Upaya Peningkatan Cakupan Asi Eksklusif Dan Inisiasi Menyusu Dini (Imd

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/319926578

UPAYA PENINGKATAN CAKUPAN ASI EKSKLUSIF DAN INISIASI MENYUSU


DINI (IMD

Article · January 2017


DOI: 10.20884/1.ki.2017.9.01.230

CITATIONS READS

0 878

1 author:

Mina Yumei Santi


Poltekkes Yogyakarta
2 PUBLICATIONS   1 CITATION   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

determinant of breast-feeding of non-working mothers View project

All content following this page was uploaded by Mina Yumei Santi on 13 June 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


69

UPAYA PENINGKATAN CAKUPAN ASI EKSKLUSIF DAN INISIASI MENYUSU


DINI (IMD)

THE IMPROVEMENT EFFORTS OF EXCLUSIVE BREASTFEEDING AND


EARLY INITIATION OF BREASTFEEDING

Mina Yumei Santi


Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan(Poltekkes)
Kementerian Kesehatan Yogyakarta

ABSTRACT
Infant mortality rate by Indonesia Demographic Health Survey in 2012 is still quite high at 32 per 1,000
live births and under five year mortality rates of 40 per 1,000 live births. An effort to prevent infant
mortality is by breastfeeding soon after birth or so-called early initiation of breastfeeding and exclusive
breastfeeding. Coverage of exclusive breastfeeding nationwide in 2014 amounted to 52.3% is still below
the national target of 80%. The aim of this research was to find the efforts to improve the coverage of
exclusive breastfeeding and the early initiation of breastfeeding. The Efforts that can do are empowering
people through Mother Support Group, socialize the Government Regulation No. 33 of 2012 on exclusive
breastfeeding and breastfeeding counselor provides power. The local government is advised to draw up
local regulations that support the implementation of the early initiation of breastfeeding program and
exclusive breastfeeding so as to have binding legal force for all parties involved as well as to conduct
promotion, monitoring, evaluating and supervising the implementation and achievement of the program
exclusive breastfeeding.
Keywords:exclusive breastfeeding, early initiation of breastfeeding, midwife counselor.

PENDAHULUAN 40 per 1.000 kelahiran hidup (Kementerian


Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan, 2015). Walaupun angka ini
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun memang menunjukkan penurunan
2012, Angka Kematian Neonatus (AKN) dibandingkan dengan angka tahun 2007
pada tahun 2012 sebesar 19 per 1.000 yaitu 34 per 1.000 kelahiran hidup tetapi
kelahiran hidup. Angka ini sama dengan penurunan ini masih jauh dari target tujuan
AKN berdasarkan SDKI tahun 2007 dan pembangunan milenium atau Millenium
hanya menurun 1 poin dibanding SDKI Development Goals (MDGs) tahun 2015
tahun 2002-2003 yaitu 20 per 1.000 karena diharapkan angka kematian bayi
kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi di dapat turun menjadi 23 per 1.000 kelahiran
Indonesia menurut Survei Demografi hidup dan angka kematian balita turun
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup
masih cukup tinggi yaitu 32 per 1.000 (Minarto, 2011).
kelahiran hidup dan angka kematian balita

69
70 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 8, Nomor 3, Januari 2017, Hal 69-80

Sumber: Ditjen Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2015


Gambar 1. Tren angka kematian neonatal, bayi, dan balita.

Salah satu upaya yang dapat menjadi 480%, sekitar 40% kematian
dilakukan untuk mencegah terjadinya balita terjadi satu bulan pertama kehidupan
kematian balita adalah dengan pemberian bayi. IMD dapat mengurangi 22%
Air Susu Ibu (ASI) segera setelah lahir kematian bayi 28 hari, berarti IMD
atau biasa disebut Inisiasi Menyusu Dini mengurangi kematian balita 8,8%.
(IMD) serta pemberian ASI eksklusif. Hal Penelitian yang dilakukan Lancet (2003)
ini didukung oleh pernyataan United mendapatkan bahwa dengan menyusui
Nations Childrens Fund (UNICEF), bahwa eksklusif selama 6 bulan dan tetap diberi
sebanyak 30.000 kematian bayi di ASI sampai 11 bulan saja serta pemberian
Indonesia dan 10 juta kematian anak balita makanan pendamping ASI pada usia enam
di dunia pada tiap tahunnya bisa dicegah bulan dapat menurunkan kematian balita
melalui pemberian ASI secara eksklusif sebanyak 13% (Roesli, 2008). Edmond et
selama enam bulan sejak tanggal al (2006) menyatakan bahwa 16%
kelahirannya, tanpa harus memberikan kematian neonatal dapat dicegah jika bayi
makanan serta minuman tambahan kepada disusui sejak hari pertama kelahirannya
bayi. Berdasarkan penelitian WHO (2000), dan jika bayi menyusu dalam 1 jam
di enam negara berkembang, risiko pertama maka akan menurunkan angka
kematian bayi antara usia 9-12 bulan kematian sebesar 22%.
meningkat 40% jika bayi tersebut tidak Inisiasi Menyusu Dini (IMD) mulai
disusui. Untuk bayi berusia di bawah dua diperkenalkan di Indonesia pada tahun
bulan, angka kematian ini meningkat 2007 (Tasya, 2011) yaitu bayi mulai
Mina Yumei S., Upaya Peningkatan Cakupan ASI Eksklusif dan IMD 71

menyusu sendiri segera setelah lahir dan eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya
dilakukan dengan cara meletakkan bayi 15,3% (Bararah, 2011), persentase inisiasi
yang baru lahir secara tengkurap di dada menyusu dini kurang dari satu jam setelah
atau perut ibu sehingga kulit bayi melekat bayi lahir adalah 29,3% (Balitbang
pada kulit ibu (Peraturan Pemerintah No. Kesehatan Kemenkes, 2010).
33 Tahun 2012). ASI eksklusif adalah Hal ini menjadi suatu keprihatinan
pemberian hanya ASI saja tanpa makanan karena salah satu sasaran keluaran
dan minuman lain. ASI eksklusif Pembinaan Gizi Masyarakat yang sesuai
dianjurkan sampai 6 bulan pertama dengan Rencana Strategis Kementerian
kehidupan bayi (World Health Kesehatan tahun 2010-2014 adalah 80%
Organization, 2007). Dengan begitu bayi berusia 0-6 bulan mendapatkan ASI
selama 6 bulan pertama kehidupannya, eksklusif (Minarto, 2011). Sudah banyak
seorang bayi hanya mendapatkan ASI penelitian dan survei yang menyatakan
eksklusif saja dan ini diajurkan oleh badan manfaat dan keuntungan pemberian ASI
kesehatan dunia atau World Health eksklusif baik bagi ibu, bagi bayi, juga
Organization (WHO) setelah sebelumnya bagi keluarga dan masyarakat, namun
pemberian ASI eksklusif dinyatakan ironisnya belum banyak penelitian yang
diberikan sampai bayi berusia 4 (empat) membahas cakupan praktik pemberian ASI
bulan. eksklusif serta Inisiasi Menyusui Dini
Secara nasional cakupan pemberian (IMD). Tujuan studi ini adalah untuk
ASI eksklusif di Indonesia berfluktuasi mencari upaya peningkatan cakupan ASI
dan menunjukkan kecenderungan menurun eksklusif dan Inisiasi Menyusu Dini
selama 3 tahun terakhir. Cakupan (IMD).
pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6
METODE
bulan turun dari 62,2% tahun 2007
Jenis penelitian adalah penelitian
menjadi 56,2% pada tahun 2008.
deskriptif kualitatif untuk mencari upaya
Sedangkan cakupan pemberian ASI
peningkatan cakupan ASI eksklusif dan
eksklusif pada bayi sampai 6 bulan turun
Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Penelitian
dari 28,6% pada tahun 2007 menjadi
dilakukan di tigaPuskesmas di wilayah
24,3% pada tahun 2008 (Minarto, 2011).
Kabupaten Bantul dengan kriteria
Angka ini semakin menurun pada tahun
puskesmas yang memiliki tenaga bidan
2010 karena data dari Riset Kesehatan
konselor ASI. Informan dalam penelitian
Dasar (Riskesdas) tahun 2010
ini sebanyak lima orang yaitu kepala
menunjukkan bahwa pemberian ASI
72 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 8, Nomor 3, Januari 2017, Hal 69-80

puskesmas di wilayah Kabupaten Bantul pemberian ASI eksklusif.Analisis data


sebanyak 4 (empat) orang dan Kepala dilakukan dengan menggunakan metode
Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten analisis isi.
Bantul. Data yang diambil dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian ini adalah data primer melalui A. Karakteristik Informan
wawancara mendalam kepada informan Informan dalam penelitian ini adalah
kaitannya dengan upaya-upaya untuk tiga Bidan Konselor (BK) di wilayah
meningkatkan cakupan ASI eksklusif dan Kabupaten Bantul dan Kepala Seksi Gizi
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) serta data Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul (KS)
sekunder melalui telaah dokumen atau yang karakteristiknya dapat dilihat pada
kajian literatur terhadap peraturan- Tabel 1 berikut ini.
peraturan yang berkaitan dengan

Tabel 1. Karakteristik informan bidan konselor dan kepala seksi gizi dinas kesehatan Kabupaten Bantul.
Kode Umur Jenis Lama
No. Jabatan Pendidikan
informan (tahun) kelamin menjabat
1. BK-1 34 P Bidan D-III Kebidanan 1 tahun
2. BK-2 39 P Bidan D-III Kebidanan 1 tahun
3. BK-3 28 P Bidan D-III Kebidanan 1 tahun
4. KS 47 P Kepala seksi gizi D-IV Gizi 3 tahun

Sebagian besar informan saya kan bidan wilayah nah saya


menyatakan bahwa ketersediaan tenaga disitu pas KP Ibu itu mesti saya
bidan konselor ASI di seluruh puskesmas sampaikan.. KP Ibu itu prinsipnya
masih kurang karena baru terbatas satu hampir sama... tentang ASI eksklusif
orang. Kurangnya ketersediaan tenaga ya saya sampaikan. Tapi sekarang ini
bidan konselor ASI di puskesmas juga memang KP Ibunya udah loyo...
diperkuat oleh pernyataan Kasie Gizi jujur saja sudah loyo ini. Ya seperti
Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. itu... nggih. Kalau misalnya mereka
Upaya untuk meningkatkan cakupan ASI itu kan datang dengan keluhan
eksklusif yaitu dengan pembinaan bayinya sakit... trus saya tanya masih
Kelompok Pendukung Ibu seperti uamh ASI eksklusif tha? Itu kadang sudah
disampaikan oleh bidan konselor 3 sebagai ada yang saya beri formula...nah itu
berikut ini. masih ada...sebagian... nah seperti itu
“Trus sama kemarin itu memang ada kan kadang saya sisipkan sekalian
Kelompok Pendukung Ibu... dan konselingnya. Tapi kan… mungkin...
Mina Yumei S., Upaya Peningkatan Cakupan ASI Eksklusif dan IMD 73

kalo tentang posisi dan lain secara provinsi yang berhasil mencapai target
teknisnya kan sudah berjalan... yaitu Provinsi Nusa Tenggara Baratsebesar
tinggal memotivasi untuk bisa apa 84,7%. Provinsi Jawa Barat, Papua Barat,
ya? Kembali lagi lah... relaktasi he dan Sumatera Utara merupakan tiga
eh seperti itu” (Info BK-3). provinsidengan capaian terendah
B. Cakupan ASI Eksklusif dan IMD (Kementerian Kesehatan, 2015). Cakupan
Mengacu pada target program pada pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6
tahun 2014 sebesar 80%, maka secara bulan menurut provinsi di Indonesia
nasionalcakupan pemberian ASI eksklusif selengkapnya ditunjukkan pada Gambar 2
sebesar 52,3% belum mencapai target. berikut ini.
Menurut provinsi,hanya terdapat satu

Sumber: Kementerian Kesehatan, 2015


Gambar 2. Cakupan Pemberian ASI eksklusif pada Bayi 0-6 bulan menurut Provinsi Tahun 2014.

Selama ini dukungan yang diberikan peningkatan pemberian ASI eksklusif


baik dari WHO maupun dari pemerintah sebenarnya telah memadai. Hal ini terbukti
pusat dan pemerintah daerah terhadap dengan adanya rekomendasi dari WHO
74 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 8, Nomor 3, Januari 2017, Hal 69-80

dan UNICEF (2002) yang dibuat untuk bayi tanpa dijadwal dan tidak memberikan
peningkatan cakupan ASI eksklusif, yaitu dot serta beberapa langkah lainnya.
(1) inisiasi menyusu dini pada satu jam Pemerintah juga telah menerbitkan
setelah kelahiran, (2) memberikan secara Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
eksklusif, kolostrum kepada bayi dan No. 33 Tahun 2012 tentang pemberian Air
menghindari makanan/minuman lainnya Susu Ibu eksklusif sebagai jaminan
sebelum pemberian ASI dan makanan lain terpenuhinya hak bayi untuk mendapatkan
pada masa awal kehidupan bayi, (3) ASI sumber makanan terbaik sejak dilahirkan
eksklusif selama 6 bulan pertama sampai berusia 6 bulan. Di samping itu,
kehidupan bayi, (4) memberikan nutrisi kebijakan ini juga untuk melindungi ibu
makanan tambahan yang hygienis setelah dalam pemberian ASI eksklusif kepada
umur 6 bulan. Dukungan politis dari bayinya. Dalam peraturan tersebut dibahas
pemerintah antara lain, telah mengenai Program Inisiasi Menyusu Dini
dicanangkannya GNPP-ASI (Gerakan (IMD) dan ASI eksklusif, pengaturan
Nasional Peningkatan Penggunaan Air penggunaan susu formula dan produk bayi
Susu Ibu) pada tahun 1990. Ditetapkannya lainnya, sarana menyusui di tempat kerja
Keputusan Menteri Kesehatan Republik dan sarana umum lainnya, dukungan
Indonesia No.450/MENKES/SK/IV/2004 masyarakat, tanggung jawab pemerintah,
tentang Pemberian ASI secara eksklusif pemerintah daerah baik provinsi maupun
pada bayi di Indonesia, yang memuat kabupaten/kota dalam serta aturan
sepuluh langkah menuju keberhasilan pendanaannya.
menyusui diantaranya berisi tentang semua Banyak faktor yang menjadi
institusi pelayanan kesehatan mempunyai penyebab rendahnya cakupan Inisiasi
kebijakan tertulis mengenai pemberian Menyusu Dini dan ASI eksklusif di
ASI yang secara berkala dikomunikasikan masyarakat. Menurut Siregar (2004),
kepada semua petugas kesehatan, melatih berbagai alasan dikemukakan oleh ibu-ibu
semua petugas kesehatan dengan yang tidak memberikan ASI secara
keterampilan yang diperlukan untuk eksklusif kepada bayinya, antara lain
menerapkan kebijakan tersebut, memberi adalah ibu merasa produksi ASI kurang,
informasi mengenai manfaat ASI dan kesulitan bayi dalam menghisap, ibu
menyusui kepada semua ibu hamil, bekerja, keinginan untuk disebut modern
membantu ibu menyusui sedini mungkin dan pengaruh iklan/promosi pengganti ASI
dalam waktu setelah lahir sampai satu jam (Roesli, 2005). Menciptakan kebiasaan
(Siregar, 2004), memberikan ASI kepada pemberian ASI yang baik sejak menit
Mina Yumei S., Upaya Peningkatan Cakupan ASI Eksklusif dan IMD 75

pertama bayi baru lahir sangat penting nyaman serta fasilitas untuk menyimpan
untuk kesehatan bayi dan keberhasilan ASI sampai dengan jam pulang kerja.
pemberian ASI itu sendiri. Menyusui yang Padahal saat ini, jumlah ibu yang bekerja
paling mudah dan sukses dilakukan adalah semakin meningkat termasuk pada
bila si ibu sendiri sudah siap fisik dan keluarga yang golongan menengah ke
mentalnya untuk melahirkan dan bawah karena alasan perekonomian yang
menyusui, serta bila ibu mendapat kurang.
informasi, dukungan, dan merasa yakin C. Upaya Peningkatan Cakupan ASI
akan kemampuannya untuk merawat Eksklusif dan IMD
bayinya sendiri. Selain itu keberhasilan ibu 1. Pembinaan Kelompok Pendukung
menyusui juga harus didukung oleh suami, Ibu (KP Ibu)
keluarga, petugas kesehatan dan Kelompok pendukung adalah
masyarakat. kumpulan dari beberapa orang yang
Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta mengalami situasi yang sama atau
melalui Puskesmas yang berada di wilayah memiliki tujuan yang sama, yang bertemu
kerjanya telah melaksanakan program ASI secara rutin untuk saling menceritakan
eksklusif begitu juga di setiap rumah sakit kesulitan, keberhasilan, informasi dan ide
swasta maupun negeri. Tetapi ternyata berkaitan dengan situasi yang dihadapi
prgogram ini belum mampu memberikan atau upaya mencapai tujuan yang
hasil yang maksimal terhadap peningkatan diinginkan. Pertemuan kelompok
cakupan ASI eksklusif. Diperburuk lagi pendukung dilaksanakan dalam suasana
dengan maraknya promosi dan penjualan bersahabat, nyaman, saling mempercayai
susu formula serta mudahnya masyarakat dan menghargai. Melalui pertemuan-
dalam memperoleh susu formula di pertemuan tersebut, peserta sebuah
pasaran. Kondisi ini terutama terjadi Kelompok Pendukung dapat saling
dikarenakan ibu sudah harus kembali memberi dan menerima dukungan, baik
bekerja dan sebagai pengganti ASI maka berupa dukungan teknis, moral maupun
bayi diberikan susu formula. Seringkali emosional untuk sukses mengatasi situasi
saat seorang ibu kembali bekerja di luar yang dihadapi atau mencapai tujuan yang
rumah, ibu mengeluhkan kesulitannya diinginkan. Kelompok Pendukung Ibu (KP
untuk tetap memberikan ASI eksklusif Ibu) secara khusus diselenggarakan untuk
dikarenakan jauhnya jarak rumah dengan para ibu yang ingin berhasil melaksanakan
tempat kerja, tidak bisa memerah ASI di pemberian air susu ibu secara optimal,
tempat kerja karena tidak ada ruang yang yang meliputi inisiasi menyusu dini, ASI
76 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 8, Nomor 3, Januari 2017, Hal 69-80

eksklusif 6 bulan, dan meneruskan kehamilan, proses persalinan dan


pemberian ASI hingga dua tahun atau pemulihan pasca persalinan, pemberian
lebih dengan makanan pendamping yang makanan tambahan pada anak dan lain lain
bergizi. Kelompok Pendukung Ibu (KP (Karuniawati, 2012).
Ibu) merupakan kelompok sebaya yang Kelompok Pendukung Ibu perlu
beranggotakan 6-12 ibu hamil dan ibu bayi dibentuk di tengah masyarakat dengan
bawah dua tahun yang bertemu secara memberdayakan masyarakat itu sendiri
rutin 2 minggu sekali atau setidaknya khususnya para ibu dengan didampingi
sebulan sekali termasuk kunjungan rumah oleh motivator dari tenaga kesehatan.
untuk saling bertukar pengalaman, Dengan saling bertukar informasi dan
berdiskusi dan saling memberi dukungan mendukung satu sama lain diharapkan ibu
terkait kesehatan ibu dan anak khususnya dapat terus meningkatkan pengetahuannya
seputar kehamilan, menyusui dan gizi, dan termotivasi untuk memberikan ASI
dipandu/difasilitasi oleh motivator. eksklusif. Pembinaan yang baik oleh
Peserta KP Ibu diutamakan ibu Puskesmas akan menjadikan kelompok ini
hamil serta ibu ibu yang memiliki bayi bisa terus berkembang dan menarik lebih
usia 0-6 bulan. Walaupun demikian, banyak ibu untuk bergabung di dalamnya.
kelompok ini terbuka untuk orang orang Kegiatan konseling ASI di puskesmas
lain yang memiliki minat yang sama. belum berjalan dengan optimal, dilihat dari
Suami atau anggota keluarga lain dari pelaksanaan yang tidak sesuai dengan
seorang ibu hamil/menyusui, seorang langkah keterampilan konseling ASI,
perempuan yang belum hamil tapi sudah upaya sosialisasi belum maksimal,
berkeinginan untuk menyusui bayinya ketersediaan sumber daya manusia dan
suatu saat, atau tenaga kesehatan yang sarana prasarana yang belum mencukupi
ingin belajar dari dan berbagi informasi (Santi et al, 2015).
dengan para ibu hamil/menyusui dapat 2. Sosialisasi PP No. 33 Tahun 2012
dilibatkan dalam pertemuan KP Ibu. Pada akhir Maret 2012, pemerintah
Diskusi di pertemuan KP Ibu diutamakan telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah
pada isu seputar ASI dan menyusui. No. 33 tahun 2012 untuk melaksanakan
Walaupun demikian, bila diskusi keetentuan Pasal 129 ayat (2) Undang-
berkembang dengan baik tidak tertutup Undang No.36 tahun 2009 tentang
kemungkinan untuk mencakup isu isu lain Kesehatan. PP ini mengatur Pemberian
yang berhubungan dengan situasi peserta ASI eksklusif yang menjamin pemenuhan
KP Ibu, misalnya perawatan ibu pada masa hak bayi untuk mendapatkan ASI eksklusif
Mina Yumei S., Upaya Peningkatan Cakupan ASI Eksklusif dan IMD 77

sejak dilahirkan sampai berusia 6 (enam) ketentuan yang telah diatur. Peraturan
bulan dan perlindungan kepada ibu dalam Pemerintah ini juga mengatur tentang
memberikan ASI eksklusif kepada bayi perlunya tempat kerja dan tempat sarana
serta meningkatkan peran dan dukungan umum mendukung program ASI eksklusif
keluarga, masyarakat, pemerintah daerah dan ini diatur pada Bab V (Pasal 30-36).
dan pemerintah terhadap pemberian ASI Setiap tempat kerja dan tempat sarana
eksklusif. umum seperti fasilitas pelayanan
Bab IV (Pasal 15-29) menjelaskan kesehatan, hotel dan penginapan, tempat
tentang penggunaan susu formula bayi dan rekreasi,terminal angkutan darat, stasiun
produk bayi lainnya. Pemberian susu kereta api, bandara, pelabuhan, pusat
formula diperbolehkan pada kondisi perbelanjaan, gedung olahraga, lokasi
dimana pemberian ASI eksklusif tidak penampungan pengungsi dan tempat
dimungkinkan berdasarkan pertimbangan umum lainnya harus menyediakan fasilitas
tertentu yaitu indikasi medis, ibu tidak ada khusus untuk memudahkan ibu menyusui
dan ibu terpisah dari bayi. Setiap tenaga dan/atau memerah ASI yaitu ruang untuk
kesehatan dilarang memberikan susu tempat ibu menyusui bayinya atau
formula bayi dan/atau produk bayi lainnya memerah ASI (ruang ASI). Pengurus
yang dapat menghambat pemberian ASI tempat kerja juga diwajibkan memberi
eksklusif kecuali dalam hal khusus yang kesempatan kepada ibu yang bekerja untuk
diperbolehkan. Penyelenggara fasilitas memberikan ASI kepada bayi atau
pelayanan kesehatan juga dilarang memerah ASI selama waktu kerja di
menerima dan/atau mempromosikan susu tempat kerja serta membuat peraturan
formula. Begitu juga dengan distributor internal yang mendukung keberhasilan
susu formula dilarang melakukan kegiatan program pemberian ASI eksklusif.
yang menghambat program pemberian ASI Peraturan Pemerintah No. 33 tahun
eksklusif termasuk diantaranya dengan 2012 sangat membantu untuk mendukung
menggunakan tenaga kesehatan untuk program ASI eksklusif tetapi masih belum
memberikan informasi tentang susu banyak pihak yang mengetahui tentang
formula kepada masyarakat. Diatur juga hak tersebut. Perlu juga dibuat Peraturan
mengenai sanksi administratif terhadap Gubernur dan perda khusus untuk
tenaga kesehatan, penyelenggara fasilitas mendukung PP tersebut sehingga
pelayanan kesehatan, pihak-pihak terkait mempunyai kekuatan hukum. Aprillia
termasuk produsen serta distributor susu (2009) menyimpulkan bahwa kebijakan
formula yang tidak melaksanakan sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan
78 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 8, Nomor 3, Januari 2017, Hal 69-80

program IMD dan ASI eksklusif, selain yang sudah terlatih ini dapat memberikan
juga perlu adanya petunjuk pelaksanaan pelayanan konseling bagi setiap ibu mulai
(juklak), petunjuk teknis (juknis) serta dari masa kehamilan, mendampingi saat
protap agar bisa mengajukan anggaran persalinan untuk membantu dan
serta sosialisasi tentang hal tersebut. mendukung proses IMD serta selanjutnya
Sosialisasi diperlukan agar setiap pihak selama ibu menyusui anaknya karena para
yang terkait dengan program IMD dan ASI konselor selain dapat ditemui langsung
eksklusif mengetahui, mematuhi dan juga dapat dihubungi melalui telepon
melaksanakannya. Dinas Kesehatan juga ataupun sms (short message system) kapan
dapat melaksanakan ketentuan yang telah saja ibu membutuhkan.
ditetapkan tersebut dengan menerapkan Provinsi Daerah Istimewa
sanksi kepada pihak yang melanggar. Yogyakarta telah mengadakan pelatihan
Selama peraturan pemerintah ini belum konselor ASI bagi tenaga kesehatan yang
disosialisasikan tentu akan sulit untuk bekerja di Puskemas dengan pelaksanaan
memberlakukan sanksi dan upaya pelatihan diserahkan kepada tiap-tiap
meningkatkan cakupan ASI eksklusif Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Untuk
menjadi terhambat. Kota Yogyakarta, pelatihan sudah dimulai
3. Konselor ASI tahun 2009 dan terus berlanjut sehingga
Konselor ASI adalah orang yang saat ini semua Puskesmas di wilayah Kota
dibekali keterampilan untuk membantu ibu Yogyakarta sudah memiliki tenaga
memutuskan apa yang terbaik untuknya konselor ASI. Bidan konselor ASI yang
dan menumbuhkan kepercayaan diri ibu bekerja di Puskesmas Perawatan
dalam memberikan ASI kepada bayi mempunyai tugas pokok dan tugas
(Roesli, 2005). Konselor ASI dipilih dari tambahan yang sangat kompleks sehingga
tenaga kesehatan yang kemudian tidak jarang mengalami kesulitan untuk
mendapatkan pelatihan khusus konseling melaksanakan setiap tugasnya dengan baik
menyusui dengan jumlah jam pelatihan dan berdampak terhadap kinerjanya yang
yang telah distandarkan oleh badan tidak maksimal (Santi, 2014).
kesehatan dunia (World Health Kehadiran konselor ASI
Association) yaitu 40 jam. Melalui diharapkan akan dapat mengurangi
pelatihan ini setiap calon konselor belajar permasalahan tentang rendahnya dukungan
tentang ASI dan segala faktor yang terkait tenaga kesehatan dalam hal pemberian ASI
dengan pemberian ASI baik secara eksklusif. Dengan adanya dukungan, para
medis/teknis, sosial budaya. Para konselor ibu akan meningkat kepercayaan dirinya
Mina Yumei S., Upaya Peningkatan Cakupan ASI Eksklusif dan IMD 79

dan akan lebih termotivasi untuk terus Kelompok Pendukung Ibu dengan
memberikan ASI. Hasil penelitian melibatkan Puskesmas yang tersebar di
Albernaz et al (2003) di Brazil wilayah kerjanya, melakukan kerjasama
mendapatkan kesimpulan bahwa dukungan dengan institusi pendidikan, perusahaan-
konselor ASI dapat memperlambat masa perusahaan, dan tempat-tempat fasilitas
penyapihan terhadap bayi yang disusui. Ini umum dalam upaya melaksanakan
tentunya akan sangat bermanfaat untuk ketentuan yang sudah ditetapkan oleh PP
meningkatkan cakupan ASI eksklusif No. 33 tahun 2012 serta memberikan
karena ibu-ibu akan lebih lama waktu reward dan punishment terhadap tenaga
untuk menyusui bayinya. Perilaku kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan
pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang diketahui melakukan pelanggaran
dan pemberian ASI eksklusif baik oleh ibu atau menghambat program IMD dan ASI
maupun petugas kesehatan terutama bidan, eksklusif.
semuanya sangat dipengaruhi terutama
oleh faktor sikap, motivasi, maupun DAFTAR PUSTAKA
pengetahuan, baik sikap, motivasi, dan Albernaz E., Victora C.G., Haisma H., Wright A.
and Coward W.A. 2003. Lactation
pengetahuan ibu, maupun petugas Counseling Increases Breast-Feeding
Duration but Not Breast Milk Intake as
kesehatan khususnya bidan (Hector et al, Measured by Isotopic Methods. J. Nutr., 133
(1): 205-210.
2005).
Aprillia, Y. 2009. Analisis Sosialisasi Program
Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif
SIMPULAN DAN SARAN kepada Bidan di Kabupaten Klaten. Tesis.
Semarang: Program Pascasarjana
Upaya untuk mengatasi rendahnya Universitas Diponegoro.

cakupan ASI eksklusif di Indonesia adalah Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kemenkes RI, 2010. Riset Kesehatan Dasar
dengan memberdayakan masyarakat 2010. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
melalui Kelompok Pendukung Ibu,
Bararah, V.F. 2011. Hanya 15 Persen Bayi
mensosialisasikan Peraturan Pemerintah Indonesia yang Diberi ASI Eksklusif. [Cited
2012 April 12]. Available from:
No. 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI http://us.detikhealth.com/read/2011/03/29/1
25146/1603616/764/hanya-15-persen-bayi-
eksklusif dan menyediakan tenaga indonesia-yang-diberi-asi-eksklusif.
konselor ASI. Strategi yang dapat Edmond K.M., Zandoh C., Quigley M.A., Amenga-
dilakukan oleh Dinas Kesehatan yaitu Etego S., Owusu-Agyei S., and Kirkwood
B.R. 2006. Delayed breastfeeding initiation
menyelenggarakan pelatihan konselor ASI increases risk of neonatal mortality. Journal
Pediatrics, 117 (3): 380-386.
secara berkala untuk meningkatkan jumlah
Hector D., King L., and Webb K. 2005. Factors
konselor ASI, melakukan pembinaan, affecting breastfeeding practices: Applying
monitoring, evaluasi pelaksanaan kegiatan
80 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 8, Nomor 3, Januari 2017, Hal 69-80

a conceptual framework. NSW Public


Health Bull, 16 (3-4): 52-55. Roesli, U. 2005. Mengenal ASI Eksklusif seri 1. PT
Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara.
Karuniawati, N.S. 2012. KP Ibu, Sarana Efektif
Peningkatan Cakupan ASI Eksklusif. [Cited Roesli, U. 2008. Inisiasi Menyusu Dini plus ASI
2012 May 5]. Available from: Eksklusif. Cet-1. Jakarta: Pustaka Bunda.
http://www.dinkes.kulonprogokab.go.id/?pil
ih=news&mod=yes&aksi=lihat &id=105. Santi, M.Y. 2014. Implementasi Kebijakan
Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif Melalui
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Konselingoleh Bidan Konselor. Kesmas
Lembaran Negara Republik Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 8
2012. Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun (8): 346-352.
2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif.
Jakarta: Kementerian Hukum dan Hak Asasi Santi, M.Y., Margawati, A. and Mawarni, A. 2015.
Manusia. Faktor Komunikasi dan Ketersediaan
Sumber Dayadalam Implementasi
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Konseling Air Susu Ibuoleh Bidan Konselor
Keputusan Menteri Kesehatan Republik ASI. Jurnal Kesmas Indonesia, 7 (3): 190-
Indonesia No. 450/MENKES/SK/IV/2004 208.
tentang Pemberian ASI secara eksklusif
pada bayi di Indonesia. Siregar, A. 2004. Pemberian ASI Eksklusif dan
Faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Universitas Sumatra Utara.
Jakarta: Sekretariat Jenderal Kementerian
Kesehatan. Tasya, A. 2011. Hak Ibu Menyusui di Indonesia.
[Cited 2012 April 14]. Available from:
Direktorat Jenderal Gizi dan KIA. 2015. Profil http://aimi-asi.org/2011/08/hak-ibu-
Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: menyusui-di-indonesia/comment-page-
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 1/#comment-33032

Minarto. 2011. Rencana Aksi Pembinaan Gizi World Health Organization, 2007. Community-
Masyarakat (RAPGM) Tahun 2010-2014. based Strategies for Breastfeeding Promotion and
[Cited 2012 May 6]. Available from: Support in Developing Countries. Geneva.
http://www.gizikia.depkes.go.id/archives/65
8.

View publication stats

You might also like