Professional Documents
Culture Documents
UU Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya
UU Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya
UU Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya
net/publication/310477903
CITATIONS READS
0 1,146
1 author:
Muhamad Ratodi
UIN Sunan Ampel Surabaya
23 PUBLICATIONS 1 CITATION
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Muhamad Ratodi on 20 November 2016.
Abstract: Urban planning potentially has a close relationship with the the study of urban health. But the
relationship between these two major relatively new concern for urban planners and urban health experts. During
the 19th century, the relationship between the city as a subject of planning, urban design, governance and health
problems such as infectious diseases, malnutrition, housing conditions and workplace as well as the mental health
is seen clearly. The attention currently focused to the urban planning that emphasized on urban health as well as
the urban health that focus on the wellbeing of the urban population. In this article would describe primaries
approaches and strategies of urban planning againts urban problems that highlight the main conceptual ideas
which are relevant to urban health,
Abstrak: Perencanaan perkotaan memiliki potensi hubungan yang erat dengan kajian kesehatan perkotaan.
Akan tetapi hubungan antara ke duanya tergolong baru menjadi perhatian bagi para perencana perkotaan
maupun para pakar kesehatan perkotaan. Pada masa abad ke 19, hubungan antara kota sebagai subjek
perencanaan, perancangan perkotaan, tata kelola pemerintahan dan permasalahan kesehatan seperti penyakit
menular, malnutrisi, kondisi hunian dan tempat kerja serta kesehatan mental sangatlah terlihat dengan jelas. Saat
ini perhatian dititikberatkan kepada perencanaan yang menekankan pada kesehatan kota serta kesehatan
perkotaan yang berfokus kepada kesejahteraan warga penduduk perkotaan. Pada tulisan ini akan
menggambarkan pendekatan utama dan strategi dari perencanaan perkotaan terhadap permasalahan-
permasalahan perkotaan yang menyoroti gagasan konseptual utama yang relevan dengan kesehatan perkotaan.
tinggal. Para perencana kota bekerja pada berbagai Masyarakat disini dapat diartikan secara luas
sektor yang beragam dan luas cakupannya. Karena dengan merujuk pada tingkatan negara, regional, kota
keluasan cakupannya inilah kajian perencanaan kota ataupun lingkungan sekitar. Pada faktanya para
harus melibatkan pendekatan konseptual dan metode perencana kota bekerja lebih pada satu skala tingkatan
analisis dari multidisplin ilmu, yang umum didominasi dengan tujuan menyasar secara komprehensif
oleh ilmu ekonomi, arsitektur, geografi dan hukum. berbagai tantangan kompleks dari penataan perkotaan
yang timbul dari proses urbanisasi, naik turunnya
Dari sekian banyak keterlibatan seorang perencana
perkembangan ekonomi dan populasi serta
kota dalam berbagai sektor, ada satu hal yang menjadi
meningkatnya keberagaman dalam berbagai dimensi
persamaan umum yakni para perencana
kehidupan sosial (Galea & Vlahov, 2005).
menggunakan keahlian mereka untuk menemukan
solusi terhadap permasalahan di masyarakat dengan Berbagai setting kondisi perkotaan memiliki
berbagai cara yang akan membawa masyarakat dampak yang beragam terhadap kesejahteraan
mencapai tujuan jangka panjang yang dikehendaki masyarakat penghuninya. Sebuah gambaran yang
(AICP, 2014). kompleks dari hubungan antara perencanaan
perkotaan dan kesehatan dapat diungkap dengan
Perencana perkotaan telah memperlihatkan
pemahaman komprehensif terhadap bentuk
keprihatinannya akan proses yang tidak telihat namun
perkotaan, bagaimanapun tinggi atau rendah tingkat
nyata dari aspek sosial, politik, ekonomi serta sejarah
kepadatannya (Thompson, 2007). Pada tabel 1
yang menghasilkan pola konfigurasi fisik dari
merangkum hubungan antara sasaran kesehatan dan
penggunaan atau tata guna lahan, infrastruktur
cara di mana perencanaan kota yang baik dapat
transportasi, ruang terbuka dan kepadatan penduduk
memberikan kontribusi positif terhadap kesejahteraan
yang semuanya secara logis dapat dianggap sebagai
masyarakat
penetu penting dari kesehatan masyarakat (Northridge
& Sclar, 2003)
Tabel 1. Menghubungkan perencanaan perkotaan dan kesehatan
Sasaran Fokus perhatian saat ini Bagaimana seorang perencana dapat berperan
Kesehatan
Gaya hidup Gaya hidup yang cenderung kurang Menyediakan lingkungan fisik ayng menarik dan ruang
sehat gerak, penuh tekanan dan terisolasi tebuka yang layak, memudahkan dan memberikan
merupakan faktor penguat bagi kenyamanan bagi aktivitas berjalan kaki menuju fasilitas
gangguan kesehatan seperti penyakit lokal, transportasi publik dan berinteraksi satu sama sama
jantung, stroke dan depresi lain
Kohesi sosial Isolasi terhadap interaksi antar sesama Lingkungan yang aman, menarik dan area publik yang
(rasa memiliki) dan lingkaran pertemanan berkontribus dapat digunakan secara baik dan mempertimbangkan
terhadap kondisi depresi dan penarikan kondisi kultural setempat, mendorong orang untuk
diri dari komunitas berinteraksi serta menimbulkan perasaan memiliki dan
kebersamaan
Kualitas hunian Kondisi hunian yang memprihatinkan, Perancangan hunian bagi individu yang baik, jenis
bahkan tidak memiliki tempat tinggal, perumahan dan kepemilikan lahan yang bervariasi, hunian
berkontribusi terhadap kondisi yang terjangkau, rumah sebagai aktualisasi diri dan bagian
kesehatan fisik dan mental yang buruk dari upaya menimbulkan rasa kebersamaan dalam suatu
wilayah hunian
Akses terhadap Pengangguran akan mengarah kepada Menghubungkan antara perencanaan dan kebijakan
lapangan stress akibat kondisi finansial, yang telah ekonomi; penyediaan akses lapangan pekerjaan bagi warga
pekerjaan nyata memiliki impilkasi serius bagi lokal
kesehatan
Aksesibiltas Buruknya aksesibilitas menimbulkan Lingkungan fisik yang mudah, aman dan nyaman bagi
ketergantungan terhadap kendaraan pejalan kaki menuju fasilitas lokal dan mengakses sarana
bermotor dan berujung kepada transportasi publik yang cukup tersedia dan terjangkau;
kesehatan akibat dampak kurangnya penyediaan jalur pengendara sepeda yang layak sebagai
aktifitas; pencemaran udara alternatif transportasi, penataan akses lalu lintas yang
tertata baik
Kesetaraan Hidup dalam kemiskinan akan Perumahan dengan biaya murah, perencanaan fasilitas
menimbulkan kerugian secara fisik dan lokal yang terjangkau, menciptakan peluang kerja,
psikologis; kurangnya akses terhadap penyediaan rancangan lingkungan yang mendorong
fasilitas kesehatan; tinggginya angka interaksi dan hubungan kemasyarakatan yang kuat
kematian akibat penyakit dan kematian
prematur pada balita
solving-action oriented), khususnya dengan dasar dari rumah sakit yang berupaya meminimalkan biaya
keprihatinan kepada kelompok masyarakat yang perawatan dan memperbesar keuntungan (McLafferty,
secara sosial, ekonomi dan politik sering terabaikan 1989).
dan tersisihkan, serta melakukan usaha untuk
3.4.2. Manajemen Institusi
mempromosikan keadilan sosial melalu berbagai
aktivitas seperti analisis kritik terhadap biaya produksi, Dari perspektif perencanaan perkotaan,
keuntungan kerugian dari kebijakan publik serta setidaknya terdapat tiga hubungan utama organisasi
pengembangan lembaga yang memberdayakan yang memaparkan hubungan intra dan inter organisasi
masyarakat pada tingkat bawah (Harvey, 2010). yang berlaku pada setiap badan / lembaga dan peneliti
kesehatan perkotaan yang bersinggungan dengan
Para perencana yang berusaha berkecimpung badan atau organisasi lainnya, yang terbagi atas
dalam isu kesetaraan dan keadilan sosial telah hubungan kerjasama, kolaborasi serta konflik (Gaber,
semakin memahami bahwa aspek pengaruh 1996). Tipe respon pertama yaitu kerjasama, yang
kekuasaan dan otoritas berhubungan erat dalam bersifat lebih reaktif, dan dapat terjadi saat para
proses pelaksanaan perencanaan dan perancangan profesional kesehatan perkotaan menyediakan
dan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan informasi sesuai permintaan dan terdapat sekat
publik, sehingga hal ini menjadi point yang menjadi birokrasi antara perancangan perkotaan,
tugas para perencana perkotaan. pembangunan ekonomi, atau peneliti, praktisi dan
Untuk itu para perencana dapat melakukan berbagai pemegang kebijakan perencanaan perkotaan lainnya.
langkah advokasi untuk menuntaskan tugas tersebut, Tipe yang ke dua adalah kolaborasi, mencakup
diantaranya melalui usaha merubah cara berpikir dan pendekatan yang lebih proaktif. Sebagai contoh saat
pandang masyarakat (code switching), perencaan para ahli kesehatan perkotaan menginisiasi dialog
perkotaan berbasis partisipasi masyarakat dengan lembaga / badan perencanaan perkotaan dan
(community-based participatory urban planning) dan dilanjutkan dengan sebuah kerjasama untuk
menggerakan elemen masyarakat akar rumput dalam mengembangkan standar prosedur operasional dan
memperjuangkan kesetaraan dan keadilan sosial metode pelaporan data lintas sektoral antar lembaga
(Boarnet & Takahashi, 2005). kesehatan dan perencanaan perkotaan,
3.4. Tata Kelola dan Manajemen Institusi mengembangkan hubungan organisasi yang jelas dan
3.4.1. Tata Kelola Institusi formal antar lembaga serta bersama-sama
menguraikan strategi pemecahan konflik.
Bagi para perencana perkotaan, aspek tata kelola
dapat diartikan sebagai pemberian perhatian yang Tipe strategi yang ke tiga adalah konflik, yang juga
lebih besar terhadap sektor non-profit/non- akan memicu respon proaktif, tetapi berlawanan
pemerintahan dimana organisasi, masyarakat dan dengan strategi kolaborasi. Dengan strategi yang
individu tidak hanya berupaya untuk mengisi berpusat terhadap konflik, lembaga kesehatan
kesenjangan akibat kemunduran sektor publik, tetapi perkotaaan akan berupaya mempertahankan otonomi
telah menjadi elemen penting pengembangan dan mereka serta memisahkan diri dari setiap keputusan
penegakan peraturan. Kecenderungan ini, yang oleh yang mengendalikan perancangan perkotaan,
sebagian perencana perkotaan disebut sebagai pengembangan ekonomi ataupun yang diannggap
restrukturisasi kemakmuran negara, juga telah seabgai domain perencanaan lainnya, dan hanya
mengangkat perbedaan pandangan politik terhadap bekerjasama jika benar-benar dimandatkan oleh
tujuan dan tingkat kelayakan intervensi oleh sektor hukum, peraturan ataupun perundang-undangan
atau lembaga publik. Meskipun strategi kolaborasi nampak menjadi
sebuah pendekatan yang ideal dan banyak diinginkan
Sebagai contoh, pergesaran sistem tata kelola dalam menjembatani kesenjangan antara kesehatan
rumah sakit dapat menjadi gambaran akan dan perancangan perkotaan, namun terdapat juga
permasalahan ke depan terkait pengelolaan rumah “biaya” yang harus dipertimbangkan saat memilih
sakit dalam konteks kesehatan perkotaan. Sebelum untuk menggunakan strategi tersebut. Sementara
abad ke 20, operasional rumah sakit amat tergantung kolaborasi menawarkan berbagai potensi untuk
dari modal yang berasal dari donasi para dermawan, pemanfaatan sumber daya yang terbatas, berbagi
dan dengan fluktuasi dalam perkembangan ekonomi informasi dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi
dan industri, seperti kemerosotan ekonomi, maka dalam pemberian layanan, terdapat juga tantangan
aliran donasi pun ikut berfluktuasi (Bohland & Knox, signifikan dalam merancang dan melaksanakan
1989). Karena perannya yang vital dalam hal finasial, kemitraan tersebut yakni perasaan akan eklusivisme
maka para donatur tesebut memiliki peran yang sektoral serta kesulitan dalam mengidentifikasi dan
penting dalam pengambilan kebijakan serta menghadapi berbagai perbedaan terkait komunikasi,
operasional rumah sakit. Di abad ke 21 rumah sakit organisasi serta gaya dan bahasa disiplin ilmu yang
harus mampu beradaptasi dengan perubahan tujuan berbeda (Takahashi & Smutny, 2002).
40 Muhamad Ratodi: Pendekatan Perencanaan Perkotaan Dalam
Konteks Kesehatan Perkotaan
Tidak ada satu cara yang mudah dan cepat dalam berkelanjutan tanpa pemahaman yang jelas tentang
membangun kota secara berkesinambungan. dampak pembangunan terhadap lingkungan, dan fakta
Diperlukan harmonisasi antar elemen dan keterlibatan bahwa hubungan yang erat antara pembangunan dan
unsur pemerintah dan non-pemerintah dalam setiap kualitas lingkungan mengharuskan sebuah
proses perencanaan dan perancangan perkotaan yang perencanaan yang konsekuensi kepada kesehatan
sehat (Hapsari, H., Afifah, & Suriani, 2007). perkotaan serta berorientasi kepada pelaksanaan
program-program jangka panjang.
3.5. Keberlanjutan dan Perencanaan Perkotaan
Prinsip keberlanjutan berfokus pada seluruh aspek 4. PENUTUP
dari lingkungan perkotaan, termasuk penggunaan Memahami bagaimana konteks perkotaan
sumber daya, limbah dan pencemaran, kondisi berdampak kepada kesehatan memerlukan
perekonomian, kesehatan fisik dan mental warganya, pertimbangan akan berbagai pengaruh yang tidak
dan lembaga-lembaga, organisasi, sumber daya alam, jarang bersaing satu sama lain dalam hal
human capital serta modal sosial yang mempengaruhi Perancangan perkotaan, sebuah bidang yang
seluruh sistem perkotaan. terkadang didominasi oleh kajian aspek estetika,
Aspek keberlanjutan telah mengambil peranan yang memiliki kaitan ke sejumlah dampak bagi lingkungan
penting ketika seorang perencana berusaha untuk dan kesehatan. Dalam ranah ekonomi, para
menangani beragam isu lingkungan dan pencemaran, perencana dapat berfokus kepada terciptanya
perlindungan dan regulasi habitat, pengelolaan berbagai peluang pekerjaan yang akhirnya berujung
lingkungan dalam konteks fluktuasi ekonomis, kepada perbaikan taraf ekonomi, pengentasan
perancangan perkotaan, pemerataan dan keadilan kemiskinan, penyediaan pelayanan, transportasi
sosial serta tata kelola pemerintahan. publik serta perumahan di perkotaan yang memadai
Sebagai contoh pendekatan keberlanjutan dapat dan terjangkau.
berupa upaya mendorong penurunan konsumsi air Sementara kajian tentang kesetaraan dan keadilan
bersih dan peningkatan daya dukung tanah melalui sosial akan berkait erat dengan dampak dan paparan
langkah konservasi dan pendauran ulang, risiko kesehatan serta pola permukiman di wilayah
pengurangan pencemaran udara melalui aktifitas perkotaan. Kajian dengan pendekatan tata kelola
berjalan kaki, bersepeda dan penggunaan transportasi institusi akan berperan pada saat membangun sebuah
publik serta menangani kebutuhan akan keadilan yang interkoneksi antara sektor kesehatan dan perencana
berorientasi kepada lingkungan diantara sekian perkotaan, Dan aspek keberlanjutan dengan fokusnya
banyak potensi bahaya terhadap lingkungan dan terhadap sistem interaksi antara aspek lingkungan,
kelompok masyarakat yang termarjinalkan. Aktivitas sosial dan tata kelola dapat dipandang sebagai salah
utama dalam pendekatan keberlanjutan ini juga satu usaha untuk memahami ekologi perkotaan secara
meliputi perlindungan, pengembangan serta lebih luas.
penentuan ruang hijau, taman dan habitat alami dari
spesies flora dan fauna yang terancam punah (Berke 5. DAFTAR PUSTAKA
& Conroy, 2000), Setiap perencana harus paham dan AICP. (2014). American Planning Association,
mengerti bagaimana membangun yang baik dan benar American Institute of Certified Planners website.
dalam lingkungan yang berubah cepat dengan tetap Retrieved November 3, 2015, from
mempertimbangkan prinsip keseimbangan ekologi https://www.planning.org/aicp/
(Sundari, 2010) Andini, I. (2013). Sikap dan Peran Pemerintah Kota
Disamping isu-isu tersebut, pendekatan Surabaya Terhadap Perbaikan Daerah Kumuh di
perancangan berkelanjutan juga meliputi Kelurahan Tanah Kalikedinding Kota Surabaya.
pengembangan kawasan-kawasan yang terabaikan Kebijakan Dan Manajemen Publik, 1(1), 36–47.
dan pernah tercemar (seperti eks lahan industrial dan
penambangan), identifikasi ketidakmerataan pola Banerjee, T. (2001). The Future of Public Space:
distribusi risiko bahaya terhadap lingkungan yang Beyond Invented Streets and Reinvented
secara dominan mempengaruhi lingkungan Places. Journal of the American Planning
masyarakat pada kelompok tertentu, pengelolaan air Association, 67(1), 9–24.
dan sumber daya alam lainnya yang efektif dan https://doi.org/10.1080/01944360108976352
perencanaan pengembangan secara jangka panjang Bartoun, H., & Tsourou, C. (2000). Healthy Urban
(Bryant, 1995). Planning: a WHO Guide to Planning for People.
Apa yang menjadi persamaan dari semua jenis Spon Press.
permasalahan yang telah dipaparkan adalah Berke, P. R., & Conroy, M. M. (2000). Are We Planning
pengakuan yang kuat akan pemahaman bahwa for Sustainable Development?: An Evaluation of
pertumbuhan dan perkembangan tidak akan dapat 30 Comprehensive Plans. Journal of the
EMARA – Indonesian Journal of Architecture
Vol 2 No 1 – Agustus 2016 ISSN 2460-7878, e-ISSN 2477-5975 41
American Planning Association, 66(1), 21–33. Harvey, D. (2010). Social Justice and The City (Vol. 1).
https://doi.org/10.1080/01944360008976081 University of Georgia Press.
Boarnet, M. G., & Takahashi, L. M. (2005). Bridging the Jackson, R. J. (2003). The Impact of the Built
Gap Between Urban Health and Urban Planning. Environment on Health: An Emerging Field.
In Handbook of Urban Health: Populations, American Journal of Public Health, 93(9), 1382–
Methods and Practice. New York: Springer. 1384. https://doi.org/10.2105/AJPH.93.9.1382
Bohland, J., & Knox, P. L. (1989). Growth of Proprietary Jacobs, J. (1961). The Death and Life of Great
Hospitals in the United States: A Historical American Cities. New York: Random House.
Geographic Perspective. In Health Services
Law, R., & Wolch, J. . (1991). Homelessness and
Privatization in Industrial Societies (pp. 27–64).
Economic Restructuring. Urban Geogr, 12(2),
New Jersey: Rutgers University Press.
105–136.
Bryant, B. (1995). Environmental Justice: Issues,
Loukaitou-sideris, A. (1999). Hot Spots of Bus Stop
Policies, and Solutions. Island Press.
Crime. Journal of the American Planning
Corburn, J. (2004). Confronting the Challenges in Association, 65(4), 395–411.
Reconnecting Urban Planning and Public https://doi.org/10.1080/01944369908976070
Health. American Journal of Public Health, 94(4),
McLafferty, S. . (1989). The Politics of Privatization:
541–546.
State and Local Politics and the Restructuring of
https://doi.org/10.2105/AJPH.94.4.541
Hospitals in New York City. In Health Services
Diez Roux, A. V. (2003). Residential Environments and Privatization in Industrial Societies. New Jersey:
Cardiovascular Risk. Journal of Urban Health: Rutgers University Press.
Bulletin of the New York Academy of Medicine,
Northridge, M. E., & Sclar, E. (2003). A Joint Urban
80(4), 569–589.
Planning and Public Health Framework:
https://doi.org/10.1093/jurban/jtg065
Contributions to Health Impact Assessment.
Duany, A., Plater-Zyberk, E., Krieger, A., & Lennertz, American Journal of Public Health, 93(1), 118–
W. . (1991). Towns and Town-Making Principles. 121. https://doi.org/10.2105/AJPH.93.1.118
New York: Rizzoli.
Sundari, E. S. (2010). Studi Untuk Menentukan Fungsi
Evans, G. W., Wells, N. M., & Moch, A. (2003). Housing Hutan Kota Dalam Masalah Lingkungan
and Mental Health: A Review of the Evidence Perkotaan. Jurnal Perencanaan Wilayah Dan
and a Methodological and Conceptual Critique. Kota UNISBA, 7(2), 68–83.
Journal of Social Issues, 59(3), 475–500.
Takahashi, L. M., & Smutny, G. (2002). Collaborative
https://doi.org/10.1111/1540-4560.00074
Windows and Organizational Governance:
Gaber, S. L. (1996). From NIMBY to Fair Share: The Exploring the Formation and Demise of Social
Development of New York City’s Municipal Service Partnerships. Nonprofit and Voluntary
Shelter Siting Policies, 1980-1990. Urban Sector Quarterly, 31(2), 165–185.
Geography, 17(4), 294–316. https://doi.org/10.1177/0899764002312001
https://doi.org/10.2747/0272-3638.17.4.294
Thompson, S. (2007). A Planner’s Perspective on The
Galea, S., & Vlahov, D. (2005). Handbook of Urban Health Impacts of Urban Settings. NSW Public
Health: Populations, Methods and Practice. New Health Bulletin, 8(9), 157–160.
York: Springer.
Handy, S., Boarnet, M., & Ewing, R. (2002). How the
built environment affects physical activity: views
from urban planning. American Journal of
Preventive Medicine, 23, 64–73.
Hapsari, D., H., P. S., Afifah, T., & Suriani, O. (2007).
Gambaran Kebijakan Penyelenggaraan Kota
Sehat pada Lima Kota di Indonesia. Media
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 17(3
Sept). Retrieved from
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/M
PK/article/view/816