Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 495

Mengikat Cinta Rahasia

Mengikat Cinta Rahasia

1 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia
Oleh: Roviatus Sa’adah Hak Cipta
© 2018 Elbuy
All rights reserved

Dipublikasikan pertama kali dalam bahasa Indonesia oleh


Penerbit Elbuy Publishing
Buntet Pesantren. 02/05 Blok Kedung Subur. Desa Munjul.
Kec.Astanajapura. Cirebon 45181

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang menjual


baik dalam bentuk buku atau ebook atau menerjemahkan
buku ini tanpa izin dari Penerbit.
Untuk keringat suamiku yang selalu mendampingi,
memberikan semangat, dukungan serta motivasi
demi tercapainya cita-citaku yang tinggi menjulang
di angkasa.
Untuk air mata orang tuaku yang tidak pernah
habis mendoakan keberhasilanku dalam menempuh
kehidupan yang lebih baik.
Juga untuk semua guruku yang tanpa lelah
membimbing dan mengajariku dengan berbagai
ilmunya, khususnya keluarga besar Pesantren Nurul
Huda, Peleyan Kapongan Situbondo Jawa Timur.
Untuk gema tawa semua saudaraku yang menjadi
penghibur hatiku, adik bungsuku, Muhammad
Mubarokah Ramadhani yang selalu aku rindukan.
Terakhir untuk dua sahabatku berinisial L & I
yang tertinggal di Nurul Huda.
Ucapan Terima Kasih
Roviatus Sa’adah (Dhara)

Alhamdulillah, dengan ucapan basmalah penulis


akhirnya mencoba menerbitkan novel karya pertama
yang berjudul Mengikat Cinta Rahasia.
Ini semua adalah berkat Allah yang telah mem-
berikan penulis pemikiran dan kesehatan yang
sempurna. Tanpa ijin Yang Maha Kuasa, novel
perdana ini tidak akan terselesaikan di meja penerbit.
Terima kasih banyak pada pihak penerbit yang
dengan senang hati memberikan kesempatan langka
yang akhirnya menuntun penulis pada puncak impian.
Terima kasih juga kepada pembaca buku ini yang
telah rela membeli novel perdana penulis.
Namun, penulis menyadari sepenuhnya bahwa
tulisan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
dengan kerendahan hati penulis mohon perkenaan
para pembaca untuk memberikan saran dan kritik
demi menjadikan tulisan ini menjadi lebih sempurna.
Mengikat Cinta Rahasia

Namaku Virdhara Ramadani

‘ELICHA HOSPITAL’
Sebuah rumah sakit terkenal di Jakarta menjadi
saksi bisu. Di rumah sakit itu, Dhara Ramadani dan
Calsa Olivia dilahirkan. Dhara Ramadani atau biasa
dipanggil Dhara adalah seorang anak yang tumbuh
menjadi gadis berparas cantik jelita, baik hati, pintar,
dan mempunyai perangai yang baik. Sedangkan
Calsa kebalikannya terutama sikapnya pada Dhara.
Paling istimewa yang dimiliki Dhara adalah
senyuman yang selalu melekat dibibirnya. Siapapun
cowok yang menikmati senyumnya akan langsung
jatuh hati padanya. Senyuman Dhara ibarat racun
yang mematikan. Bagi cowok yang terpaksa menik-
matinya akan mati dalam kegelisahan.
Di siang hari, Dhara sibuk menyiapkan makan
siang di dapur. Saat Calsa pulang sekolah, keadaan
rumahnya sudah sangat sepi.
Tuan Taufik, papa Calsa, belum pulang dari kan-
tornya. Pastinya, sopir pribadi Tuan Taufik, Pak
Mahmudꟷyang tak lain adalah ayah Dharaꟷbelum
pulang dari kantor Tuan Taufik.

5 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Bik Imahꟷbunda Dharaꟷpergi berbelanja ke pasar


karena persediaan makanan di dapur sudah semakin
menipis. Sedangkan Dhara dan Nyonya
Marinaꟷmama Calsaꟷsekarang sedang berada di
dalam rumah.
Mama Calsa tampak tertidur pulas. Namun Nyonya
Marina tiba-tiba terbangun dari tidurnya karena
mendengar suara Calsa berteriak memanggilnya.
“Ma, Calsa pulang…!”
Calsa adalah putri satu-satunya dari Tuan Taufik
dan Nyonya Marina. Calsa sangat berbeda dengan
Dhara walaupun mereka terlahir pada hari, jam dan
tanggal yang sama. Jika Dhara tumbuh menjadi gadis
yang berperangai baik maka Calsa sebaliknya. Calsa
tumbuh menjadi gadis yang sombong, sifat angkuh
dan beberapa sifat buruk lainnya. Kecantikan
parasnya pun tidak seperti kecantikan Dhara.
“Ma, Mama…!“ Calsa berteriak memanggil
mamanya. Kakinya yang terbalut sepatu hitam
dengan kaos kaki jingga berjalan cepat menuju kamar
mamanya.
“Sudah pulang, Sayang?” tanya mamanya yang
keluar kamar menghampiri Calsa sambil mengucek-
ngucek matanya.
“Ada rapat Ma di sekolah,“ jawab Calsa singkat.

6 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Ya sudah, kamu ganti baju, terus tunggu Mama di


meja makan ya! Mama mau cuci muka dulu,” pinta
Nyonya Marina.
Kemudian Calsa melangkah pergi dari kamar
mamanya setelah anggukan setuju atas perintah
mamanya.
Nyonya Marina tidak membuang-buang waktu lagi
setelah melihat anggukan putri tunggalnya. Ia lang-
sung masuk ke kamar dan mencuci muka di kamar
mandi. Kemudian ia menemui Calsa yang sudah lebih
dulu duduk di meja makan.
Tangan Nyonya Marina yang dibalut lengan pan-
jang bergerak mengambil nasi dan meletakkannya ke
piring Calsa. Tidak lupa melengkapinya dengan lauk
kesukaan Calsa, capcai daging sapi muda. Hampir
saja sesendok nasi masuk ke mulut Nyonya Marina,
telepon berdering. Sumber suara ada di ruang tamu.
Hal itu mengurungkan niat Nyonya Marina untuk
memasukkan sesendok nasi ke dalam mulutnya.
“Sayang, Mama angkat telepon dulu ya,” Nyonya
Marina berkata sambil beranjak dari duduknya,
menuju ruang tamu, tempat telepon berdering keras.
Calsa hanya mengangguk tanpa memandang
wajah mamanya. Ia tampak menikmati makanan
dengan capcai daging sapi muda favoritnya.

7 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Bik, Bik Imah…!” Calsa berteriak sekuat mungkin


memanggil Bik Imah, bunda Dhara, yang tidak datang
mengahampirinya.
Karena tahu bunda Dhara sedang pergi ke pasar,
Dhara keluar menuju Calsa.
“Eh…, Ello siapa?” tanya Calsa heran saat Dhara
datang memenuhi panggilannya ke meja makan. Ia
merasa tersaingi dengan kehadiran Dhara yang
kenyataannya memang lebih cantik dari padanya.
“Kamu terkejut ya, Sayang?” tanya Nyonya Marina
tiba-tiba datang di tengah keheranan Calsa.
“Calsa, ini Dhara putri Bik Imah. Ia baru datang
tadi malam. Dhara, ini Calsa, putri Tante,” ucap
Nyonya Marina tersenyum.
Dhara mengulurkan tangannya ke arah Calsa.
Calsa menerimanya dengan sikap dingin, sama sekali
tidak terlintas rasa senang di hatinya.
“Dan mulai besok, Calsa akan mempunyai teman
baru di sekolah karena Dhara akan sekolah di tempat
Calsa sekolah. Jadi mulai besok juga, Calsa tidak
akan sendirian berangkat kesekolah.” Nyonya Marina
berkata sambil memandang ke arah Dhara dan Calsa,
bergantian.
“Apa? Teman baru? Ih, amit-amit deh berteman
sama anak babu yang gembel. Dasar Mama, hobinya
ngumpulin gembel,” ucap Calsa dalam hatinya. Sorot
matanya memandang Dhara.

8 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

***
Dhara sangat senang dengan keputusan
majikannya yang akan membiayai sekolahnya. Dari
rasa bahagianya, ia sampai tidak sadar bahwa
sepasang mata bening memperhatikannya dari jarak
yang cukup dekat.
“Bunda…!” teriak Dhara sambil menghampiri
sepasang mata bening yang memperhatikannya.
“Ada apa, Vir?” tanya Bik Imah heran dengan si-
kap Dhara. “Dhara, ada apa? Kenapa kamu? Seperti
orang yang kejatuhan bintang saja,” tanya Bik Imah
lagi setelah tahu Dhara enggan menjawab pertan-
yaannya yang pertama.
“Ya ampun Bunda…. yang Dhara rasakan
sekarang ini bukan hanya sekedar kejatuhan bintang
saja, lebih beruntung dari semua itu,” jawab Dhara
girang. Giginya yang berbaris rapi menambah
keanggunannya saat Dhara tersenyum.
“Maksudnya?” tanya Bik Imah berlanjut.
“Aduh, Bunda, Dhara tidak tahu lagi harus mulai
dari mana? Dhara terlalu bahagia,” Dhara berkata
sambil memeluk bundanya sehingga mereka tidak
tahu kalau Pak Mahmud, ayah Dhara, sudah berdiri di
belakang mereka dengan bibir tersungging senyum.
“Ada apa kok sepertinya bahagia sekali?” tanya
Pak Mahmud sambil berjalan mengahampiri Dhara
dan bundanya.

9 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Ayah, Bunda, dengarkan Dhara! Dhara punya


kabar gembira. Besok, Dhara akan masuk sekolah
lagi,” ucap Dhara girang.
“Apa?!” ucap ayah dan bunda Dhara bersamaan.
“Tante Marina akan membiayai sekolah Dhara,”
lanjut Dhara yang masih belum menyembunyikan
barisan giginya yang rapi.
“Alhamdulillah. Terima kasih ya Tuhan,” ucap
syukur Pak Mahmud yang langsung bersujud.
Dhara langsung dipeluk erat oleh Bundanya. Me-
nyekolahkan Dhara adalah harapan terbesar dalam
hidup kedua orang tuanya.

***

Sore hari seperti biasa, Dhara mengepel lantai di


ruang tamu. Bundanya memasak untuk makan malam
di dapur. Ayahnya memotong rumput di halaman
belakang.
Tiba-tiba, Dhara dikejutkan oleh orang yang
mengetok pintu. Sejenak Dhara ragu untuk mem-
bukanya. Tapi, kemudian dia pasrahkan kakinya
melangkah untuk membuka pintu yang terus diketuk
orang sambil mengucapkan salam–ketika mendengar
teriakan bundanya yang menyuruh Dhara cepat
membukakan pintu.
Clekk

10 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Dhara memutar kunci ke arah utara. Perlahan,


tangan Dhara membuka pintu yang sudah tidak
terdengar ketokan lagi. Saat di buka, hati Dhara
benar-benar kacau, dadanya berdegup kencang,
bibirnya terkatup seribu bahasa. Ucapan yang biasa
diucapkan ketika menyambut seorang tamu, tidak
kuasa ia ucapkan. Ia tidak mengerti dengan semua
yang terjadi padanya saat membukakan pintu buat
orang yang tanpa putus asa mengetoknya sambil
mengucapkan salam.
Dada Dhara semakin berdebar ketika melihat
orang yang berdiri di depannya–dengan tanpa beban–
tersenyum padanya. Tanpa sadar, Dhara mengeluar-
kan senyuman juga yang pastinya akan membuat
cowok menikmatinya, langsung jatuh hati dapanya.
Setangkai bunga cinta di hati cowok itu seperti
langsung menancap ketika bibir Dhara mengem-
bangkan senyum terindahnya. Pemuda itu jatuh hati
pada Dhara.
“Maaf cari siapa?” Dhara menyapa pemuda itu
dengan lembut membuat pemuda itu terpesona untuk
yang kesekian kalinya.
“Ehem, kenalkan, aku Radit!” Radit mengulurkan
tangannya.
Dhara hanya tersenyum tanpa menyambut uluran
tangan Radit ataupun menyebutkan namanya. Ia tahu
yang ada di hadapannya adalah seorang yang sangat

11 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

berbeda dengannya. Tapi sambutan Dhara sudah


membuat puas hati Radit.
“Maaf, aku tidak bermaksud melecehkanmu
dengan uluran tanganku,“ ucap Radit sambil menarik
tangannya kembali.
Dhara hanya memandang lembut ke arah Radit,
tanpa bisa berkata-kata lagi.
Tatapan mata Dhara membuat tatapan mata Radit
semakin tajam menatapnya, setajam mata elang yang
siap menerkam mangsa. Dhara yang merasa tidak
sanggup menerima tatapan tajam itu, ia mulai
menundukkan kepalanya, melihat ke arah kakinya
yang tidak beralas bersepatu atau sandal.
Tapi Radit, ia tambah leluasa menikmati wajah
cantik Dhara yang baru pertama kali dilihatnya. Radit
bertambah kagum pada kecantikan Dhara yang saat
itu memakai baju putih berkombinasi biru langit.
“Hey, ngeliatin mulu.”
Dhara kebetulan membiarkan rambutnya tergerai
indah diterpa angin yang kebetulan lewat dihada-
pannya. Namun Dhara terbiasa memakai kerudung
bila berangkat ke sekolah. Hal itu menambah kekag-
uman Radit pada Dhara. Dhara tercipta begitu
sempurna menurutnya.
“Ups, maaf.”
“Radit…!” teriak Calsa sambil menuruni anak tang-
ga satu persatu.

12 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Dalam beberapa menit saja, Calsa mampu


melewati anak tangga yang berkelok tiga. Kakinya
sangat lincah menuruni tangga-tangga yang baru
dipel itu.
“Udah dari?” tanya Casla sambil berjalan ke arah
Radit yang beralih menatap Dhara. “Eh, Dhara, ello
lancang banget sih? Kenapa ada tamu kok dibiarin
berdiri di sini aja sih? Udah sana cepat buatin minum!”
Calsa berkata dengan nada tinggi hingga sampai
membuat Dhara berniat pergi ke dapur dengan
tergesa.
“E…e…e… tunggu!” cegah Calsa saat tubuh
Dhara sudah melewati ruang tamu.
Dhara menghentikan langkahnya, menoleh ke
arah Calsa menuju pintu.
“Ada apa Non?” tanya Dhara tanpa berani me-
mandang wajah Calsa yang tidak pernah bersahabat
dengannya.
“GPL!” jawab Calsa singkat.
Dhara hanya mengangguk kemudian melangkah
melewati sofa empuk yang melebihi kasur tempat
tidur Dhara. Ia kemudian berjalan ke arah dapur, lalu
belok ke selatan di bagian rak gelas. Ia memenuhi
keinginna tuan putrinya.
Sementara dua sosok yang tadi ada di samping
pintu, sekarang mereka duduk di sofa mewah
berwarna ungu itu.

13 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Dit, tumben ke sini nggak ngasih kabar dulu?”


tanya Calsa sambil mendekati posisi duduk di
samping Radit. Radit masih terdiam memikirkan
Dhara. “Ada apa?” Lanjut Calsa bertanya kembali.
“Sebenarnya sih, aku itu malas banget mau ke sini,
tapi Mama sama Papa maksa aku untuk datang ke
sini dan mengundang kalian sekeluarga datang di
acara makan malam, nanti jam 8.30,” jawab Radit
tanpa memandang Calsa yang duduk berdekatan
dengan Radit.
“Ada apa? Tante dan Om ngundang aku untuk
makan malam? Wow aku seneng banget, Dit…,” ujar
Calsa girang.
“Bukan ngundang kamu, tapi sekeluarga,” bantah
Radit sinis.
Bantahan Radit tidak membuat rasa girang. Calsa
berubah duka. Mukanya mendadak cemberut.
Namun, rasa sayang Calsa membuat hatinya
memaklumi Radit.
Dhara datang dari arah dapur sambil membawa
nampan yang berisi dua gelas minuman sirup yang ia
buat sendiri.
“Eh, Vir, ngapain sih ello bengong di situ?! Cepat
bawa ke sini minumannya! Lelet banget sih!” teriak
Calsa saat melihat Dhara hanya berdiri di samping
sofa. Calsa melihat kondisi Dhara yang terlihat agak

14 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

kaku seperti ada beban pandangan pertama bersama


Radit.
Mendengar gertakan Calsa, Dhara tidak punya
alasan lagi untuk tetap mematung di tempatnya. Ia
langsung melangkah mendekati Calsa. Calsa me-
mandanya sinis Dhara. Kemudian Dhara langsung
pergi setelah dua gelas sirup rasa pisang susu berada
di depan Calsa dan Radit.
“Cal, dia siapa?” tanya Radit setelah Dhara berlalu
dari hadapannya.”
“Dia anak pembantu aku, Dit. kemarin malam baru
datang dari desanya,” jawab Calsa setelah terlebih
dahulu meneguk setengah dari jus yang dibawakan
Dhara.
Radit hanya mengangguk paham dengan jawaban
Calsa.
“Namanya siapa?”
“Dhara. Kalau lagi kesel manggil, panggil aja Dar
Der Dor,” jelas Calsa.
“Gitu amat ama pembantu. Dia cantik ya?”
“Dih, apa-apaan sih? Emangnya aku gak kalah
cantik?”
“Mending ngaca!”
“Ih, Radit gitu.”
“Oh ya Cal, dari tadi aku nggak ngeliat Tante, me-
mangnya Tante kemana?” tanya Radit mengalihkan
pembicaraannya.

15 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Bentar! Mama!” teriak Calsa sambil melihat ke


sekeliling ruangan mencari Nyonya Marina.
Tak lama kemudian, Nyonya Marina langusung
keluar dari arah kamar, seolah sudah tahu kalau ada
tamu datang
“Eh, Nak Radit.. Udah lama datangnya?” Sapa
Nyonya Marina, mama Calsa, dari jauh.
“Nah itu Mama,” ucap Calsa saat melihat maman-
ya melangkah menuju ruang tamu.
“Lagi ngomongin apa sih?” Tapi Tante nggak
ganggu kan?” goda Nyonya Marina sambil melirik ke
arah Calsa dan Radit, bergantian.
“Ah Tante, bisa aja. Nggak kok Tante. Kita hanya
ngomongin Vir…. Eh gak. Oh, Mama ngundang Tante
sekeluarga makan malam. Acaranya nanti jam 8.30,”
kata Radit berusaha menjelaskan tentang topik
pembicaraannya dengan Calsa namun dibatalkan. Ia
lebih memilih menjelaskan maksud kedatanganya.
“Oh… acara makan malamnya jadi?” ucap Nyonya
Marina mengulang kata-kata Radit.
“Jadi, Tan,” jawab Radit singkat.
“Syukur. Nanti kami pun siap-siap untuk ke sana.”
“Ya sudah kalau begitu, Radit permisi dulu Tante,”
pinta Radit kemudian sambil bangun dari duduknya.
“Kok sebentar sih? Tante belum banyak ngobrol,”
tanya Nyonya Marina.
“Iya, Tan, maaf. Ada keperluan. Ya udah, Tan.”

16 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Oh, ya sudah.”
Calsa mengantar Radit sampai halaman depan.
Radit membiarkan Calsa melakukan hal itu, yang
penting ia tidak memintanya.
***
Malam hari, setelah Calsa dan keluarganya siap,
mereka berangkat. Perjalanan menembus kegelapan
perlu kehati-hatian. Malam itu Tuan Taufik sengaja
menyetir mobilnya sendiri. Ia sengaja tidak dibawa
sopir pribadi yang selalu mengantarnya kemanapun ia
pergi. Jarak pun tidak terlalu jauh. Lagi pula, mereka
tidak mau sang supir terlantar akibat acara makan
malam.
Ketika keluarga Tuan Taufik masuk pintu gerbang,
keluarga Radit menyambut hangat di teras rumahnya.
Mereka ingin menyepesialkan tamunya dengan
diawali sambutan perjumpaan.
Mobil berusaha diparkir. Orang dalam mobil satu
per satu keluar. Mereka berjalan menuju tuan rumah.
“Hai Taufik,” sapaan Tuan rahmat sambil
melebarkan kedua tangannya saat kaki Tuan Taufik
menginjak teras. Mereka berpelukan layaknya
seorang sahabat yang baru bertemu setelah sekian
tahun lamanya terpisah.
“Hai Marina…, apa kabar ?” sapa Nyonya Susana,
mama Radit, pada mama Calsa.

17 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Tuan Rahmat dan Nyonya Susana adalah sahabat


baik orang tua Calsa. Tali persaudaraan sangat erat
diantara mereka sehingga pada suatu kesempatan
mereka sepakat untuk menjodohkan putra-putri
mereka. Malam ini adalah acara peresmian perjodo-
han antara Radit dan Calsa. Tapi, Radit dan Calsa
tidak tahu tentang hal itu.
“Sayang, kok kamu hanya diam di situ sih…? Sini
dong, ayo peluk Tante…,” Nyonya Susana berkata
sambil menarik tangan Calsa dan memeluknya.
“Ayo kita masuk kedalam…!” ajak Nyonya Susana
setelah tahu suaminya sudah mengajak Tuan Taufik
masuk ke dalam.
Radit yang merasa terusik dengan kehadiran
Calsa, tidak menampakkan batang hidungnya. Ia
membiarkan telinganya mendengar suara orang
tuanya yang ada di ruang tamu bersama orang tua
Calsa yang sesekali tertawa terbahak-bahak. Ia
langkahkan kakinya menuju taman samping ru-
mahnya.
“Hai Dit…,“ sapa Calsa yang tiba-tiba berada di
samping Radit.
Radit tak acuhkan kedatangan Calsa. Ia tidak
menggeser sedikitpun dari kursi yang didudukinya
dan membiarkan Calsa berdiri agak lama.
“Emmm… Dit, boleh nggak aku duduk di samping
kamu?” tanya Calsa kemudian setelah dirasa kakinya

18 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

kesemutan karena terlalu lama berdiri. Radit hanya


mengagguk sambil menggeser posisi duduknya.
“Dit, kamu kenapa?” tanya Calsa tujuh menit
kemudian.
“Memangnya aku kenapa?” ucap Radit balik ber-
tanya.
“Aku perhatikan, sepertinya kamu kurang berkenan
dengan kehadiranku,” kata Calsa pelan.
‘Emamg, aku sama sekali nggak suka dengan ke-
hadiranmu. Dasar cewek jutek…,’ mungkin ucap Radit
dalam hatinya.
“Dit… kamu denger aku kan?” tanya Calsa lagi
setelah tahu Radit tak bernafsu menjawab pertan-
yaannya.
“Heh…“ Radit mendesah kesal.
“Radit, Calsa… ternyata kalian ada di sini,” ucap
Nyonya Susana yang tiba-tiba hadir di tengah kekesa-
lan Radit.
Radit bersyukur, karena kedatangan mamanya, ia
tidak jadi menjawab pertanyaan Calsa yang pastinya
akan berbohong.
“Ada apa Ma?” tanya Radit yang langsung berdiri
dari posisi duduknya dan diikuti oleh Calsa.
“Sayang, kami semua nunggu kalian di meja
makan. Ayo cepat. Acara makan malam akan segera
di mulai,” jawab Nyonya Susana sambil memeluk
pundak Calsa.

19 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Calsa tersenyum ke arah Nyonya Susana.


Radit yang selalu muak dengan perilaku Calsa,
saat melihat senyumnya yang di buat-buat, langsung
melangkah menuju meja makan tanpa menunggu
ajakan yang kedua kalinya dari mamanya.
“Dit, Calsa mana?” tanya papa Radit saat melihat
Radit melangkah ke meja makan.
“Tau tuh,” jawab Radit sambil menaikkan kedua
bahunya.
Kedua orang tua Calsa saling pandang melihat
sikap Radit yang tidak sewajarnya.
“Calsa… dari mana saja kamu?” tanya Nyonya
Marina saat melihat langkah pelan Calsa menuju meja
makan bersama Nyonya Susana.
Calsa langsung duduk di sebelah Radit tanpa
menjawab pertanyaan mamanya.
Mereka menikmati makanan.
“Calsa, gimana masakan Tante? Enak kan?” tanya
Nyonya Susana saat Calsa berhasil memasukkan
sesendok nasi ke dalam mulutnya.
“Enak banget Tante. Ini Tante sendiri yang masak
semuanya?” tanya Calsa sambil terus mengunyah
makanan yang sudah di dalam mulutnya.
Nyonya Susana hanya mengangguk sambil
tersenyum mendengar pertanyaan Calsa.
“Ayo tambah lagi, Sayang…!” Nyonya Susana ber-
kata sambil menambah nasi dan lauk ke piring Calsa.

20 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Calsa berusaha menghindar. Tapi, usahanya sia-


sia. Dalam sekejap, nasi yang sudah hampir ludes di
piring Calsa bertambah lagi. Calsa melirik ke arah
Radit sebelum memulai memakannya kembali. Radit
diam saja saat merasakan dari lirikan Calsa.
Sejak awal acara makan malam, sampai selesai,
Radit lebih banyak diam. Jiwanya serasa tidak hadir
bersama jasadnya. Senyuman Dhara sore tadiꟷsaat
Radit berkunjung ke rumah Calsaꟷmampu membuat
Radit lupa segalanya, termasuk saat ini. Radit lupa
kalau saat itu ia sedang dalam perhatian papanya.
“Radit, bengong saja dari tadi. Ada apa?” tanya
Tuan Rahmat sambil menepuk bahu Radit.
“Papa… bikin Radit kaget aja,” ujar Radit sambil
sambil mengelus dadanya.
“Kamu kenapa bengong?” tanya papa Radit sambil
mengelap bibirnya dengan sapu tangan yang sejak
tadi ada di pangkuannya. Radit menjawab dengan
gelengan kepala.
Setelah acara makan malam selesai, orang tua
Radit dan Calsa menuju ruang tamu untuk melanjut-
kan percakapan tentang perjodohan antara Radit dan
Calsa.
Nyonya Susana membiarkan Calsa membawa
piring-piring kotor ke dapur agar Calsa tidak
mendengar apa yang akan mereka rencanakan.
Sedangkan Radit, ia langsung pergi ke kamarnya.

21 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Tidak peduli pada tatapan mata Nyonya Marina yang


tampaknya mengerti kalau Radit tidak suka dengan
kehadirannya.
Malam kian larut. Keluarga Calsa pamit pulang
pada keluarga Radit. Orang tua Radit mengantarnya
sampai pintu depan. Jalanan yang tadinya bising
dengan suara kendaraan yang lalu-lalang, kini jalan
menjadi senyap seakan mendapat aba-aba yang
memerintahkan bahwa pada jam itu semua ken-
daraan harus terparkir. Jalanan lalu-lintas harus
istirahat karena seharian penuh dilewati banyak
orang.
Begitu juga dengan Tuan Taufik. Mobilnya yang
tadinya dinaiki, kini mobil telah terparkir di halaman
rumahnya. Sengaja dibiarkan di halaman depan
karena rasa lelah telah menjalar ke seluruh tubuhnya.
Hingga dalam waktu sekejap, keluarga Calsa telah
lelap dalam mimpi indah masing-masing.
Setelah itu, biarlah sang mentari pagi menjangkau
peraduannya.

22 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Sahabat Baru

Malam kini berganti pagi. Burung-burung mulai


berkicau seakan ikut merasakan betapa enak dan
segarnya badan yang kini bangkit kembali setelah
semalam penuh terbaring lelah. Pagi ini semua
tertawa begitu juga dengan Dhara.
Dhara yang pagi ini akan kembali masuk sekolah
lagi, ia bangun lebih pagi dari sebelumya, sebelum
matahari terbit dengan sinar emasnya. Dhara sudah
selesai mengerjakan semua tugasnya sebagai
seorang pembantu. Perasaan yang dirasakan Dhara
sulit dilukiskan dengan kata-kata atau apapun.
“Calsa, kamu mau Papa antar atau berangkat di
antar sopir?” tanya Tuan Taufik sambil memasang jas
hitam, jas yang memang merupakan pakaiannya saat
ke kantor.
“Ih, Papa jahat banget sih. Calsa kan masih belum
selesai sarapan Pa…,” jawab Calsa sambil terus
mengolesi roti bakarnya dengan Blue Bend plus keju.
Wajahnya tampak cemberut memandang wajah Tuan
Taufik, papa tercintanya.

23 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Ya sudah sayang, biar Papa berangkat aja du-


luan. Nanti yang ngantar Calsa ke sekolah biar Pak
Mardhi saja. Gimana?” usul Nyonya Marina sambil
memperbaiki letak dasi suaminya.
“Ya deh, Papa berangkat saja duluan!” putus
Calsa kemudian.
“Ma, Papa berangkat dulu ya…,” pamit Tuan Tau-
fik. Kemudian ia mulai tancap gas setelah mencium
kening istrinya.
Setelah sarapan, Nyonya Marina mengantar Calsa
ke halaman depan, tempat Pak Mardhi berdiri di
samping mobil, menunggu Calsa.
“Ma, Calsa berangkat dulu ya…,” pamit Calsa
sambil masuk mobil.
“Eh tunggu sayang, sepertinya ada yang ketingga-
lan,” ujar Nyonya Marina tersenyum.
Calsa bertanya heran dalam hatinya. Ia coba
membuka tas yang disandangnya, mencari tahu apa
yang terlupakan. Kening Calsa berkerut tebal saat
tahu tidak ada satupun barang miliknya yang keting-
galan.
“Apa sih, ma…?” tanya Calsa penasaran saat usa-
hanya mengingat sesuatu yang ketinggalan tidak
membuahkan hasil.
“Sayang, kamu lupa ya, kalau hari ini Calsa punya
teman baru?” jawab Nyonya Marina tersenyum.

24 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Kali ini Calsa mengerti apa yang di maksud


mamanya.
“Sebentar ya, Mama panggil Dhara dulu….”
Setelah berkata, Nyonya Marina pergi untuk me-
manggil Dhara tanpa memperhatikan raut wajah
Calsa yang tiba-tiba mendung.
“Dhara, Tante harap kamu mau menerima dengan
senang hati, keputusan Tante untuk membiayai
sekolahmu,” ujar Nyonya Marina sebelum Dhara
masuk ke dalam mobil.
Dhara hanya tersenyum. Dalam hati ia berjanji
bahwa sedikitpun ia tidak akan mengecewakan hati
Nyonya Marina.
“Kami berangkat dulu ya Tante…,” pamit Dhara
setelah duduk di samping Calsa.
“Iya, hati-hati…,” sahut Nyonya Marina sambil
melambaikan tangannya.
Mobil pun melaju melewati jembatan yang berku-
rung. Jarak antara rumah ke sekolah cukup jauh. Di
dalam mobil, Dhara lebih banyak diam. Ia mengerti
kalau Calsa kurang suka dengan kehadirannya.
“Eh dengar ya Vir… walaupun elo itu sekolah sa-
ma gue, derajat ello itu tetap nggak akan berubah.
Ello tetap seorang pembantu dan gue adalah
majikannya. Jadi, walaupun di sekolah, elo tetep
harus manggil gue ‘Nona’. Ngerti elo?” ucap Calsa
dengan congkak.

25 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Calsa memang sombong dengan apa yang dimili-


kinya. Ia suka semena-mena dengan orang miskin.
Apalagi jika ada orang yang menyaingi kecantikann-
ya.
Dhara hanya diam mendengar penuturan Calsa.
“Eh, diam aja…, ello denger nggak sih apa yang
barusan gue bilang?!” ulang Calsa membentak
Dhara.
“Denger Non…,” jawab Dhara sambil
mengangguk.
Untuk selanjutnya, Calsa tidak berkata-kata lagi.
Dhara juga tahu diri sehingga ia lebih sedikit mengge-
ser duduknya. Calsa tahu akan hal itu, ia membiarkan
saja apa yang Dhara lakukan.
Setengah jam berlalu, mobil Calsa yang di-
tumpangi berhenti di depan pintu gerbang. Pak
Mardhi turun, langsung membukakan pintu buat
Calsa.
“Hati-hati Non…,” ucap Pak Mardhi saat Calsa
mulai memijakkan kakinya, turun dari mobil.
“Non, nanti jam berapa mau di jemput ? “ Tanya
Pak Mardhi saat Calsa sudah seutuhnya keluar dari
mobil.
“Jam, 12.30,” jawab Calsa singkat. “Ingat, jangan
sampai terlambat!” tambah Calsa kemudian me-
langkah.
Pak Mardhi pun juga berlalu dari tempat itu.

26 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“O ya Vir, gue kok lupa ya, kalau ello itu pembantu


gue? Udah, nih bawa tas gue,” ucap Calsa sambil
memberikan tasnya pada Dhara walau Dhara sedikit
tersinggung dengan apa yang Calsa lakukan.
Terpaksa Dhara mengabulkan permintaan Calsa.
Mereka berjalan menuju ke ruang kelas XII.
“Hai Dit…,” sapa Calsa saat melihat Radit yang
baru turun dari mobilnya.
“Hai,” balas Radit kecut. Matanya beralih me-
mandang orang di belakang Calsa: Dhara. Mata
bening Dhara juga memandang ke arah Radit. Radit
tersenyum dan Dhara pun membalas senyum itu.
“Bareng yuk…!“ ajak Calsa yang langsung berjalan
di samping Radit.
Radit melirik Dhara yang berjalan di belakangnya
dengan kedua tangan membawa barang-barang milik
Calsa.
Berpasang-pasang mata memandang sosok siswa
baru. Sebagian ada yang memandang kagum,
sebagian lagi ada yang memandang heran.
”Mau saja diperbudak Calsa” ucap salah satu ma-
ta yang memandang Dhara dengan pandangan
heran.
Dhara tahu akan hal itu. Ia tekankan perasaan
agar berusaha tegar mendengar cibiran pedas dari
teman-teman di sekolahnya.

27 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Setelah sampai di kelas, Dhara langsung


mengambil posisi duduk di bangku nomer dua dari
depan paling utara.
‘Sepertinya bangku ini kosong,’ batin Dhara. Hing-
ga tanpa disuruh, Dhara langsung menempati bangku
tersebut.
Sedangkan Calsa duduk dengan sahabat ka-
ribnya, Beky, di bangku barisan selatan nomer tiga
dari depan. Bangkunya terletak pas di belakang Radit.
Dan di belakangnya, Fani, ia juga sahabat karib
Calsa.
Bel masuk berbunyi, lima menit setelah Dhara me-
rasa bebas dari tugas membawa tas yang dibebankan
padanya oleh Calsa.
Pak Ridwan masuk kelas. Beliau adalah wali kelas
XII. Selain baik hati, beliau juga terkenal karena
kesabarannya. Hingga semua murid menaruh hormat
padanya.
“Pagi anak-anak…,” sapa Pak Ridwan sebelum
duduk di bangkunya.
“Pagi Pak!“ balas murid serempak.
“Selamat anak-anakku, karena saat ini kalian
semua kedatangan teman baru. Dia pindahan dari
SMA 2 Teladan.
“Siapa namanya Pak?!“ teriak salah satu murid
yang duduk di paling pojok, di kanan.

28 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Namanya, Ramadhani,” jawab Pak Ridwan man-


tap.
Dhara yang mendengarnya hanya mengangguk
pelan. Memang, di ijazah Dhara hanya menyebutkan
Ramadhani saja, tanpa Dhara. Tapi nama yang
sebenarnya adalah Dhara Ramadhani.
“Sudah, sekarang keluarkan buku biologinya!”
perintah Pak Ridwan mengalihkan.
Kontan semua siswa mulai mengeluarkan buku
Biologi yang di maksud. Dan Pak Ridwan pun mulai
menjelaskan apa itu pelajaran Biologi, apa saja yang
terkandung di dalamnya.
Bel istirahat berbunyi, murid-murid keluar kelas
dengan berebutan. Mereka berlomba-lomba untuk
mendapatkan tempat duduk di kantin karena tempat
duduknya agak terbatas. Siapa yang terlambat akan
tertinggal, kata-kata yang tertulis di depan kantin
sekolah.
“Ramadhani…,” panggil seseorang ketika Dhara
melintas di depan kantin.
Merasa ada yang memanggil namanya, Dhara
menoleh ke asal suara. Dada Dhara berdegup
kencang saat tahu siapa yang memanggilnya. Se-
jenak Dhara ragu untuk menghadiahkan senyumnya.
Ia tahu, orang yang memanggilnya adalah Radit,
orang yang kemarin sore, orang yang telah membuat
hatinya gelisah.

29 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Hai…,” sapa Radit


“Hai…,” balas Dhara tersenyum.
“Emmm, kamu Ramadhani kan?” tanya Radit
sambil berjalan di samping Dhara.
Dhara hanya tersenyum mendengar nama yang di
sebut Radit.
“Kenapa tersenyum? Ada yang lucu sama aku…?”
tanya Radit sambil memerhatikan penampilan dirinya,
siapa tahu ada salah satu kancing bajunya yang lupa
tidak di pasang.
Dhara hanya menggeleng.
“Aku Radit, masih ingat kan?” tanya Radit, lalu
menghentikan langkahnya di depan Dhara. Bola mata
elangnya kembali memandang Dhara tajam.
“Namaku, Dhara…,” jawab Dhara lembut. Bulu
lentik matanya terlihat lebih panjang saat Radit
memandang Dhara dari arah samping.
“Dhara…?” tanya Radit heran. Di keningnya mem-
bentuk sebuah kerutan yang semakin lama semakin
lebar.
“Dhara Ramadhani,” lanjut Dhara, berusaha men-
jawab rasa heran Radit. Kemudian melangkah pergi,
meninggalkan Radit yang terpaku sendiri.
“Dhara… Dhara Ramadhani. Akan selalu aku ingat
nama itu,” ucap Radit sambil memandang langkah
Dhara yang semakin menghilang di balik gedung
kantin.

30 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

***

‘TIADA WAKTU TANPA MEMBACA’


Itulah prinsip Dhara, hingga dimanapun Dhara
berada, buku selalu mendampinginya. Teman-teman
sekelasnya di SMA dulu menjulukinya sebagai kutu
buku. Dhara sendiri suka dengan julukan tersebut.
Karena membaca adalah sumber pengetahuannya.
Dengan membaca, orang akan tahu sesuatu yang
belum ketahui. Membaca dapat menambah pengala-
man dalam segala hal. Membaca termasuk salah satu
modal terbagus dalam segi intelektual.
“Hai… aku boleh duduk di sini nggak?”
Dhara beralih pandangan pada asal suara. Buku
yang dibacanya dibiarkan tetap berpangku dipahanya.
“Oh, boleh… Silahkan!“ jawab Dhara mem-
persilakan.
“Kenalkan, aku Linda…,” Linda berkata sambil
mengulurkan tangannya.
“Aku Dhara,” balas Dhara menerima uluran tangan
Linda.
“Dhara…?“ tanya Linda heran. “Bukannya nama
kamu, Ramadhani?” Lanjut Linda sambil mengaduk
jus yang ada di depannya.
“Iya. Namaku Virdhara Ramadhani,” jawab Dhara.
“Ramadhani adalah nama karena aku dilahirkan di

31 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

bulan Ramadhan. Bunda dan Ayah yang memberi


nama itu. Mereka berharap aku bisa menjadi wanita
suci yang selalu menghormati orang lain, terutama
pada yang lebih tua. Tapi, ayah dan bundaku sering
memanggilku, dengan panggilan Dhara atau Virda,”
lanjut Dhara menjelaskan.
“O ya Vir, kamu nggak mesen makanan?” tanya
Linda saat tahu tidak ada satupun makanan yang
terhidang di depan Dhara.
“Aku nggak terbiasa makan di kantin Lin,” jawab
Dhara sambil menutup buku yang sejak tadi dibacan-
ya.
“Kamu suka membaca ya Vir?” tanya Linda lagi
sambil meraih buku yang dibaca Dhara. “Islam, Din
Arab Jawi,” kata Linda membaca judul buku yang di
baca Dhara. “Kamu dapat dari mana buku seperti ini
Vir?“ tanya Linda berlanjut.
Dhara mengerti kalau Linda adalah orang yang
tidak cepat puas jika ingin tahu tentang sesuatu.
“Buku itu bagus lho Lin. Aku dapat buku langka ini
dari lomba menulis karya ilmiah satu bulan yang lalu,”
jawab Dhara yang membiarkan Linda membolak-balik
bukunya. “Kamu boleh pinjam kok Lin,” tambah Dhara
kemudian.
“Terima kasih banyak Vir. Tapi sayang, aku nggak
suka baca. Kecuali baca surat cinta. He he he…, “
ucap Linda sambil mengerdip-ngerdipkan matanya.

32 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Dhara dan Linda tertawa. Mereka ternyata cepat


akrab. Dalam waktu beberapa menit saja, hingga kini
terjalin persahabatan di antara Dhara dan Linda.
“Boleh gabung nggak?”
Tiba-tiba mereka berdua dikejutkan oleh suara
yang asing bagi telinga Linda dan Dhara.
“Radit?” ucap Linda terkejut. Bola matanya seakan
keluar.
Linda masih tidak percaya dengan apa yang ada di
hadapannya. Baru kali ini Radit mau bergabung
dengan dirinya.
“Boleh nggak?” tanya Radit untuk yang kedua kali-
nya. Tanpa menunggu jawaban Linda dan Dhara,
Radit langsung duduk berhadapan dengan Dhara.
“Pak, saya pesan nasi goreng satu, air jeruk nipis
nggak pake gula satu dan apa ya…? Eh, Dhara pesan
apa?” tanya Radit pada Linda dan Dhara.
Tapi, tampaknya Dhara masih sungkan. Akhirnya
ia menggelengkan kepala.
“Ya sudah, nggak apa-apa. Pak yang tadi dit-
ambah telur ceplok aja,” ucap Radit memutuskan.
Pelayan itu pun pergi, dan kembali dengan diikuti
oleh dua orang pelayan wanita dibelakangnya.
Mereka memakai baju yang sama.
Beberapa menit memudian.
Di tangan masing-masing pelayan wanita itu ter-
dapat nampan berisi menu pesanan Radit. Setelah

33 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

meletakkan pesanan Radit di hadapannya, pelayan itu


pun pergi dari hadapan Radit.
“Dit, tumben banget sih mau gabung sama aku?
Biasanya, kamu kan lebih suka gabung sama Calsa
dan teman-temannya?” tanya Linda ge’er. Mulutnya
dipenuhi mi ayam kesukaannya.
“Malas aja mau gabung sama mereka. Aku ingin
punya teman baru Lin,” jawab Radit asal-asalan,
sambil melahap nasi goreng panas kesukaannya.
Linda mencium sesuatu yang aneh. Sejak tadi
Linda perhatikan Radit. Radit selalu memandang
Dhara yang tampaknya Dhara mengerti kalau sedang
dipandang Radit. Tapi Dhara tak acuh.
“Em, Vir, Dit, sorry ya, aku mau ke toilet, sakit pe-
rut nih…,” pamit Linda pada Radit dan Dhara sambil
memegangi perutnya yang hanya pura-pura.
“Eh, Lin… mau kemana?!” tanya Dhara berteriak,
tapi Linda sudah berlalu dari kantin.
Linda pergi. Kini tinggal Dhara dan Radit berdua di
kantin. Keduanya saling membisu. Radit semakin
leluasa memandangi wajah cantik Dhara. Tak tahu,
apa yang akan dilakukannya.
Bulatan kerudung menghiasi wajahnya yang manis
lonjong. Tentunya rambut panjang yang indahnya
tertutup. Dhara tidak membiarkan rambutnya tergerai
bila ada di sekolah walaupun di rumah dibiarkan
tergerai.

34 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Hai Vir…,” sapa Radit yang ternyata tidak tahan


dengan kebisuan yang menyelimuti kebersamaannya.
Dhara hanya tersenyum mendengar sapaan Radit.
Lagi-lagi Radit tepesona dengan senyum Dhara yang
langka di dunia.
“Hemm, masih ingat nggak sama aku?” tanya
Radit yang memaksa membuka suara Dhara yang
memang sengaja di sembunyikan.
“Ia, aku ingat. Kamu… Radit kan?” jawab Dhara
menebak-nebak yang ternyata nama itu tidak pernah
musnah dari ingatannya, sedikitpun.
Mata indah Dhara memandang Radit. Senyum
manisnya masih menyertainya. Kemudian kembali
menunduk setelah tahu Radit tambah tajam me-
mandangnya. Mata tajam Radit tetap leluasa me-
mandang wajah cantik Dhara walau sebenarnya
sempat beberapa kali Dhara berusaha menyembunyi-
kan wajahnya.
“O ya Vir, nanti sepulang sekolah, kita pulang
bareng yuk…,” ajak Radit tanpa basa-basi.
‘What? Pulang bersama Radit? Ya ampun mau
banget…,’ ucap Dhara dalam hati.
“Pulang bareng, gimana ya…?” gumam Dhara
berusaha menyembunyikan rasa kegembiraannya.
“Kamu, mau kan Vir…?” tanya Radit yang was-was
menanti jawaban Dhara.

35 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Maaf Dit, bukannya aku nolak, cuman tadi aku


udah janji mau pulang bareng Linda sekalian mampir
ke toko buku. Sekali lagi, maaf ya Dit…,” jawab Dhara
ragu.
Radit hanya mengangguk pelan. Ada sebaris
kecewa yang tergurat di wajahnya.
“Dwaaaarr…!!!”
Radit dan Dhara terkejut. Mereka dikagetkan oleh
ketiga teman Radit “Oh my God, kalian,” seru Radit
tampak terdengar nyaring.
“Wah lagi asyik nih? Goda Angga.
“Ia, kebetulan kita juga lagi pada lapar nih, ia
nggak?” ucap Beni pada Angga dan Dimas, sambil
menoleh kebelakang.
“Kita boleh gabung kan?” tanya Dimas.
Tanpa menunggu jawaban Radit dan Dhara, Di-
mas langsung duduk yang di susul oleh Angga dan
Beni. Seorang pelayan menghampiri mereka setelah
sebuah lambaian tangan Dimas memanggilnya.
“Mau pesan apa Mas?” tanya pelayan saat berada
pas di samping Dimas.
“Kita mau pesen ayam bakar, jeruk nipis tiga dan
minumnya…,” ucapan Dimas berhenti sejenak. Ia
menoleh ke arah Angga dan Beni.
“Minumnya Fanta pakek susu,” sanggah Beni ce-
pat.
“Sip sip sip…,” sambung Angga mantab.

36 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Pelayan itu pun pergi dengan membawa catatan


berisi menu pesanan teman-teman Radit. Dan
kembali tak lama lagi. Ketiga teman Radit mulai
menyantap menu pesanannya.
“Dit, udah dapetin gebetan baru nih…?” tanya Beni
yang mulutnya dipenuhi ayam bakar jeruk nipis.
Bumbunya menempel di sekitar mulut Beni.
“Dit, sejak kapan si dapetinnya?” Sambung Angga.
Angga memang paling biang gosip di antara mereka
ber-empat.
Radit hanya tersenyum kecil mendengar godaan
teman-temannya. Dhara yang duduk di hadapan
Radit, merasa terusik hatinya. Radit yang dikenal dan
berteduh di hatinya ternyata tidak lain hanyalah
seorang playboy.
“Dit, kenalin sama kita dong…! “ ucap Dimas
setelah meneguk segelas habis Fanta campur susu.
“O ya. Vir, kenalin, ini Angga, ini Dimas, dan yang
ini Beni,” Radit berkata sambil menunjuk temannya
sesuai dengan nama yang di sebutkan.
“Aku Dhara,” ucap Dhara singkat. Buku Islam, Din
Arab Jawi yang semula ditutup, ia buka kembali untuk
sekedar menghilangkan rasa nervouse.
“Eh Dit, tahu nggak, kita itu nyariin elo, mulai dari
kelas ampek toilet, terus ke kantin sebelah, tapi kita
lihat nggak ada elo. Eh nggak tahunya pacaran di

37 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

sini,” ucap Bani menceritakan petualangannya


mencari Radit.
“Ia, kalau gue tahu, ello ama ni cewek, suwer deh
gue nggak bakal ganggu,” sambung Dimas sambil
melahap terakhir dari menu pesanannya.
“Tapi, kalau gue ngga, walau ello di kantin ama
kepala sekolah sekalian, gue bakal tetap nemenin elo.
Dari ketiga teman elo, yang paling setia ama ello kan
gue Dit…,” ucap Angga sambil menepuk dada.
“Huuuu…!” teriak Beni dan Dimas bersamaan,
sambil memukul kepala Angga.
“Lagian, kalau gue nggak sama elo, nggak akan
ada orang yang bakal nraktir gue makan,” lanjut
Angga.
Mendengar perkataan terakhir Angga, semua ter-
tawa, hingga menjadi perhatian pengunjung kantin
lainnya.
“Kalau gitu, kenapa ello berdua nggak pergi aja
dari sini?” canda Radit pada Dimas dan Beni.
“Oke, kita akan pergi dari sini, tapi dengan satu
syarat, ello harus bayarin semua pesanan kita. Ayo
Ben, daaag…” setelah berkata, Dimas langsung pergi
disusul Beni yang berjalan cepat di belakangnya.
“Resek ello berdua…!” teriak Radit keras.
Dimas dan Beni tambah lari cepat, keluar dari
kantin. Angga dan Dhara tertawa lepas melihat
tingkah konyol kedua teman Radit.

38 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Bentar ya, gue ke kasir dulu,” ucap Radit sambil


melangkah menuju kasir.
“Berapa semua Pak?” tanya Radit setelah langkah
kakinya berhenti di depan kasir.
“Semuanya, lima puluh lima ribu Mas,” jawab pen-
jaga kasir sambil memberikan nota pada Radit. Radit
menyodorkan uang 50.000,- pada penjaga kasir.
Kemudian melangkah pergi menghampiri Dhara dan
Angga.
“Hai Vir, lagi asyik ni ya…?” Linda yang baru da-
tang setelah pergi lama langsung mengagetkan
Dhara.
“Ya ampun Linda…,” ucap Dhara sambil beranjak
dari duduknya.
“Vir, aku ke kelas dulu ya,” pamit Linda pada
Dhara kemudian langsung pergi sebelum mendengar
jawaban Dhara.
“Eh, Lin tunggu…!” suara Dhara agak berteriak.
Linda berhenti tanpa menoleh ke arah Dhara.
“Emh, Dit, Angga, aku ke kelas dulu ya…?” pamit
Dhara yang langsung pergi setelah melihat anggukan
Radit yang agak berat.
“Vir, kelihatannya, kamu akrab banget sama Radit.
Memangnya, kamu udah kenal lama sama dia?”
Dasar Linda, sudah enam kali ia lontarkan pertan-
yaan itu pada Dhara. Tapi Dhara hanya diam saja. Ia
tidak mau banyak cerita tentang Radit. Dhara takut

39 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

sesuatu yang kini mengusik ketenangannya semakin


menjadi-jadi.

***

Theeeet… Teeeteet…
Suara itu membuat Linda dan Dhara yang berjalan
ke arah perpustakaan menjadi berbalik arah ke kelas.
Bel masuk berbunyi. Tak satupun siswa berani masuk
ke kelas terlambat karena hal itu akan membuat
hukuman menghampiri dan menghapus keceriannya.
Wali kelas XII ikut rapat di Diknas kabupaten.
Murid-murid dibiarkan ramai. Tak satupun ada guru
yang masuk, karena guru-guru yang lain berada di
kelas pelajaran masing-masing. Ramainya tak
terkontrol lagi. Ketua kelas pun angkat tangan, tak
mampu menenangkan suasana kelas. Hingga semua
murid keluar dengan membawa tas masing-masing.
Mereka semua, pulang.
“Ramadhani, tunggu…! “
Dhara menoleh ke arah sumber suara saat
berjalan berdampingan dengan Linda.
“Ilham…?” ucap Linda tak percaya saat melihat
Ilham berjalan menuju ke arahnya.
“Kamu, Ramadhani kan?” tanya Ilham tersenyum.
Jari telunjuknya, menunjuk ke arah Dhara.

40 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Iya, aku Ramadhani. Dhara Ramadhani lebih te-


patnya,“ jawab Dhara membalas senyum Ilham. “Tapi,
panggil saja aku Dhara,” tambah Dhara melanjutkan.
“Oh ya, Dhara, gini, sebagai ketua kelas, aku me-
rasa bertanggung jawab jika ada murid yang baru
masuk,” ucap Ilham pelan.
“Maksud kamu?” tanya Dhara tak mengerti.
“Gini Vir, semester kenaikan kelas kan sudah
hamper selesai, aku mau bantu kamu unutuk
melengkapi pelajaran yang belum kamu ikuti. Gima-
na?” jawab Ilham menjelaskan.
“Yang bener? Aku mau, Ilham, mau banget,” tang-
gap Dhara girang.
“Kalau begitu, kapan kita mulai Vir?” tanya Ilham
berlanjut. Ia sengaja berjalan di samping Dhara, dekat
sekali, sehingga Ilham dapat dengan jelas mendengar
harumnya parfum yang dipakai Dhara.
“Gimana, kalau kita mulai belajar besok pagi? Kan
bisa kita manfaatkan waktu luang, di perpustakaan
misalnya?” usul Dhara, setelah sekian lama memutar
pikirannya., mencari waktu yang tepat untuk belajar
seperti yang di katakan Ilham.
“Besok?” tanya Ilham.
“Iya, sekalian nanti aku mau mampir ke toko buku
dulu,” jawab Dhara sambil mengangguk.
“Oke, boleh juga,” ucap Ilham mantap sambil
menganggukkan kepalanya.

41 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Ya udah Vir, Lin, aku pulang dulu ya,” Ilham me-
langkah setelah melihat anggukan kepala Dhara dan
Linda.
“Vir, aku heran deh sama Ilham. Tidak biasanya
dia seperti itu sama murid baru. Apalagi sampai
ngajakin belajar bersama. Setahuku, Ilham itu lebih
suka belajar sendiri dari pada belajar bersama,”
terang Linda dengan wajah yang serius.
“Masak sih?” ucap Dhara tak percaya.
“Iya, atau jangan-jangan…,” Linda tak berani
melanjutkan kata-katanya.
“Jangan-jangan apa?” tanya Dhara penasaran.
“Eh, nggak jadi deh…,” jawab Linda santai.
Dhara hanya menyisakan kerutan dikeningnya,
melihat sikap Linda, sahabat barunya.
Mobil roda empat berwarna biru berhenti di depan
Dhara dan Linda. Setelah seorang kernet menyebut-
kan tujuan mobil, Dhara dan Linda segera masuk,
bersembunyi dari sengatan sinar matahari. Mobil pun
melaju segera.
“Daaaag Lin…,” ucap Dhara melambaikan tan-
gannya setelah sampai di depan rumah tempat
bundanya bekerja.
Sesampainya Dhara di kamarnya yang terletak di
samping taman, ia langsung rebahkan tubuh di atas
kasur yang sudah tidak begitu empuk.

42 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Pikirannya berkelana mencari sesosok yang kini


sangat mengganggu ketentraman hatinya. Orang itu
adalah Radit. Dalam hati, sebenarnya Dhara menyim-
pan perasaan terhadap orang yang ditemuinya
kemarin sore, saat ia mengepel lantai. Perasaan itu
terus merasuk ketika Dhara bertemu Radit di sekolah,
yang ternyata Radit dan Dhara satu sekolah.
“Dhara,” pangil bunda Dhara, sambil membuka
pintu kamar Dhara yang menimbulkan bunyi tak enak
di dengar.
“Bunda…,” ucap Dhara. Bangun kemudian me-
langkah menghampiri bundanya yang berdiri di dekat
lemari Dhara.
“Sudah shalat Dzuhur Vir?” tanya bunda Dhara
sambil menerima uluran tangan Dhara yang hendak
menciumnya.
“Belum, Bunda,” jawab Dhara cepat, kemudian
bergegas mengambil handuk dan seperangkat alat
mandi lainnya. “Dhara mandi dulu ya, Bun…,” ucap
Dhara kemudian melangkah menuju kamar mandi
yang berada di sebelah dapur.
Selesai mandi, Dhara langsung menghampar
sajadah menghadap kiblat. Ia memakai mukena putih
bersih. Untuk beberapa saat Dhara solat dalam
khusyuk menghadap Ilahi. Selesai shalat, Dhara
melipat mukena dan meletakkannya di tempat semu-
la. Kemudian ia beranjak ke dapur karena di sana

43 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

sudah di tunggu piring kotor, cucian menumpuk, dan


lantai yang belum dipel.
Dhara menarik nafas panjang melihat itu semua.
Lelah, itulah yang saat itu di rasakannya, tapi sta-
tusnya sebagai anak seorang pembantu rumah
tangga, semua itu menjadi kewajibannya.
Dhara berjalan ke arah kamar bundanya.
Dilihatnya bunda yang sangat dikasihani itu, sudah
tertidur pulas di atas kasur. Sedangkan ayahnya juga
sudah tidur pulas. Wajah kelelahan, terlihat di wajah
keduanya. Dengan nafas yang sedikit ditahan, Dhara
kembali ke dapur dan menyelesaikan semua peker-
jaan yang sudah kian menumpuk.
Pas sebelum adzan ashar berkumandang, semua
pekerjaan telah selesai Dhara kerjakan.
***
“Vir, ambilkan garam!” perintah bunda Dhara.
Saat ini, Dhara dan bundanya sedang sibuk me-
nyiapkan makan malam. Ayahnya duduk di kursi kayu
yang menghadap ke pintu keluar. Secangkir kopi
menemani santainya.
“Vir, ello nggak buatin gue capcai daging?” tanya
Calsa saat Dhara menata makan malam di meja
makan.

44 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Maaf Non, tadi katanya makan malam sama tumis


bawang bombay?” bantah Dhara mencoba membela
dirinya.
“Eh, ello kan udah tahu, tiap makan malam harus
ada capcai daging!” teriak Calsa marah.
“Udahlah sayang, makan apa adanya. Lagian, tadi
Calsa sendirikan yang minta di buatin bawang Bom-
bay,” tegur Nyonya Marina pada putrinya. Matanya
berkedip ke arah Dhara, menyuruhnya agar segera
pergi dari hadapan Calsa.
Calsa membiarkan Dhara pergi. Tapi tatapan
matanya menyimpan dendam pada Dhara.
“Udahlah sayang, jangan sedih! Besok Papa be-
likan capcai daging sapi muda yang banyak ya?“
bujuk Tuan Taufik, mencoba menghibur Calsa.
***

45 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Gelisah

“Dharaaaa…!”
Teriak Calsa keras.
Dhara yang mendengar teriakan itu langsung ber-
lari tunggang langgang menuju ke arah asal suara di
halaman depan.
“Iya, Non…,” jawab Dhara setelah berada di dekat
Calsa.
“Vir, kemana aja sih? Gue nggak mau datang ter-
lambat hanya gara-gara nungguin ello tahu!” ucap
Calsa keras sambil mendorong Dhara.
Dhara jatuh terduduk. Kemudian ia bangun dan
langsung masuk ke mobil menyusul Calsa yang
sudah duduk di jok belakang. Setelah Dhara duduk,
mobil melaju meninggalkan pekarangan rumah Calsa.
Dalam perjalanan, tiba-tiba…
“Pak Mardhi, berhenti, berhenti…!” ucap Calsa
tiba-tiba.
“Ada apa Non?” tanya Pak Mardhi heran sambil
mengerem mobilnya.
“Eh Vir, turun lo…!” perintah Calsa sambil men-
dorong Dhara.

46 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Kenapa Non…?” tanya Pak Mardhi heran. Ia


mencoba membela Dhara.
Calsa tidak menanggapi pertanyaan Pak Mardhi.
“Udah, ayo cepat turun dari mobil gue…!” ulang
Calsa.
Kali ini pintu mobil terbuka sehingga Dhara lang-
sung meloncat keluar setelah Calsa mendorongnya.
“Non, apa salah aku?” tanya Dhara setelah kakin-
ya yang beralaskan sepatu hitam menyentuh bumi.
“Ello mau tahu, kenapa gue nurunin ello di sini?”
tanya Calsa tertawa sinis.
Dhara menanti jawaban dengan harap-harap ce-
mas.
“Karena ello udah berani melawan gue. Ello lupa
apa yang udah ello lakuin sama gue tadi malam?”
ucap Calsa sambil menutup pintu mobilnya. “Itu
adalah balasan dari gue,” lanjut Calsa.
“Jalan Pak!” perintah Calsa.
“Tapi Non!” tolak Pak Mardhi.
“Udah deh, Pak!” sanggah Calsa.
“Bapak tidak tega kalau putri Bapak Mahmud
diginiin!” geram Pak Mardhi.
“Ah!” ucap Calsa ketus.
“Sudah, Pak, gak apa-apa,” pinta lembut Dhara.
“Dhara! Gak bisa,” tolak Pak Mardhi.
“Sudah lah, drama macam apa sih?! Atau mau aku
pecat?” Calsa tetap marah kecut.

47 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Sudah, Pak, nurut saja!” lerai Dhara lembut.


Pak Mardhi pun langsung tancap gas dengan
memendam perasaan iba pada anak Pak Mahmud.
Mobil kembali melaju, meninggalkan Dhara seorang
diri. Dhara menangis.
“Ya Allah, beginikah nasib seorang pembantu?
Nona Calsa sangat berbeda dengan mamanya,” ucap
Dhara di tengah tangisnya.
Dalam perjalanan dengan menggunakan kaki
sambil menunggu bus, tiba-tiba Dhara dikejutkan
seseorang.
“Vir, bareng yuk…,” ajak Radit yang tiba-tiba be-
rada di dekat Dhara.
“Radit…?” ujar Dhara terkejut.
“Ayo…,” ajak Radit sambil membuka pintu mobil-
nya. Dhara masih ragu. “Dhara, ayo naik! Ntar telat
lho…,” paksa Radit.
Dhara masih ragu. Ditatap sekelilingnya, takut ka-
lau Calsa melihatnya.
Kok tiba-tiba ada di sini?
“Sudah lah, aku sengaja ingin mengajakmu!”
“Kok gitu? Aku kan tiap hari naik mobil majikanku!”
“Buktinya kamu ada di sini? Apa gak konyol jalan
kaki?”
“Iya sih.”
“Tapi, kenapa kamu ada di sini?”
“Gak perlu dibahas. Aku ingin olahraga pagi.”

48 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Ayo Vir…,” paksa Radit untuk yang sekian kali-


nya. Dengan sedikit rasa was-was, Dhara naik ke
motor Radit.
“Yes!“ ucap Radit girang sambil masuk ke dalam
mobilnya.
“Makasih ya Dit, udah mau nolongin aku,” ucap
Dhara di tengah kebisuan yang mencekamnya.
“Aku senang bisa bantu kamu,” tanggap Radit
tersenyum.
Dhara membalas senyum Radit, senyum yang
lebih indah. Sepanjang jalan, mereka saling membisu,
tidak ada suara yang keluar dari mulut masing-
masing, hanya suara deruman motor Radit.
Seperti biasa, dada Dhara berdegup kencang saat
berdekatan dengan Radit. Mata elang Radit terbayang
seakan sedang memandang ke arah Dhara.
Lima belas menit berlalu, mobil Radit berhenti di
tempat parkir. Dhara yang memang tidak bisa mem-
buka pintu mobil, membiarkan Radit yang membuka-
kannya.
“Terima kasih…,” ucap Dhara tersenyum.
“Busyeeet…!” teriak Beky ketika melihat Dhara
turun dari mobil Radit.
“Cal, pembantu ello belagu banget sih…,” ucap
Beky sambil melihat ke arah Dhara yang berjalan
bersama Radit. “

49 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Kenapa sih….?” tanya Calsa. Pandangannya be-


rusaha mencari sosok Dhara yang ditinggalkannya
tadi.
“Tuh…,” jawab Beky menunjuk ke arah Dhara dan
Radit.
“Hah…Dhara jalan sama cowok gue?” ujar Calsa
saat melihat Dhara dan Radit.
“Wow… bisa jadi gosip terbaru nih,” celetuk Fani
asal-asalan.
“Eh Fan, jangan coba-coba usik cowok gue ya…,”
Calsa berkata sambil memukul pundak Fani.
“Sorry deeh,” Sesal Fani kemudian.
“Cal, kayaknya, pembantu ello itu perlu di beri
peringatan deh,” hasut Beky tiba-tiba.
“Maksud ello?” tanya Calsa tak mengerti
“Ya, pelajaran, gimana caranya agar pembantu
brengsek ello itu nggak berani lagi deketin cowok
ello,” jawab Beky jelas, membuat Calsa mengangguk-
angguk paham. “
Nah, itu dia yang lagi ada dipikiran gue.... Ello-Ello
pada ada ide nggak?” Mendengar perkataan Calsa,
Fani dan Beky langsung memutar otaknya, mencari
cara untuk memberi pelajaran pada Dhara. Untuk saat
ini pikiran mereka bertiga buntu, tak ada jalan yang
tepat untuk lancarnya rencana usilnya.

***

50 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Vir, Linda mana? Nggak mau ikut belajar sama


kita?” tanya Ilham sambil berjalan ke arah per-
pustakaan saat terdengar bel istirahat berbunyi.
Dhara hanya menggeleng mendengar lalu
sepasang bahunya terangkat ke atas.
“Memangnya, Linda nggak bersama kamu?” tanya
Ilham lagi.
Langkahnya terus mengayun menuju ke per-
pustakaan.
“Tadi, sebelum bel istirahat, Linda keluar duluan.
Nggak tahu mau ngapain. Pas bel istirahat berbunyi,
aku langsung ngajakin kamu ke perpustakaan. Tapi
aku yakin, Linda tahu kita ada dimana,” jawab Dhara
menjelaskan.
Langka kaki keduanya terhenti ketika sampai di
depan pintu perpustakaan. Seperti biasa, siapapun
yang akan masuk ke perpustakaan, ia harus menye-
rahkan kartu anggota perpustakaan. Dan mengisi
formulir yang ada di meja penjaga perpustakaan.
“Zal, kita masukya berdua, tapi kartunya satu,
boleh gak?” tanya Ilham pada penjaga perpustakaan
yang ternyata bernama Rizal.
“Kok bisa gitu?” tanya Rizal sambil menerima kartu
anggota perpustakaan milik Ilham.

51 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Ini Dhara, murid baru di kelas XII. Jadi belum


sempat buat kartu anggota perpustakaan. Masuknya
kan baru kemarin,” jawab Ilham menjelaskan.
Mata Rizal beralih memandang Dhara yang hanya
diam saja.
“Sekalian aja hari ini, buatkan kartu anggota per-
pustakaan,” lanjut Ilham, kemudian masuk ke per-
pustakaan setelah Rizal mengangguk setuju.
“Vir, pelajaran apa yang paling kamu sukai? “ Tan-
ya Ilham sambil duduk di samping Dhara.
“Pelajaran Ekonomi dan bahasa Indonesia,” jawab
Dhara tangkas.
“Oke, kalau begitu, hari ini kita belajar bahasa In-
donesia,” ucap Ilham sambil membuka buku bahasa
Indonesia yang memang dibawanya dari kelas.
“Kok bahasa Indonesia sih?” tanya Dhara heran
“Vir, kamu kan suka pelajaran bahasa Indonesia,
jadi jika kita belajar apa yang kita senangi, itu akan
membuat semangat kita semakin besar terhadap
pelajaran yang lainnya,” jawab Ilham menjelaskan.
Pandangannya tetap ke arah buku bahasa Indo-
nesia yang ada di depannya. Tangannya berhenti
ketika sampai pada halaman 20: tentang cara menulis
karya ilmiah yang benar. Kemudian Ilham mulai
menjelaskannya. Dhara mendengarkan dengan
telinga dipasang lebar-lebar. Ia tidak mau ketinggalan

52 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

satu huruf pun dari pelajaran bahasa Indonesia,


pelajaran yang sangat digemarinya.
”Il, memangnya jika ada karya ilmiah yang tidak
memenuhi syarat seperti yang kamu ucapkan tadi,
apakah masih dikatakan sebagai karya ilmiah?” tanya
Dhara ke Il (panggilan Ilham) dengan kening berkerut.
Ilham tersenyum mendengar pertanyaan Dhara.
Tampaknya Dhara mengerti dengan apa yang di-
jelaskannya, sehingga ia bertanya.
“Vir, sebagai seorang muslim, kita di wajibkan un-
tuk melakasanakan shalat yang lima waktu dan shalat
tersebut mempuyai beberapa syarat yang harus kita
lakukan agar shalat kita bisa dibilang sah.
“Nah sekarang, jika ada satu syarat shalat saja
yang tidak kita penuhi, apakah shalat kita sah? Nggak
kan? “ ucap Ilham dengan mengkiaskan jawaban.
“Jadi, maksud kamu, dalam menulis karya ilmiah,
kita harus tempuh semua syarat-syaratnya agar bisa
dikatakan sebagai karya ilmiah?” tanggap Dhara,
berusaha menjelaskan jawaban Ilham yang dikiaskan.
“Sip…,” ucap Ilham sembari mengangkat jempol-
nya.
Dhara tersenyum girang. Ada kebahagiaan yang
terlukis di senyumnya.
“Il, sorry ganggu.”
Tiba-tiba Rizal datang menghampiri Ilham dan
Dhara, di tangan kanannya tergenggam kertas putih,

53 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Ada apa Zal?” tanya Ilham menghentikan pen-


jelasannya.
Rizal tak menjawab. Ia hanya menyodorkan
selembar kertas putih ke arah Ilham.
Ilham menerimanya dengan perasaan heran. “Un-
tuk apa?” tanya Ilham kemudian.
“Buat ngisi formulir teman kamu yang mau daftar
sebagai anggota perpustakaan,” jawab Rizal sambil
duduk di depan Ilham.
“Ooooh…,” ucap Ilham tampak mengerti apa yang
di maksud Rizal.
“Vir, ngisi formulir dulu. Jangan sampai salah,”
Ilham berkata sambil memberikan kertas putih itu
pada Dhara.
Dhara menerimanya dan langsung mengisi.
Selama Dhara mengisi formulir tersebut, Ilham
bercengkrama dengan Rizal. Sebentar-sebentar
mereka tertawa. Dhara tak menghiraukan mereka
berdua. Ia fokus pada formulir di depannya.
“Udah,” ucap Dhara tujuh menit kemudian.
Rizal menerima formulir itu dengan tanpa ada rasa
canggung. Hal itu, merupakan hal yang biasa bag-
inya, karena Rizal sering melakukan hal itu jika ada
yang mendaftarkan diri sebagai anggota per-
pustakaan.
“Dhara Ramadhani,” ucap Rizal membaca nama
Dhara yang tertera di kertas formulir itu. “Oh, nama

54 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

kamu Dhara Ramadhani? Nama yang indah dan suci,


Ramadhan,” tambah Rizal memandang Dhara.
“Terima kasih,” ucap Dhara tersenyum.
“Eheem…,” Ilham berdehem membuat pandangan
mata Rizal kabur.
“Ya udah, aku ke sana ya, thank’s,” pamit Rizal
kemudian pergi.
Belum sempat Ilham melanjutkan penjelasannya,
bel tanda masuk berbunyi. Mendengar itu, Ilham dan
Dhara langsung beranjak menuju ke kelas. Tentunya,
setelah pamit pada penjaga perpustakaan dan
mengambil kembali kartu yang tadi diserahkannya.
“Besok, belajar apa Vir?” tanya Ilham setelah be-
rada di luar perpustakaan.
“Terserah yang ngajar dong…,” jawab Dhara sam-
bil mengambil bukunya yang di pegang Ilham.
“Eh, Dhara…!” Dhara terkejut saat tahu Calsa dan
dua orang temannya telah berdiri di depannya.
“Non Calsa,” ucap Dhara pelan, hingga dari
pelannya suara Dhara, Ilham yang berjalan di
sampingnya tak mampu mendengar suaranya. Ia
hanya terpaku heran dengan sikap Calsa yang
langsung membentak Dhara.
“Vir, ada apa?” tanya Ilham memandang wajah
panik Dhara.
“Nggak ada apa-apa kok Il,” jawab Dhara bohong.
“Ya udah Il, kamu duluan aja! Nanti aku nyusul,” putus

55 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Dhara pada Ilham yang masih tak mengerti dengan


apa maksud Dhara menyuruhnya duluan.
“Ada apa sih…?” tanya Ilham penasaran.
“Nggak ada apa-apa kok,” jawab Dhara lagi.
“Bener nggak ada apa-apa?” tanya Ilham tak
percaya karena ia menemukan segurat ketakutan di
wajah Dhara.
“Iya, nggak ada apa-apa,” ucap Dhara meya-
kinkan.
“Ya, udah aku duluan ya.” Setelah berkata, Ilham
pergi, meninggalkan Dhara yang berdiri terpaku.
Ketakutan.
“Ada apa Non?” tanya Dhara tanpa bergeser dari
tempatnya.
“Kamu tuh ya…,” ucap Calsa, sambil menjambak
rambut Dhara.
Dhara mengaduh kesakitan. “Aduh, aduh… sakit
Non, sakit…!“ ucap Dhara saat jambakan dari tangan
Calsa semakin keras. “Apa salah aku Non?” tanya
Dhara, mulai menangis karena sakitnya jambakan
Calsa.
“Apa ello bilang? Ello belum tahu apa salah ello
atau ello pura-pura hah?!” ucap Calsa keras.
“Aduh, sakit Non…!” teriak Dhara tak kalah keras.
“Emangnya, ello pikir gue nggak tahu, kalau ello
tadi pagi jalan sama cowok gue?” ucap Calsa se-

56 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

makin menjadi-jadi. Kedua temannya memandang


Dhara, puas.
“Aku, nggak ngerti maksud Non Calsa,” bantah
Dhara berusaha mengingat-ingat.
“Dasar…! Ello emang murahan ya…,” ucap Calsa
mendorong Dhara, Dhara terjatuh, kepalanya mem-
bentur dinding.
“Denger ya Vir, gue peringatin ama ello, jangan
sekali-kali ello deketin Radit. Kalau nggak, ello tahu
sendiri akibatnya. Ingat itu...!” Setelah berkata, Calsa
dan dua orang temannya pergi dari hadapan Dhara.
Dhara menangis.
“Ya ampun Vir, kamu kenapa?” tanya Linda saat
melihat Dhara menangis di depan ruang Biologi.
“Linda,” ucap Dhara sambil menghapus air matan-
ya.
“Vir kamu kenapa?” tanya Linda lagi.
Dhara hanya menggeleng. Membuat Linda tidak
puas.
“Vir, cerita dong sama aku, kamu kenapa? Kita kan
sahabatan…,” bujuk Linda sambil berjalan menuju
kelas.
“Nggak ada apa-apa Lin,” jawab Dhara tersenyum
berusaha menyembunyikan kegetiran hatinya.
“Lho, Ilham kemana?” tanya Linda saat sadar
bahwa Ilham tidak bersama Dhara, sahabatnya.

57 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Ini pasti gara-gara Ilham kan?” ucap Linda asal-


asalan.
Dhara hanya menggeleng sambil tersenyum.
“Ya udah deh, kalo kamu nggak mau cerita sama
aku, tapi jangan nangis lagi dong…!” Hibur Linda yang
akhirnya mengundang senyum Dhara.
Dalam hati Dhara bersyukur mempunyai sahabat
seperti Linda yang selalu bersamanya, saat suka
maupun duka.
***

“Nih, bawa tas gue...!” perintah Calsa pada Dhara


saat pulang sekolah. Dhara menurutinya tanpa rasa
dendam, membawakan tas Calsa menuju ke pintu
gerbang, tempat Pak Mardhi, sopir Calsa
menunggunya.
“Bek, Fan, pulang bareng gue aja yuk…,” ajak
Calsa pada dua orang temannya. Tubuhya yang
terbungkus seragam sekolah, masuk ke dalam mobil
saat kedua temannya menggeleng, menolak ajakann-
ya.
“Eh, nyampek rumah, ello nggak perlu cerita ten-
tang tadi di sekolah sama Mama, ngerti lo? Kalau ello
cerita, awas ello!” ancam Calsa pada Dhara.
Dhara hanya mengangguk tanpa berani bersuara.

58 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Mobil terus melaju menuju rumah mewah Calsa.


Sampai beberapa belas menit, akhirnya mobil sam-
papi ke rumah.
“Silakan Non,” ucap Pak Mardhi sambil membuka
pintu mobil. Calsa turun dari mobilnya.
Dhara berjalan di belakangnya, membawakan tas
Calsa.
“Antar tas gue ke kamar!” Perintah Calsa.
Dhara langsung melangkah menuju kamar Calsa.
Meletakkan tas di atas meja belajarnya.
“Vir, sudah pulang? Calsa mana?” tanya Nyonya
Marina saat melihat Dhara berjalan menuju dapur.
Belum sempat Dhara menjawab, Calsa datang dan
langsung memeluk mamanya.
“Ayo makan siang sayang…,” ajak Nyonya Marina
“Oke Mam, Calsa ganti baju dulu ya…,” setelah
berkata, Calsa berlari menuju kamarnya. Ganti baju.
Nyonya Marina menunggu Calsa di meja makan.
Telepon rumah di ruang tamu bendering. Dhara
yang kebetulan menyapu di sana, langsung
mengangkatnya.
“Hallo…,” ucap Dhara setelah gagang telepon be-
rada pas ditelinganya.
“Dhara?” ucap penelepon tiba-tiba.
Dhara terperanjat mendengar namanya disebut.
“Ya, ini siapa?” tanya Dhara yang masih terheran-
heran.

59 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Tut..tut…tut… panggilan terputus.


“Hallo, hallo…,” ucap Dhara keras.
Tuan Taufik yang baru pulang dari kantor dan
melewati ruang tamu, memandang ke arah Dhara.
Cepat-cepat Dhara menutup gagang telepon yang
dipegangnya.
“Siapa?” tanya Tuan Taufik menghampiri Dhara.
“Tidak tahu Tuan. Saat di tanya siapa, tiba-tiba
teleponnya terputus,” jawab Dhara apa adanya.
Kemudian Dhara melanjutkan pekerjaannya, setelah
Tuan Taufik pergi menuju ke kamarnya.

***

Sang penelepon, yang ternyata adalah Ilham, me-


rasa sekujur tubuhnya gemetaran ketika mendengar
suara Dhara, orang yang baru dua hari di kenalnya.
“Kenapa aku jadi seperti ini?” tanya Ilham yang
tidak mengerti keadaan dirinya sendiri.
“Ya Tuhan…,” Ilham menghempaskan tubuhnya ke
atas kasur di kamar. Gelisah. Itulah yang saat ini
dirasakannya. Hatinya selalu merindui Dhara, orang
yang belum lama dikenalnya.
Matahari yang masih lama menuju tempat
tenggelamnya, membuat hati Ilham semakin gelisah.
Ia ingin cepat-cepat mengantarkan sang matahari
menuju peristirahatannya. Karena jika matahari

60 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

kembali muncul, ia akan bertemu Dhara lagi. Akhirn-


ya, malam itu, ia lewatkan tidurnya dengan keresahan
hati yang dipenuhi tanda tanya.
Muncul matahari pagi, membuat Ilham tertawa
riang karena ia akan segera bertemu dengan orang
yang sudah meresahkan jiwanya, Dhara. Setelah
menyisir rambut ikalnya – sebelumya memoleskan
minyak rambut khas–, Ilham mengeluarkan mobil
dengan segudang senyuman.
Ia berangkat ke sekolah. Sesampainya di halaman
sekolah, cepat-cepat Ilham memarkir mobil sebelum
Dhara, si pengobat keresahannya, datang dan
mengajaknya belajar.
“Wow… Il, tumben banget nih bawa mobil ke
sekolah?” Linda yang melihat Ilham keluar dari mobil
gengsinya, langsung menyapa sambil berjalan ke
arah Ilham. “Ada apa ni?” tanya Linda setelah Ilham
menoleh ke arahnya.
“Lagi kasmaran ya…?” Goda Linda sambil mencu-
bit lengan Ilham.
“Bisa aja…,” ujar Ilham setelah mengunci pintu
mobilnya.
“Memangnya, tidak boleh ya bawa mobil ke
sekolah?” tanya Ilham sambil berjalan ke arah kelas.
Ia membiarkan Linda berjalan di sampingnya.
“Kamu lagi kasmaran ya, Il?” Mata Linda melirik
tajam saat bertanya hal itu pada Ilham.

61 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Ilham terdiam mendengar pertanyaan Linda. Sejak


pulang sekolah kemarin, pikiranya kalut, ingatannya
tertuju pada Dhara.
“Tuh kan…. Benar kan kamu lagi kasmaran?” Go-
da Linda tak bosan-bosan.
Ilham tersenyum mendengar godaan Linda. Dalam
hati mugkin ia merasa kalau dirinya sedang merasa-
kan apa yang diucapkan Linda, tapi pada siapa?
Dhara?
Sampai di kelas, Ilham belum melihat sosok
Dhara. Ia pun tidak bertanya pada Linda.
“Il, udah jam segini, Dhara kok belum datang ya?”
tanya Linda pada Ilham tanpa beranjak dari
bangkunya.
Ilham tak menjawab, Linda cukup mengerti pada
jawaban Ilham ketika melihat Ilham menaikkan kedua
bahunya. Linda pun tak bertanya lagi.

***
“Nih bawa ke kelas!” Perintah Calsa ketika turun
dari mobilnya.
Tanpa ragu Dhara melakukan apa yang Calsa
perintahkan.
“Aku mau ke toilet dulu,” lanjut Calsa sambil berlari
kearah toilet. Melihat Calsa telah hilang dari pan-
dangan mata, Dhara melangkah menuju kelas.

62 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Selamat pagi Vir…,” sapa Radit sambil berjalan di


samping Dhara.
“Pagi…,” balas Dhara tersenyum ke arah Radit.
Radit pun membalas senyum Dhara.
“Sini, aku bantu…,” pinta Radit berusaha
mengambil alih barang yang dibawa Dhara.
“Ah, nggak usah Dit, makasih,” tolak Dhara
menarik barang yang hampir berpindah tempat ke
tangan Radit.
“Nggak apa-apa…,” paksa Radit, yang kemudian
berhasil memindah barang yang ada di tangan Dhara.
“Jadi ngerepotin…,” ucap Dhara setelah gagal
usahanya untuk merebut kembali barang yang
berhasil Radit ambil.
“Ah, nggak kok, aku senang bisa bantu kamu,”
tanggap Radit sambil terus berjalan di samping
Dhara.
“O ya, kamu udah sarapan belum?” tanya Radit
menoleh ke arah Dhara.
“Belum,” jawab Dhara singkat.
“Sarapan di kantin yuk…,” ajak Radit tanpa basa-
basi.
Dhara diam tak menjawab. Pandangannya yang
semula ke depan, kini mulai menekuri lantai kotak-
kotak warna putih.
“Vir,” gertak Radit sambil meletakkan tangannya ke
atas bahu Dhara.

63 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Dhara tersontak kaget.


“Maaf, aku tak bermaksud mengagetkanmu,” ujar
Radit.
Langkah keduanya terhenti. Mata bulat Dhara
langsung memandang Radit, Raditpun membalas
pandangan Dhara dengan mata elangnya.
Dhara selalu merasakan getaran yang aneh bila
berada di dekat Radit, tidak terkecuali saat ini. Hati
Dhara bergetar hebat. Pandangan mata elang Radit
menembus jantung Dhara. Perasaan Radit tak kalah
hebatnya. Jika gemetar yang Dhara rasakan, maka
gelisah yang Radit rasakan. Seumur-umur ia tidak
pernah merasakan hal seperti itu. Gelisah. Rasa itulah
yang Radit rasakan.
“Maaf,” ucap Radit sambil melepas pandangannya.
Dhara hanya tersenyum sambil mengangguk.
“Gimana?” tanya Radit menanti jawaban Dhara.
“Apanya yang gimana? “ Kata Dhara balik nanya.
“Em, sarapan pagi di kantin … sama aku,” jawab
Radit mengingatkan ajakannya yang tadi.
Dhara diam tak menjawab. Ada sekuntum bunga
yang tiba-tiba mekar di hatinya. ‘Sarapan pagi…? Di
kantin? Sama Radit…? Ya Tuhan, apa aku nggak
mimpi?’ mungkin ucap Dhara dalam hati.
Radit memperhatikan tingkah Dhara yang
tersenyum sendiri.

64 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Jangan khawatir, aku kok yang bayar,” tambah


Radit meyakinkan.
Dhara diam. Bukannya dia takut di suruh bayar
sendiri hidangan yang telah dinikmatinya, tapi Dhara
diam karena ia bingung, antara mau atau tidak.
“Gimana?” tanya Radit lagi.
Kali ini Radit berjalan mundur, di depan Dhara.
Dhara belum menjawab, Radit menunggu jawaban
Dhara dengan nada gelisah di dadanya. Dhara
menggigit bibirnya. Matanya memandang Radit, ada
sesuatu yang tak bermakna di sana.
“Gimana ya…?” tanya Dhara kemudian setelah
lama membisu. Tanggan lembutnya, meraih buku
yang sejak tadi dipegang Radit.
“Kamu mau kan Vir? Please…,” ucap Radit ber-
harap,
“Oke deh…,” jawab Dhara kemudian. Seperti ada
secercah harapan yang merasuki kehidupannya.
“Tapi, aku ke kelas dulu ya…,” ujar Dhara saat
kakinya berhenti di depan pintu kelas.
“Vir, aku tunggu di kantin ya,” Radit berkata penuh
semangat. Hingga dari semangatnya, ia tidak bermi-
nat masuk kelas walau sekedar hanya menaruh tas di
bangkunya.
Dhara menoleh ke arah Radit. Ada seutas senyum
di bibirnya.

65 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Yess…!” ucap Radit girang saat tubuh Dhara


memasuki kelas. Kemudian Radit menuju kantin.
“Vir, tumben siang?” tanya Linda saat melihat
Dhara meletakkan tasnya, di samping Linda.
Dhara tak menjawab, hanya gelengan kepalanya
yang membuat Linda tak puas.
“Eh mau kemana Vir?” tanya Linda lagi saat tahu
Dhara tak berniat duduk setelah meletakkan tas yang
di bawanya.
“Mau keluar sebentar. Lagian bel masuk masih
sepuluh menit lagi,” jawab Dhara, kemudian berlalu.
‘Aah, tuh anak kenapa ya? Aneh banget…,’ tanya
Linda pada dirinya sendiri. “Ah, masa bodoh. Ngapain
coba ngurusin urusan orang lain…?” Setelah berkata,
Linda melanjutkan apa yang sering dilakukannya,
menekuni buku kesukaannya: komik.
“Lin, Dhara mau kemana lagi tuh?” tanya Ilham
menghampiri Linda, dan duduk di sebelahnya.
Linda tidak menjawab. Hanya gelengan kepalanya
yang menjadi jawaban bagi Ilham, walau tak
memuaskan. Ilham pun tidak bertanya lagi karena
sepertinya Linda tak ingin diganggu. Hingga hal itu
membuat Ilham tergerak dan melangkah pergi dari
samping Linda, menuju bangkunya.

***

66 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Radit menunggu Dhara di kantin. Perasaannya


sulit dilukiskan. Selama ini, ia memang selalu mencari
waktu agar bisa bersama Dhara, walau itu hanya
sekejap.
“Maaf Dit, kamu harus nunggu lama,” ujar Dhara
setelah sampai di kantin dan berdiri di dekat Radit.
Radit hanya tersenyum ramah. Mata elangnya tak
pernah lepas dari Dhara. “Silakan duduk!” Radit
berkata sambil menarik sedikit ke belakang kursi yang
pas di hadapannya.
”Terima kasih,” ujar Dhara tak lupa tersenyum.
Radit langsung mempersilakan Dhara menikmati
hidangan yang sudah tersedia sebelum kedatangan
Dhara.
“Vir, kamu nggak suka ya sama makanannya?”
tanya Radit saat melihat Dhara yang belum menyen-
tuh makanannya.
“Bukannya nggak suka Dit…,” jawab Dhara sambil
memandang Radit. Ada kedamaian di sana.
“Terus kenapa?” tanya Radit lagi. Ia menghentikan
makannya, kemudian menatap Dhara.
“Makanan-makanan ini, terlalu mewah untuk aku
makan Dit,” jawab Dhara polos,
“Vir, aku tidak suka cara kamu merendahkan diri
seperti itu,” ujar Radit yang tetap menatap Dhara.
Tak ragu lagi, dada Dhara sejak tadi berdebar.
Perasaan yang Dhara rasakan seperti seseorang

67 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

yang mendapat apa yang selama ini diharapkannya.


Mata elang Radit yang sejak tadi menghujamkan
pandangan maut ke arah Dhara, semakin dalam
menembus bola mata Dhara yang bulat.
Radit yang selalu ingin di dekat Dhara, tidak me-
nyia-nyiakan kesempatan itu. Saat Dhara tidak bisa
menyelamatkan matanya yang terkena sihir Radit,
Radit semakin membacakan mantra yang benar-
benar membuat Dhara tidak bisa menghindarinya.
Sebuah adegan klasik, mematikan sementara logika,
yang berujung tenggelam dalam noda cinta.
Bhuuuk…
Suara buku terjatuh menghancurkan suasana
mereka berdua. Secepat kilat, Radit dan Dhara
mengalihklan pandangan pada asal suara. Ternyata
seseorang menggoda, salah satu penjaga kantin yang
latah. Suara tawa langsung pecah diantara mereka
berdua.
“Kamu kelihatan lebih cantik kalau tertawa…,”
ucap Radit tiba-tiba, membuat Dhara mengatupkan
kedua bibirnya.
Mata Dhara tidak beralih dari kuasa mata elang
Radit.
“Eh, maaf… Aku tidak bermaksud untuk…,” Radit
tidak melanjutkan kata-katanya. Dilihatnya Dhara
tersenyum menggelengkan kepalanya.

68 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Sudahlah, ayo kita makan,” ucap Radit menga-


lihkan.
Dhara pun langsung menikmati apa yang ada di
hadapannya. Makanan yang belum pernah di-
makannya kecuali saat ini. Dhara merasa, Radit
benar-benar orang yang bisa menghibur hatinya.
Hingga perasaan halus yang sampai saat ini dirasa-
kannya, semakin bersemi di hatinya.
Teet teet teteeeeeeet…
Suara bel masuk membubarkan suasana sarapan
pagi Radit dan Dhara.
Setelah Radit membayar semua hidangan yang
menjadi menunya pagi itu, ia berjalan beriringan
dengan Dhara. Mereka menuju ke kelas.
“Terima kasih ya Vir, kamu sudah mau nemenin
aku sarapan pagi,” ujar Radit sambil terus melangkah.
“Aku yang harus berterima kasih, Dit, karena kamu
sudah mau ngajakin aku makan gratis,” balas Dhara
tersennyum.
“Kapan-kapan, boleh dong ikutan makan gratis
lagi…?” Canda Dhara saat langkahnya pas di depan
perpustakaan.
Mereka belok kanan dan jalan lurus. Di sanalah
letak kelas XII, kelas Radit dan Dhara.
“Dengan senang hati…, tuan putri…,” sahut Radit
sambil membungkukkan badannya di depan Dhara.

69 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Dhara tersenyum ke arah Radit yang masih mem-


bungkukkan badan di depannya
Sampai di pintu kelas, Dhara langsung masuk
setelah menghadiahkan senyumam pada Radit yang
berjalan di belakangnya. Radit menganggukkan
kepalanya, membuat Dhara mengerti bahwa ia harus
cepat-cepat masuk ke kelas.
“Dari mana saja Neng?” tanya Linda saat Dhara
menghempaskan tubuhnya pada sandaran kursi di
samping Linda.
Lima menit, murid-murid ramai di kelas. Tak satu-
pun guru yang berminat untuk masuk, apalagi
mengajarnya. Memang, selama ini, murid kelas XII
terkenal sebagai murid yang paling ramai. Tidak
sedikit guru yang selalu menahan sakit hati ketika
mengajar di kelas XII. Tapi seramai-ramainya kelas
XII, tidak pernah membantah sedikitpun pada Pak
Ridwan, wali kelas mereka.
“Dit….” panggil Calsa sambil duduk di depan Radit.
Tak ada jawaban, hanya kedua alis Radit yang
tampak bertaut, membentuk sebuah kerutan.
“Radit,” panggil Calsa sekali lagi. Tetap tidak ada
jawaban.
“Kamu kenapa sih?” tanya Radit, beberapa menit
kemudian.
“Kamu kenapa sih Dit, dingin banget sama aku?”
tanya Calsa kecewa.

70 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Memangnya aku harus gimana?” tanya Radit


sambil menurunkan bukunya, kemudian meletak-
kannya di meja depannya.
Calsa diam, tangannya memainkan bolpoin Radit.
Ternyata Radit tidak suka. Radit langsung merampas
bolpoin yang dipegang Calsa.
“Mau ngapain ke bangku aku?” tanya Radit
kemudian. Pertanyaan itu, membuat Calsa berpindah
duduk ke samping Radit. “Ada apa sih Cal?” tanya
Radit yang kedua kalinya.
“Aku mau ngajakin kamu ke supermarket besok
pagi. Mau ya…?!” jawab Calsa memohon.
“Memangnya kamu kekurangan orang buat mem-
bawa semua belanjaanmu?” tanya Radit protes
sebelum menjawab pertanyaan Calsa.
“Bukannya gitu Dit. Aku merasa ingin pergi sama
kamu aja.”
Calsa kembali memainkan bolpon Radit lagi. Tapi
kali ini, Radit tidak menghalanginya.
“Dit, kamu mau kan?” tanya Calsa menunggu
keputusan.
Radit tampak berpikir sejenak.
“Dit,” Calsa berkata sambil menggoyangkan tubuh
Radit.
“Aku nggak bisa,” jawab Radit yang langsung
Jawaban Radit, membuat persendian Calsa lemas
seketika. Padahal ia sangat berharap, Radit akan

71 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

bersedia menemaninya. Apalagi besok hari Minggu,


sekolah libur.
“Kenapa?” tanya Calsa dengan suara yang
dipaksakan.
“Besok aku ada latihan basket. Minggu depan per-
tandingan akan dimulai. Yang jelas, aku tidak mau
pertandingan ini sampai kalah tanding dengan
sekolah tetangga,” jawab Radit tanpa memandang
Calsa. Pandangannya lurus ke depan, memandang
papan tulis yang banyak digerumuti teman-temannya,
“Memang latihannya sehari penuh ya?” tanya
Calsa dengan nada memaksa.
“Sepertinya sih, gitu,” jawab Radit. Kemudian
bangkit dari bangkunya, berjalan ke arah bangku
Angga, meninggalkan Calsa yang terpaku menatap-
nya.

***

“ Vir, tunggu…!” teriak Radit saat pulang sekolah.


Dhara menghentikan langkahnya, menoleh ke
arah Radit yang berjalan menuju ke arahnya.
“Besok ada latihan basket di sekolah. Kamu bisa
datang kan Vir?” tanya Radit setelah sampai di dekat
Dhara.
“Jam berapa?” ujar Dhara balik bertanya.
“Jam tujuh pagi,” jawab Radit meyakinkan.

72 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

‘Jam tujuh pagi semua pekerjaan di rumah masih


belum kelar…,’ mungkin ucap Dhara dalam hatinya.
“Kamu bisakan?” tanya Radit saat melihat Dhara
terdiam.
“Ya, deh, aku usahakan…,” jawab Dhara kemudian
melangkah.
“Eh, Vir tunggu,” cegah Radit secepat kilat. Tan-
gannya menyergap lengan Dhara.
Dhara mundur selangkah ke belakang.
“Aku mohon Vir, kamu datang ya…!” ucap Radit
menggenggam tangan Dhara.
Dhara mengangguk. Kemudian pergi setelah Radit
melepaskan genggamannya. Dhara berjalan ke arah
Calsa yang marah menunggunya.
“Eh, babu… dari mana saja sih?! Gue nggak mau
ya, nanti nyampek rumah Mama nanya’in ello hanya
gara-gara ello nggak pulang sama gue!” bentak
Calsa.
“Maaf Non…,” balas Dhara mengakui kesala-
hannya
“Ya udah ayo naek!” Perintah Calsa mendorong
bahu Dhara.
Dhara masuk mobil, duduk di jok belakang. Se-
dangkan Calsa, ia lebih memilih untuk duduk di jok
depan bersama Pak Mardhi, sopirnya. Dari pada
duduk berdua dengan pembantu yang sangat

73 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

dibencinya itu. Mobil pun melaju, mengikuti lorong


yang bergaris putih di tengahnya.

***
“Aaaaakh…,” Radit menguap seraya bangun dari
tidurnya.
Mata Radit yang terasa kantuk tidak bisa terpejam.
Sejak tadi hanya tubuhnya saja yang mengguling-
guling, berbalik ke kanan dan ke kiri. Dhara, dialah
yang membuatnya tidak bisa tidur malam ini. Bayan-
gan Dhara menghantui setiap detak jantungnya.
Perasaan yang memang sudah ada sejak awal, kini
semakin menggerogoti hatinya.
Radit bangkit, dibukanya pintu kamar yang tembus
keluar. Radit melangkah. Saat ini, ia berdiri di teras
atas. Matanya menatap langit yang sedang
mengedipkan cahaya terangnya. Seakan memberi
tahu bahwa hatinya sedang gelisah. Ya gelisah.
Gelisah seperti yang pernah Dhara rasakan saat
berjumpa Radit pertama kali.

***

74 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Di Lapangan Basket

“Radit… Radit… Radit…,” terdengar suara pe-


nonton berteriak ramai dan tangan mereka juga ikut
memeriahkan acara latihan basket pagi itu.
Para tim basket sengaja mengambil hari Minggu
sebagai hari yang tepat buat latihan basket. Karena
selain hari Minggu libur, hari Minggu juga hari yang
menyenangkan bagi mereka, karena otak mereka
terbebas dari yang namanya pelajaran.
Radit yang mendengar suara itu, menerbangkan
kecupan jauh ke arah penonton yang bersorak ramai.
“Huuuuuuuuu…,” seru penonton bersama. Tangan
mereka melambai-lambai ke arah Radit.
“Ilham… semangat!” teriak Linda dengan suara
lantangnya.
Ilham tidak mendengar teriakan itu, karena hanya
suara Linda yang mendukung Ilham. Memang Ilham
adalah bintang kelas XII. Tapi dalam lapangan basket,
Radit lah yang menjadi bintangnya.
Priiit! Pripit…!
Seorang pelatih basket berlari ke arah lapangan
basket. Dibibirnya terdapat sebuah peluit warna hijau.
Peluit itulah yang berbunyi sehingga para pemain

75 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

basket yang mengenal suara itu seperti dikomando,


mereka semua menghentikan permainannya. Tubuh
mereka langsung membentuk sebuah lingkaran.
“Cukup! kita istirahat sepuluh menit.” Setelah ber-
kata, pelatih itu pergi dari lapangan basket yang
langsung diikuti oleh para pemain basket.
Mereka menuju ke ruang istirahat, di sebelah utara
lapangan basket.
“Radit…!” Panggil Calsa sambil berlari ke arahnya.
Tangannya menenteng sebuah kresek hitam.
“Nih buat kamu…,” ujar Calsa mengulurkan tan-
gannya yang memegang kresek hitam.
“Apa’an?” tanya Radit mengamati bugkus plastik
yang diberikan Calsa.
“Ini minuman mineral kesukaanmu,” jawab Calsa
sambil mengarahkan tangannya ke dalam bungkus
plasti, mengambil minuman kemudian memberikann-
ya pada Radit.
Radit menerimanya dengan dingin.
“Minum dong Dit…. Aku sengaja beli minuman itu
buat kamu, karena aku yakin kamu pasti butuh
minuman itu setelah latihan basket,” ucap Calsa
bahagia karena Radit tidak menolak pemberiannya.
Radit pun membuka tutup minuman itu.
“Aduh haus…,” ucap Angga yang tiba-tiba datang
dari arah belakang Radit.

76 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Radit menoleh ke arah Angga. Dilihatnya Angga


mengipas-kipas badan dengan baju yang
dikenakannya.
“Panasss…!” ucap Angga sambil terus berjalan.
“Kamu haus Ang?” tanya Radit saat kaki Angga
berhenti di sampingnya.
“Ya iyalah men, orang lagi kipas-kipas…,” jawab
Angga sambil terus kipas-kipas.
“Nih buat ello….” Tiba-tiba Radit memberikan mi-
numan pemberian Calsa yang hampir di minumnya.
“Bener men…?” tanya Angga tak percaya. Di
matanya langsung terbayang sejuknya minuman yang
ditawari sahabatnya itu. Tanpa menunda, Angga
langsung merenggut minuman dari tangan Radit,
kemudian meminumnya.
“Dit, minumannya kok diberikan sama Angga sih?”
Protes Calsa kesal. Ada secarik kecewa di raut
wajahnya.
“Cal, minuman itu sudah jadi milik aku. Jadi,
terserah aku dong, mau diberikan sama siapa?” balas
Radit sewot.
“Ya aku tahu, tapi minuman itu kan aku beli buat
kamu Dit.” Calsa merasa sangat kecewa.
“Cal, lain kali, kamu nggak usah deh memberi aku
apapun. Kamu kira aku nggak bisa beli minuman yang
seperti itu? Lagian Angga itu sahabat aku.” Setelah
berkata Radit pergi dari hadapan Calsa.

77 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Dit, Radit…!” teriak Calsa memanggil Radit.


Radit tak menggubrisnya. Ia terus saja melangkah
menjauh dari Calsa.
“Ahhhhh, segar…,” ucap Angga setelah mengha-
biskan satu botol minumannya.
“Cal, terima kasih ya. Lain kali, boleh dong aku
minta dibeliin lagi…,” goda Angga seraya memegang
dagu Calsa.
“Apa sih? Kurang ajar banget… Dengar ya Ang,
minuman itu gue beli bukan buat ello, tapi buat Radit,”
jelas Calsa yang membuat mata Angga terbelalak.
“What…?” ucapnya kemudian. “Buat Radit?” lanjut
Angga terkejut.
“Ya, buat Radit,” jawab Calsa kemudian pergi.
“Masa bodoh! Yang penting sekarang tubuh ini
terasa lebih segar dari sebelumnya,” ujar Angga
seraya melangkah.
***

“Lin…,” panggil Radit sambil berjalan menghampiri


Linda yang duduk di antara para penonton.
“Radit?” ucap Linda terkejut, tidak biasanya dia
menyapa dirinya.
“Ada apa?” tanya Linda sambil beranjak dari
duduknya, ia mendekat ke arah Radit. “Ada apa sih,
tumben manggil Linda?” tanya Linda lagi setelah tahu
Radit tidak menjawab pertanyaannya.

78 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Dhara mana?” Jawab Radit bertanya.


Linda membelalakkan matanya. Matanya yang
biasa berteduh di bawah kelopak indahnya seakan
mau keluar. “Dhara..?” ucap Linda mengulang kata-
kata Radit.
“Ya, Dhara, sahabat kamu. Lihat dia nggak?” tanya
Radit meyakinkan Linda.
“Memangnya, Dhara mau datang ke sini?” tanya
Linda seraya mengedarkan pandangannya ke sekelil-
ing, siapa tahu matanya menangkap sosok Dhara.
“Katanya sih, Dhara mau datang ke acara latihan
basket hari ini,” jawab Radit sambil membetulkan tali
sepatunya yang memang sejak tadi copot.
“Oh, tapi aku kok nggak lihat Dhara ya?” ujar Linda
yang ketularan mengamati tali sepatunya.
“Ya udah ya Lin, makasih…,” ujar Radit kemudian
berlalu dari hadapan Linda.
“Dhara lagi… Dhara lagi… Kenapa sih, di dunia ini
banyak cowok yang nanyain Dhara? Tadi Ilham,
sekarang Radit…,” ucap Linda menggeleng-
gelengkan kepalanya.
Radit sedikit kecewa karena Dhara, orang yang
sangat diharapkannya, tidak datang pada acara
pelatihan basketnya. Padahal menurut Radit,
semuanya akan menjadi lebih baik bila Dhara juga
datang ke acaranya.

79 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Dengan langkah gontai, Radit berjalan kembali ke


ruang istirahat yang terletak di sebelah utara lapan-
gan basket. Mukanya menunduk, menekuri lantai
yang berkeramik putih. Tapi tiba-tiba,
“Aauh!” seru seseorang sambil memegangi kepal-
anya.
Radit terhenyak, ia tidak sadar bahwa baru saja ia
menabrak seseorang.
“Aduh…!” seru orang itu kesakitan.
Radit yang ingin cepat pergi dari tempat itu, terge-
rak hatinya untuk mempertanggungjawabkan apa
yang telah dibuatnya.
“Ma… Dhara?” Mata Radit seakan mau keluar saat
tahu siapa yang telah ditabraknya tadi.
“Radit…?” ucap Dhara yang juga terkejut saat
melihat orang yang membantunya berdiri, ternyata
Radit.
“Maafin aku Vir, aku nggak sengaja,” ujar Radit
sambil membantu Dhara berdiri
“Nggak apa-apa Dit. Lagian kamu kenapa sih,
jalan kok nggak lihat ke depan?” tanya Dhara heran
sambil membersihkan bajunya yang sedikit kena
debu.
“Sini aku bantu…,” ucap Radit yang langsung
membantu Dhara membersihkan bajunya.

80 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Habisnya, aku kira kamu nggak jadi datang ke


acara latihanku,” lanjut Radit yang masih mem-
bersihkan baju Dhara.
“Memangnya, kalau aku nggak datang, kamu mau
nabrak orang seenaknya, gitu...?” Protes Dhara
tersenyum. Matanya memandang mata elang Radit
yang sudah sejak tadi memandangnya.
Radit tersenyum ke arah Dhara.
“Aku suka jika kamu tersenyum Vir…,” kata-kata
Radit membuat raut wajah Dhara berubah menjadi
merah jambu.
“Kalau kamu tersenyum, kamu tambah kelihatan
cantik…,” lanjut Radit yang masih belum melepaskan
tatapannya.
Dhara tidak tahan dengan tatapan itu. Ia menun-
dukkan kepalanya, menekuri lantai tempatnya jatuh
tadi.
“Vir…” panggil Radit pelan, membuat Dhara yang
sejak tadi menunduk, kembali memandang mata
elang Radit. “ Aku…”
Prit! Prit!
Radit belum sempat melanjutkan kata-katanya,
suara peluit yang berasal dari lapangan basket cukup
membuatnya kaget, terkejut. Spontan Radit langsung
melihat jam yang melingkar dipergelangan tangannya.

81 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Maaf Vir, aku harus segera kembali ke lapangan.


Jam istirahatku sudah habis,” pamit Radit seketika
membuat perasaan Dhara kacau.
Dhara yakin tadi Radit akan mengatakan sesuatu
yang pernah menjadi angan-angannya, tapi semuan-
ya rusak oleh suara peluit itu. Dhara menghela nafas
kecewa.
“Vir, kamu harus melihat latihan basket ini. Jangan
pulang dulu. Aku mohon…,” ucap Radit sambil
menggenggam tangan Dhara.
Dhara mengangguk setuju. Tidak lupa senyumnya
juga ikut menjawab pertanyaan Radit.
“Makasih Vir…,” ucap Radit kemudian berlalu.
Dhara berjalan ke arah tempat kerumunan orang
yang melihat latihan bola basket. Tanpa ia sadari,
sepasang mata memandangnya muak, yang kemudi-
an terdengar langkah kaki berjalan menghampirinya.
“Heh, ngapain ello ke sini?” tanya Calsa yang su-
dah berada di depan Dhara.
Dhara terkejut. Belum sempat ia lari, Calsa sudah
menjambaknya dan menariknya keluar dari para
penonton latihan basket.
“Au, sakit Non…,” keluh Dhara sambil berjalan
cepat sesuai tarikan Calsa.
“Non, lepaskan Non, sakit…,” ulang Dhara dalam
tangisnya.

82 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Iiih…!” Calsa mendorong Dhara hingga Dhara


jatuh ke lantai.
Mata Dhara mulai berkaca-kaca.
“Dasar cewek gatel. Ngapain coba ello datang ke
tempat latihan basket ini?” Hina Calsa pedas.
“Ngapain?! Ayo jawab…!” teriak Calsa, suranya
meninggi.
“Nggak ada Non. Dhara cuman pengen lihat lati-
han basket…,” jawab Dhara yang mulai menangis.
“Denger ya Dhara! Ello itu nggak pantas ada di
tempat seperti ini. Gara-gara kehadiran ello, bisa-bisa
sekolah kita kalah tanding sama sekolah tetangga,
ello tahu kenapa?” tanya Calsa yang kembali men-
jambak rambut Dhara.
Dhara meradang kesakitan. Kepalanya
menggeleng mendengar pertanyaan Calsa.
“Karena ello anak seorang pembantu,” jawab
Calsa. Wajahnya didekatkan ke wajah Dhara. Dhara
berusaha menghindar.
“Ello pantasnya bukan ada di sini! Tapi ada di ru-
mah gue, membantu bunda ello yang sudah mau tua
itu! Ngerti nggak sih lo?!” suara Calsa semakin keras.
Dhara hanya mengangguk.
“Uh….” Calsa melangkah meninggalkan Dhara
setelah sebuah cubitan menyakitkan melekat di tubuh
Dhara.

83 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Dhara semakin menangis. Air matanya mengalir


seperti sungai yang.
Acara latihan basket telah selesai. Pelatih basket
itu kembali meniupkan peluit, dengan meletakkan
peluit di antara kedua bibirnya.
Radit yang tahu bahwa Dhara datang ke acara
latihan basketnya, langsung berlari ke temapat
kerumunan penonton. Ia mencari Dhara.
“Lin, Dhara kemana?” tanya Radit saat berpapa-
san dengan Linda.
“Dhara….?” tanya Linda heran.
Radit mengangguk meyakinkan.
“Memangnya, Dhara ke sini?” tanya Linda kemudi-
an.
“Ya, dan Dhara bilang, ia akan pulang setelah
acara latihan selesai,” jawab Radit sambil mengedar-
kan pandangannya, mencari Dhara.
‘Kalau Dhara kesini, kenapa dia nggak nemuin
aku? Pasti ada sesuatu sama Dhara,’ mungkin ucap
Linda dalam hati.
“Lin, pulang yuk…!” Ajak Ilham menghampiri Linda
yang berdiri bersama Radit.
“Dit, aku pulang dulu ya?” pamit Linda sambil ber-
lalu dari hadapan Radit.
Radit pun melangkah menuju ke arah mobilnya.
“Dhara…! ucap Radit saat melihat Dhara dari da-
lam mobil.

84 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Mesin mobilnya yang semula berderu, segera di-


matikan. Radit turun, ia berjalan ke arah Dhara.
“Dhara!” panggil Radit berteriak.
Dhara menoleh. khas senyumnya selalu menghiasi
wajahnya saat berpapasan dengan Radit.
“Dit, kamu belum pulang?” tanya Dhara yang ber-
jalan ke arah Radit.
“Aku mencarimu Vir. Aku kira kamu bohong mau
menungguku sampai latihan selesai,” kata Radit saat
jarak mereka sudah semakin dekat.
Dhara hanya tersenyum. Dhara merahasiakan
kejadian tadi.
“Ya udah yuk, aku antar kamu pulang.” ucap Radit
kemudian.
Dhara melangkah memasuki mobil Radit setelah
tangan bersih Radit membukakan pintu. Radit pun
tancap gas, mengantar Dhara pulang.
Calsa yang melihat langsung kejadian itu, dengan
dada yang panas, dia langsung menaiki mobilnya,
pulang. Dalam hati ia berjanji untuk membalas sakit
hatinya itu.

85 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Dia Hanya Milikku

Dhara berangkat ke sekolah lebih awal. Karena ia


harus menemui Ilham dan melanjutkan belajarnya.
Seperti ini yang sering dilakukan Dhara bersama
Ilham, yang hampir setiap hari. Sehingga persahatan
mereka kian dekat.
“Hai Vir, good morning…,” sapa Ilham pada Dhara
sambil duduk di dekat Dhara.
“Morning…,” balas Dhara tersenyum.
“Gimana Vir, apa kita bisa lanjutkan sekarang bela-
jarnya? Ujian semester sudah tinggal beberapa hari
lagi kan?” tanya Ilham mengingatkan Dhara pada
pelajaran yang masih belum lengkap.
“Siap Pak Guru,” jawab Dhara sambil menun-
dukkan kepalanya, seolah-olah Ilham adalah guru wali
kelasnya.
“Bagus!” tanggap Ilham menganggukkan kepalan-
ya.
“O ya Il, tunggu, tunggu…,” Dhara berkata sambil
mengeluarkan buku dari dalam tasnya. “Kemarin
kamu kan minjemin aku buku paket kamu, terus aku
coba deh merangkum dan mengerjakan soalnya.

86 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Sorry Il, bukannya aku mau mendahului kamu, dan


sekarang, aku mau kamu menilai hasil kerjaku.
Gimana, mau nggak?” tanya Dhara memandang
Ilham.
Ilham membentuk sebuah kerutan di keningnya.
“Coba sini aku lihat….” Ilham mengambil buku yang di
pegang Dhara.
“Eh Il, jangan dibuka dulu dong…! Jawab dulu per-
tanyaan aku, kamu mau apa nggak menilai semua
kerjaku?” tanya Dhara sambil merampas bukunya
kembali.
“Ia, tapi aku mau lihat dulu Vir…,” pinta Ilham.
“Nggak!” tolak Dhara mempertahankan buku yang
ada di tangannya.
“Vir…!” teriak Ilham sambil berlari mengejar Dhara.
Dalam beberapa menit, Dhara dan Ilham berlari,
saling kejar-kejaran. Mereka tidak berbeda dengan
Tom and Jerry yang selalu berlari mengejar satu
sama yang lain.
“Ah, get you…,” ucap Ilham yang hampir mau
mendapatkan buku di tangan Dhara dari belakang
namun hanya menangkap kedua tangan Dhara lalu
dikarik ke kebakang.
“Eh, kamu curang. Pengecut, jangan nangkap
lawan dari belakang dong…!” teriak Dhara sambil
meronta-ronta.

87 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Dari kejauhan, Radit yang kebetulan lewat di situ,


melihat Ilham yang sedang memegan tangan Dhara,
merasa cemburu. Ia meremaskan gumpalan tangann-
ya. Ia benci pada Ilham. Ia berjanji akan membalas
sakit hatinya itu.
“Oke oke… Kita baikan. Lebih baik sekarang kita
ke kantin, sarapan pagi…,” ajak Ilham pada Dhara.
“Iya, tapi balikin dulu dong bukunya…,” pinta
Dhara.
Tapi Ilham, bukannya mengembalikan buku yang
dipinta Dhara, ia malah menyegap kedua tangan
Dhara, menarik menuju ke kantin.

***

“Gimana?” tanya Dhara saat Ilham selesai men-


goreksi hasil kerjanya.
“Wah... wah... wah… benar-benar di luar dugaan.
Kamu hebat banget Vir. Padahal kemarin aku belum
ngajarin apa-apa. Sekarang kamu bisa mengerjakan
soal-soal ini dengan sempurna. Kamu benar-benar
hebat Vir...,” puji Ilham sambil menganggukkan
kepalnya.
Dhara hanya tersenyum sambil menikmati bakso
sayur kesukaannya.
“Sebagai ucapan selamat, gimana kalau aku yang
traktir kamu hari ini?” tanya Ilham

88 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Setuju, setuju…!” jawab Dhara mengangguk man-


tab.
“Kamu mau pesan apa lagi Vir? Mumpung gra-
tis…,” tawar Ilham saat Dhara memasukkan pentol
terakhir ke dalam mulutnya.
“Emmh, apa ya? “ Tanya Dhara pada dirinya
sendiri.
Ilham menanti jawaban meluncur dari bibir Dhara.
Ilham berjanji, apapun yang Dhara pinta, pasti ia akan
memberikannya. Rasa cintalah yang mendorong
semuanya, karena Ilham mencintai Dhara.
“Mie ayam pedas, nggak pake sayur,” jawab Dhara
kemudian.
Ilham tahu, Dhara tidak suka mie ayam. Tapi Ilham
cukup mengerti kalau orarng yang dicintainya itu
selalu peduli pada temannya. Mie ayam yang
dipintanya, pastilah buat sahabatnya, Linda.
“Yuk…,” ajak Ilham setelah seorang pelayan
memberikan sebungkus mie ayam pedas tidak pakai
sayur pada Dhara. Mereka pun melangkah menuju
kelas XII.
“Hai Lin,” sapa Dhara sesampainya di kelas.
Linda tidak menyahut. Dengan asyik ia rebahkan
kepalanya ke atas meja.
“Kamu marah ya Lin, gara-gara aku dekat sama
Ilham?” Goda Dhara, tapi godaannya itu tidak juga
membuat Linda mengangkat kepalanya.

89 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Linda…,” ucap Dhara sambil mencubit pipi Linda.


“Ih, genit ah. Sakit tahu….” Linda memukul tangan
Dhara yang mencubitnya.
“Kalau aku bawakan ini buat kamu, apa yang na-
manya Linda masih tetap marah sama yang namanya
Dhara?” Dhara berkata sambil meletakkan mi ayam
pedas tanpa sayur ke depan Linda yang masih belum
mengangkat kepananya.
Mendengar aroma sedap mi ayam pedas tanpa
sayur, Linda langsung mengangkat kepalanya.
Memandang Dhara penuh terima kasih, kemudian
langsung menyantapnya. Dhara tertawa melihat
tingkah sahabatnya itu. Lalu melanjutkan aktifitas
masing-masing.
“Vir, lagi ngapain?” Tiba-tiba Ilham menghampiri
dan berdiri di dekat Dhara.
“Ilham?” ujar Dhara terkejut.
“Nggak ada. Cuma baca-baca biasa,” jawab Dhara
kemudian setelah pulih dari keterkejutannya.
“Udah mau belajar sekarang?” tanya Dhara seraya
menutup bukunya.
“ Eh, nggak,” jawab Ilham tergagap.
“Terus ada apa?” tanya Dhara tidak mengerti.
“Nggak ada sih, cuman aku mau ngajakin kamu ke
toko buku nanti setelah belajar. Gimana?”
Mendengar perkataan Ilham, Dhara berpikir. Jika
mau, tentunya itu akan membuat Ilham senang hati

90 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

tapi tidak menepati janji dengan Linda. Tapi kalau


menolak, Ilham akan kecewa dan akan merasa
bersalah yang takkan pernah termaafkan oleh dirinya
sendiri.
“Vir,” ucap Ilham membangunkan Dhara dari la-
mumannya.
“Aduh, Il, gimana ya? Bukannya aku nggak mau,
tapi aku sudah janji sama Linda mau ke internet, buat
mencari Filsafat Yunani kuno. Sekalian mau beli obat
buat Bunda,” ujar Dhara panjang lebar, “Sorry ya Il?”
tambah Dhara sambil memegang lengan Ilham.
Ilham terkejut. Rasa yang menggelayut manis di
hatinya semakin ia rasakan.
“Nggak apa-apa kan...?” tanya Dhara panik.
Dhara takut untuk membuat Ilham sakit hati. Kare-
na bagaimanapun juga, Ilham adalah satu-satunya
teman yang selalu membantunya.
“Nggak apa-apa kok Vir. Aku bisa ngerti. Mungkin
aku memang ngajakin kamu bukan pada waktu yang
tepat,” jawab Ilham kecewa.
Dhara bisa merasakan itu semua.
“Il, kamu nggak marah kan?” tanya Dhara lagi.
“Nggak!” jawab Ilham hambar. Kemudian berbalik,
hendak ke bangkunya.
“Il!” cegah Dhara sambil menarik lengan Ilham.
Ilham menoleh ke arah Dhara. Dhara berdiri. Ting-
ginya sebahu dengan Ilham.

91 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Kamu masih maukan ngajarin aku, walau aku


nggak bisa bantu kamu?” Ada penyesalan dalam
ucapan Dhara tapi ia terlajur menolak, hingga mem-
buat persendian tulang Ilham terasa tidak kokoh lagi.
“Vir, apapun yang kamu lakukan ke aku, itu semua
nggak akan merubah keputusan aku untuk ngajarin
kamu, menyusul pelajaran yang tidak kamu ikuti,”
sambut Ilham ramah.
Ada sesuatu yang mengalir di hati Ilham. Dengan
sabar Ilham kembali ke tempat duduknya setelah
Dhara melepaskan tangannya.

***

Sepulang sekolah, Ilham bersiul santai ke arah


mobilnya yang tidak jauh dari lapangan basket. Ia
tidak menyadari bahwa Radit dan ketiga temannya
telah menunggunya sejak tadi. Ilham dicegat oleh
Radit dan ketiga temannya.
“Eh, brengsek!” ucap Radit sambil menghujamkan
gumpalan tinjunya ke wajah Ilham sebanyak dua kali.
“Au…! Ilham meraung kesakitan. Ia bangun sambil
memegang hidungnya yang mengalirkan darah segar.
“Dit, apa salah gue?” tanya Ilham tak mengerti.
“Ello pura-pura nggak tahu hah...?” kata Radit
sambil memukulkan tinjunya ke arah perut Ilham.
CEEESS...

92 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Ilham jatuh tidak berdaya karena pukulan Radit


yang diarahkan ke perutnya yang saat itu dilanda rasa
lapar.
“Dengar Il, jangan mentang-mentang ello bintang
di kelas, ello seenaknya saja berbuat curang!” Radit
berkata sambil menendang perut Ilham yang sudah
jatuh tidak berdaya.
“Aaaaaaaaakh,” keluh Ilham menahan rasa sakit
sambil memegang perutnya.
“Apa maksud ello Dit?” tanya Ilham sambil be-
rusaha bangun tapi tidak berdaya.
“Eh! Dengar ya Ham. Mulai besok, gue nggak mau
ngeliat ello deket-deket sama Dhara lagi. Ingat itu!
Atau kalau nggak, ello akan merasakan yang lebih
parah dari ini,” jawab Radit dengan mata melotot ke
arah Ilham.
Ilham hanya bisa memandang sendu wajah Radit.
“Ingat! gue nggak mau ngeliat ello dekat-dekat
Dhara lagi. Karena kenapa?” tanya Radit tajam.
“Karena Dhara hanya milik gue. Dia hanya milik
gue…,“ jawabnya kemudian.
“Ayo kita pergi…!” ajak Radit pada ketiga orang
temannya. Radit berjalan melangkahi tubuh Ilham
yang sudah terkapar tak berdaya. Puas rasanya
karena bisa membalas sakit hati yang menusuknya.
Permainan cinta membuat persahabatan tidak ada
nilainnya. Kebaikan hanya untuk sang pujaan hati

93 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

saja. Sedikit saja sang pujaan hati dicintai orang lain,


sudah merasa tidak terima walalu belum bersetatus
‘kekasih’. Padahal, sama-sama mencintai orang yang
sama, antara Ilham dan Radit. Cinta bukan lagi simbol
kedamaian, kebaikan dan kesucian, tetapi hanya
luapan-luapan nafsu yang siap menghantam siapa
saja.

***

“Eh Dhara…!” Suara Calsa berteriak memanggil


Dhara yang berjalan ke arah dapur.
Dhara menoleh pada Calsa yang berjalan
menuruni anak tangga.
“Non Calsa, ada apa?” tanya Dhara menghampiri
Calsa yang sudah berdiri di anak tangga paling
bawah.
“Apa ello bilang, ada apa?” Protes Calsa keras.
Siang itu, Calsa memang sudah berniat akan me-
marahi Dhara habis-habisan. Karena mumpung
Nyonya Marina tidak ada di rumah. Calsa tahu,
mamanya sangat menyayangi Dhara, pembantunya.
“Coba lihat jam berapa sekarang!” Perintah Calsa
sambil menunjuk jam yang tergantung di dinding.
“Sekarang jam 13.00,” jawab Dhara sambil melihat
jam yang terpasang dipergelangan tangannya.

94 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Kalau ello tahu ini sudah jam 13.00, kenapa ello


baru pulang? Dari mana saja? Ello kira, ello bisa
seenaknya di sini? Keluar pagi, pulang malam.
Emang ello kira, ello siapa? Jangan mentang-
mentang karena Mama gue sayang sama ello, ello
bisa saja berbuat seenaknya.”
Dhara menundukkan kepalanya mendengar ome-
lan Calsa. Hatinya menjerit sakit. Walau Calsa adalah
majikannya, Dhara tetap sakit hati mendengar semua
ucapannya. Lagi pula, tadi Dhara harus ke toko buku
untuk membeli buku yang diperlukannya.
“Non Calsa…. Ada apa Non?” Bik Imah, bunda
Dhara, datang dari dapur. Dengan langkah cepat ia
menghampiri Dhara.
“Eh, Bik Imah, bilangin ya sama anak Bibi ini, kalau
di sini itu bukan hotel yang seenaknya saja keluar-
masuk. Emang pikir, kalian itu siapa? Kalian itu cuma
pembantu di rumah ini, tahu…,” Setelah memaki,
Calsa melangkah pergi, kembali menaiki tangga
menuju ke kamarnya.
“Sudah ya Ndok. Nggak usah diambil hati. Non
Calsa memang suka begitu. Tapi dia itu orangnya
baik….” Bik Imah melangkah. Tangan kanannya
menuntun Dhara.
Dhara hanya mengangguk, tapi tidak bisa membu-
at ia berhenti dari rasa sedih. Kemudian Dhara masuk
ke kamar mininya.

95 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Bik Imah, Dhara mana? Dari tadi kok nggak


kelihatan?” Tiba-tiba Nyonya Marina datang. Menan-
yakan tentang Dhara sambil membantu Bik Imah
menata makanan di meja makan.
“Mungkin Dhara ada di kamar, Nya...,” jawab Bik
Imah tanpa menghentikan pekerjaannya.
“Bik, tolong panggilkan Calsa di kamarnya ya…!”
Perintah Nyonya Marina yang langsung membuat
langkah kaki Bik Imah berlari-lari kecil, menaiki tangga
menuju kamar Calsa. Belum sampai di kamar Calsa,
tiba-tiba Calsa sudah menuruni tangga, kemudian
langsung menghampiri Nyonya Marina yang sudah
duduk di meja makan, menunggunya.
“Siang, Ma...,” sapa Calsa sambil duduk di kursi
yang biasa di tempati ketika makan.
“ Sayang, gimana di sekolah?” tanya Nyonya Mari-
na di sela-sela makannya.
“Ma, tumben banget nanya’in tentang sekolah?”
tanya Calsa sambil memasukkan nasi ke dalam
mulutnya.
“Ya, bukannya tumben sayang. Beberapa hari ini,
Calsa kan punya teman baru di sekolah. Pastinya,
menyenangkan sekali kan…?” Nyonya Marina
menaikkan alisya. Bibirnya tersenyum ke arah putri
yang tidak pernah menggetarkan jiwanya.

96 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

‘Hah? Menyenangkan? Yang ada malah gue kena


sial terus gara-gara ada anak gembel itu di sekolah,’
mungkin ucap Calsa dalam hatinya.
“Sayang…,” panggilan Nyonya Marina mengaget-
kan Calsa.
“Eiiiya Ma…? Jawab Calsa terperangah.
“Di tanya Mama kok malah bengong sih?” tanya
Nyonya Marina lembut, kemudian mengelapkan
selembar tisu ke mulutnya yang sama sekali tidak ada
bekas makanannya.
“Seneng banget Ma, apalagi teman baru Calsa kan
cantik Mah…,” jawab Calsa bohong.
Nyonya Marina mengangguk senang.
Makan siang selesai. Nyonya Marina langsung
melangkah menuju ruang tamu. Telinga indahnya
mendengar dering telepon yang sudah sejak tadi.
Sedangkan Calsa, usai makan siang, dia langsung
menemui Dhara ke kamar mungilnya. Tanpa menge-
tok pintu, Calsa langsung masuk. Matanya membesar
melihat Dhara yang tidur nyenyak.
“Eh, bangun dong! Jangan tidur terus,” gertak
Calsa sambil melemparkan guling ke arah Dhara.
Dhara terkejut dan langsung bangun.
“Ya Allah, Non Calsa, ada apa Non?” tanya Dhara
dengan wajah heran.

97 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Eh, nih anak… ada apa, ada apa… Emang ello


nggak lihat ini jam berapa?” tanya Calsa mendorong
keras tubuh Dhara, Dhara tersandar ke dinding.
“Jam 2 siang Non,” jawab Dhara sambil mengucek
matanya yang diarahkan ke jam dinding merah,
tergantung di sebelah barat.
“Memangnya ada apa Non?” tanya Dhara yang
masih terus mengucek matanya.
“Eh, Vir… ello itu emang keterlaluan banget ya.
Ello itu di sini bukan buat tidur. Ello kan pembantu.
Dasar pemalas! Udah nih kerjakan PR gue! Awas
jangan sampai salah!” Setelah berkata Calsa pergi
dari kamar Dhara.
Dhara hanya diam memandang langkah kaki Calsa
yang perlahan hilang dari pandangan matanya. Dhara
menghela nafas berat. Di depan matanya, terdapat
buku PR Matematika milik Calsa yang harus
diselesaikan. Dengan sedikit sisa-sisa rasa
kantuknya, Dhara beranjak menuju kamar mandi,
ambil wudhu kemudian menghadap Sang Pencipta,
diatas sajadah birunya.

***

“Bunda, Ayah, Dhara berangkat dulu…,” pamit


Dhara sambil mencium telapak tangan kedua orang
tuanya.

98 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Hati-hati di jalan Vir…,” teriak Bik Imah yang su-


dah ada di tempat cuci piring.
“Ya!” jawab Dhara berteriak.
“Vir… Dhara,” panggil Pak Mahmud.
“Iya, Ayah,” sahut Dhara memenuhi panggilan
ayahnya. Kakinya melangkah pelan ke arah ayahnya.
“Vir, ini Ayah ada uang sedikit tapi pasti cukup
untuk beli buku baru,” ujar Pak Mahmud sembari
membuka dompetnya yang sudah bolong di pojok
kanannya.
“Nih….” Pak Mahmud menjulurkan tangannya
yang memegang uang.
“Ayah…,” ucap Dhara pelan.
“Bunda sama Ayah pasti lebih membutuhkan uang
ini, dari pada Dhara kan?” Lanjut Dhara menolak
lembut pemberian Pak Mahmud.
“Vir, uang ini memang Ayah sisakan buat kamu,”
ujar ayahnya sambil meraih tangan Dhara. Menyelip-
kan uangnya di genggaman tangan Dhara.
“Terima kasih ya Ayah…,” ucap Dhara tersenyum,
kemudian mencium kening ayahnya.
“Dhara berangkat Yah, Bunda, assalamualaikum.”
Kemudian Dhara melangkah.
“Waalaikum salam,” jawab Pak Mahmud
tersenyum. Dalam hatinya bersyukur, karena
dikaruniai anak seperti Dhara yang sangat berbakti
pada orang tuanya.

99 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Pagi ini, Dhara berangkat tidak bersama Calsa,


karena Calsa sudah berangkat lima menit yang lalu,
dia diantar oleh papanya, Tuan Taufik. Dhara tahu
alasan Calsa minta diantar ke sekolah. Tuan Taufik
juga tidak pernah senang dengan kehadiran Dhara di
rumah itu. Hingga hal itu menjadi kesempatan emas
agar Calsa semakin membenci Dhara. Sesampainya
di kelas, Dhara langsung duduk di bangkunya.
Matanya melirik ke arah Calsa yang berjalan men-
dekat ke bangkunya.
‘Mau apa lagi Non Calsa…?’ Mungkin tanya Dhara
dalam hatinya.
“Hei anak babu, mana PR gue?” tanya Calsa sam-
bil memukul bangku di depan Calsa. Dhara tidak
berani memandang Calsa. Tanpa menunggu gertakan
Calsa lagi, Dhara membuka tasnya dan mengambil
buku PR Calsa.
“Ini Non…,” ujar Dhara seraya mengulurkan tan-
gannya, memberikan buku yang di maksud Calsa.
“Cepat!” ucap Calsa merampas buku di tangan
Dhara.
“Cal, kayaknya nggak adil banget deh, kalau pem-
bantu ello itu juga ngumpulin PR nya,” hasut Beky.
“Ya Cal, pastinya pembantu ello itu tidak semuan-
ya mengerjakan tugas ello dengan benar. Pasti ada
yang disalahkan, sehingga dia bisa dapat nilai lebih
tinggi dari pada nilai ello,” sambung Fani.

100 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Ya juga ya. Kenapa gue nggak berpikiran ke arah


sana? ucap Calsa membenarkan. Dia memang
mudah di hasut orang lain, apalagi dengan kedua
temannya itu.
“Vir, sini buku ello,” ujar Calsa mengambil tas
Dhara yang sejak tadi ada dipangkuannya.
“Jangan Non!” teriak Dhara merampas tasnya dari
tangan Calsa.
“Udah sini… bawel banget sih….” Calsa kembali
merampas tas Dhara, kemudian menuangkan isinya
ke lantai. Semua isi tas Dhara berantakan, jatuh ke
lantai. Melihat hal itu, Dhara langsung turun dari
bangkunya, memunguti barang-barangnya yang jatuh
berantakan.
“Nih dia…,” ujar Calsa senang, sambil mengambil
buku Matematika Dhara.
“Jangan Non…! Jangan!” teriak Dhara berusaha
mengambil bukunya dari tangan Calsa. Tapi sia-sia.
“Calsa…!” teriak seseorang dari arah pintu.
“Ilham….?” ucap Dhara pelan
“Balikin nggak buku Dhara!” teriak Ilham sambil
melangkah mendekati Calsa,
“Ooh, ternyata ada juga yang berani belain pem-
bantu gue,” ujar Calsa mendekat ke arah Ilham.
“Ello keterlaluan banget ya!” ucap Ilham saat
langkahnya terhenti di depan Calsa.

101 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Apa urusannya sama ello?” jawab Calsa tenang.


Sama sekali tidak ada rasa takut di wajahnya. Harta
yang dimilikinya, telah membuat angkuh sifatnya.
“Cal, aku tahu Dhara adalah pembantu kamu. Tapi
ini sekolah, bukan rumahmu. Kalau di rumahmu
sendiri, kamu bebas mau ngelakuin apa saja pada
Dhara. Tapi di sini sekolah Cal, bukan rumahmu. Aku
bisa saja ngelaporin sikap kamu ini jika aku mau.
“Tapi aku masih menghormatimu sebagai majikan
Dhara, karena aku tahu Dhara sangat menghormati
majikannya yang tidak tahu diri. Sekarang, balikin
nggak buku Dhara…?” ucap Ilham tegas.
Ilham memang pantas melakukan itu semua,
melindungi Dhara. Selain itu, memang Ilham adalah
ketua kelas. Ilham juga orang yang sangat mencintai
Dhara, yang tentunya tidak mau jika melihat orang
yang dicintainya tersakiti.
“Iiiih, awas ello ya Vir,” ucap Calsa sambil melem-
parkan bukunya ke wajah Dhara. Dhara tidak sempat
menghindar. Kemudian Calsa pergi, diikuti kedua
temannya yang mau saja diperbudak Calsa.
“Makasih Il,” ucap Dhara sambil memasukkan ba-
rang-barangnya yang berantakan.
“Vir, lain kali kamu nggak perlu takut sama Calsa.
Kita semua sama. Tidak ada yang perlu kita takuti
kecuali yang menciptakan kita,” nasihat Ilham sebe-
lum kembali ke bangkunya. Dhara hanya diam. Ilham

102 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

tidak tahu siapa Calsa dan keluarganya yang telah


banyak membantu keluarga Dhara.
“Ya, udah, aku ke bangku dulu ya…,” pamit Ilham
mengelus kepala Dhara yang mengangguk. Kemudi-
an Ilham berlalu dari bangku Dhara.

***

“Linda…!” teriak Radit memanggil Linda, sahabat


Dhara.
“Ada apa? Aku juga lagi nyari’in Dhara nih…,”
ucap Linda sewot.
“Siapa yang mau nanya’in Dhara?” bantah Radit
sambil menyilangkan kedua tangannya di dadanya
yang bidang.
Mata Linda membesar seperti bola pimpong.
“Apa? Jadi kamu manggil aku, bukan karena nyari’in
Dhara….?” ujar Linda salah tingkah. Ia langsung
merapikan tataan rambutnya yang sebahu.
Radit tersenyum melihat tingkah Linda. Radit ada-
lah cowok paling keren di sekolah itu. Selain keren,
Radit juga cowok yang kaya raya, sehingga siapa sih
yang nggak bakalan salting jika didekati Radit. Tak
terkecuali juga Linda.
“Terus, ada perlu apa dong Radit manggil Linda?”
tanya Linda genit. Bulu matanya dikedipkan seindah
mungkin ke arah Radit. Radit tersenyum, membuat

103 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Linda tambah salah tingkah di depannya. Pipinya


mulai merah merona.
“Kamu mau ini?” tanya Radit sambil memperlihat-
kan gambar mi ayam pedas tanpa sayur kesukaan
Linda.
“Wah, mau banget Dit!” jawab Linda menggigit ibu
jarinya.
“Aku janji, aku akan memberimu mi ayam ini,
sebanyak apapun yang kamu minta,” ucap Radit yang
langsung membuat Linda meloncat kegirangan.
Linda sudah membayangkan kenikmatan makan
mi ayam pedas tanpa sayur kesukaannya, apalagi
makannya pas ditemani Radit.
“Yang bener Dit?” tanya Linda tak percaya.
Radit mengangguk meyakinkan. “Tapi, ada satu
syarat yang harus kamu lakukan,” jawab Radit.
“Apapun syarat itu Dit, akan aku penuhi, janji….”
Linda mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya.
Membuat Radit mengangguk puas. “Syaratnya apa?”
tanya Linda kemudian.
“Syaratnya gampang aja,” jawab Radit, membuat
Linda tak sabar.
“Kamu harus berhasil membawa Dhara keluar
nanti malam, gimana?” Lanjut Radit.
Wajah ceria Linda tiba-tiba mendung. “Oh, jadi
kamu mau manfaatin aku, untuk deketin Dhara?”
Tebak Linda mengerti.

104 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Lin, aku hanya menawarkan saja. Tidak me-


maksa. Jika kamu tidak mau, tidak apa-apa. Aku bisa
kok minta bantuan yang lain. Tapi mi ayam pedas
tanpa sayur ini, akan menjadi milik orang lain juga
tentunya.,” jelas Radit membuat Linda bingung.
“Gimana?” tanya Radit menanti keputusan.
Linda tampak berpikir, sambil mengelus-elus da-
gunya.
“Kalau kamu nggak mau, nggak apa-apa. Aku
akan cari orang lain.” Setelah berkata Radit pergi.
“Dit, tunggu…!” teriak Linda.
“Gimana?” tanya Radit tersenyum.
“Ya, deh, aku mau bantuin kamu untuk ketemu
sama Dhara nanti malam. Tapi janji ya, kamu akan
memberiku mi ayam sebanyak yang aku mau…,”
jawab Linda setuju.
“Yap, pasti…!” ucap Radit sambil menaikkan jem-
polnya. Kemudian melangkah pergi
“Dit, dimana?” tanya teriak Linda keras.
“Di taman dekat sekolah…,” jawab Radit sambil
menunjuk taman yang tidak jauh dari sekolah mereka.
“Mudah-mudahan aja, aku berhasil membawa
Dhara malam ini. Dan sebagai gantinya, aku akan
makan mi ayam pedas tanpa sayur kesukaanku,
sebanyak yang aku mau, Hemmmm,” gumam Linda
sambil berjalan. Lidahnya menari-nari.
***

105 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Taman Dekat Sekolah

Tok! Tok! Tok!


Terdengar suara orang mengetok pintu di luar.
Calsa yang baru selesai makan malam tergerak
hatinya untuk membuka pintu yang diketuk orang.
“Malam Cal…,” sapa Linda saat pintu telah ter-
buka.
Setelah berhari-hari memikirkan waktu yang tepat
untuk mengajak Dhara keluar malam, hari inilah waktu
yang tepat. Waktu malam untuk mempertemukan
Dhara dengan Radit.
“Yah, ello…. Gue kira siapa,” sahut Calsa dingin.
“Ada apaan ello malam-malam kemari?” tanya Calsa
tanpa menyuruh Linda masuk.
“Aku mau ketemu Dhara Cal…,” jawab Linda be-
rusaha tetap sopan walau di hatinya ada rasa sakit
yang tertahankan atas perlakuan Calsa yang sama
sekali tidak menghormatinya sebagai tamu.
“Oh, ello mau ketemu pembantu gue?” ucap Calsa
mengulang jawaban Linda. “Ntar ya, gue panggilin….”
Setelah berkata, Calsa pergi, bahkan tanpa mem-
persilakan Linda masuk.
Kreeeeeeek…

106 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Dhara membuka pintu kamarnya yang kebetulan


mau masuk kamar. Ia nyaris saja masuk ke kamar,
jika suara Calsa tidak berteriak menahannya. “Ada
apa Non?” tanya Dhara ketika Calsa berhenti di
dekatnya.
“Ada yang cari ello tuh di depan….” jawab Calsa
kemudian pergi.
“Ada yang cari aku di depan….?” tanya Dhara pa-
da dirinya sendiri. “Siapa ya kira-kira?” lanjut Dhara
sambil masuk kamarnya, kemudian merapikan
penampilannya. Ia takut kalau yang datang adalah
Radit, seorang yang diam-diam dicintainya.
Dhara menghadapkan wajahnya ke arah cermin
yang tergantung di samping lemarinya. Tangannya
meraih bedak, kemudian memoleskan sedikit ke
wajahnya.
Dhara kembali menutup pintu kamarnya. Dadanya
berdebar. Ia yakin pasti Radit yang datang men-
carinya. Karena dari sikap dingin Calsa pun, terlihat
raut wajahnya menunjukkan tidak suka. Dhara masih
melangkah pelan menuju ruang tamu. Hatinya masih
menebak-nebak, siapa kira-kira yang datang men-
carinya.
Debaran itu sedikit reda ketika dilihatnya Linda
yang berdiri didekat pintu. “Linda…!” ucap Dhara
keras.

107 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Linda menoleh dan langsung mengeluarkan


senyum termanisnya.
“Aku kira siapa yang datang nyari’in aku,” ujar
Dhara sembari menghampiri Linda yang berdiri di
dekat pintu. “Udah tadi Lin?” tanya Dhara, sambil
menyuruh Linda duduk di kursi yang ada di teras.
“Lin, sorry ya, karena aku nggak bisa ngajakin
kamu masuk ke dalam…,” ujar Dhara penuh sesal.
“Ya, aku tahu. Lagian aku nggak minat masuk ke
dalam Vir. Najis rasanya kakiku ini jika masuk ke
dalam,” mata Linda melirik tajam ke dalam rumah
mewah ini. Kebetulan Calsa sedang meniti anak
tangga menuju kamar besarnya.
“Kok kamu ngomong gitu sih Lin,?” tanya Dhara
memandang Linda. Linda memalingkan wajahnya
menghadap Dhara.
“Vir, kamu tahu nggak, tadi waktu aku ketok pintu,
yang bukain itu Calsa. Aku sakit hati banget tahu.
Sikapnya kayak es batu yang nggak cair-cair. Udah
nggak pura-pura nawarin aku masuk lagi. Aku tahu,
aku orang miskin. Nggak kayak dia yang punya
segalanya,” jawab Linda penuh amarah.
Dhara hanya diam mendengar semua itu, selama
ini ia juga sangat kenal dengan sifat Calsa. Hingga
tidak ada satu kata pun yang bisa ia lontarkan untuk
membela Calsa di hadapan Linda, sahabatnya.

108 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Sombong banget… Aku heran deh Vir, kenapa


kamu sama keluargamu itu betah banget tinggal di
rumah ini?” Tambah Linda. Api amarahnya masih
belum padam.
“Jangan marah gitu dong. Kesel sama orang,
masak sahabat sendiri yang dikena marah. Kan
nggak level banget…,” ucap Dhara mengalihkan
pembicaraan Linda.
“Sorry deh…,” ucap Linda kemudian. Bibirnya mu-
lai tersenyum.
“Sebenarnya, ada keperluan apa sih Lin, hingga
kamu datang kesini malam-malam?” tanya Dhara
kemudian.
“Oh ya, hampir lupa…!” ucap Linda keras.
“Vir aku mau ngajakin kamu keluar malam ini.
Keluarga Calsa pastinya sudah makan malam kan?”
jawab Linda.
Dhara membentuk sebuah kerutan di dahinya.
“Keluar? Malam-malam gini?” ucap Dhara heran.
Kerutan di keningnya tidak juga hilang.
“Kamu mau kan Vir? Please…,” ucap Linda
memohon.
“Memangnya mau kemana sih Lin? Kenapa harus
sama aku?” tanya Dhara tidak mengerti.
“Aduh…, emang aku mau ngajak siapa kalau
bukan ngajak sahabat sendiri. Ya sudah, kalau tidak

109 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

mau, aku pulang ya…,” ucap Linda sambil beranjak


dari duduknya.
“Eh, eh, eh…, jangan marah gitu dong,” cegah
Dhara menarik lengan Linda.
“Ya, udah aku mau ikut kamu. Tapi harus kamu
sendiri dong yang bilang sama Bunda dan Ayah,
gimana?” tawar Dhara tersenyum puas, karena
perkiraannnya Linda pasti tidak mau untuk melakukan
hal semacam itu.
“Oke…!” ujar Linda menyanggupi tawaran Dhara.
Mata Dhara terbelalak kaget. Jawaban temannya
kali ini sungguh di luar dugaan.
Kemudian Dhara melangkah menuju kamar bun-
danya. Linda mengikuti dari belakang. Mata Linda
menerawang, memandangi seluruh isi rumah mewah
itu. Bibir Linda berdecak kagum. ‘Ternyata rumah ini
jauh lebih mewah dari yang aku bayangkan…,’
mungkin Linda membatin.
“Bunda….,” panggil Dhara dari balik pintu.
Seorang wanita tidak terlalu tua membuka pintu
dan langsung tersenyum cerah ketika melihat orang
yang berdiri di depan pintu.
“Bunda ada Linda…,” ujar Dhara kemudian.
“Oh, Nak Linda, temannya Dhara ya?” ujar bik
Imah sambil mengulurkan tangannya yang kemudian
Linda menciumya.

110 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Ayo, Nak, silakan duduk dulu…!” Bik Imah berkata


sambil berjalan ke arah kursi yang terletak di dapur.
Tanggannya mulai membuka tutup termos yang berisi
air panas, hendak membuat air teh buat Linda.
Dhara dan Linda duduk bersebelahan.
“Diminum dulu Nak Linda…,” Bik Imah meletakkan
secangkir air teh hangat ke hadapan Linda.
“Waduh, jadi ngerepotin nih Bu…,” basa-basi Lin-
da sebelum menyentuh secangkir teh hangat itu.
“Ah, nggak” ucap bik Imah singkat.
“Emh, sebenarnya kedatangan aku ke sini, karena
mau mengajak Dhara Bu…,” ujar Linda setelah
meneguk sedikit dari secangkir teh yang dihidangkan
Bik Imah, bunda Dhara.
“Mau mengajak Dhara? Kemana Nak?” tanya Bik
Imah lembut.
Linda hanya tersenyum mendengar pertanyaan
Bik Imah. Tidak mungkin Linda berkata jujur bahwa ia
akan membawa Dhara untuk bertemu dengan Radit di
taman dekat sekolah seperti yang direncanakannya.
Karena Dhara sendiripun juga belum tahu tentang
rencana tersebut.
“Mau kemana?” tanya Bik Imah lagi.
Kali ini, pertanyaan itu membuat leher Linda sera-
sa dicekik. Ia menoleh ke arah Dhara. Tampak Dhara
menaikkan alisnya, tanda tidak mengerti dengan sikap
bisu Linda ketika berada di depan bundanya.

111 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Kalau diijinkan, Linda mau membawa Dhara ber-


malam di rumah, Bu. Malam ini saja,” jawab Linda
kemudian, suaranya agak gugup.
Bik Imah memandang Dhara sekilas, “Oh, bukann-
ya Ibu tidak mengijinkan. Apa nanti tidak merepotkan
Nak Linda?”
Bik Imah duduk di kursi berhadapan dengan Linda.
Linda diam. Matanya kembali memandang Dhara
yang dari tadi tidak berkutik.
“Boleh kan bu…?” tanya Linda meminta kepastian.
“Kalau seperti itu, terserah Dhara saja. Ibu tidak
pernah mengatur-ngatur hidupnya,” jawab Bik Imah
memberi keputusan.
Mendengar keputusan itu, Linda dan Dhara
beranjak dari kursi.
“Ingat Vir, walaupun Linda adalah sahabat kamu,
tapi tetap saja kamu harus menjaga tatakrama kamu
di rumahnya. Jaga sikap, jangan sembarangan di
rumah orang lain,” lanjut Bik Imah yang juga beranjak
dari duduknya.
Dhara mengangguk, paham.

***

“Lin, ngapain ke taman dekat sekolah malam-


malam begini?” tanya Dhara saat mendengar ucapan

112 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Linda yang akan mengajak Dhara jalan-jalan ke


taman dekat sekolah.
“Ya, jalan-jalan lah Vir. Sekalian aku mau beli gan-
tungan kunciku yang sudah kamu rusakin kemarin,”
jawab Linda sambil menyisir rambutnya.
“Kamu ikut nggak?” tanya Linda yang mulai ber-
putar-putar di depan cermin.
“Kalau kamu nggak mau ikut, juga nggak apa-apa.
Tapi jangan marah ya, kalau aku agak lama?” lanjut
Linda sambil terus berputar-putar.
“Ya, deh aku ikut,” putus Dhara kemudian.
Linda tersenyum bahagia. Besok ia akan
mendapatkan mi ayam pedas tanpa sayur sebanyak
yang ia mau. Yang pastinya, gratis.
“Berangkat yuk?” Ajak Linda yang langsung
menyambar tasnya. Kemudian menaiki mobilnya.
Sebenarnya, Linda juga termasuk salah satu siswa
yang berada di golongan menengah ke atas. Tapi ia
tidak suka dengan kehidupannya yang serba mewah,
sehingga terpakasa ia lebih memilih naik angkutan
umum bersama Dhara dari pada membawa mobilnya
sendiri.
“Vir, sebentar ya aku beli potato dulu.” Setelah
berkata, Linda turun meninggalkan Dhara yang duduk
sendiri di dalam mobil Linda. Seumur-umur ia tidak
pernah keluar malam jika hanya untuk sekedar jalan-
jalan.

113 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Kejenuhan mulai Dhara rasakan. Linda yang ber-


pamitan hanya untuk membeli potato, hingga kini ia
belum datang. Dhara mencoba bersabar. Satu menit,
dua menit, tiga menit, bahkan hampir setengah jam
Dhara menunggunya, Linda juga tidak kunjung
datang.
“Aduh…, Linda kemana sih?” tanya Dhara pada
dirinya sendiri sambil turun dari mobil Linda. Dhara
mengedarkan pandangannya, mencari Linda. Ia
telepen dan SMS tidak juga dibales.
Matanya terasa lelah berkeliling mencari Linda
sahabatnya yang pergi dan belum kembali. Perlahan,
Dhara melangkahkan kakinya, berjalan dipinggiran
lorong yang ramai dilewati banyak kendaraan – yang
banyak meninggalkan asap yang tidak sehat.
Dhara begitu menikmati suasana malam ini. Nyaris
tidak pernah dalam hidupnya menikmati keindahan
malam seperti malam ini. Dhara menghirup udara
dalam-dalam, terasa segar setelah sampai di selang
pernapasan.
“Dhara…!”
Panggil Radit turun dari mobilnya.
“Radit….?” ucap Dhara heran saat melihat Radit
yang mulai berjalan ke arahnya.
“Dit, ngapain?” tanya Dhara ketika Radit sampai
didekatnya.

114 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Kamu sendiri ngapain malam-malam gini di sini.


Sendirian Vir?” ujar Radit balik tanya.
“Emh…,” leher Dhara seperti tercekik kalung besi,
sulit mengeluarkan suaranya.
“Vir….” Tangan lembut Radit memegang bahu
Dhara.
Dhara tergagap. “Ee, ia, Dit…,” ujar Dhara menun-
jukkan wajah keterkejutannya. Radit tertawa ringan.
“Kamu ngapain di sini?” tanya Radit lagi.
“Anu, diajak Linda beli buku-buku,” jawab Dhara
asal-asalan.
“Terus, Linda-nya kemana?” tanya Radit lagi.
“Linda pergi. Katanya sebentar. Tapi sudah hampir
setengah jam aku nunggu Linda, dia belum juga
kembali,” jawab Dhara. Raut wajahnya sedih.
“O ya Vir, aku dengar, katanya kamu pernah jadi
juara umum tingkat nasional ya?” tanya Radit sambil
melangkah, mengikuti langkah Dhara.
“Dengar dari siapa?” tanya Dhara heran. Dia tidak
pernah ingin ada orang yang tahu tentang latarbe-
lakangnya yang memang selalu pantas dibanggakan.
“Sebenarnya, aku tidak langsung mendengar dari
sumber terpercayanya sih. Tapi kalau aku lihat dari
prestasimu tiap hari di sekolah, aku jadi percaya pada
semua itu.
“Dhara hanya diam mendengar ucapan Radit.
Bagaimanapun juga, ia tidak pernah berkata bohong

115 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

pada siapapun, apalagi hanya untuk hal sepele yang


menurutnya sudah lumrah.
“Dit, Non Calsa cantik ya…?” Ucap Dhara menga-
lihkan pembicaraan.
“Ya, Calsa memang cantik, bahkan paling cantik
dari semua wanita yang pernah aku temui. Tapi itu
sebelum aku bertemu dengan wanita yang lebih
segala-galanya dari Calsa.
“Maksud kamu?” tanya Dhara tidak mengerti
dengan alur cerita Radit.
“Ha ha ha… Dhara, Dhara, kamu itu terlalu mudah
percaya dengan apa yang aku katakan,” jawab Radit
tertawa lepas.
“Iih, Radit kamu ngerjain aku ya…,” ujar Dhara
yang langsung mengejar Radit yang sudah berlari
cepat menghindar dari pukulan tangan lembut Dhara.
“Ayo kejar… sampai dapat…!” teriak Radit sambil
terus berlari.
“Radit…!” suara Dhara semakin dekat dengan
Radit. Hampir seuntai tangan Dhara menyentuh
punggung Radit, tapi tiba-tiba, “GDUBRAAAK….”
“Aauw…!” jerit Dhara keras.
Radit langsung menoleh mendengar jeritan Dhara.
“Ya ampun, Dhara…,” ucap Radit terkejut sambil
berlari ke arah Dhara yang jatuh membentur pagar
besi yang menjadi pelindung bunga sakura.

116 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Vir, kenapa bisa seperti ini?” tanya Radit seraya


memapah Dhara duduk di kursi yang tidak jauh dari
tempat Dhara jatuh.
“Aduh… sakit Dit,” rintih Dhara memandangi ka-
kinya yang terus mengalirkan darah dari lukanya yang
cukup dalam.
“Vir, tunggu bentar ya. Aku ambil obat dulu di mo-
bil.” Setelah berkata, Radit langsung berlari menuju
tempat mobilnya di parkir. Radit meraih sebuah kotak
putih yang memang ada di dalam mobil, kotak obat.
Kemudian dengan sekuat tenaga, Radit berlari
menuju Dhara yang terluka dalam akibat benturan
dengan pagar besi.
“Vir, tahan ya….”
Radit langsung membalut luka Dhara memakai
kapas yang ada di dalam kotak obat. Tangannya
begitu mahir mengobati luka Dhara, seakan-akan ia
adalah dokter yang berpengalaman dalam hal me-
nyembuhkan luka.
“Auw Dit, hati-hati,” rintih Dhara saat obat merah
yang sudah meresap ke dalam kapas ditempelkan ke
bagian kaki yang teluka.
“Sorry,” ucap Radit cepat.
“Aduh…” ucap Dhara yang masih terus mendesah.
Darah yang semula mengalir dari luka di kakinya, kini
sudah berhenti. Semua itu karena jasa Radit yang
begitu mahir saat mengobati Dhara.

117 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Auw…!” teriak Dhara lagi saat tahu kakinya tidak


bisa melangkah. Ada uratnya yang masih berkumpul,
hingga untuk bisa berjalan normal Dhara masih belum
bisa.
“Ayo aku bantu…,” ucap Radit sambil mencoba
agar tangan Dhara marangkul ke bahu Radit, mem-
bantu Dhara berjalan menuju mobilnya.
Rencana untuk menyatakan perasaannya pada
Dhara hanyalah sebatas rencana yang ternyata tidak
mendapatkan izin dari Yang Maha Kuasa.
“Hati-hati Vir…,” ujar Radit sambil terus membantu
Dhara melangkah.
Tangan Dhara masih tidak berpindah di sekitar
pundak Radit saat Radit membawanya. Dhara yang
saat itu merasakan sakit, juga merasakan getaran
yang sulit diartikan.
“Aku mau cari Linda Dit,” ucap Dhara tiba-tiba.
“Ya, tapi kamu tidak bisa mencari Linda dalam
keadaan seperti ini Vir,” protes Radit.
“Telepon Dit. Aduh…,” rintih Dhara sekali lagi,
membuat hati Radit ciut.
Bagaimanapun juga, kejadian yang menimpa
Dhara adalah bagian dari kesalahannya. Jika Radit
tidak lari dan memaksa Dhara untuk mengejarnya,
Dhara tidak akan lari-lari dan kakinya tidak akan
terluka.
“Vir, maafin aku ya,” sesal Radit tiba-tiba.

118 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Kenapa harus minta maaf, Dit?” tanya Dhara


sambil memijit pinggiran kakinya yang terluka yang
kini sudah dibungkus perban.
“Semua kejadian ini adalah salahku Vir. Sekali lagi,
maafkan aku…,” ucap Radit sambil meraih telapak
tangan Dhara dan menggenggamnya.
“Kamu mau kemana Vir?” tanya Radit saat Dhara
beranjak pelan dari duduknya.
“Aku mau cari Linda Dit,” jawab Dhara dengan
mata berkaca-kaca. Ia berusaha menelepon Linda
namun tidak diangkat.
Dhara tak habis pikir, kenapa Linda tiba-tiba
meninggalkannya begitu saja dan lama tidak kembali.
Bahkan tidak untuk mencarinya.
“Ya sudah Vir, kamu tunggu di sini saja. Biar aku
yang akan pergi mencari Linda, sahabat kamu…,”
ucap Radit kemudian melangkah.
“Dit,” panggil Dhara, suaranya hambar.
Radit kembali melangkah mendekati Dhara. Tidak
ada suara apapun dari mulutnya. Mata elangnya
mulai memandangi Dhara yang sudah kesekian
kalinya mendesah kesakitan.
“Dit, aku sudah terlalu merepotkanmu,” suara
Dhara memecah kebisuan.
“Sssst…”. Radit menempelkan jari telunjuk ke
bibirnya. “Jangan pernah ucapkan kata itu lagi.”
Setelah berkata, Radit pergi mencari Linda, membiar-

119 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

kan Dhara duduk mematung di kursi yang tidak jauh


dari tempatnya jatuh tadi.
Radit, dengan sangat mudah bisa menemukan
Linda yang memang pergi untuk menghindar. Mem-
beri kesempatan buat Radit untuk melancarkan
aksinya yang ternyata dibilang kacau.
“Dit,” ucap Linda saat melihat muka Radit yang
gusar.
“Ada apa?” tanya Linda heran.
Kaki Linda yang terbalut sepatu dari kulit ular, per-
lahan menghampiri Radit yang tidak minat masuk ke
kafe, tempat Linda nongkrong.
“Dhara jatuh Lin,” jawab Radit sambil mengamati
Linda yang tercenggang, tidak percaya.
“Jatuh…?” ucap Linda mengulangi jawaban Radit.
“Kok bisa…?” lanjut Linda heran.
Radit langsung menarik tangan Linda pergi dari
tempat di mana Dhara terjatuh. Dibiarkannya mulut
Linda yang rame dengan pertanyaan-pertanyaan,
yang memang sengaja Radit tidak menghiraukannya.
Mereka melangkah untuk menemui Dhara.
“Ya ampun Vir…,” ucap Linda saat sampai didekat
Dhara.
Dhara tersenyum melihat Linda.
“Kenapa sampai begini? “ Linda menyentuh luka di
kaki Dhara.
“Auw… sakit!” teriak Dhara seketika.

120 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Sorry,” ucap Linda cepat.


“Ayo aku bantu berjalan,” ujar Radit sambil kembali
melingkarkan tangannya ke pundak Dhara.
Dhara berjalan pelan ke arah mobil Linda yang
cukup jauh. Linda juga berjalan di samping Dhara.
Tangannya membantu membawa tas Dhara.
“Lin, sebaiknya kamu bawa mobil kamu ke sini
saja biar Dhara tunggu di sini. Kasihan kan kalau
terlalu berjalan jauh.”
Ide dari Radit langsung membuat kaki Linda berlari
menghampiri mobilnya yang terparkir beku di depan
toko aksesoris.
“Terima kasih Dit. Kamu sudah banyak memban-
tuku,” ujar Dhara setelah Radit menurunkan tangann-
ya dari pundaknya.
“Aku senang Vir, bisa bantu kamu….” Radit mene-
barkan senyum menggetarkan ke arah Dhara. Matan-
ya juga langsung memandang mata indah Dhara yang
sejak tadi memandangnya.
‘Vir, seandainya kamu tahu tentang perasaanku,
mungkin semua yang aku lakukan terhadapmu adalah
karena aku mencintaimu, ya aku mencintaimu
Vir…….’ Radit mungkin membatin dalam hati.
Titit! Tit!
Suara klakson mobil Linda membuyarkan
perasaan Dhara dan Radit.

121 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Dit, ayo bawa Dhara ke sini!” teriak Linda dari


dalam mobil.
Radit berjalan memapah Dhara menuju mobil Lin-
da. Linda belum mematikan mesin mobilnya. Suara
deru mesin mobil Linda bercampur dengan suara
Dhara yang masih mengaduh kesakitan.
“Lin, kita bawa Dhara ke dokter terdekat dari sini,”
ujar Radit sambil membantu Dhara masuk ke dalam
mobil.
“Ah, nggak usah Dit, terima kasih. Biar aku lang-
sung ke rumah Linda saja. Besok lukanya juga sudah
pasti sembuh kok,” tolak Dhara sebelum menutup
pintu mobil.
“Vir, mana ada luka yang sembuh tanpa diobati?”
ujar Radit menahan tangan Dhara yang nyaris
menutup pintu mobil.
“Iya Vir, sebaiknya kamu, kami bawa ke dokter
dulu sebentar. Setelah itu baru kita pulang ke rumah,”
sambung Linda menyakinkan Dhara.
“Nggak usah Lin,” Bantah Dhara.
“Ya sudah, kami pulang dulu ya Dit,” pamit Linda
setelah tahu Dhara masih menolak ajakan Radit untuk
berobat ke dokter. Dhara menutup pintu mobil.
“Aku duluan ya Dit,” pamit Dhara setelah pintu
tertutup rapat. Linda pun tancap gas, meninggalkan
Radit yang berdiri terpaku memandang kepergian
Linda dan Dhara.

122 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

I Love You Just The Way You


Are

Calsa yang selalu dikawal kedua sahabatnya itu,


merasa dirinya adalah penguasa di kelas. Siapapun
yang ada di kelas dan melihat Calsa datang bersama
dua orang temannya, orang itu langsung pergi dengan
bulu kuduknya yang berdiri.
“Eh Cal, kayaknya pembantu ello itu udah datang
dari awal deh,” ujar Fani ketika melintas di samping
bangku Dhara.
“Iya, itu tasnya,” tambah Beky sambil menunjuk tas
Dhara yang sudah tersandar rapi di kursi tempatnya
duduk.
“Ah, udah dong, ngapain sih kita ngurusin gembel
itu? Lebih baik sekarang kita ngerjain PR yang
kemarin. Kalian lupa ya kalau PR itu harus dikumpul-
kan hari ini?” ucap Calsa setelah sampai di tempat
duduknya.
“Apa, dikumpulkan sekarang…?” tanya Beky tidak
percaya,

123 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Yang bener aja Cal…?” Sambung Fani yang


langsung menyambar buku PR-nya yang ada di
dalam tas.
“Cal, kita nggak mungkin ngerjakan PR ini
sekarang,” ucap Beky sambil membanting bukunya.
Calsa berpikir sejenak.
“Nah, aku ada ide…,” ujar Calsa kegirangan.
“Apa?” tanya Beky dan Fani bersamaan.
“Ayo ikut gue…,” ajak Calsa sambil berjalan ke
arah bangku Dhara.
“Cal, mau ngapain?” tanya Fani heran.
“Hanya buku Dhara yang dapat nyelametin kita
semua,” jawab Calsa enteng.
Beky dan Fani saling pandang, mengangkat bahu,
tanda tidak mengerti.
“Gue harus sadar kalau ello berdua itu memang
tolol semua….” Tangan Calsa mendorong Beky dan
Fani. “Dasar tolol…,” umpat Calsa.
Beky dan Fani hanya diam pasrah, sepasrah
seorang hamba yang menerima takdirnya dari Yang
Maha Kuasa.
Tanpa menunggu Beky dan Fani, Calsa langsung
membuka tas Dhara dan mencari buku PR milik
Dhara. Saat itu, barulah ketololan Beky dan Fani
hilang. Mereka berdua mengerti dengan apa yang
akan dilakukan Calsa.

124 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Wah… ello emang hebat Cal,” puji Fani saat tan-


gan Calsa berhasil meraih buku PR Dhara dari dalam
tasnya.
Beky tepuk tangan kemenangan.
“Ha ha ha…,” Mereka tertawa puas. Kembali ke
bangkunya. Mengerjakan PR dengan cara licik,
menyotek di buku Dhara.
“Hari ini gue yakin, pasti Dhara akan di hukum
gara-gara tidak mengumpulkan PR-nya,” ujar Calsa
dengan kelicikannya.
Mereka tertawa lebih keras, hingga tidak
mendengar bel masuk berbunyi.
“Kita lihat saja…,” Calsa menaikkan dua alisnya.
Dhara yang tidak tahu tentang kelakuan licik
Calsa, berjalan menuju bangkunya dengan tenang.
Pagi ini pun Ilham sudah ada di bangkunya. Dan yang
pasti, Calsa dan dua temannya tidak akan berani
mengganggu Dhara jika ada Ilham, ketua kelas.
Pak Ridwan, masuk kelas. Setelah mengucapkan
salam, Pak Ridwan langsung memberi aba-aba agar
semua murid mengumpulkan PR yang sudah diem-
bannya.
“Ya ampun…,” ucap Dhara saat melihat isi tasnya
yang nihil buku PR-nya.
“Vir, kenapa?” tanya Linda yang baru selesai
mengumpulkan PR-nya.

125 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Lin, buku PR aku…,” jawab Dhara tanpa me-


mandang Linda. Tangannya masih sibuk mencari-cari
buku PR yang tiba-tiba ngilang gitu aja.
“Cari apa Vir?” tanya Calsa yang sengaja memper-
lihatkan buku Dhara yang ada di tangannya.
“Vir, itukan buku kamu,” ujar Linda menunjuk buku
yang dipegang Calsa.
Dhara memandangnya dengan cermat.
“Oh, ya, benar sekali ini buku Dhara. Ternyata,
ingatan ello boleh juga ya…,” ucap Calsa pada Linda.
“Tapi sorry, gue nggak tahu kalau buku ini berharga
banget buat ello, jadi gue robek-robek tuh di tempat
sampah,” tunjuk Calsa, kemudian berjalan menuju
bangku guru dan meletakkan buku PR-nya di hada-
pan Pak Ridwan.
Mata Vira langsung berkaca-kaca. Dhara berjalan
menuju tong sampah.
“Ya Allah, PR aku…,” ujar Dhara sambil mencoba
merangkai sobekan beberapa halaman bukunya.
“Sudah mengumpulkan semua?” Suara Pak Rid-
wan tiba-tiba langsung mengucurkan air mata Dhara.
Ia tahu apa yang akan terjadi jika ada salah satu
murid yang berani tidak mengumpulkan PR.
“Pak, sepertinya ada yang masih mencoba tidak
mengumpulkan Pak!” teriak Beky, sahabat Calsa.
Semua mata langsung menoleh ke arah Dhara
yang masih tidak beranjak dari tempat tong sampah.

126 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Dhara, kamu tidak mengumpulkan?!” bentak Pak


Ridwan tiba-tiba. Suaranya sangat membahana di
ruangan itu. Tidak biasanya Pak Ridwan marah
seperti saat itu.
Semua yang ada di ruangan itu menjadi heran
atas sikap Pak Ridwan. Tapi, tidak semua siswa di
kelas menyalahkan Dhara, karena mereka kenal betul
siapa Dhara. Ilham juga memandang heran atas apa
yang terjadi pada Dhara, karena setahu Ilham, Dhara
adalah orang yang paling anti melanggar.
‘Pasti ada sesuatu yang tidak beres,’ mungkin Il-
ham membatin.
“Dhara, ayo ke depan! “ Perintah Pak Ridwan.
Kaki Dhara langsung melangkah menuju bangku
guru yang tidak jauh dari pintu.
“Vir, benar kamu tidak mengumpulkan?” tanya Pak
Ridwan setelah langkah Dhara sampai di depannya.
“Iya Pak…,” jawab Dhara hambar. Kepalanya
mengangguk pelan.
Linda yang tahu pasti alasan Dhara tidak
mengumpulkan, hampir saja mau melaporkan pada
Pak Ridwan. Tapi Linda urungkan hal itu, karena
tangan Beky, sahabat Calsa, mencubitnya.
“Baiklah, sebagai hukumannya, karena Dhara su-
dah berani tidak mengumpulkan PR, nanti pas waktu
istirahat kamu harus mengepel lantai dua. Mengeri?”
tegas Pak Ridwan.

127 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Dhara kembali ke tempat duduknya dengan


perasaan yang tidak tenang. Semua yang terjadi
padanya pagi ini, bukanlah kesalahannya.

***

Gara-gara Calsa, Dhara jadi di hukum. Saat bel


istirahat berbunyi, Dhara bergegas berjalan menuju ke
lantai dua untuk menjalani hukumannya karena tidak
mengerjakan PR.
“Ha ha ha, kaciaaaan deh lo,” ucap Calsa sambil
berjalan berjalan di lantai yang sudah dipel.
Dhara hanya diam memandang kelakuan Calsa
yang tidak berprikemanusiaan.
“Eh Vir, ello itu emang pantas jadi tukang ngepel
ya. Lagian, ello itukan anak babu. Jadi mendingan ello
berhenti aja deh sekolah. Iya nggak?” ujar Calsa,
menoleh sedikit pada kedua sahabatnya yang selalu
setia menjadi pengawal kemana pun kakinya
beranjak.
“Bener Cal, tampangnya saja udah kayak tong
sampah yang menjijikkan,” sambung Beky sambil
mendorong Dhara.
“Kacian… deh lo,” ucap Fani sambil menarik
hidung Dhara.
Dhara menjerit kesakitan.

128 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Daaag, anak babu,” ucap Calsa sambil tertawa.


Kemudian melangkah pergi yang diikuti oleh kedua
temannya.
Terpaksa Dhara mengepel lagi lantai yang sudah
kotor karena bekas jejak kaki Calsa dan kedua
temannya.
Ilham yang tahu bahwa Dhara di hukum, setelah
makan siang di kantin, ia langsung menuju tempat
dimana Dhara di hukum. Tidak lupa Ilham membawa
sebungkus makanan dan sebotol minuman untuk
Dhara. Tentu, Dhara akan merasa lapar dan haus.
“Hai Vir….”
Mendengar suara itu, yang tak lain adalah suara
Radit, Ilham menghentikan langkahnya. dilihatnya,
Radit membawa es krim di tangannya.
“Radit?” ujar Dhara sambil menoleh ke arah Radit
yang sedang tersenyum padanya.
“Vir, ini buat kamu,” ucap Radit sambil menyodor-
kan es krim di tangan kanannya.
“Vir, es krim ini sengaja aku beli buat kamu. Aku
tahu kamu pasti haus. Nih…,” paksa Radit dengan
senyum mengembang.
“Terima kasih Dit,” ucap Dhara seraya menerima
es krim pemberian Radit.
Ilham hanya berdiri mematung melihat kejadian itu
di depan matanya. Kejadian yang sangat menyakit-
kan.

129 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Dhara menyandarkan alat pelnya di dinding yang


semula di pegangnya. Kemudian duduk berdamp-
ingan dengan Radit.
“Vir, benar tadi kamu tidak mengumpulkan PR?”
tanya Radit sambil melahap es krim yang di-
pegangnya, kepalanya menoleh ke arah Dhara yang
juga melahap es krim pemberian Radit.
Ilham berdiri sedikit menjauh dari tempat yang tadi,
agak bersembunyi ditikungan menuju ke toilet.
Tidak sengaja Radit menyenggol es krim yang
dipegang Dhara. Otomatis, es krim itu langsung jatuh
berantakan ke baju Dhara. Rasa nikmat es krim yang
diberikan Radit, hilang seketika.
“Ya ampun, Vir, sorry… aku nggak sengaja,” ucap
Radit sambil mengambil sapu tangan di saku bajunya,
kemudian mengusapkannya ke dagu Dhara yang
belepotan terkena es krim. Matanya menatap grogi ke
arah Radit yang tersenyum.
Sedangkan Ilham, saat melihat adegan tidak
mengenakkan itu, langsung pergi begitu saja. Ma-
kanan yang sengaja dibelinya masih dibawa di tangan
kanannya.
“Hei… hati-hati dong…! Nggak lihat ada bidadari
lewat ya?!” teriak Linda saat Ilham masuk kelas dan
tidak sengaja menabrak Linda yang berjalan menuju
keluar kelas.

130 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Ilham tidak menggubris omelan Linda. Ia terus saja


berjalan menuju bangkunya yang tidak jauh dari
bangku Dhara. Matanya memandang lekat tas Radit
yang terletak rapi di bangkunya. Ada perasaan
dendam yang menyelusup masuk. ‘Seharusnya dari
awal aku harus tahu, kalau Radit mencintai Dhara dan
aku tidak berhak mengharap terlalu banyak dari
Dhara.’ Mungkin berkata batin Ilham.
Linda yang merasa bahwa omelannya, tidak
digubris, memandang heran ke arah Ilham yang
duduk dengan muka masam di bangkunya.

***

Tet… tet… teeeeet…


Radit dan Dhara dikejutkan oleh suara bel masuk
yang membahana di sekolah. Dhara langsung
beranjak dari duduknya.
“Maaf Dit, udah masuk, aku duluan ya…..” setelah
berkata Dhara langsung pergi meninggalkan Radit
yang sedang senang bukan kepalang.
Setelah Dhara hilang dari pandangan matanya,
Radit pun beranjak pergi, menyusul Dhara. Masuk
kelas.
“Eh, eh, eh,…,” Cegah Linda saat Radit sampai di
pintu kelas.

131 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Ada apa Lin?” tanya Radit, menghentikan


langkahnya.
“Sih… ada apa, ada apa…,” protes Linda sambil
berkacak pinggang di depan Radit.
Radit tersenyum dengan tingkah Linda.
“Eh, Radit, kamu lupa ya sama perjanjian kita
kemarin?” tanya Linda, matanya membesar seakan
keluar melompat ke arah Radit.
“Perjanjian?” ucap Radit mengulang perkataan
Linda. “Perjanjian apa ya?” tanya Radit berusaha
mengingat-ingat sesuatu.
“Oh, jadi gini sifat seorang putra tunggal konglom-
erat yang kaya raya? Buat janji sendiri dan menging-
karinya sendiri?” Linda berkata sambil menjewer
telinga Radit.
“Aw, aw, aw…,” ucap Radit mengaduh kesakitan.
“Kamu masih mau jadi pelupa, hah?” tanya Linda
tanpa ampun.
“Oke! Oke…! Tapi lepaskan dulu dong!”
Linda melepaskan telinga Radit saat kalimat tera-
khir Radit terucap dengan penuh kesakitan.
“Mana janjimu?” ucap Linda setelah melepas telin-
ga Radit.
“Mau berapa piring mi ayam kamu, hah?” tanya
Radit sambil mengeluarkan dompetnya.
“Katanya sebanyak yang aku mau…?” ujar Linda
berusaha mengembalikan ingatan Radit.

132 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Ya, yang kamu mau berapa Lin? “ Tanya Radit


tersenyum. ditangannya tergenggam uang tiga ratus
ribu rupiah.
“Terserah kamu aja deh Dit. Yang penting nepatin
janji,” jawab Linda singkat.
“Nih!”
Mata Linda biru melihat uang yang disodorkan
Radit padanya. Seumur-umur, belum pernah ada
yang memberinya uang sebanyak itu padanya.
“Apa? Nih buat aku semua Dit?” ucap Linda tidak
percaya.
“Kenapa? Kurang?” tanya Radit sambil menge-
luarkan uang dari dompetnya.
“Ah, nggak Dit. Nih udah lebih dari cukup,” jawab
Linda cepat. “Thanks ya….” Kemudian Linda kembali
ke tempat duduknya.
Radit juga mulai melangkah menuju bangkunya, di
dekat bangku Calsa.

***

“Vir, tunggu…!”
Sepulang sekolah, Radit memanggil Dhara. Dhara
yang mendengar panggilan itu, sengaja tidak me-
noleh. Ia kenal betul suara itu, suara Radit, suara laki-
laki yang diam-diam dicintainya. Dada Dhara berdetak

133 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

kencang. Langkah Radit semakin mendekat ke


arahnya.
“Vir,” ujar Radit setelah sampai di dekat Dhara.
Nafasnya ngos-ngosan.
“Radit, ada apa?” tanya Dhara tersenyum.
“Emm, nggak ada apa-apa. Cuman mau ngajakin
kamu pulang bareng. Mau kan?” jawab Radit dengan
harapan penuh.
“Pulang bareng…?” Dhara mengulang kata-kata
Radit.
Radit mengangguk tersenyum.
“Maaf Dit, tapi aku nggak bisa,” putus Dhara
kemudian melangkah.
Radit dengan cepat menyambar lengan Dhara.
Buku yang berada di tangan Dhara jatuh berantakan.
Mereka berdua saling pandang. Dhara tersenyum.
Dari kejauhan, Calsa melihat. Ia merasa cemburu,
karena sebenarnya Calsa juga mencintai Radit.
Walaupun ia tahu, Radit tidak pernah merespon
cintanya.
“Sorry Vir…,” ucap Radit saat Dhara melepas
genggamannya.
Dhara hanya tersenyum. Kemudian merapikan
bukunya yang jatuh berantakan. Radit berniat mem-
bantunya. Jiwa Radit serasa dibawa terbang mela-
yang, menjauh dari keramaian. Begitu juga dengan

134 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Dhara. Mereka berdua sama-sama merasakan


getaran cinta yang sudah sangat mendalam.
“Eh, Dhara!” Tiba-tiba mereka berdua dikejutkan
oleh suara, yang tidak lain adalah suara Calsa. “Vir,
berani-beraninya ello ngedekatin Radit,” ujar Calsa
sambil mendorong Dhara.
Dhara hanya terdiam tanpa berani memandang
wajah Calsa, majikannya.
“Ello tahu gak, siapa Radit?” tanya Calsa yang
kembali mendorong Dhara.
Kali ini Dhara jatuh terduduk. Dhara menggeleng
pelan.
“Radit ini adalah pacar gue.”
Dhara yang semula menunduk, mendongakkan
kepalanya, demi mendengar ucapan Calsa yang di
luar dugaannya.
Eh, Ello apa-apa’an? Datang-datang ngaku ello
pacar gue,” kata Radit pada Calsa.
“Dasar nggak tahu malu….” Kata Calsa membuat
hati Dhara hancur.
“Eh, Dhara, ello itu sadar nggak sih? Ello itu siapa
dan Radit ini siapa? Apa ello lupa, kalau ello itu hanya
anak seorang pembantu di rumah gue? Sedangkan
Radit adalah putra tunggal konglomerat.
“Seharusnya ello itu malu dong…. Ello sama sekali
nggak pantas deket-deket sama Radit, nggak level.

135 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Ello sama Radit beda jauh, kayak langit dan bumi,”


hina Calsa panjang lebar.
Selain hatinya hancur, Dhara juga merasakan ma-
lu yang tidak pernah dirasakan sebelumnya. Air
matanya sejak tadi mengalir, menahan sakit hati
karena hinaan Calsa.
“Vir, Dhara…!” panggil Radit saat tahu Dhara ber-
lari dari hadapannya. Radit tahu, semua itu karena
Calsa.
“Eh Cal, kamu apa-apaan sih, ngatain kalau aku ini
adalah pacar kamu?” tanya Radit marah.
“Dit, kamu kenapa sih?” tanya Calsa memegang
bahu Radit.
Radit memandang tajam mata Calsa. Radit tidak
menyangka kalau Calsa akan melakukan hal senekat
itu.
“Seharusnya aku yang nanya, kamu kenapa?!”
Suara Radit berteriak sambil menghempaskan tangan
Calsa yang memegang bahunya.
“Dit, aku nggak mau saja kalau kamu terlalu deket
sama Dhara murahan itu, karena aku tahu siapa dia,”
lanjut Calsa sok perhatian.
“Kalau kamu tahu siapa Dhara, siapa dia?” tanya
Radit yang semakin tajam memandang Calsa.
“Dit, Dhara itu adalah penjilat. Aku yakin dia deket-
deket sama kamu karena ia ingin menguasai harta
kamu yang tak kan habis sampai tujuh turunan Dit.

136 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Apalagi dia tahu kalau kamu adalah anak tunggal


konglomerat yang terkaya.
“Aku yakin, Dhara menjadikan kesempatan ini se-
bagai kesempatan emas yang hanya datang satu kali,
Dit. Kamu harus percaya sama aku,” ujar Calsa,
mencoba menghasut Radit yang ternyata tidak
menggubrisnya.
“Cal, sebenarnya kamu atau Dhara sih yang pen-
jilat?” Ucapan Radit kali ini membuat mata Calsa
membesar seperti bola basket yang keluar dari
rantangnya.
“Dit, kamu kok ngomong begitu sih? “ tanya Calsa
dengan mata yang masih membesar.
“Dit, aku hanya nggak mau suatu saat nanti, kamu
akan menyesal,” tambah Calsa.
“Calsa, denger ya, aku nggak pernah ikut campur
dalam urusanmu. Jadi aku harap kamu nggak perlu
repot-repot untuk ikut campur dalam urusan aku.
“Satu lagi, suatu saat nanti aku mau menyesal
atau nggak, itu bukan urusanmu.” Setelah berkata
Radit pergi meninggalkan Calsa seorang diri, yang
berdiri mematung,
“Dit, Radit…!” teriak Calsa mencoba menahan
kepergian Radit.
Radit yang sebenarnya mendengar jelas jeritan
Calsa, tidak meresponnya. Ia terus saja berjalan
menuju mobilnya, kemudian tancap gas.

137 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Sedangkan Dhara, siang ini ia sengaja tidak lang-


sung pulang ke rumah Calsa, tempat bundanya
bekerja. Ia sengaja pergi ke tempat lain, karena Dhara
tidak mau melihat bundanya bersedih. Salah satu
yang bisa menyebabkan bundanya bersedih adalah
melihat air mata duka Dhara.
Dhara terus melangkah menuju ke taman yang
jauh dari rumah majikannya. Taman tersebut adalah
taman tempat bemain masa kecilnya.
Di taman tersebut, ada anak suangai yang menga-
lir deras. Di pinggiran anak sungai itu terdapat kursi
yang menghadap ke arah anak sungai − tempat
Dhara duduk ketika bermain bersama teman masa
kecilnya. Dan saat ini, Dhara juga duduk di kursi yang
menghadap ke arah sungai itu.
Hati Dhara bersedih, karena hinaan Calsa sepu-
lang sekolah tadi. Ia tidak habis pikir pada sikap Calsa
yang selalu membuatnya berduka − Calsa tidak suka
dengan kehadirannya.
“Dwaaaaaarrr…!”
Tiba-tiba Dhara dikejutkan oleh suara yang sudah
tidak asing lagi bagi telinganya. Tapi sudah beberapa
tahun ini ia tidak pernah mendengar suara itu.
“Samir?!” ucap Dhara setelah tahu siapa yang ada
dibelakangnya.

138 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Samir langsung mengembangkan kedua tangann-


ya. Dhara langsung menyambut, spontan memeluk
Samir.
Samir adalah teman masa kecil Dhara. Mereka
berpisah sudah hampir 10 tahun. Setelah orang tua
Samir bercerai, papanya membawa Samir pulang ke
Amerika. Karena di sana papanya menjalankan bisnis
kertas. Sebelum berpisah, Samir berjanji akan datang
lagi ke Indonesia untuk menemui Dhara. Kini ia telah
menepati janjinya itu.
Tapi kedatangan Samir saat ini bukanlah untuk
menjadi teman kecil Dhara seperti 10 tahun yang lalu.
Kedatangan Samir saat ini ke Indonesia adalah untuk
melamar Dhara. Sejak kecil Samir sudah mencintai
Dhara, cinta alamiah khas anak kecil.
“Samir, kamu berubah,” ujar Dhara.
Samir hanya tersenyum simpul mendengarnya.
“Kamu benar-benar berubah. Kamu tidak seperti
waktu masih kecil yang suka membuat mama kamu
marah hanya gara-gara kamu tidak mau mandi dan
ganti baju. Penampilanmu berbeda sekali. Saat ini
kamu kelihatan lebih gagah, lebih bersih, lebih
tampan, dan kelihatan lebih dewasa,” lanjut Dhara
penuh kekaguman. Samir hanya tersenyum lebar.
“Samir, sejak kapan pesawatmu mendarat?” tanya
Dhara setelah Samir duduk di sampingnya.

139 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Sebenarnya, pesawatku sudah mendarat 3 hari


yang lalu. Tapi sorry Vir, karena aku baru bisa
sekarang datang menemuimu,” jawab samir setelah
menarik nafas terlebih dahulu.
“Aku pulang ke Indonesia tanpa sepengetahuan
Papa. Aku tidak diberi izin oleh Papa untuk pulang ke
Indonesia karena Papa khawatir Mama akan
melarangku untuk kembali lagi ke Amerika. Ternyata,
Papa sama Mama belum juga baikan. Jadinya, aku
harus mengurusi sendiri semua kebutuhanku di
Indonesia. Tapi… nggak apa-apa kan Vir?” tanya
Samir di akhir ceritanya.
Dhara hanya mengangguk sambil tersenyum.
“Terus, kapan rencana kamu akan kembali lagi ke
Amerika Mir?” tanya Dhara setelah keduanya sama-
sama diam.
“2 hari lagi Vir,” jawab Samir singkat. Kepalanya
menekuri rerumputan yang terinjak kakinya.
“2 hari lagi?” ucap Dhara terkejut, mengulang ja-
waban singkat Samir. Matanya yang semula juga
menekuri rerumputan, kini beralih memandang Samir
yang masih asyik menekuri rerumputan.
“Aku tidak bisa lama-lama tinggal di sini Vir. Tern-
yata, Papa tahu kepulanganku ke Indonesia. Semal-
am Papa nelpon. Beliau bilang akan mencabut semua
uang yang ada di rekeningku jika aku tidak segera

140 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

pulang ke Amerika. Dan benar saja, seperti yang


kamu kenal, papaku tidak pernah main-main.
“Tadi pagi, sebelum aku datang kemari, aku ke
ATM untuk mengambil sedikit uang. Ternyata, semua
uang yang ada di rekeningku ludes. Di blokir.
Semuanya habis. Papa tidak menyisakan uang sedikit
pun untukku.
“Untung saja, setelah dari ATM, aku ke tempat
Mama dan Mama memberiku uang. Akhirnya, aku
sampai di sini, di dekatmu Vir, di tempat bermain
semenjak kita kecil,” lanjut Samir panjang lebar.
Dhara yang hanya mendengarnya, mengangguk-
angguk tanda paham atas apa yang dibicarakan
Samir, teman masa kecilnya.
“Vir, kamu tahu, kenapa aku ngotot mau pulang ke
Indonesia?” tanya Samir kemudian setelah tidak ada
suara yang terluncur lagi dari pita suara masing-
masing.
Dhara menggeleng, benar-benar tidak tahu. “Ke-
napa?” tanya Dhara kemudian.
“Vir, kamu ingat nggak? Waktu kecil kamu selalu
berkata padaku bahwa tak kan ada seorang pun yang
akan mencintaiku karena penampilanku yang selalu
berantakan. Dan kamu juga bilang, kalau aku harus
terus berjuang untuk mencari cinta sejatiku.
“Pada saat itu juga aku berjanji, kalau suatu hari
nanti aku akan membawa cinta sejatiku itu ke

141 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

hadapanmu,” jawab Samir yang membuat Dhara


mengerutkan keningnya. Ia memutar ingatannya,
mencoba mengingat apa yang pernah diucapkan
Samir.
“Dan sekarang, aku datang ke Indonesia untuk
menepati janjiku itu,” lanjut Samir membuat Dhara
berkeringat dingin.
“Siapa sih? Beri tahu aku dong…!” Dhara berkata
sambil menggoyangkan badan Samir.
“Benar Vir, kamu ingin tahu?” ujar Samir menan-
tang keinginan Dhara.
Dhara mengangguk cepat.
“Vir, kalau kamu ingin tahu siapa wanita itu, datan-
glah ke tempat ini besok malam. Aku akan menga-
takannya padamu, siapa sebenarnya wanita yang aku
cintai selama ini.” Setelah berkata, Samir pergi begitu
saja dari hadapan Dhara, hingga hal itu membuat hati
Dhara heran atas sikap Samir yang tidak seperti
biasanya.
“Samir, kenapa sih? Semenjak dia hidup di Ameri-
ka, sikapnya juga ikut berubah. Ah mungkin dia sudah
terlalu terbiasa dengan kehidupan di sana, kehidupan
yang serba bebas,” ucap Dhara sambil memandang
langkah Samir yang kemudian hilang ditikungan jalan.

***

142 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Selamat sore… Dhara ada ya?” suara Ilham yang


dipaksakan meluncur begitu saja, ketika melihat
sosok Calsa yang membuka pintu dengan sikap tak
bersahabat.
“Dhara belum pulang,” jawab Calsa ketus.
Ilham tidak menyanggah keketusannya. Ia tahu,
lantai yang saat ini dipijakan kakinya adalah lantai
rumah Calsa, salah satu teman kelasnya.
“Belum pulang?” ucap Ilham heran. Ia melihat jam
dipergelangan tangannya, jam 4 sore, hampir jam
setengah 5.
“Kalau ello mau nunggu, nunggu aja di situ.”
Setelah berkata, Calsa berlalu begitu saja dari
hadapan Ilham.
Ilham hanya bisa menelan ludah dengan sikap
Calsa yang sama sekali tidak wajar untuk seorang
tamu. Tapi rasa kesal yang Ilham rasakan hilang
begitu saja ketika melihat Dhara yang datang dari
arah pintu gerbang.
“Sore Vir,” sapa Ilham bangun dari duduknya.
“Ilham, tumben sampai nemuin aku ke rumah, ada
apa?”
Tanya Dhara sambil duduk di kursi yang bersebe-
lahan dengan Ilham. Mendengar pertanyaan Dhara,
Ilham hanya diam sambil memandang Dhara. Ada
perasaan heran yang langsung menyelubung masuk
ke dalam pikiran Dhara.

143 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

‘Ya Tuhan, bagaimana cara mengungkapkannya?


Aku takut Dhara menolakku. Lebih takut lagi jika
Dhara akan memutus tali persahabatannya denganku.
Apa yang harus aku lakukan?’ mungkin ucap Ilham
dalam hatinya.
“Il…,” ujar Dhara membuyarkan lamunan Ilham.
Kedatangan Ilham saat ini sebenarnya hanya un-
tuk mengatakan perasaannya pada Dhara. Sekalian
akan berpamitan untuk ikut papanya ke Prancis.
Papanya juga termasuk salah satu pengusaha sukses
yang kaya-raya. Tapi saat ini perusahaannya sedang
gulung tikar. Di Prancis-lah sebagian sahamnya akan
didapatkan kembali.
“Il, kok malah bengong sih?” Dhara kembali
menggoyangkan tangan Ilham, mengajaknya keluar
dari lamunan yang membuatnya duduk resah.
Ilham hanya bisa kembali diam mendengar suara
Dhara. Ia ingat saat Radit dan teman-temannya
menghajar dirinya ketika pulang sekolah, beberapa
hari yang lalu.
“Il, sebenarnya ada apa sih?” tanya Dhara mulai
bosan dengan sikap diam Ilham.
“Sebenarnya aku ke sini nggak ada penting apa-
apa. Aku hanya kebetulan lewat saja. Kemudian aku
mampir ke sini. Ingin bersilaturrahmi saja,” jawab
Ilham kemudian.

144 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Dhara yang mendengar jawaban Ilham,


mengangguk-angguk. Mulutnya langsung membentuk
huruf konsonan ‘O’.
“Ya, udah Vir, aku pamit dulu ya?” Ilham beranjak
dari duduk. Kemudian langsung melangkah pergi
setelah Dhara mengangguk sambil tersenyum.
Setelah bayangan Ilham – yang berbalut kaos
hitam – hilang dari pandangan Dhara, Dhara masuk
ke dalam rumah. Kembali dengan keaktivitasannya
sebagai anak tunggal dari seorang pembantu.

***

Keesokan hari, saat Dhara dan Linda sarapan pagi


di kantin sekolah, Ilham datang menghampiri mereka
berdua. Ia langsung duduk di sebelah Linda.
“Pagi Vir, Lin…,” sapa Ilham yang langsung mem-
peroleh tatapan heran dari kedua bersahabat itu.
“Pagi Il…,” sambut Linda dan Dhara bersamaan.
“Emmh…, Vir, bisa bicara empat mata nggak ?”
tanya Ilham dengan suara yang dipaksakan, membuat
suasana jadi tegang.
Dhara dan Linda berpandangan mendengar suara
Ilham yang sangat tidak seperti biasanya.
“Bisa nggak?” Ilham mengulangi pertanyaannya.
“Sekarang?” tanya Dhara mencoba
menghilangkan rasa herannya.

145 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Ilham mengangguk, membuat rasa heran yang


ada pada diri bersahabat itu, tambah menebal di
hatinya.
“Ya udah deh Vir, aku cabut dulu. Nanti kita
ketemu di kelas. Oke…!” ujar Linda sambil beranjak
dari duduknya.
“Lin, sorry ya Lin…,” ucap Ilham.
“Lin, tapi nggak apa-apa kan?” sambung Dhara.
“Ya, nggak apa-apa…. Aku nunggu di kelas ya
Vir.” Setelah berkata, Linda pergi dari kantin.
“Ada masalah apa Il?” Akhirnya Dhara membuka
kebisuan yang dari tadi mencekamnyam hatinya.
Ilham hanya diam. Pelan-pelan Ilham arahkan tan-
gannya, mencoba memegang tangan Dhara. Dhara
terkejut dan langsung menarik tangannya yang
hampir berada di dalam genggaman Ilham.
“Il, kamu baik-baik saja kan?” tanya Dhara me-
mandang muka pucat Ilham,
“Vir, aku… aku….,” Ilham tidak kuasa untuk mene-
ruskan kata-katanya. Ia masih teringat ancaman Radit
yang waktu itu menghajarnya ketika pulang sekolah.
Ilham mengerti kalau Radit juga mencintai Dhara
seperti dirinya. Radit adalah saingannya dalam
mendapatkan cinta Dhara.
“Il, sebenarnya mau ngomong apa sih ?” tanya
Dhara penasaran.

146 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Ah, nggak kok Vir. Aku cuman mau ngomong,


kalau aku mau pijam bukumu lagi, boleh kan?” jawab
Ilham mengalihkan.
“Memangnya, buku yang waktu itu sudah selesai
kamu baca?” tanya Dhara.
“Sudah, makanya aku mau pinjam bukumu yang
lainnya. Boleh nggak?” suara Ilham agak memaksa.
“Ya bolehlah Il. Tapi, hari ini aku nggak bawa bu-
ku-buku selain buku pelajaran. Gimana kalau besok?”
tawar Dhara sambil beranjak dari duduknya.
Ilham mengangguk terpaksa.
“Aku ke kelas dulu ya Il.” Setelah berkata, Dhara
pergi meninggalkan Ilham yang masih duduk terpaku
memandang langkah Dhara, yang perlahan hilang di
depan kantin sekolah.
“Ah…!” gusar Ilham menyesal, “Kenapa aku jadi
seorang yang pengecut? Kenapa aku tidak punya
keberanian untuk mengatakan yang sebenarnya pada
Dhara, pada orang yang aku cintai?” ujar Ilham penuh
penyesalan.
Sebenarnya saat imi, Ilham akan mengatakan
yang sebenarnya pada Dhara tentang persaannnya
selama ini. Ia menyesal membiarkan Dhara berlalu
begitu saja dari hadapannya. Menurutnya, saat itu
adalah waktu yang sangat tepat.

147 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Dhara, yang tidak tahu dengan apa yang


sebenarnya terjadi pada diri Ilham, terus saja berjalan
menuju kelasnya.
“Vir!”
Saat kakinya nyaris melangkah memasuk ruang
kelas, tiba-tiba telinganya dikejutkan oleh suara yang
sangat ia hafal. Suara Radit. Dhara menoleh dengan
senyum yang di paksakan.
“Radit?” suara Dhara terdengar getir. Kemudian
melangkah kembali. Kali ini lebih cepat.
“Vir, tunggu…!” tangan Radit lebih cepat menarik
lengan Dhara hingga keduanya terpental ke dekat pot
yang paling besar.
“Dit, lepasin aku…,” ucap Dhara mencoba me-
nyelamatkan tangannya dari cengkraman tangan
Radit yang sangat erat.
Radit tidak mengubris suara Dhara. Ia malah se-
makin erat memegangnya.
“Dit, ada apa lagi? Aku ini anak seorang pemban-
tu. Nggak pantas jika selalu berdekatan denganmu
yang katanya kamu adalah anak tunggal konglomerat.
Paling kaya. Hartanya tidak akan bisa habis sampai
tujuh turunan!” lanjut Dhara saat berusaha untuk
menyelamatkan tangannya dari genggaman tangan
Radit. Tak juga berhasil lepas.
“Dit, kita sangat berbeda. Aku nggak mau Non
Calsa dan semua orang menyangka kalau aku

148 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

berteman dengan kamu hanya ingin memiliki semua


harta yang kamu miliki. Aku memang miskin Dit. Tapi
aku juga manusia yang mempunyai perasaan. Aku
masih punya perasaan. Sekali lagi Dit, aku punya
perasaan!” Tambah Dhara kemudian melangkah.
“Vir, dengarkan aku dulu!” teriak Radit yang mem-
buat Dhara menghentikan langkahnya.
“Ada apa lagi Dit? Kamu belum puas dengan uca-
pan Non Calsa kemarin? Aku paling nggak suka ada
yang menghina Bunda dan Ayah, siapapun dia. Dan
mulai hari ini, kamu nggak perlu lagi deketin aku.
Benar kata Non Calsa, kita sangat berbeda, seperti
langit dan bumi.”
Mata indah Dhara memandang Radit. Ada aliran
suci yang keluar dari kedua bola matanya. Dhara
menangis. Ucapannya adalah ucapan yang menyakit-
kan bagi hatinya. Bagaimanapun juga, Radit adalah
orang yang Dhara cintai. Radit adalah cinta per-
tamanya.
“Vir, aku hanya ingin mengembalikan bukumu
yang jatuh kemarin sepulang sekolah.” suara Radit
agak keras.
Dhara yang mendengar ucapan Radit, menoleh ke
arah Radit. Kemudian berjalan menghampiri Radit.
“Terima kasih….” Dhara mengambil bukunya dari
tangan Radit. Kemudian masuk kelas.

149 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Radit tidak berusaha untuk menahannya lagi.


Hanya hembus nafasnya yang cukup panjang menjadi
akhir dari perselisihan dengan orang yang dicintainya,
pagi itu.
Sampai di kelas, Dhara langsung duduk di
bangkunya, di samping Linda. Pikirannya berputar,
kembali mengingat apa yang telah diucapkannya
pada Radit. Dhara menyesal, mengapa takdir mem-
pertemukannya dengan Radit hingga ia mencintainya.
Karena semua yang Dhara rasakan saat ini, tidak
akan pernah terjadi. Dhara adalah anak dari seorang
pembantu di rumah Calsa. Sedangkan Radit, dia
adalah putra tunggal konglomerat berdarah biru.
Mengingat hal itu, bulu kuduk Dhara berdiri.
Tanpa sadar, Dhara membuka bukunya yang tadi
diambil dari tangan Radit. Dhara terkejut ketika dalam
bukunya terdapat sebuah kertas yang terbungkus
amplop merah jambu. Sejenak Dhara ragu untuk
membukanya. Ia arahkan pandangannya ke arah
Radit yang mengintipnya di jendela. Pandangan Radit
dan Dhara bertemu. Dilihatnya Radit yang me-
nanggukkan kepalanya, menyuruh untuk segera
membuka kertas beramplop merah jambu itu. Agar
Dhara segera tahu perasaan yang melanda hatinya.
Dengan dada berdebar hebat, perlahan tangan
Dhara membuka amplop merah jambu itu. Dengan
sedikit menyembunyikannya dari Linda, Dhara mulai

150 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

membaca kata demi kata tulisan yang tertoreh di


kertas yang tadi mendekam dalam amplop merah
jambu.

151 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

152 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Sebuah surat pengungkapan sekaligus permintaan


yang segera untuk dijawab oleh Dhara, hanya untuk
sebuah status ‘pacar’.
Setelah itu, apa yang akan digunakan Dhara
dengan status pacar itu? Adakah pernikahan ala abg
sebagai solusi yang terbaik untuk Dhara di saat cinta
sudah saling beradu? Memang Dhara agak ragu
namun sulit untuk menghindar dari dunia pacaran.
Dada Dhara terasa mau jatuh setelah membaca
surat dari Radit. Dhara tidak percaya dengan apa
yang baru saja ia baca. Hatinya sama sekali tidak
menduga bahwa orang yang ia cintai juga mencintai
dirinya. Di kemasi kembali surat yang talah dibacan-
ya.
Bibir Dhara kembali tersenyum. Ingin rasanya
Dhara berlari mengejar Radit dan mengatakan cinta,
yang juga dirasakannya. Tapi, saat itu juga senyum
bahagianya berubah menjadi ekspresi duka. Dhara
teringat ucapan Calsa, bahwa dirinya tidak pantas
bersama Radit, putra tunggal konglomerat.

***

Sepulang sekolah, Radit benar-benar menunggu


Dhara di gerbang sekolah. Dadanya berdebar ken-
cang saat melihat Dhara yang berjalan ke arahnya.

153 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Tapi, debaran kencang itu agak reda ketika dilihatnya


Dhara berjalan bersama Linda, sahabat karibnya.
Langkah Dhara terhenti saat sampai di dekat Radit.
“Ehem, ehem…,” Linda berdehem. “Cieee… ada
yang nunggu nih…?! Udah janjian ya?” lanjut Linda.
Tangannya mencubit lengan Dhara.
Dhara hanya tersenyum, sambil menundukkan
kepalanya.
“Ya udah ya Vir, aku cabut dulu. Daaag,” Linda
berkata sambil melangkah mundur. Kemudian masuk
ke angkot yang sejak tadi menunggunya. Sebuah
simbol bahwa persahabatan ternyata terkalahkan
asmara.
Lama keduanya membisu seakan-akan mulut
Dhara dan Radit terkunci rapat. Hati Radit benar-
benar kacau. Ia tidak sabar ingin segera tahu jawaban
Dhara atas ungkapan cintanya.
Matahari, makin lama makin meninggi, hingga
panasnya makin menyengat kulit Radit dan Dhara.
Seakan panas matahari memberi isyarat bahwa
mereka berdua harus segera saling bicara agar
keduanya tidak membisu begitu lama. Akhirnya,
setelah menarik nafas panjang, Dhara mulai membu-
ka suara.
“Dit, aku sudah membaca suratmu…,” ucap Dhara
pelan, mengangkat wajah untuk memandang Radit,
yang juga Radit pun memandangnya.

154 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Terus, jawaban apa yang akan kamu lontarkan


Vir?” tanya Radit yang sejak tadi memang tidak sabar
menunggu jawaban dari bibir Dhara. Sebuah pertan-
yaan konyol yang sering diungkapkan anak abg yang
belum paham mengharapkan sebuah ikatan.
“Aku…, aku…,” kata-kata Dhara terputus.
Hati Dhara memang sangat mencintai Radit. Tapi
ucapan Calsa yang mengatakan bahwa dirinya tidak
pantas bersama Radit selalu terngiang hebat di
hatinya. Tak ada yang salah dengan ucapan Calsa,
karena Dhara sadar, dirinya memang tidak pantas
bersama Radit, seorang putra tunggal konglomerat.
Sedangkan dirinya adalah anak seorang pembantu
rumah tangga. Mengingat hal itu, Dhara berdesah
panjang.
“Vir, kamu bersedia menyambut perasaanku kan?”
tanya Radit sambil meraih kedua tangan Dhara.
Dhara hanya diam tidak bersuara. Ia takut Radit
hanya mengujinya. Kalau dibandingkan dengan
Calsa, dirinya tidak ada apa-apanya.
“Dit, kamu kan tahu, aku ini siapa? Aku, merasa
tidak pantas dengan semua ini,” jawab Dhara dengan
suara terbata-bata. Ada sesuatu yang tergenang di
pelupuk matanya.
“Kita berbeda Dit, jauh… Sangat jauh sekali. Sep-
erti yang dikatakan Non Calsa saat itu. Aku hanyalah
anak dari seorang pembantu rumah tangga. Se-

155 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

dangkan kamu putra tunggal konglomerat,” lanjut


Dhara.
Kali ini air itu menerobos keluar, Dhara menangis.
“Vir, cinta di hatiku tulus untukmu. Aku tidak me-
mandang kamu berasal dari mana dan anak siapa.
Aku tulus mencintaimu bukan karena suatu apa pun.
Tapi, karena aku yakin, hanya kamu bidadari yang
diturunkan ke dunia untukku,” Radit semakin erat
menggenggam tangan Dhara. “Vir, ku mohon,”
tambah Radit dengan suara pelan.
Bila Radit memang tulus mencintai, seharusnya
tidak perlu ada ketidakpastian waktu dalam menuju
hubungan serius: menunggu sekolah, kuliah, kerja,
dan setelah itu baru menikah. What? Ini yang
ditakutkan Dhara dan sebagan besar wanita.
“Maaf Dit, aku nggak bisa jawab sekarang,” ucap
Dhara seraya melepaskan genggaman tangan Radit.
“Vir, aku mohon jawab perasaanku. Aku tahu kamu
juga mencintaiku,” langkah Radit menghalangi jalan
Dhara. Dhara menghentikan langkahnya.
“Ku mohon Vir, apapun jawabanmu…,” desak
Radit.
Dhara melangkah perlahan, meninggalkan Radit.
Radit termangu dengan pandangan menatap ke
depan, ke arah Dhara yang berjalan meninggalkann-
ya. Mata Radit terbelalak ketika melihat langkah yang

156 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

sejak tadi dilihatnya berhenti. Dhara menoleh. Radit


memandangnya dengan harap-harap cemas.
“Radit!” Panggil Dhara yang tiba-tiba berlari
menuju Radit.
“Radit… hik… hik….” Dhara terbenam dalam lua-
pan perasaan. Air matanya merembes membasahi
pipi.
“Vir, kenapa menangis?” tanya Radit.
“Hik… hik… hik….” Tidak ada jawaban yang me-
luncur dari bibir Dhara. Hanya suara tangisnya yang
terdengar semakin keras.
“Dit maafin aku…,” ucap Dhara di tengah-tengah
tangisnya.
Radit mengelus punggung Dhara, berusaha
menenangkannya.
“Sebenarnya perasaan itu juga menimpaku Dit.
Tapi aku sadar siapa kita berdua? Tidak mungkin ada
cerita indah dalam hidup kita jika kita terus egois
memaksakan kehendak sendiri yang pastinya kedua
orang tuamu tidak akan merestui hubungan kita…”
“Vir, bukan kata itu yang aku harapkan. Tolong
jawab pertanyaanku dengan jelas. Apakah kamu
menerima cintaku?” ujar Radit mengulang pertan-
yaannya. Seolah menganggap bahwa penerimaan
cinta adalah sebagai tanda cinta yang suci.
“Iya Dit, aku juga mencintaimu…,” ucapnya
kemudian.

157 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Ada pancaran sinar yang tiba-tiba masuk ke dalam


hati Radit. Sulit dilukiskan bagaimana perasaan Radit
saat itu. Hingga tanpa sadar, ada beberapa pasang
mata yang memperhatikannya.
“Cal, sepertinya kali ini ello bakal kehilangan Radit
bener deh,” Fani, sobat Calsa berkata sambil menun-
juk ke arah Dhara dan Radit yang masih berdiri
berdekatan.
“Iya Cal, kayaknya ello benar-benar udah dikalahin
ama si gembel itu. Kok bisa sih? Padahal dia nggak
ada apa-apanya dibandingkan ello,” hasut Beky.
Fani dan Beky memang sangat membenci Dhara,
anak baru yang sok pinter. Hingga mereka berdua
memanfaatkan Calsa yang juga ternyata sangat
membenci Dhara karena merasa tersaingi.
Calsa tidak tahan lagi melihat pemandangan
menyakitkan itu. Setelah tahu sopir yang biasa
menjemputnya telah datang, Calsa langsung berlari
dan masuk mobil tanpa menggubris kedua sa-
habatnya yang berteriak memanggil namanya.
“Jalan Pak…!” perintah Calsa sambil menyeka air
matanya. Ada getir yang menyayat hatinya. Berulang
kali Pak Mardhi, sopir Calsa, memandangi Calsa dari
kaca spions depan. Hanya itulah yang dapat dil-
akukannya. Ia sama sekali tidak berani bertanya,
karena Pak Mardhi tahu betul seperti apa sifat Calsa.

158 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Ketika sampai di rumah, Calsa langsung berlari


menuju ke kamarnya. Ia tidak peduli lagi pada semua
barang yang tertinggal di mobilnya. Mama Calsa yang
kebetulan saat itu sedang bercengkrama dengan
orang tua Radit merasa heran dengan sikap Calsa
yang tidak seperti biasanya.
“Non Calsa, tunggu Non! Ini tas dan henphone
Non Calsa…!” teriak Pak Mardhi yang berlari tergop-
oh-gopoh.
“Pak Mardhi ada apa dengan Calsa? “ Tanya
Nyonya Marina cemas.
“Ngg… Anu Nyah…,” Pak Mardhi menggan-
tungkan kalimatnya.
“Anu apa?” Suara Nyonya Marina tampak ber-
tambah cemas.
“Sebenarnya, saya kurang tahu Nya. Tapi saya
dengar di mobil tadi, Non Calsa nyebut-nyebut
namanya Den Radit Nyah… Katanya, den Radit jahat
Nyah…,” Pak Mardhi berkata sambil menggaruk-
garuk kepalanya yang tidak gatal, karena dirinya
merasa grogi dan risih mengadukan sikap anak muda.
“Oh…,” mulut Nyonya Marina langsung memben-
tuk huruf vocal ‘O’ setelah mendengar penjelasan dari
Pak Mardhi.
Bulu matanya yang sengaja dibuat lentik, melirik
ke arah mama Radit yang tersenyum simpul.

159 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Ya sudah Pak, sini tasnya biar aku saja yang


mengantarkannya ke kamar Calsa,” tangan Nyonya
Marina mengulur sepanjang jaraknya dengan sopir
pribadi Calsa itu. Mengambil tas Calsa dan mulai
meniti anak tangga yang di alasi karpet hijau muda.
Setelah Nyonya Susana ke atas, mama Radit pamit
pulang.
“Calsa sayang…. Buka pintu dong! Ini Mama….”
Nyonya Marina berkata sambil mengetok pintu.
“Calsa, ini mama,” tambahnya. Tapi sekian lama
mamanya mengetok pintu, Calsa tidak memberi
jawaban. Hal itu membuat mamanya khawatir,
sehingga tanpa menunggu pintu dibuka oleh Calsa,
mamanya langsung masuk.
“Sayang….kamu kenapa?” tanya Nyonya Marina
sambil membelai lembut rambut Calsa.
“Kalau punya masalah, cerita dong sama Mama
siapa tahu Mama bisa bantu,” bujuknyonya Marina.
Calsa hanya diam. Air matanya masih tetap men-
galir tertanda Calsa belum lupa pada kejadian tadi di
sekolah. Ternyata Calsa sangat mencintai Radit.
“Ya sudah, kalau Calsa nggak mau cerita sama
Mama, nggak apa-apa. Mama keluar dulu ya sa-
yang…,” ucap Nyonya Marina sambil beranjak pergi
setelah mencium kepala Calsa.

***

160 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Sedangkan mama Radit sudah sampai diru-


mahnya. Ternyata Radit juga sudah pulang.
“Radit…,” panggil Nyonya Susana saat melihat
yang lagi nonton kartu.
“Eh Mama. Dari mana saja? Dari tadi Papa nyari’in
Mama lho…,” goda Radit.
“Mau tau aja urusan orang tua,” ucap Nyonya Su-
sana sambil masuk kamar.
“Pa, dari mana sih?” tanya Radit.
“Mana Papa tahu…?” jawab papa Radit sambil
duduk di samping Radit. “Paling juga dari salon…,”
tangan papa Radit meraih koran yang terletak tidak
jauh dari toples berisi camilan.
“Ma, Pa, Radit pergi dulu ya…,” pamit Radit sambil
berlari menuju ke arah mobilnya.
“Dit, mau kemana?” tanya Nyonya Susana sambil
berlari mengejar Radit.
“Biasa Ma, anak muda… Kan malam Minggu,”
Radit berkata sambil masuk mobil, kemudian tancap
gas.
“Mau kemana sih Mah?” tanya papa Radit yang
sudah ada di belakang istrinya.
“Mau kemana lagi kalau bukan jalan-jalan,” jawab
istrinya. Kemudian kembali ke ruang tamu, menikmati
hari libur bersama suaminya.

161 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

***

Radit sampai di tempat tujuan. Ia langsung meng-


hampiri Dhara yang berdiri menghadap ke timur.
“Hai Vir… Sorry telat,” ucap Radit setelah sampai
di dekat Dhara.
Dhara hanya tersenyum.
“Pasti kamu sudah lama menunggu kan?” Tambah
Radit sambil duduk di kursi yang berhadapan dengan
Dhara.
“Nggak, aku juga baru nyampek kok…,” Dhara
mencoba mengerti Radit.
Radit melambaikan tangannya, memanggil pe-
layan.
“Menu apa Mas? Silakan…,” ucap pelayan itu
sambil memberikan daftar menu pada Radit dan
Dhara.
Radit tidak kesulitan memilih menu di daftar yang
terpegangnya karena ia memang sering makan di
restoran ini. Walaupun baru kali ini Dhara makan di
restoran mewah, ia juga tidak merasa sulit memilih
menu apa yang diinginkannya, karena semua daftar
menu itu memakai tulisan bahasa Inggris. Dhara
paling bisa berbahasa Inggris.
“Mas, saya nasi goreng daging satu dan minumnya
es jeruk nipis nggak pakek gula satu,” ucap Radit

162 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

kemudian sambil memberikan daftar menu yang


didapat dari pelayan tadi.
“Mbak-nya pesan apa?” tanya pelayan itu beralih
pada Dhara yang masih mencari menu yang paling
disukainya.
“Saya mau pesan nasi soto tapi pakek daging sapi
satu,” jawab Dhara tanpa memandang pelayan.
Tampak terpesona ketika Dhara mengulas bibirnya
dengan senyum yang membuat Radit kini mencin-
tainya.
“Minumnya apa Mbak?” tanya pelayan itu lagi. Kali
ini ia berdiri lebih dekat dengan Dhara.
“Oh ya… Minumnya, air putuh saja…,” jawab
Dhara sambil mengulurkan tangannya, memberikan
daftar menu itu pada pelayan.
Dengan senyum yang seakan-akan dibuat paling
manis, pelayan itu melangkah pergi ke dapur dengan
dua pesanan di meja No 26. Lima menit berlalu tanpa
merubah suasana hati Radit dan Dhara, pelayan itu
kembali datang. Tapi kali ini ia didampingi dua
pelayan wanita yang anggun dan memakai baju yang
tidak berbeda. Dua pelayan wanita itu membawa
nampan berisi menu pesanan Radit dan Dhara.
“Silakan…,” ucap pelayan itu dengan ramah.
Radit dan Dhara tersenyum dengan keramahan
itu. Kemudian mereka mulai mencicipi menu pe-

163 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

sanannya, setelah ke-3 pelayan itu kembali bertugas


di tempat yang lain.
“Aku senang bisa makan berdua dengan kamu
Vir,” ucap Radit sambil meneguk sedikit dari jus jeruk
nipis tidak pakai gula kesukaannya.
Dhara hanya tersenyum mendengar ucapan Radit.
Malam ini ia kelihatan bahagia sekali. Seumur hidup
baru malam inilah Dhara berhasil duduk di kursi
restoran mewah bersama orang yang di cintainya.
Walaupun makna makan malam ini, sudah umum
dilakukan dua lawan jenis walau dengan status teman
saja.
Waktu berjalan begitu cepat, hingga tidak terasa
jam sudah menunjukkan jam 09.45. Kebahagiaan
yang Dhara rasakan malam itu sulit dilukiskan oleh
siapapun. Ia begitu tenggelam dalam suasana cinta
yang tidak pernah dirasakannya selama ini. Hingga ia
lupa janjinya dengan Samir, sahabat kecilnya yang
pulang ke Indonesia.

***

Saat ini, Samir berdiri memandang aliran anak


sungai yang ada di taman itu. Ia berdiri dengan
gelisah menunggu kedatangan Dhara. Lebih dari 3
jam Samir menunggu kedatangan Dhara. hingga ia
merasa putus asa. Cincin yang di genggamnya telah

164 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

siap ia lemparkan ke dasar sungai yang mengalir


tenang.
“Samir…”
Suara itulah yang akhirnya mampu mengurungkan
niat Samir untuk melemparkan cincin yang ada di
genggaman tangannya. Karena Samir kenal betul
dengan suara itu. Suara itu adalah suara Dhara,
orang yang sejak tadi ditunggunya.
“Samir, sorry aku terlambat…,” ujar Dhara meng-
hampiri Samir.
“Vir, kenapa kamu datang terlambat?” tanya Samir
tanpa memandang ke arah Dhara.
“Aku benar-benar minta maaf Mir, aku lupa. Tapi
wanita itu belum pergi kan?” tanya Dhara kemudian.
“Samir, wanita itu belum pergi kan? Kok kamu diem
aja sih…?” Ulang Dhara sambil mendekat kearah
Samir.
Mata Dhara memandang ke sekeliling, mencari
wanita yang ditanyakannya pada Samir.
“Vir, apa kamu benar-benar ingin tahu siapa
wanita yang aku cintai selama ini?” ujar Samir me-
megang kedua pundak Dhara.
Dhara hanya mengangguk sambil memandang
Samir.
“Vir… kamulah orang yang aku cintai selama
ini…,” ungkap Radit kemudian.

165 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Samir meraih tangan Dhara. Cincin yang tadi di


genggamnya, ia masukkan ke jari manis tangan kiri
Dhara.
“Vir, aku melamarmu malam ini….” Samir berkata
sambil mendorong cincin itu agar cepat masuk dan
melingkar di jari manis Dhara.
Hampir saja cincin itu mencapai puncak jari manis
Dhara. Tapi tiba-tiba Dhara menarik tangannya
hingga cincin itu jatuh menggelinding masuk ke aliran
anak sungai yang tiba-tiba beriak lembut.
Dhara terus berlari dengan air mata membasahi
mata - menghindar lamaran yang siap menikahinya.
Ia tidak menyangka bahwa wanita yang Samir cintai
adalah dirinya. Kini Samir mengerti bahwa selama ini
cintanya bertepuk sebelah tangan. Tapi janji tidaklah
bisa dihindari.
Keesokan harinya, Samir telah duduk di kursi pe-
sawat. Rupanya, ia akan kembali ke Amerika. Dalam
hati Samir seolah berjanji, bahwa ia tidak akan pernah
menginjakkan kakinya lagi di tanah kelahirannya,
tanah air Indonesia. Dalam hati, mungkin Samir
berkata, ‘Kenangan, tinggallah kenangan.” Ia sudah
bertekad akan mengubur cinta dan semua ke-
nangannya bersama Dhara.
Sedangkan Dhara, semenjak ungkapan hati Radit
pada dirinya, ia sangat bahagia. Hidupnya terasa
lebih sempurna. Tapi di tengah-tengah kebahagi-

166 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

aannya, ia kembali murung karena kejadian semalam,


di taman tempat bermain di masa kecilnya.

***

Pagi-pagi sekali Dhara berangkat ke sekolah.


Kemurungan di wajahnya masih sangat jelas.
Sesampainya ia di dalam kelas, kemurungan di
wajahnya berubah menjadi sebuah keterkejutan yang
luar biasa.
Ia melihat terdapat setangkai mawar merah di atas
mejanya dan di samping mawar itu terdapat sepucuk
surat yang dibungkus dengan amplop warna putih
tulang, menandakan bahwa kata-kata yang tertuang
di dalamnya suci dan tulus.
Dhara menggerakkan tangannya meraih bunga
mawar tersebut dan mencium wanginya. Dhara
mengira bahwa bunga itu adalah kiriman dari Radit,
orang yang dicintainya. Setelah diingat dengan baik,
hari ini adalah hari ulang tahunnya. Setelah puas
mencium bunga mawar itu, ia beralih mengambil surat
yang tergeletak di atas meja. Ia membukanya dan
kemudian langsung membaca nama terang sang
pengirim.
Keterkejutan yang dirasakannya sulit digambarkan
ketika tahu nama sang pengirim itu. Bukanlah Radit

167 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

seperti yang disangkanya, melainkan nama Ilham


yang tertuang di sana.
Jantung Dhara berdebar lebih cepat, tidak seperti
biasanya. Apa yang telah Ilham lakukan padanya
membuatnya takut dan gemetar.
Selama ini Dhara sangat mengerti bahwa per-
hatian yang diberikan Ilham padanya sebenarnya
adalah bungkusan dari rasa cinta yang mendalam,
tapi Dhara tidak pernah menghiraukannya. Ia pura-
pura tidak mengerti tentang rasa cinta di hati Ilham.
Karena Dhara tidak mau merusak cintanya pada
Radit.
Dengan tangan gemetar, Dhara membaca surat
dari Ilham itu :
Dhara ….
Dua bulan lebih kita bersama. Masa itu adalah masa-
masa yang paling indah dalam hidupku. Walaupun aku tahu
kau tak pernah merasakan apa yang aku rasakan walau kau
anggap rasa yang ada di hatiku hanyalah rasa yang pantas
sebagai sahabat sejati, padahal…..
Kau tahu Dhara?....
Rasa yang ada di hatiku adalah rasa yang sama seperti
rasa yang ada di hati Radit, orang yang sangat mencintaimu.
Aku rasa, kau bisa menebak makna lewat perhatianku
selama ini. Dan aku sadar bahwa kau memang tak pernah
menanggapi rasa indah itu. Hingga aku merasa putus asa

168 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

dan terpaksa menerima tawaran orang tuaku untuk pindah


sekolah ke Londond.
Dan hari ini, aku akan berangkat ke Londond bersama
orang tuaku. Jika kau berminat menerima cintaku, datanglah
ke bandara sebelum jam 09.30, karena pesawatku akan
segera terbang.
Maafkan aku Dhara …..

Ilham

Air mata Dhara tidak dapat dibendung lagi setelah


membaca surat dari Ilham. Ia tak menyangka bahwa
Ilham sebegitu menderitanya. Air matanya terus
mengalir membasahi surat Ilham yang baru dibacanya
itu.
Sebenarnya, Dhara mengerti pada perasaan Ilham
selama ini, tapi ia tidak bisa membohongi dirinya,
bahwa ia hanya mencintai Radit. Dan Ilham pun tahu
tentang hal itu. Tapi bagi Ilham, cinta adalah hak
setiap manusia.
Dhara beranjak dari posisi duduknya. Pikiran
bawah sadarnya terpengaruh pengharapan cinta yang
tidak pasti. Hatinya terbebani, seolah mendapat
beban yang besar: berpisah dengan penyesalan.

169 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Diremasnya surat Ilham yang tergenggam dalam


tangannya. Sekilas Dhara menoleh jam dinding merah
yang tergantung di kelasnya. Dhara langsung berlari,
ia akan ke Bandara menyusul Ilham. Ia tidak mau
Ilham salah paham.
“Eh Vir, Dhara… mau kemana?” tanya Linda be-
rusaha mencegah lari Dhara saat ia berpapasan di
gerbang sekolah.
Dhara seakan tidak mendengar suara Linda. Ia
tidak menggubrisnya. Dhara terus saja berlari ke arah
Bandara walaupun ia tahu jarak antara sekolah dan
Bandara tidak sedekat jarak antara sekolah dan
rumahnya.
“Dit, Dhara pergi….” lapor Linda yang menemui
Radit di tempat parkir mobil.
“Pergi? Kemana?!” tanya Radit terkejut.
“Aku juga nggak tahu pasti Dhara mau kemana.
Tapi sewaktu aku tanya, dia mau kemana, dia hanya
bilang ‘bandara’,” jawab Linda. Terlihat jelas kecema-
san diraut wajahnya.
“Bandara?” Radit berucap heran.
Tanpa menunggu lebih lama lagi, Radit langsung
menarik lengan Linda masuk mobil, kemudian tancap
gas. Mobil pun melaju menuju ke Bandara.

***

170 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Dhara sampai di bandara. Tapi keadaan bandara


saat itu sudah sepi. Hanya tinggal beberapa orang
saja yang masih duduk di ruang tunggu. Dhara terasa
lemas. Rasa capek baru saja dirasakannya. Dhara
berhenti sejenak dengan nafas tidak tertahankan,
dadanya sesak, keringatnya bercucuran, kakinya
terasa berat untuk melangkah lagi. Air matanya masih
mengalir.
Tiba-tiba: “Perhatian-perhatian, bagi para
penumpang pesawat menuju Londond, harap bersiap-
siap, karena pesawat akan segera terbang.”
Mendengar pengumuman itu, semangat Dhara
menyala lagi seakan ada kekuatan yang mendorong
kakinya berlari menuju pesawat yang akan segera
terbang ke Londond. Pesawat yang akan membawa
sosok Ilham terbang jauh.
“Ilhaaaaaaaaaaaaaamm…!”
Teriak Dhara saat melihat seseorang yang me-
makai jaket hitam. Dhara tahu orang itu adalah Ilham,
orang yang tadi pagi mengiriminya surat yang did-
ampingi mawar merah.
Mendengar teriakan suara yang memanggil na-
manya, Ilham menoleh. Ia tahu suara itu adalah suara
Dhara, orang yang memang diharapkan kedatan-
gannya sebelum pesawat membawanya terbang
menjauh dari cintanya.

171 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Dhara…!” ucapnya setelah tahu yang datang


memang benar-benar Dhara. Ilham merasa sangat
bahagia dengan kedatangan Dhara. Ilham mengira
cintanya yang terungkap dalam amplop putih tulang
mendapat sambutan bersahabat dari Dhara.
“Ilham…!” teriak Dhara lagi sambil berlari meng-
hampiri Ilham yang berdiri di dekat tangga pesawat.
“Ilham…!” ujar Dhara yang ditemani tangisnya.
“Vir, aku senang kamu datang. Aku tahu kamu
pasti datang karena kamu menerima cintaku,” ucap
Ilham sambil memegang tangannya.
Mendengar ucapan Ilham, Dhara terdiam sebentar.
Ia melepas tangannya dari genggaman tangan Ilham.
Air matanya semakin mengalir deras. Jari tangannya
menyeka-nyeka airmatanya. Ia tidak kuasa menahan
semua ini.
“Vir, kamu menerima cintaku kan…?” tanya Ilham
yang merasakan perubahan pada raut wajah Dhara.
Dhara hanya diam.
“Vir kenapa diam? Jawab aku Vir. Kamu menerima
cintaku kan?” tanya Ilham mendesak Dhara. Dhara
kembali berhambur ke dalam suasana kedekatan.
Hatinya menjerit.
Pada saat itu, Radit dan Linda datang dari arah
samping mereka. Radit merasa cemburu melihat
pemandangan di depan matanya itu.

172 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Maafin aku Il, bukannya aku menolak cintamu.


Aku mencintai Radit. Cintaku padamu hanya cinta
seorang sahabat, seorang saudara, nggak lebih.
Sekali lagi maafin aku Il,” ucap Dhara yang masih
menangis.
“Ehem… ehem…,” terdengar suara dehem dari
arah samping mereka, yang tidak lain adalah suara
Radit.
“Radit…!” ucap Dhara terkejut sambil melepas
tangannya dari genggaman tangan radit.
“Il, kamu tetap mau pergi?” Ilham mengangguk
tanpa berani memandang wajah Radit. Tampak sekali
senyum getir di bibirnya.
“Iya Vir. Lagian aku nggak mungkin terus-terusan
begini. Selalu mencari alasan untuk menolak per-
mintaan Papi begitu lama. Mungkin ini semua adalah
yang terbaik untukku. Karena aku yakin, semua yang
terjadi itu tidak luput dari sekenario Tuhan…,” jawab
Ilham kemudian. Setelah berkata Ilham melangkah.
“Ilham tunggu….”
Suara Dhara mencegah langkah Ilham. Tangann-
ya memegang bahu Ilham. Ilham hanya mencegah
pandangannya agar ia tidak berbalik memandang
Dhara. Ia hanya melirik bahunya yang dipegang
Dhara. Sejenak Dhara ragu. Dhara menoleh pada
Radit, Radit mengangguk pelan. Melihat anggukan itu,
Dhara langsung berhambur memeluk Ilham.

173 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Radit hanya mampu menelan ludah melihat semua


itu. Merasa bodoh karena menyetujui cewek yang
dicintainya berpelukan tanpa merasa salah! Adakah
cowok seperti Radit, rela cewek yang dicintainya
berpelukan dan cipika-cipiki seenaknya dengan
sahabat?
“Aku mohon jangan pergi, Il,” ucap Dhara yang
sudah menangis dipelukan Ilham. Lalu ia melepaskan
pelukannya.
Ilham hanya menggeleng pelan.
“Il, kenapa kamu harus bertekad untuk pergi?”
tanya Dhara. Tangisnya semakin menjadi.
Linda yang ada di dekatnya juga ikut meneteskan
air mata. Hanya Radit yang berdiri tegar tanpa
mengalihkan pandangannya dari kekasih, yang kini di
depan matanya sudah berani memeluk orang lain.
“Vir, aku mencintaimu. Aku tidak bisa melihat diri-
mu jadi milik orang lain. Aku memang egois Vir, yang
tidak mau tahu pada perasaanmu yang mencintai
orang lain. Tapi, apakah aku bersalah jika aku juga
mencintaimu seperti orang itu mencintaimu?” jawab
Ilham sambil melirik ke arah Radit yang memandang
tajam matanya.
“Percayalah Vir, semuanya akan menjadi lebih
baik setelah aku pergi dari kehidupan kalian. Aku
yakin, Radit adalah orang yang terbaik buatmu,

174 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

karena memang dia yang lebih pantas kamu cintai,”


tambah Ilham.
“Radit, aku tidak akan meminta sesuatu apapun
darimu, aku hanya ingin kamu menjaga Dhara.
Buatlah dia selalu tersenyum, karena dia sangat
mencintaimu. Kau tahu hal itu kan? Aku tidak ingin
melihat air mata Dhara menetes lagi. Aku harap hari
ini adalah tetesan air mata terakhir bagi Dhara,” ucap
Ilham sambil menepuk pundak Radit, seolah pahla-
wan cinta sejati.
Radit tak berkata apa-apa. Mengangguk pun sea-
kan rugi baginya. Persahabatan yang sia-sia hanya
karena percintaan di masa remaja.
“Il, jangan pernah lupakan kita semua….” Linda
yang sejak tadi memang menangis, kini ia telah
menumpahkan semua air matanya ke dalam pelukan
Ilham.
Ilham juga menangis, karena sebenarnya ia tidak
rela pergi jauh melepas Dhara, orang yang sangat
dicintainya.
“Aku harus pergi Lin.” Setelah melepas pelukan
Linda, Ilham mulai melangkah mundur sambil mel-
ambaikan tangannya. Hingga akhirnya, pesawat itu
pun terbang membawa sosok Ilham pergi jauh.

***

175 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Dhara duduk seorang diri di kelasnya. Ia kembali


membuka surat Ilham dan membacanya berulang-
ulang. Jelas ada kegetiran di dalamnya. Air matanya
mengalir, mengingat betapa berjasanya Ilham dalam
kehidupannya. Tapi tiba-tiba ia harus pergi di saat
dirinya baru meraih puncak cinta itu bersama orang
lain.
Sejak awal, hal itulah yang paling Dhara takuti.
Dhara takut, persahabatannya akan menimbulkan
perasaan yang tidak Dhara inginkan. Ternyata
memang terbukti muncul perasaan yang tidak di-
inginkannya itu. Mengingat hal itu, Dhara menghela
nafas panjang. Matanya terpejam dan mengalirlah
dua butir air dari matanya.
“Vir, kamu masih belum bisa melupakan Ilham?”
tanya Linda yang tiba-tiba muncul dan duduk di
sampingnya.
Mendengar pertanyaan itu, Dhara cepat-cepat
mengemasi suratnya kembali.
“Linda…?” ucap Dhara sambil memasukkan surat
Ilham ke dalam tasnya.
“Dhara, jangan siksa dirimu seperti ini.” Muka Lin-
da terlihat serius.
“Lin, kamu nggak tahu permasalahannya sehingga
kamu bilang semua ini menyiksaku. Ilham selalu
membantuku, juga membantumu dalam segala
keadaan. Tiba-tiba saja dia harus pergi dengan

176 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

segudang kekecewaan yang mendalam. Dan semua


itu gara-gara aku Lin,” tutur Dhara pelan, air matanya
mulai merembes lagi.
“Aku tahu Vir. Tapi bukan begini caranya. Kalau
Ilham tahu hal ini, dia juga tidak akan membiarkanmu
seperti ini,” balas Linda sambil memegang tangan
Dhara.
“Lin, aku merasa nggak tenang saja. Ilham, orang
yang selalu membantuku harus menanggung derita
sebegitu parah. Dan semua itu karena aku. Akulah
penyebabnya,” Dhara menutupi mukanya dengan
kedua tangannya.
Dhara menangis mengingat Ilham, mengingat
semua jasa-jasanya, mengingat kepergiannya yang
disertai deraian air mata.
“Vir, kamu jangan sedih lagi ya…. Kamu masih
punya Radit yang sangat mencintaimu. Kamu masih
punya aku, ada Linda Vir… Sahabatmu…,” ujar Linda
mencoba menghibur Dhara.
Dhara hanya diam. Suara tangisnya mulai
terdengar lebih nyaring.
Bel masuk berbunyi keras seakan memecah telin-
ga. Kontan semua murid masuk kelas masing-masing.
Radit dan ketiga temannya juga masuk dan langsung
duduk di bangkunya.

***

177 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Hai Dit,” sapa Calsa yang langsung duduk di


samping Radit. Kemudian disusul oleh kedua orang
temannya, Beky dan Fani.
Radit tidak membalas sapaan Calsa. Ia malah
lebih asyik dengan jus yang hanya diaduk-aduk
memakai sedotannya.
“Dit, kok dingin banget sih…?” tanya Calsa ter-
singgung.
Radit hanya tersenyum sinis tanpa merasa ber-
salah.
“Dit, kita makan bareng yuk…. Kamu mau makan
apa?” tanya Calsa mengalihkan kondisi.
“Makasih…. Aku sudah sarapan,” jawab Radit
sebelum meneguk jus yang sejak tadi hanya di-
aduknya.
“Ya ampun Dit, nggak usah sungkan. Aku kok
yang bayarin….” Calsa berkata sambil beri isyarat
memanggil pelayan kantin.
Kemudian pelayan dengan setengah berlari da-
tang menghampiri Calsa.
“Makasih aku nggak lapar… Lagian aku juga pu-
nya banyak uang dan masih cukup buat aku makan.
Jadinya kamu nggak usah repot-repot deh…. Aku
bukan pengemis. Aku bisa makan dengan uangku
sendiri. Ingat Cal, aku bukan pengemis yang butuh
dikasihani darimu.” Setelah berkata, Radit pergi
meninggalkan Calsa

178 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Calsa menatap kepergian Radit dengan heran.


“Uuuh, kenapa sih Radit kasar banget sama gue?
Padahal, niat gue kan baik mau nraktir dia makan.
Apa salahnya sih…?” ujar Calsa yang tidak menga-
lihkan pandangannya yang memandang langkah
Radit keluar dari kantin.
“Cal, gue tahu kenapa Radit bisa bersikap seperti
itu ama ello…,” suara Beky tiba-tiba memecah
keheningan diantara mereka.
“Gara-gara Dhara? Maksud ello…?” tanya Calsa
tidak mengerti.
“Ya, gara-gara Dhara. Dhara udah pasti dengan
sengaja menghasut Radit agar menjauhi ello,” jawab
Beky mencoba mempengaruhi pikiran Calsa yang
memang sangat membenci Dhara.
“Ia, lagian buat apa Radit akan nyuekin cewek
cantik dan kaya seperti ello jika tidak ada orang yang
mempengaruhi di belakangnya?” Tambah Fani.
“Ya, kalian berdua benar. Pasti Dhara telah mera-
cuni pikiran Radit, sehingga Radit mulai bersikap tak
acuh terhadap gue.”
“Cal ello jangan diem aja dong…,” lanjut Fani.
“Ya Cal, ello harus balas tuh Si Dhara, biar dia
tahu bahwa tak ada seorang pun yng bisa ngalahin
ello dalam hal apapun,” sambung Beky .
Mereka berdua, Fani dan Beky, semakin menya-
lakan api dendam di hati Calsa. Tidak ada pikiran

179 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

untuk berbuat baik terhadap Dhara. Yang ada, Calsa


harus selalu bersaing dan mengalahkan Dhara dalam
hal apapun.

***

“Radit tunggu…!”
Teriak Calsa dari kejauhan. Ia tampak berjalan
setengah berlari menghampiri Radit yang sengaja
berhenti mendengar panggilan Calsa.
“Ada apa?” tanya Radit setelah Calsa sampai di
dekatnya.
“Dit, hari ini, aku boleh pulang bareng kamu ya…?”
Rengek Calsa sambil memegang tangan Radit.
“Apa?! Pulang bareng Radit…?! Apa aku nggak
salah denger Cal? Memangnya kemana mobil kamu
yang katanya mewah dan tidak seorang pun menan-
dingi harganya itu?” tanya Radit yang seakan
mengejeknya.
Calsa mengerti maksud Radit. Tapi ia tidak ingin
tambah dibenci Radit dengan berusaha menjawab
ejekannya itu.
“Dit… aku mohon, boleh ya…?” paksa Calsa yang
berjalan mengikuti langkah Radit.
“Sopirmu nggak mau jemput? Kenapa? Bosan
karena majikannya terlalu sombong sehingga sopir
pribadimu itu enggan untuk menjemputmu lagi…?”

180 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

ejek Radit ketika tahu Calsa tidak berminat membalas


ejekannya itu.
“Aku udah telepon Dit, tapi sampai saat ini Pak
Mardhi belum juga datang. Padahal aku harus
Temenin Mama krimbat ke salon,” raut wajah Calsa
tiba-tiba berubah sedih.
Tapi, Radit terlalu paham siapa Calsa. Hingga ia
tidak perlu merasa tertipu dengan perubahannya.
Seperti apapun.
“Dit, aku mohon…,” desak Calsa mencoba me-
maksa Radit.
“Sorry Cal, aku nggak bisa karena sudah ada
orang lain yang nebeng di mobilku.” Setelah berkata,
Radit pergi dari hadapan Calsa.
Calsa memandangi langkah Radit, hingga dia tahu
siapa orang yang ada di mobil Radit. “Dhara…?”
gumam Calsa terkejut. Matanya memandang tajam ke
arah Dhara.
“Brengsek! Lagi-lagi si gembel itu bikin hati gue
panas! Awas ello Vir…!” Umpat Calsa saat mobil
Radit perlahan telah memutarkan rodanya menuju
jalan raya.
“Cal, kayaknya sih, ello benar-benar bakalan ke-
hilangan Radit,” hasut Beky saat merasa ada api yang
membara di dada Calsa.

181 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Benar Cal. Buktinya, Radit lebih memilih Dhara


yang nebeng bareng dia dari pada ello. Ya kan…?”
Sambung Fani.
“Ah udah-udah, kalian berdua bisanya cuman
ngomong dooang. Kapan sih kalian mau bantuin
gue?” Setelah berkata, Calsa pergi meninggalkan
kedua temannya yang berdiri mematung.
“Eh Cal, mau kemana?” tanya Beky sambil berlari
mengejar Calsa.
“Gue mau pulang,” jawab Calsa tanpa menoleh
pada Beky yang masih mengejarnya.
“Terus kita gimana?” tanya Fani yang sudah ada di
samping Beky.
“Kalian berdua pulang aja sendiri…,” jawab Calsa
sambil menutup pintu taxi. Taxi-pun melaju mening-
galkan Beki dan Fani yang kebingungan mencari jalan
untuk pulang.
Ketika sampai di rumah, Calsa akan langsung
menghampiri Dhara untuk menghadiahkan sesuatu
pada Dhara, sebuah hadiah yang menyakitkan.

***

Malam hari, saat semua lampu telah padam; saat


suara-suara orang yang lalu-lalang di jalanan telah
diam membisu; dan saat pekerja keras yang merupa-
kan tulang punggung keluarganya telah tertidur pulas,

182 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

di rumah besar itu, semua juga telah terlarut dalam


mimpi indah masing-masing. Hanya Dhara yang
masih termenung di dalam kamarnya. Lampu remang-
remang di kamarnya belum padam.
Ia teringat Radit. Siapa yang akan Radit pilih anta-
ra Dhara dan Calsa yang juga mencintai Radit.
Dhara menangis.
Radit adalah satu-satunya orang yang ia cintai.
Melepaskan Radit, sama saja dengan menghancur-
kan kebahagiaannya sendiri – walau, apalah arti
ikatan pacaran. Dan jika ia tetap bertahan pada
perasaannya, bagaimana dengan Calsa? Orang tua
Calsa terlalu berjasa hingga Dhara tidak mau menya-
kiti Calsa walaupun ia sendiri sering Calsa sakiti.
Tiba-tiba, Dhara teringat Ilham yang pergi dari In-
donesia karena hatinya ia hancurkan. Ingatannya pun
langsung beralih pada Samir – orang yang sudah
dikenalnya sejak kecil –, namun tiba-tiba harus
membuang kenangan itu. Semua itu juga karena
Dhara. Dan sekarang, setelah ia banyak mengec-
ewakan orang-orang yang mencintai dirinya, apakah
ia juga akan mengecewakan orang yang sudah
banyak membantu dalam kehidupannya?
Perkara itu datang dan menari-nari di benak
Dhara. Ia tidak bisa tidur. Bayangan mereka hadir
bersamaan. Dhara melirik jam yang tergantung di
dinding kamarnya.

183 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Jam satu…,” ujar Dhara lirih.


Dhara bangkit, mematikan lampu, kemudian tidur.

***

184 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Duri Dalam Cinta

“Pagi yang indah saat aku melihat matamu…,”


sapa Radit yang tiba-tiba menghampiri Dhara dan
duduk di sebelahnya.
Dhara hanya tersenyum mendengar sapaan ro-
mantis Radit.
“Vir, muka kamu kok pucat sekali. Kamu sakit
ya…?” tanya Radit sambil meletakkan tangannya ke
dahi Dhara.
Dhara hanya diam. Membiarkan apa yang dil-
akukan Radit terhadapnya.
“Vir, kamu belum sarapan ya?” tambah Radit
melihat kebisuan Dhara.
Dhara hanya mengangguk sambil mengerdipkan
bulu matanya yang lentik.
“Ya udah, ke kantin yuk!” ajak Radit sambil meng-
gandeng tangan Dhara.
Dari ujung lain, terlihat sepasang mata me-
mandang Dhara dan Radit
“Eh Cal, lihat deh, makin ke sini Si Radit semakin
nempel banget tuh sama Dhara… Ke kantin aja pakek
gandengan tangan segala.” Beky yang melihat Radit

185 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

dan Dhara langsung menghasut Calsa yang kebetu-


lan juga melihat mereka berdua.
“Ya tuh, udah kayak perangko aja... Gue heran
deh Cal, sebenarnya mereka itu pacaran nggak sih?”
Sambung Beky yang paling membenci Dhara diantara
mereka bertiga.
“Ya nggak mungkin lah. Mana berani sih, si Dhara
itu pacaran sama orang yang gue taksir,” Calsa
berkata sambil memandang tajam ke arah Radit dan
Dhara yang sudah masuk ke dalam kantin.
“Tapi Cal, Radit kan nggak tahu kalau ello naksir
dia. Gimana coba kalau semisal Radit suka beneran
sama Dhara. Terus dia nembak Dhara dan Dhara
menerimanya, apa yang akan ello lakukan?” tanya
Fani tersenyum penuh kemenangan.
Beky hanya mengangguk mengiyakan.
“Lihat aja. Gue nggak akan pernah ngebiarin hal
itu sampai terjadi. Karena gue akan membuat Dhara
berhenti ngedeketin cowok idaman gue. Buktikan
aja…,” jawab Calsa. Ada rencana jahat yang sudah
tersusun di dalam benaknya.

***

Sepulang sekolah, ketika langkah Dhara sampai di


dekat gerbang sekolah, Calsa langsung menarik
lengan Dhara.

186 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Non Calsa… ada apa Non?” tanya Dhara sambil


melangkah cepat mengikuti tarikan tangan Calsa.
“Sini lo…!” Calsa menghentakkan tangan Dhara
ketika sampai di tempat yang agak sepi.
“Auu…!” suara Dhara mengaduh kesakitan.
“Vir, gue peringatin ya. Mulai besok ello harus jauhi
Radit. Jangan coba-coba deketin dia lagi, apalagi
sampai jalan berdua. Karena Radit adalah milik gue!”
“Apa salahnya jika aku berteman dengan Radit
Non..?” tanya Dhara yang tidak mau menyerah begitu
saja. Ia tahu, semua itu hanyalah duri cinta.
“Apa ello bilang? Eh Vir, ello itu sadar nggak sih
Radit itu siapa dan ello itu siapa? Ello itu nggak
pantas deket-deket sama Radit. Dia adalah putra
tunggal konglomerat yang kaya, sedangkan ello
hanya anak dari pembantu di rumah gue. Derajat ello
itu tidak kan jauh beda dari bunda ello yang kampun-
gan itu…!” hina Calsa pedas.
“Calsa, cukup…!” Tiba-tiba Radit datang dan lang-
sung merangkul Dhara.
“Radit…!” Calsa berkata sambil menutupi mulutnya
dengan tangan kanannya.
“Eh Cal, kamu bilang Dhara tidak pantas deket
denganku? Emang, kamu pikir, kamu itu pantas…?
Ngaca dong!” Amarah Radit tidak terkontrol
mendengar orang yang sangat dicintainya diren-
dahkan.

187 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Ayo sayang, kita pergi dari sini…,” Radit berkata


sambil melangkah pergi dari hadapan Calsa.
Calsa yang mendengar ucapan Radit, langsung
menggerakkan kaki, berlari ke arah mobilnya,
kemudian langsung pulang.
Ketika sampai di rumah, Calsa langsung berlari ke
kamarnya, menyusuri satu persatu anak tangga.
Hingga membuat papanya yang sengaja tidak kerja
dan lebih memilih duduk di ruang tamu – sambil
menghirup kopi pahit buatan bunda Dhara –, merasa
heran dengan sikap Calsa yang tidak seperti bi-
asanya.
“Pak Mardhi, ada apa dengan Calsa?” tanya Tuan
Taufik khawatir. Koran yang dibacanya langsung ia
letakkan begitu saja.
“Maaf Tuan, saya kurang tahu apa yang terjadi
sama Non Calsa, karena ketika ditanya, Non Calsa
tidak menjawab. Hanya suara tangisnya yang saya
dengar. Tapi ketika mau masuk mobol tadi, telinga
saya sempat mendengar ucapannya, katanya Den
Radit jahat, brengsek, dan….” Pak Mardhi tidak
melanjutkan kata-katanya karena dilihatnya, mata
Tuan Taufik langsung menyala merah padam.
Tanpa menunggu waktu lagi, Tuan Taufik lang-
sung berlari menuju ke kamar Calsa. Pak Mardhi
hanya bisa mengelus-elus dadanya ketika Tuan
Taufik telah pergi dari hadapannya. Hingga hal itu

188 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

membuat Nyonya Marina yang sedang santai di ruang


tengah juga berlari ke kamar Calsa, menyusul sua-
minya.
“Pa, kenapa dengan Calsa?” tanya Nyonya Marina
setelah langkah kakinya sampai di dekat suaminya.
“Ini semua gara-gara Mama…!” jawab Tuan Taufik
keras.
Pak Mardhi yang sedang mencuci mobil di depan
mendengar dengan jelas teriakan itu! Pak Mahmud
yang kebetulan sedang tiduran langsung bangun
mendengar teriakan itu. Dan Bik Imah yang
mendengarnya, langsung menjatuhkan gelas yang
ada di tangannya. Semua terasa begitu asing di
telinga mereka. Mereka baru satu kali itu mendengar
suara Tuan Taufik yang tidak terkontrol.
“Lho Pa, Papa kok langsung nyalahin Mama
sih…? Ada apa sebenarnya?” tanya Nyonya Marina
tidak mengerti.”
Mama tahu kenapa Calsa menangis?” tanya Tuan
Taufik geram. Matanya memandang Nyonya Marina
tajam.
Nyonya Marina hanya diam memandang Calsa
yang masih menangis.
“Ma, Calsa mengangis karena ia dihina. Dan yang
menghinanya adalah Radit. Semua ini disebabkan
oleh pembantu murahan kesayangan Mama,” lanjut

189 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Tuan Taufik. Ternyata ia sangat marah melihat


kondisi putri tunggal yang sangat di kasihinya itu.
“Apa? Nggak mungkin Pa. Mama nggak percaya
kalau Dhara melakukan hal seperti itu. Karena Mama
tahu betul siapa dia dan bagaimana sifatnya. Mama
nggak percaya Pa. Ini pasti hanya fitnah,” ujar Nyonya
Marina berusaha membela Dhara.
“Ma, Mama kenapa sih…? Sejak pertama Dhara
tinggal di rumah kita, dia sudah selalu buat onar dan
mama masih saja terus membelanya. Sekarang,
semua yang terjadi pada Calsa. Mama masih sempat
membelanya?
“Seandainya Mama tidak mengizinkan Dhara ting-
gal di rumah ini dan Mama tidak terlalu berbaik hati
padanya, mungkin hal semacam ini tidak akan pernah
menimpa Calsa Ma… Karena Dhara tidak akan
pernah melintas dalam kehidupan Radit,” Calsa
berkata sambil melemparkan satu persatu bonekanya
yang ada di tempat tidurnya.
Nyonya Marina berusaha menghindar.
“Sayang, maafkan Mama ya…,” ujar Nyonya Mari-
na sambil memeluk Calsa.
Calsa berusaha keras keluar dari pelukan hangat
mamanya.
“Pergi dari sini ! Cepat pergi…! Pergi…!” Calsa
mengusir papa dan mamanya.
Serentak papa dan mama Calsa lari ke luar.

190 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Dor!!!
Calsa menutup pintu dengan keras. Mama dan
papanya yang masih belum melangkah jauh dari
kamar Calsa, langsung berteriak kaget mendengar
suara pintu itu.
“Ma, Papa nggak bisa tinggal diam dengan semua
perbuatan Radit. Papa harus datang ke rumahnya,”
ujar Tuan Taufik sambil terus menuruni tangga
dengan sangat cepat.
“Pa, dengarkan Mama dulu!” ujar Nyonya Marina
yang berusaha mencegah langkah suaminya. Tan-
gannya memegang erat lengan suaminya.
“Ma, lepaskan tangan Papa! Biarkan Papa pergi.
Papa nggak rela putri kita dihina sama keluarga
mereka. Kita ini keluarga terhormat Ma, keturunan
darah biru. Apapun yang terjadi, Papa akan tetap
pergi. Tidak ada yang bisa menghalangi niat Papa,
termasuk Mama…!” Setelah berkata Tuan Taufik
langsung pergi dengan mobilnya.
Semua pembantu di rumah itu berdiri mematung,
menyaksikan apa yang tidak pernah terjadi sebe-
lumnya. Tuan Taufik pergi dengan amarahnya yang
memuncak. Niatnya sudah bulat akan membalas
dendamkan putrinya pada keluarga Radit.
Setelah sampai di rumah keluarga Radit, Tuan
Taufik langsung mengetok pintu.

191 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Eh Taufik…” sapa Tuan Rahmat, papa Radit, saat


membuka pintu. Wajah sahabatnya itulah yang ia
lihat. “Mari silakan masuk…,” ajak Tuan Rahmat
sambil merangkul pundak Tuan Taufik.
“Tidak perlu!” tolak Tuan Taufik kasar sambil
menghempaskan tangan Tuan Rahmat yang me-
rangkul pundaknya.
“Ada apa sobat?” tanya Pak Rahmat tanpa bisa
menyembunyikan rasa herannya.
Tuan Taufik memandang tajam mata Tuan Rah-
mat.
“Maaf, aku ke sini bukan karena untuk bersila-
turrahmi. Aku datang ke sini, hanya akan mengatakan
bahwa kerja sama bisnis di anatara kita batal total.
Dan jangan harap kita bisa bersahabat lagi.” Setelah
berkata, Tuan Taufik pergi dari hadapan Tuan Rah-
mat.
“Tapi kenapa Fik? Apa maksudmu?” tanya Tuan
Rahmat keras. Suaranya agak berteriak.
Tuan Taufik menghentikan langkahnya. Tanpa
menoleh, ia berkata:
“Kau mau tahu Rahmat? Anakmu Radit, dia telah
dengan sangat berani dan sangat disengaja
menghina putriku, Calsa. Kau memang kaya Rahmat.
Tapi perusahaanmu di Indonesia, tidak akan sukses
tanpa bantuan dari perusahaanku.

192 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Dan kau harus tahu Rahmat, perselisihan ini telah


berhasil membuatku berniat untuk membatalkan
pertunangan antara Calsa putriku dan Radit putramu.
Aku bisa mendapatkan seribu laki-laki yang lebih
cocok dan yang lebih baik buat putriku. Dan per-
sahabatan kita, cukup sampai di sini. Permisi.”
Setelah berkata, Tuan Taufik pergi. Lega rasanya ia
dapat membalaskan sakit hati putrinya itu.
“Ada apa Pa?” Mama Radit, Nyonya Susana da-
tang dengan langkah cepat menghampiri suaminya.
“Ada apa Pa?” ulang Nyonya Susana ketika
langkahnya sampai di samping suaminya.
“Gawat Ma…!” jawab Tuan Rahmat.
“Gawat? Apanya yang gawat pa?” tanya Nyonya
Susana antusias.
“Ini semua gara-gara Radit!” jawab Tuan Rahmat
dengan tangannya yang menggepal.
“Maksud Papa…?” tanya Nyonya Susana semakin
tidak mengerti.
“Keluarga Calsa telah membatalkan kerja sama
bisnis dengan kita. Mereka telah membatalkan
perjodohan antara Calsa dengan Radit. Itu artinya,
persahabatan Papa dengan Taufik hancur. Dan
Mama tahu kenapa? Ini semua karena Radit. Dia
telah berani menghina Calsa. Sekarang kita harus
bagaimana Ma? Tanpa kerja sama bisnis dari Taufik,

193 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

perusahaan kita tidak akan berjalan di Indonesia,”


ucap Tuan Rahmat panjang lebar.
“Jadi…” Nyonya Susana tidak dapat meneruskan
kata-katanya. Ia tidak dapat membayangkan,
bagaimana nasib perusahaannya yang nyaris teran-
cam gulung tikar bila tanpa bantuan bisnis dari Tuan
Taufik.
“Radit…. Ya, ini semua gara-gara dia. Papa harus
beri dia pelajaran, Ma,” Papa Radit berkata sambil
berjalan menuju ke kamar Radit.
“Radit belum pulang Pa…,” suara Nyonya Susana
agak keras hingga langkah kaki suaminya terhenti.
“Belum pulang…? Memangnya pergi ke mana saja
anak itu?” tanya Tuan Rahmat dengan suaranya yang
mengelegar.
Kakinya kembali melangkah menghampiri istrinya.
“Mama juga nggak tahu Pa. Sejak pulang sekolah
tadi, dia belum pulang sampai sekarang,” jawab
Nyonya Susana sedikit panik. Tidak ia hiraukan
amarah yang memuncak di raut wajah suaminya.
“Apa? Radit belum pulang sejak pulang sekolah?”
suaranya tambah keras. “Awas nanti kalau dia
pulang!” ancam Tuan Rahmat, kemudian melangkah
masuk kamar.
Nyonya Susana hanya bisa mengelus dadanya
dengan sikap suami dan anaknya yang selalu saling
balas.

194 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

***

“Radit, Papa mau bicara…!” teriak Tuan Rahmat


ketika melihat Radit muncul dari balik pintu.
Koran yang semula dipegangnya, sengaja ia letak-
kan di samping secangkir kopi hangat buatan Nyonya
Susana, istrinya.
“Papa, ada apa pa? Tumben banget,” respon Radit
sebelum kakinya menginjak anak tangga paling
bawah.
“Dari mana saja kamu, hah…?” tanya Tuan Rah-
mat. Matanya melotot tajam ke arah Radit.
Radit yang dipelototi papanya, diam dengan
senyum yang berkembang di bibirnya. Ia sama sekali
tidak tahu apa yang sedang terjadi.
“Biasalah Pa, Radit dari tempat nongkrong ama
temen-temen,” jawab Radit tanpa curiga.
“Ada apa sih Pa? Papa tenang aja deh… Radit
bisa jaga diri kok. Radit kan sudah dewasa,” tambah
Radit kemudian naik tangga.
“Radit tunggu...!” cegah Tuan Rahmat dengan
suara agak keras.
“Ada apa lagi sih Pa…?” tanya Radit sambil me-
noleh sedikit ke arah papanya berdiri.
“Papa mau bicara sesuatu sama kamu, sekarang,”
jawab Tuan Rahmat serius.

195 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Wah kebetulan sekali Pa, Radit juga ingin ngo-


mong sesuatu sama Papa, penting… banget,” ujar
Radit tersenyum.
“Tapi, besok saja ya Pa. Radit gerah mau mandi.
Bau Pa…,” setelah berkata, Radit melangkah ke
kamarnya.
“Radit…!” Panggil Tuan Rahmat keras.
Tapi Radit tidak menghiraukan panggilan itu. Wa-
lau sebenarnya, telinganya yang masih normal
mendengar jelas suara papanya.
“Ada apa Pa, kok rebut-ribut?” tanya Nyonya Su-
sana yang keluar dari kamarnya. Dengan pakaian
piama, siap tidur.
“Itu Radit, Ma, dia baru pulang jam segini. Udah
seharian Papa duduk nungguin dia, eh pulangnya kok
malah makan hati. Mau jadi apa anak itu? Disuruh
memimpin perusahaan nggak mau. Malah bisanya
hanya nyusahin orang tua saja,” ujar Tuan rahmat.
Matanya tidak lepas dari arah kamar Radit.
“Sudahlah Pa. Lagian Papa juga, udah malam
begini malah mau ribut. Kalau mau bahas soal yang
kemarin, besok saja Pa. Nggak enak kan udah
malam? Mendingan sekarang kita tidur yuk…,” tangan
lembut Nyonya Susana langsung menggandeng
tangan suaminya menuju kamar mereka.
Rasa amarah yang memuncak hilang seketika dari
hati Tuan Rahmat, ketika ia berada di dekat istrinya.

196 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

***

“Dit, nggak sarapan dulu?!” tanya Nyonya Susana


ketika melihat langkah putranya yang berjalan cepat
menuju ke pintu depan.
“Nggak Ma, Radit udah telat banget,” jawab Radit
sambil membuka pintu.
“Radit tunggu…!” Suara Tuan Rahmat mencegah
langkah Radit.
“Ada apa pa?” tanya Radit sebelum masuk ke da-
lam mobilnya.
“Papa ingin bicara…,” jawab Tuan Rahmat sambil
berjalan menghampiri putranya.
“Aduh, Papa… Radit udah telat nih,” bantah Radit.
“Eh, kamu ini, inikan masih jam 6!” Protes Tuan
Rahmat.
“Ia tahu, masalahnya, Radit ada janji sebelum ma-
suk kelas. Ya udah Radit berangkat dulu Pa….”
Setelah berkata, Radit tancap gas. Radit berangkat
sekolah dengan kecepatan tinggi. Ia ingin segera
bertemu dengan Dhara, separuh jiwanya.
Ketika Radit sampai di sekolah, ia langsung
menghampiri Dhara yang duduk di beranda sekolah
sambil membaca buku. Sendirian.
“Hai Vir, kok sendirian? Linda kemana?” tanya
Radit setelah sampai di dekat Dhara.

197 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Linda ke toilet Dit. Katanya sih… dia diare,” jawab


Dhara berusaha menahan tawanya.
“Diare? kok bisa sih…?” ulang Radit tidak percaya.
“Katanya sih, semalam Linda pesta bareng keluar-
ganya. Mungkin dia terlalu banyak makan semur
jengkol kali…,” jawab Dhara menoleh ke arah Radit.
Setelah berkata, Dhara tidak dapat lagi menahan
tawanya. Kontan saja Radit yang mendengarkan jadi
terpingkal-pingkal sambil memegangi perutnya.
Tawanya meledak, hingga mereka berdua tidak sadar
kalau Linda sudah berada di belakang mereka.
“Pagi Dit,” sapa Linda. Mendengar sapaan itu,
Radit tambah terpingkal-pingkal.
“Iiii, kalian berdua kenapa sih? Ngetawain aku
ya…?” Linda berkata sambil memukul lengan Dhara
dan Radit.
“Ih, udah dong, diliatin banyak orang tahu… Aku
kan jadi malu…,” ujar Linda sambil melihat ke arah
sekitarnya.
“Eh, Dit, Vir, aku punya kejutan buat kalian ber-
dua…,” ucap Linda sambil menyembunyikan kedua
tangannya di belakang punggungnya.
“Kejutan apa? Jangan-jangan semur jengkol…,”
ucap Radit yang kembali tertawa. Kali ini tawanya
lebih hebat dari sebelumnya.
“Haaah…? Kamu kok bisa tahu sih Dit?” Linda
berkata sambil menghentakkan kakinya ke lantai.

198 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Pasti kamu kan, Vir, yang cerita?” tuduh Linda


sambil menggerakkan jari telunjuknya ke arah Dhara.
Linda kelihatan kesel.
“Udah, udah, emangnya apa kejutanmu Lin?” tan-
ya Radit yang saat itu merangkul pundak Dhara.
“Nih…,” jawab Linda sambil memberikan 2 lembar
kertas undangan pada Radit.
Radit menerima undangan, kemudian mem-
berikannya 1 lembar pada Dhara.
“Haaaaa undangan?” ucap Radit dan Dhara ber-
samaan.
“Kalian nggak percaya? Ini bukan main-main. Buka
aja…!”
“Tunangan?” ujar Dhara setelah tahu apa isi un-
dangan yang tergenggam di tangan lembutnya.
Kabar dalam surat undangan itu, membuat sendi-
sendi Dhara tidak berfungsi lagi. Detak jantungnya
bekerja lebih keras.
“Lin, kamu nggak main-main kan?” tanya Dhara
berusaha menghibur keterkejutanya itu.
“Vir, memang aku suka bo’ong sama kamu, suka
ngerjain kamu. Tapi percayalah, untuk kali ini aku
serius, suweer,” jawab Linda sambil memperlihatkan
dua jarinya.
Linda kelihatan begitu bahagia. Sedangkan Dhara,
ia merasa sebentar lagi akan kehilangan sahabat
yang selalu bersamanya dalam suka dan duka.

199 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Awas, kalian berdua harus datang ya…?! Aku


tunggu, daaag….” Setelah berkata, Linda pergi,
menaiki anak tanggga dekat sekolah satu persatu.
Wajah Dhara berubah jadi mendung hitam. Matan-
ya mengikuti langkah Linda yang kemudian hilang
ditikungan utara.
“Vir, kamu kok jadi sedih sih?” tanya Radit yang
merasakan perubahan pada wajah Dhara.
“Dit, bentar lagi Linda akan tunangan…,” jawab
Dhara lemas.
“Kenapa? Kamu juga mau tunangan…?” canda
Radit menyenggol lengan Dhara.
“Iiiih, Radit… apa-apaan sih…?” ujar Dhara sambil
memukul lengan Radit.
Radit mengaduh kesakitan. “Terus kenapa Vir?”
tanya Radit lagi.
“Dit, kamu tahu kan, bahwa Linda adalah satu-
satunya sahabatku. Kalau Linda tunangan, itu artinya
aku akan kehilangan sahabat terbaikku, karena
pastinya Linda akan lebih banyak menghabiskan
waktunya bersama tunangannya,” jawab Dhara,
suaranya terdengar sedih dan parau.
“Vir, kamu lupa ya? Sekarang kamu kan sudah
punya aku? Aku janji Vir, aku tidak hanya akan
menjadi kekasihmu. Tapi, aku juga akan menjadi
sahabatmu… sebagai pengganti Linda. Percayalah
Vir, aku tidak akan pernah mungkin meninggalkanmu,

200 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

sampai kapan pun…,” Radit berkata sambil me-


megang tangan Dhara.
Radit tidak sadar bahwa di kejauhan ada
sepasang mata yang memperhatikannya. Dialah
Calsa. Melihat pemandangan yang kurang enak itu,
Calsa berlari menuju mobilnya. Ia akan pulang. Air
matanya juga ikut mengantarnya menuju mobil.

***

“Calsa…,” panggil Nyonya Marina melihat putrinya


pulang dengan menangis. Ini adalah untuk yang
kedua kalinya.
“Lho… Jeng, memangnya ini sudah jam berapa?
Calsa kok sudah pulang?” tanya Nyonya Susana,
mama Radit, yang kebetulan sedang bertamu.
“Biasanya belum Jeng. Ada apa ya…?” Sambil
berkata, Nyonya Marina beranjak pergi ke kamar
Calsa, melewati beberapa anak tangga.
Nyonya Susana mengikuti di belakang Nyonya
Marina.
“Calsa, buka pintu, sayang…. Ini Mama…,” kata
Nyonya Marina sambil mengetok pintu. “Sayang,
kamu kenapa…? Mama masuk ya….” Setelah
berkata, Nyonya Marina langsung masuk ke kamar
Calsa.

201 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Sayang, kok menangis? Ada apa? Cerita dong


sama Mama. Siapa tahu Mama bisa bantu Calsa,”
lanjut Nyonya Marina sambil berusaha menghibur
Calsa. Kedua tangan keibuannya mengelus kepala
Calsa.
“Ini semua gara-gara Mama…!” teriak Calsa tiba-
tiba. Suaranya lantang di dalam kamar besar itu.
“Gara-gara Mama? Sebenarnya apa yang terjadi?
Kenapa semua permasalahan yang terjadi itu adalah
salah Mama…?” kata Nyonya Marina bertanya sambil
beranjak dari duduknya.
“Ma, ini semua memang salah Mama. Coba sean-
dainya Mama tidak membiayai sekolah Dhara, tidak
membiarkan Dhara berlama-lama tinggal di rumah ini,
Dhara tidak akan bertemu dengan Radit, dan mereka
tidak akan saling jatuh cinta Ma…!” ujar Calsa.
Suaranya semakin keras dan lantang.
Nyonya Susana, mama Radit, yang mendengar
Calsa menyebut nama putranya, langsung terperanjat
kaget. Ia merasa malu pada keluarga Calsa.
“Dhara lagi, Dhara lagi. Calsa, kamu itu selalu…
saja menyalahkan Dhara. Memangnya apa yang telah
Dhara perbuat kepadamu hingga kamu begitu sangat
membencinya?” ucap Nyonya Marina setengah
marah.
“Ma, Mama kenapa sih, selalu saja membela
Dhara? Dhara itu sudah merebut Radit dari Calsa Ma!

202 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Dhara itu adalah wanita murahan yang suka merebut


milik orang lain…!” teriak Calsa sambil memukul
kasur.
“Calsa, kenapa sih kamu selalu saja berburuk
sangka kepada Dhara? Mama yakin, Dhara tidak
seburuk yang kamu kira…,” ujar Nyonya Marina.
“Ma, Mama ngerti nggak sih, kalau Dhara itu sudah
merebut Radit dari Calsa? Tapi kenapa Mama masih
saja membela Dhara brengsek itu? Calsa yakin, pasti
Dhara adalah anak haram Mama…!” Jari telunjuk
Calsa menuding ke arah mamanya.
Mendengar kata-kata Calsa yang terakhir, Nyonya
Marina benar-benar naik pitam. Hingga tanpa sadar,
‘PLAAKK’ sebuah tamparan hangat yang berasal dari
tangan Nyonya Marina, mendarat di pipi Calsa yang
penuh dengan air mata.
“Calsa, berani-beraninya kamu lontarkan kata-kata
itu. Inikah pelajaran yang kamu dapat selama ini?
Mama benar-benar tidak menyangka,” ucap Nyonya
Marina yang menempatkan tangan di dadanya. .
“Sudahlah Jeng…,” hibur Nyonya Susana sambil
memeluk pundak Nyonya Marina membawanya
keluar dari kamar Calsa.
Setelah Nyonya Susana berhasil menenangkan
hati Nyonya Marina, ia pulang dengan seribu tanda
tanya di benaknya. Kata-kata Calsa, bahwa Radit
mencintai Dhara, seorang anak pembantu di rumah

203 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Calsa, masih belum punah dari ingatannya. Harga diri


dan martabat keluarga konlomerat merasa terinjak-
injak.

***

Sampai di rumah, Nyonya Susana melihat Radit


yang sedang nonton TV. Kontan saja, langsung
mengambil remot yang dipegang Radit, kemudian
mematikan TV-nya.
“Mama? Yah Mama… kok dimatikan sih Ma?
Acaranya kan udah hampir selesai. Please deh
Ma….” Tangan Radit berusaha meraih kembali remot
TV yang ada di tangan mamanya.
“Radit, Mama mau bicara sama kamu,” ucap
Nyonya Susana.
“Ya nanti dulu dong Ma. Radit kan masih nonton
TV. Lagian Mama itu kenapa sih?” tanya Radit sambil
menghampiri mamanya.
“Dit, seharusnya, Mama yang tanya sama kamu,
kamu itu kenapa?!” Suara Nyonya Susana melai
terdengar agak tinggi.
“Lho, Ma… Mama kenapa sih? Baru pulang kok
langsung marah-marah gitu?” tanya Radit heran.
“Mama ingin ngomong sesuatu sama kamu Dit,
penting. Ini menyangkut kehormatan keluarga kita,”
jawab Nyonya Susana.

204 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Iya, iya, memangnya Mama mau ngomong apa


sih? Kok sampe bilang menyangkut kehormatan
keluarga segala. Pasti Mama dipanggill kepala
sekolah lagi kan? Itu pasti fitnah Ma. Karena akhir-
akhir ini, Radit nyaris tidak pernah berbuat keonaran
di sekolah,” Radit berkata sambil duduk berhadapan
dengan Nyonya Susana.
Mata bulat Nyonya Susana memandang Radit
yang tampak tidak menaruh curiga sedikitpun.
“Lho, ada apa ini…? Kok pada ngumpul-
ngumpul?” tanya Tuan Rahmat yang tiba-tiba muncul
dari arah pintu depan. Rupanya Tuan Rahmat baru
pulang dari kantor.
“Wah kebetulan Dit kamu ada di sini. Papa mau
bicara penting sama kamu…,” Tuan Rahmat berkata
sambil duduk di samping Nyonya Susana, istrinya,
berhadapan dengan Radit.
“Papa sama Mama kenapa sih, kok aneh gitu…?”
tanya Radit setelah tahu kedua orang tuanya tidak
berani angkat suara.
“Dit, sekarang bukan waktunya untuk bercanda,”
tegas Tuan Rahmat yang membuat bulu kuduk Radit
berdiri.
“Ma, Pa, sebenarnya ada apa sih…?” tanya Radit
mencoba mengorek sedikit dari perubahan sikap
kedua orang tuanya itu.

205 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Agak lama keadaan ruangan itu sepi, tidak ada


diantara mereka bertiga yang berani angkat bicara.
Karena menurut kedua orang tua Radit, perbuatan
Radit kali ini benar-benar sulit termaafkan. Benar-
benar keterlaluan.
“Radit, kamu tahu, kenapa Papa kemarin ngotot
mau bicara sama kamu?” tanya Tuan Rahmat.
Ternyata Tuan Rahmatlah yang diberi keberanian
untuk angkat bicara dalam kebisuan itu.
Mendengar pertanyaan Tuan Rahmat, Radit hanya
menggeleng kosong.
“Radit, jawab dengan jujur pertanyaan Papa,”
lanjut Tuan Rahmat yang semakin membuat Radit
tidak mengerti.
“Dit, apa yang kamu lakukan pada Calsa putri
tunggal keluarga Tuan Taufik?” tanya Tuan Rahmat
geram.
Radit yang sengaja menundukkan kepalanya,
tanpa diminta langsung mendongak menghadap ke
arah Tuan Rahmat, memandang tajam kearah mata
Tuan Rahmat.
“Yang Radit lakukan pada Calsa, maksud Pa-
pa…?” tanya Radit coba mengulang pertanyaan
langka dari bibir Tuan Rahmat.
“Ya. Kamu tahu Dit, Tuan Rahmat, Papa Calsa
datang kemari. Dan dia marah-marah sama Papa
karena ada orang yang telah berani menghina putri

206 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

kesayangannya. Dan orangnya itu adalah kamu,”


ucap Tuan Rahmat marah. Giginya berbenturan
dengan gigi yang lain.
“Pa, tidak ada satupun perbuatan yang Radit
lakukan pada Calsa Pa. Kalau Om Taufik bilang Radit
telah menghina Calsa, ya wajarlah. Karena saat itu,
Radit hanya membela teman Radit saja.
“Apakah salah jika Radit berusaha membela dan
melindungi teman Radit itu?” jawab Radit. Suaranya
juga tidak kalah kalah dengan suara Tuan Rahmat.
Radit memang sangat keras kepala.
“Pasti teman yang kamu maksud itu adalah Dhara
kan?” sambung Nyonya Susana yang membuat Radit
berbalik arah memandang Nyonya Susana, maman-
ya.
Radit merasa heran, bagaimana mamanya bisa
tahu dengan nama Dhara? Karena ia belum merasa
bercerita pada siapapun, termasuk kepada kedua
orang tuanya. “Mama kok tahu?” tanya Radit heran.
“Siapa yang tidak mengenal Dhara, seorang anak
pembantu di rumah Jeng Marina? Mama akui dia
memang lebih cantik dari Calsa. Tapi Dhara itu begitu
sangat tidak pantas buat kamu…,” terang Nyonya
Susana tertawa sinis.
“Dhara? Siapa dia? Apa hubungannya denganmu
Dit?” tanya Tuan Rahmat heran.

207 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Ternyata, Papa belum tahu,” ucap Nyonya Su-


sana.
“Pa, Dhara itu adalah anak dari seorang pembantu
di rumah Jeng Marina, di rumah Calsa. Dan parahnya,
Dhara itu adalah wanita idaman putra tunggalmu
itu….”
“Apa?” ujar Tuan Rahmat terkejut. Tangannya
yang bidang memukul geram meja yang terletak rapi
di depannya.
“Dit, apa benar kamu mencintai anak pembantu
itu?!” tanya Tuan Rahmat marah. Suaranya semakin
tinggi dan keras.
“Kalau benar, kenapa Pa? Apakah Radit ber-
salah?” jawab Radit lantang. Seoah tidak merasa
bersalah walau sudah berhubungan dengan cara
terselubung, pacaran. Tidak ada restu orang tua
terlebih dahulu.
“Apa kamu bilang, kamu masih bertanya bersalah
atau tidak? Dit, gara-gara kamu semua bisnis Papa
akan hancur. Dan sekarang, Papa dengar kamu
mencintai anak pembantu rumah tangga. Lelucon
macam apa ini?” Suara Tuan Rahmat semakin
nyaring di langit-langit ruangan.
Suasana semakin terasa panas dan mendebarkan.
“Pa, apakah Radit salah jika Radit mencintai Dhara
anak seorang pembantu rumah tangga? Bukankah itu

208 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

hak Radit?” bantah Radit, membuat Tuan Rahmat


semakin geram.
“Radit, sekali lagi Papa tegaskan. Jangan sekali-
kali bertanya apakah itu salah atau tidak, karena itu
sudah jelas-jelas salah.
“Kamu tahu kenapa? Karena kamu adalah ke-
turunan tunggal konglomerat berdarah biru. Se-
dangkan gadis itu hanyalah anak seorang pembantu
rumah tangga. Dia sama sekali tidak pantas untuk
hidup bersamamu.
“Dan jika kamu tetap berhubungan dengan gadis
itu, maka kamu telah menginjak-injak martabat
konglomerat berdarah biru.
“Ingat Dit, konglomerat hanya pantas bersanding
dengan konglomerat. Sedangkan anak pembantu
lebih pantas bersanding dengan anak jalanan, karena
mereka sama-sama rakyat jelata yang hina.
“Dan mulai saat ini, detik ini, Papa larang kamu
untuk dekat-dekat lagi dengan gadis hina itu.
Mengerti?!” tegas Tuan Rahmat.
Radit hampir pingsan. Bagaimana dia akan mem-
perjuangkan cintanya, jika saat ini kedua orang
tuanya telah memberi ketegasan padanya agar tidak
mendekati Dhara lagi?
“Pa, perbedaan kita sama Dhara itu hanya terletak
pada pangkat Pa, pada harta, pada dunia yang

209 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

sewaktu-waktu akan sirna dengan kesombongan


orang yang memilikinya.
“Ingat Pa, seseorang bisa terkenal bukan karena
harta yang dimilikinya atau pangkat yang didudukinya.
Tapi, seseorang itu terkenal karena tingkah lakunya
Pa, budi pekertinya.
“Dhara memang bukan Calsa yang memiliki semua
itu. Tapi Dhara adalah gadis yang memiliki budi
pekerti yang baik,” ujar Radit berusaha membela
Dhara, gadis yang dicintainya.
“Eh Dit, apa yang telah gadis itu berikan kepa-
damu, sehingga kamu berani mengajari Papa seperti
itu? Kamu berani melawan Papa dan Mama hah…?
“Ingat Dit, Papa dan Mama ini adalah orang tua-
mu, yang banting tulang agar kamu bisa tumbuh
seperti saat ini….” Amarah Tuan Rahmat semakin
memuncak.
“Papa juga harus ingat bahwa Radit tidak pernah
meminta keluar dari perut Mama dan meminta Papa
agar bekerja untuk menghidupi Radit. Bahkan Radit
menyesal telah keluar dari perut Mama dan menjadi
putra tunggal konglomerat seperti Papa. Radit me-
nyesal Pa….”
“Kurang ajar…!” ‘PLAAKK’, sebuah tamparan
langsung menempel di pipi kanan Radit.
“Dengar Dit, mulai hari ini Papa peringatkan sekali
lagi, jangan kamu coba dekat-dekat dengan gadis itu

210 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

lagi, atau kalau tidak, terpaksa Papa akan hapus


nama kamu dari ahli waris keluarga ini,” setelah
berkata Tuan Rahmat berjalan ke arah kamarnya.
Sebuah pertengkaran hanya masalah perebutan
hak percintaan anak remaja yang tidak penting, baik
yang dilakukan Radit maupun orang tuanya.
Tidak ada yang salah mencintai dan mengharap-
kan siapapun, yang penting budi pekerti yang baik,
kata Radit.
Namun seharusnya, masa remaja adalah masa
belajar. Namun kenyataan, Radit sudah menjalin
ikatan cinta terselubung. Sampai berani berkata yang
sungguh menyakiti orang tuanya, pun tuhannya. Tuan
Rahmat menyesali sikap Radit yang menyakiti dirinya
dan Tuhan.
Sebagai orang tua pun, memang benar melarang
percintaan Radit dengan Dhara karena berhubungan
secara terselubung, tidak mendapat restu. Tuan
Rahmat pun menyadari hal ini. Seharusnya Calsa
yang dipilih Radit. Namun, alangkah bijaknya bila
memang tidak sampai merendahkan orang lain
apalagi persoalan dunia, menampar, dan bahkan
mencoret sebagai ahli warisnya. Namun hawa nafsu
sudah menguasai jiwa Tuan Rahmat.
“Pa, apakah Papa lupa, dari mana Mama berasal?
Mama juga bukan keluarga terhormat seperti Papa
kan? Mama hanyalah anak dari seorang bapak

211 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

penjaga kebun milik kakek, tapi kenapa Papa meni-


kahi Mama?
“Kenapa harga diri konglomerat yang Papa
bangggakan itu tidak merasa terinjak-injak Pa,
kenapa? Kenapa Pa, kenapa Ma…?”
Mendengar ocehan Radit, Tuan Rahmat yang su-
dah berdiri diambang pintu kamar tidurnya, kembali
melangkan menghampiri Radit ynag matanya menya-
la merah.
“Kurang ajar…!” Tampar lagi. Contoh yang tidak
benar lagi yang ditunjukkan ke anak remaja yang
terbilang masih labil, mudah meniru.
“Radit! Secepatnya kamu harus melamar Calsa
putri Tuan Taufik, titik!” Setelah berkata, Tuan Rahmat
langsung masuk kekamarnya, tanpa memedulikan
pertengkaran yang masih berlanjut di luar kamarnya.
“Apa, melamar Calsa? Pa, Radit tidak mencintai
Calsa. Radit hanya mencintai Dhara seorang…
Sampai kapanpun…!” teriak Radit keras.
Tapi daun pintu kamar papa Radit telah tertutup
rapat, hingga Tuan Rahmat yang berada di dalamnya
tidak begitu mendengar teriakan Radit yang menolak
perintahnya.
“Ma, hanya Mama yang selalu mengerti Radit.
Tolong Radit Ma. Radit tidak mau melamar Calsa.
Radit tidak mencintainya Ma. Radit hanya mencintai

212 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Dhara. Tolong Radit Ma…,” rengek Radit pada


Nyonya Susana yang sudah berlinangan air mata.
“Dit, mungkin selama ini memang benar, hanya
Mama yang bisa mengerti kamu. Tapi untuk saat ini,
Mama tidak bisa berbuat apa-apa dengan keputusan
papamu.
“Secepatnya kamu harus melamar Calsa, apapun
yang terjadi. Karena kamu telah Mama jodohkan
dengan Calsa sejak kecil,” setelah berkata Nyonya
Susana pergi meninggalkan Radit seorang diri yang
masih tidak percaya dengan apa yang baru saja
didengarnya.
“Melamar Calsa? Sudah dijodohkan sejak kecil?”
Sebuah pertanyaan yang seharusnya tidak layak
diucapkan anak remaja seperti Radit, apalagi pertan-
yaan tentang keputusan perjodohan yang tidak
diketahui anak.
Tubuh Radit terkulai lemas mendengar semua itu.
Sebagai laki-laki, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Radit
teringat Dhara, teringat janjinya. Baru ia berjanji,
bahwa apapun yang terjadi, ia akan tetap setia pada
Dhara. Ia tidak akan pernah sedikitpun meninggalkan
Dhara, sampai kapanpun. Bahkan berniat pun tidak.
“Dhara, aku mencintaimu Vir… Sangat mencintai-
mu. Aku tidak ingin kehilanganmu. Semua yang
terjadi bukanlah keinginanku. Percayalah Vir, aku kan
tetap mencintaimu, sampai kapanpun,” Radit berkata

213 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

sambil melangkahkan kaki dengan sisa-sisa tenaga


yang dimilikinya.
Radit terelap. Terlelap dalam duri cinta.

***

214 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Pertunangan Sahabat

“Radit! Iiih, apa-apaan sih? Lepasin! Dit, lepasin


dong… Malu dilihatin banyak orang tahu…!” Dhara
berkata sambil berusaha keluar dari pelukan Radit.
“Dit, ya ampuun lepasin aku…!” ucap Dhara terus
mendesak, agar Radit melepas pelukannya.
“Dit, ada apa sih, kok tiba-tiba banget…? Nggak
seperti biasanya deh. Aneh banget tau…,” tanya
Dhara setelah Radit melepaskan pelukannya.
“Vir,” ucap Radit.
“Dit, kamu kenapa sih,?” tanya Dhara semakin
heran.
“Vir, aku takut…!” jawab Radit yang berusaha mau
memeluk lagi namun ditepis Dhara.
“Takut?” ulang Dhara. Perasan herannya semakin
menjadi-jadi.
“Iya Vir, takut. Aku takut kehilanganmu,” ujar Radit.
“Ih, Radit, gombal banget sih…,” balas Dhara
mencubit punggung Radit.
“Dit, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa tiba-
tiba kamu ngomong seperti itu?” tanya Dhara sambil
memegang kedua tangan Radit.

215 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Percayalah Vir, nggak ada apa-apa. Aku hanya


takut kehilanganmu. Aku nggak mau kehilanganmu
Vir, aku sayang kamu Vir. Aku cinta kamu…,” Radit
berkata bohong demi cinta sambil kembali seperti
merengek. Seolah harapan kokohnya tali pacaran
adalah hal yang pasti bersatu, seumur hidup. Jodoh
manusia tidak ada tahu.
“Radit, aku nggak mungkin mengkhianati cinta kita.
Hanya kamu yang aku cintai Dit, tidak ada yang lain.
Kamu harus yakin dan percaya itu,” tutur Dhara polos.
Dhara memang tidak pernah bercinta sebelum
dengan Radit. Radit adalah cinta pertama dalam
hidupnya, juga nafsu pertama.
Radit yang mendengar jawaban polos Dhara,
langsung melepaskan kegelisahannya. Ditatapnya
mata Dhara yang penuh dengan cahaya, ia
menemukan ketulusan di dalamnya.
‘Dhara, aku percaya padamu. Percaya pada
semua yang kamu katakan. Karena aku tahu, kamu
bukan seorang pembohong.
‘Tapi Vir, maafkan aku jika suatu hari nanti kita
harus berpisah, jika terpaksa aku harus meninggal-
kanmu, meninggalkanmu dengan kesendirian,
meninggalkanmu setelah kamu kehilangan sahabat
setiamu itu. Aku benar-benar minta maaf Vir.
‘Nanti malam adalah acara pertunangan Linda.
Malam itu juga, kamu pasti akan merasakan sangat

216 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

kehilangannya. Sedangkan aku, aku sebagai orang


yang mencintaimu tidak bisa menjadi pengganti Linda
yang selalu ada untuk menghiburmu. Karena satu
Minggu lagi aku harus melamar Calsa, orang yang
sama sekali tidak aku cintai.
‘Ini semua bukanlah kehendakku Vir. Aku hanya-
lah korban dari perjodohan. Tapi aku berjanji atas
nama cinta ini, aku hanya akan bertunangan
dengannya. Apapun yang terjadi, aku tidak akan
sampai menikahinya, aku berjanji Vir,’ mungki ucap
Radit dalam hati.
“Oh ya Dit, nanti malam adalah acara pertunangan
Linda, sahabat kita berdua. Aku akan merasa ber-
salah sekali jika pada malam kebahagiaannya nanti,
aku tidak memenuhi undangannya,” ujar Dhara.
“Dhara, kamu tidak akan pernah merasakan hal
demikian, karena kita akan pergi bersama-sama ke
pesta Linda. Nanti malam aku jemput kamu di
gerbang rumah,” Radit berkata sambil memulai
langkahnya menuju kelas yang ternyata sudah
banyak yang berada di dalam kelas.
Calsa yang kebetulan juga baru masuk kelas, keti-
ka melihat Radit dan Dhara yang berjalan bergan-
dengan, merasa cemburu. Api amarahnya kembali
menyala.

217 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

‘Brengsek, awas ello Vir. Ello boleh manasin gue.


Ello boleh merasa menang dengan cara ello udah
bisa ngedapetin Radit, merebutnya dari tangan gue!
‘Tapi ingat Vir, bentar lagi gue akan buat orang
yang ello cintai pergi ninggalin ello selamanya…’
mungkin ucap Calsa dalam hatinya, kemudian ia
keluar menuju kantin menghampiri teman-temannya.
“Hai, tuh Calsa! Tunjuk Fani saat melihat Calsa
muncul dari balik pintu kantin.
“Cal, sini dong! Teriak Beky keras hingga Calsa
yang mendengarnya langsung berjalan menghampiri
teman-temannya. Mereka duduk di bangku kantin
menghadap ke arah pintu masuk.
“Brengsek…!” kata Calsa geram sambil memukul-
kan gumpalan tangannya ke meja yang ada di depan.
“Kenapa?” tanya Beky saat melihat wajah Calsa
yang suram.
“Oh, gue tahu. Pasti semua ini gara-gara Dhara
brengsek itu kan?” tebak Fani yang dikuatkan dengan
anggukan Calsa.
“Dhara? Cal, ello kok bisa sih dikalahin sama yang
namanya Dhara brengsek itu?” Protes Bela.
“Eh, ello berdua itu, jangan pernah mengira bahwa
gue udah kalah dalam permainannya. Lihat aja,
bentar lagi, gue juga akan merebut orang yang dia
cintai dalam hidupnya, se-la-ma-nya…,” ujar Calsa
kemudian pergi.

218 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

***

“Radit, mau kemana kamu?” tanya Tuan Rahmat


yang sudah berdiri didekat pintu mobil Radit.
“Bukan urusan Papa,” jawab Radit enteng.
“Radit, Papa larang kamu pergi malam ini, karena
Papa yakin kamu pasti akan pergi dengan pembantu
sialan itu!” teriak papanya yang ternyata tidak dapat
gubris dari Radit.
“Sorry Pa, Radit harus pergi,” ucap Radit sambil
masuk ke dalam mobil, kemudian tancap gas.
Radit mengeluarkan kecepatannya agar cepat
sampai ke tempat dimana Dhara sedang menantinya.
Beralih di pojok rumah Calsa.
“Bunda, Dhara berangkat!” teriak Dhara dari balik
pintu kamar bundanya.
Dengan sedikit menguap, bunda Dhara membuka
pintu kamarnya. Tampaklah wajah cantik Dhara yang
tersenyum sayang pada bunda yang sangat
dikasihinya.
“Sama siapa Vir?” tanya bunda Dhara setelah bibir
Dhara mencium telapak tangan bundanya.
“Sama… sama teman, Bunda,” jawab Dhara sedi-
kit berbohong.
“Nanti jam berapa pulangnya Vir?” tanya bundanya
lagi.

219 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Kurang tahu Bunda. Mungkin Dhara pulang du-


luan sebelum acara pertunangan Linda selesai. Dhara
berangkat ya….” Kemudian Dhara melangkah setelah
terlebih dahulu mencium pipi bundanya.
Dhara langsung menuju depan pintu gerbang, di
sana Radit sudah menunggunya. Setelah Dhara
duduk di jok depan, samping Radit, Radit langsung
melajukan mobilnya kembali.
Tidak satupun di antara Radit dan Dhara yang
tahu, bahwa sepasang mata memperhatikannya dari
atas tingkat. Dialah Calsa, orang yang juga mencintai
Radit.
***

“Selamat ya Lin,” ucap Dhara mencium pipi Linda.


“Makasih Vir,” balas Linda tersenyum.
“Oh ya Don, kenalkan ini Dhara, sahabat aku di
sekolah dan ini Radit pacar Dhara,” ucap Linda sambil
menunjuk Radit dan Dhara.
“Aku Doni,” Doni mengulurkan tangan kanannya.
“Radit!” balas Radit menyambut uluran tangan
Doni.
“Dhara!” ujar Dhara setelah tangan Doni beralih
terulur ke arah Dhara.
“Don, bentar ya aku ngantar Dhara ke dalam dulu.
Ayo Vir….” Dhara melangkah di samping Linda.

220 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Terasa sekali terhirup hidung Dhara, bau harum


minyak yang membasahi tubuh Linda.
“Lin, aku juga merasa senang dengan datangnya
hari kebahagiaanmu, malam ini,” ucap Dhara sambil
mencicipi hidangan yang tersedia di meja.
“Terima kasih Vir, kamu memang yang paling
mengerti perasaanku. Eh, ngomong-ngomong, kalian
kapan tunangan?” Pertanyaan positif Linda meng-
getarkan jantung Dhara.
‘Tunangan? Benarkah hubunganku dengan Radit
akan sebahagia Linda malam ini? Benarkah orang
miskin sepertiku bisa bersanding dengan putra
tunggal konglomerat?’ mungkin ucap Dhara dalam
hati.
Mereka berdua melajutkan perbincangannya.
“Linda, ayo acara tukar cincin sudah mau di mulai,”
Kartini, mama Linda, tiba-tiba datang menghampiri
Linda dan Dhara.
Linda segera berjalan menuju tempat Doni berada.
Ia lupa bahwa Dhara masih mengikuti langkahnya di
belakangnya.
Dhara tidak berkedip menyaksikan acara di depan
matanya itu. Doni memasangkan cincin per-
tunangannaya ke jari manis Linda. Kemudian Linda
pun juga memasangkan cincin pertunangan ke jari
manis Doni. Lengkap sudah kebahagiaan yang Linda
rasakan. Ini adalah pertama kali dalam hidupnya.

221 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Setelah cincin pertunangan itu melingkar di jari


manis Doni dan Linda, maka mereka telah terikat satu
sama lain. Tidak ada lagi kebebasan sebebas sebe-
lum mereka tunangan.
Setelah acara pertunangan Doni dan Linda
selesai, Radit langsung mengantar Dhara pulang.
Masih jelas diingatan Dhara, bagaimana dia
menyaksikan acara tukar cincin di acara pertunangan
Doni dan Linda. Dhara menghela nafas sesak meng-
ingatnya.
“Dit, makasih ya udah nganter aku pulang. Maaf
aku nggak bisa ngajakin kamu mampir, karena ini
bukan rumahku,” ucap Dhara setelah mobil Radit
berhenti di depan gerbang besar di depan rumah
Calsa itu.
“No problem, sayang. Bisa mengantarmu pulang,
itu sudah lebih dari cukup buatku,” ucap Radit sebe-
lum Dhara keluar dari mobilnya.
“Ya udah, aku masuk dulu ya. Sampai ketemu
besok di sekolah….” setelah berkata, Dhara turun dari
mobil Radit.
Lambaian tangan Dhara membuat mobil Radit
berlalu dari depan gerbang besar itu. Saat Dhara
tahu, Radit telah menghilang di tikungan jalan, Dhara
masuk melewati gerbang besar itu menuju rumah.

222 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Bagus, bagus…, “ terdengar tepukan tangan dari


arah tangga yang mengarah ke kamar Calsa. Calsa
telah berdiri angkuh di sana.
“Non Calsa…,” ujar Dhara pelan.
Calsa dapat melihat keterkejutan Dhara di raut
wajahnya.
“Ya, gue Calsa. satu-satunya orang yang tahu ke-
busukan ello di belakang jasa-jasa keluarga gue. Gue
tahu, ello dari mana, sama siapa, dan gue juga tahu
siapa orang yang nganter ello pulang.
“Ello hebat ya Vir, bisa ngelabuhi Papa sama Ma-
ma gue. Mama udah susah payah ngebantu ello agar
ello bisa ngelanjutin sekolah, bahkan ello udah
dimasukin ke sekolah gue, sekolah terfavorit. Apakah
seperti ini balasan ello? Dasar cewek gembel! Nggak
tahu diri.
“Gue yakin, Mama pasti akan kecewa banget kalau
sampai tahu kelakuan ello,” ucap Calsa yang semakin
membuat Dhara terkejut.
“Tapi tenang saja, karena gue adalah cewek yang
baik hati. Gue nggak akan ngelaporin perbuatan ello
ke Mama ataupun Papa. Tapi ingat Vir, malam ini
adalah malam terakhir ello bertemu dengan Radit!”
Keterkejutan Dhara semakin menjadi, ketika
mendengar akhir dari kata-kata Calsa.
“Apa?” ucap Dhara saat matanya bertemu dengan
mata Calsa.

223 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Ingat Vir, ello hanya pembantu di rumah gue, jadi


jangan mimpi di siang bolong deh, hello… Bisa
bersama Radit? Karena yang pantas bersama Radit
itu hanya gue, nggak ada yang lain. Termasuk ello.
Mengerti? Hanya gue….” Setelah berkata, Calsa
kembali meniti tangga menuju ke kamarnya.
Dhara juga melangkah menuju ke kamarnya. Ada
setetes bening yang mengalir pelan di pipinya. Dhara
sedih. sebuah resiko ikatan pacaran yang belum
direstui, memang. Matanya masih tidak bisa lepas
pandang ke arah Calsa yang berjalan cepat menuju
ke kamar.
Dhara masuk kamar dengan pikiran tidak tenang.
Kata-kata Calsa telah membuatnya harus bisa beralih
dari perasaannya. Ia mencintai Radit, tapi ia juga
mencintai Calsa dan keluarganya. Dengan sisa-sisa
air mata yang masih mengalir hangat di pipinya,
Dhara terlelap dalam mimpinya yang tidak begitu
indah.

***

224 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Ayah, Maafkan Dhara

Pagi ini Calsa sengaja bangun lebih awal dari bi-


asanya. Entah apa yang ada di perasaannya. Ia
hanya ingin cepat-cepat ke sekolah dan bertemu
dengan teman-temannya.
“Selamat pagi Non,” sapa Pak Mahmud yang se-
dang mencuci mobil.
Calsa menghentikan langkahnya mendengar
sapaan itu. Matanya terarah ke Pak Mahmud.
“Mau saya antar Non?” tanya Pak Mahmud ketika
tahu Calsa menatapnya.
“Apa? Ngantar gue? makasih, dari pada Bapak itu
sok baik sama gue, mendingan Bapak urusin aja putri
kesayangannya itu,” jawab Calsa tanpa sopan santun.
“Maksud Non Calsa, Dhara?” tanya Pak Mahmud
heran.
“Iya, siapa lagi? Memangnya ada anak pembantu
lain di rumah ini selain Dhara?!” suara angkuh Calsa
semakin terdengar menyakitkan di telinga Pak
Mahmud.
“Memangnya ada apa dengan putri saya Non?”
tanya Pak Mahmud sambil meletakkan selang air
yang sejak tadi dipegangnya.

225 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Jadi, kerjaan Bapak apa saja sih, sampai tidak


tahu apa yang Dhara lakukan?!” Calsa semakin
mengeluarkan kata-kata yang menusuk.
“Memangnya, apa yang putri saya lakukan pada
Non Calsa?” tanya Pak Mahmud mulai kesal.
“Bukan padaku, tapi pada Papa dan Mama. Mama
dengan susah payan berusaha memasukkannya ke
sekolah, terfavorit lagi, tapi Dhara menikam belati dari
belakang Mama.
“Pak Mahmud tahu kan, kalau Dhara sering jalan
berdua dengan Radit, putra tunggal konglomerat
berdarah biru? Kalau Mama tahu, Mama pasti kecewa
sekali dengan sikap Dhara yang tidak tahu diuntung
itu!” jawab Calsa panjang lebar.
“Apa? Sering jalan berdua dengan Den Radit?”
ucap Pak Mahmud mengulang kata-kata Calsa.
“Ya, semalam aja Dhara yang tak tahu diuntung itu
sengaja jalan berdua dengan Radit ke acara per-
tunangan Linda. Pulangnya larut malam lagi….”
Setelah berkata, Calsa pergi. Senyum penuh keme-
nangan tersungging di bibirnya.
Dhara yang baru datang dari arah samping rumah
ketika melihat senyum Calsa, sudah bisa menebak
apa yang sebentar lagi akan menimpanya.
“Ayah, Ayah kenapa?” tanya Dhara yang langsung
menghampiri ayahnya. Pak Mahmud tidak menjawab.
Hanya tatapannya yang mengatakan bahwa dirinya

226 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

sama sekali tidak percaya dengan apa yang baru saja


didengarnya dari Calsa.
“Ayah, Ayah kenapa?” tanya Dhara lagi setelah
sekian lama tidak mendengar jawaban dari ayahnya.
“Ayah…,” ulang Dhara setelah merasakan ada
yang lain pada diri ayahnya.
“Ayah, Ayah baik-baik saja kan?” tanya Dhara mu-
lai merasa khawatir. Dhara semakin khawatir ketika
melihat ada genangan air yang terbendung di pelupuk
mata ayahnya.
“Dhara, Ayah ingin bertanya dan kamu harus men-
jawabnya dengan jujur,” ucap Pak Mahmud kemudi-
an.
Dhara hanya diam terpaku, menebak-nebak apa
kira-kira yang sebentar lagi akan menimpanya.
Kepalanya sudah terpekur sejak mendengar ucapan
ayahnya yang menggetarkan dinding hatinya.
“Dhara, apakah benar yang ayah dengar, bahwa
kamu mempunyai hubungan khusus dengan Den
Radit?” ujar Pak Mahmud, memulai maksud dari
tatapannya.
“Maksud Ayah?” Bibir Dhara yang beku tiba-tiba d
paksakan untuk bertanya maksud dari ucapan
ayahnya.
“Apakah benar kamu mencintai Den Radit?”
Mendengar pertanyaan ayahnya, Dhara langsung
menoleh ke arah Calsa yang tersenyum penuh

227 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

kemenangan sambil masuk ke dalam mobil. Dhara


tahu, ini semua adalah aduan dari Calsa.
“Jawab Dhara!” bentak Pak Mahmud tiba-tiba.
Dhara yang mendengar bentakan itu langsung
keluar air matanya, menggenang. Seumur hidup
Dhara tinggal bersama ayah dan bundanya, hanya
baru satu kali inilah ia mendapat bentakan dari
ayahnya.
“Apakah benar kamu dan Den Radit pacaran…?
Jawab dengan jujur Vir!” bentak Pak Mahmud se-
makin keras.
Tidak ada jawaban dari bibir Dhara, hanya suara
tangisnya yang mulai terdengar sesenggukan.
“Vir, bukan air mata yang Ayah minta, tapi jawaban
kejujuranmu dari semua pertanyaan yang Ayah
lontarkan. Ayah mohon, Vir, jawab pertanyaan Ayah
dengan jujur!” Kedua tangan Pak Mahmud memegang
bahu Dhara dan menggoyang-goyangkannya.
“Dhara, kenapa diam? Apa semua yang telah
Ayah dengar itu benar? Kenapa kamu tidak mau
menjawab pertanyaan ayah? Mana Dhara putri Ayah
yang dulu yang selalu menjawab jika sedang ditan-
yakan, Dhara yang selalu berkata jujur pada Ayah,
Dhara yang selalu berbakti pada kedua orang tuanya?
Mana putri Ayah itu? Mana…?”
Mendengar penuturan ayah Dhara, Dhara lang-
sung berhambur ke dalam pelukan ayahnya.

228 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Ayah….maafkan Dhara Ayah…,” ucap Dhara


yang sudah tenggelam ke dalam pelukan ayahnya.
“Maafkan Dhara….” Air mata Dhara yang sejak tadi
sudah mengalir, membasahi kra baju ayahnya.
“Dhara, bukan kata maaf yang Ayah harapkan
darimu, tapi jawaban dari pertanyaan Ayah. Apakah
benar kamu menjalin hubungan dengan Den Radit
putra tunggal Tuan Rahmat yang kaya raya itu?”
tanya Pak Mahmud melepas Dhara dari pelukannya.
“Maafkan Dhara, Ayah…,” ucap Dhara yang lang-
sung bersimpuh di kaki Pak Mahmud. “Ayah…
maafkan Dhara,” tangis Dhara semakin menjadi-jadi.
“Jadi benar, kamu mencintai den Radit dan telah
menjalin hubungan dengannya?” ujar Pak Mahmud
menarik dagu Dhara agar melihat ke arahnya.
“Iya Ayah…,” jawab Dhara menganggguk pelan.
“Apa? Kamu…! “Aaakh…,” Pak Mahmud jatuh
terlentang dengan tangan memegangi dadanya.
Penyakit lemah jantung yang diidapnya kambuh
ketika mendengar jawaban Dhara yang sangat
mengejutkan.
Memang sering kejadian tentang percintaan yang
tidak dan belum direstui orang tua. Seperti halnya
dialami Dhara yang belum direstui orang tuanya. Ini
pun karena sebagai anak berhubungan secara
terselubung alias mengikat sebuah ikatan pacaran.

229 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Seperti kebanyakan remaja, pacaran dahulu –


bahkan sampai gonta-ganti – baru kemudian meminta
restu orang tua, entah tunangan atau pernikahan.
Inilah yang dialami Dhara dengan pacarnya. Dengan
harapan, suatu saat nanti mereka mendapat restu
walau diawali konflik.
Nasi sudah menjadi bubur. Akibat dari semua ini
adalah ayah Dhara jatuh, tidak sadarkan diri.
“Ayah…!” teriak Dhara yang langsung mengejut-
kan seluruh isi rumah.
Bunda Dhara yang mendengar teriakan itu, lang-
sung berlari ke asal suara.
“Dhara, ada apa dengan ayahmu…?!” teriak bunda
Dhara ketika melihat Pak Mahmud yang sudah
tergeletak tidak berdaya.
“Ayah, bangun Yah…!” teriak Dhara sambil
menggoyangkan tubuh Pak Mahmud yang ternyata
sudah tidak bergerak lagi.
“Bik Imah, Pak Mahmud kenapa?” tanya Nyonya
Marina yang juga berlari keluar ketika mendengar
teriakan di halaman rumahnya.
“Saya tidak tahu Nyonya,” jawab Bik Imah sambil
merangkul tubuh suaminya yang terbaring kaku.
“Ma, kenapa?” tanya Tuan Taufik yang baru da-
tang karena mendengar suara tangis yang berge-
muruh.

230 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Nyonya Marina hanya mengerdipkan matanya,


sehingga membuat Tuan Taufik melangkah mendeka-
ti tubuh Pak Mahmud. Tuan Taufik memegangi urat
nadi seperti yang dilakukan istrinya tadi.
“Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un,” ucap Tuan Tau-
fik sambil memegang pergelangan tangan Pak
Mahmud.
Dhara dan bundanya yang mendengar kalimat
istirja (kalimat untuk menyatakan kembali ke pada
Tuhan) dari bibir Tuan Taufik, langsung menjerit
histeris dan langsung merangkul tubuh Pak Mahmud.
“Ayaaaah!” teriak Dhara berulang-ulang yang
masih memeluk tubuh kaku ayahnya.
“Maafkan Dhara Ayah. Ini semua kesalahan
Dhara…!” Air mata Dhara mengalir membasahi dada
Pak Mahmud.
“Vir, setiap manusia pasti akan kembali kehada-
pan-Nya. Tidak ada satu orang pun yang bisa
menghindar dari kematian,” ujar Nyonya Marina
sambil memeluk Dhara.
“Tabahkan hatimu Vir. Biarkan ayahmu pergi
dengan tenang. Hapuslah air matamu,” tambah
Nyonya Marina mencoba menghibur Dhara yang
sedang berduka.
‘Tak ada satu pun yang tahu penyebab kematian
ayahku. Hanya aku penyebab kematian ayahku
sendiri. Maafkan aku Ayah, maafkan Dhara….

231 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Maafkan Dhara ayah…’ mungkin ucap Dhara dalam


hati ketika masih berada dalam pelukan Nyonya
Marina.
“ Ayah… maafkan Dhara…!”

***

Karena musibah yang telah menimpa, Dhara sen-


gaja tidak masuk sekolah pagi ini. Hingga membuat
Calsa yang memang selalu menginginkan keti-
adaannya di sekolah, menjadi semakin leluasa untuk
melakukan hal-hal yang menjadi nalurinya.
“Udah jam 09.45, kenapa Dhara juga belum da-
tang? Di telepon gak diangkat-angkat,” tanya Radit
sendiri penuh rasa heran. Sedari tadi menunggu
kedatangan Dhara.
Calsa yang tahu hal itu, langsung melangkah
menghampiri Radit yang sedang mondar-mandir di
dekat perpustakaan.
“Hai Dit, kalau boleh gue tebak, ello pasti lagi
nungguin bidadari gembel ello itu kan?” ucap Calsa
ketika langkah kakinya berhenti di dekat Radit.
Radit merasa muak dengan kedatangan Calsa,
yang memang tidak pernah Radit harapkan.
“Apa urusan lo?!” ucap Radit sewot.
“Aduh, jangan sewot gitu dong Dit. Gue cuman
mau bilang kalau Dhara nggak mungkin masuk

232 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

sekolah pada hari ini. Dan ello harus percaya gue,


karena yang tinggal dekat sama Dhara itu cuman gue.
Tapi kalau ello nggak mau percaya, terserah deh….”
Calsa menaikkan alisnya. Matanya memandang Radit
tajam.
“Denger Cal, kalau kamu sampai macam-macam
sama Dhara, aku nggak bakal segan-segan ngebunuh
kamu dengan tanganku sendiri,” ucap Radit marah.
Kemudian melangkah dari hadapan Calsa.
“Wow, wow, segitunya ternyata ello cinta mati ya
sama bidadari gembel itu?”
Radit yang mendengar ucapan Calsa, menghenti-
kan langkahnya kemudian berjalan menghampiri
Calsa, “Brengsek banget sih! Aku tahu, perusahaan
papaku tidak akan berjalan tanpa perusahaan pa-
pamu yang ada di Indonesia.
“Tapi kamu juga harus tahu Cal, bahwa perus-
ahaan papamu juga tidak akan berjalan tanpa bantu-
an dari perusahaan papaku yang ada di luar negeri.
Dan silakan cari perusahaan lain untuk melakukan
ekspor-impor.” Setelah berkata, Radit pergi tanpa
memedulikan teriakan Calsa yang mengutuk dirinya.

***

Dhara merenung di dalam kamar. Kejadian tadi


pagi yang mengakibatkan terenggut nyawa ayah satu-

233 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

satunya, belum bisa menghilang begitu saja dari


pikirannya. Semuanya juga dilatarbelakangi oleh
Calsa yang memang tidak begitu suka dengan
kehadirannya sejak dari awal. Dhara tahu, bahwa
Calsa sengaja menceritakan hungannya dengan
Radit. Hati Dhara hancur mengingat hal itu.
“Ayah, jangan pernah tinggalkan Dhara dan Bunda
lagi,” rengek Dhara ketika Pak Mahmud datang dari
luar kota.
Pak Mahmud tersenyum sambil mengangguk pe-
lan.
“Pasti Sayang, Ayah tidak akan pernah mening-
galkan Dhara dan Bunda lagi,” sanggup Pak Mahmud
sambil mencubit gemes pipi Dhara.
“Horeee…!” teriak Dhara yang langsung berlari
kepangkuan Pak Mahmud.
“Vir, ayo turun. Ayahmu kan baru pulang dari luar
kota. Biarkan ayahmu istirahat sebentar,” tegur Bik
Imah sambil mengambil Dhara dari pangkuan sua-
minya. Langsung dialihkan kepangkuannya.
“Tapi Bunda, Dhara kan kangen sama Ayah,” ucap
Dhara ketika sudah berada dipangkuan bundanya.
Pak Mahmud yang mendengar hal itu, langsung
mencium gemes pipi putri semata wayangnya itu,
yang telah ia tinggalkan selama 3 tahun 10 hari
karena mencari nafkah di luar kota.
Tok! Tok! Tok!

234 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Dhara buyar dari lamunan masa lalunya, ketika


mendengar seseorang telah dengan sengaja menge-
tok pintu dari luar. Dhara segera menyimpan foto
masa kecilnya itu di bawah bantalnya. Ia melangkah
membuka pintu.
“Tante…,” kata Dhara ketika yang tampak di depan
pintu kamarnya adalah Nyonya Marina, satu-satunya
majikannya yang sangat baik dan sangat menyayan-
ginya.
“Vir, semua orang pasti akan selalu merasakan
sakit setelah ia sehat, merasakan miskin setelah ia
kaya raya, dan mengalirkan air mata setelah ia puas
dengan senyum merekahnya. Dan mungkin sekarang,
tiba saatnya kamu dan kami semua mengalirkan air
mata. Tidak hanya kamu, Vir, yang merasa ke-
hilangan.
“Kami semua, Om dan Tante, lebih-lebih bunda
kamu juga sangat merasa kehilangan dengan keper-
gian ayahmu untuk selama-lamanya. Tapi, percayalah
Vir, dibalik semua ini pasti akan ada hikmahnya,
percayalah pada Tante!” kata Tante Marina
menasihati Dhara yang ternyata masih sock berat
atas kepergian ayahnya tadi pagi.
“Makasih Tante…,” ucap Dhara sambil berhambur
memeluk Nyonya Marina.
‘Ya Tuhan, kenapa aku merasa lain dengan pe-
lukan ini? Pelukan Dhara sangat hangat dan sangat

235 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

menyentuh hatiku. Pelukan yang tidak pernah aku


rasakan ketika Calsa datang memelukku,’ mungkin
kata Nyonya Marina dalam hati.
“Maafkan Dhara Tante, jika Dhara terlalu berlarut
dalam kesedihan ini. Dhara sangat mencintai dan
menyayangi Ayah, Tante. Hanya beliau lah tulang
punggung yang selalu bekerja demi memberi makan
Dhara dan Bunda,” ucap Dhara yang masih
tenggelam dalam pelukan Nyonya Marina.
Nyonya Marina tidak mendengar apa yang Dhara
ucapkan. Jiwanya terhipnotis dengan rasa hangat
pelukan Dhara yang tidak pernah dirasakan sebe-
lumnya.
“Tante…,” ucap Dhara sambil melepas pelukann-
ya.
Nyonya Marina keluar dari tangannya. Di tatap
mata Dhara begitu dalam, tampak sekali kepedihan
yang terpancar di dalamnya. Dirinya seakan sangat
kenal dekat dengannya, dekat sekali.
“Dhara, berjanjilah kamu akan tegar dengan
semua ini. Berjanjilah bahwa kamu akan berusaha
sabar menghadapinya. Jangan menangis lagi.
Lihatlah bundamu, dia tetap berusaha tegar walau
pahit yang dirasanya belum juga hilang,” ucap Nyonya
Marina.
Dhara melihat bundanya melintas di samping
kamar Dhara walau bundanya sama sekali tidak

236 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

menyadari bahwa mata Dhara dan Nyonya Marina


memperhatikannya dari balik jendela.
“Bunda memang wanita yang tegar Tante. Kejadi-
an yang menimpa Ayah adalah kejadian yang paling
kami takutkan dalam hidup ini. Tapi Bunda,
senyumnya mampu menutupi kepedihan yang sangat
menyakitkan,” ujar Dhara tersenyum getir.
“Dhara janji Tante, Dhara akan menjadi seperti
Bunda yang tetap tegar walau sebenarnya pahit yang
terasa. Dhara akan menjadi putri Bunda yang tegar
dengan kepahitan ini, Tante, “ ucap Dhara tersenyum.

***

237 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Aku Harus Belajar Melupa-


kanmu

Dhara kembali masuk sekolah. Tapi hari ini ia


berangkat agak sedikit terlambat karena Dhara harus
menggantikan pekerjaan ayahnya, menyapu halaman
rumah – walau tidak sampai menyetir mobil. Kejadian
yang menimpanya, membuatnya harus sedikit menja-
ga jarak dengan Radit, orang yang sangat dicintainya.
“Vir,” panggil Radit ketika Dhara melewati tempat
parkir.
Dhara hanya menoleh sambil tersenyum hambar.
Kemudian ia melangkah lagi tanpa membalas sapaan
hangat Radit pagi itu.
“Dhara, tunggu…!” Radit berteriak sambil berlari
mengejar Dhara yang semakin mempercepat langkah
kakinya.
“Vir, tunggu Vir…” Radit menarik lengan Dhara.
Dhara berbalik dan memandang Radit dengan
pandangan terpaksa.
“Ada apa Dit?” tanya Dhara kemudian. Suaranya
parau.

238 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Aku turut berduka cita ya Vir. Sorry aku baru


mendengar kabar kematian ayahmu semalam,” jawab
Radit yang langsung membuat mata Dhara berkaca-
kaca.
“Makasih Dit,” ucap Dhara kemudian melangkah
pergi dari hadapan Radit.
Radit hanya bisa memandang punggung Dhara,
gadis yang sangat dicintainya. Sesampai di kelas,
Dhara langsung duduk di sebelah Linda.
“Vir, aku turut berduka cita ya… Tapi sorry, aku
nggak bisa datang ke tempatmu menjelang pemaka-
man karena kemarin aku nemenin Doni ke acara
keluarga di puncak. Acaranya sih malam. Tapi kamu
tahu sendiri kan puncak jauhnya seperti apa? Jad-
inya, aku dan Doni berangkat pagi,” tutur Linda.
“Nggak apa-apa Lin,” Dhara tersenyum getir.
Bibirnya berusaha selalu tersenyum walau sebenarn-
ya hati Dhara masih belum bisa melupakan kejadian
yang merenggut nyawa ayah tercintanya.
“Selamat pagi anak-anak….” Tiba-tiba Pak Ridwan
masuk dengan membawa map biru yang pastinya
berisi kertas ujian.
“Pagi Pak!” jawab murid srempak.
Tanpa menunggu bangku yang kosong, tidak terisi
murid yang terlambat, Pak Ridwan langsung mem-
bagikan kertas ulangan. “Jangan sampai ada yang
ketahuan menyontek pada temannya. Lebih-lebih

239 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

pada buku,” ucap Pak Ridwan sambil berjalan ke


bangku guru, mengambil dua soal lagi untuk murid
yang baru masuk.
“Ya sudah ayo dikerjakan. Jangan ramai…,” ucap
Pak Ridwan memberi aba-aba.
Dhara dapat mengerjakan soal-soal dihadapannya
dengan mudah. Dhara, selain selalu belajar, dia juga
termasuk salah satu dari 3 murid yang pintar di kelas
itu.
“Vir, kerjakan soal gue dong…,” ucap Calsa dari
bangkunya.
Dhara hanya diam, walaupun sebenarnya ia
mendengar ucapan Calsa. Hatinya belum bisa
membukakan pintu maaf bagi Calsa. Memang,
selama ini Dhara selalu memaafkan setiap kelakuan
yang Calsa perbuat, tapi tidak untuk kesalahan Calsa
yang menyebabkan ayah yang sangat di cintainya
meninggal.
“Eh Vir, ello tuli ya?!” ucap Calsa marah. Ia merasa
dilecehkan oleh Dhara.
Mendengar ucapan Calsa itu, Dhara hanya me-
noleh sebentar ke arah bangku Calsa, kemudian
mengerjakan soal dihadapannya kembali.
“Vir, ello pelit banget sih…,” Calsa beranjak dari
bangkunya, menghampiri bangku Dhara kemudian
langsung merampas lembar jawaban milik Dhara.

240 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Non, jangan Non Calsa…” Dhara menarik baju


Calsa, mencoba menahan dan mengambil lembar
jawabannya kembali.
“Vir, lepasin baju gue. Dhara, lepasin nggak…?”
ucap Calsa agak keras, hingga Pak Ridwan yang
duduk di bangku depan mendengar keributan itu.
“Calsa ada apa?” tanya Pak Ridwan berjalan
menghampiri Calsa.
“Nggak ada apa-apa kok Pak,” jawab Calsa
bohong.
“Calsa, lembar jawaban siapa yang kamu
pegang?” tanya Pak Ridwan sambil menunjuk lembar
jawaban yang dipegang Calsa.
“Emmh, nggak kok Pak. Ini kertas coret-coretan,
ya coret-coretan…,” Calsa menyembunyikan kertas
yang dipegangnya ke balik punggungnya.
“Apa, coret-coretan? Kamu bilang kertas coret-
coretan? Kamu pikir Bapak ini anak kecil yang mudah
kamu bohongi seenaknya, hah?” ujar Pak Ridwan
sambil merampas kertas yang dipegang Calsa.
“Ayo sekarang kamu berdiri di depan!” Perintah
Pak Ridwan yang langsung membelalakkan mata
Calsa.
Dhara menunduk tanpa berani memandang Calsa.
“Tapi Pak…,” jawab Calsa. Wajahnya tampak me-
rah padam menahan malu.

241 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Tidak ada tapi-tapian. Ayo cepat ke depan dan


berdiri sampai jam istirahat!” Suara Pak Ridwan
semakin keras di ruangan kelas itu.
Dengan perasaan malu yang sangat, Calsa me-
langkah, kemudian berdiri dengan kaki satu di depan
sedangkan kedua tangannya memegangi kedua
telinganya.
Dhara kembali mengerjakan soal setelah Pak Rid-
wan mengembalikan lembar jawabannya yang tadi
direbut Calsa. Begitu juga dengan murid yang lain.
Suasana kelas yang semula gaduh dengan sorakan
yang ditujukan pada Calsa, kini kembali tenang,
kembali pada suasana sebelum gaduh. Masing-
masing murid kembali memeras otak, mengerjakan
soal-soal dihadapannya. Hingga 15 kemudian, bel
istirahat berbunyi. Itulah saatnya Calsa terbebas dari
hukuman yang menderanya.

***

“Eh, brengsek, ikut gue, ello….” Calsa menarik


paksa tangan Dhara, menjauh dari keramaian.
“Kurang ajar…,” Calsa mendorong tubuh Dhara.
“Auuw!” rintih Dhara kesakitan.
“Berani-beraninya ello buat gue malu di depan
teman-teman.” Calsa mencubit hidung Dhara.

242 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Dhara mengaduh kesakitan. “Lepasin Non, sakit.”


Dhara berusaha membebaskan hidungnya dari
cengkraman jari tangan Calsa.
“Tapi, untuk masalah ini, gue beri ello ampunan,”
ucap Calsa sambil melepaskan hidung Dhara.
“Tapi ingat, gue mau ello jauhin Radit, karena dia
milik gue. Atau, ello belum jera dengan kematian
bokap ello yang renta itu? Apa ello mau bunda ello
yang udah bau tanah itu juga cepat-cepat nyusul ayah
ello, hah?” ancam Calsa mengingatkan pada kejadian
yang mengantar ayahnya ke pintu kematian.
“Awas lo!” tambah Calsa, kemudian pergi mening-
galkan Dhara yang terpaku memandang langkahnya.
Dhara termenung sejenak. Sudah jatuh, tertimpa
tangga pula. Baru beberapa hari yang lalu berduka
akibat kematian ayahnya, kini malah mendapat
perlakukan dan ancaman yang membuat hatinya
semakin tambah berduka.
“Vir, kamu di sini? Dari tadi aku dan Linda men-
carimu…” Tiba-tiba Radit datang membuyarkan
pandangan Dhara.
Buru-buru Dhara menghapus air matanya.
“Vir, kamu menangis? Kenapa gadisku?” tanya
Radit ketika melihat Dhara mengusap air matanya.
“Nggak ada apa-apa kok Dit,” jawab Dhara men-
coba tersenyum. Sedangkan matanya yang basah
oleh air, memandang Radit.

243 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Ya udah, ke kantin yuk…” ajak Radit menarik


lengan Dhara, melangkah menuju kantin.

***

“Linda….”
Panggil Doni saat melihat Linda dari arah selatan.
“Doni?” ucap Linda terkejut.
“Don, mau jemput kok nggak ngasih kabar dulu
sih?” Linda berjalan ke arah Doni yang berdiri di
samping mobilnya.
“Ya dong, lupa ya, kalau tunanganmu yang tam-
pan ini suka buat kejutan? Pulang yuk…,” ajak Doni.
Tangannya memainkan kunci mobil, melemparkannya
ke atas kemudian menangkapnya.
“Dhara gimana dong?” ujar Linda menoleh ke arah
Dhara yang berdiri tidak jauh dari jaraknya.
“Udah Lin, pulang aja duluan. Aku pulangnya
belakangan aja,” sahut Dhara menenangkan hati
Linda.
“Bener nggak apa-apa Vir aku pulang duluan?”
tanya Linda yang merasa tidak enak hati jika mening-
galkan Dhara sendirian.
“Nggak apa-apa Lin,” sahut Dhara tersenyum.
Mendengar ucapan Dhara, Linda buru-buru me-
nyusul Doni masuk ke dalam mobil.

244 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Dhara, aku duluan ya…,” ujar Linda setelah be-


rada di dalam mobil.
Dhara hanya menganggguk sambil tersenyum.
Mobil Doni pun tancap gas. Benar-benar meninggal-
kan Dhara sendirian di pinggir jalan. Menunggu
angkutan umum, bus atau angkot.
“Vir, aku antar pulang yuk…”
Tiba-tiba Radit menghentikan mobil di depan
Dhara yang masih berdiri menunggu angkot.
“Radit,” ucap Dhara heran karena ternyata Radit
belum pulang.
“Terima kasih Dit, pulang aja duluan. Kebetulan
aku masih mau mampir ke apotik,” tolak Dhara
lembut.
“Vir, aku mau mengantar kamu pulang, berarti, aku
juga mau mengantarmu kemanapun kamu pergi,”
Radit turun dari mobil, menghampiri Dhara.
“Terima kasih, Dit.” Dhara tersenyum ramah.
“Vir, kenapa sih, kamu selalu menolak ajakanku
ketika aku mau mengantarmu pulang?” tanya Radit
memandang wajah Dhara.
“Maafkan aku Dit. Bukannya aku menolak, hanya
saja….” Dhara menggantungkan kata-katanya,
membuat Radit bergeser lebih mendekatnya.
“Kenapa?” tanya kemudian.
Dhara memandang bola mata Radit yang hitam.

245 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Dit, Non Calsa sangat mencintaimu…,” jawab


Dhara hambar. Ada segurat rasa bersalah di
wajahnya. “Aku tidak mau menyakiti hati orang yang
sudah banyak membantuku dan keluargaku, Dit,”
lanjut Dhara.
Radit hanya diam mendengar ucapan Dhara. Hat-
inya sangat yakin sekali bahwa petunangannya sudah
tinggal beberapa hari lagi. Pasti akan terjadi. Dan ia
belum menceritakannya kepada Dhara.
“Heemmm….” Radit bingung.
“Dit, kamu nggak apa-apa kan?” tanya Dhara keti-
ka melihat raut wajah Radit yang langsung berubah.
Radit hanya menggeleng sambil tersenyum.
“Maafkan aku Dit. Aku tidak bermaksud untuk
membuatmu bersedih,” ujar Dhara.
“Ya udah, ayo kita pulang. Langsung pulang saja,
aku nggak jadi mau ke apotik.” Dhara masuk ke
dalam mobil Radit.
Radit pun langsung tancap gas.
Roda mobil Radit melaju di atas aspal. Dhara diam
membisu, tidak sepatah kata pun yang keluar dari dua
insan yang sedang duduk bersebelahan di dalam
mobil itu. Hingga mobil pun menepi di depan pintu
gerbang yang terbuat dari besi mahal.
“Makasih ya Dit,” Dhara turun dari mobil Radit.
“Aku pulang ya Vir,” pamit Radit sambil
menghidupkan mesin mobilnya kembali.

246 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Hati-hati Dit….” Dhara melambaikan tangan ketika


Radit melajukan mobilnya kembali. Mobil Radit hilang
di tikungan depan.
Dhara langsung masuk ke kamar.
“Sudah pulang Vir?” tanya Nyonya Marina yang
tiba-tiba masuk dan langsung duduk di kasur Dhara.
“Tante…,” ucap Dhara terkejut. Ia langsung
bangun. “Ya Tante, Dhara udah pulang. baru aja
masuk ke kamar. Ada apa Tante?” tanya Dhara
sambil merapikan buku-bukunya yang tergeletak
sembarangan di lantai dan di kasurnya.
“Vir, kalau boleh tahu, yang mengantarmu pulang
tadi itu siapa?” tanya Nyonya Marina, suaranya agak
gugup.
Mendengar pertanyaan Nyonya Marina, Dhara
tertegun kaget. Ia merasa malu. Tiba-tiba, Dhara ingat
pada ucapan Calsa yang mengatakan bahwa dirinya
tidak pantas dekat dengan Radit, apalagi sampai
bermimpi untuk menjadi pendamping hidupnya.
“Vir, kenapa nggak jawab pertanyaan Tante?” te-
gur Nyonya Marina melihat kebisuan Dhara.
“Apa yang mengantarmu tadi itu, Nak Radit?” tan-
ya Nyonya Marina setengah menebak.
Dhara hanya diam mendengarnya.
“Dan apa benar kalian pacaran? Nyonya Marina
terus melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang
memburu detak jantung Dhara.

247 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Dhara yang mendengar pertanyaan itu, seakan


telinganya pecah terbelah dua. Bagaimana ia akan
berbohong sedangkan Nyonya Marina sudah tahu
semuanya?
“Dhara, kenapa kamu harus diam? Tante tidak
akan marah. Jadi, kamu tidak perlu merasa takut,”
ucap Nyonya Marina sambil menarik Dhara untuk
duduk di dekatnya.
“Dhara, sekarang Tante mohon jawab pertanyaan
Tante dengan jujur. Apa benar kalian pacaran?”
Pertanyaan Nyonya Marina semakin menghujam
jantung Dhara.
Detak jantung Dhara semakin cepat. Dhara hanya
menjawab dengan anggukan. Kepalanya tetap
menunduk.
“Vir, Tante tidak melarangmu untuk mencintai
siapa saja, apalagi pacaran. Karena semua itu adalah
hak kamu pribadi. Tapi Vir, mulai sekarang Tante
ingin kamu menjauhi Radit.”
Mendengar ucapan Nyonya Marina, Dhara men-
dongakkan kepalanya.
“Tante yakin, kamu pasti bertanya, kenapa Tante
berkata seperti ini? Kenapa Tante dengan mudah
menyuruhmu agar kamu menjauhi Radit? Karena
Tante sangat menyayangimu, Vir. Tante tidak mau
melihatmu patah hati di kemudian hari,” ujar Nyonya

248 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Marina berusaha menjelaskan apa yang sebenarnya


bergejolak dalam hatinya saat ini.
“Maaf Vir, karena Tante harus mengatakan semua
ini padamu, jujur, Tante terpaksa. Tante lakukan
semua ini karena Tante sangat menyayangimu,
seperti anak kandung Tante sendiri….”
Dhara hanya diam mendengarkan semuanya.
“Sebenarnya, Radit yang kamu kenal itu adalah
tunangan Calsa, putri Tante,” lanjut Nyonya Marina
yang langsung mengagetkan Dhara.
“Apa?!” ucap Dhara tidak percaya.
Air mata Dhara langsung memuncak setelah
mendengar cerita dari Nyonya Marina. Dhara me-
nangis sejadi-jadinya. Hatinya yang kini sakit, teriris,
masih sempat berteriak pilu. Ia tidak percaya apa
yang baru saja didengarnya. Sedangkan hatinya
sudah terlanjur larut dalam cinta.
“Jadi…,” Dhara tidak kuasa untuk melanjutkan
kata-katanya.
“Iya Vir, Radit dan Calsa sudah kami jodohkan
sejak mereka masih bayi. Tapi Tante tahu Vir, bahwa
Radit hanya mencintaimu dan sama sekali tidak
pernah mencintai Calsa, putri Tante. Sedangkan
Calsa, dia sangat mencintai Radit. Dhara, bukan
salah kamu jika Radit tidak bisa mencintai Calsa.
Sekali lagi, maafkan Tante, Vir.

249 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Sungguh, Tante tidak niat untuk merusak keba-


hagiaanmu. Sekali lagi, Tante katakan, Tante lakukan
semua ini karena Tante menyayangimu, Vir. Tante
tidak mau melihatmu patah hati lebih dalam lagi.
Maafkan Tante Vir….” Nyonya Marina langsung
memeluk Dhara yang sejak tadi sudah mengalirkan
air mata.
“Tante, Dhara sangat berterima kasih karena
Tante sudah mau menceritakan semuanya pada
Dhara. Sumpah, Dhara baru mendengar hari ini dari
Tante. Radit pun tidak pernah bercerita tentang hal
ini.” Dhara masih menangis di pelukan Nyonya
Marina.
“Dhara janji tante, Dhara akan menjauhi Radit.
Dhara akan berusaha untuk melupakannya…,” ujar
Dhara dalam tangis yang tersedu-sedu.
“Sayang, sekarang kamu tenang ya? Jangan ber-
sedih lagi, karena ini semua bukan kesalahanmu.
Tenang ya? Tante keluar dulu….” Setelah mengecup
kening Dhara, Nyonya Marina keluar dari kamar
Dhara.
Perasaan Dhara kacau. Tapi bukan karena masa-
lah yang merundung Dhara. Melainkan kecupan
Nyonya Marina yang didaratkan di kening Dhara.
Kecupan yang sangat berbeda dengan kecupan yang
sudah sering dilakukannya pada Calsa.

250 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Nyonya Marina keluar dengan langkah pelannya.


Setelah Dhara tahu bahwa Nyonya Marina telah tiada,
dia bangkit dan langsung menyambar foto Radit yang
berlindung dalam pigura bentuk hati terbelah, sama
seperti suasana hatinya saat ini. Patah hati untuk
yang pertama kali dalam hidupnya.
“Dit, kamu jahat banget samaku… Kenapa kamu
nggak pernah menceritakan yang sebenarnya kepa-
daku? Atau kamu memang sengaja melakukan
semua ini terhadapku? Kamu kejam Dit! Kamu tega!
Kamu tahu Dit, aku sangat mencintaimu.
“Dan sekarang, apa yang harus aku lakukan?
Meninggalkanmu sama saja dengan bunuh diri.
Apakah aku harus menyerahkan dirimu seutuhnya
pada Non Calsa? Itu artinya sama saja dengan
menghancurkan hidupku sendiri.
“Kamu begitu berarti dalam hidupku Dit. Dalam
keadaan seperti sekarang ini, aku masih sudi me-
mandang fotomu ini. Tapi maafkan aku Dit, karena
setelah ini aku pasti akan meninggalkanmu, mening-
galkanmu begitu saja tanpa menorehkan alasan yang
rasio dalam lembar hari-harimu.
“Maafkan aku Dit, aku melakukan semua ini kare-
na aku tidak mau menyakiti dan mengecewakan
Tante Marina yang telah bersedia dengan lapang
dada menerima kehadiranku, bahkan beliau mem-

251 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

biayai sekolahku. Sekali lagi maafkan aku Dit, aku


harus belajar melupakanmu.”
Dhara berkata panjang, meluapkan isi hati sambil
memeluk foto Radit. Air matanya mengalir deras
membasahi foto yang dipeluknya.
Setelah memeluk foto Radit, Dhara segera
mengemasi semua barang yang beraroma Radit.
Tekad bulatnya untuk melupakan Radit ternyata tidak
bisa dirubah lagi.
Dengan air mata yang masih saja deras mengalir,
Dhara melangkah menuju ke tempat tidur. Kemudian
merebahkan tubuh di atas kasur yang sudah tidak
terlalu empuk.
“Maafkan aku Dit, aku harus belajar melupakanmu.
Dan aku harus berhasil,” ucap Dhara sambil menutup
matanya dengan bantal. Dengan hatinya yang pilu,
Dhara pun memejamkan mata.

***

252 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Biarkan Aku Sendiri

Setelah Dhara menyelesaikan tugas sebagai


pengganti Pak Mahmud, Dhara bersiap-siap untuk
berangkat sekolah. 7 menit kemudian, Dhara pun
berangkat ke sekolah.
Setelah sampai di sekolah, Dhara sudah bisa
menebak kalau Radit juga sudah datang. Karena
sewaktu kakinya menapaki area parkir, Dhara melihat
mobil Radit telah terparkir di sana. Dengan rasa sakit
yang tertahankan, Dhara masuk ke dalam kelas.
“Pagi Vir,” sapa Radit sambil melangkah ke arah
Dhara yang masih berdiri di dekat pintu. Dengan
senyum yang masih tersungging, Radit melangkah
mengahampiri Dhara.
“Pagi Dit,” balas Dhara, kemudian pergi.
“Vir, Dhara…!” teriak Radit sambil berlari mengejar
Dhara.
“Vir, kamu kenapa?” tanya Radit panik setelah
langkahnya mencapai langkah Dhara.
“Vir, aku sayang kamu. Aku nggak mau terjadi
sesuatu apapun terhadapmu. Jadi tolong Vir, aku
mohon, jangan buat aku gelisah,” lanjut Radit.

253 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Mendengar ucapan Radit, Dhara tidak dapat me-


mendung air matanya. Dhara teringat pada cerita
Nyonya Marina kemarin, kalau Radit sebenarnya
adalah tunangan Calsa. Mereka sudah dijodohkan
sejak mereka masih bayi, masih sama-sama baru
terlahir dari rahim yang suci.
“Maaf Dit, aku harus pergi.” Dhara melangkah per-
gi.
“Vir tunggu, Vir….” Tangan Radit menahan
langkah Dhara.
“Vir, sebenarnya ada apa? Apa yang terjadi? Ke-
napa kamu bersikap dingin terhadapku pagi ini?
Please Vir, aku sayang kamu, aku cinta kamu, jadi
aku mohon ceritalah ada sebenarnya. Masalah apa
yang membuatmu berubah sikap terhadapku?” tutur
Radit panjang lebar.
Air mata Dhara semakin mengalir pelan
mendengarnya.
“Nggak ada masalah apapun…,” jawab Dhara
singkat. Tatapannya dibiarkan tidak menatap Radit.
“Dit, aku mohon jangan deketin aku lagi. Biarkan aku
sendiri…,” ucap Dhara, kemudian melangkah pergi
dari hadapan Radit.
“Tapi kenapa Vir?” tanya keras Radit.
Dhara yang sebenarnya mendengar teriakan itu,
terus saja melangkah tanpa memedulikan teriakan
Radit yang semakin lama, semakin keras.

254 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Dharaaaa…!” teriak Radit semakin keras. Tapi


Dhara telah pergi
“Dit, kamu kenapa?” tanya Linda yang tiba-tiba
muncul di depan Dhara. “Radit, ada apa sih? pagi-
pagi gini mukamu udah berantakan? Kenapa?” Linda
mengerutkan keningnya. Perasaan heran semakin
menyatu dengan detak jantungnya yang tidak pernah
berhenti sejenakpun.
“Dhara Lin…,” jawab Radit pelan. Kepalanya
menunduk menekuri lantai yang berwarna abu-abu.
“Dhara? Ada apa dengan dia Dit?” tanya Linda
cemas.
“Kalian bertengkar? Kok tumben banget sih?”
Tambah Linda.
“Kami nggak berantem, Lin,” suara Radit terdengar
lebih pelan dari sebelumnya.
“Terus, kalian kenapa?” Linda semakin heran dan
tidak mengerti.
“Aku nggak tahu Dhara kenapa, Lin. Tiba-tiba saja
dia sudah tidak mau aku ajak bicara. Sepertinya
Dhara mulai menghindar dariku Lin. Alasannya
kenapa, aku juga nggak tahu,” jawab Radit semakin
gusar.
“Terus kamu nggak coba tanya Dhara kenapa?”
tanya Linda lagi.
“Sudah Lin. Dhara hanya diam tanpa menjawab
pertanyaanku. Malahan Dhara nyuruh aku agar

255 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

ngejauhin dia. Aku benar-benar bingung Lin,” jawab


Radit dengan suara agak keras.
“Dit, coba kamu ingat-ingat lagi. Mungkin kamu
sudah menyinggung perasaannya. Aku kenal betul
siapa Dhara. Dhara tidak pernah marah ketika ada
orang yang menyakitinya. Tapi pasti dia akan mendi-
ami orang yang menyakitinya, seperti yang dil-
akukannya padamu saat ini, Dit.”
Radit kembali memutar ingatnnya ketika
mendengar ucapan Linda yang menurutnya sangat
masuk akal.
“Ya ampun Lin, aku sama sekali nggak pernah
nyakitin Dhara, sama sekali nggak buat Dhara
tersinggung. Bagaimana aku mau buat dia ter-
singgung, ketemu saja hanya di sekolah, makan
malam hanya beberapa kali saja?” ujar Radit gusar.
Linda hanya diam memandang kekasih sa-
habatnya itu. Ada secuil rasa iba dihatinya.
“Ya udah deh Dit, sekarang kamu tenang aja. Biar
aku saja yang tanya ke Dhara, dia kenapa. Aku yakin
dia pasti akan cerita ke aku. Udah tenang. Sekarang,
aku pergi dulu ya?”
Setelah berkata, Linda pergi dari hadapan Radit.
Pergi meninggalkan Radit seorang diri yang masih
mematung dengan pikiran yang dipenuhi sikap dingin
Dhara pagi ini.

256 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

***

“Hai Vir,” sapa Linda sambil memegang bahu


Dhara dari belakang.
“Linda…,” kata Dhara sambil menoleh. Jelas sekali
keterkejutan di wajahnya.
“Ternyata kamu di sini Vir. Dari tadi aku itu cari
kamu kemana-mana tau. Di SMS gak bales-bales,”
Linda duduk di samping Dhara. Mereka berdua duduk
bersebelahan.
“Vir, kamu kenapa?” tanya Linda memulai pembic-
araannya.
“Nggak, aku baik-baik saja, Lin,” jawab Dhara
sambil membolak-balik buku yang ada dihadapannya.
“Memangnya ada apa Lin?” Lanjut Dhara bertan-
ya.
Linda terdiam mendengar pertanyaan Dhara. Han-
ya gelengan kepalanya yang menjadi jawaban dari
pertanyaan Dhara.
“Vir, sebenarnya kamu kenapa sih?” tanya Linda
yang merasa tidak sabar dengan basa-basi yang
dibuatnya. “Vir, aku inikan sahabatmu, apa salahnya
sih, jika kamu cerita semua masalah yang men-
impamu padaku?” Linda mencoba membuka mulut
Dhara yang hanya membolak-balik buku yang ada
dihadapannya itu.

257 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Lin, nggak ada apa-apa. Jadi nggak ada yang


perlu aku ceritakan sama kamu. Karena semuanya
baik-baik saja. Bel masuk udah berbunyi Lin. Aku
masuk dulu ya….” Setelah berkata, Dhara pergi dari
hadapan Linda.
Linda hanya diam terpaku melihat perubahan si-
kap sahabatnya yang benar-benar dingin pagi ini.
Linda pun beranjak menuju kelasnya.
Di dalam kelas, Dhara lebih banyak diam. Dia sen-
gaja tak acuh terhadap Radit. Dan ternyata hal itu
juga dirasakan oleh Calsa dan teman-temannya.
“Eh Cal, gue perhatikan, kayaknya Dhara lagi
marahan deh sama Radit,” kata Beky menuding
Dhara yang asyik dengan bukunya.
“Ya, mungkin saja Radit sudah sadar bahwa gem-
bel itu tidak pantas berteduh di hatinya. Lagian, anak
babu mimpi jadi Cinderella.” Calsa sengaja men-
gucapkannya dengan keras.
Dhara yang tengah asyik dengan bukunya, sedikit
merasa terusik dengan kehadiran Calsa dan teman-
temannya. Dhara sengaja diam apa yang
didengarnya, karena bagaimanapun juga, Calsa
adalah tunangan Radit. Radit adalah orang yang
dicintainya.
Tiba-tiba Dhara teringat Ilham. Lelaki paling ber-
jasa dalam hidupnya yang kemudian pergi hanya

258 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

karena cintanya telah milik Radit. Milik orang yang


sekarang telah menikamkan belati ke punggungngya.
“Vir, sebenarnya kamu kenapa sih?” tanya Linda
yang ternyata merasa tidak puas dengan tanggapan
Dhara dikantin tadi.
“Vir, kalau kamu punya masalah, cerita dong,
mungkin aku bisa membantumu. Lagipula, apa
salahnya sih, cerita pada sahabat sendiri? Atau
jangan-jangan, kamu sudah tidak percaya padaku
lagi?” tambah Linda.
“Nggak ada masalah apapun Lin. Aku hanya
teringat Ayah saja,” jawab Dhara. Suaranya sangat
pelan.
“Benar nggak ada masalah yang lain, Vir?” tanya
Linda merasa kurang puas dengan pengakuan Dhara.
“Maaf Lin, aku nggak bisa cerita padamu,” jawab
Dhara.
“Kenapa Vir? Aku inikan sahabatmu? Aku pasti
akan membantumu,” sahut Linda.
“Kalau boleh aku tebak, apa kamu punya masalah
dengan Radit, Vir?” tanya Linda yang langsung
membuat tersentak kaget Dhara.
Air mata Dhara yang sejak tadi tertahankan, lang-
sung menggenang di sekitar mata ketika mendengar
ucapan Linda menyebut nama Radit.

259 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Aku nggak bisa cerita sekarang Lin. Aku belum


siap jika aku harus kembali tumpahkan air mata ini
lebih banyak lagi,” jawab Dhara.
“Ya udah deh…,” kata Linda mengakhiri percaka-
pannya. Dalam hati, Linda tanamkan keyakinan,
bahwa masalah yang merundung sahabatnya itu pasti
tentang sesuatu yang membuatnya bersikap dingin
pada Radit hari ini.
Bel, tanda jam istirahat berbunyi, semua murid
keluar kelas. Di saat semuanya menuju kantin, Dhara
berbeda arah. Ia melangkah menuju ke perpustakaan.
“Linda, bagaimana? Apa Dhara sudah mencer-
itakan masalahnya kepadamu?” tanya Radit yang
menghampiri Linda di kantin.
“Sama saja Dit, Dhara juga tidak mau mencer-
itakan masalahnya padaku,” jawab Linda setelah
sesendok mi ayam pedas kesukaannya memenuhi
mulutnya.
“Aku tanya Dhara kenapa, dia hanya menjawab
bahwa dia masih ingat pada almarhum ayahnya yang
tanah kuburannya masih belum kering. Ya, menurutku
sih, masuk akal banget, karena kenyataannya ayah
Dhara baru meningal dunia. Tapi, aku yakin Dit, pasti
Dhara punya masalah lain,” tambah Linda yang
menghentikan makannya.

260 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Sekarang, kamu tahu nggak Dhara dimana?” tan-


ya Radit kemudian setelah agak lama keduanya
membisu.
“Aku sih, nggak tahu pasti Dhara dimana. Aku gak
tanya waktu keluar. Tapi biasanya dia lebih senang
diperpustakaan. Coba aja kamu ke sana Dit, siapa
tahu Dhara beneran ada di sana,” jawab Linda
memastikan.
“Ya udah deh, Lin,” ujar Radit kemudian pergi me-
langkahkan kakinya menuju perpustakaan, berharap
Dhara benar-benar ada di sana. Ia berusaha
menghubungi Dhara via hp namun tidak diangkat-
angkat.
“Eh, Dit!” panggil Linda berteriak.
Radit yang mendengar teriakan Linda, langsung
menoleh sambil menghentikan langkahnya.
“Coba aja kamu samperin Dhara ke perpustakaan,
siapa tahu marahnya udah reda. Aku mau ngabisin mi
ayam kesukaanku dulu….” Suara Linda sangat keras,
sampai yang mendengarnya, serempak menoleh ke
arah Linda penuh keheranan.
Radit hanya mengangguk pelan, kemudian me-
langkah lagi menuju ke perpustakaan. Mencari sosok
Dhara.
Sampai di perpustakaan, Radit langsung meng-
hampiri Dhara yang duduk sendirian di kursi paling
pojok.

261 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Lagi baca buku apa Vir?” tanya Radit sambil


duduk berhadapan dengan Dhara.
“Radit…,” kata Dhara terkejut. “Dit, ngapain kamu
ke sini?” tanya Dhara sambil menutup buku yang
sejak tadi dibacanya.
“Vir, aku khawatir padamu. Sikapmu tiba-tiba saja
berubah. Tidak hanya padaku Vir, tapi juga pada
Linda, sahabatmu sendiri,” jawab Radit sambil
memegang.
“Terima kasih Dit, karena kamu sudah begitu
peduli terhadapku. Tapi untuk kali, aku mohon, jangan
dekatin aku lagi, biarkan aku sendiri,” ucap Dhara,
kemudian pergi.
“Vir tunggu…!” Dengan cepat Radit memegang
lengan Dhara. “Vir, aku mencintaimu, aku menyayan-
gimu. Mana mungkin aku bisa menjauhimu? Mana
mungkin aku bisa menghindarimu, seperti yang kamu
mau Vir?” Ucap Radit pelan.
Dhara yang mendengar ucapan Radit, langsung
matanya basah karena air mata. Dalam hati ia
berkata, bahwa sebenarnya ia juga sangat mencintai
Radit. Tapi ia juga tahu, bahwa Radit bukan lagi
miliknya dan memang tidak pernah jadi miliknya.
Radit adalah tunangan Calsa, majikannya. Dan
mereka telah dijodohkan sejak masih kecil.
“Dit, kalau kamu memang benar-benar mencintai-
ku, aku mohon …. mulai sekarang, tolong jauhi aku.

262 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Jangan pernah deketin aku lagi Dit, aku mohooon…,”


ujar Dhara kemudian pergi.
“Vir, Dhara…!” panggil Radit berteriak keras.
Dhara terus berlari walaupun sebenarnya dia
mendengar teriakan Radit yang memanggil dirinya.
Air mata yang selalu menghiasi kecantikannya, masih
saja terus mengalir mengiringi langkah kakinya yang
semakin cepat berlari.

***

“Hai Dit, kenapa?”


Linda yang menyusul Radit, langsung mengham-
pirinya ketika Radit berada di depan perpustakaan.
“Dhara, Lin,” ujar Radit semakin kesal.
“Dhara masih marah?” tanya Linda.
“Dhara tidak hanya marah Lin. Dia benar-benar
nyuruh aku agar ngejauhin dia. Aku bingung Lin.
Sebenarnya ada apa? Apa yang sedang terjadi? Aku
tidak mau kehilangannya, Lin,” Radit berkata sambil
memukulkan genggaman tangannya ke arah tembok.
“Udahlah Dit, kamu yang sabar aja,” Linda berkata
sambil memegang bahu Radit, kemudian pergi.
“Radit ello kenapa? Sepertinya habis marah
deh…,” tanya Calsa sambil berjalan menghampiri
Radit yang masih berdiri di depan perpustakaan.
“Apa urusanmu?” tanya Radit kesal.

263 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Iih, judes banget sih Dit. Aku kan hanya nanyain


aja. Salah ya?” Protes Calsa.
“Salah! Puas? Udah deh Cal, kamu nggak perlu
sok perhatian gitu. Nggak akan pernah merubah
suasana dan warna hatiku. Karena sampai kapanpun,
hanya Dhara yang ada di hatiku.”
Radit melangkah pergi dari hadapan Calsa.
“Lho Dit, kok ello jadi marah-marah gitu sih? Gue
kan hanya nanya. Lagian orang nanya baik-baik.”
Radit menghentikan langkahnya mendengar uca-
pan Calsa. “Eh Cal, kamu itu bisa nggak sih kalau
nggak ikut campur urusanku?” Setelah berkata, Radit
langsung pergi tanpa memedulikan suara Calsa yang
masih memaki-makinya.

***

Linda langsung menghampiri Dhara yang sedang


mengemasi buku-bukunya.
“Vir, kamu marah sama Radit?” tanya Linda
dengan mimik serius.
Dhara sengaja diam dengan pertanyaan Linda
yang dianggapnya sangat tidak penting.
“Vir, sebenarnya kalian berdua itu berantem nggak
sih…?” tanya Linda lagi setelah merasa tidak puas
dengan kebisuan Dhara yang memang di sengaja.

264 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Lin, apa yang aku rasakan sangat pahit untuk aku


telan. Kesalahan Radit kali ini tidak bisa termaafkan
lagi Liiiiin…,” jawab Dhara pelan.
Namun Linda sangat jelas mendengar ucapan
Dhara.
“Kesalahan Radit?! Apa yang telah Radit lakukan
terhadapmu, Vir?” tanya Linda terkejut.
“Sorry Lin, aku nggak bisa cerita sekarang pa-
damu. Aku belum siap jika harus mengalirkan air mata
lagi. Terasa kering air mataku hanya untuk menangisi
kebiadabannya,” jawab Dhara sambil beranjak dari
duduknya.
“Ya, sudahlah Vir. Kalau kamu nggak mau cerita
padaku, aku bisa ngerti kamu kok. Tapi besok aku
harap kamu akan bersedia untuk menceritakannya
padaku.”
Linda juga beranjak dari duduknya. Melangkah
perlahan di samping Dhara. Melangkah pulang
dengan naik angkot yang sudah biasa mereka
tumpangi ketika pulang sekolah.

***

Ketika Dhara sampai di rumah, ia langsung masuk


ke kamar. Ia merebahkan tubuh di atas kasur yang
sudah terasa sangat tidak empuk. Sebenarnya Dhara
jarang sekali tidur di atas kasur. Ia lebih sering dan

265 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

lebih senang jika tidur di lantai memakai karpet.


Selain hawanya lebih sejuk, di lantai juga sangat
nyaman dan terasa bebas.
“Dhara, sudah pulang….” Tiba-tiba Bik Imah ma-
suk ke kamar Dhara tanpa mengetok pintu.
Dhara yang lagi asyik tiduran langsung terbangun
seketika, kemudian menghampiri bundanya yang
berdiri di dekat rak buku.
“Bunda…,” sahut Dhara sambil melangkah meng-
hampiri bundanya kemudian mencium telapak tan-
gannya.
“Vir, setelah almarhum ayahmu meninggal dunia,
maka bundalah yang bertanggung jawab penuh atas
kehidupanmu,” Bik Imah berkata sambil menempel-
kan pantatnya di pinggir kasur Dhara. Terdengar
desahan berat dari Bik Imah.
“Vir, kalau boleh Bunda tahu, masalah apa yang
merundungmu? Karena akhir-akhir ini, Bunda lihat
kamu selalu murung dan lebih pendiam. Tidak seperti
biasanya. Seakan-akan kamu bukan Dhara bunda
yang dulu….”
Mata Bik Imah menatap wajah putrinya, Dhara.
“Nggak ada masalah serius sih Bunda, sebenarn-
ya. Dhara hanya ingat almarhum Ayah. Dhara tidak
menyangka, Ayah akan pergi meninggalkan kita
berdua,” jawab Dhara setelah menarik nafas panjang.

266 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Bunda juga Vir. Di setiap gerak Bunda, masih


terbayang jelas wajah ayahmu. Sepertinya Ayah
masih hidup dan berada di samping Bunda. Apalagi
kalau siang, biasanya Bunda makan bersama dengan
Ayah. Tapi sekarang….” Bik Imah menutupi mukanya
dengan kedua telapak tangan. Air mata yang mengalir
tampak jelas menggambarkan sebuah kedukaan.
“Bunda….” Dhara langsung memeluk bundanya,
satu-satunya orang tua Dhara yang masih hidup
bersamanya di dunia.
“Bunda tidak bisa melupakan ayahmu Vir. Bunda
sangat mencintainya, walaupun seumur hidup
ayahmu selalu memberi kekurangan pada Bunda,”
Tangis Bik Imah semakin menjadi ketika berada
dalam pelukan putri tercintanya itu.
Dhara juga menangis, seakan merasakan
kedukaan terdalam yang dialami bundanya.
“Sebenarnya, ada yang ingin Bunda bicarakan
denganmu, Vir.”
Dhara melepas pelukannya ketika mendengar
ucapan Bik Imah. Perasaannya campur aduk.
“Vir, Bunda ingin pergi dari tempat ini…,” ucap Bik
Imah setelah diam sejenak.
Dhara hanya diam mendengarnya.
“Jika kita terus saja tinggal di rumah ini, sampai
kapanpun kita tidak akan bisa melupakan almarhum,
ayahmu Vir. Karena bagaimanapun, almarhum

267 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

ayahmu tidak akan pernah hidup kembali.” Bik Imah


masih mengalirkan air matanya. Lalu ia mengusap air
matanya yang semakin deras mengalir.
“Bunda benar, kita tidak akan bisa melupakan
almarhum Ayah jika kita tetap bersikeras tinggal di
rumah ini. Tapi Bunda, jika kita pindah dari rumah ini,
kita akan tinggal dimana?” tanya Dhara. “Apakah kita
akan kembali ke rumah yang dulu, Bunda?” lanjut
Dhara menatap Bik Imah.
“Ya, mungkin begitu Vir. Karena hanya rumah itu-
lah satu-satunya peninggalan ayahmu. Lagipula,
rumah kita yang dulu lebih dekat dengan makam
ayahmu,” jawab Bik Imah sambil beranjak dari
duduknya.
“Apa Tante Marina akan mengizinkan kita pindah
dari sini Bunda?” Bik Imah menghentikan langkahnya
mendengar pertanyaan Dhara.
“Yang pastinya tidak. Tapi kita harus tetap pindah
dari rumah ini Vir,” jawab Bik Imah berbalik me-
mandang Dhara.
“Kapan kita akan pindah, Bunda?” lanjut Dhara
terus bertanya.
“Secepatnya….” Jawab Bik Imah kemudian
keluar dari kamar Dhara.

***

268 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Dhara, kok sendirian, Sayang?” tanya Nyonya


Marina menghampiri Dhara yang sedang mencuci
piring.
“Bunda ada di kamar Tante. Dhara suruh istirahat
saja. semua pekerjaan biar Dhara yang ngerjakan.
Kasihan Bunda, dari pagi nggak istirahat,” jawab
Dhara sambil terus mencuci piring.
“Kamu memang anak yang berbakti Vir. Bik Imah
sangat beruntung memilikimu. Seandainya putri Tante
sepertimu, pasti Tante akan menjadi seorang ibu yang
paling bahagia di dunia.”
Dhara hanya diam mendengar penuturan Nyonya
Marina tanpa berani memandang wajahnya.
“Vir, kamu sudah makan siang belum?” tanya
Nyonya Marina kemudian sambil mencuci tangannya.
“Belum Tante. Akhir-akhir ini, nafsu makan Dhara
berkurang,” jawab Dhara sambil meraih sapu tangan
kemudian membersihkan meja dengan sapu tangan
tersebut.
“Kebetulan sekali Vir, Tante juga belum makan
siang. Kamu maukan nemenin Tante…?” Pandangan
Dhara beralih memandang Nyonya Marina, ketika
mendengar ucapan Nyonya Marina.
“Aku Tante? Nemenin Tante makan siang?” tanya
Dhara tak percaya, seakan ia dijatuhi bintang dari
langit mendengar tawaran Nyonya Marina yang tidak
pernah diduga sebelumnya.

269 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Calsa nggak ada Vir. Sepulang sekolah dia lang-


sung pamit. Katanya mau belanja di mal bersama
teman-temannya,” ucap Nyonya Marina tiba-tiba,
seakan mengerti apa yang Dhara takutkan.
Nyonya Marina langsung menarik lengan Dhara,
melangkah menuju ke meja makan.
Dhara duduk berhadapan dengan Nyonya Marina.
Mata Nyonya Marina tidak pernah lepas sedikitpun
dari hadapannya. Memandang Dhara tajam, mencoba
menyelam ke dalam bola mata Dhara. Ada sesuatu
yang lain di dalamnya.
‘Dhara, Tante memang mempunyai segalanya.
Harta, Calsa, rumah mewah, berlian mahal. Tapi
semua yang Tante miliki tidak mampu membuat hati
Tante senang dan bahagia. Tidak pernah membuat
suasana hati Tante setenang hari ini, setenang ketika
ada di dekatmu Vir. Hanya kamu puncak kebahagiaan
Tante. Selera makan Tante lain ketika makan bersa-
mamu.
“Tidak seperti selera makan Tante ketika Tante
makan bersama Calsa. Hati Tante lebih tenang ketika
bersamamu Vir. Ketenangan itu membuat jiwa Tante
merasa tentram. Mengapa Tante serasa pernah dekat
denganmu…,’ mungkin ucap Nyonya Marina dalam
hatinya.
“Tante, Tante nggak makan?” tanya Dhara men-
gagetkan Nyonya Marina.

270 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Eeee, i, ia Vir, kenapa?” tanya Nyonya Marina


tergagap.
“Tante ngelamun ya? Ayo, ngelamunin apa’an?”
Goda Dhara sambil menuding Nyonya Marina.
“Nggak, siapa yang ngelamun. Tante cuma asyik
saja melihatmu makan,” elak Nyonya Marina.
Kemudian langsung menikmati hidangan di depannya.
‘Tante, selama Dhara di rumah ini, hanya Tante
yang bisa menerima Dhara tinggal bersama Bunda
yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga Tante
Marina. Hati Tante begitu baik dan lembut.
Dhara ingin sekali memeluk dan mencium Tante.
Wajah dan senyum Tante seaakan sudah tak asing
lagi bagi Dhara. Dhara sepertinya sudah kenal dekat
dengan Tante.
“Calsa sungguh adalah gadis paling beruntung.
Karena selain mempunyai harta yang tak ternilai
banyaknya, Calsa juga mempunyai mama seperti
Tante, seorang ibu yang baik hati.
“Seandainya Dhara adalah Calsa, pasti Dhara
akan menjadi gadis terbahagia di dunia ini,’ mungkin
ucap Dhara dalam hatinya sambil memandang
Nyonya Marina yang duduk berhadapan dengannya.
“Dhara, nasinya kok nggak dihabiskan, Sayang?”
tanya Nyonya Marina mengagetkan Dhara, membu-
atnya keluar dari lamunannya.

271 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Dhara langsung mengahbiskan nasinya yang


masih tersisa di piringnya.

***

Ketika mentari pagi menyapa bumi dengan kehan-


gatannya, Radit berangkat ke sekolah dengan
perasaan campur aduk. Perubahan sikap Dhara yang
tiba-tiba, membuat hatinya resah. Hingga dengan
sengaja, Radit berangkat ke sekolahnya lebih pagi
dari seperti biasanya. Karena Dhara datang selalu
pagi.
“Dhara…!” panggil Radit berteriak ketiak melihat
Dhara yang datang dari arah selatan.
Dengan langkah kakinya yang cepat, Radit me-
langkah menghampiri Dhara. Ia ingin memastikan
penyebab apa yang sudah membuat Dhara bersikap
dingin kemarin di sekolah.
“Pagi Vir,” sapa Radit setelah langkahnya sampai
di dekat Dhara.
Tanpa sedikit pun merespon sapaan Radit, Dhara
langsung pergi begitu saja, meninggalkan Radit yang
telah bersusah payah mendatanginya ke arah selatan.
“Vir, tunggu Vir…!” Cegah Radit memanggil Dhara.
Dhara menghentikan langkahnya, karena perge-
langan tangannya sakit di genggam Radit.

272 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Dit, lepasin aku…!” kata Dhara sambil menarik


tanggannya yang dipegang Radit.
“Dhara apa salahku? Salah apa aku terhadapmu?
Kenapa kamu berubah, Vir?” tanya Radit yang
kembali meraih tangan Dhara.
Dhara membiarkan Radit melakukan hal itu.
“Dit, kenapa kamu masih bertanya padaku?!” Tan-
ya Dhara sedikit berteriak.
“Apa maksudmu, Vir? Tolong katakan padaku, ada
apa sebenarnya? Jangan terus-terusan begini Vir.
Jujur aku tak kuat, aku tak tahan jika kamu terus
mendiami aku seperti ini,” ujar Radit pelan.
“Dit, aku lebih tak kuat menghadapi ini semua….,”
tukas Dhara. Air mata sucinya langsung membasahi
matanyanya.
“Sebenarnya apa yang terjadi Vir?” tanya Radit
dengan dahi berkerut.
“Tanya saja pada dirimu sendiri,” jawab Dhara
kemudian pergi. Sengaja membiarkan Radit me-
mandangi langkah kakinya dari belakang.
“Dit, kalian belum baikan ya?” tanya Linda meng-
hampiri Radit yang sejak tadi mendengar semua
perbincangan Radit dan Dhara.
“Yah … seperti yang kamu lihat,” jawab Radit sing-
kat.
Pandangan Radit tidak beralih dari langkah Dhara,
yang kemudian Dhara hilang ditelan pintu kelas.

273 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Lin, aku benar-benar tidak mengerti Dhara itu


kenapa? Apa salahku? Kenapa dia marah banget
padaku?” Radit memukulkan tangannya ke arah
pohon cemara. Sebagian dari daunnya langsung
berjatuhan ketika tangan Radit menamparnya.
“Aku juga heran Dit. Nggak biasanya Dhara marah
dalam kurun waktu yang cukup lama. Tapi benarkan
Dit, kamu nggak nyakitin hatinya?” Selidik Linda
penuh tanda tanya.
“Lin, harus berapa kali sih aku bilang, kalau aku itu
tidak merasa menyakiti Dhara. Sama sekali… Aku
mencintainya Lin. Jadi, mana mungkin aku tega
menyakiti hatinya? ujar Radit dengan suara sedikit
nyaring.
“Ya udah deh Dit. Nanti aku coba tanya Dhara lagi,
sebenarnya dia itu kenapa.” Linda mencoba mene-
nangkan hati Radit.
Radit memandang puas kehadapannya. Ada sedi-
kit senyum yang mengembang dari bibirnya. Radit
merasa beruntung mempunyai teman seperti Linda
yang selalu membantunya dalam suka dan duka.
Linda pergi meninggalkan Radit seorang diri. Ka-
kinya melangkah menuju kelas, menghampiri Dhara
yang sedang duduk termenung dibangkunya.
“Dhara, kamu kenapa?” tanya Linda sesampainya
di samping Dhara.

274 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Dhara hanya menggeleng pelan mendengar per-


tanyaan Linda. Air matanya sudah pasti mengalir.
“Eh Vir, sandiwara apalagi yang udah ello
lakonkan?” Tiba-tiba Calsa yang baru masuk kelas,
langsung menghampiri Dhara yang menangis di
bangkunya.
Selembar tangan Calsa memukul meja yang ada di
hadapan Dhara. Dhara dan Linda melonjak kaget.
“Ello kira, gue nggak tahu rencana ello dibalik air
mata buaya yang mengalir itu? Udahlah Vir, buka saja
kedok ello itu. Gue tahu semua rencana ello untuk
nguasai harta Radit yang takkan pernah habis sampai
tujuh turunan,” sindir Calsa dengan pandangan sinis.
Dhara hanya memandang Calsa dengan perasaan
bersalah karena selama ini ia telah berani mendekati
Radit, tunangan Calsa, majikannya.
“Eh Cal, kamu resek banget sih….” Linda men-
dorong Calsa dengan keras, hingga tubuh Calsa
tergerak menempel ke dinding.
“Eh, kok jadi ello sih yang sewot? Denger ya, gue
nggak punya minat untuk meladeni orang kayak ello.
Gue tahu, ello adalah sahabat terbaik pembantu gue.
Tapi ello juga harus tahu, kalau gue itu punya urusan
dengan Dhara, bukan dengan ello. Ngerti?” Calsa
membalas mendorong Linda.
Dhara hanya diam memandang pemandangan
gratis di depannya.

275 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Ello pikir, ello siapa? Berani-beraninya memben-


tak gue,” Calsa mendorong Linda sekali lagi. Kemudi-
an pergi.
“Cal, iiiiiiiiih.” Linda beranjak dari duduknya,
mengejar Calsa yang sudah agak berlalu dari hada-
pannya. Kepalanan tanyannya sudah siap menghan-
tam Calsa kalau saja Dhara tida mencegahnya.
“Udah lah Lin, biarin aja. Non Calsa memang pan-
tas melakukan hal itu,” ujar Dhara sambil menghapus
air matanya.
“Apa kamu bilang? Pantas? Calsa yang kamu
panggil Non itu pantas melakukan hal itu kamu
bilang? Vir kamu sadar nggak sih kalau kamu itu
sudah dihina. Dihina Vir, dihina.
“Aku tahu kamu dan orang tuamu hidup di bawah
gaji dari orang tua Calsa. Tapi, apakah harga dirimu,
kamu biarin gitu aja? Calsa memang kaya Vir, tapi dia
tak punya hati. Hatinya bukan hati manusia,” ucap
Linda sambil memandang Dhara.
“Aku sebagai sahabatmu, tidak akan pernah mem-
biarkan si sombong itu menghinamu lebih lama lagi.”
tambah Linda tanpa memedulikan gejolak hati Dhara.
“Lin, kamu belum tahu masalah yang menimpaku,
masalah yang aku alami saat ini. Hingga semua
omongan Non Calsa kamu anggap salah. Lin, tak ada
yang salah pada omongan Non Calsa. Dia benar,”
ujar Dhara membela Calsa.

276 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Linda semakin geram mendengar ucapan Dhara.


Linda arahkan lirikan matanya ke arah Calsa yang
masuk kembali ke kelas, kemudian duduk. Di sana
Calsa dan teman-termannya tampak bercakap-cakap.
Sesekali mereka semua menoleh pada Dhara dan
Linda.
Hening yang terjadi. Selanjutnya, tidak ada
sepatah katapun yang Dhara keluarkan. Begitu juga
dengan Linda.
“Lin, sebenarnya … Calsa adalah tunangan Radit,”
ucap Dhara kemudian.
Rasa kesal dan amarah Linda yang menggunung,
tiba-tiba runtuh seperti yang terkena longsor. Linda
berbalik arah memandang Dhara.
“Apa?!” Hanya kata itulah yang mampu Linda
ucapkan karena keterkejutan hatinya ketika
mendengar ucapan Dhara yang tidak pernah diduga
sebelumnya.
Dhara masih sibuk dengan tisu yang menjadi alat
peresap air matanya.
“Vir, kamu mau kan mengulangi sekali lagi
ucapanmu itu?” pinta Linda pada Dhara.
Dhara hanya memandang sayu ke arah Linda sa-
habatnya.
“Non Calsa adalah tunangan Radit Lin,” ulang
Dhara memenuhi permintaan Linda.

277 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Kali ini, Linda merasa benar-benar tidak ada yang


konslet pada alat indra pendengarannya. Ia dapat
dengan jelas mendengar semua ucapan Dhara.
“Apa? Jadi, masalah itu yang telah membuatmu
menjauhi Radit belakangan ini?” tanya Linda sambil
mendekatkan mukanya pada Dhara.
Dhara mengangguk pelan, mengiakan pertanyaan
sahabatnya itu.
“Aku marah bukan karena Radit adalah tunangan
Non Calsa Lin. Tapi aku marah karena Radit telah
menyakitiku Lin. Dia telah berbohong dengan me-
rahasiakan semua ini dariku. Kenapa Radit tidak
menceritakannya padaku sejak awal?
“Pantas saja selama ini Non Calsa sangat mem-
benciku. Ternyata aku telah berani dan lancang
merebut Radit yang sudah jelas-jelas adalah
tunangan Non Calsa. Aku malu Lin.” Dhara langsung
berhambur ke dalam pelukan Linda setelah selesai
mengatakan hal yang telah meremukkan hatinya
selama ini.
“Calsa adalah tunangan Radit? Mana mungkin
Vir? Apalagi Radit sangat membenci Calsa. Mungkin
Calsa hanya memerdayaimu agar kamu menjauhi
Radit,” ujar Linda dengan rasa tidak percayanya.
“Lin, jika yang mengatakan padaku adalah Non
Calsa sendiri, mungkin kamu pantas mengatakan hal
itu. Tapi yang mengatakan semua ini padaku bukan-

278 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

lah Non Calsa Lin, tapi Nyonya Marina, majikanku.


Beliau lah yang telah menyampaikannya padaku.
Dan beliau juga mengatakan bahwa Non Calsa
dan Radit sudah mereka jodohkan sejak kecil, sejak
mereka masih sama-sama menjelma sebagai bayi
mungil yang selalu tersenyum bahagia,” ucap Dhara
berusaha menjelaskan dan menyakinkan Linda
dengan apa yang telah dikatakannya.
“Radit benar-benar jahat Lin. Berbulan-bulan dia
telah menipuku, menipu kita semua. Kamu pastinya
tahu kan Lin, kalau aku sangat mencintai Radit? Tapi
Radit, dia sengaja menghujamkan belati di
punggungku, hingga aku tertusuk. Aku sakit hati
Lin…,” lanjut Dhara yang masih berteduh dalam
pelukan Linda.
“Aku tak bisa memaafkan Radit begitu saja Lin.
Aku sudah terlanjur kehilangan Ayah. Dan semua itu
karena Radit, karena cintaku.” Dhara melepas pe-
lukannya. Matanya bengkak karena air mata yang
terus-terusan mengalir. Sayu matanya sangat kentara
sekali.
‘Aku tak pernah menyangka kalau Radit akan
melakukan hal ini pada Dhara. Kasihan kamu Vir…’
mungkin Linda membatin.
“Sudahlah Vir, kamu yang sabar aja ya. Aku janji
tak akan menceritakan hal ini pada siapapun, terma-
suk pada Radit,” ucap Linda menghibur Dhara.

279 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Dhara mengangguk pelan mendengarnya. Ada


sebaris senyum tipis yang mengembang dari sudut
bibir Dhara.
“Janji?” ujar Dhara sambil mengarahkan jari kel-
ingkingnya pada Linda.
Linda menyambut jari kelingking Dhara dengan
menyatukan dengan jari kelingking miliknya.
“Aku janji Vir. Demi persahabatan kita berdua,”
ucap Linda setelah jari kelingking Dhara dan Linda
menyatu.
Kedua bersahabat itu saling menyunggingkan
senyum.

***

“Lin, Linda…!”
Teriak Radit memanggil Linda ketika pulang
sekolah. Linda yang mendengarnya, terus saja
melangkah, tidak mengindahkan panggilan Radit yang
semakin lama, semakin keras dan nyaring.
“Lin…,” panggil Radit lagi sambil berlari mengejar
Linda.
“Lin tunggu,” cegah Radit menarik tangan Linda.
“Ada apa sih?” Linda menghempaskan tangan
Radit.
“Lin, bagaimana? Apa kamu sudah tanya sama
Dhara?” tanya Radit penuh harap.

280 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Kamu memang pria jahat Dit. Aku benci sama


kamu.” Setelah berkata, Linda pergi dari hadapan
Radit.
Radit mengejarnya.
“Lin, Linda, kenapa kamu juga ikutan marah pa-
daku? Sebenarnya ada apa sih?!” teriak Radit sambil
terus mengejar Linda.
Tapi Linda sudah hilang dari pandangan matanya,
karena Linda sengaja mempercepat langkah kakinya
untuk menjauhi Radit yang terus mengejarnya.
“Brengsek…!” umpat Radit setelah usahanya
mengejar Linda ternyata tidak berhasil.
“Dhara, ya Dhara. Aku harus menemuinya. Dan
dia harus ceritakan semuanya padaku.”
Radit berjalan menuju kelas. senyum Radit tiba-
tiba mengembang ketika matanya melihat Dhara yang
baru keluar dari dalam kelas.
“Vir…!” panggil Radit. Dhara langsung berlari keti-
ka telinganya menangkap suara Radit yang me-
manggilnya.
“Vir tunggu Vir!” cegah Radit menarik tangan
Dhara.
“Ada apa lagi, Dit?” tanya Dhara sambil
menghempaskan tangannya.
“Vir, tolong katakan padaku, apa yang sebenarnya
telah terjadi? Kenapa kamu seakan sangat mem-

281 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

benciku, Vir?” Radit kembali meraih tangan Dhara,


kemudian menggenggamnya.
“Dit, aku mohon, tolong jangan ganggu aku lagi,”
ucap Dhara kemudian pergi.
“Tapi kenapa Vir?!” tanya Radit keras.
Dhara menghentikan langkahnya.
“Dit, mau kamu itu apa sih?” ucap Dhara mulai
kesal. “Biarian aku pergi, Dit,” lanjut Dhara sambil
berusaha pergi.
“Vir, aku janji, aku akan biarkan kamu pergi setelah
kamu mengatakan padaku ada apa sebenarnya. Apa
yang telah terjadi?” Radit memandang tajam ke arah
Dhara.
“Dit, kamu mau tahu apa yang telah terjadi pa-
daku?” Dhara mengulang pertanyaan Radit.
“Ia Vir, karena aku tak tenang dengan sikapmu
belakangan ini terhadapku,” jawab Radit dengan
suara agak pelan.
“Dit, kenapa selama ini kamu tega mem-
bohongiku? Kenapa? Apa salahku padamu?” tangis
Dhara tiba-tiba meledak. Kedua buah tangannya
menjadi penutup bagi wajahnya yang kini banjir air
mata.
“Kebohongan?” ucap Radit heran
“Maksudmu kebohongan apa Vir?” lanjut Radit
bertanya, membuat air mata Dhara semakin mengalir
deras.

282 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Jangan pura-pura bodoh Dit! Aku tahu


kelicikanmu di belakangku!” Suara Dhara semakin
keras.
“Vir, aku benar-benar tidak mengerti apa yang
kamu bicarakan. Kelicikan? Kelicikan apa yang kamu
maksud Vir?” Radit membalas suara Dhara dengan
lembut.
“Pertunangan!” kata Dhara mengagetkan Radit.
Dhara mengarahkan pandangannya memandang
Radit yang begitu terkejut dengan ucapan Dhara.
“Dit, kenapa kamu tidak pernah menceritakan ten-
tang pertunanganmu dengan Non Calsa padaku?
Kenapa kamu harus bersandiwara, Dit? Kenapa?
Kamu jahat! Aku benci padamu, Dit.” Dhara berkata
sambil mendorong Radit.
“Jadi, kamu sudah tahu tentang pertunangan itu,
Vir?” tanya Radit lemas.
“Ya, dan mulai sekarang, aku minta kita putus!”
ucap Dhara kemudian pergi dari hadapan Radit.
“Vir!” Cegah Radit menarik lengan Dhara.
“Lepasin aku Dit!” Dhara menarik cepat tangannya
yang dipegang Radit.
“Vir, dengarkan penjelasanku dulu…” Radit
mengejar Dhara yang berlari sambil menangis.
“Nggak ada yang perlu dijelaskan lagi…!” teriak
Dhara sambil terus berlari.

283 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Aaahhh! Brengsekk!” umpat Radit. Kakinya


menendang kaleng minuman yang ada didekatnya.
“Kamu belum tahu yang sebenarnya Vir… Aku
tidak sejahat yang kamu kira!” teriak Radit keras.
“Kurang ajar!” Umpatnya sekali lagi.
“Calsa. Ya, pasti wanita kurang ajar itu yang
menceritakannya pada Dhara. Awas Cal, aku tidak
akan pernah mengampunimu jika Dhara benar-benar
akan meninggalkanku,” ucap Radit geram, kemudian
melangkahkan kakinya. Pulang.

***

Lalu lintas yang penuh debu semakin membuat


sesak di dada Radit. Roda mobil Radit tiba-tiba
berhenti ketika lampu lalu lintas berwarna merah
menyala. Kemudian kembali melaju ketika lampu
berganti warna hijau yang menyala. Belum lama Radit
melajukan mobilnya kembali, tiba-tiba ia menginjak
rem mobilnya. Radit turun dari mobilnya.
“Hei Calsa…!” teriak Radit ketika melihat Calsa
yang memperbaiki mobilnya yang sedang macet.
“Radit,” sahut Calsa bahagia.
“Dit, aku yakin, kamu memang akan datang
mengantarku pulang.” Calsa berjalan mendekati Radit
yang berdiri di samping mobilnya.

284 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Makasih ya Dit, karena kamu udah mau ngantar


aku pulang,” ujar Calsa ketika langkahnya sampai di
dekat Radit.
“Apa? Ngantar kamu pulang? Emang kamu pikir
aku ini udah gila? Udah stress? Jangan mimpi deh,
Cal,” sambut Radit pedas.
“Dengar baik-baik ya Cal. Aku datang ke sini
bukan karena aku ingin mengantar, menjemput atau
mau membawamu pulang. Dan kamu harus buang
sangkaan itu jauh-jauh, karena aku tidak akan pernah
melakukan hal bodoh itu untukmu. Sampai kapanpun.
Mengerti?” ucap Radit kasar.
Ada genangan yang belum tertumpah di pelupuk
mata Calsa.
“Cal, sekarang jawab pertanyaanku dengan jujur,”
mata Radit memandang Calsa tajam.
“Apa yang kamu katakan pada Dhara?” tanya
Radit masih dengan mata melotot.
“Aku? Mengatakan pada Dhara? Maksudmu apa
sih, Dit?” tanya Calsa tidak mengerti.
“Ya, kamu. Apa yang kamu katakan pada Dhara?”
ujar Radit mengulang pertanyaannya.
“Maksudmu apa Dit? Aku benar-benar nggak
mengerti…,” bantah Calsa.
“Udahlah Cal, kamu nggak perlu pura-pura bodoh
di depanku, karena aku sudah tahu semua yang kamu

285 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

katakan pada Dhara,” jawab Radit. Suaranya semakin


keras.
“Radit, aku benar-benar nggak ngerti dengan apa
yang kamu katakan. Sumpah Dit, nggak ada yang
katakan pada Dhara,” ujar Calsa berusaha membela
dirinya.
“Mana ada maling ngaku sih?” Radit mendorong
tubuh Calsa.
“Dit! aku tahu kamu mencintai Dhara pembantu
aku itu, tapi please deh Dit, jangan semua omongan
berasal dari aku!” Suara Calsa semakin keras. Air
yang sejak tadi terbendung di pelupuk matanya, kini
mulai mengalir deras.
“Eh, buang aja deh air matamu itu. Karena aku
tidak akan pernah tertipu dengan air mata buayamu
itu. Mengerti?” ucap Radit kemudian pergi.
“Dit tunggu Dit, Radit…!” teriak Calsa berusaha
mencegah kepergian Radit.
“Dit, kenapa sih kamu selalu lebih percaya Dhara
dari pada aku? Aku mencintaimu Dit. Aku tidak mau
kamu tertipu oleh pembantu sialan itu.!” teriak Calsa
semakin keras.
Radit sudah berlalu dengan mobilnya. Telinganya
sama sekali tidak mendengar pada semua teriakan
Calsa.

286 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

‘Dhara…!” teriak Calsa semakin keras. “Gue pasti


akan balas semua perbuatan ello ini padaku. Gue
berjanji…!’ mungkin kata janji Calsa dalam hati.
Calsa pulang. Sebuah mobil taxi menjadi peng-
ganti mobilnya yang masih mogok.
***

Sampai di rumah, Calsa langsung menghampiri


Dhara yang sedang mencuci piring di dapur.
“Awww…!” teriak Dhara ketika segelas air memba-
si wajahnya.
“Non Calsa?” ucap Dhara tidak percaya dengan
apa yang baru terjadi padanya. “Non, kenapa Non
Calsa menyiram wajahku dengan air itu Non?” tanya
Dhara sambil menghanduki wajahnya.
“Kamu masih bertanya, hah?” Calsa menjambak
Rambut Dhara.
“Aduh, duh, duh, duh… Sakit Non!” teriak Dhara
mengaduh kesakitan. “Apa salah saya non?” tanya
Dhara polos.
“Apa ello bilang? Ello masih bertanya apa salah
ello sama gue? Benar-benar kurang ajar ello ya….”
Calsa semakin keras menjambak rambut Dhara.
Kemudian mendorongnya, hingga kepala Dhara
terbentur ke pojok meja yang terbuat dari plastik.
“Dengar ya Vir, gue tahu Radit cintanya sama ello
bukan sama gue. Tapi tolong dong, jangan mentang-

287 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

mentang ello yang dicintainya, ello seenaknya saja


fitnah gue yang macam-macam,” ujar Calsa tanpa
ampun.
“Maksud Non Calsa apa?” tanya Dhara sambil
mengusap air matanya.
“Alaaahh… Pura-pura nggak ngerti lagi. Ingat ya
Vir, sekali lagi ello deketin Radit, gue nggak akan
segan-segang membuat bunda ello yang jelek itu
pergi nyusul ayah ello. Ngerti lo?” Setelah berkata,
Calsa pergi meninggalkan Dhara yang masih bersim-
puh di lantai.
Dhara menangis. Air mata mengalir deras. Apa
yang Dhara alami selama ini cukup menguras air
matanya.

***

288 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Assalamualaikum Sahabat

“Bunda Dhara berangkat,” ucap Dhara sambil


mencium tangan bundanya.
“Ini kan masih pagi Vir? Tumben kamu
berangkatnya pagi. Ada apa?” tanya Bik Imah sambil
membawa masakannya ke meja makan.
Hari ini Dhara memang pagi sekali mencium tan-
gan bundanya untuk berangkat ke sekolah. Dhara
sengaja karena ia akan mampir menjemput Linda,
sebelum berangkat sekolah.
“Heh, ditanya kok malah bengong. Nggak mau
sarapan dulu Vir?” tanya Bunda Dhara yang masih
belum selesai membawa masakannya ke meja
makan.
“Nggak Bunda, Dhara ingin sarapan di kantin sa-
ma Linda,” jawab Dhara.
“Ya sudah, sana berangkat!” Bunda Dhara
menghentikan pekerjaannya, mengantar Dhara
sampai halaman.
“Dhara berangkat ya Bunda,” pamit Dhara kemudi-
an.
“Hati-hati di jalan Vir,” pesan Bik Imah mem-
peringati.

289 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Dhara hanya mengangguk, kemudian berlalu dari


hadapan bundanya.
Rumah Dhara dan Linda cukup jauh. Tapi hal itu
tidak menjadi penghambat baginya untuk jalan kaki ke
rumah Linda, seperti yang memang sudah sering
Dhara lakukan setiap kali bermain ke rumah Linda.
Dhara terus mengayunkan langkah kakinya menuju
rumah Linda. Rasa penat di kakinya mulai sedikit
terasa.
“Assalamualaikum…,” kata Dhara mengucapkan
salam ketika sampai di depan rumah Linda setelah
hampir setengah jam berjalan.
Tidak ada jawaban. “Assalamualaikum…,” ucap
Dhara mengulangi salamnya.
“Linda….” Dhara merubah perkataan panggilan
dengan nama Linda ketika mengucapkan salam tidak
ada satupun yang menjawabnya.
“Lin, Linda…!” teriak Dhara keras.
“Dwaaarr…!” Tiba-tiba seseorang mengagetkan
Dhara dari belakang.
Dhara menoleh.
“Ya ampun Linda,” ucap Dhara setelah tahu siapa
yang mengagetkannya.
“Kamu. Aku kaget Lin,” lanjut Dhara sambil
memukul lengan Linda.

290 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Sorry deh… He he…,” Linda tertawa puas.


Niatnya untuk bisa membuat Dhara kaget ternyata
berhasil.
“Jahat banget sih…,” gerutu Dhara yang masih
memegang dadanya.
“Akhirnya aku berhasil membuat Dhara terkejut.
Terima kasih Tuhan….” Linda memandang langit
sambil tersenyum.
“Lin, berangkat yuk…,” ajak Dhara langsung
menarik lengan Linda.
“Tunggu tunggu tunggu….” Linda tiba-tiba
menghentikan langkah kakinya, membuat Dhara
melongo keheranan.
“Ada apa lagi sih Lin?” tanya Dhara sedikit kesal.
“Kamu tunggu di sini dulu ya Vir!” teriak Linda
sambil berlari.
Dhara hanya mendesah kesal dengan tingkah sa-
habatnya itu pagi ini.
Tapi, kekesalan yang Dhara rasakan berubah
menjadi sebuah ketidakpercayaan ketika dilihatnya
sebuah mobil berjalan ke arahnya. Dan Dhara kenal
betul siapa pengemudi itu. “Linda? “ ujar Dhara tidak
percaya.
Tittit! Titt! Tit!, Linda menyembunyikan klakson
mobilnya.
“Ayo Vir masuk. Pagi ini kita berangkat pakai mobil
baruku!” teriak Linda dari dalam mobilnya.

291 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Dhara tak bergerak dari tempat berdirinya.


“Vir…!” suara keras Linda membuyarkan
kekagetan Dhara.
Kemudian Dhara masuk ke dalam mobil Linda.
Duduk di jok depan, bersebelahan dengan Linda.
“Lin, sejak kapan kamu punya mobil ini? Kamu
nggak nyolong kan?” tanya Dhara khawatir.
Linda langsung tertawa lepas mendengar pertan-
yaan Dhara.
“Eh, kok tertawa sih? Apanya yang lucu Lin?” tan-
ya Dhara lagi.
“Vir, memangnya kamu mengenaliku sebagai
tukang nyolong?” Linda balik bertanya.
“Terus…?” tanya Dhara ingin tahu.
“Mobil ini adalah hadiah pertunanganku dari Ma-
ma.
“Linda berkata dengan senyum khasnya.
“Mama?” ucap Dhara heran.
“Aku tahu Vir, kamu akan heran ketika aku bilang
Mama. Kamu pun tahu, selama ini mamaku berada di
Yogyakarta, mendalami bakatnya sebagai seorang
jurnalis yang berpotensi. Dan akhirnya Mama berse-
dia pulang, meninggalkan keegoisannya sebagai
jurnalis ketika Mama mendengar kalau aku mau
tunangan,” ujar Linda bercerita.
“Papa kamu Lin?” Linda tiba-tiba menginjak rem
mobilnya mendengar pertanyaan Dhara. Linda

292 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

termenung sejenak. Mata Linda mendandak men-


dung.
“Lin, aku tidak bermaksud untuk membuatmu ber-
sedih. Aku hanya ingin tahu lebih dalam tentang
keluargamu,” ujar Dhara merasa bersalah ketika
melihat dua bulir air mata mengalir di pipi sahabatnya
itu.
“Nggak apa-apa Vir,” ucap Linda sambil melajukan
mobilnya kembali.
“Mama tidak tahan dengan mulut Papa yang selalu
menyebutkan asal-usul Mama. Papaku seorang
konglomerat Vir. Sedangkan mamaku hanyalah
seorang anak dari pekerja pabrik. Papa merasa
berhutang budi pada Kakek, sehingga Papa ingin
menikahi Mama yang saat itu baru SMA.
“Mamaku adalah seorang anak tunggal yang tidak
pernah membantah, Vir. Mama menikah dengan
Papa. Kehidupan keluargaku terbilang bahagia.
Kakek pun juga sudah berhenti menjadi pekerja
pabrik. Karena sering sakit-sakitan, akhirnya Kakek
meninggal dunia. Dan hal itulah yang menjadi awal
keretakan keluargaku.
“Karena Kakek sudah meninggal, maka hak Papa
untuk membalas budi Kakek dianggap sudah selesai.
Mama tidak mau bercerai dengan Papa karena ada
aku yang masih kecil. Tapi Papa, dia selalu membius
Mama dengan cacian dan hinaan.

293 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Akhirnya, Mama mengalah. Mama langsung


meminta cerai pada Papa. Dan sejak saat itu aku
berdua hidup dengan Mama, berjuang bersama agar
tetap bisa bertahan hidup walapun tanpa uang dari
Papa.
“Makanya Vir, aku biarkan Mama menekuni ba-
katnya itu ke Yogyakarta. Dan alhamdulillah, berkat
bakat Mama, kita bisa hidup layak lagi Vir. Dan mobil
ini adalah hadiah pertama dari Mama dalam hidupku.
Makanya, aku ingin mobil ini dipakai bersama orang-
orang yang baik padaku,”
Cerita Linda panjang lebar.
“Apa kamu tidak ingin bertemu dengan papamu
lagi Lin?” Dhara merasa tidak canggung lagi dengan
pertanyaan-pertanyaannya. Karena ia tahu, sa-
habatnya adalah wanita yang tegar.
“Aku nggak mau melihat Mama terluka lagi Vir.
Walaupun aku ingin bertemu. Mungkin, Papa tidak
ingat padaku dan Mama. Buktinya, Papa tidak pernah
mencariku. Aku yakin pasti Papa sudah menikah lagi
dan punya anak. Mungkin anaknya sekarang seusia
dengan kita,” jawab Linda dengan sedikit mata
berkaca-kaca.
“Tunanganmu, seharusnya kan mendapat restu
papamu.”
“Gak lah… Nanti saja pas sudah pernikahan saja.”

294 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Oya Lin, selama mama kamu di Yogyakarta,


kamu kan tinggal bersama adik Mama kamu. Tapi,
tadi kamu bilang, katanya mama kamu adalah anak
tunggal dari kakek kamu. Maksudnya?” Dhara ber-
balik memandang Linda yang mengemudi dengan
tenang, walau pikirannya sedang kalut.
“Mamaku anak tunggal Kakek dari nenek berbeda.
Ke-4 saudara Mama, anak Kakek dari lain nenek,”
jawab Linda mencoba memberi kepahaman pada
sahabatnya itu.
“Ooooooo….”
Dhara menghentikan pertanyaannya. Karena
dilihatnya, hidung Linda merah. Linda benar-benar
menangis. Baru kali ini, Dhara melihat Linda me-
nangis.
‘Ternyata, kehidupan Linda lebih menyedihkan
ketimbang aku. Terima kasih Tuhan, karena Engkau
telah memberi kesempatan buatku untuk memiliki
ayah dan merasakan kasih sayangnya sampai aku
sebesar ini. Walau saat ini, ayah sudah Pulang
Kehadirat-Mu…,’ mungkin ucap Dhara dalam hatinya.
Untuk selanjutnya, Linda dan Dhara sama-sama
terdiam. Menikmati perjalanannya yang hanya tinggal
beberapa meter lagi.

***

295 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Turun yuk…,” Ajak Linda sambil membuka pintu


mobilnya.
“Kok mau turun sih, Lin?” tanya Dhara heran.
“Kamu mau di sini?” Linda balik bertanya. “Kita
sudah sampai di sekolah Vir,” lanjut Linda.
Dhara tidak percaya. “Masak sih?” tanya Dhara
tidak percaya sambil keluar dari dalam mobil.
“Kok cepat banget sih Lin?” tanya Dhara setelah
tahu dan sadar ternyata kakinya kini berarda di
tempat parkiran sekolah.
Linda hanya tersenyum melihat sahabatnya yang
tiba-tiba culun itu.
“Ke kantin yuk, kamu belum sarapan kan, Vir?”
Linda menarik lengan Dhara setelah berhasil
mengunci pintu mobilnya. Dhara menurut saja.
“Memangnya, kamu belum sarapan juga Lin?” tan-
ya Dhara sambil terus melangkah.
“Vir, Vir, kamu itu kan udah lama jadi sahabatku.
Kok masih lupa sih kalau aku ini hobi banget sama
yang namanya mi ayam pedas. Dan, walaupun aku
sudah sarapan, pastinya aku nggak mau absen dong
makan mi ayam pedas buatan Mbak Santi di kantin,”
jawab Linda.
Langkah mereka sudah sampai di kantin. Linda
dan Dhara langsung mengambil kursi yang berada di
dekat pintu masuk. Suasananya lebih nyaman, selain

296 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

angin bisa masuk, mereka juga bisa sedikit mencuci


mata.
“Mbak Santi, aku pesen seperti biasa ya!” teriak
Linda ketika mata pelayan kantin itu menatap ke arah
Linda dan Dhara.
Pelayan itu tidak menjawab, hanya mengacungkan
jempolnya.
“Kamu mau pesen apa Vir?” tanya Linda beralih
memandang Dhara.
“Aku mau pesen bakso sayur ya, Mbak Santi!”
Dhara juga ikut-ikutan berteriak memanggil pelayan
kantin.
Pelayan kantin yang dipanggil Mbak Santi itu han-
ya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
Beberapa menit kemudian, pelayan kantin itu meng-
hampiri tempat Dhara dan Linda sambil membawa
pesanan yang mereka berdua pesan.
Setelah sempat mereka menikmati separo pesan-
an yang selalu menggiurkan selera mereka berdua,
tiba-tiba seseorang datang menghampiri dan lang-
sung duduk bergabung bersama Linda dan Dhara.
“Radit!” ujar Dhara terkejut. “Mau ngapain lagi
kamu ke sini?” tanya Dhara sambil berdiri.
“Vir, aku mau jelaskan semuanya padamu. Aku
tidak seburuk yang kamu kira Vir, percayalah…,”
jawab Radit.

297 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Udahlah Dit, tidak ada yang perlu kamu jelaskan


lagi dan aku sudah tidak mau mendengar apa-apa
lagi darimu. Sekarang, biarkan aku pergi.” Setelah
berkata, Dhara pergi meninggalkan Linda, Radit, dan
juga bakso sayur kesukaannya begitu saja.
“Lin,” Radit beralih memandang Linda yang juga
sudah berdiri, siap pergi dari tempat itu.
“Aku juga nggak mau mendengar sesuatu apapun
dari mulutmu, brengsek!” Linda juga berlalu dari
hadapan Radit.
“Linda, Dhara, kalian tidak tahu yang sebenarnya.
Kalian tidak tahu apa yang terjadi. Dengarkan aku
dulu…!” teriak Radit keras.
Semua yang ada di kantin menoleh penuh ke-
heranan ke arah Radit yang ternyata tidak sadar
bahwa dirinya jadi perhatian orang di kantin sekolah,
pagi ini.
“Hei, jangan rame dong…. Selera makanku bisa
rusak tahu….” Celetuk salah satu pengunjung kantin
yang duduk di dekat air minum.
Radit langsung keluar dari kantin setelah
mendengar celetukan itu. Hatinya tambah geram.
“Dit, kamu kenapa?” sapa Calsa yang berpapasan
dengan Radit.
“Cal, please deh, jangan pernah ikut campur
urusanku. Dan kamu harus tahu, semua yang terjadi
padaku saat ini adalah kamu sebagai penyebabnya.

298 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Mengerti?” Radit pergi begitu saja dari hadapan


Calsa.
“Iiih, Radit kenapa sih? Dia tidak pernah satu
kalipun menghargai aku,” ucap Calsa kesal. Kemudi-
an pergi.
“Eh, Cal, mau kemana?” tanya Fani.
“Kita nggak jadi makan pagi ini?” Beki juga ikut
bertanya.
“Ello berdua itu hanya perut saja yang jadi masa-
lah. Kapan kalian mau bantu gue?! Jawab Calsa
sambil berlari.
“Aduh, Calsa marah lagi, Fan. Ini semua gara-gara
Radit yang sok cakep itu,” ucap Beki pada Fani.
“Kita susul Calsa saja yuk, Bek…” ajak Fani yang
langsung berlari menyusul Calsa.
Beki mengikuti di belakang Fani.

***

299 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Pertunangan Menyakitkan

Sore ini Dhara mengemasi semua barang-


barangnya. Ia akan pindah dari rumah itu, sesuai
dengan yang telah direncanakan dengan bundanya
beberapa hari yang lalu.
Tiba-tiba, pintu kamarnya terbuka, Nyonya Marina
masuk setelah menatap heran ke arah Dhara.
“Vir, kamu mau kemana?” tanya Nyonya Marina
sambil duduk di samping Dhara.
“Sekarang ini, Dhara mau pindah dari sini Tante,”
jawab Dhara tanpa menghentikan pekerjaannya.
“Vir, kamu sedang tidak serius dengan ucapanmu
itukan sayang?” Nyonya Marina kelihatan cemas dan
sangat khawatir sekali.
Dhara hanya diam dengan ucapan Nyonya Marina.
Tangannya yang sibuk memasukkan barang-
barangnya ke dalam tas, masih saja terus memasuk-
kan barang-barangnya.
“Vir kamu sedang tidak berbicara serius kan?”
Ulang Nyonya Marina.
Dhara langsung menghentikan pekerjaannya.
Matanya yang tampak sayu, memandang wanita

300 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

berjasa yang sudah banyak meringankan beban


hidupnya itu.
“Jangan Vir, jangan pergi. Jangan tinggalkan ru-
mah ini. Jangan tinggalkan Tante,” ucap Nyonya
Marina memeluk Dhara.
‘Ya Tuhan… selalu begini jika aku dekat Dhara.
Kenapa pelukan tanganku terasa berbeda ketika aku
memeluk Dhara? Pelukan yang aku rasakan, tak
sama ketika aku memeluk Calsa putriku. Siapa
sebenarnya Dhara? Kenapa hatiku terasa begitu
dekat dengannya Tuhan?’ mungkin ucap Nyonya
Marina dalam hati.
“Tapi Tante…,” ucap Dhara membuyarkan suara
hati Nyonya Marina.
“Vir, Tante mengerti perasaanmu. Tapi Tante mo-
hon, jangan pergi Vir. Jangan tinggalkan Tante,”
Nyonya Marina melepas pelukannya sejenak,
kemudian memeluk Dhara lagi.
Hati Dhara terasa nyeri mendengar ucapan
Nyonya Marina yang melarang kepergiannya.
‘Ya Allah… Selama hamba hidup, hamba belum
pernah merasakan kehangatan seperti pelukan Tante
Marina. Pelukan Bunda pun tak sehangat pelukan
Tante Marina dan hamba selalu merasakan lain ketika
hamba berada di dekat Tante Marina… Pertanda apa
ini, Ya Allah?

301 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Kenapa pelukan Bunda yang melahirkan dan me-


rawat serta menyayangi hamba kalah saing dengan
pelukan Tante Marina yang baru hamba kenal be-
berapa bulan ini?’ mungkin kata Dhara dalam hati.
“Vir, Tante mohon….” Nyonya Marina melepas
pelukannya.
“Maafkan Dhara Tante, Dhara harus pergi. Dhara
tidak mau semakin banyak lagi air mata yang kan
jatuh ke bumi.” Dhara mengusap air matanya.
“Vir, Tante mengerti apa yang kamu rasakan,”
ucap Nyonya Marina.
“Tante, Dhara dan Bunda pergi dari rumah ini
bukan karena hal apapun, tapi karena Dhara hanya
ingin membantu Bunda melupakan almarhum Ayah,
Tante,” ucap Dhara.
“Tapi Vir…. Katakanlah pada Tante, apa yang ha-
rus Tante lakukan untukmu agar kamu dan Bik Imah
tidak jadi pindah dari rumah ini.”
“Maafkan Dhara dan Bunda, Tante…. Dhara tetap
harus pergi,” Dhara melepas pelukan Nyonya Marina.
“Tapi, kenapa Vir?” tanya Nyonya Marina berlanjut.
“Karena Dhara dan Bunda ingin menghilangkan
kenangan-kenangan tentang Ayah di rumah ini.
Karena bagaimanapun, Dhara di sini itu tidak akan
membuat Ayah Dhara hidup lagi, Tante.
“Dan Dhara juga tidak bisa terus-terusan begini.
Karena bunda Dhara sudah cukup tua, sedangkan

302 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Ayah sudah tiada. Maka inilah saatnya Dhara meng-


gantikan posisi ayah sebagai bagian keluarga yang
harus banting tulang untuk menghidupi Bunda…,” ujar
Dhara panjang lebar.
“Jika memang itu yang jadi alasanmu untuk pindah
dari rumah Tante, Tante siap untuk menjamin ke-
hidupanmu sampai kapanpun kamu mau. Asalkan
jangan pindah dari rumah ini Vir, Tante mohon….”
Nyonya Marina kembali memeluk Dhara. Air matanya
yang sudah mengalir sejak tadi, bertambah deras.
“Maafkan Dhara Tante. Tidak ada yang bisa hal-
angi niat Dhara….” Dhara melepas pelukannya.
Tiba-tiba bunda Dhara masuk.
“Nyonya…,” ucapnya ketika melihat majikan yang
baik hati itu berada di kamar putrinya.
“Bik Imah, jangan pergi!” Suara Nyonya Marina
terdengar pelan tapi jelas. Bik Imah yang
mendengarnya hanya diam dengan kepala tertunduk.
“Aku mohon Bik…, jangan tinggalkan rumah ini.
Jangan bawa Dhara menjauh dariku,” ucapan Nyonya
Marina kali ini langsung membuat Bik Imah
mengangkat kepalanya, memandang heran ke arah
majikannya yang baik hati itu.
“Aku mohon…,” ucap Nyonya Marina yang mem-
biarkan air matanya merembes, mengalir deras di
pipinya.
Bik Imah menoleh ke arah Dhara.

303 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Dhara tampak menghapus air matanya. Ia tidak


tahu untuk siapa air matanya yang mengalir deras itu.
Tiba-tiba, rasa cemburu sedikit muncul dalam hati
Bik Imah. ‘Nyonya begitu sangat menyayangi pu-
triku…,’ mungkin Bik imah membatin.
“Bik, aku mohon….” Kali ini Nyonya Marina meraih
tangan Bik Imah. Dan Bik Imah hanya bisa merasa
kasihan pada Nyonya Marina. Dialihkan pandangann-
ya ke arah Dhara dan Dhara mengerti maksud
pandangan bundanya itu.
“Tapi Tante, Dhara tidak bisa terus-menerus be-
rada di rumah ini, sementara Dhara harus menjadi
pengganti Ayah.”
“Baiklah Vir, Tante akan membiarkanmu pergi dari
rumah ini. Tapi nanti, setelah acara pertunangan
Radit dan Calsa selesai. Kamu mau kan?” Nyonya
Marina menghapus air matanya dengan tangan
kanan.
“Tante mohon Vir, satu kali ini saja…. Tante mo-
hon…,” kata Nyonya Marina memohon.
“Baiklah Tante, Bunda dan Dhara akan tetap ting-
gal di rumah ini sampai acara pertunangan Non Calsa
selesai,” ucap Dhara berat dengan penuh kesedihan
mendalam mendengar kata tunangan tadi.
“Terima kasih Vir, Tante tidak akan pernah
melupakan ketulusanmu ini,” ujar Nyonya Marina

304 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

tersenyum. Kemudian memeluk Dhara dan bundan-


ya.

***

Keesokan hari, semua orang di rumah Calsa sibuk


mempersiapkan acara pertunangannya yang akan di
gelar minggu depan. Calsa juga sudah jarang keluar
dari kamarnya. Karena waktunya hanya dihabiskan
dengan bersolek dan berlulur.
“Dharaaaaaa!” teriak Calsa keras dari dalam
kamarnya.
“Aku Non…,” jawab Dhara sambil berlari cepat
menuju ke kamar Calsa.
“Lama banget sih…,” ucap Calsa ketika wajah
Dhara nongol di balik pintu kamarnya.
“Ada yang bisa aku bantu, Non Calsa?” tanya
Dhara yang masih berdiri di dekat pintu.
“Kalau gue manggil ello, ya itu artinya ada sesuatu
yang harus kamu kerjakan. Gimana sih?” jawab Calsa
sambil membuka lacinya.
Dhara sudah dapat menebak apa yang akan Calsa
perintahkan untuknya.
“Udah sini, jangan bengong di situ!” bentak Calsa
keras.
Spontan, Dhara langsung menghampiri Calsa
yang duduk di pinggir ranjangnya.

305 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Sekarang ello harus urut seluruh badan gue. Ayo


cepetan!” Lanjut Calsa yang membuat Dhara terkejut
untuk kedua kalinya.
Dhara beranjak lebih mendekati Calsa. Mengambil
handbody lotion yang ada di samping Calsa, kemudi-
an Dhara mulai mengurut tubuh Calsa.
“Oh ya, Vir, minggu depan kan gue udah mau
tunangan sama Radit, jadi mulai sekarang ello harus
selalu bantuin gue buat merawat kecantikan kulit gue
ini. Gue nggak mau dong nanti acara pertunangan
gue itu kacau hanya gara-gara kulit gue yang rusak.
“Dan mulai sekarang, ello juga harus memikirkan
makanan apa yang harus selalu gue makan, agar
tubuh gue tetap segar dan berstamina. Karena gue
juga nggak mau acara pertunangan gue gagal gara-
gara gue sakit. Mau tidak mau, ello harus lakukan itu
buat gue. Ngerti?” ujar Calsa panjang lebar.
Dhara hanya diam terpaku mendengar semuanya.
Tapi tangan Dhara tetap pada keadaan semula, yaitu
mengurut tubuh Calsa.
“Eh, ngerti nggak sih ello Vir?” Bentak Calsa.
“Ee, iya Non, aku mengerti…,” jawab Dhara gugup.
“Nah gitu dong, baru itu namanya pembantu gue
yang penurut…,” lanjut Calsa sambil membuka
majalah kecantikan yang sejak tadi hanya dipan-
dangnya.

306 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Emmmmm…, satu lagi Vir. Gue nggak mau pas


acara malam pertunangan gue nanti, ello hadir ke
tempat acara itu. Lebih baik ello di dapur saja. Atau
biar enak, ello molor saja di kamar butut ello itu.
“Dan kalau sampai gue ngeliat ello ada di antara
para tamu, maka gue nggak bakalan segan-segan
bilang pada semua orang, kalau ello itu mencintai
calon suami gue, dan berusaha akan merebutnya dari
gue.
“Dan gue juga akan bilang, kalau yang membunuh
ayah ello itu, sebenarnya adalah ello, putrinya
sendiri…,” tambah Calsa mengancam Dhara.
Dhara hanya diem sambil berusaha menahan air
matanya yang sudah membendung sejak tadi.

***

1 Minggu Kemudian
Malam ini adalah malam yang ditunggu-tunggu
kedatangannya oleh Calsa. Malam yang paling
berbahagia dalam hidup Calsa.
Sebaliknya dengan Dhara. Buat Dhara, malam ini
adalah malam kehancuran dalam hidupnya. Pada
malam ini ia akan menyaksikan dengan mata kepal-
anya kalau Radit, pemuda yang dicintainya, akan
memasangkan cincin pertunangan di jari manis gadis
lain, bukan di jari manis tangannnya sendiri.

307 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Air mata Dhara menetes tanpa sadar demi melihat


satu per satu tamu undangan yang datang. Setelah
menyelesaikan semua pekerjaannya, Dhara me-
langkah pergi ke kamar, kemudian menutup pintu
tanpa menguncinya dari dalam.
Tangisnya pecah di dalam kamar. Siapapun yang
melintas di depan kamarnya, ia pasti akan mendengar
suara tangisan Dhara. Untung saja, saat itu tidak ada
seorang pun yang melintasi depan kamarnya.
Tak lama, terdengar suara langkah kaki seseorang
menuju ke kamar Dhara. Semakin lama, suaranya
semakin jelas terdengar. Dan suara itu terhenti ketika
langkah kakinya sampai di depan kamar Dhara.
Dhara sudah bisa menebak-nebak siapa yang berada
di balik pintu kamarnya itu.
“Tante,” ucap Dhara ketika orang yang tadi berdiri
di depan kamarnya, kini mulai menampakkan kepal-
anya.
Orang yang dipanggil Tante itu langsung berham-
bur memeluk Dhara, membuat air mata Dhara yang
jatuh tertumpah semakin banyak.
“Maafkan Tante, Sayang,” ujarnya yang semakin
erat memeluk Dhara. Air matanya juga berderai.

***

308 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Keluarga utama datang, yaitu keluarga Radit.


Mempelai pria. Semua orang memandang kagum
pada pasangan suami-istri yang hanya memiliki satu
putra saja. Kini, putra tersebut berjalan di belakang,
mengikuti langkah sepasang suami-istri itu.
Tuan Taufik yang sejak tadi memang telah
menunggu kedatangan tamu istimewanya, langsung
beranjak menyambut meriah Tuan Rahmat dan
keluarganya untuk menaiki koridor di tempat acara.
“Selamat datang sahabatku… Kami telah
menunggu kedatanganmu sejak tadi,” ucap Tuan
Tuafik sambil memeluk Tuan Rahmat.
“Terima kasih sahabat baikku, lebih tepatnya,
calon besanku…,” balas Tuan Rahmat yang juga
merangkul Tuan Taufik.
“Ayo, silakan duduk!” Tuan Taufik mempersilakan
calon besannya duduk setelah melepas pelukannya.
“Jeng Marina kok nggak kelihatan?” tanya Nyonya
Susana, sambil mengedarkan pandangannya mencari
sosok yang baru saja disebutkan namanya.
Tiba-tiba sosok itu muncul di samping Nyonya Su-
sana.
“Halo Jeng…,” sapa Nyonya Susana saat Nyonya
Marina sampai di hadapannya.
Nyonya Marina hanya tersenyum sambil memeluk
Nyonya Susana. Suasana hatinya saat ini tidak

309 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

sebahagia mereka semua. Karena di sisi lain, masih


ada seorang lagi yang merasa tersakiti, Dhara.
Nasib gadis itu begitu malang. Setelah Dhara ke-
hilangan ayahnya – sebagai tulang punggung keluar-
ga –, pada malam ini juga, Dhara harus rela ke-
hilangan Radit, pemuda yang dicintainya. Nyonya
Marina tidak mampu untuk melakukan hal apapun,
termasuk menggagalkan pertunangan dan membiar-
kan Radit menjadi milik Dhara seutuhnya. Karena di
sisi lainnya lagi, masih ada Calsa, putri semata
wayangnya.
Seperti biasa, sebelum melakukan tukar cincin, 2
calon besan itu saling mengungkapkan kebahagi-
aannya sambil makan malam. Dan saat itulah Radit
sengaja memanfaatkan kesempatan emas untuk
mencari sosok Dhara – yang pastinya ada di dalam
rumah megah ini.
Dengan alasan ke kamar mandi, Radit berhasil
keluar dari suasana itu. Kakinya terus melangkah
melewati kamar mandi yang dijadikan alasannya.
Langkah kakinya terus melangkah menuju ruangan
yang ada di belakang dapur. Dan secara sadar, kaki
Radit terhenti di depan kamar kecil tertata rapi. Di
situlah kamar Dhara, gadis yang memang sejak tadi
menjadi tujuannya.
Tanpa mengetok pintu, Radit langsung membuka
pintu dan masuk ke dalam.

310 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Dhara yang saat itu sedang merebahkan tubuhnya


di atas kasur, dengan cepat dapat melihat jelas siapa
orang yang kini berada di dalam kamarnya.
“Radit!” ucapnya masih dengan deraian air mata.
Radit tidak berkata. Ia langsung mendekati Dhara,
gadis yang sampai saat ini masih di hatinya.
Suara tangis Dhara semakin meledak saat dirinya
telah berada di dekat Radit.
“Dhara…,” ucap Radit sambil berusaha untuk me-
meluk Dhara.
Dhara berusaha menolak pelukan kotor Radit.
“Dit, kenapa kamu ke sini? Apa kamu sengaja
akan memperlihatkan gaunmu itu untuk menambah
luka di hatiku? Sudah cukup Dit. Cukup aku lah gadis
yang harus menderita.
“Aku tidak mau penderitaan ini juga akan dirasa-
kan oleh Non Calsa. Dia terlalu baik untuk kamu
sakiti, Dit. Jadi aku mohon, pergilah, temui Non
Calsa…!” ujar Dhara setelah berhasil mencegah
pelukannya.
“Aku mencintaimu Vir.” Radit berusaha untuk me-
meluk Dhara lagi, tapi dengan cepat Dhara
menghindar dari pelukan nafsu itu.
“Buanglah cintamu itu jauh-jauh, Dit! Aku lebih
memilih kehilanganmu untuk selama-lamanya dari
pada aku harus melihat Non Calsa sedih….” Dhara
duduk di kursi belajarnya.

311 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Tapi aku tidak mencintai gadis yang kamu panggil


dengan sebutan ‘non’ itu Vir. Aku hanya mencintai
kamu, hanya kamu. Hanya Dhara. Dhara Ramadhani
seorang. Dan sampai kapanpun, tidak akan pernah
ada yang bisa menggantikannya di hatiku. Aku
berjanji itu…!” Radit melangkah, mendekati Dhara.
“Nggak Dit, aku bukan gadis yang pantas un-
tukmu. Non Calsalah yang pantas menjadi pendamp-
ingmu sampai kapanpun.” Bantah Dhara beranjak dari
duduknya.
“Tapi Vir…,” Radit memegang pundak Dhara.
“Pergilah dari sini Dit, sebelum ada orang yang
melihat keberadaanmu dan akan mengacaukan
semua acara pada malam ini!” Dhara mendorong
Radit ke arah pintu kamarnya yang tidak tertutup
rapat.
“Pergilah Dit dan jangan pernah temui aku lagi.
Anggap aku tidak pernah hadir dalam hidupmu.”
Radit berusaha bertahan dari dorongan pintu yang
dilakukan Dhara.
“Nggak Vir, aku nggak akan pergi dari hadapanmu
sebelum kamu mengatakan padaku bahwa kamu
masih sangat mencintaiku seperti dulu seperti aku
yang masih sangat mencintaimu…!” Radit marih erat
memegang daun pintu kamar Dhara yang nyaris
ditutup.

312 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Jika memang benar kamu masih sangat mencin-


taiku, maka pergilah temui Non Calsa. Hiduplah
dengannya. Bahagiakanlah hidupnya. Jika kamu
melakukan semua itu, aku percaya padamu bahwa
kamu mencintaiku,” ujar Dhara.
“Baiklah Vir, aku akan melakukan apapun demi
kamu, termasuk bertunangan dengan Calsa. Tapi
ingat Vir, aku melakukan semua ini demi kamu,
karena aku sangat mencintaimu dan kamu harus
percaya itu, Vir!” Suara Radit agak keras, membuat
jantung Dhara berdetak lebih cepat.
“Persetan dengan cinta. Aku tidak pernah mencin-
taimu, bahkan tidak pernah sedikitpun tumbuh benih
cinta dalam hatiku untukmu. Jadi sekarang, tolong
pergilah dari kamarku. Jangan pernah temui aku lagi!”
ucap Dhara dengan suara agak tinggi.
Dhara langsung menutup pintu kamarnya setelah
berhasil mendorong Radit keluar dari dalam kamarn-
ya. Mungkin Radit mengalah.
“Vir, aku nggak percaya dengan semua omong
kosongmu itu. Aku yakin, sampai detik ini kamu masih
mencintaiku seperti aku yang masih sangat mencin-
taimu.
“Aku berjanji Vir, aku akan dapatkan cintamu lagi
dengan 1001 cara yang aku punya. Dan kamu akan
menjadi milikku selamanya…!” Radit berteriak sambil
memukul pintu kamar Dhara.

313 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Dhara yang mendengar teriakan Radit, menutup


kedua telinga dengan tangan sambil bersimpuh di
depan pintu kamar.
Perlahan, Radit melangkah pergi dari kamar
Dhara. Dia begitu kecewa dengan apa yang baru saja
dialaminya, bagai mimpi buruk di malam hari.
Radit terus dan terus berjalan menuju tempat
acara. Dia tidak memperhatikan keadaan seke-
lilingnya. Bahkan dia tidak tahu bahwa sepasang
mata yang sejak tadi mengintainya, kini telah menga-
lirkan air mata saat melihat dan mendengar
percintaan mereka. Dialah Nyonya Marina.

***

Acara tukar cincin tiba. Radit dan Calsa berdiri


berdampingan.
Semua tamu menatap sambil tersenyum bahagia
menyaksikan Radit dan Calsa. Tapi tidak bagi Nyonya
Marina, mama Calsa. Setelah mendengar dan melihat
kisah cinta di kamar Dhara tadi, hatinya juga ikut
merasakan apa yang Dhara rasakan. Dan selalu
begitu. Sepertinya, antara Dhara dan majikannya itu
ada hubungan erat, yang akan selalu merasakan apa
yang terjadi pada salah satu dari mereka berdua.
Radit memasangkan cincin pertunangan ke jari
manis Calsa. Begitu juga dengan Calsa. Semua orang

314 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

yang hadir bersorak dan bertepuk tangan meriah.


Mereka semua juga ikut merasakan kebahagiaan
Calsa tanpa memperhatikan mendung yang mengge-
layut di wajah Radit. Tidak satupun orang – kecuali
Nyonya Marina – yang tahu pada siapa hatinya kini
merindu. Radit terpaksa tersenyum di bibirnya.
Sebenarnya, hatinya menjerit keras atas apa yang
telah dilakukannya. Atas dasar ‘terpaksa’.
Semua temen-temen Calsa yang hadir mengucap-
kan selamat pada Calsa yang akhirnya bisa memiliki
Radit.
Tapi tidak ada seorang pun dari teman Radit yang
hadir pada acara pertunangannya. Sebenarnya Radit
telah mengundang teman-temannya 3 hari sebelum
malam pertunangannya. Begitu pun teman dekat
Dhara, Linda, tidak hadir juga walau sudah dikasih
undangan.
“Cal, selamat ya. Akhirnya, nggak akan ada lagi
yang bisa ngambil Radit dari tangan ello… termasuk
pembantu gembel ello itu,” ucap Fani sambil menya-
lami sahabatnya itu.
“Gue juga mau ngasih ucapan selamat, nih.
Selamat ya Cal, gue seneng karena Radit udah jadi
milik ello. Itu artinya, ello semakin kaya raya dong
saat ini, karena Radit kan juga orang kaya.
“Itu artinya, besok di sekolah ello akan nraktir ma-
kanan yang enak-enak dan yang mahal-mahal buat

315 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

gue. Ya kan?” Beky menjilat-jilat bibirnya, memba-


yangkan ia sedang menikmati makanan yang lezat.
“Hhhhuuuuuuuuuu.” Calsa dan Fani memukul
kepala Beky bersamaan. Tertawa mereka jelas sekali.
Dhara yang dari tadi tidak bisa memejamkan mata,
bisa mendengar dengan jelas suara bising di luar.
Mereka semua tertawa gembira. Tidak ada
seorangpun yang akan peduli dengan hatinya saat ini.
Sejak malam pertunangan yang menghancur-
leburkan hatinya itu, Dhara berjanji bahwa ia akan
menghapus kenangan dan nama Radit dari dalam
memori hidupnya.
‘Mulai detik ini, aku akan melupakanmu Dit, aku
juga akan menghapus semua kenangan tentang kita
berdua. Karena kini dirimu bukan lagi milikku.’ mung-
kin ucap Dhara dalam hatinya.

316 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Lembaran Baru

Calsa sengaja berangkat ke sekolah lebih awal


dari Dhara. Karena ia tidak mau jika Dhara berangkat
mendahuluinya dan akan bertemu dengan Radit lagi.
Calsa juga tidak mau, cinta mereka berdua bersemi
kembali gara-gara ketidakhati-hatian dirinya menjaga
Radit yang kini menjadi miliknya, sebatas calon
suami.
“Eh, udah pada sarapan belum sih kalian?” tanya
Calsa mengalihkan keadaan.
“Ya belum lah. Kita sarapannya kan selalu bareng
di kantin,” jawab Beky cepat.
“Ello udah lupa ya Cal, kalo ello itu punya dua
orang teman?” Fani tidak mau kalah.
“Ok, ok, ayo sekarang kita ke kantin. Sebagai rasa
syukur gue karena udah berhasil ngedapetin Radit,
gue traktir ello berdua makan apa saja yang ello
berdua suka. Gimana?” Calsa memeluk bahu kedua
temannya.
“Ok! Siapa yang nolak?” teriak Beky dan Fani ber-
samaan.
“Yuk!” ajak Calsa tanpa melepaskan pelukannya.
Mereka bertiga berjalan menuju ke kantin.

317 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Mau makan apa Neng…?” tanya pemilik kantin


ketika Calsa dan kedua temannya sudah duduk di
bangku kantin.
“Ello mau makan apa Cal?” tanya Fani sambil
melihat daftar menu.
“Gue jus avokad aja deh. Males, lagi nggak mood
nih perut gue.” jawab Calsa memandang Fani.
“Kalau ello Bek?” Fani beralih menatap Beky.
Tampaknya, Beky juga lagi sibuk mencari menu yang
akan di pesannya pagi ini.
“Emmmm…, apa ya?” Beky menggigit ibu jarinya.
“Kalau ello sendiri menu apa sih Fan?” Beky balik
tanya.
“Gue, mau pesan ikan lele pepes sama ayam
panggang, ditambah tumis bawang bombai pedas.
Terus minumnya, jus avokad juga deh, sama kayak
Calsa,” jawab Fani sambil menulis menu yang di-
inginkannya.
“Waw…, banyak banget Fan? Memangnya perut
ello muat apa makanan sebanyak itu?” Beky
menaikkan alisnya.
“Suka-suka gue dong Bek. Lagian diantara kita
yang paling banyak makan kan ello, Bek.” Fani
memukul kepala Beky.
“Masalahnya, gue kan emang gendut. Jadinya,
perut gue muat. Lah, kalau ello kan gak segendut
perut gue?” Beky memegang perutnya.

318 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Udah, udah, kalian tuh ya, setiap detik kerjanya


berantem terus. Pusing gue dengernya.” Calsa
memukul meja yang ada di depannya.
“Mau makan nggak sih ello berdua?” tambah
Calsa.
“Mbak, gue mau makan bakso pakek lontong ya.
Ee…, jangan lupa bakso sayur. Dan minumnya Fanta
dingin aja,” ucap Beky kemudian.
“Baksonya berapa porsi, Neng?” tanya penjaga
kantin ramah.
“1 porsi. Bakso sayur raksasa ya,” jawab Beky
nyengir.
Setelah menerima menu pesanannya, penjaga
kantin itu berlalu. Kemudian kembali dengan memba-
wa nampan besar berisi menu pesanan teman-teman
Calsa.

***

Di gerbang utama, Dhara yang baru datang ber-


papasan dengan Radit, laki-laki yang semalam telah
menjadi milik nona mudanya. Tanpa menoleh Radit,
Dhara terus berjalan.
“Vir!” panggil Radit sambil mengejar Dhara.
Orang yang dipanggil langsung mempercepat
langkahnya. Tapi, Radit tidak mau kehilangan kesem-

319 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

patan pagi ini. Dia terus mengejar Dhara. Dhara pun


berusaha lari lebih cepat. Hingga akhirnya,
‘BRUUUUUKKK’
Dhara jatuh kesandung batu yang bersembunyi di
balik rerumputan tipis.
“Dhara…!” teriak Radit keras.
Dhara tidak menghiraukan Radit yang sudah ada
di dekatnya.
“Awwwww…,” rintih Dhara ketika usahanya untuk
bangun tidak juga berhasil.
“Aku bantu, Vir,” ucap Radit berusaha membantu
Dhara.
“Lepas!” teriak Dhara keras.
“Vir, beri aku waktu untuk menjelaskan semuanya.”
Pinta Radit.
“Nggak ada yang perlu dijelaskan lagi Dit. Aku
udah ikhlas melepasmu, buat Non Calsa. Karena
memang dia yang lebih pantas mendampingi
hidupmu.
“Jadi, mulai sekarang, aku mohon Dit sama kamu,
jangan pernah deketin aku lagi. Karena aku tidak ingin
Non Calsa tambah membenciku hanya gara-gara
ulahmu itu, Dit.” Setelah berkata, Dhara pergi.
“Tapi Vir, aku melakukan semua ini hanya demi
kamu. Karena kamu yang meminta agar aku meneri-
ma Calsa sebagai calon istriku. Tapi aku tidak
mencintainya Vir. Aku hanya mencintaimu. Dan

320 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

sampai kapanpun juga, aku akan selalu dan tetap


mencintaimu.!” teriak Radit keras.
Sebagian orang yang mendengar hanya mampu
mengeleng-gelengkan kepalanya, melihat tingkah
aneh Radit. Dan Radit pun seakan tidak peduli
dengan cibiran orang-orang di sekitarnya.
“Radit!” panggil Calsa yang sudah berdiri di
belakang Radit.
“Dit, kamu kenapa?” tanya Calsa menghampiri
Radit yang tidak sedikitpun melirik kehadirannya.
“Lepas!” Radit menghempaskan tangan Calsa dari
bahunya.
“Dit, kamu kenapa sih? Setiap kali aku berusaha
mendekatimu, kamu selalu marah dan membentakku.
Apa salahku Dit?” tanya Calsa heran.
Kedua orang teman Calsa sudah pergi sejak 5
menit yang lalu.
“Kamu mau tahu apa salahmu?” tanya Radit melo-
tot.
Calsa tidak menjawab.
“Karena kamu udah buat hidupku kacau dan sial.
Puas?” jawab Radit, kemudian pergi.
Mendengar jawaban Radit, Calsa merengek. Hat-
inya menjerit sakit.
Tapi sakit hati yang Calsa rasakan, tidak seband-
ing dengan sakit hati yang Dhara rasakan.

321 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

***

Malam ini Dhara belum bisa memejamkan matan-


ya. Padahal malam sudah semakin larut. Suara bising
juga sudah mulai sunyi. Hanya tinggal suara jangkrik
malam dan kodok yang saling bersahutan menyambut
malam. Terdengar juga suara burung hantu yang
sesekali membuat bulu kuduk merinding.
“Uuuhh….”
Dhara mengingat nasibnya yang selalu sial.
Apakah dengan kehilangan orang yang dicintainya
juga merupakan ujian dari Yang Maha Kuasa?
Mungkin ujian dalam menghindar diri dari dunia
pacaran, pikirnya. Tetapi mengapa begitu sulit Dhara
mengikhlaskan? Dhara beranjak dari tempat tidur.
Tangan kananya meraih sesuatu yang berada di balik
laci kamar. Air matanya tiba-tiba sedikit menggenang.
“Radit,” desis Dhara pelan. “Mengapa aku begitu
sulit melupakanmu? Apa karena kamulah cinta
pertamaku?” ucapnya pelan.
Matanya tidak bisa lepas dari sebingkai foto yang
ada di tangannya. Ya, sebingkai foto yang tadi
diambilnya dari dalam laci kamar. Sebingkai foto
antara Dhara dengan Radit.
“Tapi aku tidak boleh terus-terusan begini. Aku
tidak boleh menyiksa batinku sendiri. Ingat Vir! Radit
yang kamu cintai sudah menjadi milik orang yang

322 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

memang pantas untuk pendamping hidupnya,” ucap


Dhara pada dirinya.
Dhara termenung…
“Maaf Dit, terpaksa aku harus membuang semua
kenangan masa lalumu denganku, kenangan kita
berdua. Karena aku tidak mau ada yang tersakiti. Aku,
hatiku, cintaku, Non Calsa, Tuan Taufik, Tante Marina
dan kamu.”
Dhara meraih korek api yang ada di meja belajar.
Dinyalakan korek dengan lembut. Kemudian dengan
hati pilu, Dhara membakar foto kenangannya. Air
matanya sudah mengalir sejak melihat foto yang kini
hangus terbakar itu.
“Dan, aku harus membakar semua kenangan cin-
taku bersama Radit. Karena saat ini, menit ini, detik
ini untuk seterusnya adalah lembar baru untuk
hidupku, untuk hati dan cintaku,” ucap Dhara sambil
membakar semua barang yang berhubungan dengan
Radit.
02.45
Dhara baru selesai membakar semua barang ke-
nangannya. Air matanya masih saja keluar, menetes
di samping kertas terbakar. Matanya sampai lebam.
Dhara tidak bisa tidur malam ini. Walau Dhara tidak
takut kebablasan bangun besok pagi, karena besok
adalah hari Minggu, hari libur sekolah. Dhara sudah
bertekad tidak akan tidur malam itu.

323 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Dengan sisa air mata dan mata yang sudah


bengkak, Dhara melangkah keluar kamar. Menuju ke
kamar mandi. Ia berniat akan melakukan shalat
malam demi ketenanan hatinya.
Dhara mengangkat kedua tangannya ke langit,
seraya berucap doa.

***

Pagi ini, Dhara lebih dulu berada di dapur dari pa-


da bundanya. Karena memang semalaman ia tidak
bisa memejamkan matan walau sejenak.
“Vir,” panggil bunda Dhara terkejut ketika
mendapati putri semata wayangnya sudah hampir
menyelesaikan semua masakan pagi ini.
“Bunda….” Dhara menghampiri bundanya.
Kemudian mencium tangannya.
“Tumben pagi Vir?” tanya Bik Imah heran sambil
membuka kulkas.
Orang yang ditanya hanya tersenyum tanpa
menghentikan pekerjaannya.
“Bunda libur saja memasak pagi ini. Biar Dhara
saja yang nyelesaikan semuanya. Lagian udah
hampir selesai kok,” ucap Dhara ketika bundanya
berusaha mengambil alih pekerjaan Dhara.

324 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Tapi kamu kan masih harus menyelesaikan peker-


jaan lainnya Vir,” bantah Bik Imah sambil mengaduk
tumisan yang hampir matang.
“Nggak apa-apa Bun, hari ini kan Dhara libur,”
ucap Dhara.
“Libur?” sebuah kerutan langsung memanjang di
kening Bik Imah.
“Hari ini kan hari Minggu, Bunda sayang.” Dhara
memeluk Bik Imah dari belakang.
Bik Imah mengelus kepala Dhara dengan tangan
kirinya.
“Wah, lagi bahagia nih?” Tiba-tiba Nyonya Marina
masuk ke dapur.
Dhara melepaskan pelukannya. “Nyonya….” Bik
Imah salah tingkah.
“Harum sekali, Bik. Masak apa hari ini?” Nyonya
Marina berjalan menghampiri Bik Imah yang masih
mengaduk tumisan yang sebenarnya sudah matang.
“Dhara, Nya yang masak hari ini,” jawab Bik Imah
sambil melirik Dhara yang tersenyum.
“Semua masakan hari ini, berarti resep dari Dhara
dong? Cobain dulu ah….” Nyonya Marina mengambil
sedikit tumisan yang sudah disaji dalam piring.
“Hemmm…, enaknya…,” goda Nyonya Marina yang
juga melirik ke arah Dhara.
Dhara tambah mengembangkan senyum
manisnya.

325 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Nyonya Marina selalu merasa dekat dengan


senyum itu.
“Oya Bik, kan masakannya udah selesai semua.
Bik Imah ke apotik ya…. Obat mag saya sudah habis.
Sekalian saja belanja bahan yang sudah habis.”
Nyonya Marina mengeluarkan uang dari dalam saku
bajunya. “Nih….” Kemudian memberikannya pada Bik
Imah.
Bik Imah menerima dengan tangan kanan dan
sedikit anggukan kepalanya.
“Ya udah berangkat sekarang Bik, mumpung
masih pagi. Ntar kalau siang kan udaranya panas.”
Nyonya Marina beranjak dari dapur.
“Vir, Bunda berangkat ke pasar dulu ya,” ucap Bik
Imah sambil mengambil tas yang digantung di dekat
kulkas.
“Kamu mau Bunda bawakan oleh-oleh apa, Vir?”
tanya Bik Imah sebelum keluar dari pintu belakang.
“Emmmm…, apa ya? Pisgor aja dah Bunda,” ja-
wab Dhara.
“Ya udah, Bunda berangkat, Vir. Jangan lupa, pel
lantai dan cuci piringnya!” ucap bik Imah berjalan
membuka pintu.
“Hati-hati Bunda!” teriak Dhara ketika Bik Imah
sudah kembali menutup pintu belakang.

***

326 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Mengoyak Foto Kenangan

“Diiiittt!” panggil Nyonya Susana berteriak ketika


melihat Radit berenang di kolam.
Radit tidak menggubrisnya. Ia terus saja berenang
walau panggilan itu berulang berkali-kali. “Dit, Radit!”
Radit terpaksa menoleh ketika mamanya sudah
ada di pinggir kolam renang.
“Sejak kapan budek (tuli), Sayang?” Nyonya Su-
sana melempari Radit dengan buah jeruk yang ada di
meja, dekat kolam renang.
“Ada apa sih Ma?” tanya Radit sambi membuka
kaca mata renang yang selalu di pakai ketika bere-
nang.
“Sekarang hari libur sekolah kan?” tanya Nyonya
Susana yang masih menatap putranya.
“Kalau bukan hari libur, Radit nggak mungkin ber-
enang selama ini, Ma. Ada apa sih?” Radit keluar dari
kolam renang, kemudian meneguk segar juz jeruk
kesukaannya. Ia membiarkan air menetes dari
rambutnya. Lalu duduk di samping mamanya.
“Dit, mau bantu Mama, nggak?” Nyonya Susana
meraih buah manggis, kemudian mengupasnya.
“Bantuin apa’an Ma?” Radit meraih handuk kering,
kemudian mengeringkan rambutnya.

327 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Sekarang kan hari libur, kamu mau kan Sayang,


bawa Calsa nemuin Mama?” ucap Nyonya Susana.
“Calsa?” ucap Radit heran.
“Iya, Sayang, Calsa calon menantu Mama yang
paling cantik. Kamu mau kan, Dit?” Nyonya Susana
menaruh harapan yang sangat besar.
“Ngapain sih Ma?” Radit beranjak dari duduknya.
Melangkah pergi meninggalkan mamanya yang berdiri
terpaku menatap langkah Radit.
“Dit, kamu kok seperti itu sih?” suara Nyonya Su-
sana terdengar nyaring. “Memangnya salah kalau
Mama memintamu menjemput Calsa yang sudah
menjadi tunanganmu itu Dit?” Nyonya Susana mem-
percepat langkahnya. Mengejar Radit.
“Mama nggak salah. Tapi Radit nggak mau
melakukan itu.” Radit terus melangkah menuju ke
kamarnya.
“Kenapa Dit? Mama sangat ingin bersama
dengannya. Apalagi sekarang hari libur.”
Radit menghentikan langkahnya mendengar suara
mamanya yang terasa serak.
“Radit nggak ada bensin Ma.” Setelah berkata,
Radit masuk ke dalam kamar.
Nyonya Susana beralih ke dapur. Dipikirannya
masih terbayang wajah muram Radit ketika dimintan-
ya untuk menjemput Calsa, tunangannya.

328 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Masak apa, Ma?” Tiba-tiba Tuan Rahmat masuk


ke dapur. Menghampiri istrinya yang sedang
menggoreng daging. Terdengar suara langkah kaki
menuruni anak tangga dengan kasar. Spontan,
sepasang suami-istri itu menoleh cepat ke asal suara.
“Dit, mau kemana?” tanya Nyonya Susana cepat
sambil menghampiri Radit yang tidak berhenti
mendengar pertanyaan mamanya.
“Jemput Calsa Ma,” jawab Radit singkat. Kemudi-
an tancap gas.
Ada senyum mengembang yang menghiasi bibir
Nyonya Susana ketika mendengar jawaban Radit
yang tidak terduga.
Radit melajukan mobilnya menuju rumah Calsa.
Hari ini, ia akan melakukan hal terbodoh dalam
hidupnya. Menjemput Calsa. Wanita yang telah
menghancurkan hubungan asmaranya dengan Dhara.
Setengah jam kemudian, mobil Radit terparkir di
halaman rumah Calsa. Radit turun dari mobil, setelah
lebih dahulu membuka kaca mata hitam. Tanpa ragu,
Radit memencet bel yang tergantung di samping
jendela rumah Calsa yang bercat biru.
Suara bel menggema di seluruh sudut rumah
Calsa.
Calsa baru bangun tidur. Kebetulan sedang
menuruni anak tangga di depan kamarnya. Ketika
mendengar bel berbunyi, langsung melangkah

329 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

menuju pintu utama tanpa memedulikan keadaannya


yang acak-acakan.
‘Kreeeekkk’
Pintu utama terbuka lebar. Dan Calsa dapat
melihat dengan jelas siapa yang berdiri di depan pintu
utama itu.
“Radit…!” ucap Calsa girang.
Radit yang selalu muak, mendengar suaranya
hanya tersenyum sinis tanpa memandang Calsa.
“Masuk Dit!” Calsa meraih tangan Radit, menun-
tunnya menuju kursi sofa yang terletak di sebelah
utara ruang tamu.
“Tumben? Kangen ya…?” Calsa duduk di sebelah
Radit.
“Kamu belum mandi ya, Cal?” tanya Radit ketika
mendengar sesuatu yang tidak sedap.
Calsa hanya tersenyum dengan menahan muka
merah karena malu.
‘Jorok,’ mungkin ucap Radit dalam hatinya.
“Ntar ya Dit, aku ambilkan minum dulu. Aku tahu
lho minuman yang paling kamu suka.” Setelah
berkata, Calsa melangkah menuju dapur.
“Eh Vir, buatin minuman yang paling Radit sukai.
Tapi biar gue saja yang anter ke depan!” Calsa
berbalik hendak ke kamar mandi yang ada di dapur.
“E, ingat! Jangan coba-coba ello keluar nemuin
Radit. Kalau ello maksa, lihat saja apa yang bakal gue

330 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

lakuin ke ello. Ngerti ello?” Kemudian Calsa masuk ke


kamar mandi.
Dhara hanya bisa mendesah pelan menerima ke-
lakuan nona mudanya yang tidak pernah berubah.
Padahal, ia sudah rela menyerahkan orang yang
paling dicintai dalam hidupnya.
Beberapa menit kemudian.
“Eh, udah belum sih? Lelet banget deh jadi babu.
Ello di sini itu digaji, tau? Makanya kalau kerja yang
bener dong!” Calsa sengaja mengeraskan suaranya.
Biar Radit tahu, kalau Dhara itu orang yang tidak
berguna.
“E e e e… ada apa ini? Pagi-pagi kok ribut? Ada
apa sih, Sayang?” tanya Nyonya Marina menghampiri
Calsa.
“Ini Ma. Masak cuman buat juz saja hampir seten-
gah jam. Dasar orang malas ello,” Calsa memukul
kepala Dhara.
“Eh eh eh, Calsa sayang… nggak boleh seperti
itu,” Nyonya Marina memegang tangan Calsa, sebe-
lum akhirnya Dhara akan mendapat pukulan yang
lebih keras lagi.
“Lagian, pagi-pagi kok udah di dapur sih, Cal? Di
kamar atas kan juga ada kamar mandinya?” Nyonya
Marina mencoba meredakan emosi Calsa.
“Ini Ma, di luar ada Radit. Ya, Calsa mau bikin mi-
numan kesukaannya. Tapi Dhara bilang, biar Dhara

331 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

aja yang buatin minuman itu buat Radit. Memangnya


dia pikir Radit itu siapa. Enaknya sendiri mau cari
perhatian di depan Radit…,” suara Calsa berapi-api.
Dhara yang mendengar ucapan itu terkejut karena
semua ucapan Calsa sama sekali bukan ucapannya.
Bahkan, ia belum sempat mengeluarkan sepatah
katapun.
“Ya udah, Sayang, sana bawa minumannya ke
depan. Kasihan Nak Radit nunggu Calsa dari tadi
pagi.” Nyonya Marina memberikan nampan berisi air
jus itu ke tangan Calsa. Calsa menerimanya dengan
senyum. Kemudian melangkah pergi menemui Radit
yang sudah duduk mematung di ruang tamu.
“Sorry ya Dit, lama,” ucap Calsa sambil meletak-
kan segelas juz jeruk kesukaan Radit.
“Minum dulu, Dit!” ujar Calsa menyuguhkan.
Radit hanya menangguk pelan. Matanya menera-
wang, mencari sosok Dhara yang pastinya ada di
rumah itu.
“Ayo dong Dit, diminum! Gue lho… yang buat juz
itu sendiri.” Calsa tersenyum ke arah Radit.
“Makasih…,” ucap Radit, kemudian meneguk sedi-
kit dari juz jeruk yang dibawa Calsa.
“Sebenarnya, ada perlu apa Dit pagi-pagi udah ke
sini?” tanya Calsa tanpa lepas memandang Radit.
“Mama nyuruh aku untuk menjemputmu sekarang
juga,” jawab Radit sambil bangun dari duduknya.

332 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Lho udah mau berangkat?” tanya Calsa yang juga


bangun dari duduknya.
“Mau nunggu hari kiamat?” jawab Radit kesel.
“Maksudku, aku kan belum ganti baju, Dit.” Calsa
memarik lengan bajunya.
“Ya udah sana cepetan ganti baju. Tunggu apa
lagi? Dan kamu hanya punya waktu 2 menit.”
Radit kembali menjatuhkan pantatnya di sofa
empuk itu.
Sedangkan Calsa langsung berlari menuju ke
kamar. Ia bahagia sekali karena akhirnya Radit mau
juga menjemputnya untuk pergi ke rumah yang
sebentar lagi juga akan menjadi tempat tinggalnya.
Radit yang boring karena sudah 5 menit
menunggu, Calsa juga belum keluar dari kamarnya.
Hingga Radit langkahkan kakinya menuju koridor
depan. Di tempat taman bunga bermekaran indah,
Radit langsung terbelalak bahagia melihat siapa yang
ada di taman bunga itu.
“Dhara…!” ucap Radit keras ketika melihat Dhara
yang menyiram bunga memakai selang panjang.
Dhara yang pendengarannya tidak terganggu, bisa
mendangar dengan sangat jelas suara orang yang
sedang memanggilnya. Dhara sengaja tidak menoleh
ataupun menggubrisnya.
“Vir…!” panggil Radit sekali lagi.

333 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Dhara tetap tidak mengacuhkan Radit. Tahu hal


itu, kaki Radit perlahan melangkah menuruni lantai
yang berkeramik licin itu. Sebelum langkahnya
sampai di dekat Dhara, seorang wanita paruh baya
datang menghampiri Dhara.
“Bunda, sudah pulang?” Dhara mencium tangan
kanan bundanya ketika melihatnya menghentikan
langkah di samping Dhara.
Kemudian Dhara melangkah menuju dapur
dengan membawakan semua belanjaan bundanya
tanpa sedikitpun menoleh ke arah Radit – yang masih
menatap langkah Dhara hingga langkahnya hilang di
balik pintu belakang. Dalam hati, Dhara bersyukur
karena bundanya datang pada saat yang tepat.
“Dit…!” panggil Calsa sambil mengarahkan pan-
dangan matanya ke arah pandangan mata Radit.
“Lihat apa’an sih Dit?” tanya Calsa kemudian keti-
ka dia tahu tidak ada sesuatu hal yang menarik yang
patut dijadikan tontonan.
Radit menoleh ke arah Calsa tanpa menjawab
pertanyaan yang pastinya akan berbohong.
“Yuk, kita berangkat!” ajak Calsa lembut. Seulas
senyum masih menghiasi bibirnya yang kini dipolesi
lipsgloss.
Radit hanya menganggukkan kepala pelan,
kemudian menuju ke mobil.
“Ma, Calsa berangkat dulu…!” teriak Calsa keras.

334 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Iya Sayang, hati-hati di jalan. Salam sama Tante


Susana ya!” Nyonya Marina melambaikan tangan ke
arah Calsa yang sudah duduk di jok depan, berdamp-
ingan dengan Radit.
Sepanjang perjalanan, Radit hanya banyak diam.
Tidak selalu menjawab semua pertanyaan Calsa yang
dianggapnya tidak berguna.
“Dit, kok berhenti di sini?” tanya Calsa ketika Radit
menghentikan mobilnya di depan toko kaset.
“Mau beli kaset, bentar,” jawab Radit dingin.
Calsa hanya mengangguk mendengar jawaban
dingin Radit. Lima menit kemudian, Radit melajukan
mobilnya kembali.
…Cukup sudah kau sakiti aku lagi…. Serpihan
perihku takkan kubawa mati…
Terdengar suara dering handphone Radit dari lagu
band kesayangannya.
“Hallo…,” Radit menjawab teleponnya.
Calsa hanya menduga-duga siapa yang sedang
menelpon Radit.
“Dit, kamu di mana sih, kok lama banget?”
Terdengar sahutan dari suara seluler.
“Udah di jalan Ma. Bentar lagi nyampek kok,” ja-
wab Radit pada sang penelepon yang ternyata adalah
mamanya.
“Oh, ya udah. Hati-hati membawa calon menantu
Mama Dit.”

335 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Tut… tut… tut.


Radit mematikan HP-nya. Meletakkannya di saku
baju hem kotak-kotaknya.
“Siapa Dit? Tante ya?” tanya Calsa pura-pura tidak
tahu.
“Kalau udah tahu, jangan nanya! Berisik!” jawab
Radit ketus.
Calsa tidak berani bersuara lagi, di kunci rapat-
rapat mulutnya. Tanpa terasa, mobil Radit berhenti di
halaman rumahnya yang tidak memiliki taman bunga.
Radit turun dari mobil. Kemudian langsung masuk ke
dalam rumah.
Mama Radit yang memang sejak tadi sudah
menunggu kedatangan Calsa, ketika mendengar
suara mobil yang Radit, langsung beranjak menuju
halaman rumahnya.
“Dit, Calsa mana, Sayang?” tanya Nyonya Susana
ketika melihat Radit masuk seorang diri ke dalam
rumah.
Radit tidak menjawab. Hanya jari telunjuknya yang
menunjuk ke arah Calsa.
Nyonya Susana langsung menghampiri Calsa.
“Sayang…,” ucap Nyonya Susana ketika melihat
Calsa yang baru keluar dari mobil Radit.
“Tante…,” ucap Calsa tersenyum.
“Masuk yuk, sayang,” ajak Nyonya Susana sambil
menggandeng tangan Calsa.

336 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

‘Sebentar lagi, rumah yang tak kalah megahnya


dengan rumah gue ini, akan menjadi milik gue.
Karena Radit adalah pewaris tunggal dalam keluarga
ini. Hihhihi… gue emang beruntung.
“Dan gue emang pantas bahagia dengan apa yang
telah gue capai. Radit, rumah megah, perusahaan,
kasih sayang om dan tante, dan semuanya.
“Coba kalau Dhara yang dapatkan semua ini. Gue
pasti nggak akan bikin hidupnya tenang. Kasian deh
hello Vir. Takdir ello itu emang udah jadi pembantu
seumur hidup tau’. Hhemmmm…. Babu kok mimpi
bisa jadi Cinderella. Dongeng kale,’ mungkin ucap
Calsa dalam hati yang merasa kagum pada isi rumah
megah ini.
“Sayang, kok bengong?” Nyonya Susana menepuk
pundak Calsa.
“Ahh, ia Tante…,” jawab Calsa tergagap.
“Calsa, udah sarapan sayang?” tanya Nyonya Su-
sana sambil melangkah ke meja makan.
“Belum. Soalnya, tadi pas Calsa mau sarapan
bareng Mama, Radit datang jemput Calsa,” jawab
Calsa sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak
gatal.
“Ya udah, ayo sarapan bareng Tante. Hari ini
Tante sengaja memasak makanan kesukaan Calsa,”
ucap Nyonya Susana sambil menarik tangan Calsa
menuju meja makan.

337 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Calsa duduk berhadapan dengan Nyonya Susana.


“Pa, Papa…, Radit…, sarapan yuk…!” teriak
Nyonya Susana memanggil suami dan putra tunggal-
nya.
“Wah… makan enak nih hari ini,” ucap Tuan Rah-
mat sambil duduk di kursi yang biasa menjadi tempat-
nya ketika makan bersama keluarga.
“Lho, ada calon menantu Om yang cantik di sini.
Udah dari tadi datangnya?” Tuan Rahmat menyapa
Calsa.
“Iya Om,” jawab Calsa sambil menganggukkan
kepalanya.
“Radit kemana, Ma? Kok nggak ikut sarapan?”
tanya Tuan Rahmat ketika Nyonya Susana meletak-
kan piring yang sudah terisi nasi di depan suaminya.
“Radit…!” panggil Nyonya Susana berteriak.
“Dit, ayo turun dong sayang, sarapan bareng,” ajak
Nyonya Susana.
“Nah, ini dia putra Mama yang tampan. Ayo sara-
pan dulu sayang,” ucap Nyonya Susana ketika
melihat Radit yang bejalan ke arah meja makan.
“Radit pergi dulu Ma, Pa, “ ucap Radit kemudian
setelah lebih dulu meneguk segelas susu hangat
buatan mamanya.
“Radit, kamu mau kemana? Nggak sarapan aja
dulu? Mumpung lagi ada Calsa Dit,” tanya Nyonya
Susana.

338 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Namun sedikitpun Radit tak menggubris. Hanya


suara deru mobilnya yang semakin lama semakin tak
terdengar.
“Heehhh…,” desah Nyonya Susana dengan sikap
putranya.
“Kurang ajar sekali anak itu. Dia sama sekali tidak
menghormati Mama yang sudah payah-payah me-
masak untuknya,” ucap Tuan Rahmat marah.
“Sudahlah Pa, Radit kan memang jarang sarapan
di rumah bareng kita. Mungkin dia sedang ada
kepentingan mendadak.” Nyonya Susana mengusap
punggung suaminya dengan sabar.
“Sayang, maafkan sikap Radit barusan ya! Mung-
kin dia sedang terburu-buru,” ucap Nyonya Susana
mencoba menghibur Calsa.
“Nggak apa-apa kok Tan, Calsa mengerti kok. Lagi
pula tadi Radit sempat bilang ke Calsa, kalau minggu
ini dia punya acara dengan tim basketnya,” tutur
Calsa mencoba mengerti meski ada segurat kecewa
di hatinya.
“Ya sudah sayang, ayo makan,” ucap Nyonya Su-
sana akhirnya.
Setelah sarapan, Calsa membantu Nyonya Su-
sana membawa semua piring kotor ke dapur.
“Aduh sayang, biar Tante saja yang nyuci
piringnya. Calsa duduk saja di ruang tamu,” ucap
Nyonya Susana ketika melihat Calsa mencuci piring.

339 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Nggak apa-apa kok Tante...,” ucap Calsa pura-


pura.
“Aduh Cal, udah biar Tante saja yang nyuci
piringnya. Ntar baju Calsa kotor gimana ayo…. Udah
sana Calsa ke kamarnya Radit saja, Tante udah biasa
melakukannya sendirian kok. “ ujar Nyonya Susana
sambil mengambil alih pekerjaan Calsa.
Calsa pun langsung mencuci tangannya. Karena
sebenarnya ia jijik melakukan semua itu.
Setelah Nyonya Susana benar-benar membiarkan
Calsa tidak membantunya, Calsa melangkah pergi ke
kamar Radit. Hatinya bahagia karena hal inilah yang
memang diinginkannya sejak dulu. Calsa menaiki
anak tangga yang menuju ke kamar Radit.
Perlahan, Calsa mulai membuka pintu yang tern-
yata tidak di kunci. Radit memang selalu lupa untuk
mengunci kamarnya. Tapi walau begitu, tak ada
seorang pun yang berani memasuki kamarnya tanpa
ada izin darinya. Dan Calsa lah orang pertama yang
berani masuk ke kamarnya tanpa seizin Radit. Pemilik
kamar.
Sampai di kamar Radit, Calsa langsung berbaring
di atas ranjang Radit.
“Hemm, bagus juga tataanya. Tak kalah rapinya
dengan kamar wanita,” ucap Calsa sambil mengedar-
kan pandangan matanya ke sekeliling kamar Radit.

340 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Tidak sengaja mata Calsa menangkap sesuatu


yang aneh. Suatu gambar yang tertempel di dinding,
tertutup kain sutra hijau. Rasa penasaran pun lang-
sung memenuhi ruang hatinya. Hingga Calsa lang-
sung beranjak dan membuka kain sutra hijau yang
menutupi gambar dinding tersebut.
“Haaa…? Foto Dhara?” ucap Calsa terkejut ketika
tahu bahwa gambar yang di tutup kain sutra itu adalah
foto Dhara, gadis yang sangat Radit cintai.
“Kurang ajar! Ternyata Radit masih menyimpann-
ya.”
Calsa mengambil foto Dhara kemudian mer-
obeknya. Tak puas hanya itu, Calsa kemudian
menginjak-injaknya.
“Brengsek! Brengsek! Gue yakin, pasti masih ban-
yak foto Dhara yang lain yang di simpan Radit. Gue
harus mencarinya sebelum Radit pulang dan masuk
kamar. Dan akan gue bakar semua foto-foto ini.”
Calsa membongkar semua isi lemari Radit. Dan
benar saja, masih banyak simpanan foto dan surat-
surat dari Dhara. Semuanya masih tersimpan dengan
sangat rapi. Melihat itu semua, amarah Calsa se-
makin memuncak.
Calsa menangis. Ternyata selama ini ia telah sa-
lah. Salah menyangka, dikira Radit sudah tidak
mencintai Dhara lagi. Ternyata memang benar-benar
sulit untuk bisa menghapus jejak Dhara di hati Radit.

341 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Semua usahanya untuk bisa membuat Radit melupa-


kan Dhara dan mau berusaha mencintainya, ternyata
sia-sia. Tangis Calsa semakin menjadi ketika ia
menemukan foto Radit yang berdua dengan Dhara, di
bawah bantal tempat tidur Radit. Hatinya semakin
remuk redam.

***

Sudah setengah hari Calsa menunggu kedatangan


Radit di kamarnya. Tapi, Radit belum juga pulang.
Hingga Calsa dengan sisa sakit dalam hatinya
menemui Nyonya Susana yang sedang menyetrika
baju di kamar belakang.
“Tante, Calsa mau pulang…,” ucap Calsa setelah
sampai di dekat Nyonya Susana.
“Lho, kok sudah mau pulang? Nggak mau nunggu
Radit pulang dulu?” tanya Nyonya Susana sambil
mencabut cop setrikaan.
“Nggak usah Tante, biar nanti Calsa telepon Radit
saja,” jawab Calsa pelan.
“Beneran, nggak mau nunggu Radit pulang?”
Nyonya Susana menuntun tangan Calsa, menuju ke
ruang tamu.
Calsa hanya mengangguk sambil tersenyum.
“Ya sudah, tapi Calsa harus mau diantar oleh so-
pirnya Tante, ya…!” ucap Nyonya Susana kemudian.

342 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Calsa pulang dulu ya Tante,” pamit Calsa sebe-


lum masuk ke dalam mobil.
“Iya, hati-hati ya sayang!” Nyonya Susana mem-
bukakan pintu mobilnya untuk Calsa.
Calsa masuk dan langsung duduk di jok belakang.
“Sayang, jangan sungkan-sungkan untuk sering
datang ke rumah Tante, ya…,” ucap Nyonya Susana
sambil menutup pintu mobilnya.
Calsa hanya tersenyum sambil mengangguk.
Kemudian sopir Nyonya Susana melaju, meninggal-
kan pekarangan halaman rumah.
Mobil berhenti di dekat taman bunga, di halaman
rumah Calsa. Dengan cepat, Pak Mardhi yang selalu
ada di dekat taman, membukakan pintu mobil ketika
tahu yang ada di dalam mobil adalah Calsa.
“Silakan Non,” ucap Pak Mardhi sambil membuka-
kan pintu, kemudian menutupnya kembali setelah
Calsa keluar.
“Mari, silakan duduk dulu,” ajak Pak Mardhi pada
sopir Nyonya Susana yang mengantar Calsa pulang
dengan selamat.
“Ohh, terima kasih. Lain kali saja, saya harus
segera pulang. Karena harus mengantar Nyonya,”
tolak sopir Nyonya Susana sopan. “Ya, sudah kalau
begitu, saya permisi dulu…,” lanjutnya sambil masuk
mobil.

343 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Oooh, monggo-monggo! Terima kasih sudah


mengantar Non Calsa dengan selamat,” ucap Pak
Mardhi sambil melangkah mundur selangkah.
Mobil tadi yang mengantar Calsa pulang, kini telah
kembali melaju menuju ke rumah majikannya. Dan
Pak Mardhi kembali ke ruang istirahatnya.
“Sayang,” Nyonya Marina berjalan mendekati
Calsa ketika tahu putri semata wayangnya datang.
“Lho, siapa yang ngantar kamu pulang?” Tanya
Nyonya Marina sambil melihat ke arah pintu yang
masih terbuka.
“Sopirnya Tante Susana, Ma,” jawab Calsa yang
juga ikutan melihat ke arah pintu yang masih terbuka.
“Radit kemana Cal?” tanya Nyonya Marina lagi.
Calsa hanya mengangkat bahunya. Kemudian
menaiki anak tangga, menuju ke kamarnya.
“Heeeehhh,” desah Nyonya Marina berat. Dia su-
dah bisa menebak, hal apakah yang baru saja terjadi
pada putri semata wayangnya itu.

***

Sore hari, sekitar pukul 05.45, Radit pulang. Ia


langsung merebahkan tubuh di atas ranjang empuk
setelah sampai ke dalam kamarnya. Rasa lelah yang
sejak tadi dirasakannya, membuat Radit mengeliat
pelan. Ketika pandangan matanya sampai pada

344 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

dinding yang biasanya tertutup kain sutra hijau, Radit


terperanjat kaget. Ia langsung bangun dan mengambil
kain sutra yang jatuh di lantai. Radit baru sadar,
bahwa foto Dhara yang biasa menjadi pandangannya,
lenyap dari tempatnya.
Kemudian Radit membuka lemari, keterkejutannya
bertambah. Karena dilihatnya, semua isi lemari
berantakan, seperti memang sengaja dibuat beran-
takan. Radit juga mengangkat bantal. Foto berdua
dengan Dhara juga tidak ada. Radit geram. Ia lang-
sung menghampiri mamanya yang sedang duduk di
ruang tengah.
“Ma, siapa yang berani-beraninya masuk ke kamar
Radit dan mengambil semua barang-barang Radit?”
tanya Radit. Suaranya nyaring di langit-langit ru-
angan.
“Radit, ada apa sayang? Baru pulang langsung
marah-marah gitu?” ucap mama Radit heran sambil
menutup majalah yang sejak tadi dibacanya.
“Ma, Mama belum menjawab pertanyaan Radit.
Siapa yang sudah dengan berani dan lancang sekali
masuk ke kamar Radit tanpa seizin Radit kemudian
mengambil semua barang-barang berharga Radit?
Siapa Ma, siapa?!” tanya Radit berteriak. Suaranya
semakin keras dan nyaring.
“Radit, berani sekali kamu membentak Mama?”
suara Nyonya Susana tidak kalah nyaringnya.

345 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Ma, Radit tidak ingin bertengkar dengan Mama.


Radit hanya ingin tahu, siapa orang yang sudah
berani masuk ke kamar Radit dan mengambil semua
barang-barang Radit. Jadi, mending sekarang Mama
katakan, siapa orang itu Ma!”
Radit memandang tajam mata mamanya yang
sudah berdiri di depan Radit.
“Calsa. Dan Mama yang menyuruhnya.” jawab
Nyonya Susana pasti.
“Apa, Calsa yang melakukannya?! Sudah aku du-
ga.”
“Kenapa?” tanya Nyonya Susana yang sudah
kembali duduk.
“Benar-benar keterlaluan. Gara-gara Calsa menan-
tu kesayangan Mama itu, semua foto-foto Dhara
rusak. Dan Radit tak terima hal itu!” umpat Radit
keras.
“Dit, kamu punya otak nggak sih? Dan kalau pu-
nya, apa otak kamu itu masih berfungsi? Calsa
memang pantas melakukan hal itu. Karena Calsa
adalah tunangan kamu.” Nyonya Susana mendorong
Radit.
“Tapi Ma, Radit sama sekali tidak merasa bahwa
saat ini Calsa adalah tunangan Radit. Karena Mama
melakukan semua ini secara paksa dan tidak ada
unsur musyawarah.

346 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Mama kira Radit ini mesin yang bisa Mama


gunakan untuk hal apapun? Mama kira Radit ini robot
yang remotnya ada di genggaman Mama dan akan
Mama gunakan seenaknya, sesuai keinginan Mama?”
Radit tidak dapat menaham emosinya.
“Plaaakk!” Tangan Nyonya Susana yang seha-
rusnya memeluk dan melindungi putranya itu, men-
ampar wajah Radit. Kekerasan pada anak mudah
sekali dilakukan.
Radit memegangi pipinya.
“Ma, hanya demi gadis brengsek itu, Mama sudah
berani menampar Radit? Ingat Ma, suatu hari Mama
akan menyesal dengan apa yang telah Mama lakukan
pada Radit,” setelah berkata Radit pergi dari hadapan
mamanya.
“Radit!” teriak Nyonya Susana memanggil Radit
yang terus saja melangkah menuju ke kamarnya.
“Aaaaakkkkkkkhh, brengsek! Kurang ajar! Benar-
benar keterlaluan!” teriak Radit semakin gila.
“Aku tidak akan pernah memaafkanmu Cal, sam-
pai kapanpun. Dan itu adalah janjiku padamu!
Brengsek! Gadis murahan, kurang ajar!” umpat Radit
dalam kamarnya.
Terpaksa malam itu Radit pergi ke alam mimpinya
tanpa memandang foto Dhara yang selalu tergantung
manis di dinding kamarnya. Dia ingin hari cepat pagi.

347 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Karena Radit ingin segera menghajar Calsa dengan


tingkah lakunya yang sudah sangat kelewatan.
Waktu yang Radit tunggu akhirnya tiba juga. Keti-
ka sinar matahari yang hangat menggantikan
kedudukan bulan dan bintang – yang selalu bersand-
ing gembira dengan cahaya kemilau yang dimilikinya
–, Radit telah menjadi salah satu pengendara yang
terjebak macet di jalanan kota. Rasa tak sabar ingin
segera bertemu dengan gadis yang sudah menghan-
curkan cinta dan hidupnya.
Hingga dengan amarahnya yang belum reda,
Radit melangkah cepat menghampiri Calsa yang baru
saja selesai memarkir mobilnya.
“Radit!” sapa Calsa dengan ke-PD-an ketika
melihat Radit yang melangkah cepat menuju ke
arahnya. Calsa merapikan letak baju dan dasinya.
Plaakk!
Sebuah tamparan pagi yang menghangatkan
mendarat di pipi Calsa tanpa merasa salah. Kejadian
yang tidak patut dilakukan Radit kepada Calsa hanya
masalah disobeknya foto percintaan yang belum ada
dalam ikatan pernikahan – apalagi terjadi di lingkup
sekolah. Sebuah kejadian kekerasan dalam rumah
tangga sekolah yang sering terjadi dalam sekolah.
“Dit, ello kenapa sih?“ Calsa memegangi pipinya
yang kesakitan. Calsa mulai menangis.

348 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Cal, seharusnya aku yang bertanya padamu.


Kamu itu kenapa?
“Radit mendorong Calsa.
“Maksud ello apa, Dit? Gue benar-benar nggak
mengerti,” ucap Calsa yang masih memegangi
pipinya. Air terus mengalir.
“Denger Cal, aku tahu kamu kemarin masuk ke
kamarku dan mengambil barang-barang berhargaku.
Bahkan kamu telah merusak semua foto-foto Dhara
yang ada di kamarku. Iya kan?!” kata Radit keras.
Mata Radit melotot, memandang Calsa yang
sesekali menghapus air matanya.
“Kalau memang gue yang melakukannya, kenapa?
Ello mau nampar gue lagi? Ayo, ayo tampar gue kalau
berani! Ayo…!” tantang Calsa penuh emosi.
“Ayo! Kenapa diam? lanjut Calsa saat tahu Radit
urung menamparnya lagi. “Dit, apa gue salah
melakukan semua itu? Apa gue salah melakukann-
ya?” tanya Calsa.
Air mata Calsa semakin banyak mengalir.
“Dit, gue tahu ello memang mencintai Dhara dan
ello memang tidak bisa melupakannya. Gue sadari itu.
Tapi Dit, ello juga harus sadar. Siapa gue, siapa ello,
ikatan apa yang telah mengikat hubungan kita? Kita
sudah bertunangan Dit, tunangan!” tutur Calsa dalam
tangisnya.

349 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Terus, apa hubungannya ikatan atau pertunangan


yang kamu maksud itu dengan semua barang dan
foto-foto Dhara yang kamu rusak itu?” tanya Radit
semakin geram.
Mata Radit masih melotot ke arah Calsa.
“Dit, bagaimana perasaan gue, ello tidak akan
pernah mau mengerti. Dan ello tidak akan pernah
mau tau hal itu. Cewek mana Dit, yang tidak akan
sakit hatinya jika melihat ada gambar cewek lain yang
sengaja di simpan oleh tunangannya. Cewek mana
yang tidak akan sakit hati melihat tunangannya itu
masih menyimpan foto cewek lain?” jawab Calsa.
Lalu Calsa menutup wajahnya dengan kedua
telapak tangannya.
“Eh, dengar ya Cal! Sejak awal aku sudah pernah
mengatakannya padamu bahwa aku tidak mencintai-
mu dan aku hanya mencintai Dhara seorang. Dan aku
yakin kamu tahu dan mengerti tentang hal itu.
“Mengenai dengan pertunangan kita, aku juga ya-
kin sekali kalau kamu sudah tahu bahwa pertunangan
kita adalah atas dasar pemaksaan. Bukan atas dasar
cinta. Dan kamu juga tahu kan kalau aku mau
menerimamu hanya karena terpaksa!
“Dan aku tidak mau tahu, bagaimanapun caranya,
kamu harus mengganti semua foto-foto yang sudah
kamu rusak itu. Kalau tidak, aku akan dengan sangat

350 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

mudah untuk memutuskan tali pertunangan kita ini.


Camkan itu!”
Setelah berkata, Radit pergi dari hadapan Calsa.
“Radit! Gue benci ello!” teriak Calsa keras.
Radit terus melangkah. Tak menghiraukan teriakan
Calsa yang mengumpat dirinya. Hingga langkahnya
hilang di tikungan jalan samping perpustakaan.

351 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Hunian Ke Kampung Ke-


nangan

Bel istirahat berbunyi. Linda langsung menggan-


deng tangan Dhara, menuju ke kantin. Hari ini, Dhara
dapat rejeki nomplok, karena Linda akan mentraktir
Dhara.
“Emmm, Vir, entar malam, calon adik sepupu
tunanganku mau ngadain pesta. Kamu bisakan
datang?” tanya Linda sambil menyerahkan selembar
kertas undangan.
Mendengar ucapan Linda, Dhara teringat masa
lalu. Masa ketika ia datang bersama Radit menghadiri
pesta pertunangan Linda.
“Vir, mau nggak? Kok malah bengong sih,” Linda
menggertak Dhara.
“Aduh, gimana ya Lin. Bukannya aku tidak bisa.
Sebenarnya juga ingin ikut memeriahkan acara calon
adik sepupumu itu. Cuman….” Dhara menghentikan
ucapannya.
“Cuman kenapa?” tanya Linda berharap-harap
cemas.

352 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Cuman, aku nggak bisa ninggalin Bunda sendirian


melakukan semua pekerjaan rumah. Kamu kan tahu
Lin, sekarang aku yang menggantikan semua tugas
Ayah. Jika aku pergi, maka Bunda akan merasa
sangat lelah sekali. Karena selain melakukan tugasku,
Bunda masih punya tugas sendiri,” ucap Dhara hati-
hati. Ia takut sekali menyinggung sahabatnya itu.
“Nggak apa-apa kan Lin?” tanya Dhara cemas.
Linda hanya mengangguk.
“Maafin aku ya Lin. Aku benar-benar tidak bisa…,”
lanjut Dhara ketika tahu ada segurat rasa kecewa di
wajah sahabatnya itu.
“Nggak apa-apa Vir, aku ngerti kok. Tapi sayang
banget. Padahal akan lebih meriah kalau kamu juga
bisa datang. Tapi ya sudahlah! Pilihanmu itu lebih
mulia aku kira.”
Linda mengaduk jus anggur dihadapannya,
kemudian meminumnya.
“Tapi kamu nggak kecewa kan Lin??” tanya Dhara
masih dengan rasa bersalahnya.
“Kecewa sih, pastinya. Tapi, aku juga harus tahu
dong menempatkan kekecewaan itu. Dan aku me-
mang harus bisa merelakanmu untuk tidak datang,”
jawab Linda tersenyum.
“Makasih, atas pengertiannya Lin, “ ucap Dhara.
“Vir!”

353 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Tiba-tiba Radit datang dan langsung duduk di


samping Linda berhadapan dengan Dhara.
“Radit, ngapain kamu ke sini?” tanya Dhara yang
tidak sedikitpun menoleh ke arah Radit.
Linda langsung pergi dari tempat itu ketika dirasa-
kannya akan terjadi sesuatu yang dirinya tidak boleh
tahu.
“Vir, aku merindukanmu. “ ucap Radit.
“Basi!” kata Dhara kemudian langsung beranjak.
“Vir, tunggu!” Radit menahan Dhara.
“Dit, tolong jangan ganggu aku lagi. Biarkan aku
hidup dengan caraku sendiri di atas lembar baru ini.
Lembar baru tanpa ada segaris namamu di sana.”
Dhara melangkah cepat menuju pintu kantin.
“Dhara, tolong Vir. Beri aku kesempatan untuk
buktikan bahwa aku hanya mencintaimu, tak ada yang
lain.”
Radit mencoba meraih tangan Dhara. Dan Dhara
tak membiarkan hal itu.
“Udahlah, Dit. Aku sudah menghapus bersih
namamu dalam hidupku. Jadi tolong, jangan pernah
ganggu atau menemuiku lagi.
Kemudian Dhara pergi.
“Vir, aku berjanji, aku bukan Radit jika aku tidak
bisa mendapatkan cintamu lagi,” ucap Radit sambil
memandang Dhara yang terus berjalan cepat tanpa
menoleh ke belakang.

354 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Ketika sampai di kelas, Dhara langsung duduk di


tempatnya.
Linda yang sudah menduga apa yang barusan
terjadi, tidak berani menegur atau bertanya pada
Dhara tentang apa yang sebenarnya terjadi. Ia hanya
diam memandang Dhara yang duduk di sampingnya.
Linda dapat melihat dengan jelas air mata Dhara yang
mengalir itu.
“Vir,” akhirnya Linda tak tahan dengan kebisuann-
ya.
Dhara mengusap air matanya ketika tangan Linda
mengusap-usap bahunya.
“Aku tidak akan bertanya kenapa kamu menangis.
Karena aku sudah tahu pasti apa yang terjadi pa-
damu. Aku tidak akan memaksamu untuk mencer-
itakannya padaku. Aku hanya ingin kamu tenang dan
tidak menangis lagi.”
Linda merangkul sahabatnya. Ada kesedihan yang
menutupi keceriaan Linda pagi ini.
“Aku mau minta maaf karena telah meningalkanmu
di kantin tadi,” lanjut Linda setelah melepas rangku-
lannya.
“Nggak ada yang perlu dimaafkan Lin, karena tidak
terjadi sesuatu apapun saat ini. Aku hanya ingin
menangis saja,” jawab Dhara setelah menghapus
bersih air matanya.
“Beneran nggak apa-apa?” tanya Linda tak yakin.

355 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Dhara hanya mengangguk pelan. Senyum getir


jelas sekali di bibirnya.
15 menit berlalu dengan begitu cepat. Semua
siswa dan siswi mengakhiri senang-senang mereka
ketika bel masuk berdering keras.
Tiba-tiba Pak Ridwan masuk, membuat murid ke-
las XII memandang heran. Karena hari ini mereka
terbebas dari jadwal Pak Ridwan.
“Ada kabar duka buat kita semua. Ibu Pak Fuji,
wali kelas X, yang sudah hampir 4 bulan terbaring di
rumah sakit karena kencing manis, pagi tadi sekitar
pukul 08.35 meninggal dunia,” ucap Pak Ridwan
setelah terlebih dahulu duduk di bangku guru.
“Innalillahi wa inna ilaihi raaji’unn,” spontan semua
murid membaca kalimat istirja mendengarnya.
“Dan siang ini, sebelum Almarhumah di maka-
mkan, kami para guru akan melayat ke rumah Pak
Fuji. Karena itu, kalian Bapak pulangkan,” ucap Pak
Ridwan setelah keadaan sedikit tenang. Kemudian
keluar kelas. Dan membiarkan siswa-siswinya keluar
dengan membawa tas mereka masing-masing.
Pulang.

***

“Vir, hari ini kamu pulang naik apa?” tanya Linda


sambil berjalan di samping Dhara.

356 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Seperti biasa Lin, naik bus atau angkot. Kamu?”


jawab Dhara. Linda hanya mengangkat bahunya.
“Lho, kenapa?” tanya Dhara heran.
“Aku mau pulang bareng kamu aja deh,” Linda
menghentikan langkahnya di halte bus.
“Mau naik bus juga?” tanya Dhara meyakinkan.
Linda hanya mengangguk sambil melihat jam di
pergelangan tangannya.
“Beneran mau naik bus? Nggak mau nunggu
jemputan dari Doni?” Dhara mengikat rambutnya
dengan ikat rambut yang baru diambil dari dalam saku
bajunya.
“Ya, biasanya kan gitu Vir. Tapi, mulai hari ini Doni
bilang udah nggak bisa antar jemput aku lagi ke
sekolah Vir,” jawab Linda kesal.
“Nggak bisa antar jemput kamu lagi? Kok bisa gi-
tu? Kalian berantem?” Tanya Dhara.
Linda hanya menjawab dengan gelengan kepalan-
ya.
“Terus kenapa?” lanjut Dhara bertanya lagi.
“Sekarang, Doni itu udah punya pekerjaan. Sebe-
lum aku berangkat ke sekolah, Doni udah berangkat
ke kantor. Dan saat aku udah pulang sekolah, Doni
belum jam istirahat. Makanya, dia udah nggak bisa
antar jemput aku lagi Vir,” jawab Linda dengan mimik
sewotnya.

357 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Sebel banget tahu. Apa gunanya coba punya


calon suami yang nggak bisa ngurangin beban aku?
Udah punya calon suami, masih saja pulang pergi
naik bis ke sekolah. Coba deh kamu bayangin Vir,
sebel banget kan?” tambah Linda.
Dhara yang mendengar ucapan Linda tak bisa
menahan tawanya. Hingga tawa Dhara meledak
begitu saja.
“Eehh, tertawa nih anak. Seneng ya lihat sobatnya
sengsara?” ucap Linda semakin sebel.
“Ya ampun Lin, memangnya aku bilang kalo aku
ini tertawa karena kesedihanmu? Nggak kan?” protes
Dhara.
“Terus kenapa kamu tertawa coba, kalau nggak
nertawain aku?” Linda semakin sebel.
“Lin, seharusnya kamu itu bersyukur punya calon
suami seperti Doni,” kata Dhara sambil mencubit
lengan Linda.
“What? Bersyukur?” Linda terperanjat.
Dhara mengangguk cepat. Linda semakin tidak
mengerti dengan sobatnya itu.
“Bersyukur karena saat ini, Doni itu sudah be-
rusaha untuk menjadi suami yang bertanggung jawab.
Lin, Doni kan bekerja buat kamu, buat masa depan
hubungan kalian berdua. Kalau mencari nafkah tidak
dilatih dari sekarang, kapan lagi?

358 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Makanya, kamu itu juga harus bisa menjadi istri


yang baik buat Doni. Dan kamu, harus bisa ngertiin
dia. Semua yang Doni lakukan itukan juga buat kamu.
Dan aku yakin, Doni tahu yang terbaik buat kamu,”
lanjut Dhara menjelaskan.
Linda hanya diam mendengar itu semua. Dalam
hatinya, ia membenarkan apa yang di ucapkan Dhara.
“Gimana, apa kamu masih mau marah sama Doni?
“ Dhara menyenggol lengan Linda.
Linda tersenyum. Bulu matanya sengaja ia kedip-
kedipkan. “Eh, tuh busnya udah datang, yuk!” ajak
Linda sambil menarik tangan Dhara.
“Vir, Dhara tunggu!” teriak Radit ketika Dhara
nyaris masuk ke dalam bus.
“Vir, dengarkan aku dulu, Vir,” ucap Radit ketika
sampai di dekat Dhara.
“Ada apa lagi sih Dit? Aku kira, di antara kita ber-
dua sudah tidak ada hubungan apa-apa. Jadi, aku
sudah tidak punya urusan denganmu,” ucap Dhara
kemudian masuk ke dalam bus.
“Vir, beri aku kesempatan untuk memperbaiki
semuanya. Aku tahu kamu masih mencintaiku!” teriak
Radit keras.
Tapi sekeras apapun suara Radit yang dikeluar-
kan, Dhara tidak akan mendengarnya. Karena bus
yang Dhara tumpangi telah membawa Dhara jauh dari
bayang-bayang Radit.

359 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Vir, kamu yang sabar ya…,” ucap Linda sambil


mengusab bahu Dhara.
Dhara tak menyahut. Hanya suara tangisnya yang
terdengar sedikit sesenggukan. Untuk selanjutnya,
Linda hanya diam, tidak berani berkata-kata lagi.
Karena dilihatnya, Dhara masih saja terus menangis
tanpa merasa sungkan dengan ada Linda di
sampingnya.
10 menit kemudian, bis yang Dhara tumpangi ber-
henti di halte bus, tidak jauh dari rumah Calsa. Rumah
yang saat ini jadi tempat berteduhnya Dhara dan
bundanya.
“Aku turun duluan, ya Lin, “ ucap Dhara sebelum
keluar dari bus.
“Ya, hati-hati di jalan, Vir!” jawab Linda dengan
anggukan kepalanya.
Dhara turun, dan Linda masih tetap di dalam bus.
Karena masih beberapa puluhan meter lagi, baru
sampai ke halaman rumah Linda.

***

Dhara langsung masuk ke arah kamarnya.


Keadaan rumah Nyonya Marina yang sepi siang
itu, membuat Dhara enggan lewat pintu depan.
Hingga kakinya melangkah menuju pintu belakang.

360 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Udah pulang Vir?” tanya Nyonya Marina ketika


melihat Dhara berjalan ke arah kamarnya.
“Tante..., Dhara mencium tangan Nyonya Marina.
“Kenapa lewat belakang? Perasaan di depan tidak
dikunci,” ujar Nyonya Marina setelah Dhara selesai
mencium tangannya.
Dhara hanya tersenyum.
“Kok sepi Tante?” tanya Dhara melihat ke arah
kamar bundanya.
“Ya, semua orang sedang keluar. Bunda kamu
juga,” jawab Nyonya Marina.
Dhara tidak bertanya lagi. Kembali kakinya me-
langkah yang bersepatu hitam. Menuju kamarnya.
“Hemm…,” Dhara menghempaskan tubuhnya ke
atas kasur.
Rasa penat tiba-tiba menjalar ke seluruh tubuh
Dhara. Teringat Radit, pemuda yang sampai saat ini
masih dicintainya. Hatinya menangis mengingat
prilakunya. Kenapa takdir memberikan hal seperti ini
pada hidupnya? Kenapa keuntungan selalu milik
mereka yang kaya, yang banyak harta? Apakah
kesempatan berbahagia bagi orang-orang seperti
Dhara hanya hayalan belaka?
Dhara beranjak segera, ia lupa bahwa dirinya be-
lum menunaikan shalat Dzuhur. Dengan segera,
Dhara meraih handuk. Kemudian masuk ke kamar
mandi.

361 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Beberapa menit kemudian.


“Vir.”
Seseorang membuka pelan pintu kamar Dhara.
Dhara yang sudah melipat mukenanya langsung
melangkah ke arah pintu.
“Bunda…,” ucap Dhara lalu mencium tangan bun-
danya.
“Udah dari tadi pulang?” tanya Bik Imah.
“Ya, Bunda... Nyonya Marina bilang, Bunda lagi
keluar?”
“Dhara menyisir rambutnya.
“Iya. Bunda ke kampung yang dulu. Melihat tanah
peninggalan Almarhum ayahmu,” jawab Bik Imah
pelan. Matanya memperhatikan Dhara yang sedang
menyisir rambut.
Dhara tak menanggapinya. Ia menanti kalimat Bik
Imah yang selanjutnya.
“Ternyata, tanah dan rumah peninggalan
Almarhum ayahmu, tidak ada yang mengurusinya.
Bunda sedikit khawatir tanah itu akan hilang jika kita
terus membiarkannya tak terurusi. Makanya, Bunda
ingin kita cepat-cepat pindah ke rumah itu. Atau kalau
tidak, kita jual saja rumah dan tanah itu. Lumayan kan
buat bayar sekolahmu, Vir,” lanjut Bik Imah. Suaranya
terdengar semakin pelan.
“Bunda, Bunda jangan sedih ya. Kita akan segera
pindah ke sana. Melestarikan tanah dan rumah

362 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

peninggalan Ayah. Dan Bunda tak perlu menjualnya.


Kalaupun tanah itu harus dijual, uangnya tidak akan
Dhara gunakan untuk biaya sekolah Dhara.
“Bunda saja yang pakai, buat modal. Kan tidak
mungkin Bun tiap hari bolak-balik, pulang dan pergi
dari rumah ke sini. Jadi, Dhara dan Bunda akan buka
usaha sendiri. Usaha kecil-kecilan yang penting laku,”
ucap Dhara yang duduk di samping bundanya.
“Oya, bagaimana kalau besok sore kita langsung
pindah ke sana, Bunda? Besok pagi kan hari Minggu.
Sekolah Dhara libur. Paginya kita beres-beres dan
sorenya kita berangkat deh,” ucap Dhara kemudian.
Bik Imah hanya mengangguk. Bibirnya tersenyum
bahagia.
“Udah dong, Bunda jangan sedih lagi ya. Dhara
janji akan selalu menjaga bunda,” Dhara memeluk Bik
Imah.
Ada kehangatan yang Dhara rasakan. Kehangatan
dari kasih dan sayang Bik Imah yang tidak pernah
berkurang.

***

Kreeeekkk…
Seseorang membuka pintu kamar Dhara. Dan
langsung terperangah melihat semua yang dilakukan
Dhara.

363 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Vir,” panggil orang itu sambil berjalan mengham-


piri Dhara. “Dhara, kamu mau kemana, sayang?”
tanya Nyonya Marina dengan seraut wajah sedih
yang siap mengalirkan air mata.
“Dhara dan Bunda mau pindah, Tante…,” jawab
Dhara sambil meraih tangan Nyonya Marina.
“Kenapa Vir?” Nyonya Marina meminta alasan
Dhara.
“Tante, meskipun nanti Bunda dan Dhara udah
tidak tinggal di sini lagi, Tante tetap akan selalu
menjadi malaikat buat Dhara. Dhara akan tetap dan
selalu menyayangi Tante, Om, dan Non Calsa. Bukan
berarti Dhara tidak sayang Tante lagi. Hanya saja,
Dhara dan Bunda memang harus pindah dari rumah
ini Tante, cepat atau lambat, karena Dhara tidak mau
satu-satunya barang peninggalan Ayah terjual,” jawab
Dhara beralasan.
“Vir, harta peninggalan ayahmu bisa tetap kamu
gunakan tanpa harus pergi dari rumah ini...,” ujar
Nyonya Marina tetap coba mencegah Dhara.
“Tante memang sosok ibu yang baik dan bijaksa-
na, tapi Dhara tetap harus pergi Tante... Maafkan
Dhara dan Bunda...,” ucap Dhara memutuskan.
“Baiklah, jika itu adalah keputusan kalian berdua,
maka saya tidak akan menghalanginya. Tapi, ingatlah
1 hal Vir. Dimanapun kamu berada, kapanpun itu,
jangan pernah lupakan Tante sebagai orang yang

364 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

pernah dekat denganmu dan juga sebagai orang yang


sangat menyayangimu...,” Nyonya Marina memeluk
Dhara erat, seperti enggan untuk melepaskannya.
‘Lagi-lagi perasaan ini, kenapa rasanya aku seperti
telah mengenal Dhara lama, tiap aku memeluknya,
pasti aku tak ingin melepaskannya...,’ mungkin kata
Nyonya Marina dalam hati.
Kemudian melepas pelukan Nyonya Marina ketika
Bik Imah tiba-tiba masuk ke kamar Dhara.
“Kapan rencananya bibik akan pindah?” tanya
Nyonya Marina tanpa beranjak dari duduknya.
“Sore ini Nya,” jawab Bik Imah yang menundukkan
kepalanya.
Kemudian Nyonya Marina melangkah pergi dari
kamar Dhara.
“Vir, kenapa barang-barangmu masih banyak yang
ada di luar? Ada apa?” tanya Bik Imah menghampiri
Dhara.
Dhara hanya menggeleng kepala sambil kembali
memasukkan barang-barangnya ke dalam koper butut
milik ayahnya.

***

Nyonya Marina terisak tangis di atas sofa, di ruang


tamu. Tuan Taufik dan Calsa yang baru datang
menatap heran Nyonya Marina.

365 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Ma, Mama kenapa...?” tanya Calsa menghampiri


Nyonya Marina.
Yang ditanya hanya diam tak mengacuhkan. Dan
Calsa segera tahu penyebab tangisan mamanya
ketika melihat Bik Imah dan Dhara datang dengan 3
tas koper di tangannya.
“Kami mohon pamit, Tuan...,” ucap Bik Imah
menghampiri Tuan Taufik yang berdiri heran dan tidak
mengerti.
“Ada apa ini Bik? Kenapa Bik Imah mau pergi dari
rumah?” tanya Tuan Taufik sambil membuka jaz
kerjanya.
“Saya mau pulang kampung, Tuan...,” jawab Bik
Imah pelan.
“Pulang kampuuuung.... ahaaa.... akhirnya Calsa
akan terbebas dari yang namanya hantu Dhara.
Dasar anak babu, bisanya cuman nyusahin orang.”
mungkin ucap Calsa dalam hatinya.
“Vir, kamu juga akan pergi dari rumah ini?” tanya
Tuan Taufik sambil duduk di samping istrinya.
Dhara hanya menjawab dengan anggukan kepal-
anya.
Tuan Taufik pun paham dengan anggukan itu,
hingga dia tak lagi bertanya.
“Ya sudah, kalau itu yang menjadi keputusan kal-
ian berdua, kami sekeluarga khususnya saya tidak
bisa menghalanginya,” ujar Tuan Taufik kemudian.

366 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Dhara dan bundanya pun pergi setelah Dhara


mencium tangan majikannya.
“Vir…!” teriak Nyonya Marina berlari mengejar
Dhara kemudian memeluknya.
“Jaga diri baik-baik ya.... Tante akan selalu merin-
dukanmu....” ucapnya yang masih erat memeluk
Dhara, hingga membuat suami dan putrinya merasa
tak enak hati.
“Dhara janji Tan, Dhara tidak hanya akan menjaga
diri baik-baik, tapi Dhara juga akan menjaga Bunda
dengan baik,” ucap Dhara sambil melepas pelukann-
ya.
Hari ini, Dhara dan bundanya bener-bener pindah
dari rumah bak istana megah itu. Berat sebenarnya
kaki Dhara melangkah pergi meninggalkan Nyonya
Marina yang lebih akrab di panggil ‘tante’ itu. Karena
entah kenapa, tiap kali Dhara dekat dengannya,
seperti ada sesuatu yang pernah terjalin. Begitu juga
dengan Nyonya Marina, air matanya tak henti menga-
lir menyaksikan langkah Dhara yang kini benar-benar
telah pergi dari rumahnya.

***

Sore hari, saat Dhara menyapu halaman ru-


mahnya, ia dikejutkan oleh suara deru mobil yang
berhenti di halaman rumahnya yang sebenarnya tidak

367 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

begitu luas. Dhara menghentikan pekerjaannya,


memandang mobil yang sudah tidak berbunyi deru
mesinnya lagi, menanti siapa yang akan keluar dari
dalam mobil yang lumayan mahal itu.
“Hai Vir....”
Sapa orang yang baru saja keluar dari mobil me-
wah itu.
“Ya ampun, Linda...!” teriak Dhara setelah tahu
siapa pengendara mobil itu, yang tak lain dan bukan
adalah Linda, sahabat baiknya.
“Wah, mobil baru nih...” Dhara menghampiri Linda
yang masih berdiri di samping mobilnya.
“Ini punya Doni, aku pinjem,” jawab Linda lalu
tersenyum.
“Eh, masuk yuk...,” ajak Dhara kemudian.
“Bunda, ada Linda...!” teriak Dhara agak keras.
“Eh, ada Nak Linda... Duduk dulu, Nak,” sambut
bunda Dhara yang lagi ada di dapur.
“Eh Lin, kok tahu kalau aku pindah? Tahu dari
siapa?” tanya Dhara
“Emmm.. tahu lah, kan kamu sahabat aku. Jadi,
apapun yang kamu lakukan, pastinya aku tahu, meski
kamu gak ngasih tahu aku. Aku hebat kan?” jawab
Linda sambil menepuk dadanya.
“Maaf Nak Linda, tempatnya tidak seperti di ru-
mahnya Nak Linda... di sini sempit, kocar-kacir,
banyak nyamuk lagi,” bunda Dhara datang dengan

368 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

membawa nampan yang berisi 2 teh manis dan kue


gorengan kecil.
“Ah sama aja, Bu...,” jawab Linda.
“Ayo silahkan diminum!” ucap bunda Dhara mem-
persilakan.
“Eh Lin, memangnya ada apa? Tumben nyamperin
sebelum telepon?” tanya Dhara sambil mengunyah
sedikit gorengan kecil yang dibawa bundanya tadi.
“Nggak juga sih, Vir. Tadi aku kebetulan lewat aja.
Pas ingat kamu pindah ke daerah ini, ya udah aku
mampir aja. Buat pastiin kalau info yang aku denger
itu valid. Ternyata, bener kan?” jawab Linda.
Setengah jam lewat mereka berbincang-bincang.
“Ea udah deh Vir, aku cabut dulu ya...” pamit Linda
setelah meneguk habis segelas air teh buatan bunda
Dhara.
“Kok udah mau pulang sih? Bundaku lagi masak
buat makan sore, sekalian aja kita makan bareng,”
ajak Dhara berusaha mencegah Linda.
“Gak pa-pa Vir. Lain kali aja… Lagian, ini juga
udah sore. Takut Doni nunggu. Mobilnya kan aku
bawa. Kalau aku lama, entar ujung-ujungnya Doni
marah lagi...”
Linda berjalan melewati pintu yang sudah tidak
bisa di kunci lagi.
“Eh, hampir lupa, bundamu mana? Aku kan belum
pamitan ama beliau.”

369 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Linda yang sudah membuka pintu mobilnya me-


nutupnya kembali.
“Kenapa buru-buru, Nak? Bik Imah datang lewat
pintu samping.
“Ya Bu, takut Doni kelamaan nunggu aku. Soanya
mobilnya kan dibawa Linda...,” jawab Linda kemudian
pamit setelah mencium tangan Bik Imah.
“Hati-hati di jalan ya, Lin...!” teriak Dhara ketika
Linda sudah tancap gas.
Hampir saja Dhara menutup pintu rumahnya.
“Dhara…!” ucap Dhara sambil melangkah ke arah
mobil yang masih berderu.
“Ada apa lagi bawel?” tanya Dhara setelah sampai
di dekat Linda.
“Besok jemput kamu jam 06.00. Jadi harap siap-
siap sebelum jam tersebut jika kamu gak ingin datang
terlamabat ke sekolah,” jawab Linda tanpa senyum.
“Heeeemm... mentang-mentang udah punya sopir
pribadi dan mobil mewah nih ceritanya...?” Goda
Dhara sambil mencubit pipi Linda.
“Mau nggak?” Mata Linda membesar.
“Ok! Ok! Kamu datang jam 06.00, aku udah siap,”
ucap Dhara kemudian sambil tangannya memberi
hormat pada Linda yang mulai cekikikan.
“Ok deh Vir, aku tancap gas sekarang sebelum
Doni bener-bener kebakaran jenggot nih,” ujar Linda

370 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

yang langsung disusul ketawa Dhara yang keras


tetapi tetap ramah.
Linda pun berlalau, meninggalkan halaman rumah
Dhara.
Rumah yang bersih dan banyak ditumbuhi bunga-
bunga liar di sekitarnya. Sedangkan di dekat tetangga
sebelah kanan, bermacam-macam apotik hidup
tumbuh di sana. Rumah yang kecil, sempit, halaman
yang tidak terlalu luas, namun asri dan sangat me-
nyejukkan.
“Viiiir!” teriak Bik Imah ketika mendapati Dhara
masih belum sampai di meja makan.
“Iya Bun...” Dhara segera memenuhi panggilan
bundanya.
“Kok malah dari halaman?” tanya Bik Imah sambil
memberi nasi pada piring di hadapan Dhara.
“Emmm itu Bun, tadi Linda kembali lagi...,” jawab
Dhara kikuk.
“Nak Linda? Kembali lagi?” Bik Imah mengulang
kata-kata Dhara.
“Besok jam 06.00, Linda akan jemput Dhara Bun.
Makanya Dhara sudah harus siap sebelumnya....”
lanjut Dhara sebelum bundanya bertanya lebih
panjang lagi.
“Owh... ya udah ayo makan. Habis ini, Bunda mau
ke toko kain di depan rumah,” ucap Bik Imah mulai
menyantap makan sorenya.

371 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Ke toko kain depan rumah? Ada apa? Bunda beli


kain?” Ada segurat heran dalam nada suara Dhara.
“Bunda diminta menjadi salah seorang pekerja
menjahit baju-baju pesanan oleh pemilik toko itu.
Makanya, Bunda tidak mau kehilangan kesempatan
untuk pekerjaan ini. Karena kesempatan tidak akan
datang dua kali sayang...,” Bik Imah menjawab atas
rasa heran Dhara.
“Yang bener Bun? Dhara menghentikan makann-
ya.
Bik Imah hanya mengangguk sebagai jawaban
dari ketidakpercayaan putrinya.
“Tapi Bun, Bunda tidak perlu memaksakan beker-
ja. Bunda harus lebih banyak istirahat. Biar Dhara
yang akan berusaha mencari uang untuk kehidupan
kita berdua,” ujar Dhara.
Ada segurat penyesalan dalam hati Dhara karena
merasa tidak menjadi anak yang berbakti.
“Nggak apa-apa Vir. Anggap aja itu adalah
kegiatan yang Bunda lakukan buat mengisi
kekosongan hari-hari Bunda. Bunda merasa kesepian
Vir,” Bik Imah mengelus rambut Dhara.
“Jika itu yang menjadi keputusan Bunda, maka
Dhara hanya bisa mendukung apa yang Bunda
anggap terbaik, Bunda....”
Dhara memeluk Bik Imah.

372 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Terima kasih sayang, sudah Bunda duga, kalau


kamu bukanlah putri biasa, tapi sebuah anugrah
terindah dalam hidup Bunda,” Bik Imah membalas
pelukan Dhara.

***

Tiiin... tiiin...
Dhara langsung berlari ke luar ketika mendengar
suara klakson mobil yang pastinya adalah suara
klakson mobil Linda.
“Hai... gimana, aku tepat waktu kan...?” Dhara
langsung masuk ke dalam mobil Linda dan duduk di
jok depan.
“Siip... tancap...!”
Linda langsung memutar balik mobilnya. Dengan
kecepatan yang masih di atas normal, Linda melajuk-
kan mobilnya.
15 menit dalam perjalanan, akhirnya Linda berhasil
memarkir mobil di parkir sekolah. Saat itu, ternyata
masih belum banyak siswa yang datang. Hanya ada 4
mobil di tempat parkir mobil dan hanya beberapa
sepeda motor di parkir motor.
“Eh, Bu Anis sekarang ijin lho…. Itu artinya, hari ini
gak ada ulangan Kimia. Duuuh... senengnya...,” ucap
Linda setelah melintas di depan ruang guru.

373 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Linda tadi sempet mendengar percakapan be-


berapa guru yang sudah datang terlebih dahulu.
“Nggak ada pelajaran kok malah seneng sih,”
protes Dhara yang langsung membuat Linda menoleh
ke arahnya.
“Eh, aku bukannya seneng karena Bu Anis hari ini
ijin tidak masuk. Tetapi, karena Bu Anis sekarang ijin
tidak masuk, itu artinya, ulangan harian Kimia ditunda.
Kan enak tuh, lumayan kan buat aku tambah giat
belajar sebelum ujian,” ujar Linda bangga.
Dhara mencibir Linda kemudian lari. Linda pun tak
mau diam saja. Langsung mengejar Dhara yang
berlari menuju kelas.
Hari ini, khususnya di jam pertama, kelas XII
benar-benar sepi dari guru sehingga ruangan kelas
ramai oleh suara siswa-siswi.

***

374 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Identitas Baju Kuning

“Bun, nanti sore jika tidak hujan, Dhara ingin ziarah


ke makan Ayah... apa Bunda mau ikut dengan
Dhara?” ucap Dhara sambil melipat baju-bajunya
yang baru saja diambil dari jemuran samping ru-
mahnya.
“Kamu saja yang ziarah ke makam ayahmu. Bunda
masih belum siap memandang nisan putih kelabu itu.
Bunda masih merasakan betapa singkat perjalanan
hidup Bunda bersama ayahmu....,” Bik Imah
meneteskan air matanya.
“Bun, apa Dhara boleh ziarah ke makam Ayah?”
tanya Dhara kemudian.
“Sejak kapan ada orang yang melarang anaknya
ziarah ke makam orang tuanya?” ucap Bik imah
dengan senyum dukanya yang bercampur air mata.
“Bunda... Bunda menangis....”
Dhara menghampiri Bik Imah yang sebenarnya
duduk tidak jauh darinya.
“Bunda, maafkan Dhara... Dhara tidak bermaksud
mengingatkan Bunda pada Ayah. Dhara juga merasa,
Dhara lah penyebab kematian Ayah....”
Dhara menghapus air matanya yang menetes ce-
pat.

375 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Sudahlah Vir, tidak ada yang bersalah dalam hal


ini. Semuanya adalah takdir. Semuanya adalah
karena waktu ayahmu bersama dengan kita sudah
berakhir. Bukankah kematian sudah ditentukan oleh
yang Maha Rahim?”
Bik Imah mencoba tegar di depan putrinya. Walau
sebenarnya hatinya juga masih tidak percaya dengan
kehidupan singkat suaminya.
“Pergilah... sampaikan salam Bunda pada
ayahmu...,” ucap Bik Imah getir, namun tetap ter-
sungging senyum di bibir pucatnya.

***

Sore hari, ketika orang-orang pencari nafkah telah


banyak yang kembali ke rumah masing-masing, saat
itulah Dhara melangkahkan kaki menuju makam
ayahnya, Pak Mahmud. Sesampainya di sana, Dhara
bersimpuh, menangis. Ia ingat bagaimana kejadian
sebelum ayahnya pergi meninggalaknnya untuk
selama-lamanya.
“Ayah... maafkan Dhara. Dhara-lah yang me-
nyebabkan kepergian Ayah. Dhara-lah yang membuat
Ayah berbaring dalam tanah bisu yang sudah men-
gering ini... Maafkan Dhara Ayah.
“Selama ini, Dhara sudah berusaha menebus
kesalahan Dhara dengan cara menjaga Bunda

376 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

dengan sebaik-baiknya. Karena Dhara tidak mau


Ayah semakin membenci Dhara di dalam sana. Dhara
tahu, Ayah pasti kecewa, Ayah pasti marah, Ayah
pasti benci, kesal pada Dhara... Dhara memang
bukan anak yang baik... Dhara memang bukan anak
yang berbakti pada ayah.
“Tapi Dhara janji Yah... Dhara janji akan menjaga
Bunda. Dhara tidak akan menyakiti Bunda. Dhara
tidak akan melakukan kesalahan yang sama, kesala-
han yang telah Dhara lakukan pada Ayah. Dhara janji
Yah.”
Air mata Dhara meleleh begitu saja ketika melihat
nisan ayahnya yang semakin hari semakin berwarna
kelabu.
Bunga dalam keranjang yang dibelinya sebelum
memasuki area pemakaman tadi, ia taburkan di atas
pusara ayahnya.
Dhara berdo’a setelah selesai menaburkan bunga
dan menyirami sekendi kecil air di atas pusara
ayahnya.
“Ayah, Bunda tidak ikut Dhara ke makam Ayah.
Bunda hanya menitipkan salam buat Ayah. Salam
kasih dan cinta yang tak pernah pudar walau kini ayah
tak lagi di samping Bunda...
“Bunda bukan tak ingin berkunjung ke rumah
Ayah, bukan Bunda tak cinta lagi pada ayah, tapi

377 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Bunda belum siap melihat Ayah di dalam sana sendiri,


tanpa ada teman ataupun kawan.
“Ayah, Dhara pamit dulu, Dhara harus pulang ke
rumah karena Bunda sekarang sibuk menjadi seorang
penjahit pesanan dan semua tugas rumah adalah
tanggung jawab Dhara. Dhara pamit dulu Yah. Insya
Allah Dhara akan kembali dalam dua atau tiga hari
lagi...”
Dhara mencium nisan kelabu ayahnya, kemudian
beranjak melangkah pergi dari makam, tempat
peristirahatan ayahnya yang terakhir.
Ketika adzan Asar sudah mengalun nyaring, Dhara
sudah keluar dari area pemakaman. Kakinya sudah
meniti lembut trotoar-trotoar nakal yang sesekali
menusuk kakinya dari bawah sandal jepit yang
dipakainya.
“Viiiirrrr.”
Langkah Dhara terhenti ketika sebungkus suara
memanggilnya dari jarak yang tidak jauh darinya.
Setelah menghapus air matanya yang masih menga-
lir, Dhara menoleh. Ia sangat kenal dengan suara itu,
suara yang sangat dirindukannya, suara yang sudah
lama tidak didengarnya.
“Dharaa….” Seseorang keluar dari mobil me-
wahnya.
“Tante Marina...,” ucap Dhara pelan ketika tahu
siapa yang baru saja keluar dari mobilnya.

378 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Wanita yang disebutnya Tante itu tersenyum lem-


but ke arah Dhara, yang beberapa bulan sebelumnya
pernah menjadi pembantu di rumahnya.
“Bagaimana kabarmu?” tanya Nyonya Marina keti-
ka sampai di dekat Dhara.
“Alhamdulillah, baik, Tante...,” jawab Dhara yang
saat itu sudah dalam pelukan Nyonya Marina.
Air mata Nyonya Marina mengalir begitu saja keti-
ka merasakan hangat pelukan Dhara, putri pemban-
tunya.
“Tante bagaimana?”
Dhara melepas pelukannya.
“Tante juga baik-baik aja,” jawab Nyonya Marina.
“Oh ya, kamu mau kemana Vir?” lanjut Nyonya
Marina kemudian.
“Emh... Dhara baru pulang dari makan Ayah,
Tante. Sekarang udah mau pulang ke rumah,” jawab
Dhara menunduk.
“Kalau begitu, Tante anter kamu pulang ya?
Nyonya Marina meraih tangan Dhara.
“Terima kasih Tante, gak apa-apa Dhara pulang
sendiri saja. Lagi pula udah biasa jalan kaki,” tolak
Dhara lembut.
“Nggak apa Vir, biar Tante anter kamu pulang ya.
Sekalian Tante ingin ketemu sama Bunda kamu.
Kangen rasanya lama nggak ketemu...,” ucap Nyonya
Marina memaksa.

379 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Yuk!” Nyonya Marina menarik lengan Dhara, ma-


suk ke dalam mobil mewahnya.
“Kamu tinggal dimana sekarang?” tanya Nyonya
Marina ketika mobil sudah mulai melaju meninggalkan
trotoar-trotoar.
“Di jalan Kamboja, Tan... “ jawab Dhara tanpa me-
noleh ke arah Nyonya Marina yang sejak tadi tak henti
menatapnya.
“Oh, jalan Kamboja dekat toko kain itu kan?” tebak
Nyonya Marina langsung.
“Tante kok tahu?” Dhara menoleh ke arah Nyonya
Marina, kemudian tersenyum heran.
“Dulu toko itu milik Tante, tapi sekarang sudah
Tante jual,” jawab Nyonya Marina mengenal masa
lalu.
Beberapa menit kemudian mobil mewah itu ber-
henti di halam rumah Dhara yang tidak begitu luas.
Bik Imah yang sedang menjemur pakaiannya, keti-
ka telinganya mendengar deru suara mobil di hala-
man rumahnya, langsung berlari menuju halaman.
“Nyonya Marina...,” panggil Bik Imah tak percaya
ketika melihat siapa yang keluar dari mobil bersama
putrinya.
“Nyonya...” sapa Bik Imah.
“Bik.... Akhirnya kita bisa bertemu kembali.”
Nyonya Marina menutup pintunya.

380 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Mari Nya, silakan masuk,” Bik Imah mem-


persilakan.
Sedangkan Dhara langsung menuju ke samping
rumah, melanjutkan jemuran bundanya yang belum
selesai.
“Emh.. Bik, kalian hanya tinggal berdua di sini?”
tanya Nyonya Marina ketika sudah sampai di ruang
tamu yang sebenarnya tidak pantas di sebut sebagai
ruang tamu.
“Enggih (iya) Nya...,” jawab Bik Imah sambil
menganggukkan kepalanya.
“Nyonya mau minum apa?” tanya Bik Imah
kemudian.
“Terserah Bibi, yang penting seger,” jawab Nyonya
Marina yang masih berjalan melihat-lihat keadaan
tataan rumah Dhara.
Nyonya Marina berjalan ke arah selatan. Pan-
dangannya menerawang memandangi seluruh isi
rumah sederhana itu.
Tiba-tiba pandangan matanya berhenti pada se-
buah foto dalam pigura yang sudah retak. Foto yang
membuat jantungnya berdegup. Foto seorang bayi
yang memakai baju kuning berlogo C kecil – hampir
tidak terlihat –, seorang bayi yang tersenyum senang
dalam pelukan ibunya.
Baju kuning yang dikenakan bayi di foto itu, adalah
baju yang sama persis dengan baju yang pernah ia

381 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

pakaikan saat putri pertamanya lahir. Jantungnya


berdegup. Memang, selama ini ia tidak pernah melihat
baju itu.
Nyonya Marina baru menyadari setelah lama tidak
memperhatikan tentang baju yang pernah dipakai
anaknya, Calsa. Berlogo C kecil, mirip bulan sabit.
‘Foto Dhara? Mengapa Dhara bisa memakai baju
ini? Seharusnya Calsalah yang memakai baju ini,
Bukan Dhara. Tapi kenapa baju ini melekat di badan
Dhara?’ mungkin kata Nyonya Marina membatin.
Mata Nyonya Maria tak lepas dari foto bayi berbaju
kuning itu.
“Tante...”
Tiba-tiba Dhara datang dengan nampan berisi teh
hangat di tangannya.
Nyonya Marina terkejut dan langsung meletakkan
foto itu pada tempatnya.
“Tante mandangin foto bayi itu ya...?” Dhara me-
letakkan secangkir teh tersebut tepat di hadapan
Nyonya Marina.
Nyonya Marina hanya mengangguk sebagai jawa-
ban pertanyaan Dhara. Bibirnya ia paksakan untuk
tersenyum.
“Itu foto Dhara Tante.... lucu kan...?”
Dhara meraih foto dalam pigura itu, kemudian
kembali duduk di samping Nyonya Marina.

382 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Ini foto saat Dhara baru lahir. Dhara senang bisa


lahir sebagai bayi bunda, karena bunda sangat
menyayangi dan mencintai Dhara.... “ ujar Dhara
bercerita.
“Apa...?” ucap Nyonya Marina terkejut
“Kenapa Tante...? Dhara kembali meletakkan foto
itu di tempatnya.
“Nggak apa-apa, bajunya lucu banget, Dhara juga
kelihatan cantik dengan baju itu... Tante suka...”
Nyonya Marina menatap mata Dhara. Ia berusaha
masuk ke bola mata Dhara, menyelam ke dalam dan
berusaha tahu siapa Dhara sebenarnya.
‘Ya Tuhan... kenapa dadaku berdebar seperti ini?
Seharusnya bukan Dhara yang di foto itu, tapi Calsa.
Karena akulah yang membeli baju warna kuning
seperti itu. Dhara, Calsa... mereka berdua memang
lahir di jam dan di hari yang sama, juga di rumah sakit
yang sama.’
“Eh, silakan diminum Tante….”
Dhara meraih secangkir teh itu kemudian mem-
berikannya pada Nyonya Marina.
Nyonya Marina menerimanya dengan bibir yang
tersungging senyum dan hati tak menentu.
“Enak, kamu yang buat?” tanya Nyonya Marina
setelah meneguk sedikit dari secangkir teh itu.

383 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Ah Tante... teh biasa, tidak senikmat teh seperti di


rumah Tante....” ujar Dhara sambil membetulkan
duduknya.
Selanjutnya, Dhara lebih banyak bercerita tentang
masa kecilnya bersama bunda tercinta dan almarhum
ayahnya. Namun, telinga itu seperti hanya mendengar
tanpa merekam jelas apa pembicaraan itu. Karena
ingatan Nyonya Marina hanya memikirkan tentang
baju kuning di foto masa bayi Dhara. Hatinya gelisah,
hingga Nyonya Marina tak tahan dan pamit untuk
pulang.
“Kenapa buru-buru Nya...?” Bik Imah yang
mendengar Nyonya Marina akan pulang langsung
berlari kecil dari dapur.
Dhara menghampiri Bik Imah, menggandeng tan-
gan bundanya kemudian melangkah mengikuti
langkah Nyonya Marina ke arah mobil yang
mentereng di tengah-tengah halaman rumah Dhara.
“Lain kali, Tante bolehkan Vir mampir lagi?” ucap
Nyonya Marina ketika supirnya sudah membukakan
pintu mobil untuknya.
“Monggo (silahkan) Tante, pintu rumah Dhara sela-
lu terbuka untuk orang tua berhati malaikat seperti
Tante…,”
Dhara mencium tangan Nyonya Marina.
“Mari Bik.”

384 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Nyonya Marina masuk ke dalam mobilnya dan


membuka kaca di sampingnya.
“Saya pulang dulu Bik... Makasih udah dibolehin
mampir. Tante pulang ya... jangan sungkan untuk
main ke rumah Tante, karena itu juga rumah kalian.”
Mobil pun tancap gas setelah Nyonya Marina mel-
ambaikan tangannya pada Dhara, pada seorang yang
kini menjadi tanda tanya besar dalam hidupnya.

***

Sampai di rumah, Nyonya Marina langsung masuk


ke kamar Calsa dan mengacak isi lemarinya. Calsa
yang saat itu sedang membaca majalah remaja di
atas kasurnya, merasa heran melihat tingkah maman-
ya.
“Ma.... ada apa?” tanya Calsa menutup majalah
remaja yang sebenarnya belum selesai dibaca.
Nyonya Marina tak menjawab. Ia terus saja mem-
bongkar semua isi lemari Calsa, tanpa memedulikan
Calsa yang sudah turun dari kasur dan kini ada di
sampingnya.
“Ma, Mama kenapa sih, datang-datang langsung
bongkar lemari Calsa? Mama nyari’in apa sih?” tanya
Calsa kesal.

385 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Ma... jawab dong, jangan buat Calsa marah. Ma-


ma kok diem aja sih... Barang-barang Calsa kan jadi
berantakan....” Nada Calsa mulai tinggi.
“Jangan marah sayang..... Mama nyari’in foto-foto
Calsa waktu masih bayi. Kemaren Mama kan
nyimpen-nya di sini. Sekarang kok gak ada. Ada
dimana sayang?”
“Aduh, Mama kok nggak bilang-bilang sih,” protes
Calsa.
“Ada dimana sih, sayang....”
Nyonya Marina terus mencari dan membongkar
lemari Calsa, hingga barang-barang Calsa sudah ada
di luar semua. Lemarinya kosong. Plong.
“Foto-foto itu sudah Calsa pindah ke lemari di ru-
ang tengah Ma. Abisnya, tempat Calsa udah nggak
muat,” Calsa berkata sambil merapikan barang-
barangnya.
Mendengar hal itu, Nyonya Marina langsung berlari
menju lemari di ruang tengah, tempat penyimpanan
barang-barang lama. Setelah memutar kuncinya ke
selatan, Nyonya Marina langsung membongkar
seluruh isinya. Hingga dalam waktu sekejap, barang-
barang di lemari tengah itu sudah berada di luar
semua.
“Mama kenapa sih...?” Calsa berjalan cepat meng-
hampiri mamanya.

386 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Ma.... ada apa sih?” tanya Calsa yang sudah


kesekian kalinya.
Namun Nyonya Marina tak menjawab. Ia sibuk
dengan pikirannya yang ingin melihat foto bayi Calsa
dan membuktikan bahwa debaran hatinya menga-
takan salah.
“Wah, wah, waaaah... mimpi apa Papa semalam,
kok tumben Mama bersih-bersih lemari sendiri?
Ternyata, kepergian Bik Imah dan putrinya membuat
Mama mandiri.”
Tuan Taufik yang baru datang langsung meng-
hampiri istrinya kemudian mencium keningnya.
“Papa...” Calsa berlari menghampiri Tuan Taufik.
“Eemmm.... putri Papa yang cantik...,” kata Tuan
Taufik sambil sedikit mengelus-elus rambut Calsa.
“Calsa dari mana saja? Kok gak bantuin Mama?”
tanya Tuan Taufik sambil melepas sepatu hitam yang
biasa dipakai dinas ke kantornya.
“Bantuin Mama...? Emang ada apa’an sih Pa…?”
Calsa balik nanya dengan muka masamnya.
“Lho, Mama kan lagi bersih-bersih…” jawab Tuan
Taufik sok tahu.
“Bersih-bersih? Pa, dari tadi itu, Mama hanya
bongkar-bongkar lemari dan mengacak-acak isinya
saja... Calsa heran deh, sebenarnya ada apa sih Pa?”
tanya Calsa sambil berjalan mengambil remoth TV,
kemudian menyalakannya.

387 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Ma, ada apa sih?” tanya Tuan Taufik yang kini


berdiri di samping istrinya.
“Mama mencari foto Calsa waktu masih bayi itu lho
Pa. Papa tahu nggak ada dimana? Tadi Mama cari di
lemari Calsa nggak ada. Calsa bilang ada di lemari
ini, tapi kok nggak ada ya Pa?
Nyonya Marina membuka album, mencari sosok
bayi berbaju kuning seperti yang dilihatnya di rumah
Dhara tadi.
“Ooooh..... Mama cari foto itu? Pantas saja nggak
ada di sini, meski mama cari sampai pagi pun, gak
mungkin ada. Foto itu udah Papa pindah ke ruang
kerja Papa.”
Dengan kening penuh keringat, Nyonya Marina
langsung berlari ke ruang kerja suaminya.
Sedangkan Calsa, ia sudah tidak peduli lagi
dengan apa yang dilakukan oleh mamanya. Calsa
asyik dengan sinetron kesayangannya.
“Naaah.... ini dia yang aku cari...,” ucap Nyonya
Marina sambil meraih setumpuk album masa kecil
Calsa.
Tangan lembutnya langsung membuka album ter-
sebut dan langsung mencari sosok bayi berbaju
kuning seperti yang dilihatnya ketika mampir ke
rumah Dhara.
“Ma, tumben banget cari album itu?”

388 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Calsa yang melihat mamanya keluar dari ruang


kerja, langsung menghujaninya dengan beberapa
pertanyaan.
“Nggak ada sayang, Mama kangen masa kecilmu
saja....” Nyonya Marina berusaha menyembunyikan
kepanikannya.
“Sayang... baju kuning berlogo C ada dimana?”
tanya Nyonya Marina setelah tahu tak ada foto
berbaju kuning berlogo di album yang dipegangnya.
“Baju kuning berlogo C? Yang mana sih Ma?” tan-
ya Calsa heran. Konsentrasinya pada sinetron yang
sedang dinikmatinya, buyar seketika.
“Itu... baju kuning yang dulu Mama pakaiakan keti-
ka kamu baru dilahirkan...,” Nyonya Marina meng-
ingat.
“Ya ampun Ma.... mana Calsa tahu. Lagian waktu
itukan Calsa masih bayi. Calsa juga tidak suka warna
kuning....” Calsa menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Cari apa’an sih Ma...?” Tuan Taufik menghampiri
istri dan putrinya, kemudian duduk di tengah-
tengahnya.
“Pa, Papa ingat nggak sama baju kuning berlogo C
yang Mama beli di mal 3 hari hari sebelum Calsa
lahir?” jawab Nyonya Marina memutar memori masa
silam.
“Baju kuning berlogo C... yang mana sih Ma...?”
Tuan Taufik mencoba mengingat-ingat masa

389 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

silamnya, masa sebelum kelahiran Calsa, putri


pertama sekaligus putri terakhirnya.
“Aduh Papa... masak lupa? Waktu itu, Mama ingin
sekali jalan-jalan. Terus Papa anter ke mal, kita
makan, ke toko mainan, kemudian Mama minta
mampir ke toko baju. Pas di sana kita beli baju kuning
yang Mama bilang untuk hadiah kelahiran putri
pertama kita. Logo C pun sebagai awal Mama mem-
beri nama anak kita dengan nama Calsa... Masak
Papa nggak inget siiih?”
Nyonya Marina berusaha membantu putaran masa
silam suaminya yang ternyata ingatannya tak sekuat
ingatan dirinya.
“Oh... ya ya Papa ingat sekarang. Baju warna
kuning. Dan setelah itu, Mama ngotot mau memberi
nama Calsa.”
Tuan Taufik mengangguk-anggukkn kepalanya.
Akhirnya ia dapat mengingat semuanya.
“Tapi Papa tidak tahu bahwa baju kuning itu ber-
logo C. Memangnya ada apa? Tumben banget Mama
cariin itu?” tanya Tuan Taufik kemudian.
“Nggak ada apa-apa sih Pa. Mama ingin liat aja,”
jawab Nyonya Marina berbohong.
“Tapi, Papa rasa, Papa nggak pernah liat foto baju
kuning berlogo itu itu deh Ma...,” ucap Tuan Taufik
sambil meraih remot TV di meja kemudian menekan
nomor, mengubah ke acara Favoritnya: Sepak bola.

390 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Ah, yang bener Pa...?


Nyonya Marina semakin panik. Dadanya kembali
berdebar. Ingatannya kembali pada foto Dhara yang
memakai baju kuning berlogo C kecil, baju yang sama
persis dengan baju yang ia beli untuk kelahiran putri
pertamanya, Calsa.
“Ya Tuhan... jangan-jangan....” Nyonya Marina tak
kuasa meneruskan kata-katanya. Dadanya semakin
berdebar.
“Ma, jangan-jangan kenapa...?” tanya Tuan Taufik
dan Calsa hampir bersamaan.
“Ma....” Calsa memukul lengan Mamanya.
Nyonya Marina menatap Calsa nanar. Kini ia ragu
akan identitas Calsa sebenarnya.
“Mama kok bengong... udahlah Ma, nggak usah
mikirin foto baju kuning itu lagi. Meski baju kuning itu
masih ada, baju itu udah pasti kekecilan banget buat
Calsa... Iya kan sayang?” ucap Tuan Taufik kemudian
beranjak pergi, masuk ke kamarnya.
Calsa pun juga ke kamarnya ketika mendengar
ponselnya berbunyi.
Hanya tinggal Nyonya Marina yang masih duduk
termenung. Ia yakin bahwa baju yang ada di foto
Dhara adalah baju yang ia beli 3 hari sebelum ke-
lahiran putri pertamanya. Ia juga yakin kalau baju
itulah yang ia kenakan pada saat Calsa baru
dilahirkan.

391 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Ya Tuhaaan....” keluhnya pelan.

***

Malam hari, saat sinar mentari telah tergantikan


oleh cahaya rembulan dan kehangatannya diganti
oleh taburan gemintang yang berkelip, Nyonya Marina
tidak bisa memejamkan matanya. Pikirannya masih
berkeliling diantara baju kuning dan foto Dhara.
“Kenapa Dhara yang memakai baju itu? Kenapa
bukan Calsa? Seharusnya Calsalah yang memakai
baju itu, karena aku ingat dengan jelas dan betul
kalau itulah yang dipakai Calsa. Di album foto Calsa,
tak satupun fotonya yang memakai baju kuning
seperti yang Dhara pakai.
Apa mungkin memang ada yang salah me-
makaikan baju kuning berlogo itu? Karena memang
Calsa dan Dhara lahir di waktu dan tempat yang
sama, bedanya hanya aku di kamar VIP, dan Bik
Imah di kamar biasa... Tapi apa mungkin baju tertu-
kar? Tapi bisa juga bukan saja baju yang tertukar,
tapi… jangan-jangan....” Nyonya Marina menutup
mulutnya dengan tangannya.
‘Jangan-jangan Dhara adalah putri kandungku,
bukan Calsa. Apalagi setiap kali aku dekat Dhara, ada
gerakan lain dalam hatiku, yang tak aku mengerti...
Tapi itu tidak mungkin. Bagaimana bisa bersalin di

392 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

ruang yang beda bisa tertukar, apalagi ruang ber-


salinku sangat jauh dengan ruang bersalin tempat Bik
Imah. Ya Tuhan, ada apa dengan kejadian ini...?’
mungkin lanjut Nyonya Marina dalam hatinya.
Mata Nyonya Marina semakin tak dapat ia pejam.
“Ma... kok bangun? Ada apa? “
Tuan Taufik yang tahu istrinya tak dapat me-
mejamkan mata, ikut bangun dan duduk di samping
istrinya.
“Mama tidak bisa tidur, Pa...,” jawab Nyonya Mari-
na.
“Papa tahu, Mama tidak bisa tidur. Tapi ada apa?
Apa yang sedang Mama pikirkan...?” tanya Tuan
Taufik mengelus-elus pundak istrinya.
“Mama masih kepikiran dengan baju kuning itu,
Pa...,” jawab Nyonya Marina tanpa menoleh ke arah
suaminya.
“Ya ampun Ma.... ini sudah larut malam. Sekarang,
Mama istirahat ya. Besok pagi kan harus mengganti-
kan aktivitas Bik Imah. Kalau malam ini Mama tidak
tidur, besok Mama pasti capek. Kalau sakit gima-
na...?” Tuan Taufik menyelimuti tubuh istrinya yang
sudah kembali berbaring.
“Tapi Pa…,” Nyonya Marina mencegah.
“Papa belum tahu apa yang terjadi...,” lanjut
Nyonya Marina sambil memiringkan tubuhnya,
menghadap suaminya.

393 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Apa yang terjadi? Memangnya ada apa, Ma?”


Tuan Taufik mulai penasaran.
“Tadi sore, sewaktu Mama pulang dari salon, Ma-
ma beretemu Dhara, Pa… Mama memaksa mampir
ke rumahnya....”
Nyonya Marina merubah arah tidurnya.
“Dhara lagi... Dhara lagi.... Ternyata anak itu
benar-benar menjadi duri dalam keluarga kita,” Tuan
Taufik membelakangi istrinya.
“Papa jangan ngomong begitu. Mama kan belum
selesai ceritanya. Dhara itu, tidak seburuk yang Papa
kira,” Nyonya Marina membela Dhara dihadapan
suaminya.
“Aaah sudahlah.... Papa sudah tidak mau
mendengar apapun tentang Dhara. Gara-gara dia,
Calsa pulang sekolah dalam keadaan menangis.
Gara-gara dia juga, persahabatan Papa dengan orang
tua Radit hampir putus. Papa mau tidur saja,” Tuan
Taufik menutup tubuhnya dengan selimut tebal yang
sedari tadi hanya diselimutkan di kakinya saja.
“Terserah Papa saja. Walaupun Papa tidak akan
mendengarkan Mama, Mama akan tetap bercerita.
Karena ini menyangkut putri kita,” lanjut Nyonya
Marina.
“Setelah Mama masuk ke dalam rumah Dhara,
tanpa sengaja mata Mama melihat foto bayi yang
memakai baju kuning. Baju yang sama persis dengan

394 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

baju yang pernah kita beli di mal 3 hari sebelum Calsa


lahir. Mama yakin, Mama tidak salah mengingat hal
itu.
“Dan yang membuat hati Mama tambah gelisah,
apakah yang tertukar adalah bajunya atau bayinya?
Namun, kedua-duanya tidak mungkin terjadi bila tidak
ada yang melakukannya dengan sengaja. Tetapi, apa
mungkin? Mamah khawatir, putri kita tertukar dengan
putri Bik Imah,” Nyonya Marina bercerita.
“Anak kita tertukar? Ma, Papa mohon, jangan ka-
rena Mama ingin mengembalikan Dhara ke rumah ini,
Mama bercerita yang sangat tidak masuk akal.
Karena Papa tahu, dokter yang mengurus persalinan
Mama tidak mungkin salah...” bantah Tuan Taufik
tidak percaya.
“Apa? Dokter tidak pernah salah? Pa, dokter juga
manusia yang tak luput dari salah dan dosa. Papa
boleh mengatakan seperti itu. Papa boleh tidak
percaya pada Mama, tapi Pa, Mama adalah seorang
ibu. Perasaan seorang ibu tidak mungkin salah,” ucap
Nyonya Marina.
“Terus apa Papa harus mau bilang kalau Calsa
sebenarnya bukan anak kandung kita, melainkan
Dhara-lah anak kandung kita? Begitu?” Tuan Taufik
masih membelakangi istrinya.
“Pa... Papa jangan keburu emosi karena Mama
tidak akan mengatakan hal seperti itu tanpa bukti.

395 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Biarlah bukti yang akan berbicara…,” Nyonya Marina


berkata sambil menarik selimut dari tubuh suaminya
kemudian menyelimuti badannya.
“Dan Mama yakin, firasat Mama tidak pernah sa-
lah...,” lanjutnya kemudian memejamkan matanya.
Tidur. Nyonya Marina tidur dengan hati yang resah
tak tenang.
Hingga akhirnya, sang fajar menyingsing, mem-
bangunkan jiwa-jiwa yang telah semalam pulas dalam
tidur nyenyaknya. Nyonya Marina telah bangun lebih
awal dan tengah menyiapkan sarapan pagi.

***

396 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Dokter Adnan

“Papa... Mama.... selamat pagi...”


Calsa biasa selalu bangun siang. Saat pembantu
di rumahnya tidak ada, dia pun tetap tidak pernah
bangun pagi dan tidak pernah melakukan apapun
yang kini menjadi kewajibannya.
“Wah... pagi ini masakan Mama lengkap. Rasanya
pasti enak banget. Ternyata Mama pinter juga
masaknya. Kalau tahu begini, kan nggak perlu repot-
repot punya pembantu....”
Calsa sudah duduk di tempat biasanya. Piring di
hadapannya juga sudah terisi nasi lengkap dengan
lauknya. Dan semua itu Nyonya Marina yang
melakukan.
Nyonya Marina diam saja dengan apa yang Calsa
lakukan pagi ini. Pikirannya hanya berkelana di antara
baju kuning dan foto Dhara di rumahnya.
“Ma.... Mama nggak sarapan?” tanya Tuan Taufik
yang mulai mengunyah nasi masakan istrinya.
Calsa hanya diam sambil terus melahap masakan
top mamanya itu.

397 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Ma... kok malah bengong sih... ada apa?” tanya


Tuan Taufik kemudian ketika tak melihat istrinya
bereaksi.
“Mama masih kepikiran hal yang semalam?” tanya
Tuan Taufik lagi.
Nyonya Marina hanya diam tanpa menatap siapa-
pun.
“Ma... udahlah, lupakan saja. Itu hanya akan
membuat Mama semakin tidak tenang. Papa yakin
firasat Mama kali ini sangat salah....”
Tuan Taufik mengelap bibirnya dengan sapu tan-
gan yang sejak tadi ada di pangkuannya.
“Ada apa sih Pa... Ma...?” Calsa yang mulai mera-
sa tidak enak ikut bertanya juga.
“Nggak kok, nggak ada apa...?” jawab Nyonya
Marina sambil mengaduk-aduk jus yang sama sekali
belum diminumnya.
Calsa langsung menghentikan makannya melihat
mamanya yang serasa berbeda pagi ini. Susu yang
biasanya dia minum tiap hari pun, pagi itu tidak di
minumnya.
“Sayang... pagi ini Calsa berangkat sama supir
atau mau langsung berangkat bareng Papa aja?”
tanya Tuan Taufik yang melihat perubahan di rona
wajah Calsa.

398 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Calsa mau berangkat sama Papa aja...,” jawab-


nya kemudian melangkah meninggalkan Nyonya
Marina yang sudah tidak peduli dengan apapun.
“Ma... Papa berangkat dulu... lupakan hal itu Ma!
Mama lihat kan bagaimana Calsa pagi ini? Papa tidak
akan biarkan Mama menyakitinya....” Tuan Taufik
pergi dari hadapan istrinya.
Nyonya Marina hanya menatap langkah suaminya
dari belakang. “Hati-hati Pa…!” ucapnya kemudian
setelah mendengar deru mesin mobil suaminya,
meninggalkan halaman megahnya.
“Tuhan... jika Calsa memang bukan putri kan-
dungku dan ternyata adalah Dhara putri kandungku,
berarti selama ini aku telah menyia-nyiakan putri
kandungku sendiri... Semoga ini hanya suatu kebetu-
lan saja...,” ucap Nyonya Marina sambil memandang
foto keluarganya di pigura ukuran 50R.
“Aku harus cari tahu semua ini.... Aku harus tahu
siapa putri kandungku yang asli. Karena aku tidak
ingin semakin lama berbuat dosa karena telah
menyia-nyiakan putri kandungku sendiri. Sekarang
juga aku harus berangkat, berangkat ke rumah sakit
tempat Calsa dan Dhara dilahirkan.
“Pegawai rumah sakit dan dokter harus memasti-
kannya bahwa mereka tidak salah dan tidak terlibat
dalam hal ini....”

399 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Nyonya Marina langsung berangkat menuju ke


rumah sakit, tempat kelahiran Dhara dan Calsa.

***

Jam menunjukkan pukul 09.45. Nyonya Marina


telah berada di tengah-tengah jalan kota yang tanpa
henti dalam macet. Ia benar-benar menuju ke rumah
sakit tempat putrinya dilahirkan. Ia pergi sendiri tanpa
seorang supir yang biasa menemaninya kemana-
mana, karena ia tidak ingin orang lain tahu sebelum
bukti-bukti itu nyata.
“Permisi Suster... bisa bertemu dengan Dokter
Adnan?” Nyonya Marina berkata pada suster yang
bertugas di bagian administrasi rumah sakit.
“Maaf, Ibu ini siapa...?” tanya suster itu lembut.
“Saya Marina, Sus.... pasien Dokter Adnan bela-
san tahun yang lalu...,” jawab Nyonya Marina.
“Sebentar, ya Bu...,” jawab suster itu yang kemudi-
an melihat jadwal Dokter Adnan pagi itu.
“Maaf, apakah Ibu sudah buat janji untuk ber-
temu?” tanya suster itu lagi.
“Belum, Sus...,” jawab Nyonya Marina sambil
menggelengkan kepalanya.
“Oh.. kalau begitu, maaf ya Ibu…, hari ini jadwal
Dokter sangat padat. Beliau tidak bisa menerima tamu

400 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

yang belum buat janji untuk bertemu. Sekali lagi maaf


ya, Bu...,” ujar suster cantik itu panjang lebar.
“Ya sudah Sus, terima kasih banyak... Mari Sus,”
pamit Nyonya Marina kemudian pergi.
Dengan perasaan kecewa, Nyonya Marina pulang.
Dalam hatinya berharap, semoga besok dia bisa
bertemu dengan Dokter Adnan dan berbicara kepa-
danya.

***

“Ma... dari mana?” tanya Calsa saat melihat


Mamanya datang.
“Calsa… udah dari tadi pulang?” sambut mamanya
dengan senyum yang dipaksakan.
“Mama dari mana sih...?” tanya Calsa lagi.
“Mama dari salon, sayang....,” jawab Nyonya Mari-
na bohong. Nyonya Marina sengaja berbohong
karena ia tidak mau Calsa tahu sebelum semuanya
benar.
“Kamu sudah makan, Cal?” Nyonya Marina men-
galihkan pembicaraannya.
Calsa sedikit mengerutan dahinya.
“Belum. Calsa sengaja nungguin Mama. Kan gak
enak Ma kalo makan sendirian...,” jawab Calsa sambil
menghampiri mamanya yang sudah lebih dulu duduk
di meja makan.

401 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Ma... Mama kenapa sih...?” tanya Calsa sambil


mengunyah makanan yang sudah ada di dalam
mulutnya.
“Memangnya Mama kenapa sayang...?” Nyonya
Marina balik nanya.
“Calsa perhatiin sepertinya Mama sedang ge-
lisah....”
Calsa menatap mamanya. Mulutnya tetap
mengkunyah makanan yang sudah sedikit halus.
“Nggak apa-apa kok sayang... mungkin Mama
terlalu lelah. Sekarang kan Mama yang lakukan
semua pekerjaan Bik Imah... Ya sudah, Mama ke
kamar dulu ya....”
Tanpa memperhatikan Calsa, Nyonya Marina me-
langkah ke kamarnya.
‘Mama kenapa sih? Nggak seperti biasanya deh.
Aneh. Pasti ada yang Mama sembunyikan dari aku.
Aku bukan Calsa jika tidak tahu itu...,’ mungkin ucap
Calsa dalam hati.
Calsa tak berminat menghabiskan nasi di piringnya
yang masih tersisa. Hingga diteguknya air putih.
Kemudian berjalan menuju kamarnya. Di lantai dua.

***

Keesokan hari, pagi-pagi Nyonya Marina sudah


duduk di ruang Dokter Adnan. Ia masuk ke ruang

402 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Dokter Adnan tanpa pamit pada suster penjaga yang


pastinya harus menunggu jadwal kosong Dokter
Adnan.
“Selamat pagi Dokter.”
Nyonya Marina langsung bangun dari duduknya
ketika melihat Dokter Adnan datang.
“Pagi... maaf, Ibu ini siapa?” tanya Dokter Adnan
memandang Nyonya Marina penuh selidik.
“Saya Marina, Dokter...” jawab Nyonya Marina
menyalami Dokter Adnan.
“Marina...? Apa sebelumnya kita sudah buat janji
untuk bertemu? Sepertinya, wajah Anda sangat asing
di mata saya...,” tanya Dokter Adnan heran sambil
duduk di hadapan Nyonya Marina.
“Eeh... maaf, mungkin dokter sudah lupa. Saya
Marina, pasien Dokter belasan tahun yang lalu yang
melahirkan di kamar Melati No.4,” jawab Nyonya
Marina memandang Dokter Adnan penuh harap.
“Marina? Pasien saya belasan tahun yang lalu?”
Dokter Adnan mengulang ucapan Nyonya Marina
sambil memutar otaknya, mengingat-ingat siapa
wanita di hadapannya itu.
“Maaf Dokter, pasien menunggu di ruang operasi.
Kita harus secepatnya melakukan operasi...,” ucap
seorang Suster yang tiba-tiba datang, menghampiri
Dokter Adnan tanpa mengetok pintu.

403 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Cukup membuyarkan ingatan Dokter Adnan


dengan kedatangan suster itu.
“Ya Allah, kenapa aku sampai lupa...? Ok, aku
akan segera ke sana. Bu, maaf sekali karena ada
pasien yang harus saya tangani. Kalau Ibu mau
menunggu, silakan. Operasinya akan memakan waktu
4-5 jam.
“Tetapi, kalau Ibu mau pulang dulu, tidak apa-apa.
Datanglah besok ke rumah sakit ini lagi sebelum jam
istirahat saya. Atau menyerahkan kartu nama Ibu.”
Setelah berkata, Dokter Adnan langsung pergi
dengan setengah berlari menuju ruang operasi.
“Ya Allah.... kenapa untuk tahu tentang putriku
saja begitu sulit? 4-5 jam aku harus menunggu? Itu
waktu yang tidak bisa dibilang sebentar. Berilah aku
kekuatan Ya Allah, kekuatan untuk bisa tetap di
rumah saki ini sampai Dokter Adnan menyelesaikan
tugas dan kewajibannya.”
3 jam berlalu....
Nyonya Marina sudah merasakan penat di seluruh
badannya. Jika bukan karena ingin tahu siapa
sebenarnya putri kandungnya, dia tidak akan setega
itu membiarkan tubuhnya payah – harus lama-lama
duduk di kursi yang sama sekali tidak empuk. Di
tengah-tengah kepenatannya, hp-nya berdering. Lagu
ST12 dengan judul ‘Kebesaran-Mu’ menjadi nada
dering khasnya.

404 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Hallo...,” Nyonya Marina menjawab teleponnya.


“Ma...,” terdengar suara manja Calsa dari seber-
ang. Ternyata Calsa yang menelfon.
Sejenak Nyonya Marina ragu akan melanjutkan
teleponnya. Karena keraguan tentang identitas Calsa
telah menyelimuti hatinya.
“Ma..., Hallo..., Ma... Mama...,” panggil Calsa da-
lam teleponnya.
“Ya, sayang...” jawab Nyonya Marina tersentak.
“Ada apa?” tanyanya kemudian.
“Ma... jemput Calsa dooong. Tadi Papa fon Calsa,
katanya ban mobil kempes. Jadi nggak bisa jemput
Calsa... Mama bisa kan jemput Calsa sekarang...?”
jawab Calsa dalam teleponnya.
“Mama...,” Calsa memanggilku Mama.
‘Benarkah Calsa bukan putri kandungku? Jika
bukan, apa aku harus menjemputnya sekarang...,’
mungkin ucap Nyonya Marina dalam hatinya.
“Hallo... Mama...,” panggil Calsa lagi.
“Ya sayang...,” Nyonya Marina terkejut.
“Mama bisa nggak jemput Calsa sekarang ke
sekolah? Mama kok bengong sih? Ini temen-temen
Calsa udah pada pulang semua Ma... Tinggal Calsa
sendiri diparkiran!” Calsa mulai marah.
“Iya iya... Mama jemput sekarang. Calsa tetap di
situ dan jangan kemana-mana. Mama mau berangkat
ke sekolah...,” ucap Nyonya Marina kemudian me-

405 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

nutup teleponnya. Ia melangkah menuju resepsionis


rumah sakit.
“Selamat siang Bu...,” sapa suster itu tersenyum
ramah.
“Siang, Sus...,” balas Nyonya Marina.
“Ada yang bisa saya bantu, Bu...? tanya suster itu
kemudian.
“Ya Sus... tolong berikan ini pada Dokter Adnan
dan katakan pada beliau kalau saya sudah pulang.
Dan besok saya akan kembali,” ucap Nyonya Marina
sambil memberikan kartu nama berisi nomor tele-
ponnya.
“Terima kasih Sus. Saya permisi dulu...,” kemudian
Nyonya Marina pergi dengan harapan besok ia akan
kembali bertemu dengan Dokter Adnan dan akan
berbicara padanya mengenai putrinya.
Beberapa saat kemudian…
“Lho... Ibu yang tadi kemana...?” ucap Dokter
Adnan kemudian berjalan menghampiri resepsionis
rumah sakit.
“Siang Dokter...,” sapa suster yang berkulit putih
itu memberi hormat.
“Siang ... emmm apa tadi tidak ketemu dengan
orang yang rambutnya sebahu, pakai baju biru, bawa
tas dan sepatunya hak tinggi di sini?” tanya Dokter
Adnan.

406 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Maksud Dokter, Ibu Marina...?” tebak suster


berkulit putih itu. Suaranya pelan namun dapat
terdengar jelas di telinga Dokter Adnan.
“Nah... benar,” Dokter Adnan mengerutkan ken-
ingnya.
“Oh… tadi sebelum ibu itu pergi, ibu itu menitipkan
kartu nama buat Dokter. Di dalamnya juga ada nomor
Ibu Marina yang bisa dihubungi...,” suster itu berkata
sambil memberikan kartu nama yang tadi diterimanya
dari Nyonya Marina. Bulu matanya yang lentik dan
panjang berkedip, seakan sedang menggoda Dokter
Adnan.
“Terima kasih, Sus...” ucap Dokter Adnan setelah
menerima kartu nama itu, kemudian kembali keru-
angannya.

***

Nyonya Marina telah sampai di sekolah Calsa. Ia


langsung menghentikan mobilnya di depan Calsa
yang berdiri di dekat gerbang sekolah.
“Sayang,” panggil Nyonya Marina dari dalam mo-
bilnya.
Mendengar panggilan mama Calsa, Calsa lang-
sung masuk ke dalam mobilnya. Duduk di jok depan.

407 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Calsa..., jangan marah ya... Mama minta maaf jika


terlambat menjemputmu,” ujar Nyonya Marina setelah
Calsa duduk di sampingnya.
“Nggak apa-apa deh Ma. Yang penting ada yang
jemput Calsa... Dari pada harus naik taxi,” sahut
Calsa lirih.
Mobil pun melaju melewati beberapa pohon-pohon
yang berbaris rapi di tepi jalan. Calsa tak bicara lagi.
Ia biarkan mamanya konsentrasi menyetir mobil agar
cepat sampai ke rumahnya.
Juz jeruk dingin di kulkas, sudah terbayang di mata
Calsa. Betapa nikmatnya minuman dingin yang
diminum setelah lelah dan kepanasan.

408 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Makan Malam Spesial

“Sayang... kok sendirian? Mama mana?” tanya


Tuan Taufik yang baru datang dari kantornya.
Calsa hanya diam, tak menanggapi sapaan pa-
panya. Tangannya asyik melempar-lempar apel
kemudian menggigitnya.
“Hei, ditanya kok diem aja? Mama mana?” Tuan
Taufik bertanya lagi sambil membuka sepatu yang
sejak tadi masih dipakainya.
“Taau.... mungkin Mama di kamarnya, Pa...,” jawab
Calsa pelan. Raut wajahnya suram.
“Lho, Calsa kenapa? Kok jadi sedih gitu?” Tuan
Taufik menghampiri Calsa, kemudian duduk di
sampingnya.
“Pa... sebenarnya ada apa sama Mama? Karena
Calsa perhatikan, akhir-akhir ini Mama aneh, sering
diem, menyendiri, pokoknya aneh deh Pa,” keluh
Calsa pada papanya.
“Aneh? Aneh gimana maksud Calsa?” tanya Tuan
Taufik yang sebenarnya sudah mengerti apa
penyebabnya.
“Pokoknya, aneh gitu deh Pa.... Biasanya, pulang
sekolah Calsa langsung dibuatin jus, sekarang nggak

409 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

lagi. Tadi aja, Waktu Calsa minta jemput ke Mama,


Mama kayak yang keberatan gitu... udah gitu, nyape
di rumah Calsa dibiarkan saja, nggak seperti bi-
asanya. Memangnya ada apa sih Pa...? Apa Papa
bertengkar sama Mama...?” jelas sekali kesedihan di
raut wajah Calsa.
“Masak sih Mama setega itu? Mungkin itu hanya
perasaan Calsa saja atau Mama lagi capek. Makanya
cuek ke Calsa. Tapi sebenarnya Mama itu sayang kok
sama Calsa... Lagian, mana ada ceritanya orang tua
yang nggak sayang anaknya...?” ujar Tuan Taufik
berusaha menutupi kecurigaan Calsa.
“Iya juga sih...” ucap Calsa.
“Ya sudah... Papa ke kamar dulu ya....” Tuan Tau-
fik mengelus-elus rambut Calsa, kemudian melangkah
menuju ke kamarnya.
“Ma...,” sapa Tuan Taufik lalu mencium kening
istrinya. “Mama kenapa?” tanyanya kemudian.
Nyonya Marina hanya menghadiahkan gelengan
kepalanya untuk menjawab pertanyaan suaminya.
“Pasti Mama masih kepikiran sama baju kuning itu
kan?” tebak Tuan Taufik sambil meraih handuk
kemudian menggantungkan di bahunya.
Nyonya Marina tetap diam membisu.
“Ma, Papa mohon... apapun yang merupakan
keyakinan Mama, jangan sampai Calsa tahu. Dan
saat ini Calsa sudah mulai merasakan perubahan

410 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

sikap Mama padanya. Papa hanya tidak mau mem-


buat Calsa sedih, Ma...,” ujar Tuan Taufik sebelum
masuk ke kamar mandi.
“Papa juga kan tidak melarang Mama untuk
melanjutkan niat Mama mencari identitas baju kuning
itu. Tapi Papa mohon, jangan buat putri kita itu
bersedih karena papa sangat menyayanginya...,”
lanjutnya kemudian masuk kamar mandi dan menutup
tanpa menguncinya.
“Putri kita? Kenapa Papa tetap tidak percaya pada
naluri keibuan Mama...? Papa boleh mengatakan hal
itu. Tapi Mama harap Papa tidak akan menyesal jika
suatu hari nanti Mama benar-benar berhasil
menemukan identitas baju kuning itu sebenarnya!”
ucap Nyonya Marina sedikit keras.
“Terserah Mama saja...!” teriak Tuan Taufik dari
dalam kamar mandi. Suaranya bertarung dengan
suara gemercik air yang membasahi tubuhnya.
Nyonya Marina tak menyahutnya lagi. Ia lebih
memilih diam dari pada meneruskan perselisihan
dengan suaminya. Nyonya Marina keluar kamar,
melangkah menuju ruang tengah, tempat Calsa
terbaring lelah di kursi sofa.
“Kasihan kamu sayang. Maafkan Mama ya, Mama
lakukan semua ini juga demi kamu. Karena Mama
hanya ingin tahu, apakah firasat Mama benar atau
salah. Jika memang benar, berarti selama ini Mama

411 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

telah menyia-nyiakan anak kandung Mama sendiri.


Mama juga telah berdosa besar karena mem-
isahkanmu dengan orang tua kandungmu...,” ucap
Nyonya Marina yang kemudian mencium kening
Calsa.
Calsa terlalu lelap dalam mimpi siang harinya,
hingga ia tidak tahu kalau Nyonya Marina menangis di
sampingnya.
Tok! Tok! Tok!
Terdengar suara orang mengetok pintu di luar.
Setelah menghapus air matanya, Nyonya Marina
melangkah untuk membuka pintu.
“Assalamualaikum, Tante...,” sapa Radit sambil
mencium tangan Tante Marina, calon mertuanya.
“Waalaikum salam, Nak Radit…,” ucap Tante Ma-
rina bahagia.
“Silahkan masuk, Nak!” perintah Tante Marina
yang kemudian menutup pintu kembali setelah Radit
masuk.
“Terima kasih, Tante....” ucap Radit sambil berjalan
menuju ruang tamu.
“Ayo silahkan duduk! Tante mau buat minum dulu,”
ucap Tante Marina mempersilahkan Radit duduk.
Radit hanya tersenyum.
“Sayang... bangun, ada Radit di depan,” ucap
Tante Marina sambil mengguncang tubuh Calsa.

412 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Aduh... masih ngantuk Ma...,” rengek Calsa ma-


las.
“Calsa, di depan ada Radit, ayo bangun temui dia!”
ucap Nyonya Marina kemudian.
“Apa Ma...? Radit?” ucap Calsa tak percaya.
Mama Calsa hanya mengangguk sambil
tersenyum. Melihat anggukan mamanya, Calsa
langsung berlari menuju ruang tamu.
“Radit?” ucap Calsa setelah sampai di ruang
tamu.
Radit hanya melihat ke arah Calsa tanpa mem-
balas sapaannya.
“Dit, kamu udah dari tadi?” tanya Calsa yang su-
dah duduk di samping Radit.
“Ya..... lumayan,” jawab Radit singkat.
“Nak Radit, ayo diminum,” Nyonya Marina berkata
sambil meletakkan secangkir sirup di depan Radit.
“Makasih, Tante,” ucap Radit ramah.
“Oh ya Tante, Radit datang ke sini karena Papa
dan Mama mengundang Tante, Om, dan Calsa
makan malam di rumah,” ucap Radit setelah lebih
dulu meneguk sedikit dari sirup yang dihidangkan
calon mertuanya.
“Makan malam...? Kapan Dit?” tanya Calsa girang.
Nyonya Marina tersenyum sambil menggelengkan
kepalanya melihat tingkah Calsa.
“Besok malam, jam delapan,” jawab Radit jelas.

413 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Ya sudah Dit, bilang sama papa dan mamamu,


Tante sekeluarga pasti datang besok malam,” ucap
Nyonya Marina memutuskan.
Radit hanya mengangguk.
“Kalau begitu, Radit permisi dulu Tante...,” pamit
Radit sambil bangun dari duduknya.
“Kok sebentar Dit? Aku kan masih kangen sama
kamu,” rengek Calsa mencegah kepergian Radit.
“Cal, kamu apa-apaan sih...? Malu tuh ada mama
kamu. Kayak anak kecil aja,” ucap Radit sambil
mendekatkan kepala ke telinga Calsa.
Nyonya Marina mengerutkan keningnya melihat
hal itu.
“Radit pulang ya, Tante...,” pamit Radit lagi sambil
berjalan ke arah mobilnya.
Calsa berjalan sambil menggandeng tangan Radit,
sedangkan Nyonya Marina mengikuti dari belakang.
“Mari Tante…, assalamualaikum...,” ucap Radit
setelah mencium tangan Nyonya Marina.
“Daaag...daaag... Radit...,” ucap Calsa mel-
ambaikan tangannya saat deru mobil Radit menjauh
dari rumah Calsa.
“Masuk yuk, sayang,” ajak Nyonya Marina pada
Calsa setelah Radit keluar dari halaman rumah Calsa.
Calsa dan Nyonya Marina pun masuk ke dalam.

***

414 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Radiiiiiiitt...!” panggil Calsa yang baru turun dari


mobilnya.
Radit tak menoleh Calsa. Ia terus saja berjalan
menuju kelasnya.
“Dit tunggu...!” teriak Calsa sambil berlari mengejar
Radit.
“Ada apa sih?” tanya Radit terpaksa menghentikan
langkahnya ketika Calsa berhasil mengejarnya.
Calsa hanya tersenyum mendengar pertanyaan
dingin Radit.
Radit yang memang selalu muak dengan sikap
Calsa, kembali berjalan menuju kelasnya yang hanya
tinggal beberapa langkah lagi. Ia membiarkan Calsa
berjalan di belakangnya. Mengikuti langkahnya.
“Emh… Dit, nanti malam jemput aku ya...,” ucap
Calsa sambil terus berjalan mengikuti langkah Radit.
“Jemput kamu? Memangnya mau kemana?” tanya
Radit tanpa menghentikan langkahnya.
“Kan mau makan malam di rumahmu...,” Calsa
beralih berjalan di samping Radit.
“Memangnya kamu tidak bisa berangkat sendiri
apa?” protes Radit atas kemanjaan Calsa.
“Tapi Dit... kan lebih enak kalau kamu yang jemput
aku...,” ujar Calsa memaksa.
“Eh Cal, denger ya, kamu udah aku undang itu
lebih dari cukup. Kamu mau datang apa tidak itu

415 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

urusanmu. Lagi pula, kehadiranmu tidak begitu


penting buat aku….” Radit menghentikan langkahnya.
Tatapannya mengarah ke lapangan basket.
“Maksud kamu...?” tanya Calsa emosi. Dahinya
sudah dari tadi membentuk suatu kerutan yang
memanjang.
“Kalau kamu mau datang, silakan datang sendiri
karena aku tidak bisa menjemputmu... puas. “ setelah
berkata Radit pergi.
“Tapi Dit... Radiiit...!” teriak Calsa kesal.
‘Kenapa sih Radit masih belum berubah? Padahal
Dhara sudah pulang kampung,’ mungkin ucap Calsa
dalam hati. Kemudian langsung melangkah kembali
menuju kelasnya.
Ketika bel masuk berdendang di seluruh ruang
kelas, semua murid masuk kelas masing-masing. Pak
Ridwan langsung memasuki ruang kelas XII, kelas
yang bulan depan sudah akan menghadapi Ujian
Nasinal.

***

“Ma, mau kemana?” tanya Calsa saat melihat


mamanya keluar dari kamarnya menuju ke mobilnya.
“Sayang... sudah dari tadi pulang sekolah?” tanya
Nyonya Marina sambil terburu-buru berjalan menuju
mobil.

416 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Ma, mau kemana sih, buru-buru amat?” tanya


Calsa lagi sambil menghampiri mamanya yang nyaris
masuk mobil.
“Mama mau ke salon sebentar,” jawab Nyonya
Marina sambil masuk ke dalam mobil.
Seru deru mobilnya mulai Calsa dengar.
“Ke salon lagi? Kan ke salon baru kemaren, masak
ke salon tiap hari sih?” tanya Calsa heran.
“Sayang, bilang sama Papa, Mama gak lama
ya...!” ucap Nyonya Marina kemudian tancap gas
tanpa menanggapi protes Calsa yang pastinya butuh
banyak waktu.
Calsa hanya berdiri kaku menatap kepergian
mamanya yang semakin hari semakin aneh di matan-
ya.
Nyonya Marina yang kini berada di tengah-tengah
keramaian kota terus menyetir mobilnya menuju
rumah sakit untuk bertemu dengan Dokter Adnan.
Dokter yang bisa menjawab teka-teki baju kuning.
15 menit melaju, akhirnya mobil Nyonya Marina
terparkir di halaman rumah sakit. Dengan tergesa,
Nyonya Marina turun dari mobil dan langsung menuju
ruangan Dokter Adnan.
“Sus, bisa bertemu dengan Dokter Adnan?” tanya
Nyonya Marina pada suster yang lewat di depannya.

417 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Maaf Bu, kalau mau bertemu dengan Dokter


Adnan silahkan lapor ke bagian administrasi,” jawab
suster kemudian pergi.
Tanpa pikir panjang, Nyonya Marina langsung
pergi menuju tempat administrasi.
“Maaf Sus, saya mau bertemu dengan Dokter
Adnan,” ucap Nyonya Marina setelah sampai di
tempat administrasi.
“Kalau gak salah, Ibu ini, Ibu Marina ya?” tanya
Suster sambil menunjuk Nyonya Marina.
“Ya Sus, benar, saya Marina yang kemaren datang
ke sini,” jawab Nyonya Marina membenarkan.
“Apakah saya bisa bertemu dengan Dokter Adnan
sekarang?” tanya Nyonya Marina penuh harap.
“Maaf Bu, sejak tadi pagi Dokter Adnan sudah
menunggu Anda, karena siang hari Dokter Adnan
harus pergi ke Semarang karena ada keperluan
penting,” jawab suster lembut
“Maksud Suster?” tanya Nyonya Marina kecewa.
“Maaf Bu, siang tadi kira-kira jam 11:30, Dokter
Adnan berangkat ke Semarang dan beliau satu
minggu ada di sana,” jelas suster.
“Apa...?!” seru Nyonya Marina sambil menutup
mulutnya dengan tangan kanan. Perasaan kecewa
semakin berkecamuk dihatinya.
“Kemaren, Ibu bilang akan datang pagi ke sini, jadi
Dokter Adnan mengundur kepergiannya sampai jam

418 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

11:30. Setelah Dokter tunggu ternyata Ibu tidak


datang,” tambah suster menjaga nama baik Dokter
Adnan.
“Ini salah saya saya...,” sesal Nyonya Marina pada
suster cantik itu. “Makasih Sus, saya permisi dulu...,”
pamit Nyonya Marina, kemudian melangkah pergi dari
rumah sakit itu, dengan perasaan kecewa yang
sangat mendalam.
Dengan sisa-sisa tenaga Nyonya Marina, ia
memutar mobil dan melaju menuju rumah.

***

“Ma, katanya dari salon? Kok rambutnya biasa


aja?” tanya Calsa sambil memegang rambut maman-
ya.
“Salonnya tutup, sayang...,” jawab Nyonya Marina
bohong.
“Tutup? Ini kan baru jam 02:00? Kok tumben
banget sih Ma?” tanya Calsa heran.
“Mama juga gak tahu...,” jawab Nyonya Marina,
kemudian pergi ke kamarnya.
“Mama kenapa sih?” gumam Calsa heran. Tidak
hanya satu kali ini Calsa merasa ada kejanggalan
pada diri mamanya.

***

419 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Sayang, sudah siap?” tanya Tuan Taufik berteriak


ke kamar Calsa.
“Ya Pa, bentar lagi. Calsa cari sepatu!” teriak
Calsa.
“Mama kenapa kok murung?” tanya Tuan Taufik
sambil memegang dagu istrinya.
“Ah Papa, enggak ada apa-apa kok,” jawab
Nyonya Marina tersenyum. Raut wajah cemberutnya
tiba-tiba berubah menjadi merah delima.
“Ehem, ehem,” Calsa berdehem melihat tingkah
kedua orang tuanya.
“Calsa....?” ucap Nyonya Marina khawatir apa
yang dilakukan suaminya terlihat oleh Calsa.
“Aduh... Aduh... sudah punya calon menantu
masih mesra ya...,” goda Calsa sambil menyenggol
lengan papanya.
“Ah apa sih sayang? Ayo kita berangkat...!” ajak
Nyonya Marina kemudian, mengalihkan pembicaraan.
Calsa dan Tuan Taufik pun langsung mengikuti
langkah cepat Nyonya Marina yang menuju ke mobil.
Tuan Taufik dan Nyonya Marina duduk bersebe-
lahan di depan sedangkan Calsa duduk di belakang.
Perasaan Calsa saat itu sulit dibayangkan, sejuta
bunga kesenangan mekar di hatinya.
“Makan malam bersamaa Radit...?” kata itulah
yang selalu diucapkan Calsa.

420 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Seperempat jam berlalu, mobil itu pun sampai di


pekarangan rumah Radit. Dengan perasaan gembira,
Calsa turun dan langsung menghampiri orang tua
Radit yang sedang menantinya di depan pintu masuk.
“Selamat malam sayang. Kamu cantik sekali...,”
puji Tante Susana, yang langsung memeluk Calsa.
“Hai Taufik...,” sapa Pak Rahmat, sambil menepuk
pundak Tuan Taufik.
“Mari silahkan masuk...!” ajak Pak Rahmat pada
Tuan Taufik.
“Marina, ayo masuk...,” ajak mama Radit pada
Nyonya Marina sambil menarik tangannya, membawa
masuk.
“Ayo sayang...,” ucap Tante Susana pada Calsa
yang masih di peluknya.
Mereka semua masuk ke dalam dan langsung
menuju ke meja makan
“Ayo, silahkan duduk...!” ucap papa Radit
tersenyum.
“Ma, Radit mana? Kok belum turun?” tanya Pak
Rahmat sambil melihat ke arah kamar Radit.
“Emm, Tante, Om, biar Calsa yang panggil Radit
ya...?” ucap Calsa penuh harap dan langsung
mendapat anggukan setuju dari mama Radit.
“Makasih Tante,” ucap Calsa lagi kemudian me-
langkah menuju kamar Radit.

421 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Mereka berdua sudah sepantasnya kita satukan,


apalagi sebentar lagi mereka lulus SMA...,” ucap
Taufik pada Pak Rahmat.
“Taufik, justru karena itulah aku mengundang kal-
ian makan malam di sini,” Pak Rahmat berkata sambil
menepuk pundak Tuan Taufik.
“Oooh...,” mulut Taufik tertawa membentuk huruf
“O”.
Yang lain pun juga ikut tertawa, membuat suasana
makan malam semeriah di restoran mahal.
Calsa yang sudah sampai di depan kamar Radit,
langsung masuk tanpa mengetuk pintu kamar Radit.
“Dit...,” panggil Calsa menghampiri Radit.
“Calsa...!” ucap Radit terkejut, sambil menyembun-
yikan foto yang dipegangnya.
“Dit, Om dan Tante sudah menunggu kamu di
meja makan,” ucap Calsa langsung tanpa di tanya
maksud kedatangannya.
“Emang-nya acara makan malamnya udah mau
dimulai?” tanya Radit tanpa melihat ke arah Calsa.
“Sepertinya sih gitu. Makanya aku disuruh jemput
kamu,” jawab Calsa sambil duduk di samping Radit.
Tanpa berkata lagi Radit langsung pergi mening-
galkan Calsa.
Kembali dalam ruang pertemuan.

422 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Radit.... Calsa mana sayang?” tanya mamanya


saat melihat Radit sendirian melangkah ke meja
makan.
“Taau...,” jawab Radit singkat sambil mengangkat
bahunya.
Mendengar jawaban Radit, semua yang ada di
meja makan memandang heran.
“Calsa sayang,” ucap Tante Susana saat melihat
Calsa menuruni tangga.
Tapi Calsa tidak menghiraukan panggilan Tante
Susana. Ia terus berjalan ke meja makan yang sudah
tinggal beberapa langkah lagi.
“Duduk sayang,” ucap Tante Susana saat Calsa
ada di dekatnya.
Calsa langsung duduk di samping Radit.
Acara makan malam pun dimulai. Mereka sibuk
dengan selera makan masing-masing sehingga
separuh dari hidangan itu termakan habis. Setelah itu,
mereka berbincang-bincang dengan penuh canda-
tawa.
“Calsa…, malam ini kamu bermalam di sini ya,
sayang,” bujuk Tante Susana sambil berjalan menuju
ruang tamu.
Calsa hanya tersenyum mendengarnya. Memang
ia tidak pernah menolak jika disuruh berdekat-dekatan
dengan Radit, orang yang dicintainya.

423 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Jeng, Calsa mau pulang besok, iya kan sayang?”


ucap Tante Susana sambil memeluk Calsa.
“Ah, Jeng nanti ngerepotin,” ucap Nyonya Marina
mengedipkan matanya.
“Ah, enggak apa-apa Jeng. Lagi pula sebentar
lagi, Calsa kan akan menjadi bagian dari keluarga di
rumah ini,” paksa Tante Susana.
“Terserah Calsa saja,” ucap Nyonya Marina
kemudian.
“Sudahlah Ma, biarkan saja Calsa di sini. Besok
sekolah kan libur,” tambah Tuan Taufik memutuskan.
Nyonya Marina hanya tersenyum.
“Ya sudah kalau begitu kita pamit pulang, yuk
ma....” pamit Tuan Taufik pada Pak Rahmat. Kemudi-
an masuk mobil.
“Jeng Susana, aku pulang ya...,” pamit Nyonya
Marina sambil memeluk mama Radit.
“Sayang, jangan nakal ya… Mama pulang dulu,”
ujar Nyonya Marina sambil mencium kening Calsa.
“Ya Ma, hati-hati di jalan...,” ucap Calsa sambil
memeluk mamanya.
Kemudian Nyonya Marina masuk mobil dan lang-
sung melajukannya.
“Masuk yuk!” ajak Tante Susana pada Calsa saat
mobil orang tua Calsa telah lenyap dari pandangann-
ya.

424 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Dit, ajak Calsa ke atas. Dan kamu sementara tidur


di kamar tamu!” suruh Tante Susana pada Radit.
“Mau ngapain sih Ma?” tanya Radit acuh tak acuh.
“Dit, sampai kapan kamu akan seperti ini terus?”
ucap Tante Susana sambil memukul pelan kepala
Radit.
Radit tak menghiraukan omelan mamanya, tanpa
merasa bersalah, ia bangkit dan pergi ke kamarnya.
“Radit..., Mama belum selesai bicara!” teriak
mamanya saat Radit mulai menaiki tangga menuju
kamarnya.
“Tante...,” panggil Calsa sambil mendekat ke arah
Tante Susana.
Tante Susana tetap berusaha tersenyum walau
sebenarnya hatinya kecewa dengan sikap Radit,
putranya.
“Maafkan Calsa ya Tante… Gara-gara Calsa,
Radit bertingkah seperti itu,” ucap Calsa kemudian.
“Kamu enggak salah sayang. Radit memang
bener-bener keterlaluan. perbuatannya sudah
melampaui batas sebagai anak. Dia sudah durhaka
pada Tante,” Tante Susana berkata sambil memeluk
Calsa.
Calsa berusaha harus tetap terlihat penyabar di
depan mertuanya, walau sebenarnya semua perilaku
Radit terhadapnya sudah membuat hatinya muak.

425 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Ya sudah, Tante, Calsa tidur di kamar tamu saja,


lagian besok pagi kan sudah mau pulang,” ucap Calsa
berusaha menyembunyikan sakit hatinya.
“Sama Tante saja, mau? Kamar tamu masih
berantakan dan belum pantas ditidurin putri cantik
lho... Masih berantakan.”
Calsa mengangguk setuju. Ia merasa senang.
Nyonya Susana hanya tersenyum, kemudian ber-
jalan menuju kamarnya.
“Pa...,” panggil Tante Susana sambil membuka
pintu kamarnya.
“Ada apa, Ma?” tanya Tuan Rahmat saat melihat
istrinya masuk kamar bersama Calsa, calon menan-
tunya.
“Pa, malam ini Calsa mau tidur sama Mama,” ja-
wab Nyonya Susana berbisik ketelinga suaminya.
“Ada apa sama Radit?” tanya Tuan Rahmat ge-
ram.
“Yah, seperti biasa Radit tidak suka dengan ke-
hadiran Calsa,” jawab Mama yang kesal pada Radit.
“Ya sudah, biar papa tidur di kamar tamu saja,”
putus Tuan Rahmat kemudian.
“Sayang, ayo sini...!” ucap Nyonya Susana pada
Calsa.
Calsa hanya tersenyum sambil berjalan ke arah
Nyonya Susana, memenuhi panggilannya.

426 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Om mau kemana?” tanya Calsa ketika melihat


Tuan Rahmat keluar dari kamarnya.
“Om mau tidur di kamar tamu,” jawab Tuan Rah-
mat.
“Calsa tidur di sini saja sama Tante,” tambah Tuan
Rahmat. Kemudian keluar setelah melihat anggukan
Calsa.
“Ayo Calsa… tidur sama Tante. Tante ini kan calon
Mama kamu juga,” Nyonya Susana menarik tangan
Calsa.
Calsa menurut saja. Dengan sisa-sisa kesabaran
hatinya, Calsa merebahkan tubuhnya di samping
calon mertuanya. Di kamar Nyonya Susana.
Tuan Rahmat menuju kamar Radit.
“Radit,” ucap Tuan Rahmat sambil membuka pintu
kamar Radit.
Radit tak menghiraukan suara papanya ia tetap
saja sibuk dengan hpnya.
“Dit, kamu dengar Papa enggak?” tanya Tuan
Rahmat
“Ada apa sih Pa?” tanya Radit tanpa menoleh ke
arah papanya.
“Dit, begitu caramu bicara dengan orang tuamu?
Mana rasa homatmu pada Papa? Atau kamu sudah
lupa kalau Papa ini adalah orang tuamu?!” gertak
Tuan Rahmat keras.
Radit hanya diam mendengarnya.

427 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Dit, kamu boleh membenci Papa, kamu boleh


bersikap seperti ini pada Papa, tapi tolong hargai
kehadiran Calsa di rumah ini karena dia juga bagian
anggota keluarga kita. Mengerti kamu?!” ucap Tuan
Rahmat keras. Suaranya nyaring di ruangan.
“Pa, Papa sadar enggak kalau Papa itu selalu saja
menuntut Radit agar Radit menghargai Papa dan
semua yang menjadi keputusan Papa. Sedangkan
Papa tidak pernah menghargai perasaan Radit,
sedikitpun Papa tidak pernah,” bantah Radit lebih
keras.
“Kurang ajar. Berani-beraninya kamu menggugat
Papa seperti itu. Rasa hormatmu kepada Papa yang
sudah menghidupimu ternyata bener-bener sudah
tidak ada,” ucap Tuan Rahmat.
“Terserah, Papa mau ngomong apa, yang penting
Radit akan tetap mencintai Dhara,” ucap Radit,
kemudian pergi meninggalkan papanya dalam
keadaan terbakar api kemarahannya.
“Radit, mau kemana kamu?” tanya Tuan Rahmat
keras.
“Bukan urusan Papa...,” jawab Radit kemudian
pergi.
“Radit, sudah mulai kurang ajar, kamu ya!” teriak
Tuan Rahmat.
Radit tidak menghiraukan teriakan Tuan Rahmat.

428 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Radit, satu langkah kamu berjalan, jangan harap


kamu bisa pulang lagi ke rumah ini!” teriak Tuan
Rahmat keras amarahnya tambah memuncak.
Tapi Radit tidak peduli. Ia terus saja pergi dengan
mobilnya.
“Pa, ada apa?” tanya mama Radit yang keluar dari
kamarnya.
“Radit sudah benar-benar keterlaluan Ma...,” jawab
Tuan Rahmat dengan sisa emosinya yang masih
menyala.
“Pa, papa jangan terlalu keras sama Radit,” tegur
Nyonya Susana.
“Ma, Mama jangan selalu membenarkan semua
perilaku Radit. Semakin hari, kelakuan Radit semakin
keterlaluan. Cinta pembantu murahan itu telah
membuat Radit lupa bahwa papa ini adalah orang
tuanya. Sedikitpun Radit tidak pernah menghormati
Papa,” ucap Tuan Rahmat marah. Emosinya belum
stabil.
“Mama tau hal itu Pa. Dan Mama tidak menya-
lahkan sikap Papa terhadap Radit. Tapi Papa harus
ingat, Radit adalah putra satu-satunya di keluarga kita
dan Radit adalah masa depan keluarga kita,” ucap
Nyonya Susana lembut, berusaha merendahkan
emosi Tuan Rahmat.
“Mama bilang, Radit penerus keluarga kita? Sikap
Radit itu tidak mencerminkan teladan yang baik. Dia

429 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

hanya mencoreng nama baik keluarga kita,” ucap


Tuan Rahmat masih dengan nada marah.
“Pokoknya, Papa tidak akan mengijinkan Radit
pulang ke rumah ini lagi, apapun yang terjadi kecuali
bila ia bisa menerima Calsa dan menikahinya di waktu
yang telah kita sepakati bersama,” setelah berkata,
Tuan Rahmat pergi.
“Ya Allah...,” desah Mama Radit, kemudian kemba-
li ke kamarnya. Langsung tidur di samping Calsa yang
telah tertidur pulas.

***

430 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Sambut Ujian Nasional

“Dit, kapan UN di sekolahmu?” tanya mama Radit


sambil berjalan ke arah Radit yang sedang nonton
TV.
“Semingguan lagi Ma...,” jawab Radit membetulkan
posisi duduknya.
“Gimana? Apa semua persyaratan sudah kamu
penuhi?” tanya Nyonya Susana lagi yang mengambil
alih remot TV. Kemudian merubahnya ke chanel
RCTI. Sinetron Safa dan Marwah tampil di layar kaca.
Radit tampak acuh tak acuh dengan apa yang dil-
akukan mamanya.
“Sebenarnya sudah sih Ma... tapi keuangannya
Radit bayar pake uang mungguan Radit ma...,” jawab
Radit agak ragu.
Mama Radit tampak menganggukkan kepala tanda
mengerti. Kemudian beranjak kekamarnya. Tak lama
kemudian, kembali ke tempat Radit dengan memba-
wa sebuah amplop di tangannya.
“Dit, Mama tahu kamu lebih membutuhkan uang
mingguan itu. Makanya Mama mau ngasih ini buat
bayar keuangan UN kamu,” ucap mama Radit sambil
memberikan amplop di tanganya.

431 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Makasih Ma...,” ucap Radit tersenyum ke arah


mamanya.
“Radit ke atas dulu ya ma...” pamit Radit kemudian
melangkah menuju ke kamarnya.
“Aku tidak mungkin menolak pemberian Mama.
Tapi sebenarnya uang yang kupakai membayar UN
adalah uang hasil penjualan di perusahaan Papa. Dan
Papa tidak tahu hal ini. Jika aku menolak, Mama akan
curiga. Tapi kalau aku terima, buat apa uang ini?”
ucap Radit setelah samoai di kamarnya.
“Dhara.... ya, uang ini akan aku beri buat mem-
bayar UN Dhara dan Dhara tidak perlu tahu hal ini.”
Ide Radit kemudian.

***

Keesokan hari, pagi-pagi sebelum Dhara datang,


Radit sudah berada di ruang guru. Niatnya membayar
UN Dhara dengan uang dari mamanya. Benar-benar
sudah menjadi tekat bulat hatinya. Radit tidak ragu
mengatakan niat baiknya pada salah satu guru yang
menjadi panitia UN, bagian bendahara.
“Radit, Bapak bangga dengan niat kamu. Tapi
apakah ada sesuatu dibalik kebaikanmu?” tanya Pak
TU (Tata Usaha), petugas administrasi. Setelah
mendengar niat Radit untuk membayarkan UN Dhara.

432 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Gak ada apa-apa kok Pak. Aku hanya ingin mem-


bantu Dhara saja. Karena aku dengar, Dhara tidak
akan ikut UN karena tidak bisa membayar persyara-
tannya. Makanya, aku ingin Bapak merahasiakan
tentang ini semua pada Dhara ataupun lainnya.
Karena saya takut Dhara salah sangka pada niatku,”
jawab Radit menjelaskan maksudnya.
Pak TU itu hanya menganggukkan kepalanya saja.
“Baiklah, Bapak terima niat baik kamu dan Bapak
akan merahasiakan semua ini pada siapa pun,” Pak
TU itu berkata sambil menjabat tangan Radit.
“Terima kasih, Pak...,” ucap Radit kemudian keluar
dari ruang TU.
Lega perasaan Radit karena ia bisa membantu
beban orang yang pernah – sampai saat ini masih –
dicintainya. Ia tak mengharap apapun dari kebaikann-
ya itu, kecuali cintanya dapat diterima lagi di hati
Dhara, orang pertama yang ada di hatinya.
Baru beberapa langkah kakinya saja, Radit sudah
berhenti. Ia mendengar seseorang memanggil
namanya. Pastinya orang itu adalah Calsa.
“Dit, boleh ya aku ikut kamu?” ujar Calsa saat
langkahnya menyamai langkah Radit.
“Terserah deh,” tanggap Radit tak acuh.
Calsa tersenyum sambil melangkah di samping
Radit. Menuju kelas.

433 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Pandangan mata Radit dan Dhara bertemu. Sep-


erti sebelumnya, dada Dhara selalu berdegup hebat
jika matanya bertemu dengan mata Radit. Sejenak
Dhara teringat sesuatu.
“Vir, orang bilang kalau dua insan bertatap ada
getaran dari hatinya itu artinya mereka berdua jodoh.”
Kata itulah yang selalu menyelinap masuk ke pikiran
Dhara tiap kali tatapannya bertemu dengan mata
Radit.
Buru-buru Dhara alihkan pandangannya ke arah
Linda. Linda tidak tahu pada sesuatu yang sedang
Dhara alami. Hatinya masih bergetar walau Radit
sudah duduk di bangkunya.
‘Jujur Dit, aku masih mencintaimu,’ mungkin ucap
Dhara dalam hati.
Bola mata Dhara melirik ke arah Calsa dan Radit.
Api cemburunya seperti menemukan kayu bakar
kering siap membakar.
“Vir!” gertak Linda membuyarkan lamunan Dhara.
“Ah, ya Lin” ujar Dhara gugup.
“Hem, ngelamun lagi. Kenapa sih Vir? Kamu pu-
nya masalah?”
Dhara hanya menggeleng sambil membuka buku
yang dipegangnya kemudian diam. Ia membiarkan
Linda mengoceh sendiri. Dhara kembali membaca
buku yang dipegangnya. Linda mengerti pada

434 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

keseriusan Dhara. Hingga Linda hentikan ocehannya


dan diam sambil memainkan hp-nya.
Sudah hampir istirahat tapi tak satupun guru yang
masuk ke kelas 3. Keadaan kelas cukup ramai
bahkan menyaingi pasar mingguan. Tapi semua guru
tak peduli hal ini.
“Vir, aku keluar dulu ya...?” pamit Linda me-
mandang Dhara.
“Mau kemana sih Lin, ini kan belum istirahat?” tan-
ya Dhara tanpa memandang Linda.
“Aku mau ke ruang administrasi. Mau me-
nyelesaikan administrasi UN,” jawab Linda kemudian
pergi.
Dhara menutup buku yang sejak tadi dibacanya. Ia
sempat lupa bahwa UN butuh biaya dan ia sama
belum sekali membayar itu.
‘Aku lupa belum sempat membayar UN,’ mungkin
kata Dhara dalam hati.
Sebuah suara keras yang berasal dari ruang guru
membuat semua murid keluar kelas dengan meng-
gendong tas masing-masing, termasuk juga Dhara.
Karena semua guru mengadakan rapat mengenai
pelaksanan UN mendatang.

***

435 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Vir, aku duluan ya...,” pamit Linda saat melihat


sopir Doni berdiri di depan gerbang sekolah.
“Iya, salam ya buat Doni,” ujar Dhara.
Linda mengangguk sambil melambaikan tangann-
ya. Masuk mobil.
“Vir,” panggil Radit dari dalam mobilnya.
Dhara tak menggubris panggilan itu. Ia terus saja
berjalan.
“Vir, kenapa sih kamu masih seperti ini? Semua
yang kamu dengar itu gak benar, Vir!” teriak Radit
yang masih tak digubris oleh Dhara.
“Dhara!” panggil Radit yang kemudian turun di
depan Dhara. Dhara memandang Radit tajam.
“Aku tak mau mengganggu hubungan kalian,” ujar
Dhara menghentikan langkahnya.
“Vir, aku mencintalmu, bukan Calsa. Dan aku janji
pernikahan itu tidak akan pernah terjadi, sumpah...!”
ucap Radit meyakinkan.
Dhara tahu itu. Tapi sebagai wanita miskin yang
pernah menerima uluran tangan baik dari keluarga
Calsa, ia tidak mau menghancurkan kebahagiaan
Calsa.
“Dit, aku mohon jangan pernah kamu gagalkan
pernikahan itu. Apapun yang terjadi kamu harus tetap
menikah dengan Non Calsa. Karena semuanya tidak
akan pernah menjadi seperti yang kamu inginkan.

436 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Keluarga Non Calsa terlalu baik untuk aku hianati.


Nyonya Marina telah banyak membantu dalam
kehidupanku. Maaf, aku harus pergi.” Setelah berkata
Dhara pergi menunggalkan Radit yang tak kuasa
mengejarnya lagi.
‘Aku bejanji Vir, aku akan menikah tapi bukan
dengan Calsa. Aku akan menikah denganmu! Apapun
yang terjadi,’ mungkin ucap Radit dalam hati.
Kemudian melajukan mobilnya kembali. Pulang ke
rumahnya.

***

437 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Suster Helena

Sudah lama Dokter Adnan tidak menghubungi


Nyonya Marina. Selama itu pula, Nyonya Marina
resah, hidup dalam ketidakpastian. Apa dokter tidak
menepati janji? Atau lupa?
Nyonya Marina sudah mulai tidak peduli lagi pada
penampilan dan kecantikannya. Yang ada
dipikirannya adalah “baju kuning” yang dipakai Dhara
tersenyum manis di pigura kusam saat kampungnya.
“Ma….”
Calsa masuk dan menghampiri Nyonya Marina
yang terbaring di tempat tidur.
“Ada apa Cal?” tanya Nyonya Marina yang masih
tetap berbaring.
“Mama nggak makan?” tanya Calsa sambil meng-
hampiri Nyonya Marina dan duduk di dekatnya.
“Mama nggak lapar sayang…,” jawab Nyonya Ma-
rina berbalik memandang Calsa.
“Mama menangis…?” Calsa meraba pipi maman-
ya.
Nyonya Marina hanya menggeleng.
“Mama bohong….” Calsa merasa aneh.

438 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Ma, sekarang ini, Calsa merasa aneh dengan


sikap Mama… Ada apa Ma?” tanya Calsa heran.
“Mama nggak apa-apa sayang. Mama hanya
kecapean aja. Kan sekarang nggak ada Bik Imah.
Jadinya, Mama semua yang melakukan pekerjaan
rumah… Mama minta maaf ya sayang jika udah buat
kamu cemas selama ini…,” Nyonya Marina membelai
rambut Calsa.
Calsa hanya diam. Kemudian menganggukkan
kepalanya.

***

‘Kriiiiiiiiiiing!’
Telepon di ruang tamu tempat tinggal Nyonya Ma-
rina berdering keras. Nyonya Marina yang kebetulan
saat itu menyapu ruang tamu, langsung mengangkat
telfonnya.
“Hallo…” Suara Nyonya Marina masih terdengar
agak sedikit serak.
“Saya Dokter Adnan. Bisa bicara dengan Mari-
na…?” ucap penelepon dari seberang.
“Ya, saya sendiri. Apa Dokter sudah kembali ke
rumah sakit?” tanya Nyonya Marina senang.
“Sudah. Dan Anda bisa datang menemui saya
selepas jam istirahat. Maaf, saya baru ingat dengan
kartu nama yang Anda berikan pada saya…,” ujar

439 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Dokter Adnan sebelum menutup teleponnya tanpa


salam.
“Uhh…,” desah Nyonya Marina dan tertegun.
“Siapa yang nelpon Ma?” tanya Tuan Taufik yang
berjalan menuju pintu depan sambil membawa
kopernya.
“Dokter Adnan Pa…,” jawab Nyonya Marina sambil
meletakkan gagang telepon, kembali ke tempatnya.
“Dokter Adnan?” Tuan Taufik menghentikan
langkahnya. Menoleh ke arah istrinya.
“Dokter yang membantu persalinan Mama belasan
tahun yang lalu Pa…,” Nyonya Marina menjawab
untuk menghilangkan rasa heran suaminya sebelum
suaminya bertanya lebih lanjut.
“Ma, Ma, sampai kapan Mama akan menyiksa diri
Mama dengan baju kuning yang Mama maksudkan
itu?” Tuan Taufik kembali melangkah kemudian
masuk ke dalam mobil. Lanjut, tancap gas.
Calsa yang mendengar pembicaraan orang tuanya
menjadi semakin tidak mengerti. Merasa curiga
dengan tingkah dan sikap mamanya yang sudah
beberapa hari ini terlihat aneh.
“Sepertinya ada yang Mama dan Papa sembunyi-
kan dariku. Aku harus cari tahu…,” gumam Calsa
sambil menaiki tangga, menuju ke kamarnya.
“Sayang…!” Teriak Nyonya Marina memanggil
Calsa.

440 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Calsa tidak menyahut. Pikirannya masih terpacu


pada percakapan orang tuanya yang seperti sengaja
disembunyikan dari dirinya.
“Cal…,” Nyonya Marina membuka pintu kamar
Calsa.
Calsa hanya melihatnya dengan sudut mata in-
dahnya.
“Sayang…, ternyata di sini. Mama panggil kok
nggak jawab-jawab…,” Nyonya Marina mengambil
handuk di atas kasur Calsa kemudian menggan-
tungnya di kamar mandi.
“Kenapa?” tanya Nyonya Marina kemudian.
“Nggak denger, Ma,” jawab Calsa berbohong.
“Oh…. Eh, Calsa, sekarang jadwal les piano, ke-
napa belum siap-siap?” tanya Nyonya Marina sambil
membereskan meja rias Calsa.
“Calsa males Ma…,” jawab Calsa sambil
merebahkan tubuh di atas kasur.
“Kok tumben? Kenapa?”
Nyonya Marina menghampiri putrinya.
“Sekarang putri Mama kok pemalas? Ada apa?
Cerita ke Mama….” Nyonya Marina merebahkan
tubuhnya di samping Calsa.
“Nggak ada apa Ma… Calsa cuma males aja. La-
gian kalau yang ngajar datang, Calsa mau dihubungi
sama beky…,” jawab Calsa.

441 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Ya udah, Calsa istirahat saja ya… Mama mau ke


kamar….” Setelah berkata, Nyonya Marina keluar dari
kamar Calsa.
Calsa memejamkan mata. Tidur.

***

Ketika jam istirahat Dokter Adnan, Nyonya Marina


telah duduk di ruang Dokter Adnan. Hatinya berdebar
penuh tanya. Kabar apa yang akan ia dengar dari
dokter yang masih tampan di usia yang sudah lewat
40 tahun itu?
“Selamat siang….”
Dokter Adnan masuk ruangan dan menyalami
Nyonya Marina.
“Silakan duduk kembali” ujar Dokter Adnan mem-
persilakan.
Nyonya Marina duduk menghadap Dokter Adnan.
Dadanya masih berdebar dan bertanya-tanya.
“Sebelumnya, saya sangat minta maaf jika lewat
telepon kemarin, saya mengganggu Anda. Akhirnya
Anda harus meluangkan waktunya untuk saya dan
datang ke rumah sakit ini…,” ucap Dokter Adnan
setelah Nyonya Marina kembali duduk di kursi dan
seperti posisi yang tadi.
“Nggak apa-apa Dok. Malah saya yang sangat
berterima kasih banyak karena Dokter masih mau

442 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

membantu saya dalam masalah ini,” jawab Nyonya


Marina dengan sedikit senyum.
“Ok! Kalau begitu, saya langsung saja pada pokok
permasalahan. Maaf sebelumnya, karena saya benar-
benar tidak tahu perihal permasalahan yang terjadi.”
Nyonya Marina hanya mengangguk kemudian
menarik nafasnya. Panjang dan berat.
“Awalnya, saya bertemu dengan seorang gadis.
Dia adalah anak dari bekas pembantu saya Dok.
Saya mampir ke rumahnya. Dan di sana saya melihat
ada foto seorang bayi memakai baju kuning berlogo C
kecil. Dan saat itu, saya teringat bahwa bayi saya juga
memakaikan baju kuning persis foto itu.
“Saya merasa, selama ini tidak pernah melihat
baju kuning jenis tersebut di semua album foto putri
saya, Dokter. Dulu saya tidak memperhatikan hal
spele ini karena masih gembira atas kelahiran anak
saya.
“Anehnya, saya yang membeli, bayi kami
mengenakan baju kuning tersebut yang baru saya
lahirkan, tapi kenapa justru bayi orang lain yang
memakainya? Hal itu yang membuat saya heran,
Dokter,” ujar Nyonya Marina panjang lebar.
Dokter Adnan hanya mengangguk-anggukkan
kepala ketika mendengar cerita Nyonya Marina.
“Masalah ini memang tidak bisa kita anggap
remeh. Dilihat dari usianya, Anda sudah belasan

443 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

tahun yang lalu melahirkan. Jika dikuak saat ini tentu


itu akan memakan waktu yang panjang. Dalam
memutuskan masalah seperti ini kita tidak boleh
gegabah. Tapi, apa mungkin Anda terlupa atau apa
mungkin justru dokter yang salah.?
“Saya sendiri juga tidak bisa langsung mengatakan
apapun sebelum ada bukti-bukti nyata. Karena saya
sendiri tahu, saat itu ada beberapa suster yang
membantu persalinan Anda. Bukan hanya saya,” ujar
Dokter Adnan kemudian mendesah.
“Dokter, tolonglah. Saya tidak mau kesalahan ini
terlanjur lebih lama lagi.”
Nyonya Marina mulai menitikkan air mata.
Dokter Adnan merasa tidak nyaman.
“Sebagai orang yang terlibat dalam problem ini,
saya pasti membantu Anda. Hanya saja, yang bisa
kita lakukan saat ini hanyalah melakukan tes DNA
pada putri Anda, juga putri bekas pembantu Anda itu.
Karena mungkin saja mereka salah atau tertukar
waktu dibersihkan darahnya. Bagaimana jika menurut
Anda?” Dokter Adnan mengakhiri ceritanya dengan
sebuah pertanyaan yang sulit dijawab oleh Nyonya
Marina.
“Menurut saya pun demikian. Hal itu bukan ide
yang buruk. Tapi saya tidak mau membuat putri saya
curiga sebelum semuanya jelas dan terbukti, Dokter.”

444 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Nyonya Marina mengusap air mata dengan tisu yang


sudah ada di tangannya.
“Saya mengerti maksud Anda. Tapi, hanya itu jalan
satu-satunya. Jika tidak, kita harus bertemu dengan
para suster yang membantu persalinan itu. Sekarang,
justru mereka sudah banyak yang pindah tugas dari
rumah sakit ini.”
Dokter Adnan memegang kepalanya dengan
kedua tangan.
Nyonya Marina hanya diam sambil terus mengu-
sap air mata yang sudah membasahi tisu di tangann-
ya.
“Begini saja, mungkin nanti saya akan mencari
tahu data-data tentang suster siapa saja yang sudah
pindah bertugas. Nanti saya hubungi Anda lagi.
Bagaimana?” Dokter Adnan memandang iba pada
pasien belasan tahun yang lalu, yang kini ada di
hadapannya itu.
“Terima kasih Dokter.”
“Ya sudah Bu… Ibu pulang dulu.”
“Saya permisi dulu….”
Nyonya Marina berlalu dari hadapan Dokter Adnan
dengan kegelisahan yang masih tak berujung.
Pulang dari rumah sakit, Nyonya Marina menemui
Dhara di rumahnya. Ia ingin benar-benar memastikan
kalau baju kuning yang membalut tubuh Dhara itu

445 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

adalah baju yang ia beli 3 hari sebelum kelahiran putri


pertamanya. Calsa.

***

“Nyonya…!”
Bik Imah, bunda Dhara terkejut ketika membuka
pintu rumahnya.
“Mari silakan masuk Nya… Maaf saya tadi ada di
belakang, cuci pakaian. Jadinya, gak dengar kalau
ada yang ketok pintu…,” ujar Bik Imah sambil mera-
pikan taplak meja.
“Nggak apa-apa Bik. Saya dari rumah sakit.
Kebetulan lewat jalan di depan. Jadinya mampir…,”
ucap Nyonya Marina yang langsung membuat Bik
Imah menghentikan pekerjaannya.
“Nyonya sakit?” tanya Bik Imah kemudian.
“Oh nggak Bik. Cuman jenguk teman ke rumah
sakit. Bukan saya kok…,” jawab Nyonya Marina
gugup.
“Kok sepi? Dhara kemana?” tanya Nyonya Marina
mengalihkan pembicaraannya.
“Oh Dhara…. Dia masih ngantarkan baju-baju
tetangga yang dicucinya. Udah 4 hari ini, Dhara
bekerja sebagai tukang cuci. Dia mencuci baju-baju
tetangga, menyetrikanya, lalu mengantarkannya
sebelum pemiliknya menjemput.

446 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Maklumlah Nya, hasil kerja saya sebagai tukang


jahit baju pesanan hanya cukup untuk makan sehari-
hari. Sedangkan, kebutuhan kita semakin menanjak,”
ujar Bik Imah bercerita yang langsung membuat air
Nyonya Marina kembali berkaca-kaca.
‘Ya Tuhan… jika memang Dhara adalah putriku
yang sebenarnya, maka aku tidak akan pernah
memaafkn diriku karena sudah membuatnya terlantar
dan menjalani kehidupan yang serumit ini…,’ mungkin
ucap Nyonya Marina dalam hatinya.
Mata Nyonya Marina menatap tidak berkedip pada
foto bayi berbaju kuning yang menggeliat manis di
tangan Bik Imah.
Beberapa menit berbincang-bincang.
“Assalamualaikum, Bunda…!” Dhara datang dan
langsung masuk setelah mengucapkan salam.
“Itu Dhara sudah datang. Dia memang suka berte-
riak jika pulang dapat bayaran dari pekerjaannya…
Mari Nya, silakan diminum tehnya…,” Bik Imah
mempersilakan.
“Tante, Udah dari tadi…?” Dhara langsung menci-
um tangan majikan bundanya.
“Lumayan…,” jawab Nyonya Marina gugup. Ia tid-
ak sanggup menatap mata Dhara. Sinar matanya
seakan berkata kalau memang Dhara lah putri
kandungnya.

447 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Tante….” Dhara melambai-lambaikan tangannya


di depan wajah Nyonya Marina.
“Eehh…, maaf,” ucap Nyonya Marina kemudian
langsung minum teh panas dihadapannya.
“Aauuuu…,” berkata kaget Nyonya Marina ketika
bibir gelas berisi teh panas itu menyentuh bibir pink-
nya.
Dhara langsung mengambil gelas yang ada di tan-
gan Nyonya Marina dan meletakkannya kembali ke
meja.
‘…bahkan Calsa yang selama ini mendapatkan
kasih sayangku, tidak pernah sebegitu pedulinya
terhadapku. Ya Tuhan… ampunilah aku…,’ mungkin
ucap Nyonya Marina dalam hati. Ada bendungan
yang sengaja tak dialirkan di kelopak matanya.
Bik Imah yang datang mengambil serbet (lap) di
dapur, langsung menglap meja kayu yang sedikit
basah karena tumpahan teh tadi.
“Aduh…, maaf, jadi ngerepotin,” kata Nyonya Ma-
rina kemudian.
“Saya minta maaf Nya. Seharusnya buat tehnya
dicamur air dingin…,” Bik Imah langsung membawa
segelas teh – yang separuh isinya tumpah – ke dapur.
“Pasti panas ya, Tante… Maafkan Bunda Dhara
ya…,” ucap Dhara.
“Nggak apa-apa Vir, makasih…”

448 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Dhara hanya tersenyum sambil meletakkan han-


duknya kembali.
“Bik, saya permisi dulu…,” pamit Nyonya Marina
kemudian sambil beranjak dari duduknya.
“Kok buru-buru…,” Bik Imah datang tergopoh-
gopoh dari dapur.
“Sudah jam pulang sekolah, Bik. Takutnya Calsa
panik nungguin saya,” ucap Nyonya Marina sambil
mencium tangan Bik Imah.
Memang, walau Bik Imah adalah pembantu
Nyonya Marina, tapi usianya yang lebih tua darinya
membuatnya selalu mencium tangannya.
“Vir, Tante pulang ya…” Nyonya Marina mengelus
lembut rambut Dhara.
Lagi-lagi debaran itu. Jantung Nyonya Marina
berdebar hebat tiap kali di dekat Dhara. Membuatnya
semakin yakin bahwa sesuatu musibah telah men-
impanya di masa lalu.
Dengan hati yang masih dipenuhi tanda tanya be-
sar, Nyonya Marina kembali melajukan mobilnya
kembali. Pulang.
***

“Tumben Mama baru pulang!” teriak Calsa yang


berada di serambi kamarnya di lantai dua. Ia merasa
heran melihat Nyonya Marina yang baru pulang.

449 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Nyonya Marina serasa enggan bersuara ketika


sudah memasuki rumah. Ia langsung menuju ke
kamarnya.
“Ma…!” teriak Calsa dari depan pintu kamarnya. Ia
berjalan menuju kamar mamahnya.
“Ma.. Calsa boleh masuk?”
“Masuk! Mama lagi di kamar mandi…!” teriak
Nyonya Marina dari dalam kamar mandinya.
Calsa membuka pintu perlahan. Ia masuk dan
langsung duduk di kasur mamanya.
“Hei… udah dari tadi pulang sekolah?” tanya
Nyonya Marina yang baru keluar dari kamar man-
dinya.
Calsa hanya mengangguk kemudian merebahkan
tubuhnya ke kasur tempat tidur mamanya.
“Ada apa sayang…,” tanya Nyonya Marina sambil
membuka lemari, mengambil baju salinannya.
“Mama dari mana saja? Dari tadi pagi kok baru
pulang?” tanya Calsa sambil membuka majalah yang
dari tadi hanya dipegangnya.
“Dari rumah temen Mama. Kebetulan ada akseso-
ris baru dan murah. Mama diundang ke rumahnya.
Kemudian, ban mobil Mama pecah. Biasa, rumah
temen Mama itu kan agak masuk sedikit, jalannya
juga terjal. Makanya, ban mobil Mama sampai pecah.
Mobil Mama bawa ke bengkel dulu. Tahu nggak akan

450 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

sampai besok, Mama tunggu sampai selesai ganti


ban. Makanya lama.
“Kenapa? Calsa khawatir ya sama Mama…?” goda
Nyonya Marina sambil mengacak-acak rambut Calsa.
“Belakangan ini Mama sangat aneh deh...,” ucap
Calsa sambil memeluk Nyonya Marina dari belakang.
“Aneh gimana maksud Calsa?” Nyonya Marina
mengernyitkan alisnya. Dadanya kembali berdebar. Ia
takut Calsa tahu sebelum ada bukti. Ia juga takut
Calsa curiga dengan sikap ragunya selama ini dengan
identitas Calsa.
“Nggak apa-apa kok sayang. Mama baik-baik saja.
Mungkin itu semua karena Calsa terlalu sayang sama
Mama. Makanya, bilang sikap Mama aneh. Udah
makan?” Nyonya Marina mengalihkan pembicaraann-
ya.
“Nunggu Mama.”
“Ya udah, makan bareng Mama yuk…”
Nyonya Marina merangkul putrinya, berjalan
menuju meja makan. Makan siang.

***

“Bundaaaaaaaaa…!”
Dhara terbangun dari tidurnya. Ia baru saja mimpi
buruk. Mimpi tentang bunda tercintanya. Dalam mimpi
itu, sangat jelas sekali kalau bundanya melepaskan

451 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

genggaman tangan Dhara demi menyambut tangan


seorang gadis yang datang secara tiba-tiba. Dhara
tidak tahu siapa gadis itu. Yang Dhara tahu, bundanya
meninggalkannya dengan kejam, pergi dengan gadis
yang baru datang tersebut. Dan sekali lagi, wajah
gadis itu tidak jelas dalam mimpi Dhara.
“Heeg, heeeg,” nafas Dhara naik turun mengingat
mimpi yang baru saja datang ke dalam tidurnya.
“Masya Allah… Dhara, ada apa Nak?” Bik Imah
langsung berlari menuju kamar Dhara yang terletak di
samping kiri ketika mendengar Dhara menjerit hister-
is.
“Bunda…!” Dhara langsung memeluk bundanya.
“Ada apa?” tanya Bik imah khawatir.
Dhara yang masih tampak sock tidak menjawab
pertanyaan bundanya.
Bunda Dhara mengambilkan minum.
“Ini, minum dulu…!” Bik Imah memberikan segelas
air ke tangan Dhara.
Dhara langsung meminum air pemberian bundan-
ya sampai habis. Ia berharap mimpi buruk tadi tidak
akan menjadi kenyataan.
“Tidur lagi, Vir. Ini masih jam satu kurang…”
Bik Imah menyelimuti tubuh Dhara yang sudah
kembali berbaring setelah meneguk segelas air tadi.

452 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Bunda.. tidur di sini sama Dhara… Dhara takut,”


cegah Dhara ketika Bik Imah akan melangkah keluar
dari kamar Dhara.
Bik Imah hanya mengangguk, kemudian
merebahkan tubuhnya di samping putrinya. Dhara
tetap merasa tidak tenang walau bundanya kini
memenuhi permintaannya untuk tidur bersama di
kamarnya. Ia merasa, mimpi itu seakan-akan nyata.
Karena ia yakin saat bermimpi tadi belum sepenuhnya
tidur.
“Heeeeh…,” Dhara mendesah. ‘Ada apa dengan
firasat mimpiku?’ mungkin ucap Dhara dalam hatinya.
Tangan Dhara memeluk tubuh bundanya yang
sudah tertidur nyenyak memakai selimut tipis. Dhara
tidak mau mimpi buruk itu datang lagi dan mengusik
ketenangan hidupnya.
Ketika matahari mulai menaburkan senyumnya
yang hangat, Dhara sudah berada di sekolah. Siang
ini, ia akan pulang terlambat karena harus menjenguk
Linda ke rumah sakit.
Perjumpaan kemudian.
“Hei, udah bisa tertawa lagi ya rupanya….” Dhara
langsung nyelonong masuk ke ruang Mawar No.11.
Doni pun sedang berada di rumah sakit ini. Di
kamar ini, hanya mereka berdua. Dhara menyenggol
lengan Linda, menggodanya.

453 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Hem, hem, lagi sakit, apa lagi kasmaran nih…?


Sampai bela-belain bolos sekolah 2 hari….”
Dhara mengupas jeruk kemudian memakannya.
Linda hanya diam melihat sahabatnya.
“Vir… hari ini aku sudah boleh pulang…,” ucap
Linda sambil duduk, menyandarkan punggungnya ke
bantal yang biasa menjadi alas kepalanya.
“Kok cepat banget?”
Dhara menghentikan kunyahannya. Diletakkan
separuh jeruk yang masih ada kulitnya.
“Kenapa? Nggak suka ya denger aku sembuh?”
Linda berlagak kesel.
Dhara mau menarik dagu Linda, tapi secepat kilat
Linda menepis tangan Dhara.
Doni, semenjak kedatangan Dhara, langsung
pamit keluar sebentar. Mungkin agar mereka leluasa
bercanda-ria. Mungkin pertemuannya yang tertunda
selama 2 hari ini, membuat mereka rindu.
Jam setengah empat, Dhara pamit pulang. Lagi
pula, saat ini orang tua Linda datang menjenguk.
Entah, sudah yang ke berapa kalinya.

***

Pagi ini, meski mentari memberi kehangatan sep-


erti hari-hari biasanya, namun tetap saja hawa dingin
membuat siswa-siswi yang berderet rapi di ruangan,

454 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

diam tidak berkutik. Mereka juga tidak berani menoleh


ke kanan dan ke kiri, apalagi ke belakang. Pengawas
yang duduk di depan tidak pernah lepas memandang
seluruh peserta dengan seksama. Seperti seekor
bunglon yang sangat hati-hati merubah warnanya
ketika berusaha menghindar dari musuh.
Tet! Tettttt! Teeettt!
Bel berbunyi pertanda waktu pengumpulan lembar
jawaban tinggal 5 menit lagi. Sebagian murid yang
sudah selesai mengerjakan soal, keluar ruangan.
Sedangkan lembar jawabannya ditinggalkan di
masing-masing meja.
Namun, begitu sampai di luar, semuanya bernafas
lega. Hari ini adalah hari terakhir mereka ujian. Besok
merupakan hari tenang bagi mereka meski tetap
dengan dada dag dig dug menunggu hasilnya.
Dinyatakan lulus atau bahkan tidak.
“Vir, entar pulang bareng aku ya…,” ajak Linda
sambil berjalan menuju parkiran.
“Memangnya, Doni nggak jemput tah?” tanya
Dhara yang berjalan berdampingan.
“Jemput,” jawab Linda singkat sambil melihat jam
di pergelangan tangannya.
Bersamaan dengan itu, Doni datang dengan mobil
hitam yang mengkilat.
“Tuh Doni… yuk!” Linda menarik lengan Dhara,
masuk mobil.

455 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Hari terakhir ujian, jalan-jalan yuk, sekalian refres-


ing,” ucap Doni melirik Linda yang duduk di
sampingnya.
Linda mengangguk tanda setuju. Kemudian me-
noleh kebelakang, ke Dhara. Dhara hanya tersenyum.
Kemudian Doni langsung belok arah, ke kafe.
Beberaa menit kemudian…
“Kalian sering datang ke tempat ini ya?” tanya
Dhara ketika kakinya menginjak lantai keramik merah
jambu di kafe sebelah barat jalan.
Kafe ini tempat langganan Linda dan Doni jika
hanya untuk sekedar menghilangkan sumpek. Linda
hanya mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan
Dhara, kemudian melangkah masuk. Doni berjalan di
belakangnya.
“Pesan apa?” Seorang pelayan kafe datang dan
menyodorkan daftar menu minuman serta makanan
ringan.
Linda menerima dan langsung membolak-balik
bingung, memilih satu menu yang amat disukainya.
“Aku minum kopi pakai soda sama susu dan 1 stik
kentang rasa balado,” ucap Linda.
Pelayan yang gagah dengan dasi hitam itu dengan
cepat menulis pesanan menu yang keluar dari mulut
Linda.
“Udah itu aja…,” ucap Linda sambil memberikan
kembali daftar menu yang tadi diterimanya.

456 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Ok…! Mas pesan apa?” Pelayan itu beralih ke


arah doni.
Doni juga masih sibuk memilih yang akan di-
pesannya.
“Minuman apa aja, yang penting rasa jeruk dan
bersoda,” Akhirnya Doni menentukan menunya.
“Kalau Mbak yang satu lagi, pesan apa?” Dhara
juga dapat pertanyaan yang sama dari pelayan yang
ramahnya seperti di buat-buat itu.
“Aku kopi susu aja…,” jawab Dhara singkat.
Merasa cukup dan selesai, pelayan itu langsung
berjalan menuju dapur kembali tanpa menghiraukan
panggilan pengunjung yang baru datang.
Tidak lama setelah kepergian pelayan itu, datang
lagi seorang pelayan dengan pakaian yang sama
namun barang yang dibawa di tangannya berbeda.
Jika pelayan yang tadi membawa daftar menu
lengkap dengan penanya, maka pelayan yang datang
ini membawa kereta barang dorong yang di dalamnya
berisi nampan besar: 3 gelas minuman dan 1 stik
kentang rasa balado. Pelayan itu berhenti tepat di
samping Dhara. Kemudian meletakkan semua barang
yang dibawanya ke meja yang bertuliskan nomor 15
itu.
“Silakan!” ucap pelayan, kemudian berlalu.
“Vir, abis ini, ke mall yuk,” Linda mengunyah sedi-
kit stik kentang dihapannya.

457 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Kamu mau belanja apa?” tanya Dhara sebelum


menjawab.
“Kalau ditanya mau belanja apa, pastinya banyak
sekali kebutuhanku. Tapi, belum ada uang, hehehe…”
Dhara hanya geleng-geleng kepalanya.
Doni tampak asyik dengan koran yang baru dibel-
inya di lampu merah pertama, sebelum masuk ke
kawasan kafe tersebut. Untungnya, ada Dhara. Jadi,
Linda tidak kesepian karena ada teman bicaranya.

***

“Dit,” panggil Nyonya Susana ketika melihat Radit


yang baru datang.
“Ada apa Ma…?” Radit menoleh ke asal suara
yang memanggilnya. Kakinya yang sudah mencapai
separuh tangga, kembali meniti cepat. Turun.
“Bagaimana ujiannya, sayang…?” tanya Nyonya
Susana, sambil meletakkan majalah yang sudah
ditutupnya.
“Biasa aja Ma…,” jawab Radit sambil duduk di
samping mamanya.
“Kan sekarang hari terakhir…” Nyonya Susana
menepuk paha Radit.
“Biasa-biasa tuh…,” jawab Radit sambil me-
masang hetset ke telinganya, kemuidian menekan

458 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

tombol play di layar hp Blackbarry yang baru kemarin


di beli di toko Maju Jaya.
“Ya udah Ma, Radit ke kamar dulu. Mau istirahat,”
Radit langsung berjalan menuju kamarnya.
Anak tangga yang sudah biasa jadi jalan yang
menghubungkan lantai atas dan bawah, kini dibalut
dengan karpet hijau, sudah 3 hari yang lalu.
Radit langsung menghempaskan tubuhnya begitu
ia sampai di kamarnya. Rasa penat dan capek yang
sudah tiap hari dirasakannya, masih Radit rasakan
meski ia sudah menggeliat panjang dikasurnya.
Bayangan wajah Dhara kembali hadir. Gadis yang
sampai saat ini masih dicintainya itu, tidak pernah lagi
menghiraukan panggilannya. Dimana pun.
Radit memejamkan mata, berusaha membuang
bayangan itu. Ia tahu, ia tidak akan pernah bisa lepas
dari takdir orang tuanya. Orang tua yang selalu
mengatasnamakan keturunan ningrat dari segala
yang Radit lakukan. Lama Radit memejamkan mata,
bukan ketenangan yang dirasakannya, namun
bayangan gadis yang pernah menamparnya itu masih
saja terus mengelebat di matanya.
“Dhara…,” kata Radit berat tanpa membuka
matanya.
Bayangan Dhara semakin nyata. Hingga Radit
terpaksa membuka matanya ketika pintu kamar di
ketuk orang. Dan bayangan itupun sirna seketika.

459 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Masuk…!” teriak Radit yang masih tetap terbaring


di kasurnya.
Kekuatan Radit untuk bangun dan membuka pintu
seakan ikut sirna bersama sirnanya bayangan Dhara.
“Hai….” Pengetuk pintu itu masuk dan langsung
membuat Radit terperanjak bangun dari baringannya.
“Calsa…!” ucap Radit terkejut.
Orang yang disebut namanya oleh Radit hanya
senyum-senyum saja melihat keadaan Radit.
“Ngapaen ke kamarku…?” Radit sudah berdiri di
dekat Calsa.
Namun Calsa terus saja duduk di pinggir kasur,
tanpa merasa bersalah. Pastinya, Radit tidak
menginginkannya.
“Kan tadi disuruh masuk. Sekarang kok malah
ngomong gitu….” Calsa tersenyum karena telah
berhasil membuat Radit kikuk.
Radit hanya mendesah kesal.
“Ok… aku memang menyuruh masuk. Tetapi jika
aku tahu itu kamu, jangankan nyuruh masuk, menja-
wab ketukanmu saja aku nggak sudi…!” teriak Radit
kemudian.
Kedua mata gadis itu terdiam sejenak. Ada raut
sedih. Radit tidak peduli padanya. Gadis itu berlari
keluar dari kamar Radit. Keluar. Dan entah apa yang
terjadi selanjutnya. Yang Radit tahu, setelah itu

460 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

terdengar suara deru mobil meninggalkan halaman


rumahnya.

***

Seperti biasa, Nyonya Marina mengunjungi Dokter


Adnan di ruangannya saat waktu istirahat.
Dokter Adnan yang sudah tahu pasti kedatangan
Nyonya Marina, sudah menyiapkan berkas-berkas
rumah sakit untuk mencari tahu suster yang ikut
membantu pesalinan wanita – yang masih kelihatan
cantik itu – yang kini duduk resah dihadapannya. Ia di
damping pegawai yang bekerja di sini. Lalu mencoba
mencari-cari.
“Apakah dokter ingat sesuatu?” tanya Nyonya Ma-
rina ketika melihat dokter.
“Suster Helena…,” ujarnya kemudian.
Nyonya Marina mengernyitkan dahinya mendengar
penuturan dokter tersebut. Ia merasa tidak pernah
mendengar nama suster itu kecuali hari ini.
“Saya yakin, dia salah satu yang ikut membantu
persalinan Anda…,” ucap Dokter Adnan beralih
memandang wanita beranak satu itu.
“Saya merasa baru sekarang mendengar naman-
ya, Dokter,” Nyonya Marina mengungkapkan ke-
heranannya.
Dokter Adnan itu hanya mengangguk-angguk.

461 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Dia tergolong suster yang rajin bekerja dan tidak


banyak bicara. Dan 4 hari setelah Anda selesai
melahirkan, Suster Helena pulang kampung karena
mendadak dapat telepon dari keluarganya. Dan
setelah itu, kami tidak pernah lagi mendengar kabarn-
ya. Itupun tanpa suatu kejelasan, apakah dia sudah
benar-benar akan berhenti bekerja di sini atau tidak.
“Jika boleh saya sarankan, baiknya Anda bicara-
kan masalah serius ini dengan suami Anda. Karena
emmm… maaf saja, saya melihat hanya Anda yang
ingin mencari kebenaran putri Anda itu. Apa suami
Anda tidak ingin ikut membantu? Atau hanya sekedar
apa gitu?” kata pegawai tegas yang sudah belasan
tahun bekerja mengurusi administrasi.
Pegawai rumah sakit benar-benar membuat
Nyonya Marina bungkan seribu bahasa. Tidak mung-
kin ia katakan. Sebenarnya, suaminya itu sangat tidak
setuju dengan pencarian ini. Suaminya memang tidak
suka dengan Dhara.
“Baik Pak, saya akan coba bicara dengan suami
saya. Mungkin nanti setelah saya pulang dari rumah
sakit ini…,” ucap Nyonya Marina kemudian.
Di wajah Nyonya Marina yang masih terlihat cantik,
jelas sekali kegelisahan yang kini merundungnya.
“Kalau begitu, saya permisi dulu….”
Nyonya Marina pergi pulang setelah Dokter Adnan
dan pegawai rumah sakit menjabat tangannya. Dokter

462 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

dan pegawan itu hanya bisa memandang iba dengan


apa yang terjadi pada pasiennya, belasan tahun yang
lalu. Kaca mata minsnya ia lepas kemudian mengha-
pus setitik bening yang hampir jatuh membasahi buku
dokumen dihadapannya.

***
“Saya mau bertemu pimpinan perusahaan…”
Nyonya Marina mendatangi resepsionis perusahaan
suaminya.
“Mari Bu…, silakan.” Petugas itu mengantar me-
langkah ke ruangan Tuan Taufik.
Nyonya Marina mengikuti dari belakang.
Tok tok tok…
“Masuk!” teriak Tuan Taufik dari dalam.
“Mari silakan masuk, Bu… Kebetulan Bapak ada di
dalam…,” sekretaris itu membukakan pintu, kemudian
berlalu.
Nyonya Marina masuk dan menutup pintunya
kembali.
“Mama…”
Tuan Taufik menghampiri istrinya yang memilih
duduk di sofa dekat jendela kaca.
“Ma… ada apa?” Tuan Taufik merangkul istrinya.
Nyonya Marina memandang harap-harap cemas,
karena tidak biasa istrinya datang ke kantor menemui
suaminya.

463 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Pa, Mama ingin bicara serius dengan Papa…,”


ucap Nyonya Marina terbata.
“Tentang baju kuning itu? Ma… sudahlah, ini han-
ya akan membuat kita sibuk. Hanya akan membuang
waktu kita dengan percuma. Papa malas jika Mama
terus-terusan seperti ini. Calsa itu putri kita Ma. Dia
putri kita satu-satunya….” kata Tuan Taufik marah.
Nyonya Marina hanya diam, hanya isak tangisnya
yang tedengar.
“Jika jauh-jauh Mama datang menemui Papa, un-
tuk hal ini, Papa kecewa!” lanjut Tuan Taufik. Uca-
pannya terhenti ketika HP Nyonya Marina berbunyi.
Setelah melihat siapa yang menelfon, Nyonya Ma-
rina langasung mengangkatnya.
“Halo…,” ucap Nyonya Marina menjawab tele-
ponnya.
“Ya... bisa Dokter bacakan alamatnya? Baik saya
tulis…,” kemudian Nyonya Marina pun menulis tiap
kata yang keluar dari mulut Dokter Adnan.
“Terima kasih dokter…,” ucap Nyonya Marina
kemudian mengakhiri panggilannya.
“Siapa yang menelepon, Ma….?” tanya Tuan Tau-
fik yang sebenarnya sudah tahu siapa yang menele-
pon.
“Dokter Adnan, Pa…” jawab Nyonya Marina sambil
menekan nomor yang baru menghubunginya,
kemudian menekan tombol save in phone book.

464 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Nyonya Marina menyimpan nomor tersebut di kon-


tak HP-nya.
“Dokter Adnan memberikan alamat Suster Helena
Pa…,” lanjut Nyonya Marina sebelum suaminya
bertanya panjang lebar.
“Siapa? Suster Helena?” ucap Tuan Taufik terke-
jut, seperti ada sesuatu. Nama itu sudah sekian lama
tidak pernah didengarnya lagi, bahkan sudah ia
lupakan nama itu.
“Apa hubungan Mama dengan Helena?” tanya
Tuan Taufik mulai gelisah. Rona wajahnya berubah
seketika.
“Dokter Adnan bilang, Suster Helena adalah salah
satu dari beberapa suster yang membantu persalinan
Mama, Pa… Jadi Mama akan mencarinya dan akan
meminta keterangannya. Mama sangat ingin masalah
ini cepat terselesaikan,” jawab Nyonya Marina
menatap suaminya.
“Papa melarang Mama bertemu dengan suster
itu…,” ucapan Tuan Taufik membuat aliran darah
Nyonya Marina terhenti.
“Apa maksud Papa? Papa sengaja membiarkan
Mama gelisah sendiri, sibuk sendiri mencari jati diri
putri kita yang sebenarnya. Dan sekarang, setelah
Mama menemukan jalan, Papa melarang Mama
menempuhnya.

465 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Tidak Pa. Papa sama sekali tidak berhak


melarang Mama. Karena ini hidup Mama dan Papa
tidak berhak ikut campur.” Nyonya Marina bangkit dan
langsung membuka pintu. Hendak keluar.
“Tapi Papa ini suami Mama. Apapun yang jadi
keputusan Papa, Mama tidak boleh melanggarnya!”
teriak Tuan Taufik.
“Sekarang Papa sudah sadar kalau Mama ini ada-
lah istri Papa? Tapi jika memang Papa menganggap
Mama adalah istri Papa, kenapa Papa tidak mau ikut
menanggung beban yang Mama pikul? Kenapa justru
Papa yang mempersulit jalan Mama dalam mencari
kebenaran.
“Jika memang Mama istri papa dan Papa adalah
suami Mama, tentunya, siapapun putri kandung kita,
maka ia juga putri Papa. Mama harap Papa sadar itu!”
Setelah berkata Nyonya Marina keluar, membanting
pintu dengan keras hingga membuat karyawan yang
kebetulan mendengarnya merasa heran.
“Aaakh…!” Tuan Taufik melemparkan benda yang
ada dihadapannya.
***

Desa Sukamaju, Bandung


Nyonya Marina melihat tulisan itu di plat warna
hijau di pinggir jalan. Di sampingnya terlihat gang
menanjak, agak masuk ke dalam. Nyonya Marina

466 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

menarik gas untuk laju mobil, masuk ke gang terse-


but. Ia sengaja menyetir sendiri ke desa tersebut.
“Permisi Pak… rumah Suster Helena dimana ya?”
Nyonya Marina menghentikan mobilnya kemudian
bertanya pada laki-laki separuh baya yang kebetulan
akan menyebrang jalan.
“Suster Helena naon atu Neng?” tanya laki-laki
paruh baya itu dengan logat sundanya.
“Suster Helena yang…”
Nyonya Marina tampak berfikir mencari cara men-
jelaskan orang yang ditanyakannya. Kemudian ia
mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah
foto. Ya, foto Suster Helena yang didapatkannya dari
petugas rumah sakit.
“Emmmm… ini Pak, kebetulan saya punya
fotonya.”
Nyonya Marina turun dari mobil, kemudian mem-
perlihatkan foto yang ada di tangannya.
“Ooh… Kalau yang ini mah, Bapak tahu, Neng.
Tapi bukan Helena namanya,” jawab laki-laki paru
baya itu setelah melihat foto yang ditunjukkan Nyonya
Marina.
“Rumahnya, Neng lurus saja, kemudian nanti ada
conter. Di selatannya ada jalan ke timur. Neng masuk
ke jalan itu. Nah… setelah itu, ada rumah cet kuning.
Di halamannya ada pohon rambutan. Itu rumah orang

467 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

yang Neng maksud,” ucap laki-laki paruh baya itu


sambil menunjuk arah dengan jari telunjuknya.
“Terima kasih Pak,” ucap Nyonya Marina sambil
membungkukkan sedikit badannya.
“Sama-sama… Mari Neng…,” ucap laki-laki paruh
baya itu kemudian menyebrang jalan dan hilang turun
di bukit.
Nyonya Marina melajukan mobil kembali, mengiku-
ti arah petunjuk laki-laki yang ditemuinya tadi.
Rumah dengan cat warna kuning yang sudah agak
buram. Di halamannya berdiri pohon rambutan yang
buahnya lebat dan sudah kelihatan matang karena
warnanya sudah merah semua.
Nyonya Marina memarkir mobilnya pas di bawah
pohon rambutan itu. Kemudian keluar dari mobil.
Membuka kaca mata coklatnya. Berjalan pelan
menghampiri pintu. Matanya memandang ke sekitar.
Tok tok tok
Tangan yang masih terbalut sarung tangan itu
mengetok pintu. Berkali-kali. Tapi tidak ada jawaban.
Tapi masih ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya.
Tok tok tok
“Assalamualaikum…”
Nyonya Marina kembali mengetok pintu, namun
kali ini disertai dengan ucapan salam. Tapi, tetap saja
sama. Rumah itu kelihatan sepi. Ada rumah laba-laba
dimana-mana. Setelah cukup lama ia berdiri dan

468 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

mengetok pintu, akhirnya memutuskan untuk pulang.


Kembali esok hari. Namun, baru saja Nyonya Marina
membuka pintu mobil dan menghidupkan mesinnya,
seseorang tampak keluar. Membuka pintu. Dengan
cepat Nyonya Marina menghampirinya.
“Assalamualaikum, Ibu…,” Nyonya Marina kembali
mengucapkan salam sambil menjabat tangan orang
yang baru keluar membukakan pintu.
“Maaf, tadi ada di belakang. Jadi, baru dengar
ketika ada suara mobil. Makanya baru buka pintu…,”
ucap wanita dengan senyumnya yang dipaksakan.
“Nggak apa-apa Bu... Kenalkan, saya Marina,”
ucap Nyonya Marina pelan.
“Eh, mari silakan masuk…!” ajak ibu itu yang
mengaku namanya Sumin.
Nyonya Marina masuk dan langsung duduk
setelah dipersilakan.
Tidak lama keduanya terdiam.
Mata Nyonya Marina tak henti memandangi se-
luruh isi rumah itu. Kemudian matanya menangkap
sosok dalam foto. Sosok yang sama persis dengan
foto yang didapatkan dari pegawai rumah sakit.
“Emm… saya ingin bertemu dengan Suster Hele-
na, Bu…”
Mendengar ucapan Nyonya Marina, Bu Sumin
beranjak masuk ke dalam kamarnya tanpa sepatah
katapun.

469 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Nyonya Marina merasa tidak nyaman hati. Matan-


ya yang masih tidak lepas dari suasana dalam rumah
itu, kemudian tertarik dengan pajangan dari bambu
yang di dalamnya tampak sepasang kekasih sedang
tersenyum bahagia. Nyonya Marina meraih gambar
tersebut dan mengamatinya dengan teliti. Air matanya
membasahi mata tiba-tiba saat melihat gambar
tersebut. Gambar yang sudah tidak asing lagi di
matanya. Ya, itu gambar Tuan Taufik, suaminya.
Dengan cepat ia masukkan gambar tersebut ke dalam
tas yang disandangnya.
Bu Sumin keluar dengan sebuah kotak di tangann-
ya.
Nyonya Marina yang melihatnya merasa heran,
kedua alisnya bertemu.
“Ini hadiah dari putri saya untuk Anda…,” ucap Bu
Sumin sambil menyeka air mata yang tiba-tiba
membasahi bola matanya, sampai menetes.
Nyonya Marina yang sudah duduk di tempat semu-
la hanya menatap heran ke arah Bu Sumin yang tiba-
tiba menangis tanpa sepatah katapun.
“Helena sudah meninggal 3 tahun yang lalu…,”
ucap Bu Sumin pelan.
“Innalillahi wa inna ilaihi raaji’iuun…” sahut Nyonya
Marina pelan
Kini terjawab sudah keheranannya dengan sikap
dingin Bu Sumin.

470 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Putri saya, Helena, meninggal karena kecelakaan.


Dan saya menemukan kotak itu 10 hari setelah acara
berkabung selesai. Tapi saya juga tidak tahu isi dan
maksud dari kotak itu. Saya tidak pernah mem-
bukanya. Dan lagi pula, kotak itu bukan untuk saya,
jadi saya merasa tidak berhak,” tutur Bu Sumin sambil
terus mengusap air matanya yang masih meleleh.
“Kalau boleh tahu, ada kepentingan apa mencari
putri saya?” tanya Bu Sumin setelah tangisnya agak
reda.
Nyonya Marina jadi bingung mau jawab apa. Tidak
mungkin ia menjawab ingin bertanya tentang peristiwa
persalinan dan nasib putrinya. Karena hal itu akan
membuat hati Bu Sumin semakin sedih dan berduka.
“Sebenarnya, saya temannya di Jakarta. Sudah
lama saya tidak mendengar kabarnya, makanya saya
datang ke tempat ini untuk mencarinya. Tapi, maaf
sekali jika kedatangan saya ke sini kembali membuat
ibu berduka dan sedih karena ingat dengan keper-
giannya.” Suara Nyonya Marina sedikit gugup.
“Tapi, kenapa kotak ini Ibu berikan kepada saya?”
tanya Nyonya Marina mengangkat kotak yang ada di
hadapannya.
“Saya juga tidak tahu apa alasan Helena… Mung-
kin Helena menyelipkan surat di dalamnya. Saya
hanya melihat ada foto Anda di atas kotak ini…” Bu

471 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Sumin menyerahkan selembar foto pada Nyonya


Marina.
“Memang tidak ada tulisan atau kesan agar kotak
ini diberikan pada Anda, tapi dengan adanya selem-
bar foto itu, saya yakin tidak salah orang. Mungkin,
semuanya ada di dalam kotak itu,” lanjut Bu Sumin
yang kembali mengusap air matanya.
“Kalau begitu, saya permisi dulu, Bu. Sudah sore.”
Nyonya Marina beranjak dari duduknya.
“Assalamualaikum…” ucap Nyonya Marina setelah
berjabat jangan. Kemudian pergi dengan mobilnya.

***

Nyonya Marina melempar keras sebuah pigura


foto dari bambu ke hadapan suaminya.
Tuan Taufik yang sedang membaca Koran, lang-
sung melempar korannya.
“Apa-apaan Ma…?!” tanya dengan suara lantang.
“Apa-apaan? Pa! Seharusnya Mama lah yang ber-
tanya, Papa apa-apaan?” Suara Nyonya Marina lebih
keras.
Calsa yang tiduran di kamarnya langsung keluar
dan mengintip dibalik tangga, mendengar suara
mamanya yang baru kali ini sehisteris itu.
“Pa, jelaskan semua foto itu pada Mama!
Sekarang Papa masih akan berbohong dengan

472 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

semua bukti ini?! Kenapa Papa diam?!” teriak Nyonya


Marina semakin keras. Matanya merah. Jelas sekali
kemarahannya.
“Oh… Mama tahu sekarang. Gara-gara ini, Papa
melarang Mama mencari tahu tentang baju kuning itu
kan? Hebat. Papa hebat karena selama ini sudah
berhasil membuat Mama percaya. Sekarang Mama
minta Papa jelaskan semuanya!” Nyonya Marina
mendorong Tuan Taufik yang akan memeluknya.
“Apa hubungan Papa dengan suster itu? Apa Pa…
Papa jahat!” Nyonya Marina masuk kamar dan
menguncinya dari dalam.
Calsa yang hanya mendengar dari jauh, tidak
dapat menyimpulkan apa sebenarnya yang terjadi
pada orang tuanya. Yang ia tahu, selama ini sikap
mamanya berubah aneh dan mengherankan.
Nyonya Marina menangis di kamarnya. Tak ia
hiraukan teriakan suaminya yang memukul pintu agar
dibuka.
“Papa akan jelaskan semuanya Ma, tapi buka dulu
pintunya…!” Tuan Taufik terus memukul pintu
kamarnya.
Namun tetap saja Nyonya Marina enggan mem-
bukanya.
Semakin keras Tuan Taufik memukul pintu, se-
makin keras pula tekad Nyonya Marina untuk tidak

473 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

membuka pintu dan membiarkan suaminya tidur di


sofa.
Ia menangis sejadi-jadinya. Bayangan foto dalam
pigura kayu itu masih tergambar jelas dalam in-
gatannya. Laki-laki yang sudah dicintainya sepenuh
hati itu ternyata telah membohonginya selama ini.
Nyonya Marina baru ingat dengan sebuah kotak
pemberian Bu Sumin. Satu-satunya barang peningga-
lan Suster Helena yang ditujukan padanya. Dengan
sisa air mata yang masih terus mengalir, tangannya
gemetar meraih kotak itu, kemudian membukanya.
Mata Nyonya Marina terbelalak kaget ketika
melihat isi kotak itu. Selembar foto tanpa pigura hasil
cetak Suster Helena. Foto yang sama persis dengan
foto yang sering dilihatnya di rumah Dhara. Foto bayi
yang memakai baju kuning berlogo C. Baju yang
selama ini dicarinya. Di bawah foto itu, terselip surat
yang bertuliskan namanya. Nyonya Marina membuka
dan membacanya.

Buat Marina, wanita cantik yang kaya raya….


Entah dari mana aku akan mengatakan padamu, entah
dari mana aku harus memulai, karena semua ini terjadi
lantaran sakit hatiku yang tak bisa terobati, sakit hati yang
akhirnya aku bawa mati..

474 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Marina….
1 bulan sebelum acara pernikahanmu dengan suamimu,
hari-hariku yang bahagia dan sejahtera berganti menjadi hari-
hari yang suram dan menakutkan.
Kamu tahu kenapa?
Karena suamimu, Taufik yang saat itu masih resmi
menjadi suamiku akan pergi meninggalkanku dan lebih
memilih hidup bersamamu yang kaya dan banyak harta. Aku
menangis bukan karena hanya aku yang akan kehilangannya,
tapi bayi yang aku kandung. Ya, saat itu aku hamil 2 bulan,
hamil muda.
Aku menangis karena bayi yang nantinya akan aku
lahirkan tanpa seorang ayah, tanpa ayah di sampingnya. Dan
anakku juga akan tumbuh dewasa tanpa seorang ayah yang
merangkulnya. Aku sudah tidak tahu lagi harus bagaimana
saat itu. Dan aku masih tetap coba bersabar.
1 bulan setelah pernikahannya denganmu, suamimu yang
saat itu juga masih sah sebagai suamiku datang ke
kampungku. Dia menemui aku. Kamu tidak tahu betapa
bahagianya aku saat itu.
Walau 1 bulan yang lalu dia telah mencampakkan aku, tapi
bulan berikutnya dia datang menghampiriku lagi, pastinya aku
terima dia dengan baik. Karena bagaimanapun, dia adalah
ayah dari bayi yang aku kandung.
Namun kamu tahu apa yang terjadi Marina…?
Taufik memberiku segelas susu yang sudah dicampur

475 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

dengan obat keras, obat penggugur kandungan. Saat itu juga


darah mengalir deras dari rahimku, aku keguguran.
Jeritan histeris keluar dari mulutku. Suamimu itu hanya
diam menatapku yang berjalan sempoyongan. Memang, air
bening mengalir dari kedua bola matanya, tapi sebening
apapun yang keluar dari bola matanya, air itu tetap busuk,
sama busuknya dengan hati suamimu. Dia tega
mencampakkanku demi menikahimu. Dan dia juga tega
membunuh calon bayinya sendiri yang akan aku lahirkan.
Darah dagingnya sendiri, buah dari cintanya bersamaku.
“Maafkan aku Lena, aku terpaksa melakukan semua
ini, karena aku sudah menikah dengan Marina. Aku tidak
mau kebahagiaanku hancur dengan kelahiran bayimu
itu… maafkan aku…”
Kata-kata itulah yang diucapkan suamimu sebelum
kemudian dia pergi dengan tanpa perasaan. Dia pergi tanpa
rasa bersalah. Hatiku hancur Marina, hancur. Kamu telah
menghancurkan hidupku…! Kamu telah merebut suamiku dan
menyebabkan bayi dalam kandunganku mati. Aku benci kamu,
Marina, aku benci kamu!
Aku menaruh dendam padamu Marina dan Taufik. Aku
berjanji akan menghancurkan keluargamu. Tidak peduli juga
apa yang akan terjadi padaku. Yang penting, aku harus
melaksanakan misiku, menghancurkanmu dan keluargamu.
Hingga ketika aku mendengar kamu akan melahirkan putri
pertamamu yang juga putri pertama suamiku, dan kebetulan di

476 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

rumah sakit tempatku bertugas, dendamku membara, hatiku


bergejolak untuk menghancurkanmu.
Dan akupun langsung membantu persalinanmu. Dan
setelah bayi tak berdosa itu keluar dari rahimmu, aku langsung
menukarnya dengan bayi yang dilahirkan oleh Bik Imah yang
ternyata ia adalah pembantumu sendiri. Dan tak seorangpun
yang tahu hal itu.
Jika aku tidak mempunyai anak dari pernikahanku dengan
Taufik, maka aku tidak akan membiarkanmu mempunyai
keturunan darinya. Karena kita sama-sama mencintainya,
sama-sama ingin bahagia. Namun suamiku rela pergi dari
hidupku demi kamu dan hartamu.
Maafkan aku Marina, aku menukar bayimu dengan bayi
pembantumu… Maafkan aku, aku khilaf… Maafkan aku
Marina…
Tapi kini aku sudah katakan semuanya padamu, dan aku
juga memberimu foto putrimu dengan baju kuning yang kamu
pakaikan sendiri, jika kamu ingin bertemu dengan putrimu,
carilah foto yang sama dengan foto yang ada dalam kotak di
tanganmu ini…
Marina…
Berjanjilah kau tidak akan marah dan membenci suamimu.
Karena aku yakin ia tidak akan bercerita tentang semua ini
padamu. Karena ia ingin kamu hidup bahagia bersamanya,
tanpa ada bayangan masa lalu yang menghancurkan.
Berjanjilah kau akan mencari putri kandungmu sendiri,

477 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

karena arwahku tidak akan tenang di alam sana jika melihat


putrimu hidup menderita karena jauh darimu. Aku berdosa
karena telah memisahkan bayi yang tak berdosa itu dengan
orang tua kandungnya….”

Helena

Kertas surat itu basah tersiram tetesan air mata


dari bola mata Nyonya Marina. Ia tidak menyangka
dengan kenyataan yang kini di hadapannya. Ternyata
apa yang dirasakannya selama ini benar, Dhara yang
selalu membuatnya damai jika berdekatan ternyata
adalah putri kandungnya.
Nyonya Marina meraih selembar foto bayi yang
memakai baju kuning itu, kemudian dipeluknya dan
diciumnya berkali-kali. Tak menyangka kalau gadis
yang selama ini membanting tulang demi memper-
tahankan hidupnya adalah putri kandungnya. Gadis
yang juga pernah jadi pembantu di rumahnya.
“Astaghfirullah, Dhara, maafkan Mama sayang…,”
ucap Nyonya Marina sambil memeluk foto Dhara.
Dicium kembali foto oleh Nyonya Marina yang juga
basah dengan air mata itu. Badannya yang kian
melemas, jatuh pingsan, tak sadarkan diri.

***

478 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Perjumpaan Buah Cinta

Ruangan bercat putih dan bau obat-obatan yang


sangat menyengat hidung membuat Nyonya Marina
bangun dari pingsannya. Ia mengingat-ingat kejadian
sebelum dirinya terbaring dalam ranjang kaku warna
klabu itu. Hingga kemudian Nyonya Marina menjerit
histeris ketika seorang suster masuk ke dalam
ruangannya.
“Pergi…! pergi…! Jangan ambil anakku…!” teriak
Nyonya Marina ketakutan.
Namun tak lama kemudian, ia sudah kembali
tenang setelah suster itu menyuntikkan obat pene-
nang di lengan Nyonya Marina.
“Ada apa, Sus…?” tanya Tuan Taufik tiba-tiba ma-
suk setelah mendengar jeritan itu.
Calsa datang dengan surat bertinta merah di tan-
gannya. Matanya basah oleh air mata. Bibirnya
bergetar menahan tangis.
Kini Calsa tahu semuanya. Kini, ia tahu siapa
sebenarnya, bagaimana masa lalu ayahnya, apa
penyebab keanehan dan perubahan yang terjadi pada
mamanya selama ini. Kini, semuanya telah terjawab.

479 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Terjawab setelah tanpa sengaja Calsa menemukan


selembar kertas lusuh dan kemudian membacanya.
“Pa… kenapa Papa rahasiakan semuanya dari
kita? Kenapa Pa…?” Calsa menghempaskan tangan
papanya yang hendak memeluknya.
“Papa jahat…!” teriak Calsa sambil berlari menjauh
dari Tuan Taufik.

***

Calsa terus berlari menyusuri lorong dan jalanan


yang penuh sesak oleh asap kendaraan bermotor. Air
matanya yang terus mengucur deras tak jadi alasan
untuk berhenti. Calsa mencari sesuatu. Makam.
Ya, Calsa mencari makam seseorang. Pak
Mahmud. Supir pribadi Tuan Taufik yang bertahun-
tahun melayaninya dan tak jarang menerima cacian
ternyata adalah ayah kandungnya. Hingga kemudian
langkahnya terhenti di sebuah makan yang tertulis
dalam nisannya, ‘Mahmud bin Ahmad’. Itulah makan
ayahnya, makam ayah kandungnya.
“Ayaaaaaah…!” tangisnya sambil mencakar tanah
yang sudah tak lagi berwarna merah itu. Tanah yang
kini tak lagi basah. Tanah yang hanya menyisakan
kebisuan.
“Ayah… Calsa yakin Ayah mendengar. Ini Calsa
Ayah! Putri kandung Ayah… Maafkan Calsa Ayah…!”

480 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

teriaknya sambil terus mencakar tanah makam


ayahnya.
Tangis Calsa yang semakin keras membuat orang
– yang kebetulan juga sedang ke makam keluarganya
– menoleh keheranan dengan tatapan tidak suka.
Namun Calsa tidak memedulikannya. Ia terus saja
menangis sejadi-jadinya. Ia ingat bagaimana dulu
memperlakukan Pak Mahmud. Ia ingat bagaimana
dulu dengan sengaja membuat Pak Mahmud mening-
gal dunia.
“Non Calsa…!”
Bik Imah yang kebetulan saat itu juga datang ke
makam suaminya, terkejut melihat Calsa menangis
sambil memukul tanah yang sudah hampir merata
lagi. Calsa tidak menjawabnya. Ia berlari menjauh dari
wanita tua yang ternyata adalah ibu kandungnya. Ia
terus saja berlari tanpa menoleh ke belakang, hingga,
“Aaaaaaaaaaaaaaaa…!”
Sebuah mobil dengan kecepatan yang tidak bisa
dikurangi menabrak Calsa dari belakang. Bruukk.
Tubuh Calsa jatuh dengan darah yang keluar dari
tubuhnya.
Bik Imah mendekat. Kemudian langsung
menghubungi keluarganya.
Beberaa menit ambulan datang. Membawa tubuh
Calsa yang berlumuran darah ke rumah sakit.

481 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

***

“Calsa… sayang… apa yang terjadi?”


Tuan Taufik mengikuti dokter yang membawa
Calsa ke ruang ICU.
“Maaf Pak! Sebaiknya Anda tidak ikut ke dalam…,”
ucap dokter sambil menutup pintu.
Tuan Taufik hanya mendesah kesal, menyesal
dengan semua yang terjadi. Percuma selama ini ia
simpan rapi-rapi cerita masa lalunya jika sekarang
tetap kebahagiaannya hancur.
Nyonya Marina sudah sadar dan mulai stabil lagi
keadaannya. Ketika mendengar suara Dhara, lang-
sung turun dari ranjangnya. Suntikan infus yang
masih di pergelangan tangannya ditarik paksa, lepas.
Ia berlari mencari sumber suara. Suara Dhara. Ia
yakin itu.
“Dharaaaaaa…!” teriak Nyonya Marina keras
“Dharaaaa…! Putriku…!” Nyonya Marina langsung
memeluk Dhara tanpa permisi. “Putriku…,” ucapnya
sambil menangis.
Dhara tidak mengerti maksud dari ucapan majikan
bundanya yang dipanggilnya ‘tante’ itu. Lama Nyonya
Marina memeluk Dhara. Tuan Taufik yang melihatnya,
hanya diam saja semenjak kejadian di rumahnya
kemaren itu. Dia tidak lagi berani bicara apapun pada

482 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

istrinya. Sebab istrinya masuk rumah sakit ini juga


karena Helena, mantan istrinya.
“Dhara sayang, apa yang Mama rasakan selama
ini ternyata benar… Kamu adalah putri kandungku,”
ucap Nyonya Marina sambil melepas pelukannya.
Dhara hanya mengernyitkan dahinya. Tidak
mengerti.
“Putriku….” Nyonya Marina memeluknya lagi.
Bik Imah yang juga berdiri di antara mereka saat
itu merasa cemburu dan sakit hati jika Dhara benar-
benar bukan putri kandungnya.
“Bik, terima kasih telah merawat putriku
sedemikian baiknya…,” ucap Nyonya Marina balik
memeluk bi’ Imah.
“Apa maksud Nyonya?” tanya Bik Imah beranikan
diri meski dengan suara yang gugup.
“Dhara itu putri kandungku Bik. Dhara dan Calsa
sengaja ditukar sewaktu mereka masih bayi oleh
Suster Helena, salah satu suster yang membantu
persalinanku.”
Nyonya Marina kemudian menceritakan semuan-
ya. Menceritakan perihal firasatnya tiap kali dekat
Dhara, kunjungan ke rumah sakit, sampai akhirnya
ada kotak wasiat dari Helena. Dan ia pun juga
menceritakan isi suratnya.
Mendengar hal itu, Bik Imah langsung bersimpuh
di kaki Nyonya Marina.

483 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Ampun Nya. Bukan saya yang menukar bayi


Nyonya… Sumpah Nya. Saya tidak ada kaitannya
dalam masalah ini…,” ucap Bik Imah yang menangis
di kaki majikannya.
“Masa Allah, Bik, apa yang Bik Imah lakukan?
Bangunlah Bik! Aku tahu ini semua bukan salah Bik
Imah. Bik Imah dan aku hanyalah korban, korban dari
dendam seseorang yang kita tidak ikut melakukan
kesalahan terhadapnya…” ucap Nyonya Marina
melirik ke arah suaminya.
“Dhara adalah putriku Bik. Dia putri kandungku
dan Calsa adalah putri kandung Bik Imah…,” ucap
Nyonya Marina dan kembali memeluk Dhara.
“Ma… Mama…,” ucap Dhara menangis dalam
pelukan Nyonya Marina.

***

Dokter keluar dari ruangan Calsa. Semua mata


tertuju pada dokter, tak terkecuali Bik Imah. Jika
waktu lalu Calsa sering memaki dan menyakitinya, itu
karena ia adalah majikannya. Dan sekarang, jika
Calsa kembali mencaci dirinya dan tak mau mengakui
dirinya sebagai ibu kandungnya, dia tidak tahu lagi
harus berbuat apa.

484 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Bagaimana kondisi putriku, Dokter?” tanya Tuan


Taufik yang masih tidak bisa terima jika memang
benar-benar Calsa bukanlah putri kandungnya.
“Kondisinya masih belum bisa dipastikan karena
sampai saat ini, belum ada pendonor darah yang
datang ke rumah sakit ini…,” ucap dokter pelan.
“Ambil saja darahku, Dokter. Yang penting putriku
selamat…,” ucap Bik Imah sambil menangis.
Dhara menghampiri Bik Imah kemudian me-
rangkulnya.
“Bunda… Dhara merasakan apa yang Bunda
rasakan. Tapi Bunda harus tenang ya….” Dhara tetap
merangkul bundanya.
Cinta dan kasih Dhara tidak berkurang meski ia
kini tahu bahwa wanita baik hati yang selama ini ia
panggil ‘bunda’ adalah bukan ibu kandungnya.
Bik Imah menangis di pelukan Dhara. Ia ingin pe-
lukan itu tetap selalu dinikmatinya. Tapi, ia kini juga
harus tahu siapa Dhara, siapa dirinya dan siapa putri
yang keluar dari rahimnya.
“Kita berdo’a sama-sama,” Nyonya Marina me-
rangkul keduanya.

***

“Ma….”

485 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Calsa yang baru sadar dari kamarnya, langsung


memanggil Nyonya Marina. Lidahnya terasa pahit
bukan hanya karena ia sekarang terbaring tidak
berdaya di ranjang rumah sakit, tapi juga karena
panggilan ‘mama’ pada wanita kaya itu sudah tidak
pantas lagi untuknya. Ia sudah tidak pantas me-
manggil Nyonya Marina dengan sebutan Mama.
Karena kini, ia tahu kalau mama yang selama ini
memanjakannya dengan harta kekayaan ternyata
bukanlah ibu kandungnya.
Justru wanita tua yang selama hidupnya hanya
menerima cacian dan hinaan dari Calsa adalah orang
tua kandungnya.
“Ya sayang…,” Nyonya Marina yang menyangka
Calsa belum tahu rahasia besar dalam hidup. Menco-
ba tegar dengan memanggilnya ‘sayang’.
“Mama, Calsa bahagia, ternyata Mama masih sa-
yang Calsa…,” ucap Calsa. Air matanya mulai
mengalir.
“Apa maksud Calsa, sayang….” Nyonya Marina
mencium tangan Calsa.
“Ma, Pa, Calsa sudah tahu semuanya. Calsa su-
dah tahu identitas Calsa, siapa Calsa sebenarnya…,”
ucap Calsa terbata-bata.
“Sssst, sayang, bukan saatnya ngomongin soal itu.
Sekarang Calsa tidak boleh mikir apapun. Yang
penting Calsa sembuh ya….”

486 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Tuan Taufik ikut mengalirkan air mata melihat


Calsa yang sangat dicintainya. Buatnya, Calsa adalah
hidupnya. Ia sudah tulis di surat keluarganya kalau
Calsa-lah pewaris tunggal harta yang berlimpah. Dan
sekarang, kenyataan pahit membalikkan takdir
hidupnya. Calsa yang sangat dicintainya ternyata
bukanlah putri kandungnya. Malah Dhara, gadis
kampung yang sangat dibencinya ternyata adalah
putri kandungnya, darah dagingnya.
“Kenapa baru sekarang Calsa tahu Ma, Pa? Ke-
napa tidak dari dulu ketika Calsa masih kecil, ketika
Calsa masih tidak mengerti tentang kehidupan?”
Calsa menangis.
Bik Imah yang duduk di pojok juga ikut menangis.
Dhara masih tetap merangkul bundanya.
“Calsa sudah membunuh Papa Calsa sendiri
Ma…!” Teriak Calsa histeris. “Calsa adalah penyebab
Pak Mahmud meninggal dunia yang ternyata Pak
Mahmud adalah orang tua yang darahnya mengalir di
tubuh Calsa… Calsa benci kelakuan Calsa…!” teriak
Calsa semakin keras. Namun suaranya tiba-tiba surut,
badannya lemas. Calsa pingsan.
“Calsaaaa…!” teriak semuanya bersamaan.
Tuan Rahmat dan keluarganya yang mendengar
berita kecelakaan Calsa, juga datang ke rumah sakit.
Radit yang melihat Calsa dalam ruangan itu merasa

487 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

aneh. Tidak biasanya, Tuan Taufik, Dhara juga


bundanya akur.
Dokter datang untuk memeriksa keadaan Calsa.
“Sebaiknya, pasien jangan diganggu dulu. Kon-
disinya belum stabil. Dia masih butuh istirahat. Saya
permisi dulu,” ucap dokter setelah memeriksa Calsa.
Semua keluar dari kamar, tempat Calsa dirawat.

***
“Ibu…,” ucap Calsa mencium tangan Bik Imah.
Calsa kembali sadar setelah hampir 7 jam pingsan.
“Ya anakku, ini ibumu….”
Bik Imah mengalirkan air mata. Ia tak menyangka
kalau Calsa akan memanggilnya ibu secepat ini.
Karena selama ini, yang ia tahu, sifat Calsa sangat
angkuh dan sombong. Ia tidak mau berbuat baik pada
siapapun. Dan sekarang, di depan matanya, ia
memanggil dirinya ‘ibu’. Ini sungguh di luar dugaan.
“Calsa minta maaf atas segala dosa dan kesala-
han Calsa selama ini. Calsa berdosa sudah membuat
ibu menderita selama berada di dekat Calsa…”
“Dhara…,” Calsa beralih memandang Dhara yang
berdiri di samping Bik Imah.
“Vir, eh, Non Dhara….” Calsa tertawa renyah
membuat tangan Dhara mencubit lembut lengan
Calsa.

488 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

“Entah harus bilang apa aku padamu, Vir. Baru


kemaren kamu memanggilku dengan sebutan ‘non’,
baru kemarin aku sombong dengan semua
kekayaanku, tapi ternyata pemilik sejatinya adalah
kamu Vir, bukan aku… Aku malu…. Aku juga yang
sudah menghancurkan hubunganmu dengan
Radit…,” Calsa menyeringai
“Non, bukan saatnya bicara seperti itu…,” kata
Dhara.
“Tidak Vir, jangan panggil aku ‘non’. Aku orang
hina. Aku bukan orang kaya lagi…,” ucap Calsa
menggenggam tangan Dhara.
“Bu… Calsa ingin istirahat…,” ucap Calsa kemudi-
an.
Semua mata terarah ke ranjang tempat Calsa ter-
golek tak berdaya.
Bik Imah menyelimuti tubuh Calsa. Satu persatu
orang yang ada di ruangan itu mulai keluar. Tinggal
Bik Imah yang masih setia menunggui Calsa di tepi
tempat ranjangnya.
Perlahan, Calsa memejamkan matanya. Tidur.
Tidur tanpa mimpi. Calsa merasa senang pergi
dengan maaf dari orang-orang yang pernah di-
sakitinya.
1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, 5 jam, 6 jam, 7 jam, dan
sampai 8 jam.

489 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

Bik Imah mulai khwatir karena sampai 8 jam Calsa


tak kunjung bangun juga. Hingga akhirnya diperiksa
pergelangan tangannya.
“Tidaaaaaaaaaaaak!” Bik Imah menjerit ketika tahu
Calsa sudah tidak bernyawa lagi.
Semua orang masuk ke ruang Calsa dan terceng-
gang melihat Calsa yang sudah terbaring kaku.
“Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un,” ucap mereka
semua bersama.
Selanjutnya hanya suara tangis tersedu-sedu yang
terdengar. Sore itu juga mayat Calsa dimakamkan.
Kini tiada lagi orang sombong yang angkuh serta
congkak. Kini tiada lagi gadis manja, cantik, namun
tidak disukai. Calsa. Ia sudah dipanggil ke rahmat-
Nya. Yang tersisa hanyalah tanah merah dan dua
nisan yang berdiri tegak, mematung di kedua sisi
tanah merah menggunung itu.

***

Beberapa bulan kepergian Calsa sudah terlewati.


Radit dan keluarganya sudah tahu tentang Dhara
dan Calsa yang tertukar sewaktu bayi. Semua ini
adalah takdir. Dhara juga sudah pindah lagi ke rumah
Nyonya Marina yang ternyata mamanya setelah
kepergian Calsa. Bik Imah juga ikut pindah. Namun
kali ini, ia bukan lagi sebagai pembantu di rumah

490 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

besar itu, tapi ia sudah di anggap sebagai orang tua


sendiri oleh Nyonya Marina dan Tuan Taufik. Tuan
Taufik juga sudah bisa menerima kenyataan bahwa
Dhara adalah darah dagingnya.
Tidak ada lagi marah-marah di pagi hari, tidak ada
lagi cacian, dan makian setiap hari. Dhara bahagia
dengan hidupnya sekarang. Namun ia tidak mau
barang-barang Calsa dipindah. Dhara tetap ingin
barang-barang Calsa di dalam kamarnya. Tetap utuh
meski kini hanya tinggal namanya saja.
“Sayang… apa keputusanmu sudah bulat?” tanya
Nyonya Marina ketika akan melepas Dhara di banda-
ra.
“Ya Ma, Dhara ingin menyelesaikan kuliah di luar
negeri dan hidup mandiri di sana…,” kata Dhara
sambil memeluk Nyonya Marina.
“Pa, Dhara hanya ingin doa Papa dari jauh.. Jika
kuliah Dhara selesai, Dhara pasti pulang.”
Tuan Taufik mencium kening putri yang kini dicin-
tainya.
“Bunda…, siapapun Dhara sekarang, Bunda teta-
plah wanita termulia yang Dhara kenal di dunia ini.
Tanpa Bunda, mungkin Dhara tak akan sebesar ini
sekarang. Dhara sayang bunda…,”
Dhara memeluk Bik Imah yang menangis. Ia masih
shock dengan kepergian Calsa beberapa bulan yang

491 | www.bukubercerita.com
Mengikat Cinta Rahasia

lalu. Dan sekarang, hari ini, ia kembali harus melepas


Dhara untuk melanjutkan study-nya ke luar negeri.
“Dit… aku pernah bilang padamu, jika kita
berjodoh, kita akan bertemu suatu saat nanti. Aku
pergi untuk kembali. Aku hanya ingin study-ku selesai.
Aku ingin cita-citaku tercapai,” ucap Dhara sebelum
naik tangga pesawat.
“Selama apapun waktumu untuk meraih cita-cita,
aku akan tetap menunggumu Vir, sampai kapanpun.
Karena aku mencintaimu…,” ucap Radit melepas
kepergian Dhara.
Dhara meniti tiap tangga pesawat. Kemudian mel-
ambaikan tangannya. Pesawat itu membawa tubuh
Dhara, tinggi, jauh dan semakin menjauh.

THE AND

492 | www.bukubercerita.com
Tentang Penulis

Nama lengkap
penulis
Roviatus
Sa’adah .
Penulis
dilahirkan di
desa Koncer
Darul Aman
Kecamatan
Tenggarang
Kabupaten
Bondowoso
Jawa Timur pada tanggal 28 September 1990 dari
abah yang bernama H. Ibrahim Abd Rahman dan umi
bernama Sri Maryati. Penulis merupakan anak
Pertama dari empat bersaudara.
Penulis mulai masuk sekolah Taman Kanak-kanak
di TK PGRI 03 pada tahun 1996-1997, pendidikan
Sekolah Dasar di SD Negeri 02 Koncer Tenggarang
Bondowoso pada tahun 1997 dan lulus pada tahun
2003. Lulus dari Sekolah Dasar. penulis mondok di
Pesantren NURUL HUDA Peleyan Kapongan Situ-
bondo Jawa Timur kemudian melanjutkan pendidikan
sekolah menengah pertama di MTs al-Banat Nurul
Huda Peleyan Kapongan Situbondo dan tamat pada
tahun 2006, kemudian melanjutkan pendidikan
sekolah menengah atas di MA al-Banat Nurul Huda
Peleyan Kapongan Situbondo dan lulus pada tahun
2009. Setelah tamat MA, penulis diterima di Fakultas
Syari’ah Program Studi S1 di Sekolah Tinggi Agama
Islam Nurul Huda (STAINH) Peleyan Kapongan
Situbondo Jawa Timur dan Tamat pada tanggal 28
Januari tahun 2014.
Penulis mulai menulis sejak berusia 14 tahun.
Memang suka membaca dan bercita-cita ingin
menjadi penulis hebat. Berbagai lomba menulis
seperti cerpen, puisi dan karya ilmiah lainnya pernah
diikuti demi menambah pengalaman kehidupan tulis-
menulis.
Salah satu karya cerpen penulis termuat di koran
Radar Banyuwangi pada tahun 2014. Alhamdulillah
novel Mengikat Cinta Rahasia ini adalah karya novel
pertama yang terbit.
Untuk para pembaca tercinta yang ingin info lebih
lengkap kontak penulis ke:
E-mail : roviatussaadah17@yahoo.com
Facebook: /dara.jutekabis / Dhara Jutex Abyzz
Instagram: @saadahsuhartono
495 | www.bukubercerita.com

You might also like