Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Health and Nutritions Journal Volume III / Nomor 1 / 2017 p - ISSN (Cetak) : 2407-8484

Salman, Fitri Yani Arbie, Yulin Humolungo e - ISSN (Online): 2549-7618

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI IBU DENGAN KEJADIAN STUNTING


PADA ANAK BALITA DI DESA BUHU KECAMATAN TALAGA JAYA
KABUPATEN GORONTALO
1) 2) 3)
Salman , Fitri Yani Arbie , dan Yulin Humolungo

Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Gorontalo, Jl. Taman Pendidikan No. 36


Kode Pos 96113 Kota Gorontalo
E-mail: slmnlukman@gmail.com

ABSTRACT

Stunting is a state where the body is very short to exceed -2 standard deviation (SD) under long or high
lengths that becomes an international reference. Stunting describes a state of under-nutrition that has been
running for a long time and requires time for the child to grow and recover (Gibney et al., 2013). This study
aims to determine the relationship of mothers’ nutritional knowledge with the incidence of stunting in
children under five in Buhu Village Talaga Jaya District, Gorontalo District. Methods: analytical survey
research with cross-sectional study design. Population:135 infants and 57 toddlers were obtained by using
Proportional random sampling. The independent variable is mothers’ nutrition knowledge and the dependent
variable is stunting incident in the toddler. Data analysis: statistical test "Chi Square" (X2). Results: 38
mothers (66,7%) have good knowledge and 19 mothers (33,3%) have not. 29 toddlers (50,9%) are normal
while 28 (49,1%) are stunted. The results of data analysis based on statistical test chi-squared with degrees of
significance α = 0.1 obtained the value of X2 count smaller and X2 table (0.877 <2.706). Conclusion: There
is no correlation between mothers’ nutritional knowledge and stunting incidence in toddlers.

Keywords: nutrition knowledge, stunting, toddler

ABSTRAK

Stunting (tubuh pendek) adalah keadaan dimana tubuh yang sangat pendek hingga melampaui -2 standar
deviasi (SD) dibawah mendian panjang atau tinggi yang menjadi referensi internasional. Stunting (tubuh
yang pendek) menggambarkan keadaan gizi kurang yang sudah berjalan lama dan memerlukan waktu
bagi anak untuk berkembang serta pulih kembali (Gibney dkk, 2013). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan pengetahuan gizi ibu dengan kejadian stunting pada anak balita di Desa Buhu
Kecamatan Talaga Jaya Kabupaten Gorontalo. Metode Penelitian ini termasuk penelitian survey analitk
dengan desain cross sectional study. Populasi sebanyak 135 balita dan sampel 57 balita dengan
menggunakan teknik Propotional random sampling. Variabel bebas yaitu pengetahuan gizi
ibu dan variabel terikat adalah kejadian stunting pada balita. Analisis data menggunakan uji statistic “chi
Square” (X2). Hasil Penelitian : Dari 57 responden yang memiliki pengetahuan gizi baik 38 orang
(66.7%) dan kurang baik 19 orang (33.3%). Balita yang tidak stunting 29 orang (50.9%) dan stunting 28
orang (49.1%). Hasil analisis data berdasarkan uji statistic chi kuadrat dengan derajat kemaknaan α =
0,1 didapatkan nilai X2 hitung lebih kecil dan X2 tabel (0,877<2,706). Kesimpulan : Tidak ada
hubungan antara pengetahuan gizi ibu dengan kejadian stunting pada balita.

Kata Kunci: pengetahuan gizi, stunting, balita

42 | Health and Nutritions Journal (JHN)


Health and Nutritions Journal Volume III / Nomor 1 / 2017
Salman, Fitri Yani Arbie, Yulin Humolungo

PENDAHULUAN Pengetahuan gizi ibu merupakan


Balita adalah anak yang berumur salah satu faktor yang menentukan
0–59 bulan, pada masa ini ditandai konsumsi pangan seseorang. Orang
dengan proses pertumbuhan dan yang mempunyai pengetahuan gizi yang
perkembangan yang sangat pesat baik akan mempunyai kemampuan
disertai dengan perubahan yang untuk menerapkan pengetahuan gizi
memerlukan zat-zat gizi yang dalam pemilihan dan pengolahan
jumlahnya lebih banyak dengan kualitas pangan sehingga dapat diharapkan
tinggi. Anak balita termasuk kelompok asupan makanannya lebih terjamin, baik
rawan gizi, mereka mudah menderita dalam menggunakan alokasi pendapatan
kelainan gizi karena kekurangan rumah tangga untuk memilih pangan
makanan yang di butuhkan (Waryono, yang baik dan mampu memperhatikan
2010). gizi yang baik untuk anaknya, serta
Anak–anak pada periode pengetahuan orang tua tentang gizi
usia balita tetap mempunyai dorongan dapat membantu memperbaiki status
pertumbuhan yang biasanya bertepatan gizi pada anak untuk mencapai
dengan periode peningkatan masukan kematangan pertumbuhan (Gibney dkk,
dan nafsu makan. ketika memasuki 2009 dalam Ismanto dkk, 2012).
periode pertumbuhan yang lebih lambat, Berdasarkan Penelitian yang
masukan dan nafsu makan seorang anak dilakukan oleh Ismanto dkk, 2014
juga akan berkurang. Adanya variasi tentang “Hubungan pengetahuan orang
dalam hal nafsu makan dan asupan tua tentang gizi dengan stunting pada
makanan pada anak usia sekolah harus anak usia 4-5 tahun di Tk Malaekat
dipahami oleh para orang tua agar dapat Pelindung Manado”. Hasil penelitian
memberikan respon yang baik terhadap menunjukan bahwa dari 30 anak, 24
setiap kondisi yang terjadi pada anak diantaranya memiliki TB/U normal
(Sulistyoningsih, 2012 ). (96%) disertai pengetahuan orang tua
Perkembangan masalah gizi di tentang gizi yang baik, 1 anak memiliki
Indonesia semakin kompleks saat ini. TB/U tetapi pengetahuan orang tua
Stunting atau pendek terjadi karena tentang gizi yang tidak baik (4%), serta
kekurangan gizi kronis yang disebabkan 5 anak dengan stunting memiliki orang
oleh kemiskinan dan pola asuh tidak tua dengan pengetahuan tentang gizi
tepat. Seribu hari pertama kehidupan yang tidak baik (100%). Hasil ini
seorang anak adalah masa kritis yang sejalan dengan dengan teori yang
menentukan masa depannya, dan pada dikemukakan fajar dkk, 2002 bahwa
periode tersebut anak Indonesia pengetahuan orang tua tentang gizi
menghadapi gangguan pertumbuhan sangat berperan penting dalam
yang serius. Untuk mencegah dan meningkatkan status gizi anak (Fajar
mengatasi masalah stunting, masyarakat dkk 2002 dalam Ismanto dkk, 2012).
perlu dididik untuk memahami Stunting masih menjadi
pentingnya gizi bagi ibu hamil dan anak permasalahan besar untuk sebagian
balita. Secara aktif turut serta dalam besar negara di dunia. Data WHO
komitemen global (SUN – Scalling Up mencatat bahwa terdapat 162 juta balita
Nutrition) dalam menurunkan stunting, penderita stunting di seluruh dunia,
maka Indonesia focus pada 1000 hari dimana 56% berasal dari Asia.
pertama kehidupan, terhitung sejak Indonesia bahkan termasuk dalam lima
konsepsi hingga anak berusia 2 tahun ( besar negara dengan prevalensi stunting
Kemenkes RI, 2015) tertinggi di Asia-Afrika (Cousin, 2015).

43 | Health and Nutritions Journal (JHN)


Health and Nutritions Journal Volume III / Nomor 1 / 2017
Salman, Fitri Yani Arbie, Yulin Humolungo

Prevalensi stunting secara METODOLOGI


nasional pada tahun 2013 sejumlah 37,2 Jenis penelitian ini adalah survei
persen, yang berarti terjadi peningkatan analitik dengan rancangan cross
dibandingkan tahun 2010 (35,6%) dan sectional study. Dalam hal ini penulis
2007 (36,8%). Prevalensi pendek akan melihat hubungan variabel
sebesar 37,2 %, yang terdiri dari 18,0 % pengetahuan gizi ibu dengan kejadian
sangat pendek dan 19,2 % pendek stunting pada anak balita. Pengukuran
(Riskesdas, 2013). variabel dependen dan independen
Data stunting di Provinsi dilakukan secara serentak dalam suatu
Gorontalo pada tahun 2013 mencapai waktu.
21,01%. Angka ini cukup baik, Dalam penelitan ini yang
dibanding pada tahun 2012 yang merupakan variabel bebas (independen)
sebesar 26,08% dan pada tahun 2010 adalah pengetahuan gizi ibu dan
(38,01%). Prevalensi stunting di variabel terikat (dependen) adalah
Kabupaten Gorontalo 27,5%, Boalemo kejadian stunting pada balita.
29,2%, Pohuwato 23,5%, Bone Populasi dalam penelitian ini
Bolango 14,27%, Gorontalo Utara adalah semua anak balita yang ada di
21,3% dan terendah di Kota Gorontalo Desa Buhu, kecamatan Talaga Jaya
yaitu 10,2% (Dinkes Provinsi Kabupaten Gorontalo, yang berjumlah
Gorontalo, 2013). 135 anak balita. Responden dalam
Berdasarkan data dari Dinas penelitian ini adalah ibu dari semua
Kesehatan Kabupaten Gorontalo tahun anak balita yang dijadikan sampel.
2015, wilayah dengan prevalensi Instrumen pada penelitian ini
tertinggi stunting adalah wilayah adalah sebagai berikut :
Tilango 59 orang (5%), Talaga Jaya 46 1. Mikrotoa dan invantometer dengan
orang (4.7%), dan Batudaa Pantai 30 ketelitian 0,1 cm yang digunakan
orang (2,3%). Berdasarkan data dari untuk mengukur tinggi badan
puskesmas Talaga Jaya tahun 2015, sampel/balita
prevalensi balita yang stunting 2. Lembar Kuesioner untuk
berjumlah 46 orang (4.7%). yakni Desa mengetahui pengetahuan ibu tentang
Luwoo 8 orang (2,9%), Desa Bulota 10 gizi
orang (5%), Desa Bunggalo 7 orang ( 3. Alat tulis berupa kertas dan bolpoin
4,7%), Desa Hutadaa 11 orang (5,5%), untuk mencatat semua informasi
dan Desa Buhu 10 orang (5,8%) yang didapatkan.
(Puskesmas Talaga Jaya, 2015)
Berdasarkan data diatas, Desa
Buhu dijadikan tempat penelitian HASIL PENELITIAN
karena Desa Buhu adalah Desa yang Gambaran Umum Lokasi
memiliki prevalensi tertinggi stunting di Luas wilayah : + 60 Ha. Posisi
wilayah Kecamatan Talaga Jaya. Dan wilayah (Bujur dan Lintang) : 15,5
berdasarkan suvey awal serta observasi derajat. Jarak Desa Buhu -
yang telah dilakukan dari 40 balita di Pemerintahan Kecamatan: 1,5 km, Jarak
Desa buhu, terdapat balita yang Desa Buhu - Pemerintahan Kota: 9 km,
memiliki tinggi badan nomal sebanyak Jarak Desa Buhu – Ibu kota Kabupaten:
26 orang, balita yang pendek berjumlah 12 km. Batas sebelah utara: Desa
6 orang, dan balita yang sangat pendek Bunggalo, Batas sebelah selatan: Desa
berjumlah 8 orang. Hutadaa, Batas sebelah barat: Danau
Limboto, Batas sebelah timur: Desa

44 | Health and Nutritions Journal (JHN)


Health and Nutritions Journal Volume III / Nomor 1 / 2017
Salman, Fitri Yani Arbie, Yulin Humolungo

Luwoo. Jumlah Penduduk: 2003 Jiwa, Gambaran Umum Responden


Laki – laki: 910 jiwa, Perempuan: 1093 4. Umur
Jiwa, Jumlah KK: 551 KK.
Tabel 1
Distribusi Pasien Menurut Umur
Umur F %
17-25 14 24.6
26-34 27 47.4
35-43 12 21.1
>43 4 7.0
Jumlah 57 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 1, dapat Talaga Jaya sebagian besar berumur


dilihat bahwa umur responden yang 26 – 34 tahun yakni (47.4%).
ada di Desa Buhu Kecamatan 5. Pendidikan

Tabel 2
Distribusi menurut tingkat pendidikan Responden di Desa Buhu
Kecamatan Talaga Jaya
Pendidikan F %
Tamat SD 28 49.1
Tamat SMP 8 14.0
Tamat SMA 15 26.3
Tamat PT 6 10.5
Jumlah 57 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 2, dapat tamat PT (Perguruan tinggi) yaitu 6


dilihat bahwa Pendidikan responden orang (10.5%).
sebagian besar tamat SD yang
berjumlah 28 orang (49.1%). Hanya 6. Pekerjaan Responden
sebagian kecil responden yang

Tabel 3
Distribusi menurut jenis pekerjaan Responden di Desa Buhu
Kecamatan Talaga Jaya
Pekerjaan F %
Ibu Rumah tangga 49 86.0
PNS/ Honorer 7 12.3
Pedagang 1 1.8
Jumlah 57 100
Sumber : Data Primer

45 | Health and Nutritions Journal (JHN)


Health and Nutritions Journal Volume III / Nomor 1 / 2017
Salman, Fitri Yani Arbie, Yulin Humolungo

Berdasarkan tabel 3, dapat IRT (Ibu Rumah tangga) berjumlah


dilihat bahwa Pekerjaan responden 49 orang (86.0%).
yang ada di Desa Buhu Kecamatan
Talaga Jaya sebagian besar sebagai Gambaran Umum Balita
1. Umur Balita

Tabel 4
Distribusi Balita menurut kelompok umur di Desa Buhu
Kecamatan Talaga Jaya
Umur (bulan) F %
0 - 12 Bulan 12 21.1
13 - 24 Bulan 15 26.3
25 - 36 Bulan 14 24.6
37 - 48 Bulan 6 10.5
49 - 59 Bulan 10 17.5
Jumlah 57 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4, dapat penelitian (26.3%) umur 13 – 24


dilihat bahwa kelompok umur balita bulan.
yang ada di Desa Buhu Kecamatan
Talaga Jaya, sebagian besar subyek 2. Jenis Kelamin

Tabel 5
Distribusi Balita menurut jenis kelamin di Desa Buhu
Kecamatan Talaga Jaya
Jenis Kelamin F %
Laki – laki 32 56.1
Perempuan 25 43.9
Jumlah 57 100
Sumber : Data Primer

Tabel 5 menunjukkan bahwa Analisis Univariat


sebagian besar subyek penelitian 1. Pengetahuan Gizi Ibu
berjenis kelamin laki – laki yakni Gambaran umum tentang
berjumlah 32 orang (56.1%), dan pengetahuan gizi ibu yang
subyek perempuan berjumkah 25 dijadikaan responden di Desa Buhu
orang (43.9%) Kecamatan Talaga Jaya dapat dilihat
pada tabel 6 sebagai berikut :

Tabel 6
Distribusi Responden berdasarkan Pengetahuan Gizi di Desa Buhu
Kecamatan Talaga Jaya
Pengetahuan F %
Baik 38 66.7
Kurang Baik 19 33.3
Jumlah 57 100
Sumber : Data Primer

46 | Health and Nutritions Journal (JHN)


Health and Nutritions Journal Volume III / Nomor 1 / 2017
Salman, Fitri Yani Arbie, Yulin Humolungo

Dari tabel 8, menunjukkan disebabkan oleh kejadian masa lalu


bahwa sebagian besar responden dan akan berdampak terhadap masa
(ibu balita) mempunyai pengetahuan depan anak balita, sebaliknya
gizi baik 38 orang (66.7%) dan yang pemberian ASI yang baik oleh ibu
memiliki pengetahuan gizi kurang akan membantu mejaga
baik 19 orang (33.3%). keseimbangan gizi anak sehingga
Pengetahuan gizi ibu tercapai pertumbuhan anak yang
merupakan salah satu faktor yang normal (Ariyidah et al, 2015).
menentukan konsumsi pangan Hasil penelitian tersebut sesuai
seseorang. Orang yang mempunyai dengan teori yang menyatakan
pengetahuan gizi yang baik akan bahwa ASI adalah satu-satunya
mempunyai kemampuan untuk makanan ideal yang terbaik dan
menerapkan pengetahuan gizi dalam paling sempurna bagi bayi untuk
pemilihan dan pengolahan pangan memenuhi kebutuhan fisik dan
sehingga dapat diharapkan asupan psikologis yang sedang tumbuh dan
makanannya lebih terjamin, baik berkembang (Wirajatmadi, 2014).
dalam menggunakan alokasi Salah satu factor yang sangat
pendapatan rumah tangga untuk penting dalam meningkatkan
memilih pangan yang baik dan pengetahuan adalah dengan metode
mampu memperhatikan gizi yang penyampaian informasi yang
baik untuk anak dan keluarganya disesuaikan dengan kebutuhan
(Gibney dkk, 2009 dalam Ismanto sasaran dengan menggunakan media
dkk, 2012). promosi kesehatan yang tepat
Pengetahuan gizi ibu yang (Edberg, 2002). Media promosi
kurang baik dipengaruhi oleh kesehatan adalah semua sarana atau
beberapa faktor diantaranya faktor upaya untuk menampilkan pesan
pendidikan, dan sikap kurang peduli atau informasi yang ingin
atau ketidakingin tahuan ibu tentang disampaikan oleh komunikator, baik
gizi, sehingga hal ini akan itu melalui media cetak, elektronik
berdampak pada tumbuh kembang (televisi, radio, komputer, dan
anak balitanya yang akan sebagainya) dan media luar ruang,
mengalami gangguan pertumbuhan sehingga dapat meningkatkan
seperti halnya stunting (Zainudin, pengetahuan dan merubah perilaku
2014). Contohnya tentang ibu terhadap kesehatan (Fitriani
pentingnya pemberian ASI ekslusif Kamalia, 2015).
pada bayi, yang berdasarkan Selain itu pemerintah dalam
penelitan masih banyak para ibu melakukan perbaikan gizi balita
yang tidak memberikan ASI ekslusif melalui peningkatan pengetahuan
pada bayi dengan berbagai alasan, terkait gizi salah satunya dengan
diantaranya ASI yang kurang, bayi pendidikan gizi, yakni berupa
yang tidak ingin menyusui, dan penyuluhan dan konseling gizi.
karena sang ibu sibuk bekerja. Pendidikan gizi yang diberikan
Berdasarkan penelitian tidak hanya pada petugas kesehatan,
Ariyidah et al (2015), menyatakan tetapi juga disebarluaskan kepada
bahwa bahwa status menyusui juga masyarakat luas (Fitriani Kamalia,
merupakan faktor risiko terhadap 2015).
kejadian stunting, rendahnya Dalam penelitian ini,
pemberian ASI ekslusif menjadi responden yang memiliki
salah satu pemicu terjadinya pengetahuan gizi baik yakni 38
stunting pada anak balita yang orang (66.7%), dan yang kurang

47 | Health and Nutritions Journal (JHN)


Health and Nutritions Journal Volume III / Nomor 1 / 2017
Salman, Fitri Yani Arbie, Yulin Humolungo

baik 19 orang (33.3%). Berdasarkan 2. Status Gizi Balita


hasil tersebut dapat diketahui bahwa Status gizi balita dapat
pengetahuan gizi ibu di desa Buhu diketahui dari beberapa indeks
Kecamatan Talaga Jaya Kabupaten yakni BB/U, TB/U, dan BB/TB.
Gorontalo, sebagian besar Dari beberapa macam indeks yang
pengetahuannya tentang gizi cukup digunakan tersebut, untuk
baik. Pengetahuan gizi ibu yang menentukan Stunting pada balita
cukup baik di Desa Buhu, menggunakan indkes TB/U (Tinggi
dikarenakan ibu-ibu cukup aktif badan menurut umur) dengan
dalam kegiatan posyandu yang menggunakan indicator Z-score
sering dilaksanakan setiap tanggal melalui Keputusan Menteri
22 di Balai desa. Jadi, ibu Kesehatan Republik Indonesia
bayi/balita sering mendapatkan Nomor: 1995/Menkes/SK/XII/2010.
informasi atau edukasi gizi berupa Gambaran tentang kejadian stunting
penyuluhan tentang gizi bayi/balita. pada balita di desa Buhu kecamatan
Talaga jaya kabupaten Gorontalo
dapat dilihat pada tabe 7 berikut ini :

Tabel 7
Distribusi Balita berdasarkan Kejadian Stunting di Desa Buhu
Kecamatan Talaga Jaya Kabupaten gorontalo
Status Gizi F %
Tidak Stunting 29 50.9
Stunting 28 49.1
Jumlah 57 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 7, dapat infeksi pada anak (Fajar dkk, 2014).


dilihat bahwa status gizi balita Akibat dari masalah gizi tersebut
kategori Tidak Stunting berjumlah dapat menyebabkan beberapa efek
29 orang (50.9%) sedangkan serius pada balita seperti tidak
stunting berjumlah 28 orang optimalnya perkembangan dan
(49.1%). Dengan melihat hasil kecerdasan, dan menunjukkan
tersebut, banyak balita yang kemampuan yang lebih buruk dalam
memiliki tinggi badan dibawah fungsi kognitif yang beragam dan
normal yaitu mendekati 50%. Jika prestasi sekolah yang lebih buruk
dibandingkan dengan prevalensi jika dibandingkan dengan anak-anak
stunting secara nasional tahun 2013, yang bertubuh normal (Gibney dkk,
hasil ini cukup besar, karena 2013).
prevalensi stunting pada tahun 2013 Beberapa penelitian
hanya sebesar 37.2%. menunjukkan bahwa anak yang
Faktor–factor yang pada masa balitanya mengalami
mempengaruhi pertumbuhan anak, stunting memiliki tingkat kognitif
diantaranya faktor sosial ekonomi rendah, prestasi belajar dan
yaitu pendidikan, pekerjaan, psikososial buruk ( Grantham et al,
teknologi, budaya, dan pendapatan 2007; Walker et al, 2007 dalam
keluarga. Faktor tersebut akan Chang et al, 2010 dan Oktarina,
berinteraksi satu dengan yang 2010 ).
lainnya sehingga dapat Dalam seribu hari kehidupan
mempengaruhi masukan zat gizi dan pertama yaitu 270 hari masa

48 | Health and Nutritions Journal (JHN)


Health and Nutritions Journal Volume III / Nomor 1 / 2017
Salman, Fitri Yani Arbie, Yulin Humolungo

kehamilan dan 730 hari (2 tahun) 27,5%, Boalemo 29,2%, Pohuwato


pertama kehidupan di dunia 23,5%, Bone Bolango 14,27%,
merupakan masa irreversible Gorontalo Utara 21,3% dan
(Achadi, 2012 dalam jurnal terendah di Kota Gorontalo yaitu
Oktarina, 2010). Jadi, apabila 10,2% ( Dinkes Provinsi Gorontalo,
seorang individu pada 1000 hari 2013).
kehidupannya telah mengalami Dengan melihat prevalesi
stunting maka dapat diprediksikan stunting di Provinsi Gorontalo,
individu tersebut tetap menjadi maka ada beberapa hal serta upaya
stunting dimasa yang akan datang yang bisa dilakukan pemerintah
dikarenakan kesulitan mengejar ataupun masyarakat dalam
pertumbuhannya sampai normal mengurangi angka prevalensi
(Oktarina, 2010) stunting di Provinsi Gorontalo
Namun, kejadian masalah gizi diantaranya dengan lebih
pada balita ini dapat dihindari, meningkatkan partisipasi
apabila ibu balita memperhatikan masyarakat terutama para ibu yang
asupan gizinya selama kehamilan, memiliki bayi/balita untuk sering
pemberian ASI ekslusif sejak bayi berkunjung ke puskesmas atau
lahir dan memiliki pengetahuan instansi kesehatan lainnya, serta
yang cukup tentang cara pemberian mempermudah akses baik dari segi
makanan dan mengatur makanan pemberian jaminan kesehatan
balita dengan baik. Dan juga ataupun jarak fasilitas kesehatan
pemberian edukasi gizi kepada ibu dengan wilayah tinggal masyarakat
bayi/balita berupa penyuluhan dan terutama masyarakat yang tinggal
konseling gizi tentang gizi seimbang jauh dari akses pelayanan kesehatan.
balita. Kurangnya pengetahuan Serta selalu memberikan
ibu tentang gizi dapat edukasi gizi kepada masyarakat baik
mengakibatkan terjadinya gangguan seperti penyuluhan, konseling gizi,
gizi pada balita. Sehingga ataupun melakukan demonstrasi
pengetahuan orang tua tentang gizi pembuatan makanan pendamping
merupakan salah satu kunci ASI kepada ibu bayi/balita Selain
keberhasilan baik atau buruknya untuk memberikan pemahaman
status gizi pada balita ataupun peningkatan pengetauan ibu
(Notoatmodjo, 2007 dalam jurnal tentang gizi pada balita, upaya ini
Fitriani Kamalia, 2015). juga cukup efektif dalam mengatasi
Data stunting di Provinsi masalah status gizi pada balita.
Gorontalo pada tahun 2013
mencapai 21,01%. Angka ini cukup Analisis Bivariat
baik, dibanding pada tahun 2012 Hubungan pengetahuan gizi ibu
yang sebesar 26,08% dan pada dengan kejadian stunting di Desa Buhu
tahun 2010 (38,01%). Prevalensi Kecamatan Talaga Jaya Kabupaten
stunting di Kabupaten Gorontalo Gorontalo

49 | Health and Nutritions Journal (JHN)


Health and Nutritions Journal Volume III / Nomor 1 / 2017
Salman, Fitri Yani Arbie, Yulin Humolungo

Tabel 8
Analisa Hubungan pengetahuan gizi ibu dengan kejadian stunting pada balita
Status Gizi (TB/U) Jumlah
Tidak X2
Pengetahuan Stunting
Stunting % % f % hitung
(f)
(f)
Baik 21 55,3 17 44,7 38 100
Kurang Baik 8 42,1 11 57,9 19 100 0,877
Jumlah 29 50,9 28 49,1 57 100
Sumber : Data Primer

Tabel diatas menunjukkan ada Talaga Jaya Kabupaten Gorontalo,


kecenderungan bahwa semakin baik menunjukkan bahwa dari 57 responden
pengetahuan gizi ibu maka semakin terdapat 19 ibu bayi/balita (33.3%) yang
baik pula status gizi (TB/U) anak memiliki pengetahuan gizi kurang baik
balitanya. Sebaliknya jika pengetahuan dan sebanyak 28 balita (49.1%) yang
gizi ibu kurang baik maka status gizi mengalami stunting, dari hasil tersebut
balitanya juga kurang baik. Hasil disimpulkan bahwa pengetahuan gizi
analisis data berdasarkan uji statistic chi ibu yang kurang baik tidak selalu
kuadrat dengan derajat kemaknaan α = mempengaruhi tingkat kejadian stunting
0,1 didapatkan nilai X2 hitung lebih pada anak/balitanya. Namun ibu harus
kecil dari X2 tabel (0,877<2,706). Maka memiliki pengetahuan gizi yang baik,
dari hasil tersebut dapat disimpulkan agar tumbub kembang balitanya dapat
bahwa Ha ditolak dan H0 diterima yang optimal.
artinya tidak ada hubungan antara Ada beberapa faktor yang
pengetahuan gizi ibu dengan kejadian mempengaruhi tingkat kejadian stunting
stunting pada balita. pada anak diantaranya adalah faktor
Hasil penelitian yang sama yaitu genetik, dimana anak yang memiliki
penelitian yang dilakukan oleh Candra orang tua dengan tubuh yang pendek ke
(2013) tentang hubungan underlying mungkinan besar anak memiliki anak
factors dengan kejadian stunting pada yang pendek, ini sejalan dengan
anak usia 1-2 tahun, yang menyatakan penelitian yang dilakukan di Narsikhah
bahwa tidak ada hubungan bermakna (2012) pada penelitian di semarang
antara faktor pengetahuan dengan timur tentang faktor resiko kejadian
stunting pada anak. stunting pada balita diketahui bahwa
Hasil penelitian ini berbanding tinggi badan orang tua yang pendek
terbalik dengan penelitian yang menjadi faktor resiko pada kejadian
dilakukan oleh Ismanto dkk, 2014 stunting pada balita. Kemudian factor
tentang “Hubungan pengetahuan orang lainnya adalah prematuritas atau
tua tentang gizi dengan stunting pada panjang badan lahir pendek, sangat
anak usia 4-5 tahun di Tk Malaekat mempengaruhi tinggi badan pada anak
Pelindung Manado”. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
menunjukan bahwa terdapat hubungan dilakukan Anugraheni (2012) tentang
yang signifikan atau bermakna antara faktor resiko kejadian stunting di
pengetahuan orang tua tentang gizi kecamatan Pati, Kab. Pati menunjukan
dengan stunting (Candra, 2013 dalam bahwa faktor resiko kejadian stunting
Jurnal Ismanto dkk, 2012). adalah prematuritas atau panjang badan
Sedangkan pada penelitian yang lahir pendek (Anugraheni, 2012 dalam
telah dilakukan pada 57 responden ibu jurnal Ismanto dkk, 2012).
bayi/balita di Desa Buhu Kecamatan

50 | Health and Nutritions Journal (JHN)


Health and Nutritions Journal Volume III / Nomor 1 / 2017
Salman, Fitri Yani Arbie, Yulin Humolungo

KESIMPULAN in rular and urban areas.


1. Sebagian besar ibu-ibu yang ada di http://jurnal.unej.ac.id/index.p
desa Buhu kecamatn Talaga Jaya hp/JPK/article/download/2520
memiliki pengetahuan gizi cukup /2029. Diakses pada tanggal
baik (66.6%). 09 juli 2016
2. Prevalensi anak balita yang
mengalami stunting di desa Buhu, Arisman, 2004, Gizi Dalam Daur
cukup tinggi dibandingkan angka Kehidupan, Penerbit Buku
nasional yang mencapai 37.2% kedokteran EGC. Jakarta
3. Tidak ada hubungan bermakna
antara pengetahuan gizi ibu dengan Aspuah, 2013, Kumpulan Kuesioner
kejadian stunting pada anak balita di dan Instrumen penelitian
Desa Buhu Kecamatan Talaga Jaya Kesehatan, PT. Nuha Medika,
Kabupaten Gorontalo Yogyakarta

SARAN Dinkes Gorontalo, 2013. Prevalensi


1. Bagi ibu-balita yang ada di Desa stunting di Gorontalo.
Buhu Kecamatan Talaga Jaya
Kabupaten Gorontalo, diharapkan Ertharin Cousin, 2015. Prevalensi
dapat lebih memperhatikan stunting secara global.
kebutuhan gizi bayi/anak balitanya http://gizi.depkes.go.id/gizi-
agar pertumbuhan dan sebagai-komponen-inti-dari-
perkembangannya dapat optimal. pembangunan-berkelanjutan-
2. Balita yang mengalami masalah gizi masyarakat-global-serukan-
seperti stunting, harus segera kemitraan-untuk-mengatasi-
dilakukan intervensi gizi dan masalah-gizi. Diakses pada
pemantauan tumbuh kembangnya tanggal 22 Januari 2016
selama dalam masa pengobatan. Dan
ibu bayi/balita harus selalu diberikan Fajar dkk 2014, Penilaian Status gizi,
penyuluhan dan konseling gizi untuk Penerbit Buku kedokteran
peningkatan pengetahuan mereka EGC, Jakarta
tentang gizi.
3. Dinas Kesehatan Kabupaten Fajar dkk, 2013. Ilmu Gizi Untuk
Gorontalo harus lebih meningkatkan Praktisi dan Kesehatan,
fasilitas- fasilitas kesehatan didaerah Garaha Ilmu, Yogyakarta.
terpencil serta pemberian jaminan
kesehatan bagi masyarakat yang Fitriani Kamalia, 2015, Pengaruh
kurang mampu. penyuluhan media lembar
balik gizi terhadap
DAFTAR PUSTAKA peningkatan pengetahuan ibu
Altmasier, 2009. Prinsip Dasar Ilmu balita gizi kurang di
Gizi, PT. Gramedia Pustaka Puskesmas Pamulang,
Utama, Jakarta Tangareng.
http://repository.uinjkt.ac.id/ds
Aridiyah et al, 2015, Faktor-faktor yang pace/bitstream/123456789/306
mempengaruhi kejadian 23/1/furi%20kamalia%20fitria
stunting pada anak balita di ni-fkik.pdf, Diakses pada
wilayah pedesaan dan tanggal 22 Juni 2016
perkotaan (The factors
affecting stunting on toddlers

51 | Health and Nutritions Journal (JHN)


Health and Nutritions Journal Volume III / Nomor 1 / 2017
Salman, Fitri Yani Arbie, Yulin Humolungo

Gibney dkk, 2013. Gizi Kesehatan , 2012. Ilmu dan Seni


Masyarakat, Penerbit Buku Kesehatan Masyarakat, PT
Kedokteran EGC, Jakarta Rineka Cipta, Jakarta

Ismanto dkk, 2012, Hubungan , 2012. Metedologi Penelitian


Pengetahuan Orang Tua Kesehatan, Penerbit Rineka
Tentang Gizi Dengan stunting Cipta, Jakarta
Pada Anak Usia 4-5 tahun di
TK Malaekat Pelindung , 2002. Metedologi Penelitian
Manado. Kesehatan, Penerbit Rineka
http://download.portalgaruda.o Cipta, Jakarta
rg/article.php?article=172688
&val=5798&title=hubungan- Oktarina Zilda, 2010, Hubungan berat
pengetahuan-orang-tua- lahir dan faktor-faktor lainnya
tentang-gizi-dengan-stunting- dengan kejadian Stunting pada
pada-anak-usia4sampai5tahun- balita usia 24-59 bulan di
di-tk-malaekat-pelindung- provinsi Aceh, Sumatera
manado. Diakses pada tanggal Utara, Sumatera Selatan dan
22 Januari 2016 Lampung.
http://lib.ui.ac.id/file?file=digit
Hadi dkk, 2010. Kajian Stunting Pada al/20318356-S-
Anak Balita Di Tinjau Dari Zilda%20Oktarina.pdf Diakses
Pemberian ASI Eksklusif, Mp- pada tanggal 9 juli 2016
ASI, Status Imunisasi Dan
Karakteristik Keluarga Di Riskesdas, 2013, Laporan Hasil Riset
Kota Banda Aceh. Kesehatan Dasar,
http://acehnutrition.com/media http://www.depkes.go.id/resou
/jurnal/435d24eeaa77c789fd88 rces/download/general/Hasil%
50a71db0567.pdf, Diakses 20Riskesdas%202013.pdf,
pada tanggal 22 Januari 2016 Diakses pada tanggal 16
November 2015
Imron Moch, 2010. Statistika
Kesehatan, Penerbit CV. Poha, 2013. Hubungan Pola Makan
Sagung Seto, Jakarta Dengan Status Gizi Siswa
SMP Negeri 3 Satap
Kemenkes RI, 2015. Rencana Strategis Kecamatan Tabongo
Kementerian Kesehatan 2015- Kabupaten Gorontalo Tahun
2019. 2013. Politeknik Kesehatan.
http://www.depkes.go.id/resou Gorontalo.
rces/download/info-
publik/Renstra-2015.pdf, Nursalam, 2003. Konsep Dan
Diakses pada tanggal 16 Penerapan Metedologi
November 2015 Penelitian Ilmu Keperawatan.
Penerbit Salemba Medika,
Notoatmodjo, 2003. Pendidikan dan Jakarta
Perilaku Kesehatan, PT
RinekaCipta, Jakarta Ranuh GDE, 2012. Beberapa Catatan
Kesehatan Anak, CV Agung
Seto, Jakarta

52 | Health and Nutritions Journal (JHN)


Health and Nutritions Journal Volume III / Nomor 1 / 2017
Salman, Fitri Yani Arbie, Yulin Humolungo

Riduwan, 2011. Belajar Mudah


Penelitian, Penerbit Cv.
Alfabeta, Bandung

Nursalam, 2003. Konsep Dan


Penerapan Metedologi
Penelitian Ilmu Keperawatan.
Penerbit Salemba Medika,
Jakarta

Ranuh GDE, 2012. Beberapa Catatan


Kesehatan Anak, CV Agung
Seto, Jakarta

Riduwan, 2011. Belajar Mudah


Penelitian, Penerbit Cv.
Alfabeta, Bandung

Waryono, 2010, Gizi Reproduksi, PT.


Pustaka Rihana, Yogyakarta.

Wirjatmadi, dkk. 2014. Gizi dan


Kesehatan Balita, Kencana
Prenadamedia Group, Jakarta

Zainudin Asniwati. 2014. Teknologi


Pangan, CV idea sejahtera,
Yogyakarta

53 | Health and Nutritions Journal (JHN)

You might also like