Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

STUDI PEMANFAATAN BUAH PISANG MAS (Musa acuminata) DAN BUAH

NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) DALAM PEMBUATAN SELAI

STUDY OF THE USE BANANA MAS (Musa Acuminata) AND RED DRAGON
FRUIT (Hylocereus Polyrhizus) IN THE PREPARATION OF JAM

Ade Herianto1, Faizah Hamzah2 and Yusmarini2


Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Riau, Kode Pos 28293, Indonesia
Ade.herianto93@gmail.com

ABSTRACT
The purpose of this study was to obtain the ratio formulations of banana mas and
red dragon fruit that selected in the preparation of jam based on SNI 3746: 2008. This
research was carried out experimentally using completely randomized design (CRD)
with five treatments and three replications in order to obtain fifteen experiment units.
The treatments in this study include PN1 (100% banana), PN2 (75% banana and 25%
dragon fruit), PN3 (50% banana and 50% dragon fruit), PN4 (25% banana and 75%
dragon fruit), and PN5 (100% dragon fruit). Data obtained were treated by the analysis
of variance followed by Duncan New Multiple Range Test (DNMRT) the level of 5%.
The best jam of this study was PN3 (50% banana and 50% dragon fruit). The best jam
results showed moisture 39,61%, acidity 4,78, total sugar content 50,82%, total
dissolved solids 66,73% brix, crude fiber contents 0,34%. Total solids and total
dissolved solids of the best jams results were meet SNI 3746:2008. The best jam had red
colour of jam, banana taste was medium and dragon fruit taste was medium, banana
flavor was weak and dragon fruit flavor was medium, and was soft.

Keywords : Jam, banana mas, and red dragon fruit.

pembuatan selai antara lain nanas,


PENDAHULUAN
stroberi, mangga, anggur, dan sirsak.
Buah-buahan mempunyai arti Buah lain yang juga dapat dijadikan selai
penting sebagai sumber vitamin, mineral, seperti buah pepaya bangkok (Ropiani,
dan zat-zat lain dalam menunjang 2006), buah salak (Feriyani., 2000), dan
kecukupan gizi. Pengolahan buah-buahan buah pisang raja (Endang, 2006).
penting dilakukan karena sifatnya yang Buah pisang selain mengandung
mudah rusak. Buah dapat diolah menjadi vitamin, mineral, dan karbohidrat juga
berbagai produk olahan makanan dan merupakan salah satu sumber prebiotik
minuman yang salah satunya adalah selai. yang dibutuhkan untuk menjaga agar
Selai merupakan produk awetan tubuh tetap sehat. Buah pisang dapat
yang dibuat dengan cara memasak dikonsumsi segar atau diolah terlebih
hancuran buah yang dicampur gula baik dahulu. Beberapa produk olahan pisang
ditambah air atau tanpa penambahan air. antara lain keripik, sale, dodol, sari buah
Hampir semua jenis buah dapat dijadikan dan selai pisang. Buah pisang yang biasa
selai. Buah yang umum digunakan dalam digunakan oleh masyarakat untuk

1. Mahasiswa Teknologi Pertanian


2. Dosen Pembimbing Mahasiswa Teknologi Pertanian
Jom FAPERTA Vol. 2 No. 2 Oktober 2015
membuat selai adalah pisang mas (Musa dua bulan yaitu bulan November sampai
acuminata) yang mempunyai rasa manis, dengan Desember 2014.
namun mempunyai warna yang kurang
Bahan dan Alat
menarik yaitu kuning kecoklatan.
Warna merupakan salah satu Bahan-bahan yang digunakan
aspek penting dalam hal penerimaan dalam pembuatan selai adalah buah
konsumen terhadap produk pangan. pisang mas 1,5 kg dan buah naga 1,5 kg
Keberhasilan pemasaran suatu produk merah yang diperoleh dari Pasar Pagi
sangat ditentukan oleh penampakannya, Arengka, gula pasir 2 kg, asam sitrat
sehubungan dengan kenyataan bahwa 10.g, dan Carboxy methyl cellulose 50
konsumen umumnya menilai kualitas dari g.. Bahan yang digunakan untuk analisis
warna dan flavor produk tersebut. Produk adalah larutan Luff Schroll, larutan
yang memiliki warna menarik akan buffer, HCl 2 N, KI 10%, H2SO4 25%,
memiliki peluang lebih besar untuk dibeli (NH4)HPO4 10%, Pb asetat, indikator
konsumen. phenolphthalein (PP), Na2S2O3 0,1 N,
Penggunaan bahan lain dapat NaOH 0,313 N, H2SO4 0,225.N, K2S04
dilakukan untuk memperbaiki warna selai 10%, batu didih, zat anti buih, akuades
pisang. Salah satu sumber pewarna alami dan alkohol 95%.
yang dapat digunakan adalah daging buah Alat-alat yang digunakan dalam
naga merah. Daging buah naga merah pembuatan selai adalah timbangan
mengandung pigmen betasianin yang analitik, blender, baskom, panci,
berwarna merah sehingga dapat pengaduk, pisau, talenan, sendok, dan
dimanfaatkan untuk meningkatkan daya kompor. Peralatan analisis yaitu pipet
tarik terhadap warna produk. Beberapa tetes, kertas saring, erlenmeyer, pH
produk olahan lain dari buah naga merah meter, soxhlet, refraktrometer, spatula,
seperti kembang gula jelly buah naga desikator, cawan petri, gelas kimia, labu
merah (Wahyuni, 2012), manisan kering erlenmeyer, labu takar, penangas,
buah naga merah (Sriwahyuni, 2010), dan sendok, cup, nampan, alat tulis, kamera
sirup buah naga merah (Ningsih, 2013). dan kertas label.
Produk yang dihasilkan memiliki warna Metode Penelitian
yang disukai panelis. Penelitian bertujuan
untuk memperoleh formulasi rasio buah Penelitian dilaksanakan dengan
pisang mas dan buah naga merah terbaik menggunakan Rancangan Acak
dalam pembuatan selai berdasarkan SNI Lengkap (RAL), dengan 5 perlakuan
3746: 2008. dan tiga kali ulangan sehingga diperoleh
15 unit percobaan. Perlakuan dalam
BAHAN DAN METODE penelitian adalah rasio penggunaan
buah pisang dan buah naga merah yang
Tempat dan Waktu terdiri dari
Penelitian telah dilaksanakan di PN1 = 100% daging buah pisang dan
Laboratorium Pengolahan Hasil 0% daging buah naga
Pertanian dan Laboratorium Analisis PN2 = 75% daging buah pisang dan
Hasil Pertanian Fakultas Pertanian 25% daging buah naga
Universitas Riau Waktu penelitian PN3 = 50% daging buah pisang dan
secara keseluruhan berlangsung selama 50% daging buah naga

Jom FAPERTA Vol. 2 No. 2 Oktober 2015


PN4 = 25% daging buah pisang dan Berdasarkan rasio buah pisang
75% daging buah naga mas dan buah naga merah tersebut,
PN5 = 0% daging buah pisang dan maka formulasi masing-masing
100% daging buah naga perlakuan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Formulasi pembuatan selai


Perlakuan
Bahan
PN1 PN2 PN3 PN4 PN5
Daging buah pisang (g) 600 450 300 150 0
Daging buah naga (g) 0 150 300 450 600
Gula pasir (g) 400 400 400 400 400
Carboxy methyl cellulose (g) 10 10 10 10 10
Asam sitrat (g) 2 2 2 2 2
Total (g) 1012 1012 1012 1012 1012

Pelaksanaan Penelitian blender sehingga didapatkan bubur buah


Pemilihan buah. Bahan baku selai naga.
berupa buah pisang mas dan buah naga Pembuatan selai. Pembuatan selai
merah dipilih terlebih dahulu agar didapat mengacu pada Ropiani (2006). Bubur
hasil selai yang baik. Buah pisang dipilih buah pisang dan buah naga sesuai
yang matang, warna kulit kuning cerah perlakuan dicampurkan dan dipanaskan
dan teksturnya tidak terlalu lunak. Buah pada suhu ±70°C selama ±10 menit
naga juga dipilih yang matang dan tidak didalam panci. Selanjutnya ditambahkan
rusak, serta memiliki kulit merah yang gula pasir dan asam sitrat sesuai
merata. perlakuan. Pada saat proses pemasakan
Pembuatan bubur buah pisang. Buah bubur buah juga ditambahkan Carboxy
pisang yang telah dipilih dicuci dengan methyl cellulose (CMC) sesuai perlakuan
air yang mengalir. Kemudian dipisahkan sedikit demi sedikit dan sambil diaduk
daging buah dan kulitnya. Daging buah agar homogen bersama bubur buah.
pisang ditimbang sesuai perlakuan. Lalu Proses pemasakan dihentikan apabila
daging buah pisang dipotong kecil-kecil adonan meleleh tidak lama setelah sendok
terlebih dahulu untuk memudahkan diangkat (spoon test), maka pemasakan
proses penghancuran. Kemudian daging telah cukup
buah dihancurkan menggunakan blender
sehingga didapatkan bubur buah pisang. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembuatan bubur buah naga. Buah Kadar Air
naga yang telah dipilih dicuci dengan air
Hasil analisis sidik ragam
yang mengalir. Kemudian buah naga menunjukkan bahwa perlakuan rasio
dibelah mengggunakan pisau dan diambil daging buah pisang dan daging buah
daging buahnya. Setelah itu daging buah naga dalam pembuatan selai
pisang ditimbang sesuai perlakuan. Lalu memberikan pengaruh nyata terhadap
daging buah dipotong kecil-kecil dan kadar air selai. Rata-rata kadar air selai
selanjutnya dihancurkan menggunakan dapat dilihat pada Tabel 2.

Jom FAPERTA Vol. 2 No. 2 Oktober 2015


Tabel 2. Rata-rata nilai uji kimia selai
Rata-rata penilaian analisis kimia
Perlakuan Kadar air Kadar gula Total padatan Kadar serat
pH
(%) total (%) terlarut (% brix) kasar (%)
PN1 33,41a 4,83e 51,58c 69,97c 0,27a
PN2 35,80b 4,81d 51,32c 67,23b 0,32b
PN3 39,60c 4,78c 50,82c 66,73b 0,34b
cd b b
PN4 40,89 4,71 47,10 65,57ab 0,39c
PN5 41,50d 4,67a 45,62a 63,63a 0,44d
Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama, berbeda tidak
nyata (P>0,05).

Berdasarkan data Tabel 2,


Derajat Keasaman (pH)
kadar air selai yang tertinggi
didapatkan pada perlakuan PN4 dan Hasil analisis sidik ragam
PN5 yaitu 40,89% dan 41,50%. Kadar menunjukkan bahwa rasio daging buah
air terendah didapatkan pada pisang dan daging buah naga
perlakuan PN1 yaitu 33,41%. berpengaruh nyata terhadap derajat
Perbedaan kadar air antara perlakuan keasaman (pH) selai pada setiap
disebabkan oleh bahan dasar utama perlakuan. Rata-rata derajat keasaman
selai yaitu daging buah pisang dan selai dapat dilihat pada Tabel.2. Nilai
daging buah naga yang memiliki derajat keasaman selai cenderung
kandungan air yang berbeda. Kadar air meningkat seiring dengan
selai cenderung meningkat seiring meningkatnya jumlah daging buah
dengan meningkatnya jumlah daging naga yang digunakan. Berdasarkan
buah naga yang digunakan. Hal ini hasil analisis pH menunjukkan bahwa
disebabkan kadar air yang terkandung daging buah pisang memiliki nilai pH
pada daging buah naga lebih besar 5,62 sedangkan buah naga memiliki
dibandingkan kadar air yang nilai pH yang lebih rendah yaitu 5,43,
terkandung dalam daging buah pisang. sehingga nilai pH selai menjadi
Berdasarkan hasil analisis semakin rendah seiring dengan
menunjukkan bahwa kadar air pada banyaknya buah naga yang
daging buah naga merah yaitu 85,77% ditambahkan dalam rasio formulasi
dan kadar air daging buah pisang mas selai.
yaitu 73,24%. Menurut Feriyani Berdasarkan penelitian
(2000) kadar air selai buah salak Syahrumsah dkk. (2010) selai
berkisar antara 14,71-32,20%, n e n a s memiliki pH antara 4,50-4,80,
sedangkan Mahmud (2013) sedangkan berdasarkan penelitian
menjelaskan kadar air selai ubi jalar Endang (2006) pH selai pisang raja
berkisar antara 50,77-58,08%. Kadar berkisar antara 3,1-3,5. Nilai derajat
air selai penelitian ini lebih besar keasaman selai pada setiap perlakuan
dibandingkan kadar air selai buah tergolong dalam kondisi asam.
salak tetapi lebih rendah dari selai ubi Menurut Ropiani (2006) pH rendah
jalar yaitu berkisar antara 33,41- penting dalam pembentukan struktur
41,50%. gel pada selai.

Jom FAPERTA Vol. 2 No. 2 Oktober 2015


Kadar Gula Total Semakin banyak penambahan buah
Berdasarkan data pada Tabel 7, pisang maka total padatan terlarut
terlihat bahwa rata-rata kadar gula total semakin tinggi dan sebaliknya semakin
selai berkisar antara 45,62-51,58%. banyak penambahan buah naga maka
Kadar gula total selai yang tertinggi total padatan terlarut selai semakin
terdapat pada perlakuan PN1, PN2 dan rendah. Hal tersebut disebabkan karena
PN3, sedangkan kadar gula total daging buah pisang dan daging buah naga
terendah terdapat pada perlakuan PN5. memiliki total padatan terlarut yang
Kadar gula total selai semakin berbeda. Analisis total padatan terlarut
meningkat seiring dengan yang dilakukan menunjukkan bahwa
meningkatnya jumlah daging buah daging buah pisang memiliki nilai total
pisang yang digunakan. Hal ini karena padatan terlarut 34% brix sedangkan buah
buah pisang memiliki kandungan gula naga memiliki nilai total padatan terlarut
lebih tinggi dibandingkan dengan buah lebih rendah yaitu 20,9% brix.
naga. Kadar gula total pada buah pisang Berdasarkan Penelitian Mahmud (2013)
selai ubi jalar ungu dengan penambahan
sebesar 12,23% (USDA, 2014)
sedangkan menurut Islam dkk. (2012) pektin dan sukrosa mengandung total
padatan terlarut berkisar antara 51,35-
buah naga hanya memiliki kadar gula
total sebesar ± 8%. 66,57% brix, sementara itu berdasarkan
Berdasarkan penelitian Sidauruk penelitian Ropiani (2006) total padatan
(2010) tentang selai campuran dami terlarut selai pepaya bangkok berkisar
nangka dan belimbing wuluh, selai antara 58,4-75,2% brix. Selai yang
perlakuan terbaik memiliki kadar gula dihasilkan pada penelitian ini telah
sebesar 66,97%. Kadar gula total juga memenuhi persyaratan SNI 3746: 2008
yang menyatakan bahwa total padatan
dipengaruhi oleh jumlah gula yang
ditambahkan pada sutau produk. terlarut selai adalah minimal 65% brix,
Penelitian ini menambahkan jumlah kecuali perlakuan PN5, yang kandungan
total padatan terlarut hanya 63,63% brix.
gula pasir yang sama setiap
perlakuannya, sehingga perbedaan Kadar Serat Kasar
kadar gula total dalam setiap perlakuan Hasil analisis sidik ragam
dalam penelitian ini disebabkan oleh menunjukkan bahwa rasio daging buah
perbedaan kadar gula yang terkandung pisang dan daging buah naga berpengaruh
pada daging buah pisang dan daging nyata terhadap kadar serat kasar selai.
buah naga. Berdasarkan data pada Tabel 9, terlihat
Total Padatan Terlarut bahwa rata-rata kadar serat kasar pada
Hasil analisis sidik ragam selai berkisar antara 0,27%-0,44%. Kadar
menunjukkan bahwa rasio daging buah serat kasar terendah terdapat pada
perlakuan PN1 dan kadar serat kasar
pisang dan daging buah naga berpengaruh
nyata terhadap total padatan terlarut selai. tertinggi terdapat pada perlakuan PN5.
Data pada Tabel 2, menunjukkan bahwa Tabel.9 menunjukkan bahwa semakin
rata-rata total padatan terlarut selai tinggi penambahan daging buah naga
berkisar antara 63,63-69,97% brix. Total maka semakin tinggi kadar serat kasar
padatan terlarut cenderung meningkat selai yang dihasilkan. Diduga tingginya
seiring dengan meningkatnya jumlah kadar serat kasar pada selai perlakuan
daging buah pisang yang digunakan. yang menggunakan buah naga yang lebih

Jom FAPERTA Vol. 2 No. 2 Oktober 2015


banyak, karena terikutnya biji buah naga 0,48%-8,31%. Kadar serat selai penelitian
dalam proses pembuatan selai. Biji-biji ini telah memenuhi standar mutu selai
halus yang terdapat pada buah naga buah berdasarkan SNI 3746: 2008 yaitu
kemungkinan tidak hancur oleh asam kadar serat bernilai positif.
kuat dan basa kuat pada analisis serat
kasar sehingga terhitung sebagai serat Uji Sensori
kasar.
Warna
Mahmud (2013) menyebutkan Hasil analisis sidik ragam
bahwa selai ubi jalar ungu dengan menunjukkan bahwa rasio daging buah
penambahan pektin dan sukrosa pisang dan daging buah naga berpengaruh
mengandung serat kasar sekitar 0,44- nyata terhadap atribut warna secara
0,92%, sementara itu Darmawan dkk. hedonik maupun secara deskriptif. Rata-
(2013) menyebutkan bahwa kadar serat rata hasil uji sensori warna dapat dilihat
kasar selai lembaran kombinasi daging pada.Tabel.3.
buah dan albedo durian berkisar antara

Tabel 3. Rata-rata penilian uji hedonik dan deskriptif atribut warna selai
Rata-rata
Perlakuan
Hedonik Deskriptif
a
PN1 (100% daging buah pisang) 4,00 1,67a
PN2 (75% daging buah pisang, 25% daging buah naga) 4,87b 3,57b
c
PN3 (50% daging buah pisang, 50% daging buah naga) 6,07 3,97c
c
PN4 (25% daging buah pisang, 75% daging buah naga) 5,77 4,20c
PN5 (100% daging buah naga) 6,00c 4,60d
Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata (P>0,05).
Skor hedonik 7: sangat suka; 6: suka; 5: agak suka; 4: netral; 3; agak tidak suka; 2: tidak suka; 1;
sangat tidak suka
Skor deskriptif 5: sangat merah; 4: merah; 3: merah kecoklatan; 2: agak kecoklatan, 1: kecoklatan.

Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil kecoklatan, sedangkan perlakuan


uji hedonik yang dilakukan panelis tertinggi (PN3) memiliki warna merah.
memberikan penilaian 4,00-6,00 (netral Selai yang lebih tinggi daging buah
sampai suka) terhadap atribut warna pisang cenderung berwarna agak
selai. Analisis sensori warna tersebut kecoklatan sehingga kurang disukai
didukung dengan penilaian secara panelis, sedangkan selai yang lebih
deskriptif yang menunjukkan bahwa tinggi daging buah naga memiliki
selai memiliki warna 1,67-4,60 (agak warna merah sehingga lebih disukai
kecoklatan hingga merah). panelis.
Tingkat kesukaan panelis terhadap
Pencoklatan disebabkan akibat
warna selai cenderung meningkat
tingginya jumlah daging buah pisang yang
seiring dengan semakin banyaknya
digunakan. Pisang merupakan salah satu
jumlah daging buah naga dan semakin
buah yang cepat mengalami proses
sedikitnya daging buah pisang yang
browning (pencoklatan). Menurut
digunakan. Hal ini didukung penilaian
Zulfahnur dkk. (2009) reaksi pencoklatan
secara deskriptif dimana perlakuan
dapat dialami oleh buah-buahan yang tidak
terendah (PN1) memiliki warna agak

Jom FAPERTA Vol. 2 No. 2 Oktober 2015


berwarna. Warna merah pada selai berasal Rasa
dari pigmen betasianin yang terdapat pada Hasil analisis sidik ragam
daging buah naga merah. Menurut Emil menunjukkan bahwa rasio daging buah
(2011) buah naga merah (Hylocereus pisang dan daging buah naga
polyrhizus) banyak mengandung berpengaruh tidak nyata terhadap atribut
betasianin. Rebecca dkk. (2010) rasa secara hedonik tetapi berpengaruh
menjelaskan bahwa betasianin merupakan nyata secara deskriptif. Rata-rata hasil
salah satu kelompok betalain yang dapat uji sensori rasa secara hedonik dan
dimanfaatkan sebagai pewarna makanan deskriptif dapat dilihat pada Tabel 4.
dan juga berfungsi sebagai antioksidan.
Tabel 4. Rata-rata penilaian uji hedonik dan deskriptif atribut rasa selai
Rata-rata
Deskriptif
Perlakuan
Hedonik Rasa buah Rasa buah
pisang naga
PN1 (100% buah pisang) 4,83 4,70e 1,50a
PN2 (75% buah pisang, 25% buah naga) 4,83 3,47d 2,80b
c
PN3 (50% buah pisang, 50% buah naga) 5,07 2,93 3,33c
PN4 (25% buah pisang, 75% buah naga) 5,27 2,13b 3,83d
a
PN5 (100% buah naga) 5,53 1,57 4,27e
Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata (P>0,05).
Skor hedonik 7: sangat suka; 6: suka; 5: agak suka; 4: netral; 3; agak tidak suka; 2: tidak suka; 1;
sangat tidak suka
Skor deskriptif 5: sangat kuat; 4: kuat; 3; sedang; 2: lemah 1; sangat lemah.

Data Tabel 4 menunjukkan bahwa banyak daging buah naga yang


hasil uji hedonik yang dilakukan panelis digunakan maka semakin kuat rasa
memberikan penilaian 4,83-5,53 (agak daging buah naga pada selai. Namun
suka sampai suka) terhadap atribut rasa meskipun selai setiap perlakuan
selai. Hasil uji deskriptif rasa pisang yang memiliki rasa yang berbeda tetapi tidak
dilakukan panelis memberikan penilaian mempengaruhi tingkat kesukaan panelis
1,57-4,70 (lemah sampai sangat kuat) dan terhadap rasa selai. Hal ini menunjukkan
hasil uji deskriptif rasa buah naga yang bahwa rasa daging buah pisang dan
dilakukan panelis memberikan penilaian daging buah naga merah memang cukup
1,50-4,27 (lemah sampai sangat kuat). disukai panelis.
Secara deskriptif rasa selai dapat
Aroma
dibedakan oleh panelis, namun secara
keseluruhan disukai oleh panelis. Hal ini Hasil analisis sidik ragam
menunjukkan bahwa rasio daging buah menunjukkan bahwa rasio daging buah
pisang dan daging buah naga pisang dan daging buah naga
mempengaruhi rasa dari selai yang berpengaruh tidak nyata terhadap atribut
dihasilkan. Semakin banyak daging buah aroma secara hedonik tetapi berpengaruh
pisang yang digunakan maka semakin nyata secara deskriptif. Rata-rata hasil
kuat rasa daging buah pisang pada selai uji sensori aroma hedonik dan deskriptif
yang dihasilkan. Sebaliknya, semakin dapat dilihat pada Tabel 5.

Jom FAPERTA Vol. 2 No. 2 Oktober 2015


Tabel 5. Rata-rata penilaian uji hedonik dan deskriptif atribut aroma selai
Rata-rata
Deskriptif
Perlakuan
Hedonik Aroma buah Aroma
pisang buah naga
PN1 (100% buah pisang) 4,13 4,47e 1,07a
d
PN2 (75% buah pisang, 25% buah naga) 4,67 3,10 2,23b
c
PN3 (50% buah pisang, 50% buah naga) 4,87 2,37 2,83c
b
PN4 (25% buah pisang, 75% buah naga) 4,80 1,80 3,23c
PN5 (100% buah naga) 4,97 1,30a 3,63d
Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata (P>0,05).
Skor hedonik 7: sangat suka; 6: suka; 5: agak suka; 4: netral; 3; agak tidak suka; 2: tidak suka; 1;
sangat tidak suka
Skor deskriptif 5: sangat kuat; 4: kuat; 3; sedang; 2: lemah 1; sangat lemah.

Tabel 5 menunjukkan bahwa secara


Tekstur
hasil uji deskriptif aroma pisang yang
dilakukan panelis memberikan penilaian Hasil analisis sidik ragam
1,30-4,47 (sangat lemah sampai sangat menunjukkan bahwa rasio daging buah
kuat) dan secara hasil uji deskriptif aroma pisang dan daging buah naga berpengaruh
buah naga yang dilakukan panelis tidak nyata terhadap tekstur selai secara
memberikan penilaian 1,07-3,63 (sangat hedonik dan deskriptif. Rata-rata hasil uji
lemah sampai kuat). Berdasarkan Yunita sensori aroma hedonik dan deskriptif dapat
(2014) tentang selai buah naga merah, dilihat pada Tabel 6.
penambahan gula dan bahan penstabil tidak Tekstur selai dipengaruhi oleh
berpengaruh terhadap aroma selai yang pembentukan gel yang terjadi di dalam
dihasilkan. Aroma selai pada penelitian ini selai. Kekerasan gel pada selai tergantung
dipengaruhi oleh aroma buah yang kepada konsentrasi gula, pektin, dan asam
digunakan. (Hasbullah, 2001). Penelitian ini
Data pada Tabel 5 menunjukkan menggunakan konsentrasi gula, asam, dan
bahwa rasio daging buah pisang dan daging penambahan pektin (CMC) yang sama
buah naga mempengaruhi aroma selai yang setiap perlakuannya. Carboxy methyl
dihasilkan. Semakin banyak daging buah cellulose (CMC) merupakan bahan
pisang yang digunakan maka semakin kuat pengental yang sering digunakan untuk
aroma daging buah pisang pada selai yang menggantikan pektin pada saat pembuatan
dihasilkan. Sebaliknya, semakin banyak selai buah. Pektin yang terdapat pada buah
daging buah pisang yang digunakan maka pisang dan buah naga sangat berperan
semakin kuat aroma daging buah pisang dalam pembentukan gel. Jika jumlah pektin
pada selai. Menurut Winarno (2008) terbatas maka perlu penambahan bahan
komponen pembentuk aroma pada buah- pembentuk gel dari luar. Salah satu bahan
buahan adalah senyawa-senyawa ester yang pembentuk gel yang sering digunakan
bersifat mudah menguap atau senyawa adalah CMC. Kondisi optimum untuk
volatile. Namun penilaian secara hedonik pembentukan gel adalah 0,75-1,5% pektin,
rasio daging buah pisang dan daging buah 65-70% gula, dan pH 3,2-3,4 (Buckle dkk.,
naga tersebut tidak mempengaruhi tingkat 2007).
kesukaan panelis.terhadap.aroma.selai. Selain itu, tekstur selai dipengaruhi
oleh kadar air selai. Menurut Winarno

Jom FAPERTA Vol. 2 No. 2 Oktober 2015


(2008) kadar air dapat mempengaruhi memiliki kadar air yang tinggi karena
penampakan dan tekstur suatu bahan menggunakan buah naga merah dan buah
pangan. Sehingga selai yang memiliki pisang mas yang juga memiliki kadar air
kadar air yang lebih rendah cenderung yang cukup tinggi. Oleh sebab itu kadar air
memiliki tekstur yang lebih keras selai yang tinggi tersebut
dibandingkan selai yang memiliki kadar air menyebabkan.tekstur.yang.lembut.
lebih tinggi. Selai pada penelitian ini

Tabel 6. Rata-rata penilian uji hedonik dan deskriptif tekstur selai


Rata-rata
Perlakuan
Hedonik Deskriptif
PN1 (100% buah pisang) 5,20 4,03
PN2 (75% buah pisang, 25% buah naga) 5,30 3,93
PN3 (50% daging buah pisang, 50% buah naga) 5,43 3,77
PN4 (25% buah pisang, 75% buah naga) 5,43 3,77
PN5 (100% buah naga) 5,43 3,87
Ket:Skor hedonik 7: sangat suka; 6: suka; 5: agak suka; 4: netral; 3; agak tidak suka; 2: tidak suka; 1;
sangat tidak suka
Skor deskriptif 5: sangat lembut; 4: lembut; 3: agak lembut; 2: keras; 1: sangat keras
.
Penilaian Keseluruhan dihasilkan. Data Tabel 7 menunjukkan
Penilaian keseluruhan merupakan bahwa hasil uji hedonik terhadap
penilaian keseluruhan selai berkisar
penilaian panelis terhadap selai yang
meliputi seluruh parameter yaitu warna, antara skor 4,63-5,50 (agak suka sampai
aroma, rasa dan tekstur. Hasil analisis suka). Rata-rata penilaian uji hedonik
sidik ragam menunjukkan bahwa rasio terhadap penilaian keseluruhan selai yang
daging buah pisang dan daging buah naga dihasilkan disajikan pada Tabel 7.
berpengaruh nyata terhadap selai yang

Tabel 14. Rata-rata penilaian uji hedonik terhadap penilaian keseluruhan selai
Perlakuan Rata-rata
PN1 (100% daging buah pisang) 4,63a
PN2 (75% daging buah pisang, 25% daging buah naga) 5,03ab
PN3 (50% daging buah pisang, 50% daging buah naga) 5,63bc
PN4 (25% daging buah pisang, 75% daging buah naga) 5,40bc
PN5 (100% daging buah naga) 5,50c
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata (P>0,05).
Skor 7: sangat suka; 6: suka; 5: agak suka; 4: netral; 3; agak tidak suka; 2: tidak suka; 1; sangat tidak
suka

Penilaian tertinggi secara menunjukkan bahwa semakin banyak


keseluruhan selai terdapat pada perlakuan penambahan daging buah naga maka
PN5 berbeda tidak nyata dengan perlakuan semakin tinggi tingkat kesukaan panelis
PN4 dan PN3. Penilaian terendah terdapat terhadap selai.
pada perlakuan PN1 dan PN2. Hal tersebut

Jom FAPERTA Vol. 2 No. 2 Oktober 2015


Berdasarkan beberapa parameter yang ditambahkan dalam formulasi selai
atribut selai (warna, rasa, aroma, dan maka penilaian hedonik selai secara
tekstur), atribut warna merupakan faktor keseluruhan semakin meningkat.
utama yang mempengaruhi tingkat
Pemilihan Selai Perlakuan Terbaik
kesukaan panelis terhadap penilaian
keseluruhan selai selai. Hal tersebut Produk pangan yang diproduksi
disebabkan dari beberapa atribut selai, diharapkan dapat memenuhi syarat mutu
hanya atribut warna yang memiliki yang telah ditetapkan. Salah satu syarat
pengaruh nyata terhadap tingkat kesukaan mutu yang menjadi acuan produk pangan
panelis. Panelis cenderung lebih menyukai adalah Standar Nasional Indonesia (SNI)
selai yang memiliki warna lebih merah serta penilaian organoleptik yang mampu
sehingga semakin merah warna selai maka diterima oleh konsumen. Tabel 8 dapat
semakin meningkat kesukaan panelis dilihat hasil rekapitulasi data berdasarkan
terhadap selai. Warna merah tersebut parameter total padatan terlarut, kadar serat,
disebabkan oleh pigmen warna yang kadar air, pH, kadar gula total dan penilaian
terkandung pada daging buah naga merah, sensori.
oleh sebab itu semakin banyak buah naga
Tabel 17. Rekapitulasi data untuk pemilihan selai perlakuan terbaik
Perlakuan
Parameter Uji SNI*
PN1 PN2 PN3 PN4 PN5
1. Analisis kimia
- Total padatan terlarut Min.65% 69,97c 67,23b 66,73b 65,57ab 63,63a
- Kadar serat Positif 0,27a 0,32b 0,34b 0,39c 0,44d
- Kadar air - 33,41a 35,80b 39,61c 40,89c 41,50d
- pH - 4,83e 4,81d 4,78c 4,71b 4,67a
- Kadar gula total - 51,58c 51,32c 50,82c 47,10b 45,62a
3. Penilaian sensori
(hedonik)
- Warna - 4,01a 4,87b 6,07c 5,77c 6,00c
- rasa - 4,83 4,83 5,07 5,27 5,53
- Aroma - 4,13 4,67 4,80 4,87 4,97
- Tekstur - 5,20 5,30 5,43 5,43 5,43
- Penilaian keseluruhan - 4,63a 5,03ab 5,40bc 5,50bc 5,63c
2. Penilaian sensori
(deskriptif)
- Warna Normal 1,67a 3,57b 3,97c 4,20c 4,60d
e d c
- Rasa pisang Normal 4,70 3,47 2,93 2,13b 1,57a
a b c
- Rasa buah naga Normal 1,50 2,80 3,33 3,83d 4,27e
e d c
- Aroma pisang Normal 4,47 3,10 2,37 1,80b 1,30a
- Aroma buah naga Normal 1,07a 2,23b 2,83c 3,23cd 3,63d
- Tekstur - 4,03 3,93 3,77 3,77 3,87
Sumber : *SNI 3746: 2008
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata (P>0,05).
Skor hedonik 7: sangat suka; 6: suka; 5: agak suka; 4: netral; 3; agak tidak suka; 2: tidak suka; 1;
sangat tidak suka
Skor deskriptif 5: sangat kuat; 4: kuat; 3; sedang; 2: lemah 1; sangat lemah.

Jom FAPERTA Vol. 2 No. 2 Oktober 2015


Berdasarkan semua parameter Saran
uji dipilih perlakuan PN3 (50% daging Saran dari penelitian ini yaitu
buah pisang, 50% daging buah naga) perlu penelitian lanjut mengenai daya
sebagai perlakuan terbaik karena dari simpan selai untuk beberapa waktu
hasil analisis kimia perlakuan tersebut yang ditentukan dengan menganalisis
mendapat penilaian tertinggi dan telah cemaran mikroba berdasarkan standar
memenuhi syarat mutu selai buah, mutu selai, selain itu perlu juga
sedangkan berdasarkan uji sensori dilakukan penelitian lanjut tentang
secara hedonik perlakuan PN3 analisis usaha selai campuran buah
mendapatkan skor penilaian tertinggi pisang dan buah naga merah untuk
dari atribut warna dan penilaian memperoleh kelayakan usaha selai
keseluruhan. Selai perlakuan tersebut apabila diproduksi dalam skala besar.
PN3 memiliki warna merah, rasa pisang
lemah dan rasa buah naga kuat, aroma DAFTAR PUSTAKA
pisang lemah dan aroma buah naga Badan Standarisasi Nasional-BSN. SNI
sedang, dan tekstur lembut. 3746: 2008. Selai Buah.
Jakarta.
KESIMPULAN DAN SARAN Darmawan, E.W. 2013. Kualitas selai
Kesimpulan lembaran durian (Durio
1. Berdasarkan hasil analisis yang zibethinus Murr.) dengan
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kombinasi daging buah dan
rasio daging buah pisang mas dan albedo durian. Skripsi Fakultas
daging buah naga merah Teknobiologi Universitas Atma
Jaya. Yogyakarta.
berpengaruh nyata terhadap kadar
air, derajat keasaman, kadar gula Emil, S. 2011. Untung Berlipat dari
total, total padatan terlarut, kadar Bisnis Buah Naga Unggul. Lily
serat kasar dan penilaian sensori Publisher. Yogyakarta.
Endang, R. L. 2006. Karaterisasi fisik
selai.
2. Perlakuan terbaik dari parameter dan pH selai pisang raja.
yang telah diuji adalah selai Skripsi Fakultas Matematika dan
perlakuan yang menggunakan rasio Ilmu Pengetahuan Alam Institut
50% daging buah pisang dan 50% Pertanian Bogor. Bogor.
daging buah naga. Hasil analisis Feriyani, N.V. 2000. Pembuatan selai
kimia total padatan terlarut dan kadar salak (salaca edulis reinw) :
serat perlakuan tersebut telah kajian dari penambahan
memenuhi SNI 3746: 2008. natrium benzoat dan gula
3. Berdasarkan hasil uji sensori selai yang tepat terhadap mutu
perlakuan terbaik (50% daging buah selai salak selama
pisang dan 50% daging buah naga) penyimpanan. Skripsi Fakultas
yang dihasilkan memiliki warna Teknik Universitas Wijaya
Kusuma. Surabaya.
merah, rasa pisang lemah dan rasa
buah naga kuat, aroma pisang lemah Hasbullah. 2001. Teknologi Tepat
dan aroma buah naga sedang, dan Guna Agroindustri Kecil
tekstur lembut. Sumatera Barat. Dewan Ilmu

Jom FAPERTA Vol. 2 No. 2 Oktober 2015


Pengetahuan, Teknologi dan Sriwahyuni. 2010. Mutu manisan
Industri. Sumatera Barat. kering buah naga merah
Islam, M.Z., M.T.H. Khan, M.M. (Hylocereus polyrhizus). Skripsi
Hoque, and M.M. Rahman. Fakultas Pertanian Universitas
2012. Studies on the Riau, Pekanbaru.
processing and preservation of Syahrumsyah, H., W. Murdianto dan N.
dragon fruit (Hylocereus Pramantri. 2010. Pengaruh
undatus) Jelly. Scientific penambahan karboksil metil
Journal of Krishi Foundation, selulosa (cmc) dan tingkat
volume 10 (2): 29-35. kematangan buah nanas
Mahmud, M. 2013. Peran pektin dan (ananas comosus l. merr.)
sukrosa pada selai ubi jalar terhadap mutu selai nanas.
ungu. Skripsi Teknologi Pangan Jurnal Teknologi Pertanian
Fakultas Teknologi Industri Universitas Mulawarman
Universitas Pembangunan Volume 6 (1): 34-40.
Nasional. Jawa Timur. Wahyuni, R. 2012. Optimasi
Ningsih, F.S. 2013.Penambahan pengolahan kembang gula
konsentrasi gum arab terhadap jelly campuran kulit dan
mutu sirup buah naga merah daging buah naga super
(Hylocereus polyrhizus). Skripsi merah (Hylocereus
Fakultas Pertanian Universitas costaricensis) dan prakiraan
Riau. Pekanbaru. biaya produksi. Jurnal
Rebecca, O.P.S., A.N. Boyce dan Teknologi Pangan Vol. 4 No. 1.
Chandran. 2010. Pigment Winarno, F.G. 2008. Kimia Pangan
indentification and dan Gizi. PT Gramedia Pustaka
antioxidant properties of red Utama. Jakarta.
dragon fruit (Hylocereus Yunita, S. 2014. Pengaruh jumlah
polyrhizus). African Journal of pektin dan gula terhadap sifat
Biotechnology, Volume 9: 1450- organoleptik jam buah naga
1454. merah (Hylocereus polyrhizus).
Ropiani. 2006. Karakterisasi fisik dan Skripsi Fakultas Teknik
ph selai buah pepaya bangkok. Universitas Negeri Surabaya.
Skripsi Fakultas Matematika dan Surabaya.
Ilmu Pengetahauan Alam IPB, Zulfahnur, R. Nurapriani, T. Tegar dan
Bogor. D. Askanovi. 2009.
Sidauruk, M. 2011. Studi pembuatan Mempelajari reaksi
selai campuran dami nangka pencoklatan enzimatis pada
(Artocarpus heterophyllus) buah dan sayur. Program
dengan belimbing wuluh Kreativitas Mahasiswa Institut
(Averrhoa bilimbí L.). Skripsi Pertanian Bogor. Bogor.
Fakultas Pertanian Universitas
Andalas. Padang.

Jom FAPERTA Vol. 2 No. 2 Oktober 2015

You might also like