Cookies Dengan Subtitusi Tepung Jewawut

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Media Gizi Pangan, Vol.

XXIV, Edisi 2, 2017 Cookies, Tepung Jewawut

COOKIES DENGAN SUBTITUSI TEPUNG JEWAWUT

Asmarudin Pakhri1, Nur Yani2, Hikmawati Mas’ud1, Sirajuddin1


1
Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes, Makassar
2
Alumni, Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes, Makassar

Abstract

Background: Increasing of degenerative disease such as Diabetes Mellitus needs to be


anticipated by innovating in food products. Apart from the staple food, the availability of
nutrients can also come from snack. Newest invention of snack products are cookies with
substitution of foxtail millet flour with a low glycemic index and have the potential to
become a functional food. Foxtail millet flour, wheat flour, granulated sugar, chocolate,
margarine, and eggs are then baked through the oven.

Objectives : The purpose of this study is to determine consumer acceptability of the


cookies with substitution of foxtail millet flour.

Method: These research include pre experimental research and analyzed by percentage
descriptive test. These research using post test group design. Research was conducted
at civilian laboratory of PT Sucofindo Makassar. Receipt data is obtained through a form
filled by 30 untrained panelists.

Result: Results shows that panelists acceptance of cookies with the most favored 15%
foxtail millet flour substitution of color, texture and flavor aspects is due to the fact that
cookies based on these three aspects are the same as the cookies in general. While
cookies substitute 50% foxtail millet flour concentration of the most preferred aspect of
flavor, because the more flour, the cookies are tastier.

Conclusion: For the next researcher in making cookies with substitution of foxtail millet
flour more attention on when roasting using oven and can know how to overcome the
odor found in the flour of foxtail millet, and to test laboratory of macro nutrient content or
fiber in cookies with substitution of foxtail millet flour.

Keyword: : Acceptance, cookies, foxtail millet flour

LATAR BELAKANG (dietary fiber), serta mineral yang berperan


Seiring dengan perkembangan penting bagi kesehatan. Cemilan yang sehat
pengetahuan di bidang gizi dan kesehatan, tidak hanya kaya akan energi, tetapi sebaiknya
kesadaran masyarakat akan kesehatan serta juga mengandung serat pangan, antioksidan,
pentingnya nilai gizi dalam makanan aneka vitamin dan mineral yang penting untuk
menyebabkan kebutuhan akan pangan kesehatan. Juga tidak yang mengandung
berkualitas meningkat juga. Makanan bahan tambahan pangan (food additivies),
berkualitas diharapkan dapat menunjang seperti pemanis, pewarna dan pengawet
terciptanya generasi bangsa yang sehat apalagi yang tidak sesuai aturan. Salah satu
(Sirajuddin, dkk, 2015) makanan ringan yang sedang menjadi trend
Selain dari makanan pokok, adalah kue kering cookies (Husna, 2014).
ketersediaan zat-zat gizi juga bisa berasal dari Cookies adalah produk pangan yang
makanan selingan atau cemilan (snack). umumnya berbentuk bulat akan tetapi seiring
Cemilan adalah makanan yang dikonsumsi di berkembangnya zaman masyarakat banyak
antara waktu makan utama. cemilan yang ada mengembangkan berbagai bentuk unik dan
di pasaran umumnya hanya merupakan lucu dari cookies tersebut. Cookies ini banyak
sumber energi karena bahan utamanya adalah beredar di pasaran tetapi harganya cukup
tepung, gula dan lemak. Cemilan tersebut mahal karena masih berupa produk impor. Hal
umumnya miskin akan berbagai komponen ini tidak sesuai dengan kebutuhan konsumen
bioaktif seperti antioksidan, serat pangan akan pangan sehat yang harganya terjangkau.

21
Media Gizi Pangan, Vol. XXIV, Edisi 2, 2017 Cookies, Tepung Jewawut

Padahal banyak bahan pangan lokal dengan tepung terigu pernah diteliti dan diketahui
potensi yang cukup tinggi namun selama ini memiliki IG rendah yaitu sebesar 50,8% (Anju,
belum dimanfaatkan secara optimal. Oleh 2010).
karena itu perlu adanya pemanfaatan bahan- Tujuan penelitian ini adalah
bahan lokal seperti jewawut dalam pembuatan menganalisis daya terima cookies jawawut
cemilan cookies sehingga menghasilkan konsentrasi 15%, 35% dan 50% berdasarkan
produk yang potensial untuk di pasarkan aspek warna, tekstur, aroma dan rasa.
(Husna, 2014). Jewawut sudah mulai
dikembangkan potensinya sebagai bahan METODE PENELITIAN
pangan lokal, antara lain diolah menjadi flakes Disin penelitian ini adalah penelitian
dan keripik (Hildayanti, 2012). pra eksperimen. Unit analisis adalah Cookies
Jewawut memilki nilai gizi mirip Jawawut. Dibuat dari bahan tepung terigu
dengan serealia lain yaitu padi, gandum dan disubtitusi dengan tepung jawawut. Sampel
jewawut layak dikembangkan karena tanaman produk dibagi menjadi 3 jenis, berdasarkan
ini memiliki adaptasi yang baik pada daerah perbandingan tepung jawawut terhadap
hujan rendah atau kering. Jewawut tepung terigu (%). Berdasarkan nilai
mengandung karbohidrat sekitar 75 %, protein perbandingan tersebut dibuat sampel menjadi
11 % (Puspawati, 2009), juga kaya vitamin dan 3 jenis, yaitu sampel A, B dan C dengan
mineral seperti niacin, piridoxin dan folacin. konsentrasi jawawut masing masing 15%, 35%
Jewawut mengandung antioksidan, dan 50%. Sampel produk dibuat di
senyawa bioaktif dan serat yang tinggi Laboratorium Kuliner Jurusan Gizi Politeknik
(Rooney, 2009), sehingga memiliki potensi Kesehatan Makassar. Tepung terigu
untuk menjadi pangan fungsional. Ushakumari digunakan adalah dari jenis tepung terigu
(2004) dalam penelitiannya menunjukkan berkadar protein rendah (<10%).Tepung
bahwa kandungan serat pangan total yang jawawut dibuat dari Jawawut produksi petani
terdapat dalam jewawut yaitu sebanyak 8,8% lokal di Kabupaten Selayar. Uji daya terima
(db) untuk jewawut yang sudah dikupas, cokies jawawut dengan penilaian organoleptic
10,8% (db) untuk jewawut yang diolah menjadi (warna, tekstur, aroma, dan rasa), oleh 30
flakes, 8,2% (db) pada jewawut yang orang panelis tidak terlatih. Uji organoleptic
diekstruksi, 11,8% (db) dalam popped jewawut dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan
dan 8,3% (db) kandungan serat pangan total Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Makassar.
pada jewawut yang telah ditepungkan dan Analisis daya terima secara statistic dengan uji
dikeringkan dengan mesin roller dryner. beda rerata skor penilaian produk dengan uji
Sedangkan dalam penelitian Devisetti, dkk lanjut Duncan.
(2014) disebutkan kandungan serat pangan
total dari jewawut adalah sebanyak 20,8%. HASIL PENELITIAN
Komponen pangan fungsional lain Pembuatan cookies dengan subtitusi tepung
dalam jewawut adalah pati resisten, yang jewawut
memengaruhi kecernaan karbohidrat dan Pembuatan tepung jewawut dan
berpengaruh terhadap pengendalian gula cookies subtitusi tepung jewawut telah
darah. Kandungan pati resisten pada jewawut dilakukan pada Laboratorium Sipil Sucofindo
cukup tinggi yaitu sebanyak 14,6% (Bangoura, Makassar dan daya terima panelis terhadap
2012). Pati resisten menyebabkan kecernaan cookies subtitusi tepung jewawut telah
karbohidrat turun sehingga tubuh manusia dilakukan pada kampus Jurusan Gizi
juga lebih lambat dalam mencerna karbohidrat Poltekkes Makassar. Pada saat pembuatan
tersebut, sehingga kenaikan gula darah juga cookies tidak terdapat kendala karena telah
menjadi lambat. Pangan fungsional yang dilengkapi dengan alat dan bahan yang
mengandung serat pangan dan pati resisten lengkap shingga memudahkan peneliti dalam
erat kaitannya dengan indeks glikemik (IG). membuat cookies.
Pangan dengan nilai IG yang tinggi berarti Cookies subtitusi tepung jewawut yang
pangan tersebut dapat dengan cepat dibuat memiliki berat bahan yang sama yaitu
meningkatkan kadar gula darah, sedangkan 300 gram, namun konsentrasi tepung jewawut
pangan dengan nilai IG rendah berarti yang berbeda-beda. Cookies dengan
kecernaannya rendah dan menaikkan gula konsentrasi 15% memiliki berat tepung terigu
darah dengan lebih lambat sehingga dapat 255 gram dan tepung jewawut 45 gram,
mencegah penyakit degeneratif seperti cookies dengan konsentrasi 35% memiliki
Diabetes Melitus. Biskuit dengan komposisi berat tepung terigu 195 gram dan tepung
45% tepung jewawut (setaria italica) dan 55% jewawut 105 gram, dan cookies dengan

22
Media Gizi Pangan, Vol. XXIV, Edisi 2, 2017 Cookies, Tepung Jewawut

konsentrasi 50% memiliki berat tepung terigu (20,0%), suka 22 panelis (73,3%), dan tidak
150 gram dan tepung jewawut 150 gram suka 2 panelis (6,7%). Cookies subitusi tepung
juga.Cookies dibuat melalui proses jewawut pada konsentrasi 35% umumnya
pencampuran bahan, pengadonan, sangat suka 4 panelis (13,3%), suka 21
pencetakan dan pemanggangan dengan oven panelis (70,0%), tidak suka 5 panelis
selama 30 menit. (16,7%)dan cookies subtitusi tepung jewawut
Daya Terima Cookies pada konsentrasi 50% umumnya sangat suka
Tabel 01 menunjukkan bahwa daya 8 panelis (26,7%), suka 14 panelis (46,7%),
terima panelis terhadap warna cookies dan tidak suka 8 panelis (26,7%).
subtitusi tepung jewawut pada konsentrasi
15% pada umumnya sangat suka 6 panelis

Tabel 01
Daya Terima Cookies Jawawut

A (15%) B (35%) C (50%)


Daya Terima Hedonic Scale
n % n % n %
Warna Sangat Suka 6 20,0 4 13,3 8 26,7
` Suka 22 73,3 21 70,0 14 46,7
Tidak Suka 2 6,7 5 16,7 8 26,7
Tekstur Sangat Suka 8 26,7 3 10,0 4 13,3
Suka 18 60,0 20 66,7 25 83,3
Tidak Suka 4 13,3 7 23,3 1 3,3
Aroma Sangat Suka 6 20,0 4 13,3 6 20,0
Suka 21 70,0 22 73,3 19 63,3
Tidak Suka 3 10,0 4 13,3 5 16,7
Rasa Sangat Suka 8 26,7 5 16,7 8 26,7
Suka 19 63,3 17 56,7 20 66,7
Tidak Suka 3 10,0 8 26,7 2 6,7

Daya terima panelis berdasarkan panelis (66,7%), tidak suka 7 panelis (23,3%).
aspek aroma cookies subtitusi tepung cookies dengan konsentrasi tepung jewawut
jewawutpada konsentrasi 15% pada umumnya 50% umumnya sangat suka 4 panelis (13,3%),
sangat suka 6 panelis (20,0%), suka 21 suka 25 panelis (83,3%), dan tidak suka 1
panelis (70,0%), dan tidak suka sebanyak panelis (3,3%).
3panelis (10,0%). cookies dengan konsentrasi Daya terima panelis dari aspek rasa
tepung jewawut 35% umumnya sangat suka 4 terhadap cookies subtitusi tepung jewawut
panelis (13,3%), suka 22 panelis (73,3%), dan pada konsentrasi 15% pada umumnya sangat
tidak suka 4 panelis (13,3%).cookies dengan suka 8 panelis (26,7%), suka sebanyak 19
konsentrasi tepung jewawut50% umumnya panelis (63,3%) dan tidak suka sebanyak 3
sangat suka 6 panelis (20,0%), suka 19 panelis (10,0%). cookies dengan konsentrasi
panelis (63,3%), dan tidak suka 5 panelis tepung jewawut 35% umumnya sangat suka 5
(16,7%). panelis (16,7%), suka 17 panelis (56,6%),
Daya terima panelis terhadap tekstur tidak suka sebanyak 7 panelis (23,3%) dan
cookies subtitusi tepung jewawutpada sangat tidak suka sebanyak 1 panelis (3,3%).
konsentrasi 15%pada umumnya sangat suka 8 cookies dengan konsentrasi tepung jewawut
panelis (26,7%), suka 18 panelis (60,0%), dan 50% umumnya sangat suka 8 panelis (26,7%),
tidak suka 4 panelis (13,3%). cookies dengan suka 20 panelis (66,7%), tidak suka 2 panelis
konsentrasi tepung jewawut 35% umumnya (6,7%).
sangat suka 3 panelis (10,0%), suka 20

23
Media Gizi Pangan, Vol. XXIV, Edisi 2, 2017 Cookies, Tepung Jewawut

Tabel 2
Analisis Daya Terima Cookies Jawawut

95% Confidence
Interval for Mean
F p
Aspek dan Konsentrasi Rerata SD Lower Upper
Bound Bound
Wartna Konsentrasi 15% 3.1333 .50742 2.9439 3.3228 0.626 0.537
Konsentrasi 35% 2.9667 .55605 2.7590 3.1743
Konsentrasi 50% 3.0000 .74278 2.7226 3.2774
Aroma Konsentrasi 15% 3.1000 .54772 2.8955 3.3045 0.245 0.784
Konsentrasi 35% 3.0000 .52523 2.8039 3.1961
Konsentrasi 50% 3.0333 .61495 2.8037 3.2630
Tekstur Konsentrasi 15% 3.1667 .59209 2.9456 3.3878 1.630 0.202
Konsentrasi 35% 2.9333 .58329 2.7155 3.1511
Konsentrasi 50% 3.1333 .43417 2.9712 3.2955
Rasa Konsentrasi 15% 3.1333 .62881 2.8985 3.3681 3.116 0.049
Konsentrasi 35% 2.8000 .71438 2.5332 3.0668
Konsentrasi 50% 3.1667 .53067 2.9685 3.3648

Berdasarkan hasil analisis data Perbedaan ditemukan pada karakter rasa


diketahui bahwa cookies jawawut produk A, B untuk untuk ketiga produk A, B, dan C dengan
dan C, tidak berbeda pada aspek warna, signifiikansi 0,049.
aroma, dan tekstur dengan nilai signifikansi
masing masing 0.537, 0.784, dan 0.202.

Tabel 3.
Tabel Analisis Lanjut Duncan terhadap Rasa Cookies Jawawut

Perbedaan pada alpha = 0.05


Konsentrasi Panelis (n) Rerata Harmonik Rerata Harmonik
(Pertama) (Kedua)
Konsentrasi 35% 30 2.80
Konsentrasi 15% 30 3.13
Konsentrasi 50% 30 3.16
p 1.000 .838

Hasil analisis lanjut Duncan, diketahui subjektif mutu makanan dapat dinilai secara
bahwa pada aspek rasa yang berbeda organoleptik atau dengan indera (Zakaria,
karakternya adalah konsentrasi 35% berbeda 2009)
dengan konsentrasi 15% dan 50%. Jadi Warna merupakan komponen yang
cookies jawawut dari aspek rasa konsentrasi sangat penting untuk menentukan kualitas
15% dan 50% memiliki rasa yang sama atau derajat penerimaan suatu bahan pangan.
(p=0.838). Skor penilaian panelis untuk rasa Suatu bahan pangan meskipun dinilai enak
yang baik adalah pada konsentrasi 15% dan dan teksturnya sangat baik, tetapi memiliki
50%. warna yang tidak menarik atau memberi kesan
telah menyimpang dari warna yang
PEMBAHASAN seharusnya, maka seharusnya tidak akan
Penilaian komoditas hasil pertanian atau dikonsumsi. Penentuan mutu suatu bahan
produk olahan serta daya terima panelis pangan pada umumnya tergantung pada
dilakukan dengan dua pendekatan yaitu warna, karena warna tampil terlebih dahulu
objektif dan subjektif. Objektif mengambil (Winarno, 2004).
keputusan tentang mutu makanan secara fisik, Berdasarkan hasil uji organoleptik
kimia dan mikrobiologi. Sedangkan secara terhadap warna cookies dengan subtitusi

24
Media Gizi Pangan, Vol. XXIV, Edisi 2, 2017 Cookies, Tepung Jewawut

tepung jewawut, yang paling disukai oleh disukai oleh panelis yaitu formula 2 dengan 50
panelis adalah cookies konsentrasi 15% gram tepung jewawut. Aroma food bar berasal
dibandingkan dengan warna cookies dengan dari bahan-bahan penyusunnya yaitu tepung
konsentrasi 35% dan 50%. Hal ini dikarenakan jewawut dan kacang merah.Timbulnya aroma
pada cookies konsentrasi 15% warnanya dikarenakan adanya zat bau yang bersifat
sama dengan cookies yang pada umumnya, mudah menguap. Protein yang terdapat dalam
sedangkan cookies konsentrasi 35% warnanya bahan akan terdegradasi menjadi asam amino
lebih gelap karena pada saat pemanggangan oleh adanya panas. Reaksi antara asam
yang terlalu lama. Namun seluruh persentase amino dan gula akan menghasilkan aroma,
warna cookies yang diperoleh berada dalam sedangkan lemak dalam bahan akan
taraf yang disukai. teroksidasi dan dipecah oleh panas sehingga
Penelitian (Cahyono, 2015) formulasi sebagian dari bahan aktif yang ditimbulkan
food bar dengan bahan jewawut dan kacang oleh pemecahan itu akan bereaksi dengan
merah menunjukkan bahwa warna yang paling asam amino dan peptida untuk menghasilan
disukai oleh panelis yaitu formula 2 dengan 50 aroma
gram tepung jewawut. Kedua hasil penelitian Tekstur memiliki pengaruh penting
ini menunjukkan bahwa sebagian besar terhadap produk misalnya dari tingkat
panelis menyukai warna masing-masing kerenyahan, tipe permukaan, kekerasan dan
produk peneliti dari bahan tepung jewawut. sebagainya. Panelis cenderung lebih
Warna coklat khas cookies pada menyukai tekstur yang renyah dan menarik.
umumnya diperoleh saat proses Sebaliknya, panelis akan memberi skor yang
pemanggagan partikel yang akan mengalami lebih rendah terhadap cookies yang teksturnya
reaksi pencoklatan non enzimatis yang kurang renyah. Tekstur merupakan sensasi
disebabkan oleh interaksi antara protein dan tekanan yang dapat diamati dengan mulu
gula reduksi yang membuat warna cookies (pada waktu digigit, dikunyah dan ditelan)
tepung jewawut terbentuk. Pemanggangan ataupun perabaan dengan jari (Puspawati,
merupakan salah satu cara yang dilakukan 2009). Berdasarkan hasil uji organoleptik
pada suatu produk pangan yang dasarnya terhadap tekstur cookies dengan subtitusi
mengakibatkan terjadinya gelatinisasi pati tepung jewawut yang paling disukai panelis
serta menonaktifkan enzim yang adalah cookies konsentrasi 15% dibandingkan
mengakibatkan perubahan warna, cita rasa konsentrasi lainnya. Rendahnya tingkat
atau nilai gizi pada produk makanan. kesukaan panelis terhadap cookies dengan
Aroma adala bau yang ditimbulkan oleh konsentrasi tepung jewawut 35% dan 50%
rangsangan kimia yang tercium oleh syaraf- diakibatkan karena cookies tepung jewawut
syaraf alfaktori yang berada dalam rongga yang dihasilkan agak kasar ditenggorokan saat
hidung ketika makanan masuk ke dalam mulut ditelan, berbeda dengan konsentrasi 15%
(Winarno, 2004). Faktor aroma juga menjadi memiliki tekstur renyah dan agak lembut saat
faktor penentu daya terima panelis karena ditenggorokan yang hampir sama dengan
suatu produk meskipun memiliki warna atau cookies pada umumnya.
ciri visual yang baik namun aromanya sudah Penelitian (Cahyono, 2015) formulasi
tidak khas dan menarik akan mempengaruhi food bar dengan bahan jewawut dan kacang
karakteristik panelis. Berdasarkan hasil uji merah menunjukkan bahwa tekstur yang
organoleptik terhadap aroma cookies dengan paling disukai oleh panelis yaitu formula 2
subtitusi tepung jewawut yang paling disukai dengan 50 gram tepung jewawut. Hal ini
panelis adalah cookies konsentrasi 15% disebabkan tekstur dari formula 2 yaitu tepung
dibandingkan konsentrasi lainnya. Hal tersebut jewawut dan tepung kacang merah seimbang
dikarenakan cookies pada konsentrasi tepung sehingga tekstur keduanya berpadupadan
jewawut 15% memiliki aroma yang sedikit tidak yang membuat food bar renyah. Tekstur food
langu atau hampir sama dengan aroma bar ditentukan oleh bahan-bahan
cookies pada umumnya. Penurunan tingkat penyusunnya dan cara pengolahannya.
kesukaan terhadap aroma cookies disebabkan Tekstur renyah pada cookies ditentukan
karena aroma langu tepung jewawut yang oleh kandungan gluten dalam bahan. Pada
mendominasi, sehingga pada konsentrasi konsentrasi 15% tepung terigu yang digunakan
tepung jewawut 35% dan 50% sangat kuat lebih banyak dibandingkan dengan cookies
dibandingkan pada konsentrasi 15%. konsentrasi lainnya. Sehingga gluten yang
Penelitian (Cahyono, 2015) formulasi terdapat didalamnya semakin tinggi pula
food bar dengan bahan jewawut dan kacang kemampuannya dalam menyerap air pada
merah menunjukkan bahwa aroma yang paling permukaan bahan sehingga kadar air bahan

25
Media Gizi Pangan, Vol. XXIV, Edisi 2, 2017 Cookies, Tepung Jewawut

semakin tinggi dan menghasilkan tekstur yang mengetahui cara mengatasi bau langu yang
renyah. terdapat pada tepung jewawut, serta
Rasa adalah faktor berikutnya yang melakukan uji laboratorium kandungan gizi
dinilai panelis setelah warna, aroma dan makro atau seratnya.
tekstur. Rasa lebih banyak melibatkan indera
lidah. Rasa yang enak dapat menarik DAFTAR PUSTAKA
perhatian sehingga konsumen lebih cenderung Anju T Jr andSarita S. 2010. Suitability of
menyukai makanan dari rasanya. Cita rasa Foxtail Millet (Setaria Italica) and
dari bahan pangan sesungguhnya terdiri dari Barnyard Millet (Echinochloa
tiga komponen yaitu bau, rasa dan frumentacea) for Development of Law
rangsangan mulut (Ushakumari, 2004). Glykemic Index Biscuits. Malaysian
Berdasarkan hasil uji organoleptik Journal of Nutrition. 2010 Dec; 16(3): 361-
terhadap rasa cookies dengan subtitusi tepung 8, Diakses dari
jewawut yang paling disukai panelis adalah http://www.ncbi.nlm.nih.gov/
cookies konsentrasi 50% dibandingkan pubmed/22691989 pada 20 Januari 2017
konsentrasi lainnya. Tingginya tingkat Bongoura M.L., Atindana J.N., Ming Z.H., Wei
kesukaan panelis terhadap cookies dengan P, Mothibe K.J and Xue Z.K., 2012.
konsentrasi tepung jewawut 50% diakibatkan Starch Functional Properties and
karena cookies tepung jewawut yang Resistant Starch from Foxtail Millet
dihasilkan memiliki rasa gurih dan tepung [Setaria italica (L.) P. Beauv] Species.
jewawut tersebut rasanya sama seperti Pakistan Journal of Nutrition, 11: 919-928.
dengan kacang tanah yang membuat cookies Diakses dari http://www
menjadi enak. Semakin banyak konsentrasi .pjbs.org/pjnonline/fin2434.pdf pada 20
tepung jewawut yang menggantikan tepung Januari 2017
terigu maka rasa yang dihasilkan cookies akan Cahyono JKA. 2015. Formulasi food bar
semakin nikmat khas kacang tanah. dengan bahan juwawut (Setaria Italica sp)
Penelitian (Cahyono, 2015) formulasi dan kacang merah (Phaseolus vulgaris) :
food bar dengan bahan jewawut dan kacang Uji Sifat Organoleptik, Sifat Fisiko-Kimia,
merah menunjukkan bahwa rasa yang paling serta Penentuan Indeks
disukai oleh panelis yaitu formula 2 dengan 50 Glikemik.http://etd.repository.ugm.ac.id/in
gram tepung jewawut. Rasa dari food bar dex.php?mod=book_detail&sub=BookDet
cenderung manis karena adanya penggunaan ail&act=view&typ=htmlext&buku_id=8403
maltitol. Maltitol ini mempunyai tingkat 2&obyek_id=4&unitid=&jenis_id program
kemanisan setara dengan 0,8 kali sukrosa studi gizi kesehatan fakultas kedokteran
(gula tebu). Food bar juga memiliki rasa gurih Universitas Gadjah Mada. Diakses pada
yang muncul dari interaksi antara amino tanggal 20 Januari 2017
dengan protein, gliserol dan senyawa alifatik Devisetti, R. Yadahally and S.N. Bhattacharya,
organik lainnya seperti karbohidrat (Winarno, 2014. Nutrients and antinutrients in foxtail
2004). and proso millet milled fractions:
Evaluation of their flour functiobality. Food
KESIMPULAN Science and Technology 69 (2014)
Cookies dengan subtitusi tepung 889e895 diakses dari
jawawut 15%, 35% dan 50% adalah memiliki http://www.sciencedirect.comezproxy.ugm
karekteristik yang sama untuk warna, aroma .ac. id/science/article/
dan tekstur. Cookies dengan subtitusi tepung pii/S0023643814004344 pada 20 Januari
jawawut 15% dan 50% memiliki penilaian 2017
paling baik pada aspek rasa. Hildayanti. 2012.Studi Pembuatan Flakes
Jewawut (Setaria Italica). Program Studi
SARAN Ilmu Dan Teknologi PanganJurusan
Disarankan kepada instatnsi terkait Teknologi PertanianFakultas
untuk lebih mengembangkan potensi jewawut PertanianUniversitas
sebagai bahan pangan jajanan lokal antara HasanuddinMakassarDiakses dari
lain sebagai substitusi tepung terigu mengingat http://repository.unhas.ac.id/handle/12345
budidaya lebih mudah dan nilainya cukup 6789/2965. pada tanggal 2 Februari 2017
tinggi. Bagi peneliti selanjutnya dalam
pembuatan cookies dengan subtitusi tepung
jewawut lebih memperhatikan pada saat
pemanggangan menggunakan oven dan dapat

26
Media Gizi Pangan, Vol. XXIV, Edisi 2, 2017 Cookies, Tepung Jewawut

Husna, S. 2014. Analisis Kandungan Kalsium Sirajuddin, dkk, 2015. Survei Konsumsi
dan Uji Daya Terima pada Modifikasi Pangan. EGC. Jakarta.
Cookies dengan Tepung Cangkang Telur Ushakumari, Singh R., Latha, Shri kantan,
Ayam.Fakultas Kesehatan Masyarakat Malleshi and Nagappa G. 2004. The
Universitas Sumatera Utara Medan. functional properties of popped, flaked,
(http://repository.usu.ac.id/handle/123456 extruded and roller-dried foxtail millet
789/61120). Diakses 8 Desember 2016 (Setaria italica). Internatonal Journal of
Puspawati, dan G.A. Kadek Diah. 2009. Kajian Food Science and Technology 2004, 39,
Aktivitas Proliferasi Limfosit Dan 907-915 Diakses dari
Kapasitas Antioksidan Sorgum (Sorghum http://onlinelibrary.wiley.
Bicolor L Moench) Dan Jewawut com/doi/10.1111/j.13652621.2004.00850.
(Pennisetum Sp) Pada Tikus Sprague x/abstract pada 20 Januari 2017
Dawley. Sekolah Pasca Sarjana Institute Winarno F G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi.
Pertanian Bogor, Bogor. Gramedia. Jakarta.
(http://repository.ipb.ac.id/handle/1234567 Zakaria dkk, 2009. Pedoman praktikum ilmu
89/4436). Diakses 4 Desember 2016 telknologi pangan poltekkes jurusan gizi
makassar. Poltekkes Jurusan Gizi

27

You might also like