Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

1

SUKSESI

Aldha Rizki Utami1), Gita Najla Aldila1), Arman Gaffar1), Rima Suciyani1), Azkiya Banata1), Annisa
Maulida1), Udi Rafiudin1)

Mardiansyah, M.Si2), Dina Anggraini, S.Si2)


Herwandi3)
1)
Mahasiswa Prodi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2)
Dosen Praktikum Ekologi Terestrial
3)
Assisten Praktikum Ekologi Terestrial

E-mail: arizuta@yahoo.com
1 Mei 2013

ABSTRACT

This observation aims to find out how to do the simulation field secondary succession, secondary succession in
a process of knowing the community or know terrestrial ecosystems and the physical and chemical diversity of
species from the process before and after the secondary succession in a community or ecosystem on the planet.
This observation was given two treatment, cut down and burned on a plot measuring 1 m x 1 m. Observations
made during the four weeks, each week noted the number of types and number of individuals who had. Data
that has been retrieved is analyzed using the Shannon-Wiener Index and index of the Simpsons. Based on the
data that has been retrieved using the Index type of diversity Shannon-Wiener showed on both treatment shows
rising value of H’. Begitujuga does the same thing on the Simpsons, the Index increase index value the diversity
of plant species. Despite the loss, too little. The composition of the vegetation on both treatments had 20 family
Rubiaceae plants dominated by plants. The conclusions of the research on the succession is believed treatment
with succession and secondary succession including burnt. Factors that affect the secondary succession is a
broad community from being damaged due to the disruption, the types of plants in the vicinity of a community is
disrupted, the presence of pemencar seeds, climate, especially the direction and speed of winds that helped
spread the seeds, spores and seeds as well as rainfall, a new type of substrate that form and the nature of
plants around the site of the succession.

Key words: Terrestrial Ecology, succession, plants, terrestrial ecosystems, species diversity.

ABSTRAK

Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui cara untuk melakukan simulasi lapangan suksesi sekunder,
mengetahui proses suksesi sekunder dalam komunitas atau ekosistem terestrial dan mengetahui faktor kimia
fisik dan keanekaragaman spesies dari proses sebelum dan sesudah suksesi sekunder dalam komunitas atau
ekosistem terestrial. Pengamatan ini diberi dua perlakuan, dibabat dan dibakar pada sebuah plot berukuran 1 m
x 1m. Pengamatan dilakukan selama empat minggu, setiap minggunya dicatat jumlah jenis dan jumlah individu
yang didapat. Data yang telah diperoleh dianalisis menggunakan Indeks Shannon-Wiener dan Indeks Simpsons.
Berdasarkan data yang telah diperoleh keanekaragaman jenis menggunakan Indeks Shannon-Wiener
menunjukkan pada kedua perlakuan menunjukkan kenaikan nilai H’. Begitujuga terjadi hal yang sama pada
Indeks Simpsons, terjadi kenaikan nilai Indeks Keanekaragaman jenis tumbuhan. Meskipun terjadi juga
penurunan yang sedikit. Komposisi tumbuhan pada kedua perlakuan didapat 20 famili tumbuhan dengan
didominasi tumbuhan Rubiaceae. Kesimpulan dari penelitian mengenai suksesi ini adalah suksesi dengan
perlakuan dibabat dan dibakar termasuk suksesi sekunder. Faktor-faktor yang mempengaruhi suksesi sekunder
adalah luas komunitas asal yang rusak karena gangguan, jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di sekitar
komunitas yang terganggu, kehadiran pemencar benih, iklim, terutama arah dan kecepatan angin yang
2

membantu penyebaran biji, spora dan benih serta curah hujan, jenis substrat baru yang terbentuk dan sifat –
sifat jenis tumbuhan yang ada di sekitar tempat terjadinya suksesi.

Kata kunci : Ekologi terestrial, suksesi, tumbuhan, keanekaragaman jenis, ekosistem terestrial.

PENDAHULUAN atau ketiadaan air dalam tanah; intensitas cahaya


Suksesi adalah perubahan yang perlahan- yang terlalu berlebihan/ tinggi dan sebagainya.
lahan dari komunitas tumbuhan dalam suatu daerah Kehadiran kelompok pionir ini akan menciptakan
tertentu dimana terjadi pengalihan dari suatu jenis kondisi lingkungan tertentu yang memberikan
tumbuhan oleh jenis tumbuhan lainnya (pada kemungkinan untuk hidup tumbuhan lainnya.
tingkat populasi). Pada prinsipnya semua bentuk Koloni tumbuhan pionir ini akan menghasilkan
ekosistem akan mengalami perubahan baik struktur proses pembentukan lapisan tanah, memecah batuan
maupun fungsinya dalam perjalanan waktu. dengan akarnya dan membebaskan materi organik
Beberapa perubahan mungkin hanya merupakan ketika terjadi pelapukan dari bagian tumbuhan yang
fluktuasi lokal yang kecil sifatnya, sehingga tidak mati. Proses akan berkembang sesuai dengan
memberikan arti yang penting. Perubahan lainnya perubahan waktu, dan akan menciptakan komunitas
mungkin sangat besar/kuat sehingga mempengaruhi tumbuhan yang semakin lama semakin padat dan
sistem secara keseluruhan (Arief, 1994). kompleks, mengarah pada pematangan bentuk
Kajian perubahan ekosistem dan komunitas tumbuhannya (Luken , 1990).
stabilitasnya memerlukan perhatian yang tidak Suksesi sekunder adalah distribusi
sederhana. Ini meliputi aspek-aspek yang sangat kronologis organisme pada suatu area, sebagai
luas seperti siklus materi/nutrisi, produktivitas, akibat aktivitas agrikultural, atau aktivitas manusia
konsep energi, kaitannya dengan masalah pertanian lainnya, atau karena ter-jadinya kerusakan
dan juga dengan masalah konservasi (Clements, komunitas sebelumnya. Suksesi sekunder adalah
1916). invasi tumbuhan pada lahan yang sebelumnya telah
Sudah diketahui secara meluas bahwa terdapat vegetasi, di mana vegetasi yang ada
apabila suatu kebun tidak dipelihara, atau lapangan sebelumnya mengalami kerusakan karena faktor
rumput yang tidak pernah dipotong secara teratur alam atau oleh manusia.
maka vegetasinya akan mengalami perubahan dan Suksesi sekunder dapat didokumentasikan
tidak tetap seperti itu terus menerus. Berbagai dengan cara mengadakan observasi ulangan pada
tumbuhan liar akan hidup/tumbuh dan mengubah area yang sama beberapa kali. Pengukuran dapat
karakteristik dari vegetasi asalnya. Demikian juga dilakukan terhadap nilai cover, biomassa, densitas,
suatu lahan pertanian yang tidak digarap, maka atau yang semacam (Finegan , 1984).
herba, perdu, dan pohon liar akan tumbuh Praktikum kali ini bertujuan untuk
menguasai daerah/ lahan pertanian tersebut, dan melakukan simulasi lapangan suksesi sekunder,
apabila kondisi tanahnya memungkinkan mengetahui proses suksesi sekunder dalam
vegetasinya akan berkembang membentuk komunitas atau ekosistem terestrial dan mengetahui
komunitas hutan (Clements, 1916). faktor kimia fisik dan keanekaragaman spesies dari
Perubahan yang sama akan terjadi pula pada proses sebelum dan sesudah suksesi sekunder dalam
lahan-lahan yang baru terbentuk secara alami, komunitas atau ekosistem terestrial.
seperti delta, bukit pasir, daerah aliran lahar atau
lava. Pada permulaannya tanah belum matang, MATERI DAN METODE
nutrisi organik belum ada, permukaan sangat Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu
terbuka dan kondisinya belum menunjang tanggal 13 Maret 2013 sampai 17 April 2013 mulai
kehidupan di atasnya. Akan tetapi apabila diberi pukul 13.00 – 16.00 WIB di Semanggi, Ciputat dan
waktu yang cukup lama kelamaan akan tertutup analisis data dilakukan di PLT UIN Syarif
oleh koloni-koloni tumbuhan yang kemudian Hidayatullah Jakarta. Metode yang digunakan
ekosistem ini akan berkembang (Clements, 1916). adalah analisis vegetasi.
Vegetasi yang pertama kali masuk biasanya
berupa tumbuhan pelopor atau pionir, yaitu Alat dan Bahan
tumbuhan yang berkemampuan tinggi untuk hidup Alat yang digunakan dalam praktikum ini
pada keadaan lingkungan yang serba terbatas atau adalah tali atau tambang ukuran 1 x 1 m, patok,
mempunyai berbagai faktor pembatas, seperti meteran, cangkul atau sekop, pisau atau golok, alat
kesuburan tanah yang rendah sekali : kekurangan penghitung, soil tester, GPS, anemometer, botol/
3

plastik sampel, kertas label, sarngan bertingkat, alat dilihat pada gambar 1,2, 3 dan lampiran sebagai
tulis, kamera dan lux meter. Ba han yang digunakan berikut.
meliputi faktor biotik (suhu, intensitas cahaya,
tanah) dan abiotik yang akan diukur (tumbuhan) 2.5

Prosedur Kerja 2 2.2224184


Pertama yang dilakukan adalah ditentukan 22
lokasi sampling yang memiliki tingkat kepadatan 1.5 1.2769686
vegetasi yang tinggi. Lalu dibuat plot berukuran 1 05

H'
m x 1 m yang ditancapkan ke tanah dengan patok. 0.8586997 Sebelum
1 57
Dihitung jumlah individu dan jumlah jenis Sesudah
tumbuhan yang ada dalam plot, kemudian diukur 0.8467036
0.5 04
kondisi fisiknya (intensitas cahaya, ph dan
kelembaban tanah, kecepatan angin, suhu tanah,
0
ukuran tanah dan lokasi)
dibakar dibabat
Plot diberi perlakuan dibakar untuk
kelompok 1 dan 2, sedangkan kelompok 2, 3 dan 4 Perlakuan
diberi perlakuan dibabat sampai habis. Setelah itu
dibiarkan satu minggu. Dilakukan pengulangan satu Gambar 1. Keanekaragaman Jenis (H’)
minggu sekali yaitu mencatat jumlah jenis dan Tumbuhan pada Perlakuan Dibakar dan
jumlah individu tumbuhan selama 4 minggu. Dibabat
Setelah semua jenis tumbuhan dihitung dan
Berdasarkan Indeks Keanekaragaman Jenis
diidentifikasi, diukur faktor fisik pada plot meliputi
Tumbuhan Shannon-Wiener (H’) yang terdapat
intensitas cahaya, suhu udara, suhu tanah, pH tanah
pada Gambar 1. Menunjukkan bahwa nilai H’ pada
dan kelembaban tanah. Setelah data didapatkan
perlakuan dibakar keanekaragaman jenis tumbuhan
kemudian dianalisis dengan indeks Shannon-
tergolong rendah, karena nilai H’ < 1. Perlakuan
Wiener dan Simpsons.
sebelum dibakar nilai H’ sebesar 0,846 dan
perlakuan sesudah dibakar nilai H’ 0,858. Hasil dari
Analisis Data
perlakuan sebelum dan sesudah dibakar pada nilai
Pada praktikum ini data yang didapatkan
H’ tidak terlalu berbeda. Sedangkan pada perlakuan
disajikan dalam bentuk grafik dan tabel. Analisis
dibabat nilai H’ pada perlakuan sebelum dibabat,
data yang digunakan untuk menghitung indeks
nilai H’ tergolong sedang yaitu sebesar 2, 22 karena
Keanekaragaman Jenis adalah dengan Indeks
1 < H’ < 3. Perlakuan setelah dibabat nilai H’
Shannon-Wiener (H’) dan Indeks Simpsons (S).
sebesar 1, 27 yang masih tergolong sedang
keanekaragaman jenisnya. Nilai H’ sebelum dan
Indeks Shannon-Wiener (H’)
sesudah dibabat menunjukkan penurunan tapi masih
tergolong sedang keanekaragamannya.
H’ = - ∑ Pi Ln Pi

Indeks Simpsons 1.2


1
Indeks Simpsons

S = 1 – D atau S = ∑ Pi 0.8
0.6
Dibakar
0.4
Keterangan : ni = Jumlah jenis ke-i Dibabat
0.2
n = Jumlah individu dari masing-
0
masing spesies
1 2 3 4
Pi = Proporsi antara jumlah individu
Minggu
jenis ke-i dengan jumlah
individu seluruh jenis.
Gambar 2. Indeks Simpsons pada Perlakuan
dibakar dan dibabat.
HASIL
Berdasarkan Gambar 2. Indeks
Pengamatan suksesi mendapatkan hasil yang
Keanekaragaman Jenis Tumbuhan pada perlakuan
disajikan dalam bentuk grafik dan tabel, yang dapat
4

dibabat dan dibakar. Terlihat bahwa setiap komunitas selama selang waktu tertentu. Menyusul
minggunya mengalami kenaikan dan penurunan. adanya sebuah gangguan, suatu ekosistem biasanya
Pada minggu ke 3 perlakuan dibakar menunjukkan akan berkembang dari mulai tingkat organisasi
keanekaragaman jenis tumbuhan yang tinggi sederhana (misalnya beberapa spesies dominan)
sebesar 1. Perlakuan dibabat pada minggu ke 3 dan hingga ke komunitas yang lebih kompleks (banyak
ke 4 juga menunjukkan keanekaragaman jenis spesies yang interdependen) selama beberapa
tumbuhan yang tinggi, dengan nilai Indeks generasi (Luken, 1990).
Simpsons sebesar 1.
Keanekaragaman Jenis (Indeks Shannon
Wiener) Tumbuhan pada Perlakuan Dibakar
dan Dibabat
Berdasarkan Gambar 1. Dapat dilihat bahwa
nilai H’ perlakuan dibakar tergolong rendah,
perlakuan sebelum dan sesudah dibakar tidak terlalu
berbeda, sedangkan nilai H’ perlakuan dibabat
tergolong sedang, perlakuan sesudah dan sebelum
dibabat menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Nilai H’ sebelum dibabat lebih tinggi dari nilai H’
setelah dibabat tapi keanekaragaman jenis
tumbuhannya masih tergolong rendah.
Suksesi pada perlakuan dibakar dan dibabat
Gambar 3. Komposisi Tumbuhan ini termasuk suksesi sekunder, yaitu suatu kondisi
lingkungan yang terdapat gangguan seperti
Berdasarkan Gambar 2. Komposisi kebakaran dan penebangan hutan dan pembukaan
Tumbuhan pada seluruh plot ditemukan 20 jenis lahan, akan tetapi memiliki cikal bakal kehidupan
Famili Tumbuhan yang berbeda-beda. Hasil atau biologis (Hartman dan McCarthy, 2008).)
Komposisi Tumbuhan terlihat bahwa tumbuhan Kecepatan proses suksesi dipengaruhi oleh
yang paling banyak ditemukan adalah tumbuhan beberapa faktor berikut :
Famili Rubiaceae dengan jumlah individu 609. 1. Luas komunitas asal yang rusak karena
Sedangkan yang paling sedikit adalah Arisemae, gangguan.
Fabaceae, Marsileaceae dengan jumlah individu 2. Jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di sekitar
masing-masing 1. komunitas yang terganggu.
3. Kehadiran pemencar benih.
PEMBAHASAN 4. Iklim, terutama arah dan kecepatan angina yang
Praktikum kali ini mengamati proses suksesi membantu penyebaran biji, spora dan benih
sekunder dalam komunitas atau ekosisten terestrial. serta curah hujan.
Suksesi ekologi adalah konsep yang mendasar 5. Jenis substrat baru yang terbentuk
dalam ekologi, yang merujuk pada perubahan- 6. Sifat – sifat jenis tumbuhan yang ada di sekitar
perubahan berangkai dalam struktur dan komposisi tempat terjadinya suksesi.
suatu komunitas ekologi yang dapat diramalkan
(Clements, 1916; del Moral, 2000; Pena, 2003; Rendahnya keanekaragaman jenis pada
Spencer et al., 2001). Suksesi dapat terinisiasi oleh perlakuan dibakar kemungkinan diakibatkan oleh
terbentuknya formasi baru suatu habitat yang faktor-faktor yang sudah dijelaskan diatas. Begitu
sebelumnya tidak dihuni oleh mahluk hidup juga sebaliknya yaitu pada perlakuan dibabat
ataupun oleh adanya gangguan terhadap komunitas keanekaragaman jenis tumbuhan tergolong sedang
hayati yang telah ada sebelumnya oleh kebakaran, juga diakibatkan oleh faktor-faktor tersebut.
badai, maupun penebangan hutan (del moral dan Keanekaragaman jenis umumnya meningkat
Bliss, 1993; Finegan, 1984). Kasus yang pertama selama suksesi karena meningkatnya sejumlah
sering disebut juga sebagai suksesi primer, relung dalam habitat yang tersedia bagi tingkat
sedangkan kasus kedua disebut sebagai suksesi perkembangan seral beikutnya. Awal suksesi
sekunder (del Moral dan Wood, 1993; Finnegan, didominasi oleh sedikit jenis organisme yang
1996; Hartman dan McCarthy, 2008). Dengan memiliki kesempatan yang tinggi untuk tumbuh
demikian suksesi ekologi adalah suatu proses tanpa kompetisi yang efektif dengan sebagian besar
perubahan komponen-komponen spesies suatu jenis hidup lebih lama. Puncak keanekaragaman
5

jenis penyusun komunitas hutan terjadi setelah 100- a. Erosi: Erosi dapat terjadi karena angin, air dan
200 tahun setelah awal suksesi sekunder dan suatu hujan. Dalam proses erosi tanah menjadi kosong
keanekaragaman yang menurun terjadi kemudian kemudian terjadi penyebaran biji oleh angin
dalam proses suksesi. Kemungkinan akibat (migrasi) dan akhirnya proses suksesi dimulai.
kebakaran atau juga pengelolaan oleh manusia. b. Pengendapan (denudasi): Erosi yang melarutkan
Oleh karena itu, jelasnya secara umum peningkatan lapisan tanah, di suatu tempat tanah diendapkan
keanekaragaman ekologis melalui suksesi ekologi sehingga menutupi vegetasi yang ada dan
harus menjadi elemen kunci dalam ekosistem merusakkannya. Kerusakan vegetasi
terestrial (Hartman dan McCarthy, 2008). menyebabkan suksesi berulang kembali di
Laju pertumbuhan populasi dan komposisi tempat tersebut.
spesies berlangsung dengan cepat pada fase awal c. Biotik, Pemakan tumbuhan seperti serangga yang
suksesi, kemudian menurun pada perkembangan merupakan pengganggu di lahan pertanian
berikutnya. Kondisi yang membatasi laju demikian pula penyakit mengakibatkan
pertumbuhan populasi dan komposisi spesies pada kerusakan vegetasi. Di padang penggembalaan,
tahap berikutnya adalah faktor lingkungan yang hutan yang ditebang, panen menyebabkan
kurang cocok untuk mendukung kelangsungan tumbuhan tumbuh kembali dari awal atau bila
hidup permudaan jenis-jenis tertentu. (Marsono, rusak berat berganti vegetasi.
1991).
Pada lahan yang diberi perlakuan dibabat Proses suksesi sangat terkait dengan faktor
dan dibakar tergolong kedalam suksesi sekunder linkungan, seperti letak lintang, iklim, dan tanah.
karena sebelum terjadi suksesi sudah ada bentuk – Lingkungan sangat menentukan pembentukkan
bentuk kehidupan sebelumnya berupa komunitas struktur komunitas klimaks. Misalnya, jika proses
tumbuhan semak dan perdu serta tumbuhan jenis suksesi berlangsung di daerah beriklim kering,
rerumputan. Suksesi sekunder terjadi jika suatu maka proses tersebut akan terhenti (klimaks) pada
gangguan terhadap suatu komunitas tidak bersifat tahap komunitas rumput; jika berlangsung di daerah
merusak total tempat komunitas tersebut sehingga beriklim dingin dan basah, maka proses suksesi
masih terdapat kehidupan / substrat seperti akan terhenti pada komunitas (hutan) conifer, serta
sebelumnya. Proses suksesi sekunder dimulai lagi jika berlangsung di daerah beriklim hangat dan
dari tahap awal, tetapi tidak dari komunitas pionir/ basah, maka kegiatan yang sama akan terhenti pada
tumbuhan lumut (Finegan, 1984) hutan hujan tropic (Schindele, W. 1989).
Gangguan yang menyebabkan terjadinya Proses suksesi sangat beragam, tergantung
suksesi sekunder dapat berasal dari peristiwa alami kondisi lingkungan. Proses suksesi pada daerah
atau akibat kegiatan manusia. Gangguan alami hangat, lembab, dan subur dapat berlangsung
misalnya angin topan, erosi, banjir, kebakaran, selama seratus tahun. Kenaikan dan penurunan
pohon besar yang tumbang, aktivitas vulkanik, dan keanekaragaman jenis tumbuhan juga kemungkinan
kekeringan hutan. Gangguan yang disebabkan oleh disebabkan oleh faktor kimia dan fisik pada daerah
kegiatan manusia contohnya adalah pembukaan tersebut. Seperti intensitas cahaya, suhu, kecepatan
areal hutan ( Spencer et al., 2001). angin, kelembaban tanah, pH tanah dan nutrisi pada
Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya tanah (Schindele, W. 1989).
suksesi antara lain : Akhir suksesi adalah terbentuknya suatu
1. Iklim komunitas klimaks. Pembentukkan komunitas
Tumbuhan tidak akan dapat teratur dengan klimaks sangat dipengaruhi oleh musim dan
adanya variasi yang lebar dalam waktu yang lama. biasanya komposisinya bercirikan spesies yang
Fluktuasi keadaan iklim kadang-kadang membawa dominan. Berdasarkan pengaruh musim terhadap
akibat rusaknya vegetasi baik sebagian maupun bentuknya komunitas klimaks, terdapat dua teori,
seluruhnya. Dan akhirnya suatu tempat yang baru yang pertama yaitu Hipotesis monoklimaks
(kosong) berkembang menjadi lebih baik (daya menyatakan bahwa pada daerah musim tertentu
adaptasinya besar) dan mengubah kondisi iklim. hanya terdapat satu komunitas klimaks. Yang kedua
Kekeringan, hujan salju/air dan kilat seringkali yaitu Hipoteis poliklimaks mengemukakan bahwa
membawa keadaan yang tidak menguntungkan pada komunitas klimaks dipengaruhi oleh berbagai faktor
vegetasi. abiotik yang salah satunya mungkin dominan
2. Topografi (Emrich Anette, Benno Pokorny, Dr, Cornelia Sepp.
Suksesi terjadi karena adanya perubahan 2000).
kondisi tanah, antara lain:
6

Keanekaragaman Jenis (Indeks Simpsons) Komposisi Tumbuhan


Tumbuhan dengan 2 Perlakuan (dibakar dan Data yang didapat pada komposisi
dibabat) Data Perminggu tumbuhan yaitu terdapat 20 Famili tumbuhan yang
Hampir sama seperti keanekaragaman jenis terdiri dari Acanthaceae, Amaranthaceae,
tumbuhan dengan 2 perlakuan menggunakan Indeks Arisaemae, Asteraceae, Bruceae, Buxaceae,
Shannon-Wiener, tapi pada pengamatan ini diamati Cyperaceae, Euphorbiaceae, Fabaceae, Malfaceae,
perminggu lalu menggunakan Indeks Simpsons. Marsileaceae, Oxalidaceae, Phyllanthaceae,
Setiap minggunya dilihat tumbuhan apa saja yang Poaceae, Primulaceae, Ranunculaceae, Rubiaceae,
tumbuh lalu dicatat jumlah jenis dan jumlah Sapindaceae, Simaroubaceae dan Verbenaceae.
individu tumbuhan, kemudian dianalisis dengan Berdasarkan Gambar 2. Komposisi Tumbuhan pada
Indeks Simpsons. Berdasarkan Gambar 2. Indeks seluruh plot ditemukan 20 jenis Famili Tumbuhan
Keanekaragaman Jenis Tumbuhan pada perlakuan yang berbeda-beda. Hasil Komposisi Tumbuhan
dibabat dan dibakar. Terlihat bahwa setiap terlihat bahwa tumbuhan yang paling banyak
minggunya mengalami kenaikan dan penurunan. ditemukan adalah tumbuhan Famili Rubiaceae
Pada minggu ke 3 perlakuan dibakar menunjukkan dengan jumlah individu 609. Sedangkan yang
keanekaragaman jenis tumbuhan yang tinggi paling sedikit adalah Arisemae, Fabaceae,
sebesar 1. Perlakuan dibabat pada minggu ke 3 dan Marsileaceae dengan jumlah individu masing-
ke 4 juga menunjukkan keanekaragaman jenis masing 1.
tumbuhan yang tinggi, dengan nilai Indeks Tumbuhnya banyak tumbuhan Famili
Simpsons sebesar 1. Rubiaceae dimungkinkan karena lahan yang kami
Terjadinya penurunan dan kenaikan nilai buat petakan tersebut letaknya tidak begitu jauh dari
Indeks Simpsons disebabkan adanya tumbuhan tumbuhan Rubiaceae yang sudah dewasa/ tua,
yang tumbuh pada beberapa fase. Berikut kemungkinan jatuhnya biji dari tumbuhan
penjelasan fase-fase suksesi (Daniel, 1978) Rubiaceae tersebut yang terbawa angin sehingga
masuk kedalam petakan yang kami buat dan
Tahap-tahap Suksesi akhirnya tumbuh tumbuhan Rubiaceae yang baru.
Fase 1, nudasi yaitu proses awal terjadinya Sedikitnya tumbuhan Arisemae, Fabaceae,
pertumbuhan pada lahan terbuka atau kosong. Fase Marsileaceae kemungkinan diakibatkan oleh
2, migrasi yaitu proses terjadinya biji-biji kondisi fisik kimia yang tidak mendukung
tumbuhan, spora dan lain-lainnya. Fase 3, ecesis pertumbuhan tanaman tersebut.
yaitu proses kemantapan pertumbuhan biji-biji
tersebut. Fase 4, reaksi yaitu proses persaingan atau Indeks Simpsons Perlakuan Dibabat dan
kompetisi antara jenis tumbuhan yang telah ada/ Dibakar Perminggu
hidup, dan pengaruhnya terhadap habitat setempat. Ada perbedaan dari tiap minggu
Fase 5, stabilisasi yaitu proses manakala populasi dilakukannya pengamatan. Pada minggu pertama
jenis tumbuhan mencapai titik akhir kondisi yang belum terlihat banyak tanaman yang tumbuh, tapi
seimbang (equilbrium), di dalam keseimbangan pada minggu kedua sudah banyak jenis tanaman
dengan kondisi habitat lokal maupun regional yang tumbuh. Proses perubahan dalam komunitas
(Hartman dan McCarthy, 2008). yang berlangsung menuju ke satu arah secara teratur
Perlahan-lahan suatu kondisi keseimbangan disebut suksesi. Suksesi terjadi sebagai akibat dari
yang stabil (steady-state) mulai terbentuk, dimana modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau
tanaman-tanaman yang mati secara terus menerus ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah
digantikan oleh tanaman (permudaan) yang baru. komunitas atau ekosistem yang disebut klimaks.
Setelah itu tidak ada biomasa tambahan yang Dikatakan bahwa dalam tingkat klimaks ini
terakumulasi lagi. Namun, permudaan lubang/celah komunitas telah mencapai homeostatis. Ini dapat
tajuk yang khas terjadi pada hutan-hutan tropik diartikan bahwa komunitas sudah dapat
basah biasanya memerlukan waktu selama 500 mempertahankan kestabilan internalnya sebagai
tahun (del Moral, 2000). akibat dari tanggap (response) yang terkoordinasi
Suksesi lebih lanjut tersusun atas suatu dari komponen-komponennya terhadap setiap
rangkaian rute perjalanan terbentuknya komunitas kondisi atau rangsangan yang cenderung
vegetasi transisional menuju komunitas vegetasi mengganggu kondisi atau fungsi normal komunitas.
transisi dengan nama sere/sereal, dan kondisi akhir Jadi bila suatu komunitas telah mencapai klimaks,
yang seimbang disebut sebagai vegetasi klimaks. perubahan yang searah tidak terjadi lagi, meskipun
perubahan-perubahan internal yang diperlukan
7

untuk mempertahankan kehadiran komunitas tumbuh. Jadi, dalam percobaan mengalami adanya
berlangsung secara sinambung organisme individu perubahan. Suksesi ini berarti proses yang terjadi
atau populasi yang terbentuk sebagai kumpulan secara terus menerus yang ditandai oleh perubahan
populasi spesies dalam daerah tertentu, yang vegetasi, tanah, iklim dimana proses ini terjadi.
membentuk suatu komunitas, suatu komunitas dapat Suksesi ini berlangsung karena habitat tempat
berada dalam berbagai ukuran, misalnya komunitas tumbuh tumbuhan mengalami modifikasi oleh
hutan besar, laut atau komunitas kayu busuk. beberapa daya kekuatan alam dan aktivitas
Para ahli tumbuhan dan hewan memerikan organisme hidup berupa perubahan – perubahan
komunitas secara beragam. Semua definisi terhadap tanah, air, kimia dan lain – lain. Kecepatan
komunitas memiliki pandangan tertentu secara proses suksesi dipengaruhi oleh beberapa faktor
umum. Ini adalah beberapa spesies hadir dalam berikut : 1. Luas komunitas asal yang rusak karena
daerah yang sama dimungkinkan untuk mengenali gangguan. 2. Jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di
satu jenis komunitas karena kelompok spesies yang sekitar komunitas yang terganggu. 3. Kehadiran
sama dengan komposisi kurang lebih tetap hadir pemencar benih. 4. Iklim, terutama arah dan
dalam ruang dan waktu; komunitas cenderung kecepatan angin yang membantu penyebaran biji,
menciptakan kestabilan dinamis. Setiap gangguan spora dan benih serta curah hujan. 5. Jenis substrat
cenderung diatur oleh aturan sendiri. Iklim baru yang terbentuk 6. Sifat – sifat jenis tumbuhan
merupakan faktor penentu dalam proses menuju yang ada di sekitar tempat terjadinya suksesi
klimaks. Adakalanya vegetasi terhalang untuk (Finnegan, 1996)
mencapai klimaks karena beberapa faktor selain Kesimpulan dari penelitian mengenai
iklim, misalnya ada perubahan tipe tanah, dipakai suksesi ini adalah suksesi dengan perlakuan dibabat
untuk penggembalaan hewan, terbakar, dan lain- dan dibakar termasuk suksesi sekunder. Faktor-
lain. Dengan demikian, vegetasi dalam tahap faktor yang mempengaruhi suksesi sekunder adalah
perkembangan yang tidak sempurna (tahap sebelum Luas komunitas asal yang rusak karena gangguan,
klimaks yang sebenarnya), baik oleh faktor alam jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di sekitar
atau buatan. Keadaan ini disebut subklimaks. komunitas yang terganggu, kehadiran pemencar
Komunitas tanaman subklimaks akan cenderung benih, iklim, terutama arah dan kecepatan angin
untuk mencapai klimaks sebenarnya jika faktor- yang membantu penyebaran biji, spora dan benih
faktor penghalang atau penghambat di hilangkan. serta curah hujan, jenis substrat baru yang terbentuk
Laju pertumbuhan populasi dan komposisi spesies dan sifat – sifat jenis tumbuhan yang ada di sekitar
berlangsung dengan cepat pada fase awal suksesi, tempat terjadinya suksesi.
kemudian menurun pada perkembangan berikutnya.
Kondisi yang membatasi laju pertumbuhan populasi UCAPAN TERIMA KASIH
dan komposisi spesies pada tahap berikutnya adalah Penulis mengucapkan terima kasih kepada
faktor lingkungan yang kurang cocok untuk Allah SWT yang telah memberikan kesempatan
mendukung kelangsungan hidup permudaan jenis- kepada saya untuk melakukan praktikum ini.
jenis tertentu. (Marsono dan Sastrosumarto, 1981). Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
Suksesi terjadi melalui beberapa tahap nudasi, Mardiansyah, M.Si dan Dina Anggraini, S.Si selaku
invasi, reaksi, stabilitas dan klimaks. Nudasi adalah dosen yang telah membimbing saya dalam
proses pembentukan terjadinya wilayah/ daerah praktikum ini, Herwandi selaku assisten dan kepada
gundul baru. Invasi adalah datangnya/ kemunculan Azkiya, Rima, Annisa, Gita, Arman dan Udi yang
bakal kehidupan bermacam-macam organisme dari telah membantu praktikum ini.
suatu daerah ke daerah yang baru dan menetap
didaerah tersebut. Invasi dikatakan sempurna jika DAFTAR PUSTAKA
telah dapat berubah dan dikatakan sempurna bila Arief, Arifin. 1994. Hutan, Hakikat dan
telah adanya penyesuaian dn agregasi. Selanjutnya Pengaruhnya terhadap Lingkungan,
setiap organisme akan bersaing dan berusaha Yayasan Obor Indonesia, Jakarta
memodifikasikan lingkungan dalam wilayahnya Clements F. E. 1916. Plant Succession. Carnegie
agar mereka dapat bertahan hidup. Tingkat terakhir Institute Washington Publisher, Washington.
dari proses suksesi adalah ketika komunitas tersebut Daniel, Theodore. W, John. A. Helms, Frederick S.
stabil. Sehingga dari hasil pengamatan, dapat Baker, 1978, Prinsip-Prinsip Silvikultur
diketahui dari minggu pertama hingga minggu ke (Diterjemahkan oleh Dr. Ir. Djoko Marsono,
empat pengamatan selalu mengalami kenaikan/ 1992), Gadjah Mada University Press,
peningkatan jumlah dan jenis individu yang Yogyakarta
8

del Moral R. & D. M. Wood. 1993. Early primary


succession on the volcano Mount St. Helens.
Journal of Vegetation Science 4: 223-34.
del moral R. & L. C. Bliss. 1993. Mechanisms of
Primary Succession- Insights Resulting from
the Eruption of Mount St-Helens. Advances
in Ecological Research 24: 1-66.
del Moral R. 2000. Succession and local species
turnover on Mount. St. Helens, Washington.
Acta Phytogeogr. Suec. 85: 51-60.
Emrich Anette, Benno Pokorny, Dr, Cornelia Sepp.
2000 Relevansi Pengelolaan Hutan
Sekunder Dalam Kebijakan Pembangunan
(Penelitian Hutan Tropika). Deutsche
Gesellschaft Für Technische
Zusammenarbeit (Gtz) Gmbh Postfach 5180
D-65726 Eschborn
Finegan B. 1984. Forest succession. Nature 312:
109-14.
Finnegan B. 1996. Pattern and process in
neotropical secondary rain forests: The first
100 years of succession. Trends in Ecology
and Evolution 11: 119-24.
Hartman K. M. & B. C. McCarthy. 2008. Changes
in forest structure and species composition
following invasion by a non-indigenous
shrub, Amur honeysuckle (Lonicera
maackii). Journal of the Torrey Botanical
Society 135: 245-59.
Luken J. O. 1990. Directing ecological succession.
Chapman and Hall, London.
Marsono, Dj 1991. Potensi dan Kondisi Hutan
Hujan Tropika Basah di Indonesia. Buletin
Instiper Volume.2. No.2. Institut Pertanian
STIPER. Yogyakarta.
Pena C.-M. 2003. Changes in Forest Structure and
Species Composition during Secondary
Forest Succession in the Bolivian Amazon.
Biotropica 35: 450-61.
Schindele, W. 1989. Investigation of the steps
needed to rehabilitate the areas of East
Kalimantan seriously affected by fire.
Spencer D. R., J. E. Perry & G. M. Silberhorn.
2001. Early Secondary Succession in
Bottomland Hardwood Forests of
Southeastern Virginia. Environmental
Management 27: 559–70.
9

LAMPIRAN
Tabel 1. Perlakuan Sebelum Dibakar
Row Labels Sum of jumlah individu
pi Ln Pi H' Pi2 S = ∑ Pi 2 Tabel 4. Perlakuan Setelah Dibabat
Acanthaceae 1 0,002288 -6,07993 -0,01391 5,24E-06 Row Labels Sum of Jumlah Individu Pi Ln Pi Pi ln Pi H' Pi2 S = ∑ Pi 2
Amarantheae 274 0,627002 -0,46681 -0,29269 0,393132 Achantaceae 167 0,17252 -1,75724 -0,30316 1,27697 0,0297634 0,333754525
Amaratus sp. 8 0,018307 -4,00049 -0,07324 0,000335 Amarantaceae 103 0,1064 -2,2405 -0,2384 0,011322
Arisaemae 1 0,002288 -6,07993 -0,01391 5,24E-06 Phyllantaceae 1 0,00103 -6,87523 -0,0071 1,067E-06
Asteracea 2 0,004577 -5,38679 -0,02465 2,09E-05 Poaceae 202 0,20868 -1,56696 -0,32699 0,0435464
Bruceae 3 0,006865 -4,98132 -0,0342 4,71E-05 0,505176 Rubiaceae 483 0,49897 -0,69522 -0,34689 0,248968
Simaroubaceae 12 0,0124 -4,39033 -0,05443 0,0001537
Malfaceae 146 0,334096 -1,09633 -0,36628 0,11162
Grand Total 968 -1,27697 0,3337545
Phyllanthaceae 1 0,002288 -6,07993 -0,01391 5,24E-06
Sapindaceae 1 0,002288 -6,07993 -0,01391 5,24E-06 Tabel 5. Komposisi Tumbuhan
Grand Total 437 -0,8467 0,505176 Famili jumlah individu
H'
0,846704 Acanthaceae 211
Amaranthaceae 452
Tabel 2. Perlakuan Setelah Dibakar Arisaemae 1
Row Labels Sum of Jumlah individu Pi Ln Pi H' Pi 2 S
Asteraceae 5
Amarantheae 1 0,005952 -5,12396 -0,0305 3,54308E-05
Amaratus sp. 40 0,238095 -1,43508 -0,34169 0,056689342 Bruceae 3
Asteracea 3 0,017857 -4,02535 -0,07188 0,000318878 Buxaceae 34
Brucea javanica 2 0,011905 -4,43082 -0,05275 0,000141723 Cyperaceae 8
Fabaceae 1 0,005952 -5,12396 -0,0305 3,54308E-05 0,550737 Euphorbiaceae 12
Lantana camara L 2 0,011905 -4,43082 -0,05275 0,000141723 Fabaceae 1
Marsileaceae 1 0,005952 -5,12396 -0,0305 3,54308E-05 Malfaceae 146
Rubiaceae 118 0,702381 -0,35328 -0,24814 0,493339002
Marsileaceae 1
Grand Total 168 -0,8587 0,550736961
H' Oxalidaceae 19
0,8587
Phyllanthaceae 3
Tabel 3. Perlakuan Sebelum Dibabat Poaceae 206
Row Labels Sum of jumlah individuPi Ln Pi H' Pi 2 S Primulaceae 23
Achantaceae 43 0,227513 -1,48055 -0,33684 0,051762 0,133843 Ranunculaceae 7
Rubiaceae 609
Amarantaceae 23 0,121693 -2,10625 -0,25632 0,014809
Sapindaceae 2
Amaranthaceae 3 0,015873 -4,14313 -0,06576 0,000252
Simaroubaceae 17
Buxaceae 34 0,179894 -1,71539 -0,30859 0,032362 Verbenaceae 2
Cyperaceae 8 0,042328 -3,16231 -0,13385 0,001792 Grand Total 1762
Euphorbiaceae 12 0,063492 -2,75684 -0,17504 0,004031
Oxalidaceae 19 0,100529 -2,29731 -0,23095 0,010106
Tabel 6. Indeks Simpsons Perminggu
Phyllantaceae 1 0,005291 -5,24175 -0,02773 2,8E-05
Poaceae 4 0,021164 -3,85545 -0,0816 0,000448 Indeks Simpsons Dibakar Indeks Simpsons Dibabat
Minggu
Primulaceae 23 0,121693 -2,10625 -0,25632 0,014809 Sebelum sesudah
Ranunculaceae 7 0,037037 -3,29584 -0,12207 0,001372 1 0,905 0,341796875
Rubiaceae 8 0,042328 -3,16231 -0,13385 0,001792 2 0,721893491 0,793198604
Sapindaceae 1 0,005291 -5,24175 -0,02773 2,8E-05 3 1 1
Simaroubaceae 3 0,015873 -4,14313 -0,06576 0,000252
4 0,925295858 1
Grand Total 189 -2,22242 0,133843
2,222418
10

You might also like