Professional Documents
Culture Documents
Komunikasi Verbal Fotografer Dan Model Dalam Proses Pemotretan
Komunikasi Verbal Fotografer Dan Model Dalam Proses Pemotretan
Abstract
Photographers can not be separated from social interaction or commonly called human
relations, both in communicating with photo models, assistants, teams, and the surrounding
environment. The most common area of photography among human interactions is model
photography, because in this field the object of the photograph is human. In this study, there
will be at least two people who interact, ie between the photographer and his model. This
study aims to reveal the meaning of verbal interaction of photographers and models in the
process of making photographs. The research method used is the interpretive approach study
is a method that aims to interpret the case or subject studied. In this case, the data collection
technique is done by in-depth interview, observation, and documentation study. The data
validity test is triangulation technique, discussion with colleague, and member check. The
result of this interpretive approach is the verbal interaction of photographers and photo
models in the process of making the photographs vary, depending on the photographer and
the model determining the role. Verbal interaction of photographers and models will be
harmonious, harmonious, and balanced in accordance with ethical and moral values, if both
parties respect each other's profession and primarily still uphold the ethical elements in the
profession.
Keywords: Verbal Communication, Photographer, Model, Photo Shoot
Abstrak
Fotografer tidak bisa lepas dari interaksi sosial atau biasa disebut human relation, baik dalam
berkomunikasi dengan foto model, asisten, tim, dan lingkungan sekitarnya. Bidang fotografi
yang paling sering terjadi interaksi di antara manusia adalah fotografi model, karena pada
bidang ini objek fotonya adalah manusia. Dalam penelitian ini, akan terdapat minimal dua
orang yang berinteraksi, yaitu antara fotografer dan modelnya. Penelitian ini bertujuan
mengungkapkan makna interaksi verbal fotografer dan model dalam proses pembuatan karya
foto. Metode penelitian yang digunakan adalah studi pendekatan interpretatif yaitu suatu
metode yang bertujuan untuk memaknai kasus atau subjek yang diteliti. Dalam hal ini, teknik
pengumpulan data tersebut dilakukan dengan wawancara mendalam, pengamatan, dan studi
dokumentasi. Adapun uji keabsahan data yang dilakukan adalah teknik trianggulasi, diskusi
dengan teman sejawat, dan member check. Hasil penelitian pendekatan interpretatif ini adalah
interaksi verbal fotografer dan foto model dalam proses pembuatan karya foto terjadi secara
bervariasi, bergantung dari fotografer dan model menentukan perannya. Interaksi verbal
fotografer dan model akan berjalan harmonis, selaras, dan seimbang sesuai dengan nilai etika
dan moral, jika kedua pihak tersebut saling menghargai profesi masing-masing dan utamanya
tetap menjunjung tinggi unsur etika dalam berprofesi.
Kata Kunci: Komunikasi Verbal, Fotografer, Model, Pemotretan
667
Wiki Angga Wiksana
668
JURNAL NOMOSLECA
Volume 4 Nomor 1, April 2018
669
Wiki Angga Wiksana
670
JURNAL NOMOSLECA
Volume 4 Nomor 1, April 2018
671
Wiki Angga Wiksana
yang “ya, belum tentu, atau bahkan tidak tersampaikan kepada orang lain yang
sama sekali”. melihat fotonya. Foto tadi dihasilkan
Sebagai salah satu profesi yang melalui proses aktifitas fotografi, dimulai
peneliti ambil yaitu, fotografer. Dikenal lahirnya sebuah konsep atau ide, buah hasil
sebagai profesi yang bekerja di balik foto dari pemikiran, pengalaman, serta teknik
untuk mengabadiakan setiap momen yang yang dimiliki fotografer tersebut.
terjadi di lingkungan kita. Walaupun setiap Menggunakan kamera serta
orang bisa menghasilkan foto peralatan lainnya yang menunjang,
menggunakan kameranya. Akan tetapi aktifitas memotret dalam hal ini fotografi
kebanyakan orang akan lebih percaya bisa dilakukan. Dengan melihat berbagai
memberikan tanggung jawab hasil karya fotografer di sekitar kita, ada
mengabadikan momen hidupnya kepada yang menyampaikan pesan dengan gambar
seorang fotografer. hasil karyanya secara langsung, persuasif,
Baik tidaknya sebuah foto bisa kita sugertif, bahkan ada yang menyampaikan
lihat dari salah satu sudut pandang, yaitu tanda tanya bagi publiknya. Tentu saja ini
tersampainya pesan yang dimaksud oleh dipengaruhi oleh konsep dasar, art director,
fotografer. Seorang fotografer strata sosial publik bahkan fotografernya
menghasilkan sebuah karyanya melalui sendiri. Hingga akhirnya konsep diri yang
sebuah foto, kemudian dinilai baik dari didalamnya terdapat pengetahuan,
segi pesan yang disampaikan. Sebagai pengharapan, serta nilai yang menjadi
contoh, ketika fotografer mengabadikan aspeknya terbentuknya mental berfotografi
momen sedih melalui kamera dan bagi seorang fotografer.
menghasilkan sebuah foto, selanjutnya kita Fotografer atau juru foto
bisa merasakan kesedihan dari gambar (photographer) adalah:
tersebut maka foto itu dinilai baik. Kita “Orang-orang yang membuat gambar
bisa menangkap maksud dan pesan dari dengan cara menangkap cahaya dari
fotografer tentang suasana sedih objek foto subyek gambar dengan kamera maupun
melalui foto yang dihasilkannya. peralatan fotografi lainnya, dan umumnya
Foto yang baikpun tidak lepas dari memikirkan seni dan teknik untuk
konsep, ide dan sikap baik dari seorang menghasilkan foto yang lebih bagus serta
fotografer. Terlepas dari persiapan berusaha mengembangkan ilmunya.
fotografi penunjang dan peralatan Banyak fotografer yang menggunakan
fotografi, sikap baik seorang fotografer kamera dan alatnya sebagai pekerjaan
sangatlah penting. Setiap foto yang baik itu untuk mencari penghasilan.” (KBBI, 2000)
harus ada suatu proses sikap berfotografi Fotografi sering disebut sebagai
yang baik dan tepat pada si fotografernya. aktivitas ekspresi diri seniman foto. Telah
Mungkin terdengar sederhana sekali. Tapi hadir lebih dari 1,5 abad yang lalu, dan
makin direnungi, fakta ini makin terasa telah menjadi sebuah inovasi tiada henti
kuat. Seseorang tidak mungkin sejalan dengan perkembangan teknologi
menghasilkan foto yang baik, yang dan ilmu pengetahuan yang
berkesan, apalagi yang berwatak bila tidak mendukungnya.
dilandasi sikap mental yang tepat. Fotografi berasal dari bahasa yunani,
Dalam rangka menghasilkan terdiri dari dua kata: photos berarti cahaya,
sebuah mahakarya yang disebut foto, dan graphos artinya melukis, menggambar.
fotografer perlu melakukan eksplorasi Secara harfiah Fotografi (photography)
terhadap karya seperti apa yang akan dia mengandung arti melukis atau
buat, melalui ide dan konsep sang menggambar dengan cahaya. Seni atau
fotografer, sikap bagaimana yang akan ia proses penghasilan gambar dengan cahaya
berikan terhadap karyanya tadi, sehingga pada film atau permukaan yang dipekakan.
pesan yang dimaksudkan bisa
672
JURNAL NOMOSLECA
Volume 4 Nomor 1, April 2018
673
Wiki Angga Wiksana
674
JURNAL NOMOSLECA
Volume 4 Nomor 1, April 2018
Ardianto (2007: 136), Makna itu berasal 4) Hubungan antar peneliti dan subjek
dari interaksi, dan tidak ada cara lain untuk penelitian: Setarap, empati, akrab,
membentuk makna, selain dengan interaktif, timbal balik, saling
membangun hubungan dengan individu mempengaruhi dan berjangka lama.
lain melalui interaksi. 5) Tujuan penelitian: Menangani hal-hal
Dadi Ahmadi (2008) dalam bersifat khusus, bukan hanya perilaku
artikelnya juga menjelaskan tentang terbuka, tetapi juga proses yang tak
konsep interaksi dalam teori interaksi terucapkan, dengan sampel kecil atau
simbolik, manusia pada hakikatnya adalah purposive, memahami peristiwa yang
mahluk yang berinteraksi. Bahkan, punya makna historis, menekankan
interaksi itu tidak hanya ekslusif perbedaan individu, mengembangkan
antarmanusia, melainkan inklusif dengan hipotesis (teori) yang terikat oleh
seluruh mikrokosmos, termasuk interaksi konteks dan waktu; membuat penilaian
manusia dengan seluruh alam ciptaan. etis atau estetis atas fenomena
Singkatnya, manusia selalu mengadakan (komunikasi) spesifik.
interaksi. Setiap interaksi mutlak 6) Metode penelitian: Deskriptif
membutukan sarana tertentu. Sarana (wawancara tak berstruktur atau
menjadi medium simbolisasi dari apa yang mendalam, pengalaman berperan serta,
dimaksudkan dalam sebuah interakasi. analisis dokumen, studi kasus, studi
histori; penafsiran sangat ditekankan
Pendekatan dan Jenis Penelitian alih-alih pengamatan objektif.
7) Analisis bersifat induktif;
Penelitian kualitatif secara luas berkesinambungan sejak awal hingga
menggunakan pendekatan interprentif dan akhir; mencari model, pola atau tema.
kritis pada masalah-masalah 8) Kriteria kualitas penelitian: otentitas,
sosial.Penelitian kualitatif lebih yakni sejauh mana temuan penelitian
memfokuskan dirinya pada makna mencerminkan penghayatan subjek
subjektif, pendefinisian, metafora, dan yang diteliti (komunikator)
deskripsi pada kasus-kasus yang spesifik 9) Peran nilai: Nilai, etika dan pilihan
(Neuman: 2000, 329). Mulyana (2005: moral peneliti melekat dalam proses
147-148) menyatakan bahwa penelitian penelitian (pemilihan masalah
kualitatif dalam ilmu komunikasi sebagai penelitian, tujuan penelitian, paradigma,
“perspektif subjektif” memiliki ciri sebagai teori dan metode atau teknik analisis
berikut: yang digunakan).
1) Sifat realitas: Realitas (komunikasi),
bersifat ganda, rumit, semu, dinamis Penentuan Data dan Sumber Data
(mudah berubah), dikontruksi dan
holistik : Kebenaran realitas bersifat Data yang ada dalam penelitian
relatif. kualitatif bersifat empiris, terdiri dari
2) Sifat manusia (komunikator atau peserta dokumentasi ragam peristiwa, rekaman
komunikasi): Aktor (komunikator) setiap ucapan, kata dan gestures dari objek
bersifat aktif, kreatif dan memilki kajian, tingkah laku yang spesifik,
kemauan bebas; perilaku (komunikasi) dokumen-dokumen tertulis serta berbagai
secara internal dikendalikan oleh imaji visual yang ada dalam sebuah
individu. fenomena sosial (Neuman, 2000:328).
3) Sifat hubungan dalam dan mengenai Untuk mendapatkan hasil analisis yang
realitas (komunikasi): semua entitas mendalam, maka diperlukan data dari
secara simultan saling mempengaruhi, setiap tahapan penelitian.Data yang
sehingga peneliti tak mungkin diperlukan berasal dari data primer dan
membedakan sebab dari akibat. data sekunder.
675
Wiki Angga Wiksana
676
JURNAL NOMOSLECA
Volume 4 Nomor 1, April 2018
4. Budi Ipoenk, Fotografer Profesional adalah masalah yang penting. Namun topik
5. Anjar Sapta, Fotografer Profesional ini biasanya jarang di bahas, fotografer
biasanya lebih tertarik membahas soal
HASIL DAN PEMBAHASAN kamera, lensa, pencahayaan dan lain lain.
Maksud dari interaksi dalam
Hasil penelitian ini adalah bagaimana cara kita
berhubungan antar manusia, antara
Dalam bagian ini, peneliti akan fotografer dan model, antara fotografer dan
menjelaskan hasil penelitian yang asisten, atau fotografer dan masyarakat
dilakukan mengenai interaksi antara lokal. Memiliki interaksi yang baik,
fotografer dan model ketika proses fotografer tentunya diuntungkan dengan
pembuatan karya foto. Interaksi antara mendapatkan banyak kemudahan dalam
fotografer dan model akan sangat beragam, membuat karyanya, karena orang-orang di
tergantung dari individu masing-masing. sekitar kita pun akan lebih senang
Foto yang baikpun tidak lepas dari konsep, membantu kita.
ide dan sikap baik dari seorang fotografer. Secara ideal, memiliki interaksi
Terlepas dari persiapan fotografi yang baik berarti fotografer dalam
penunjang dan peralatan fotografi, sikap menyampaikan ide dan konsep foto yang ia
baik seorang fotografer sangatlah penting. inginkan kepada modelnya adalah dengan
Setiap foto yang baik itu harus ada suatu bersikap rendah hati, hormat terhadap
proses sikap berfotografi yang baik dan orang yang menjadi subjek fotonya.
tepat pada fotografernya. Mungkin Menerapkan tata krama etika moral yang
terdengar sederhana sekali. Tapi makin baik dalam interaksinya dengan model,
direnungi, fakta ini makin terasa kuat. seorang fotografer selain mendapatkan
Seseorang tidak mungkin menghasilkan hasil foto yang ia inginkan, ia juga akan
foto yang baik, yang berkesan, apalagi mendapatkan rasa hormat dari modelnya.
yang berkarakter bila tidak dilandasi sikap Dalam sebuah sesi pemotretan
mental yang tepat. idealnya interaksi yang terjadi antara
Dalam proses menghasilkan sebuah fotografer dan model berlangsung sejak
karya yang disebut foto, fotografer perlu awal fotografer bertemu dan
melakukan eksplorasi terhadap karya membicarakan konsep foto yang akan
seperti apa yang akan dia buat, melalui ide dilaksanakan. Dalam interaksi yang terjadi
dan konsep sang fotografer, sikap tersebut hendaknya fotografer dan
bagaimana yang akan ia berikan terhadap modelnya merasa nyaman dengan
karyanya tadi, sehingga pesan yang interaksi yang terjadi sehingga interaksi
dimaksudkan bisa tersampaikan kepada yang terjadi berlangsung efektif. Setelah
orang lain yang melihat fotonya. Foto tadi interaksi yang terjadi pada saat pra-
dihasilkan melalui proses aktifitas pemotretan, interaksi terus berlangsung
fotografi, dimulai lahirnya sebuah konsep pada saat pemotretan, pada saat proses
atau ide, buah hasil dari pemikiran, pemotretan berlangsung interaksi terus
pengalaman, serta teknik yang dimiliki berlangsung, terutama saat fotografer
fotografer tersebut. mengarahkan modelnya. Interaksi tersebut
Sebagai makhluk sosial, sebagai juga idealnya berlangsung dengan baik
fotografer, kita tidak luput dari hubungan sehingga kedua belah pihak baik fotografer
manusia. Bila kita hobi foto model, maka dan model merasa nyaman dengan
kita akan berhubungan langsung dengan interaksi yang berlangsung, sehingga
manusia sebagai modelnya. Kalaupun hobi interaksinya berjalan efektif.
kita foto pemandangan, tetap saja kita Sikap yang baik dari seorang
harus berhubungan dengan orang lain di fotografer lebih jarang ditemui peneliti
lokasi untuk mendapatkan informasi atau dalam sesi-sesi pemotretan yang peneliti
bantuan. Maka dari itu masalah interaksi,
677
Wiki Angga Wiksana
observasi. Dalam sesi fotografi yang lebih interaksi fotografer dan model dalam
bersifat privat atau kalangan fotografer proses pembuatan karya foto.
menyebutnya dengan sesi pemotretan KT
(kategori terbatas) dimana fotografer Pembahasan
terkesan memiliki kuasa yang penuh atas
modelnya, sehingga interaksi yang terjadi Interaksi Verbal Fotografer dan Model
menjadi tidak baik. Terkadang fotografer
dengan berani menyentuh, memegang, Sebelum menceritakan tentang
memandangi dan berbicara seenaknya. interaksi fotografer dan model selama
Terkadang dalam sesi pemotretan proses pengambilan foto, maka disini
privat fotografer sering kali berusaha peneliti menjelaskan terlebih dahulu
melanggar kesepakatannya dengan tentang konsep dari fotografer dan model
modelnya. Fotografer terkadang sering itu sendiri.
mengambil keuntungan dari modelnya, Hans-Carl Koch (1911) berkata,
seperti pemilihan wadrobe dan konsep “Today only creative and technically
pemotretan yang tidak sesuai dengan perfect images will survive”. Kutipannya
kesepakatan awal dengan modelnya. ini memaparkan bahwa, fotografer-
Berbeda dengan sesi pemotretan fotografer yang memiliki kreatifitas dan
komersial, dimana dalam sesi tersebut teknik yang baik yang akan bertahan.
segala sesuatunya jauh lebih tertata dan Kreatifitas terbentuk dari pemikiran, ide-
terencana dengan baik, dan juga lebih ide, cara pandang, keinginan, permintaan,
banyak pihak yang terlibat, sehingga minat yang ditata dengan nilai-nilai,
interaksi fotografer terhadap modelnya pemahaman, serta moralitas sang
menjadi lebih terbatas dan terawasi, karena fotografer yang terbentuk dari konsep diri
bukan hanya fotografer dan model saja sang fotografer itu sendiri.
yang terlibat dalam sesi pemotretan Fotografi merupakan aktivitas dimulai
tersebut ada pihak lain seperti: klien dari terbentuknya konsep atau ide foto,
fotografer tersebut, make-up artist, hair kemudian aktifitas memotret itu sendiri
stylist, bagian wadrobe dan masih banyak hingga hasil karya fotonya, menjadi
lagi pendukung lainnya. Pada sesi ini fenomena yang dewasa ini hadir di mana-
interaksi fotografer dan modelnya baik mana (omnipresence) bahkan di setiap
secara verbal dan nonverbal menjadi elemen kehidupan masyarakat yang
sangat terbatas, dan sangat terkesan memasuki era informasi.
interaksi yang terjadi hanya sebatas Memotret adalah proses kreatifitas
melaksanakan tugas profesionalisme yang tidak hanya sekedar membidik obyek
masing-masing. yang akan kita rekam dan kemudian
Dalam penelitian ini, peneliti menekan tombol shutter pada kamera.
menggunakan informan kunci dan Dalam menciptakan sebuah karya foto kita
informan pendukung. Adapun yang harus mempunyai ide (konsep) yang
menjadi informan kunci adalah tiga orang matang agar tidak mengalami kesulitan
model yang sengaja dipilih sesuai dengan dilapangan dan yang tidak kalah
kriteria penelitian, model yang bervariatif pentingnya adalah memahami tentang
dari segi profesionalisme dan komposisi, ketajaman dan pencahayaan
berpengalaman dalam dunia modeling. (teknis).
Untuk data pendukung, peneliti Informan pertama, Dewi, sebagai
mewawancarai fotografer, dalam hal ini model profesional, dalam pengalamannya
fotografer ternama yang sudah selama tiga tahun menekuni profesi model
berpengalaman dalam dunia fotografi, yang juga cita-citanya semenjak kecil
khususnya yang memahami mengenai untuk menjadi seorang yang terkenal dan
disukai banyak orang. Awal karirnya
sebagai model dimulai sejak masa awal
678
JURNAL NOMOSLECA
Volume 4 Nomor 1, April 2018
perkuliahannya ia mengikuti kontes gue sama fotografer sih ya kayak gitu, gue
pemilihan model catwalk dan menjadi jadi terbiasa sama tingkah laku mereka. ”
pemenang, mulai dari itu lah Dewi mulai Dengan perlakuan yang sama yang
mengikuti berbagai lomba model dan dilakukan fotografer terhadap model-
kemudian mulai mendapatkan tawaran modelnya, maka muncul sebuah anggapan
pemotretan lalu memutuskan untuk terus bahwa perilaku tersebut menjadi sebuah
menekuni profesinya. kewajaran yang terjadi dalam interaksi
Perlakuan yang dewi terima saat antara fotografer dan model.
menjalankan tawaran pemotretan, awalnya Interaksi verbal yang terjadi dalam
ia merasa risih dengan perlakuan fotografer salah satu sesi pemotretan privat yang
terhadap dirinya, seperti yang Dewi Dewi alami, fotografer berusaha merayu
ungkapkan kepada peneliti: Dewi untuk melakukan sebuah sesi foto
“Pas pertama kali jadi model sih, awalnya yang berbeda dengan perjanjian awal yang
gue ngerasa risih ama fotografer-fotografer mereka tawarkan. Ucapan-ucapan verbal
nakal yang suka godain pas lagi proses yang fotografer ucapkan sangat terkesan
pemotretan. Kaget banget, kok mereka merendahkan dan melecehkan model. Dan
pada berani gitu sih, pegang-pegang gue, dalam situasi tersebut Dewi tidak memiliki
ngarahin gaya gue sambil ngerayu-rayu pilihan selain menuruti apa yang
gitu, tapi gue coba ikutin aja prosesnya. fotografernya minta, meskipun permintaan
Soalnya pas liat hasil fotonya, gue juga itu dilakukan dengan nada-nada yang
seneng, ternyata foto-foto gue bagus juga, merendahkan dan melecehkan, Dewi
hehe.. gue jadi sangat pede kalau berpose berasumsi jika dia tidak mengikuti apa
di depan kamera. Terus jadi semakin yang fotografer itu inginkan maka ia tidak
tertantang untuk dipotret dengan gaya-gaya akan mendapatkan fee yang fotogarfer
baru lainnya.” tersebut janjikan, ia merasa akan
Perkataan-perkataan godaan dan mengalami kerugian karena hal tersebut.
rayuan-rayuan yang di katakan oleh Informan kedua, Dea Nabila
fotografer kepada modelnya terkadang memiliki cerita yang berbeda tentang
menjurus kearah pelecehan dan interaksinya dengan para fotografer.
merendahkan model, namun perlakuan Seperti telah dijelaskan sebelumnya, Dea
fotografer yang sebenarnya tidak cenderung sangat selektif dan tidak pernah
menyenangkan tertutupi oleh hasil foto berurusan langsung dengan para fotografer.
yang cukup memuaskan. Godaan-godaan “Alhamdulilah sejauh ini, aku selalu
dan rayuan-rayuan dilakukan fotografer mendapatkan pelayanan yang baik dari
terhadap modelnya secara terus menerus, fotografer. Maksudnya ya, interaksi aku
sehingga perbuatan yang tidak sebagai model pun berjalan sesuai dengan
menyenangkan tersebut sudah dia anggap konteksnya, aku model, dia fotografer.
sebagai hal yang wajar dan dianggap biasa Tapi kalau untuk interaksinya sih, masih
bagi fotografer dalam memperlakukan dalam batas wajar kok. Selama 1,5 tahun
modelnya, seperti yang Dewi ungkapkan: kan aku bekerja sebagai model freelance,
“Tapi yang ngeselinnya sih, mereka ya pas lagi masa-masanya belajar jadi model,
suka gitu habis manis sepah dibuang, gue hehee... Tapi alhamdulilah kok, interaksi
kadang suka gampang jealous juga kalo yang aku alamin sama fotografer ya
fotografer gue motret model lain dengan sebatas format wajar saja. Aku dipotret,
interaksinya sama kayak ke gue, mesra mereka ngarahin gaya. Gak pernah ada
sambil ngerayu-rayu gitu. Suka kesel juga, fotografer yang berani macem-macem juga
bete, pengen marah. Gue jadi sering sakit sama aku. Misalnya, interaksi wajar itu,
hati sama fotografer, akhirnya gue punya sejauh ini ya kalo aku kecapean trus susah
persepsi, pokoknya semua fotografer itu ngikutin gaya yang diarahin sama
sama brengseknya. Kalau soal interaksi fotografer, biasanya mereka lebih sabar.
679
Wiki Angga Wiksana
Istirahat dulu sebentar, terus kalau baju Dea juga sangat selektif memilih
aku agak sedikit terbuka, ada bagian make tawaran pemotretan pada dirinya, seperti
up atau manajer yang bantuin aku benerin yang dia ungkapkan kepada peneliti:
baju. Jadi, gak pernah ngelibatin langsung “Pada intinya sih, kalau menurut aku,
fotografernya. Kalau aku keringetan, setiap model itu harus memiliki prinsip.
biasanya bagian make up juga yang Dia bekerja sebagai model yang
bantuin aku ngelapin keringat. profesional, seharusnya bersikap tegas dan
Alhamdulilah, gak pernah ada kejadian punya prinsip, bagaimana seharusnya
macem-macem kok.” berinteraksi dengan para fotografer. Kalau
Perlakuan fotografer terhadap aku sih, emang dulu juga suka banyak
model yang dialami oleh Dea berbeda yang pedekate, pake modus nawarin
dengan apa yang dialami Dewi, Dea lebih kontrak kerja pemotretan segala, tapi aku
terlindungi karena Dea berada dibawah sih selalu bersikap tegas. Terus kalau ada
naungan sebuah kontrak yang jelas dan yang nawarin job pemotretan dengan
sebuah agensi model yang profesional, pakaian yang minim, sexy, dan terbuka,
sehingga semua pemotretan sangat teratur aku suka langsung nolak. Lebih baik
dan terawasi oleh agensi tersebut dan kehilangan job tersebut, daripada harus
pemotretan tersebut berjalan dalam koridor ngambil resiko. Tentunya masih ada rezeki
profesionalisme. Namun Dea juga tidak lain dari Allah buat aku, bukan hanya job
memungkiri jika ada upaya fotografer yang harus menggunakan pakaian sexi
untuk melakukan perlakuan yang tidak tersebut. Aku sih mikirnya gitu. Jadi, pada
profesional dari seorang fotografer, namun intinya sih, seperti itulah seharusnya
bagimana model menyikapinya, jika model seorang model yang profesional. Bersikap
membiarkannya, maka fotografer akan tegas dan memiliki prinsip, sehingga tidak
semakin berani terhadapnya, begitu akan terjadi interaksi fotografer dan model
sebaliknya, jika model besikap tegas maka di luar batas yang telah ditentukan. Ya,
fotografer akan segan terhadap modelnya. kecuali mungkin, mereka memang sama-
Dalam sesi pemotretan profesional sama mau. Model yang seperti itu jugalah
yang dialami Dea, fotografer hanya sebenarnya yang merusak citra model
berinteraksi seperlunya dengan modelnya. yang sesungguhnya. Kadang-kadang aku
Fotografer baru berinteraksi dengan suka kesel juga kalo denger banyak cerita
modelnya hanya pada saat pemotretan. gak enak soal model dengan fotografer.
Pada saat persiapan sesi pemotretan, Tapi, seperti sudah aku jelasin, kembali
fotografer dan asistennya sibuk lagi pada model tersebut, model itu harus
menyiapkan setup sesi pemotretan, dan bersikap tegas dan memiliki prinsip.”
model akan disibukan oleh make-up artis Dea memiliki prinsip yang kuat
dan bagian wadrobe yang disiapkan untuk dalam profesinya menjadi seorang model,
pemotretan. Praktis interaksi fotografer dan Dea tidak segan-segan untuk
model hanya terjadi saat proses memotret, menghentikan sesi pemotretan jika ia
dan perintah-perintah yang fotografer merasa dirugikan, ia tidak memikirkan
berikan disampaikan secara baik dan kerugian yang ia alami jika menghentikan
sopan. Dalam sesi ini semua dilakukan sesi foto yang ia anggap sudah tidak sesuai
dengan tertata dan terancana baik, namun dengan perjanjian awal yang ia terima.
situasi pemotretan profesional seperti ini Informan ketiga, model yang
terkesan menjadi sangat kaku, dimana memiliki hobi “berpose di depan kamera
proses pemotretan yang terjadi hanya ini” menuturkan kisahnya ketika
sebatas menghasilkan sebuah foto dan berinteraksi dengan para fotografer. Iqy
setelah itu selesai, tiada kesan dinamik Avril, begitulah panggilan akrabnya. Iqy
semua terkesan kaku. sempat mengalami aksi tipu dari fotografer
680
JURNAL NOMOSLECA
Volume 4 Nomor 1, April 2018
Simpulan
DAFTAR PUSTAKA
Interaksi verbal fotografer dengan
foto model dalam proses pembuatan karya Ahmadi, Dadi. 2008. Interaksi Simbolik,
foto terjadi secara bervariasi, bergantung
dari fotografer dan model menentukan Sebuah Pendekatan Penelitian dan
perannya. Interaksi verbal fotografer dan Teori. Jurnal Mediator No.9/Vol
model akan berjalan harmonis, selaras, dan 2/Des 2008.
seimbang sesuai dengan nilai etika dan
moral, jika kedua pihak tersebut saling Ardianto, Elvinaro dan Bambang Q-Anees.
menghargai profesi masing-masing dan 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi.
utamanya tetap menjunjung tinggi unsur Bandung: Simbiosa Rekatama
etika dalam berprofesi. Harmonisasi Media.
interaksi verbal akan terganggu, bahkan Creswell. 2006. Qualitative Inquiry and
rusak dan berjalan di luar nilai etika dan
Research Design : Study Case.
moral jika salah satu pihak, baik fotografer
atau model mulai memancing melakukan Sage Publications, Incorporated.
681
Wiki Angga Wiksana
682