yaitu bibit siap tanam (F3).
Jamur Merang (Volvariella Volvacea) Bahan tambahan lain diantaranya abu
dapat digunakan sebagai Pupuk Organik sekam, alkohol 70%, kapur, urea, dedak,
pada Pembibitan Kelapa Sawit. arang sekam, air cucian beras, dan tepung
Selain itu dilaporkan pula bahwa TKKS beras ketan.
yang berada dikebun selam 5 dan 6
minggu dapat dijadikan media tumbuh dan Rancangan Penelitian
menghasilkan jamur merang dengan masa Metode penelitian yang
produksi selama 14 hari seta menghasilan dilaksanakan merupakan metode
kompos yang berasal dari bekas media percobaan semi-laboratorium didalam
jamur (Budiyanto dkk, 2013). kumbung yang berisi rak-rak sebagai
Diperlukan berbagai tahapan dalam tempat media. Penelitian ini menggunakan
budidaya jamur merang, yaitu persiapan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 2

Pengaruh Tandan Kosong Kelapa Sawit sebagai Media Tumbuh Jamur (Fadilah dan Budiyanto) | 81
faktor perlakuan dan tiga ulangan. Faktor sehingga lebarnya mampu menutupi semua
pertama adalah Media Tumbuh jamur permukaan bahan/media.
merang dengan menggunakan bahan Media yang digunakan dalam
berupa Tandan Kosong Kelapa Sawit penelitian ini adalah Tandan Kosong
sebagai media tumbuh dengan umur Kelapa Sawit yang diperoleh dari pabrik
TKKS yang terdiri dari 2 level, yaitu kelapa sawit. Tandan Kosong Kelapa
Tandan Kosong Kelapa Sawit umur 5 Sawit (TKKS) yang diambil dari pabrik
minggu dan 6 minggu. Kemudian, faktor pengolahan kelapa sawit PT. Bionusantara
kedua adalah Ketebalan media dengan 3 Teknologi Provinsi Bengkulu dengan
level, yaitu 15 cm, 20 cm, dan 25 cm. Jadi, kriteria umur yang sudah ditentukan, yaitu
penelitian ini berjumlah 18 unit perlakuan 5 minggu, dan 6 minggu yang totalnya
yang diteliti. Bibit jamur merang yang berjumlah 300 kg tersebut dicacah hingga
digunakan yaitu bibit jamur merang siap halus dengan menggunakan alat / mesin
tanam (F3) yang diperoleh dari CV. Volva pencacah. Setelah itu TKKS yang telah
Indonesia berlokasi di Pandowoharjo, dicacah disiapkan untuk memulai
Sleman, Yogyakarta. pelaksanaan proses pengomposan.
Pengomposan atau fermentasi
Pembuatan Kumbung (Rumah tumbuh dilakukan dengan cara mencampur semua
jamur merang) bahan campuran dengan Tandan Kosong
Bangunan kumbung yang Kelapa Sawit. Tandan Kosong Kelapa
digunakan berukuran panjang 2,5 meter, Sawit ditambah dengan bahan campuran
lebar 1,5 meter, dan tinggi 3 meter dengan berupa Urea 1%, Kapur 3 %, dan Dedak
kerangka kumbung berupa kayu dan 15 %, lalu bahan pengomposan tersebut
bambu yang ditutup oleh plastik ditambahkan air secukupnya (kadar air ±
transparan. Rak dibuat 3 tingkat. Jarak 65%). Kemudian, campuran media diaduk
antar rak adalah 35 cm, sedangkan jarak atau dibolak balik dan setelah selesai
antara rak bawah dengan lantai kumbung ditutup rapat dengan menggunakan plastik
adalah 40 cm. Ukuran keranjang plastik atau terpal untuk menjaga kelembaban
yang digunakan sebagai tempat media media. Pengomposan berlangsung selama
yaitu panjang 49 cm, lebar 36 cm, dan 2 minggu. Pembalikan media dilakukan
tinggi 17 cm. Sebelum digunakan, selama 2 hari sekali, jika media terlihat
keranjang plastik dicuci dan dikeringkan kering maka media ditambah air lagi dan
terlebih dahulu, rak dan kumbung dilakukan proses pembalikan. Pembalikan
disemprot dengan alkohol 70% untuk media yang bertujuan agar proses
mencegah terjadinya kontaminasi. fermentasi dapat merata.
Pembuatan media tumbuh jamur Sterilisasi
merang (Volvariella volvacea) Setelah selesai pengomposan,
Peralatan yang akan digunakan media dimasukkan kedalam keranjang
antara lain parang/sabit, bak plastik/ember dengan jumlah banyaknya TKKS sesuai
untuk menampung air, ember untuk ketebalan yang telah ditetapkan pada
menyiram, botol penyemprot, tali, sekop perlakuan yaitu 15 cm, 20 cm, dan 25 cm,
garpu/cangkul, pipa untuk aerasi, proses selanjutnya adalah sterilisasi
thermometer, hydrometer, masker, sarung kumbung dan media tanam. Tujuan dari
tangan, hand sprayer, timbangan analitik, proses sterilisasi ini adalah mematikan
plastik mulsa hitam untuk menutup. pertumbuhan mikroorganisme yang
Plastik penutup menggunakan plastik merugikan pertumbuhan jamur dan
mulsa yang berwarna hitam, kemudian menghilangkan bau amoniak, agar
belah plastik tersebut terhindar dari serangan bakteri, ngengat,
ataupun jamur lain. Sterilisasi dilakukan

82 |Jurnal Agroindustri Vol. 8 No. 1, Mei 2018: 80-96


dengan proses pasteurisasi, yakni Pada hari ke 4 dari pemberian bibit,
mengalirkan uap air panas kedalam awal masa generatif yaitu penumbuhan
kumbung yang telah diisi media dengan calon tubuh buah. Pada fase ini jendela
uap panas hingga temperatur 70°C selama dibuka, agar cahaya matahari dan sirkulasi
± 8 jam. Pada saat proses sterilisasi udara dapat berjalan baik. Hal ini
berlangsung seluruh celah pada kumbung dilakukan untuk memacu terbentuknya
ditutup rapat. tubuh buah. Kelembaban yang dibutuhkan
pada saat penumbuhan tubuh buah 80–90
Inokulasi Bibit %. Kelembaban ini dapat diukur dengan
Setelah proses sterilisasi selesai, melihat tingkat kebasahan media. Media
suhu kumbung dibiarkan turun sampai tidak boleh kering, tetapi juga tidak terlalu
suhu 30°C, lalu dilakukan penanaman basah. Kadar air media yang cukup,
bibit. Hal ini bertujuan untuk mencegah ditandai dengan tidak meneteskan air, bila
tumbuhnya jamur kontaminan, karena media dipijit.
media sudah didominasi terlebih dahulu
oleh jamur yang kita tanam. Bibit jamur Penyiraman
yang digunakan merupakan bibit F3. Setelah masa inkubasi, dilakukan
Menyiapkan bibit jamur dengan cara penyiraman pertama pada hari ke-5 dengan
mengeluarkan bibit dari baglog, lalu diurai menyemprotkan air cucian beras.
didalam baskom. Sebelum melakukan hal Penyemprotan menggunakan sprayer agar
tersebut, tangan dan peralatan disemprot penyiraman tersebut berupa kabut.
dengan alkohol 70% agar semuanya dalam Penyiraman dilakukan pada dinding-
keadaan steril. Kemudian, mencampur dinding dan permukaan media, tetapi
bibit dengan tepung beras ketan dan jangan sampai terlalu basah. Penyiraman
diaduk hingga merata. Banyaknya bibit pertama dilakukan pada pagi hari pada
yang digunakan dalam satu keranjang jam 9.00 – 10.00 dimana suhu tidak terlalu
media yang berbeda ketebalan dan panas akibat teriknya matahari.
berukuran 49 cm x 36 cm tersebut adalah Untuk penyiraman berikutnya
sama masing-masing diberikan 2 baglog. dilakukan berdasarkan kondisi media
Berat setiap baglognya adalah 1,4 kg. dalam kumbung, dengan pengontrolan
Penanaman bibit dilakukan dengan cara suhu dan kelembaban setiap hari maka
menebarkan bibit siap semai ke permukaan apabila kondisi media dalam keadaan
dan lapisan tengah media. Setelah itu, kering dapat pula segera terkontrol dan
media yang telah ditanami oleh bibit, segera melakukan penyiraman.
permukaannya diberi arang sekam secara Penyiraman menggunakan air suam-suam
merata. Kemudian, keranjang tersebut kuku. Kelebihan kelembaban bisa dilihat
dimasukkan ke dalam kumbung dan dengan kasat mata, dimana pada rak
dilakukan proses pembiakan jamur pertama dan kedua dari atas bagian
merang. samping / yang berdekatan dengan plastik
terlihat adanya tetesan air yang berwarna
Inkubasi kecoklatan. Atau bisa dilihat dari daun
Setelah penanaman bibit, tahap jendela bagian dalam yang basah.
berikutnya adalah masa inkubasi yaitu
masa penumbuhan miselium. Pada saat Panen
inkubasi, pintu dan jendela kumbung Setelah waktu panen tiba, jamur
ditutup rapat, karena oksigen yang yang telah tumbuh dan memenuhi kriteria
dibutuhkan hanya sedikit sekali. Dengan siap panen dipetik dan kemudian
kondisi yang tertutup tersebut, suhu dilakukan pengamatan. Jamur merang
ruangan dipertahankan pada kisaran 28°C- yang dipanen adalah jamur dalam stadium
35°C. kancing. Kegiatan pemanenan berlangsung

Pengaruh Tandan Kosong Kelapa Sawit sebagai Media Tumbuh Jamur (Fadilah dan Budiyanto) | 83
selama jamur produktif. Masa panen jamur dan umur TKKS terhadap produksi dan
selesai menurut (Trubus, 2012) dapat sifat fisik jamur dapat diamati pada
dilakukan hingga hari ke 20-30. parameter produksi jamur merang terhadap
Media tumbuh jamur merang yang hasil panen jamur merang selama masa
optimal dengan perlakuan ketebalan media produktif tersebut.

Parameter Produksi Jamur Merang


Tabel 4. Parameter Produksi Jamur Merang
No. Parameter Satuan Keterangan
Total berat jamur (Siregar, 2010; Belewu,
1. gram Diamati
2005; Ukoima et al., 2009)
Periode pembentukan jamur / umur panen
2. hari Diamati
(Siregar, 2010)
Panjang tubuh buah jamur hasil panen
3. cm Diamati
(Siregar, 2010)
Diameter jamur merang hasil panen (Badan
4. cm Diamati
Standarisasi Nasional, 2003)
Efisiensi biologis (Suriawiria, 2001; Belewu,
5. gram Diamati
2005; Irawati, 1999)
* Keterangan untuk variabel nomor 4 :
Perbandingan efisiensi biologis yaitu jumlah hasil jamur segar perberat substrat tanaman (Suriawiria,
2001). Cara perhitungannya :
BER (Biological Eficiency Ratio) = Berat total panen X 100%
Berat media

Menentukan Mutu Jamur Merang sebagai upaya untuk menghasilkan jamur


(Volvariella volvacea) merang dengan kualitas standar.
Dalam penelitian ini, mutu jamur Jamur merang segar digolongkan
merang segar yang baik dapat ditentukan dalam 3 ukuran bobotnya, yaitu besar,
dengan menggunakan persyaratan mutu sedang, dan kecil, yang masing-masing
menurut SNI (Standar Nasional Indonesia) digolongkan dalam 3 (tiga) jenis mutu
01-6945-2003 dari Badan Standarisasi yaitu Mutu A, Mutu B, dan Mutu C.
Nasional (BSN). Dimana, Standar Adapun persyaratan mutu tersebut dapat
Nasional Indonesia (SNI) jamur merang dilihat pada tabel 5 berikut ini :
(Volvariella volvacea) segar ini, disusun

Tabel 5. Persyaratan Mutu Jamur Merang

Persyaratan mutu
No. Jenis uji Satuan
Mutu A Mutu B Mutu C
1. Keseragaman kultivar % 100 100 100
2. Tingkat ketuaan - Tua Tua Tua
3. Kekerasan - Cukup keras Cukup keras Cukup keras
Jamur merang busuk
4. % 0 0 0
(jumlah/jumlah) maks
5. Kadar kotoran % 0 0 0
Sumber : Badan Standarisasi Nasional (BSN), 2003

84 |Jurnal Agroindustri Vol. 8 No. 1, Mei 2018: 80-96


Pengambilan Contoh Pengujian Mutu mempunyai 3 kali ulangan tersebut, seperti
Jamur Merang yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Contoh diambil secara acak dari
setiap masing-masing perlakuan yang

Tabel 6. Cara pengambilan contoh


Kultivar Jumlah yang diambil dari setiap perlakuan
Jamur Merang (Volvariella volvacea) Hasil yang diproduksi setiap kali panen
Sumber : Badan Standarisasi Nasional (BSN), 2003

Cara Uji dinyatakan dalam masing-masing


Pengujian dilakukan setiap kali standar,
panen yaitu setiap hari. c. Menghitung rata-rata
Penentuan keseragaman kultivar pengukurannya terhadap jumlah
Prinsip kerjanya untuk pengukuran seluruh contoh jamur merang segar
kultivar jamur merang. yang diuji.
1. Cara kerja 2. Penentuan keseragaman kultivar
a. Menghitung seluruh contoh jamur a. Memisahkan jamur merang segar
merang segar yang diuji. yang mempunyai kultivar berbeda
b. Ukuran setiap jamur merang segar dengan ketentuan ukuran yang
sesuai dengan ketentuan dinyatakan dalam masing-masing
keseragaman kultivar yang standar.
3. Cara menyatakan hasil
a. Persentase jamur merang =

Penentuan tingkat ketuaan c. Mengupas/memotong jamur segar


Prinsip kerjanya melakukan yang dinilai tua dan amati daging
pengamatan secara visual dan pemisahan jamur merang yang sesuai dengan
jamur merang yang muda. batasan yang dinyatakan dalam
1. Cara kerja masing-masing standar.
a. Menghitung jumlah seluruh d. Menghitung jumlah satuan yang
contoh jamur merang yang diuji. utuh jamur merang segar yang
b. Mengamati satu persatu satuan tua.
yang utuh dari jamur merang e. Menghitung persentase jumlah
segar yang bersangkutan secara satuan yang utuh jamur merang
visual dan pisahkan yang dinilai segar yang tua terhadap jumlah
muda sesuai dengan definisi. seluruh contoh jamur merang
segar diuji.
2. Cara menyatakan hasil
a. Persentase jamur merang =

Penentuan kekerasan 1. Cara kerja


Prinsip kerjanya pengamatan secara a. Menimbang seluruh contoh jamur
fisik/mekanis, memisahkan jamur merang merang segar yang diuji.
segar yang tidak keras/lembek.

Pengaruh Tandan Kosong Kelapa Sawit sebagai Media Tumbuh Jamur (Fadilah dan Budiyanto) | 85
b. Mengamati secara mekanis c. Memisahkan jamur merang segar
kondisi kekerasan jamur merang yang memenuhi kriteria
yang dimaksud sesuai dengan kekerasan dan timbanglah
defenisi. seluruhnya.
2. Cara menyatakan hasil
a. Persentase jamur merang yang keras
=

3. Jamur merang segar dinyatakan cukup dan pisahkan yang dinilai


keras, apabila : minimal 100% dari cacat/busuk sesuai dengan defenisi.
berat seluruh contoh jamur merang c. Mengupas/memotong jamur segar
segar yang diuji. yang dinilai busuk dan amati
daging jamur merang yang terkena
Penentuan cacat dan busuk busuk sesuai dengan batas yang
Prinsip kerjanya pengamatan secara dinyatakan dalam masing-masing
visual dan pemisahan jamur merang cacat / standar.
busuk dengan menggunakan pisau sebagai d. Menghitung jumlah satuan yang
peralatannya. utuh jamur merang segar
1. Cara kerja cacat/busuk.
a. Menghitung jumlah seluruh contoh e. Menghitung persentase jumlah
jamur merang segar yang diuji. satuan jamur merang yang
b. Mengamati satu persatu satuan cacat/busuk terhadap jumlah
yang utuh dari jamur merang segar seluruh contoh jamur merang segar
yang bersangkutan secara visual diuji.
2. Cara menyatakan hasil
a. Persentase jamur merang cacat/busuk =

3. Jamur merang segar dinyatakan baik, Nasional Indonesia) 01-6945-2003 tentang


apabila tidak ada jamur merang kualitas jamur merang segar.
cacat/busuk karena kerusakan
fisik/mekanis atau fisiologis. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa Data Karakteristik Produksi Jamur Merang


Data yang diperoleh dianalisis Berdasarkan Perlakuan Ketebalan
dengan analisis varians (ANAVA) untuk Media dan Umur TKKS
mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
perbedaan hasil terhadap total berat jamur, Total Berat Jamur Merang
periode pembentukan jamur, panjang Pengukuran total berat jamur
tubuh buah jamur merang hasil panen, merang dilakukan dengan menggunakan
diameter jamur merang dan efisiensi timbangan dengan ketelitian 0,01 gr.
biologis berdasarkan perlakuan pada Karena panen jamur dilakukan lebih dari
perbedaan umur Tandan Kosong Kelapa sekali maka bobot (berat) jamur merang
Sawit sebagai media tanam jamur merang dihitung setiap kali panen, kemudian
dan ketebalan media. Pengolahan data dijumlahkan mulai dari panen pertama
menggunakan aplikasi komputer program sampai panen terakhir. Total berat
SPSS 15.0. produksi jamur merang dengan perlakuan
Sedangkan, mutu dari produksi variasi umur TKKS dan ketebalan sebagai
yang dihasilkan ditentukan berdasarkan media dapat dilihat pada Gambar 1
persyaratan mutu menurut SNI (Standar berikut :

86 |Jurnal Agroindustri Vol. 8 No. 1, Mei 2018: 80-96


300
228.8238.8

Total berat jamur


250

rata-rata (gr)
200 159.9164.1
156.1 163
150
100
50
0
15' 20' 25'
Ketebalan Media Tumbuh (cm) 5 minggu 6 minggu

Gambar 1. Total berat jamur pada berbagai ketebalan media & umur TKKS

Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa total berat jamur merang sebagai
berdasarkan dari perlakuan umur TKKS parameter juga dilakukan didalam
dan ketebalan media ini hasil total berat penelitian (Belewu, 2005) dengan
produksi jamur selama 14 hari panen menggunakan media daun pisang dan
tersebut, yang lebih tertinggi pada (Ukoima et al., 2009) dengan berbagai
perlakuan T2U2 dan T2U1 yaitu media media limbah pertanian. Total berat
dengan ketebalan 20 cm dan umur TKKS produksi komersial jamur merang dengan
6 minggu, serta media dengan ketebalan media jerami dapat mencapai 300 gr
20 cm dan umur TKKS 5 minggu, yang dengan masa panen 21 hari (Munawar &
masing-masing beratnya secara berurutan Kartika, 2017).
yaitu 238,8 gram dan 228,8 gram. Berdasarkan penghitungan
Sedangkan berat terendah yaitu pada menggunakan sistem operasi SPSS Anova
perlakuan T1U1 (ketebalan 15 cm dan dengan uji lanjut Duncan, didapat hasil
umur TKKS 5 minggu). Ini sama halnya untuk pengaruh ketebalan F hitun g > Sig.
dengan penelitian yang dilakukan oleh (10,591 > 0,002), sehingga dilanjutkan
(Siregar, 2010) tentang tanggap menggunakan uji lanjut Duncan dimana
pertumbuhan dan produksi jamur merang ketebalan berbeda nyata terhadap total
(volvariella volvaceae bull. ex. fr.) berat produksi jamur merang yaitu pada
terhadap formulasi dan ketebalan media, ketebalan ke-2 (ketebalan 20 cm) dengan
dimana perlakuan ketebalan media pada nilai 233,7667.
T2 (20 cm) menghasilkan bobot jamur Menurut hasil penelitian yang telah
merang tertinggi, sedangkan yang terendah dilakukan, umur sepertinya tidak terlalu
yaitu dengan ketebalan T1 (15 cm). berpengaruh terhadap total berat produksi
Menurutnya, hal ini diduga karena jamur karena umur yang dipakai dalam
kandungan bahan organik yang lebih percobaan ini adalah umur TKKS yang
banyak pada media T2 (ketebalan 20 cm). paling baik (umur TKKS paling tua) dari
Selain itu ketebalan ini merupakan penelitian sebelumnya, dan juga karena
ketebalan yang baik untuk budidaya jamur selisih umur TKKS yang tidak terlalu jauh
merang pada rak. hanya berjarak 1 minggu tersebut
Hal ini sesuai dengan literatur menyebabkan proses dekomposisi media
(Widiyastuti, 2001) yang menyatakan berlangsung tidak jauh berbeda, sehingga
bahwa ketebalan media rak yang biasa menyebabkan masa panen yang yang tidak
digunakan untuk budidaya jamur merang terlalu berbeda dari kedua umur tersebut,
adalah 20 cm, begitu pula yang disebutkan serta hasil produksi jamur merang yang
didalam (Trubus, 2012) bahwa ketebalan didapat tidak berbeda jauh. Akan tetapi
media untuk TKKS (Tandan Kosong dalam penelitian ini, ketebalan
Kelapa Sawit) adalah 20 cm. Pengujian

Pengaruh Tandan Kosong Kelapa Sawit sebagai Media Tumbuh Jamur (Fadilah dan Budiyanto) | 87
berpengaruh terhadap berat total jamur masa panen jamur merang dilakukan
merang. dengan cara menghitung berapa kali panen
jamur merang yang dapat dilakukan mulai
dari panen pertama sampai panen terakhir.
Periode Pembentukan Jamur (Umur Pemanenan jamur merang akan dihentikan
Panen) apabila pin head atau badan buah jamur
Lamanya periode panen dihitung merang sudah tidak terbentuk lagi. Berikut
dengan mengamati waktu panen yang ini merupakan gambar yang menunjukan
tercepat hingga periode panen yang periode pembentukan atau umur panen
terlama untuk setiap perlakuan. Lama jamur merang :
14
12
Periode pembentukan jamur

12 11
10
10 9 8.67
8.33
8
(hari)

6
4
2
0
15' 20' 25'

Ketebalan Media Tumbuh (cm) 5 minggu 6 minggu

Gambar 2. Lama periode pembentukan jamur pada berbagai ketebalan media & umur TKKS

Gambar 2 menunjukkan bahwa perlakuan dilanjutkan menggunakan uji lanjut


T2U2 (ketebalan 20 cm dan umur TKKS 6 Duncan dimana ketebalan ke-2 (ketebalan
minggu) memberikan waktu pembentukan 20 cm) berbeda nyata dibandingkan
jamur (masa produksi jamur) terpanjang dengan ketebalan 1 (ketebalan 15 cm) dan
selama12 hari. Sedangkan masa produksi 3 (ketebalan 25 cm) terhadap periode
teringkat ditemukan pada perlakuan pembentukan jamur merang. Sesuai
T1U1 (ketebalan 15 cm umur TKKS 5 dengan pernyataan (Siregar, 2010)
minggu) yaitu hanya selama 8,33 hari. berdasarkan hasil penelitian yang
Hasil pengamatan dilapangan tersebut dilakukannya tetapi pada komposisi media
sedikit berbeda dengan pendapat yang berbeda, juga menunjukkan hasil
(Permana, 2002) yang menyatakan bahwa bahwa periode panen terlama pada
panen jamur merang dapat dilakukan perlakuan ketebalan media T2 (20 cm) dan
selama 10 - 15 hari, perbedaan ini terjadi yang tersingkat pada perlakuan T1 (15
disebabkan karena pada saat masa panen cm).
berlangsung adanya jamur merang yang Periode pembentukan jamur selama
tidak tumbuh pada pertengahan masa masa panen yang diharapkan adalah
panen di beberapa media perlakuan dan selama 30 hari atau satu bulan, akan tetapi
adanya perbedaan mulai dan selesainya pada pelaksanaannya jamur hanya tumbuh
masa panen pada beberapa media dan dapat dipanen rata-rata selama 14 hari.
perlakuan. Adanya perbedaan masa panen pada
Berdasarkan penghitungan masing-masing perlakuan disebabkan oleh
menggunakan sistem operasi SPSS Anova, ketebalan dan umur media sesuai dengan
didapat hasil untuk pengaruh ketebalan F penelitian yang ada di lapangan. Namun
hitung > Sig. (7,406 > 0,008), sehingga menurut Irawan (2010) lama produksi

88 |Jurnal Agroindustri Vol. 8 No. 1, Mei 2018: 80-96


jamur tergantung kepada senyawa- Panjang Tubuh Buah Jamur Merang
senyawa organik sederhana yang tersedia Hasil Panen
sebagai sumber nutrisi, semakin banyak Pertumbuhan jamur diukur
zat makanan yang tersedia maka masa berdasarkan panjang badan buah dan
produksi jamur akan semakin lama. diameter badan buah. Panjang badan buah
Adanya perbedaan lama masa panen pada diukur dari pangkal badan buah hingga
masing-masing perlakuan kemungkinan ujung tudung jamur, dengan memakai
disebabkan oleh komposisi nutrisi media penggaris (cm).
dan sifat media.

5 4.6 4.7
4.5
Panjang jamur (cm)

4 3.7
3.5 3.2 3.3
3
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
15' 20' 25' 5 minggu
Ketebalan Media Tumbuh (cm) 6 minggu
Gambar 3. Panjang badan buah jamur pada berbagai ketebalan media & umur TKKS

Berdasarkan Gambar 3 diatas, rata-rata jamur merang yaitu pada


panjang badan buah jamur merang rata- ketebalan ke-2 (ketebalan 20 cm) dengan
rata selama 14 hari masa panen tersebut nilai 4,64633.
pada berbagai media perlakuan Rata-rata panjang tubuh buah
mempunyai pola yang berbeda. Secara jamur merang pada media T2U2
umum, jamur yang tumbuh pada media (ketebalan 20 cm dan umur TKKS 6
perlakuan T2U1 (ketebalan 20 cm dan minggu) dan T2U1 (ketebalan 20 cm dan
umur TKKS 5 minggu) dan T2U2 umur TKKS 5 minggu) adalah 4,7 cm dan
(ketebalan 20 cm dan umur TKKS 6 4,6 cm. Sedangkan panjang tubuh buah
minggu) memiliki ukuran tubuh buah yang terendah yaitu pada media T1U1
lebih panjang dibandingkan jamur yang (ketebalan 15 cm dan umur TKKS 5
tumbuh pada media perlakuan lainnya. minggu) dengan rata-rata panjangnya 3,0
Secara berurutan media perlakuan yang cm. Jamur yang tumbuh pada media T2U2
memiliki panjang tubuh buah terbesar dan T2U1 lebih panjang dibanding pada
hingga terendah dapat ditulis sebagai media perlakuan lainnya, hal ini bisa
berikut, T2U2; T2U1; T3U2; T3U1; terjadi karena pertumbuhan pada kedua
T1U2; T1U1 dengan nilai masing- perlakuan tersebut berjalan dengan cukup
masingnya yaitu 4,7; 4,6; 3,7; 3,3; 3,2; 3,0. baik jika dibandingkan dengan perlakuan
Berdasarkan penghitungan menggunakan media yang lain. Pada masa periode panen
sistem operasi SPSS Anova dengan uji terakhir rata-rata pertumbuhan panjang
lanjut Duncan, didapat hasil untuk tubuh buah jamur merangpun mulai kecil
pengaruh ketebalan F hitung > Sig. (17,839 kembali. Hal tersebut dikarenakan pada
> 0,000), sehingga dilanjutkan masa periode panen akan selesai,
menggunakan uji lanjut Duncan dimana pertumbuhan jamur sudah semakin kurang
ketebalan berbeda nyata terhadap panjang berproduksi.

Pengaruh Tandan Kosong Kelapa Sawit sebagai Media Tumbuh Jamur (Fadilah dan Budiyanto) | 89
Sementara itu, (Siregar, 2010) Diameter Badan Buah Jamur Merang
dalam penlitiannya melaporkan bahwa Hasil Panen
perlakuan formulasi media dan ketebalan Pertumbuhan jamur juga diukur
media serta interaksi keduanya berdasarkan diameter badan buah.
berpengaruh tidak nyata terhadap panjang Diameter rata-rata jamur merang selama
badan buah dan juga perlakuan ketebalan periode panen sama halnya dengan
media pada T1 (15 cm) menunjukkan panjang rata-rata jamur merang, dimana
panjang badan buah lebih tinggi ukuran tertingginya terletak pada
dibandingkan T2 (20 cm). Menurutnya, hal perlakuan T2U1 (ketebalan 20 cm dan
ini diduga karena jamur yang dipanen umur TKKS 5 minggu) dan T2U2
adalah jamur dalam stadia kancing. (ketebalan 20 cm dan umur TKKS 6
Apabila jamur dalam stadia kancing tidak minggu). Dibawah ini merupakan gambar
dipanen, maka jamur tersebut akan tumbuh diameter rata-rata selama masa panen.
dan berkembang dari stadia kancing Berdasarkan gambar 7 mengenai
menjadi stadia telur, stadia perpanjangan rata-rata diameter badan buah jamur
hingga stadia dewasa. Selain itu, Setiyono merang selama 14 hari masa panen
dkk, (2013) melaporkan bahwa pada tersebut dapat diketahui bahwa diameter
penggunaan kulit kopi dan jerami padi, badan buah jamur merang pada berbagai
ketebalan media tidak berpengaruh nyata media perlakuan mempunyai pola yang
pada pertumbuhan jamur merang. Hal ini berbeda. Secara umum, jamur yang
sesuai dengan pernyataan (Widiastuti, tumbuh pada media perlakuan T2U1
2005) yang menyatakan bahwa tahap (ketebalan 20 cm dan umur TKKS 5
perkembangan jamur merang dibagi minggu) dan T2U2 (ketebalan 20 cm dan
menjadi tiga tahap yaitu tahap umur TKKS 6 minggu) memiliki diamater
pembentukan miselium, tahap tubuh buah yang lebih besar dibandingkan
pembentukan badan buah dan tahap jamur yang tumbuh pada media perlakuan
pelepasan spora. lainnya.

3
2.4
Diameter Jamur (Cm)

2.5 2.1
2 1.7 1.7 1.7 1.7
1.5
1
0.5
0
15' 20' 25'

Ketebalan Media Tumbuh (cm) 5 minggu 6 minggu


Gambar 4. Diameter rata-rata jamur pada berbagai ketebalan media & umur TKKS

Secara berurutan media perlakuan yang sistem operasi SPSS Anova dengan uji
memiliki diameter tubuh buah terbesar lanjut Duncan, didapat hasil untuk
hingga terkecil dapat ditulis sebagai pengaruh ketebalan F hitung > Sig. (6,068 >
berikut, T2U2; T2U1; T3U2; T3U1; 0,015), sehingga dilanjutkan menggunakan
T1U2; T1U1 dengan nilai masing- uji lanjut Duncan dimana ketebalan
masingnya yaitu 2,4; 2,1; 1,7; 1,7; 1,7; 1,7. berbeda nyata terhadap diameter rata-rata
Berdasarkan penghitungan menggunakan

90 |Jurnal Agroindustri Vol. 8 No. 1, Mei 2018: 80-96


jamur merang yaitu pada ketebalan ke-2 Efisiensi Biologis
(ketebalan 20 cm) dengan nilai 2,21917. Efisiensi biologi jamur merang
Rata-rata diameter tubuh buah dihitung berdasarkan bobot segar tubuh
jamur merang pada media T2U2 buah jamur merang yang dihasilkan dibagi
(ketebalan 20 cm dan umur TKKS 6 berat bahan substrat dikalikan 100%
minggu) dan T2U1 (ketebalan 20 cm dan (Suriawiria, 2001).
umur TKKS 5 minggu) adalah 2,4 cm dan Berdasarkan Gambar 8 tersebut, hasil
2,1 cm. Hal ini juga sudah sesuai dan pengamatan tersebut menunjukkan
diperkuat oleh klasifikasi berdasarkan efisiensi biologi yang tertinggi
ukuran bobot menurut (Badan Standarisasi diperlihatkan pada perlakuan media T2U2
Nasional, 2003), dimana diameternya 2 – 3 yaitu media dengan ketebalan 20 cm dan
cm untuk mutu B (sedang). Sedangkan umur TKKS 6 minggu yang hanya
rata-rata diameter tubuh buah jamur mencapai 0,18 %, Sedangkan yang
merang pada media T1U1, T1U2, T3U1, terendah pada perlakuan T3U1 (ketebalan
dan T3U2 adalah sama yaitu dengan rata- 25 cm dan umur TKKS 5 minggu).
rata diameter tubuh buahnya 1,7 cm, Secara berurutan dari yang
sehingga didalam (SNI 01-6945-2003) tertinggi hingga terendah yaitu T2U2;
masuk kedalam mutu C (kecil). Jamur T2U1; T1U2; T1U1; T3U2 dan T3U1
yang tumbuh pada media T2U2 dan T2U1 dengan persentasenya yaitu 0,18 %; 0,179
memiliki diameter yang lebih besar %; 0,145 %; 0,139 %; 0,105 % dan 0,104
dibanding pada media perlakuan lainnya, %. Berdasarkan penghitungan
karena pada kedua media perlakuan ini menggunakan operasi SPSS Anova,
pertumbuhannya menunjukkan hasil yang didapat hasil untuk ketebalan F hitung > Sig.
yang lebih baik jika dibandingkan dengan (17,888 > 0,000), sehingga dilanjutkan
perlakuan media yang lain. Pada masa menggunakan uji lanjut Duncan didapat
periode hampir habis masa panen ukuran hasil dimana pengaruh pada ketebalan 2
diameterpun kembali mengecil. Hal ini (ketebalan 20 cm) sangat berbeda nyata
disebabkan karena pada masa periode dibandingkan dengan yang lainnya. Jika
panen akan selesai, pertumbuhan jamur diurutkan dari yang tertinggi hingga
sudah semakin kurang berproduksi dan terendah sebagai berikut : ketebalan 2
ukuran tubuh jamur yang di hasilkan pun (ketebalan 20 cm), ketebalan 1 (ketebalan
kecil. 15 cm), ketebalan 3 (ketebalan 25 cm).
Panjang dan diameter jamur Didalam penelitian (Belewu, 2005;
merang yang paling tinggi ukurannya Irawati, 1999) dengan media tumbuh yang
sama-sama dimiliki pada perlakuan T2U2 berbeda, juga menggunakan efisiensi
(ketebalan 20 cm dan umur TKKS 6 biologis sebagai parameter.
minggu) dan T2U1 (ketebalan 20 cm dan Efisiensi biologi berfungsi untuk
umur TKKS 5 minggu). Pada kedua mengukur tingkat efisiensi medium dalam
perlakuan T2U2 dan T2U1 sama-sama menghasilkan pertumbuhan dan produksi
memiliki ketebalan media 20 cm, namun jamur yang lebih baik. Hal ini erat
umur TKKS yang berbeda yaitu 5 minggu hubungannya dengan berat segar badan
dan 6 minggu. Pada media T2U2 dengan buah yang dihasilkan. Karena pada
umur TKKS 6 minggu lebih memiliki dasarnya efisiensi biologi didapatkan dari
pengaruh terhadap pertumbuhan jamur perbandingan berat segar badan buah yang
karena umur 6 minggu lebih tua dibanding dihasilkan dengan berat media dikali
umur TKKS 5 minggu, sehingga hal seratus persen.
tersebut berpengaruh terhadap hasil
pertumbuhan jamur yang lebih baik. Efisiensi biologi jamur merang selama 14
hari panen dapat dilihat pada Gambar 5
berikut :

Pengaruh Tandan Kosong Kelapa Sawit sebagai Media Tumbuh Jamur (Fadilah dan Budiyanto) | 91
0.2 0.18
0.179

Efisiensi biologi (%)


0.145
0.139
0.15 0.134
0.105
0.1

0.05

0
15' 20' 25'
5 minggu
Ketebalan Media Tumbuh (cm) 6 minggu
Gambar 5. Efisiensi Biologi jamur merang pada berbagai ketebalan media & umur TKKS

Sejauh ini, belum ada ditemukan tentang suhu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
standar efisiensi biologi yang baik untuk jamur merang berkisar antara 30-35°C dan
jamur. Menurut (Chang dan Quimio, 1978) suhu paling sesuai adalah 32°C.
semakin tinggi rasio efisiensi biologi yang Berdasarkan hasil penelitian yang telah
diperoleh maka semakin tinggi pula dilakukan sistem penebaran bibit
produksi yang diperoleh dan semakin dilakukan dengan menebarkan bibit d
efisien penggunaan medium tersebut oleh iatas permukaan media tanam. Hal ini
jamur. Namun, pada kenyataannya dengan mungkin juga dapat mempengaruhi salah
kondisi media dari setiap perlakuan satu faktor penyebab kurang maksimalnya
tersebut, hasil penelitian yang didapat hasil panen yang telah dilakukan.
jumlah hasil yang diproduksi bisa
dikatakan belum maksimal sehingga
efisiensi biologisnya menjadi kecil. Hal Hasil Uji Penentuan Mutu Jamur
tersebut diduga disebabkan oleh faktor Merang Segar Berdasarkan
lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan Persyaratan Mutu Menurut SNI 01-
aerasi yang kurang optimum, serta nutrisi 6945-2003
yang terkandung didalam media yang
digunakan pada penelitian ini. Keseragaman Kultivar
Salah satu hal yang mempengaruhi Penentuan keseragaman kultivar
pertumbuhan dan hasil jamur merang ini dihitung dengan menentukan jumlah jamur
ialah ketebalan media tanam. Menurut merang yang kultivarnya berbeda dibagi
(Riduwan dkk, 2013) berdasarkan hasil dengan jumlah jamur yang diuji dikali 100
penelitiannya menggunakan media jerami %. Jamur merang dinyatakan seragam,
diperoleh kombinasi ketebalan media dan bila kultivar jamur merang segar
sistem penebaran bibit yang dapat mempunyai karakteristik kultivar yang
meningkatkan berat basah badan buah sama (ukuran, bobot, bentuk, warna
jamur merang. Pendapat ini didukung oleh daging dan warna kulit) sesuai dengan
(Manan, 1989) yang menyatakan bahwa, masing-masing standar ciri khas kultivar
dengan cara penebaran bibit dicampur jamur merang segar (volvariella volvacea)
kedalam media maka titik inokulasi pada (Badan Standarisasi Nasional, 2003).
media menjadi lebih banyak dan dapat Sering tubuh buah jamur yang terbentuk
cepat menyaingi (kompetisi) dengan tidak dalam stadia yang seragam. Oleh
mikroba yang merugikan, selain penebaran karena itu, pemetikan jamur harus hati-hati
bibit tersebut juga harus diperhatikan jangan sampai merusak jamur yang masih
keadaan lingkungan tumbuh jamur merang dalam stadia kepala jamur atau kancing
seperti yang disampaikan oleh (Chang dan kecil (Sinaga,M.S., 2010).
Miles, 1987) yang menyatakan bahwa,

92 |Jurnal Agroindustri Vol. 8 No. 1, Mei 2018: 80-96


Tabel 7. Hasil Uji Penentuan Mutu Jamur Merang Segar
Persyaratan mutu pada media perlakuan
No. Jenis uji Satuan
TIU1 T2U1 T3U1 T1U2 T2U2 T3U2
1. Keseragaman kultivar % 100 75 100 100 100 50
2. Tingkat ketuaan - Tua Tua Tua Tua Tua Tua
Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup
3. Kekerasan -
keras keras keras keras keras keras
Jamur merang busuk
4. % 66,67 0 0 0 0 66,67
(jumlah/jumlah) maks
5. Kadar kotoran % 0,0015 0,0014 0,0011 0,0009 0,0017 0,0006

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, media perlakuan tersebut. Adanya kultivar
dari sekian banyak penelitian yang diamati yang berbeda tersebut dikarenakan adanya
yaitu 6 perlakuan dengan masing-masing 3 jamur yang tumbuh dengan warna kulit
pengulangan selama 14 hari berturut-turut kehitaman pada seluruh bagian tubuh buah
tersebut jamur merang yang mempunyai jamur tersebut, maka belum dapat
kultivar berbeda hanya terdapat pada 3 digolongkan kedalam ciri khas kultivar
media percobaan yaitu media T2U1 jamur merang segar sesuai dengan standar
ulangan ke-3 pada masa panen hari ke-6 yang ada.
sebanyak 1 buah, media T3U2 ulangan ke-
2 pada masa panen hari ke-12 sebanyak 1 Tingkat ketuaan
buah, dan media T3U2 ulangan ke-3 pada Penentuan tingkat ketuaan dihitung
masa panen hari ke-13 sebanyak 1 dengan cara menghitung jumlah satuan
sebanyak 1 buah. Sehingga setelah yang utuh jamur merang segar yang tua
dihitung menggunakan rumus dibagi dengan jumlah jamur yang diuji
persentasenya hasil yang didapat untuk dikali 100 %. Prinsip kerjanya melakukan
media T2U1 ulangan ke-3 pada masa pengamatan secara visual dan pemisahan
panen hari ke-6 adalah 75 % karena dari 4 jamur merang yang muda. Kondisi
buah jamur yang didapat dalam media fisiologis jamur yang berkaitan dengan
tumbuh itu hanya ada 1 buah jamur yang umur jamur merang segar saat dipanen
kultivarnya berbeda. Selain itu, media ditandai dengan ciri fisik dan kimiawi
T3U2 ulangan ke-2 pada masa panen hari tertentu seperti bentuk jamur yang
ke-12 adalah 50 % karena dari 2 buah penuh, padat, lapisan beludru, tidak
jamur yang didapat dalam media tumbuh kelihatan tangkai, warna putih bersih, dan
itu hanya ada 1 buah jamur yang lain-lain. Namun, didalam (Trubus, 2012)
kultivarnya berbeda, dan terakhir media disebutkan bahwa jamur yang terlanjur
T3U2 ulangan ke-3 pada masa panen hari mekar, dipetik juga. Tetapi, jamur itu
ke-13 adalah 50 % pula karena dari 2 buah tergolong apkir. Jamur dikategorikan apkir
jamur yang didapat dalam media tumbuh bila, tubuh buah merekah, payung sudah
itu hanya ada 1 buah jamur juga yang terbuka, ukuran buah terlalu kecil atau
kultivarnya berbeda. terlalu besar. Beradasarkan dari hasil
Akan tetapi, walaupun hanya dari penelitian yang dilakukan, semua sampel
beberapa buah saja media yang percobaan jamur merang yaitu dari 6
mempunyai persentase keseragaman perlakuan dengan masing-masing 3
kultivar yang tidak mencapai 100 %, pengulangan selama 14 hari berturut-turut
namun selebihnya dapat mencapai tersebut, semuanya menunjukkan bahwa
persentase 100 % setelah dihitung seluruh jamur merang yang diamati
menggunakan rumus atau dengan kata lain mempunyai tingkat ketuaan buah yang
tidak terdapat kultivar yang berbeda pada sudah tua saat pemanenan sesuai dengan

Pengaruh Tandan Kosong Kelapa Sawit sebagai Media Tumbuh Jamur (Fadilah dan Budiyanto) | 93
defenisi / syarat tingkat ketuaan jamur tidak dapat dimanfaatkan lagi. Jenis cacat
merang. Dengan kata lain, tidak adanya dan batasan busuk dari setiap jenis jamur
hasil penelitian yang menunjukkan tubuh merang segar disesuaikan dengan masing-
buah jamur yang muda saat dipanen dan masing standar (SNI 01-6945-2003).
sudah memenuhi standar persyaratan mutu Berdasarkan hasil penelitian yang
(SNI 01-6945-2003). dilakukan, dari seluruh sampel penelitian
yang diamati yaitu 6 perlakuan dengan
Kekerasan masing-masing 3 pengulangan selama 14
Penentuan kekerasan dilakukan hari berturut-turut tersebut jamur merang
dengan mengamati secara fisik / mekanis, yang cacat / busuk hanya terdapat pada 2
memisahkan jamur merang segar yang media percobaan yaitu media T1U1
tidak keras / lembek. Kemudian dihitung ulangan ke-3 pada masa panen hari ke-10
dengan menentukan jumlah jamur merang sebanyak 1 buah, dan media T2U2 ulangan
yang kultivarnya berbeda atau jamur ke-1 pada masa panen hari ke-11 sebanyak
merang yang tidak keras / lembek 1 buah. Sehingga setelah dihitung
kemudian dibagi dengan jumlah jamur menggunakan rumus persentasenya hasil
yang diuji dikali 100 %. Jamur merang yang didapat untuk media T1U1 ulangan
segar dinyatakan cukup keras, apabila ke-3 pada masa panen hari ke-10 adalah
fisiknya terasa masih cukup keras bila 66,67 % karena dari 3 buah jamur yang
ditekan sedikit dengan jari (Badan dipanen dalam media tersebut hanya ada 1
Standarisasi Nasional, 2003). Berdasarkan buah jamur yang busuk. Kemudian untuk
hasil penelitian yang dilakukan pada setiap media T2U2 ulangan ke-1 pada masa
kali pengamatan, tidak ditemukannya panen hari ke-11 adalah 66,67 % karena
jamur merang yang kultivarnya berbeda dari 3 buah jamur dipanen dalam media
atau jamur merang yang tidak keras / tersebut hanya ada 1 buah jamur yang
lembek. Maka hasil pengujian terhadap busuk. Selebihnya untuk semua sampel
Kekerasan jamur merang dinyatakan pengujian tidak terdapat jamur merang
semua jamur merang segar yang diuji yang cacat ataupun busuk.
dalam kondisi cukup keras semua karena Adanya jamur merang yang busuk
kriteria kekerasan sesuai defenisi dan dalam penelitian ini disebabkan karena
sudah memenuhi standar persyaratan mutu kelalaian peneliti pada saat masa panen.
menurut (SNI 01-6945-2003). Jamur merang tersebut telat panen
sehingga pada saat dibiarkan keesokan
Jamur Cacat atau Busuk harinya jamur sudah membusuk didalam
Melakukan pengamatan secara media. Selain itu, kemungkinan juga
visual dan pemisahan jamur merang cacat / disebabkan oleh tetesan air embun yang
busuk, yang kemudian dilakukan jatuh pada media perlakuan di rak paling
penghitungan persentase jamur merang atas. Hal ini sesuai dengan pernyataan
yang cacat / busuk dengan cara (Suharjo, 2010) pada saat membuka plastik
menentukan jumlah satuan jamur merang penutup rak (bilik dalam) perlahan-lahan
merang cacat / busuk kemudian dibagi agar air embun tidak menetes ke media
dengan jumlah jamur yang diuji dan dikali tanam atau jamur yang belum siap panen.
100 %. Jamur merang dinyatakan cacat, Tetesan air embun dapat menyebabkan
apabila mengalami kerusakan atau cacat jamur busuk.
akibat kerusakan mekanis, fisiologis, hama
dan penyakit. Jamur merang dinyatakan KESIMPULAN
busuk apabila mengalami kerusakan atau
cacat sehingga kulit dan atau daging Berdasarkan hasil penelitian yang
jamur merang telah terlihat membusuk telah dilakukan dapat disimpulkan, bahwa
dan dapat diidentifikasi secara visual dan :

94 |Jurnal Agroindustri Vol. 8 No. 1, Mei 2018: 80-96


Tandan kosong kelapa sawit untuk banana leaves. African Journal of
media tumbuh jamur merang (Volvariella Biotechnology 4 (12): 1401-1403.
volvacea) yang terbaik berdasarkan Budiyanto, Hasanudin, dan S. Mariaji.
pegukuran total berat jamur merang, lama 2013. Kualitas jamur merang dan
masa panen terpanjang serta efisiensi kualitas kompos
biologis adalah media tandan kosong bekas media jamur merang. Prosiding
kelapa sawit berumur 6 minggu dengan Seminar Nasional dan Rapat
ketebalan media 20 cm. Selain itu, Tahunan bidang Ilmu-Ilmu Pertanian
ketebalan media 20 cm dengan umur BKS-B, 19-20 Maret 2013,
TKKS 5 dan 6 minggu dapat Universitas Tanjungpura, Pontianak,
menghasilkan panjang tubuh buah dan Kalimantan Barat. 1: 609-618.
diameter jamur merang yang maksimal. Chang, S.T. and P.G. Miles. 1989. Edible
Berdasarkan persyaratan mutu jamur Mushroom and Their Cultivation.
merang segar pada SNI 01-6945-2003, CRC Press. Boca Raton Florida
pengujian tingkat ketuaan dan kekerasan Chang, S.T. and T.H. Quimio. 1982. The
sudah memenuhi standar SNI. Namun Biology and Cultivation of Edible
hasil pengujian keseragaman kultivar, Mushrooms. Academic Press New
jamur merang cacat dan busuk belum bisa York.
memenuhi standar SNI. Irawan, B. 2010. Budidaya Jamur Merang.
Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Jawa Barat.
DAFTAR PUSTAKA
Bandung.
Ali, N., N.M. Tabi, F.A. Zakil, W.N.F.M. Irawati, M., A.W. Gunawan dan O.S.
Fauzai, O. Hassan. 2013. Yield Dharmaputra. 1999. Campuran
Peformance And Biological Kapas dan Kelaras Pisang
Efficiency Of Empty Fruit Bunch Sebagai Media Tanam Jamur
(EFB) And Palm Pressed Fibre Merang. Jurnal Mikrobiologi
(PPF) As Substrates For The Indonesia, 4(I): 27-29.
Cultivation Of Pleurotus ostreatus. Isroi. 2009. Pemanfaatan Tandan Kosong
Faculty of Chemical Engineering. Kelapa Sawit.
University Teknologi Malaysia. http://isroi.wordpress.com . Diakses
Malaysia; 64(1): 93-99. tanggal 23 Maret 2009.
Anonim. 2013. Tandan Kosong Kelapa Jaya, J.D., N. Nuryati dan R. Ramadhani.
Sawit Menumpuk di Bengkulu. 2015. Optimasi Produksi Pupuk
http://www.ciputranews.com/riil/tan Kompos Tandan Kosong Kelapa
dan-kosong-kelapa-sawit- Sawit (Tkks) Dan Aplikasinya Pada
menumpuk-di-bengkulu. Diakses Tanaman. J. Teknologi Agro-
tanggal 26 Desember 2013. Industri. 1(1): 1-8.
Agus, G.T.K., A. Dianawati, E.S. Irawan, Manan, I. 1989. Budidaya Jamur Merang.
dan K. Miharja. 2002. Budidaya Penebar Swadaya. Jakarta
Jamur Konsumsi. Agromedia Munawar, F.R. dan J.G. Kartika. 2017.
Pustaka. Produksi dan Kualitas jamur Merang
Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2003. (Volvaria volvaceae) pada
Jamur Merang (Volvariella Kelompok Tani Mitra saha”
Volvaceae) segar. SNI 01-6945- kabupaten Karawang. Bul. Agrohorti
2003. 5(2): 246-273.
Belewu, M. A. dan K.Y. Belewu. 2005. Pasaribu. T., R.P. Djumhawan dan R.A.
Cultivation of mushroom Eisrin. 2002. Aneka Jamur Unggulan
(Volvariella volvacea) on Yang Menembus Pasar. PT.
Graindo, Jakarta.

Pengaruh Tandan Kosong Kelapa Sawit sebagai Media Tumbuh Jamur (Fadilah dan Budiyanto) | 95
Permana, R.D. 2002. Agribisnis Jamur Tim Redaksi Trubus. 2012. Jamur
Merang Berorientasi Pasar. Merang: 10 Hari Panen, Skala
Grasindo Jakarta Rumah Tangga. PT. Trubus
Setiyono, G. dan R. Ademarta. 2013 Swadaya, Jakarta.
Pengaruh Ketebalan Dan Komposisi Ukoima, H.N., L.O. Ogbonnaya, G.E.
Media Terhadap Pertumbuhan Dan Arikpo dan F.N. Ikpe. 2009.
Hasil Jamur Merang. Agritrop Jurnal Cultivation of Mushroom
Ilmu-Ilmu Pertanian. 11(1): 47-53 (volvariella volvacea) on Various
Sinaga, M.S. 2001. Jamur Merang dan Farm Wastes in Obubra Local
Budidayanya. Penerbit Swadaya, Government of Cross River State,
Jakarta. 67 hal. Nigeria. Pakistan Jurnal of Nutrition
Siregar, M. 2010. Tanggap pertumbuhan 8(7): 1059-1061.
dan produksi jamur merang Wahyono, S., F.L. Sahwan dan F.
(volvariella volvaceae bull. Ex. Fr.) Suryanto. 2008. Tinjauan terhadap
Terhadap formulasi dan Ketebalan Perkembangan
media. Skripsi Fakultas Penelitian Pengolahan Limbah
Pertanian Universitas Sumatra Padat Pabrik Kelapa Sawit. Jurnal
Utara: Medan. Teknologi Lingkungan. Jakarta. Hal.
Suhardiman, P. 1981. Jamur Merang dan 64-74, Juli 2008.
Mushroom. Yayasan Sosial Tani Widiyastuti, B. 2001. Budidaya Jamur
Membangun, Jakarta. Kompos. Penebar Swadaya, Jakarta.
Suharjo, E. 2010. Bertanam Jamur Widiyastuti. B. 2005. Budidaya Jamur
Merang di Media Kardus, Limbah Kompos. Jamur Merang dan Jamur
Kapas dan Limbah Pertanian. Kancing. Penebar Swadaya. Jakarta.
Jakarta : Agromedia Pustaka. Widiastuti, H. dan T. Panji. 2007.
Tabi, A.N.M., F.A. Zakil, W.N.F.M. Pemanfaatan Tandan Kosong
Fauzai, N. Ali, dan O. Hassan. Kelapa Sawit Sisa Jamur Merang
2008. The Usage of Empty Fruit (Volvariella Volvacea) (TKSJ)
Bunch (EFB) and Substrates for the sebagai Pupuk Organik pada
Cultivation of Pleurotus ostreatus. PembibitanKelapa Sawit. Balai
Jurnal Teknologi. Universiti Penelitian Bioteknologi Perkebunan
Teknologi Malaysia. 189-196. Indonesia, Bogor. Menara
Perkebunan, 75(2): 70-79.

96 |Jurnal Agroindustri Vol. 8 No. 1, Mei 2018: 80-96

You might also like