Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

JURNAL NOMOSLECA

Volume 4 Nomor 1, April 2018

KOMUNIKASI VERBAL FOTOGRAFER DAN MODEL


DALAM PROSES PEMOTRETAN
(Studi Interaksi Simbolik tentang Komunikasi Verbal dalam Interaksi Fotografer dan Model)

Wiki Angga Wiksana


Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Bandung
wikianggawiksana@gmail.com

Abstract

Photographers can not be separated from social interaction or commonly called human
relations, both in communicating with photo models, assistants, teams, and the surrounding
environment. The most common area of photography among human interactions is model
photography, because in this field the object of the photograph is human. In this study, there
will be at least two people who interact, ie between the photographer and his model. This
study aims to reveal the meaning of verbal interaction of photographers and models in the
process of making photographs. The research method used is the interpretive approach study
is a method that aims to interpret the case or subject studied. In this case, the data collection
technique is done by in-depth interview, observation, and documentation study. The data
validity test is triangulation technique, discussion with colleague, and member check. The
result of this interpretive approach is the verbal interaction of photographers and photo
models in the process of making the photographs vary, depending on the photographer and
the model determining the role. Verbal interaction of photographers and models will be
harmonious, harmonious, and balanced in accordance with ethical and moral values, if both
parties respect each other's profession and primarily still uphold the ethical elements in the
profession.
Keywords: Verbal Communication, Photographer, Model, Photo Shoot

Abstrak

Fotografer tidak bisa lepas dari interaksi sosial atau biasa disebut human relation, baik dalam
berkomunikasi dengan foto model, asisten, tim, dan lingkungan sekitarnya. Bidang fotografi
yang paling sering terjadi interaksi di antara manusia adalah fotografi model, karena pada
bidang ini objek fotonya adalah manusia. Dalam penelitian ini, akan terdapat minimal dua
orang yang berinteraksi, yaitu antara fotografer dan modelnya. Penelitian ini bertujuan
mengungkapkan makna interaksi verbal fotografer dan model dalam proses pembuatan karya
foto. Metode penelitian yang digunakan adalah studi pendekatan interpretatif yaitu suatu
metode yang bertujuan untuk memaknai kasus atau subjek yang diteliti. Dalam hal ini, teknik
pengumpulan data tersebut dilakukan dengan wawancara mendalam, pengamatan, dan studi
dokumentasi. Adapun uji keabsahan data yang dilakukan adalah teknik trianggulasi, diskusi
dengan teman sejawat, dan member check. Hasil penelitian pendekatan interpretatif ini adalah
interaksi verbal fotografer dan foto model dalam proses pembuatan karya foto terjadi secara
bervariasi, bergantung dari fotografer dan model menentukan perannya. Interaksi verbal
fotografer dan model akan berjalan harmonis, selaras, dan seimbang sesuai dengan nilai etika
dan moral, jika kedua pihak tersebut saling menghargai profesi masing-masing dan utamanya
tetap menjunjung tinggi unsur etika dalam berprofesi.
Kata Kunci: Komunikasi Verbal, Fotografer, Model, Pemotretan

667
Wiki Angga Wiksana

PENDAHULUAN Mudahnya penggunaan kamera saat


ini memungkinkan siapa saja dapat
Seorang fotografer tentunya akan menjadi seorang fotografer. Saat fotografi
berkomunikasi dengan para model. Dalam masih menggunakan film seluloid, tidak
hal ini, mereka akan membuat suasana semua orang dapat menggunakan kamera,
lebih nyaman.Saat berinteraksi dengan diperlukannya skill dan kemampuan
mereka, seorang fotografer bisa khusus untuk dapat menggunakan kamera.
memperhatikan bahasa tubuh mereka, Tidak sembarang orang dapat menjadi
sehingga dapat lebih mudah memahami ide seorang fotografer, hanya mereka yang
sudut pandang dan pose yang diinginkan. telah menempuh pendidikan fotografi baik
Hasilnya adalah foto yang sesuai dengan formal maupun nonformal yang dapat
konsep yang diinginkan fotografer. Bidang menjadi seorang fotografer. Kemajuan
fotografi yang paling sering terjadi teknologi dibidang fotografi dapat
interaksi diantara manusia adalah fotografi membuat seseorang melompati proses
model, karena pada bidang ini objek belajar fotografi untuk menjadi seorang
fotonya adalah manusia. Dalam hal ini, fotografer, dengan bermodal peralatan
akan terdapat minimal dua orang yang fotografi yang canggih seseorang tersebut
berinteraksi, yaitu antara fotografer dan sudah dapat membuat sebuat foto dan
modelnya. menyebut dirinya seorang fotografer.
Dengan berkomunikasi dan Dari berbagai objek foto, objek foto
berusaha untuk saling mengenal dan yang paling populer adalah manusia.
memahami, semua yang terlibat dalam Beragam genre fotografi yang
pemotretan akan menjadi nyaman, menempatkan manusia sebagai modelnya,
sehingga fotografer pun bisa mengambil mulai dari manusia dengan kegiatannya
foto sesuai dengan apa yang diinginkan. yang biasa disebut human interest, manusia
Ada yang beranggapan bahwa untuk foto dan apa yang dikenakannya atau fashion
manusia, seorang fotografer lebih foto, sampai kepada sebuah kondisi
menyukai memotret sendiri daripada foto pemotretan dimana manusia yang menjadi
bersama kelompok fotografer lainnya, objek utamanya seperti pada foto model,
karena dengan begitu sang fotografer tidak glamour dan juga portrait.
akan terganggu oleh fotografer lainnya dan Pertumbuhan fotografer yang
juga mungkin asisten-asistennya, juga menyukai objek fotonya manusia, atau
dengan kerumitan peralatan fotografi. yang lebih spesifik foto dengan objeknya
Dengan memotret sendiri, interaksi dengan seorang model tumbuh sangat pesat, hal ini
modelnya akan lebih intensif sehingga dapat di cermati dari banyaknya partisipan
dapat menghasilkan hasil karya foto yang fotografer dalam sesi hunting foto model,
lebih baik. terkadang penyelenggara hunting foto
Fotografi memang sebuah hobi model terpaksa harus membatasi jumlah
yang menyenangkan. Fotografer peserta hunting karena rasio perbandingan
mengambil sebuah objek yang menarik dan fotografer dan model sangat jauh tidak
hasilnya sesuai dengan apa yang ia seimbang.
harapkan, itulah yang membuat fotografer Dalam penelitian ini, peneliti
terpuaskan. Tetapi jangan mengira menjadi mengambil studi interaksi simbolik
seorang fotografer handal dan profesional fotografer dan model dalam sesi
itu adalah hal yang mudah. Banyak yang pemotretan, baik komunikasi secara verbal
harus diperhatikan saat sebelum maupun komunikasi secara nonverbal. Saat
pengambilan gambar, saat pengambilan objek foto adalah seorang manusia, maka
gambar, dan ada banyak yang harus mutlak adanya sebuah interaksi
dilakukan setelah pengambilan gambar. didalamnya, karena untuk mendapatkan
sebuah karya foto, fotografer selalu

668
JURNAL NOMOSLECA
Volume 4 Nomor 1, April 2018

menyampaikan ide dan pemikirannya Banyak dari para model yang


dalam konsep fotografi untuk mengalami pelecehan seksual oleh
direalisasikan model fotonya sehingga fotografernya dan merasa tidak bisa
terciptanya sebuah karya foto yang mengatakannya pada agensi atau siapapun,
diinginkan fotografer. Komunikasi yang karena meraka mungkin tidak mengerti
baik antara fotografer dan model dalam bagaimana seharusnya yang terjadi dalam
membuat sebuah karya foto sangatlah sebuah sesi pemotretan dan menganggap
penting guna tercapainya tujuan dari sesi perlakuan fotografer terhadap dirinya
pemotretan tersebut. adalah bagian dari profesionalisme seorang
Komunikasi yang peneliti maksud model yang dengan pasrah menerima
dalam hal ini adalah cara interaksi apapun perlakuan fotografer terhadap
fotografer dan model. Pada saat sekarang dirinya.
ini, dunia fotografi sangat diminati oleh Dalam penelitian ini, peneliti
semua orang yang ada diseluruh penjuru tertarik untuk meneliti secara mendalam
dunia ini. Baik sekedar hoby, maupun yang tentang komunikasi fotografer foto model
sudah menjadi profesi. Ada fotografer dalam proses pembuatan karya foto.
pemula dan yang sudah sangat ahli. Penelitiakan melakukan penelitian ini
Dengan memiliki kemampuan komunikasi dengan pendekatan kualitatif dan
yang baik, fotografer tentunya diuntungkan menggunakan studi interaksi simbolik,
dengan mendapatkan foto yang sesuai yaitu pemaknaan tentang interaksi
dengan konsep fotografinya dan tidak fotografer dengan foto modelnya. Dalam
mengganggu orang-orang disekitarnya dan hal ini, penelitiakan menggunakan
mereka punakan lebih senang membantu informan penelitian yaitu beberapa
dalam proses pemotretan tersebut. fotografer dan model.
Sebuah fakta yang cukup Adapun alasan yang menguatkan
mengejutkan dibalik hasil harya foto model peneliti melakukan penelitian karena
dan anggapan harmonisnya hubungan pernyataan dari salah seorang model
fotografer dan modelnya: bernama Dewi Hasari yang merasa
Sebuah survey yang dilakukan The Model dilecehkan oleh sebagian fotografer yang
Alliance pada awal tahun 2012. Model tidak memiliki etika komunikasi.
Alliance mengirimkan sebuah survey via “Ya, sebenernya aku ngerasa risih kalau
online kepada 241 model, dan hanya 85 pas lagi pemotretan diarahin sambil
dari mereka yang merespon.Tapi tentunya dipegang-pegang sama beberapa
hal tersebut tetap saja berarti. Banyak fotografer.Tapi aku suka ga bisa apa-
model, terutama di usia muda mengalami apa juga karena alasan profesionalisme,
gangguan makan serta depresi. 68% dari jadi diarahkan sesuai dengan petunjuk
model menderita depresi dan gelisah dari fotografernya.Ya, mau gimana lagi,
berlebih, sedangkan 50% mengaku aku juga udah mencintai dunia
menggunakan kokain (sejenis narkoba) modeling, meskipun gak suka dengan
saat bekerja. Masih ada lagi, 30% dari para fotografer yang suka curi-curi
mereka merasa disentuh secara tidak kesempatan sambil megang-megang
pantas (berlebih-pelecehan) dalam aku.”
pemotretan, kemudian 28% mengatakan Jika kita cermati, para fotografer
kalau mereka dipaksa berhubungan seksual hanya berkarya dengan mengabaikan unsur
oleh seseorang di tempat kerja. Ini menjadi etika. Sebagaimana telah disinggung di
hal yang sangat memprihatinkan karena atas, bahwa inilah realita yang terjadi saat
kebanyakan dari mereka masih di bawah ini. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
usia 18 tahun. melakukan penelitian ini. Dengan adanya
(http://www.cetitamu.com/cerita-gaya- komunikasi antara fotografer dan model
hidup/Fashion/Artikel/Model-Alliance). fotonya menjadi hal penting, guna

669
Wiki Angga Wiksana

mengurangi kesalahpahaman dan hal-hal menurut peraturan tata bahasa. Setiap


yang akan merugikan keduanya. Hasil foto bahasa mempunyai peraturan bagaimana
yang baik adalah foto yang mengandung kata-kata harus disusun dan dirangkaikan
etika, bukan hanya yang akan supaya memberi arti.
menguntungkan salah satunya saja, begitu Menurut Larry L. Barker (Mulyana,
pula untuk sang fotografer. Berdasarkan 2005), bahasa mempunyai tiga fungsi:
latar belakang di atas, maka peneliti akan penamaan (naming atau labeling),
melakukan penelitian tentang komunikasi interaksi, dan transmisi informasi.
fotografer dengan foto model mengenai 1. Penamaan atau penjulukan merujuk
intreraksinya dalam proses pembuatan pada usaha mengidentifikasikan objek,
karya foto dan dikaitkan dengan nilai etika tindakan, atau orang dengan menyebut
dan moral dalam masyarakat. namanya sehingga dapat dirujuk dalam
Penelitian ini juga dilatarbelakangi komunikasi.
oleh alasan belum adanya aturan yang 2. Fungsi interaksi menekankan berbagi
mengatur tentang kode etik fotografer gagasan dan emosi, yang dapat
komersial. Disinilah letak keunikan mengundang simpati dan pengertian
penelitian yang akan dilakukan peneliti. atau kemarahan dan kebingungan.
Berdasarkan referensi yang diperoleh
peneliti, belum ada penelitian sejenis yang 3. Melalui bahasa, informasi dapat
meneliti tentang komunikasi verbal disampaikan kepada orang lain, inilah
fotografer dan model dalam proses yang disebut fungsi transmisi dari
pembuatan karya fotonya. Berdasarkan bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai
latar belakang di atas, peneliti tertarik fungsi transmisi informasi yang lintas-
untuk mengangkat komunikasi verbal yang waktu, dengan menghubungkan masa
terjadi antara fotografer dan model dalam lalu, masa kini, dan masa depan,
proses pemotretan. memungkinkan kesinambungan budaya
dan tradisi kita.
TINJAUAN PUSTAKA
Book (1980), mengemukakan agar
Komunikasi Verbal komunikasi kita berhasil, setidaknya
bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu:
Simbol, bahasa, atau pesan verbal 1. Mengenal dunia di sekitar kita. Melalui
adalah semua jenis simbol yang bahasa kita mempelajari apa saja yang
menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa menarik minat kita, mulai dari sejarah
dapat juga dianggap sebagai sistem kode suatu bangsa yang hidup pada masa lalu
verbal (Mulyana, 2005). Bahasa dapat sampai pada kemajuan teknologi saat
didefinisikan sebagai seperangkat simbol, ini.
dengan aturan untuk mengkombinasikan 2. Berhubungan dengan orang lain. Bahasa
simbol-simbol tersebut, yang digunakan memungkinkan kita bergaul dengan
dan dipahami suatu komunitas. orang lain untuk kesenangan kita, dan
Rakhmat (1994), mendefinisikan atau mempengaruhi mereka untuk
bahasa secara fungsional dan formal. mencapai tujuan kita. Melalui bahasa
Secara fungsional, bahasa diartikan sebagai kita dapat mengendalikan lingkungan
alat yang dimiliki bersama untuk kita, termasuk orang-orang di sekitar
mengungkapkan gagasan. Ia menekankan kita.
dimiliki bersama, karena bahasa hanya 3. Untuk menciptakan koherensi dalam
dapat dipahami bila ada kesepakatan di kehidupan kita. Bahasa memungkinkan
antara anggota-anggota kelompok sosial kita untuk lebih teratur, saling
untuk menggunakannya. Secara formal, memahami mengenal diri kita,
bahasa diartikan sebagai semua kalimat
yang terbayangkan, yang dapat dibuat

670
JURNAL NOMOSLECA
Volume 4 Nomor 1, April 2018

kepercayaan-kepercayaan kita, dan dan kalaupun ada padanannya, terkesan


tujuan-tujuan kita. ganjil.
Sebaliknya, frase atau kalimat
Book (1980), juga mengemukakan dalam bahasa Indonesia tidak bisa
mengenai perbedaan bahasa yang dapat diterjemahkan begitu saja, secara kata per
menimbulkan kesulitan lebih jauh daripada kata, ke dalam bahasa Inggris dan
sekedar kekeliruan penerjemahan. Kita kesalahan dalam bahasa Inggris juga bisa
sering sulit menerjemahkan sebuah kata ke timbul bila kita tidak menguasai tata
bahasa lain, karena tidak ada padanannya bahasa (grammar) atau mengucapkan kata-
dalam bahasa lain itu, meskipun kita bisa kata secara salah.
mengira-ngira artinya. Bahkan ketika kita Komunukasi verbal ternyata tidak
mampu menerjemahkan satu bahasa ke semudah yang kita bayangkan. Simbol atau
bahasa lain dengan kecermatan yang pesan verbal adalah semua jenis simbol
harfiah, maknanya yang dalam sering yang menggunakan satu kata atau lebih.
hilang karena makna tersebut berakar Hampir semua rangsangan bicara yang kita
dalam budaya bahasa tersebut. Karena itu, sadari termasuk ke dalam kategori pesan
kata-kata seperti Allah, salat, zakat, saum, verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang
dan haji sulit diterjemahkan ke dalam dilakukan secara sadar untuk berhubungan
bahasa apa pun, termasuk Inggris. dengan orang lain secara lisan.
Kelemahan dalam penguasaan tata Suatu sistem kode verbal disebut
bahasa, struktur, dan kosa kata (termasuk bahasa. Bahasa dapat didefinisikan sebagai
idiom, slang, dan jargon khusus) sering seperangkat simbol, dengan aturan untuk
menghasilkan terjemahan yang mengkombinasikan simbol-simbol
membingungkan, menggelikan, dan tersebut, yang digunakan dan dipahami
terkadang bertentangan dengan apa yang suatu komunitas.
dimaksudkan tulisan aslinya. Seperti Jadi, bahasa verbal adalah sarana
Restroom berarti “kamar kecil”, bukan utama untuk menyatakan pikiran, perasaan,
“ruang istirahat”; dragonfly berarti dan maksud kita. Bahasa verbal juga
“capung”, bukan “naga terbang”. Sejumlah menggunakan kata-kata yang
bahasa dalam bahasa Indonesia berasal dari merepresentasikan berbagai aspek realitas
bahasa Ingggris, namun dalam bahasa individual kita. Dan konsekuensinya, kata-
Indonesia mengalami perluasan makna. kata adalah abstraksi realitas kita yang
Misalnya kata family dalam bahasa Inggris tidak mampu menimbulkan reaksi yang
berarti “keluarga” yang maknanya merupakan totalitas objek atau konsep
biasanya merujuk pada keluarga inti yang yang diwakili kata-kata itu.
terdiri dari orang tua dan anak. Namun
begitu dialihkan ke dalam bahasa Fotografer dalam Ilmu Komunikasi
Indonesia menjadi famili, arti kata tersebut
mencakup juga kerabat atau saudara jauh, Profesi atau pekerjaan apapun
bukan sekedar keluarga langsung. memerlukan pendalaman secara utuh,
sehingga memancing dan merangsang
Berdasarkan asumsi bahwa bahasa adalah pemikiran untuk men-set back, apakah
cermin suatu alam pikiran, dapat profesi yang kita tekuni baik itu mahasiswa
dimengerti bila istilah-istilah yang seperti layaknya peneliti ini, pegawai
berkaitan dengan teknologi canggih dari negeri, swasta, polisi, TNI, pedagang,
negara asing seperti komputer, misalnya: supir, loper koran, guru, dosen, pemulung
drive, monitor, keyboard, mouse, file, dan dan lain-lain, sudahkah kita resapi
printer, tetap dibiarkan dalam bahasa layaknya pakaian yang melekat dalam
aslinya, karena sulit dicarikan padanannya, tubuh kita? Tentu saja jawabannya ada

671
Wiki Angga Wiksana

yang “ya, belum tentu, atau bahkan tidak tersampaikan kepada orang lain yang
sama sekali”. melihat fotonya. Foto tadi dihasilkan
Sebagai salah satu profesi yang melalui proses aktifitas fotografi, dimulai
peneliti ambil yaitu, fotografer. Dikenal lahirnya sebuah konsep atau ide, buah hasil
sebagai profesi yang bekerja di balik foto dari pemikiran, pengalaman, serta teknik
untuk mengabadiakan setiap momen yang yang dimiliki fotografer tersebut.
terjadi di lingkungan kita. Walaupun setiap Menggunakan kamera serta
orang bisa menghasilkan foto peralatan lainnya yang menunjang,
menggunakan kameranya. Akan tetapi aktifitas memotret dalam hal ini fotografi
kebanyakan orang akan lebih percaya bisa dilakukan. Dengan melihat berbagai
memberikan tanggung jawab hasil karya fotografer di sekitar kita, ada
mengabadikan momen hidupnya kepada yang menyampaikan pesan dengan gambar
seorang fotografer. hasil karyanya secara langsung, persuasif,
Baik tidaknya sebuah foto bisa kita sugertif, bahkan ada yang menyampaikan
lihat dari salah satu sudut pandang, yaitu tanda tanya bagi publiknya. Tentu saja ini
tersampainya pesan yang dimaksud oleh dipengaruhi oleh konsep dasar, art director,
fotografer. Seorang fotografer strata sosial publik bahkan fotografernya
menghasilkan sebuah karyanya melalui sendiri. Hingga akhirnya konsep diri yang
sebuah foto, kemudian dinilai baik dari didalamnya terdapat pengetahuan,
segi pesan yang disampaikan. Sebagai pengharapan, serta nilai yang menjadi
contoh, ketika fotografer mengabadikan aspeknya terbentuknya mental berfotografi
momen sedih melalui kamera dan bagi seorang fotografer.
menghasilkan sebuah foto, selanjutnya kita Fotografer atau juru foto
bisa merasakan kesedihan dari gambar (photographer) adalah:
tersebut maka foto itu dinilai baik. Kita “Orang-orang yang membuat gambar
bisa menangkap maksud dan pesan dari dengan cara menangkap cahaya dari
fotografer tentang suasana sedih objek foto subyek gambar dengan kamera maupun
melalui foto yang dihasilkannya. peralatan fotografi lainnya, dan umumnya
Foto yang baikpun tidak lepas dari memikirkan seni dan teknik untuk
konsep, ide dan sikap baik dari seorang menghasilkan foto yang lebih bagus serta
fotografer. Terlepas dari persiapan berusaha mengembangkan ilmunya.
fotografi penunjang dan peralatan Banyak fotografer yang menggunakan
fotografi, sikap baik seorang fotografer kamera dan alatnya sebagai pekerjaan
sangatlah penting. Setiap foto yang baik itu untuk mencari penghasilan.” (KBBI, 2000)
harus ada suatu proses sikap berfotografi Fotografi sering disebut sebagai
yang baik dan tepat pada si fotografernya. aktivitas ekspresi diri seniman foto. Telah
Mungkin terdengar sederhana sekali. Tapi hadir lebih dari 1,5 abad yang lalu, dan
makin direnungi, fakta ini makin terasa telah menjadi sebuah inovasi tiada henti
kuat. Seseorang tidak mungkin sejalan dengan perkembangan teknologi
menghasilkan foto yang baik, yang dan ilmu pengetahuan yang
berkesan, apalagi yang berwatak bila tidak mendukungnya.
dilandasi sikap mental yang tepat. Fotografi berasal dari bahasa yunani,
Dalam rangka menghasilkan terdiri dari dua kata: photos berarti cahaya,
sebuah mahakarya yang disebut foto, dan graphos artinya melukis, menggambar.
fotografer perlu melakukan eksplorasi Secara harfiah Fotografi (photography)
terhadap karya seperti apa yang akan dia mengandung arti melukis atau
buat, melalui ide dan konsep sang menggambar dengan cahaya. Seni atau
fotografer, sikap bagaimana yang akan ia proses penghasilan gambar dengan cahaya
berikan terhadap karyanya tadi, sehingga pada film atau permukaan yang dipekakan.
pesan yang dimaksudkan bisa

672
JURNAL NOMOSLECA
Volume 4 Nomor 1, April 2018

Fotografi merupakan aktivitas (West dan Turner, 2008 : 102). Simbol


dimulai terbentuknya konsep atau ide foto, yang bermakna adalah tindakan verbal
kemudian aktifitas memotret itu sendiri berupa bahasa yang merupakan
hingga hasil karya fotonya, menjadi mekanisme utama interaksi manusia.
fenomena yang dewasa ini hadir di mana- Penggunaan bahasa atau isyarat
mana (omnipresence) bahkan di setiap simbolik oleh manusia dalam interaksi
elemen kehidupan masyarakat yang sosial mereka pada gilirannya
memasuki era informasi. memunculkan pikiran (mind) yang
memungkinkannya menginternalisasi
Teori Interaksi Simbolik masyarakat. Jadi menurut Mead,
pikiran mensyaratkan adanya
Esensi dari interaksi simbolik masyarakat; dengan kata lain
menekankan pada suatu aktivitas yang masyarakat harus lebih dulu ada
merupakan ciri khas manusia, yakni sebelum adanya pikiran (Mulyana,
komunikasi atau pertukaran simbol yang 2003 : 84). Dengan demikian pikiran
diberi makna (Mulyana, 2003: 68). Banyak adalah bagian integral dari dari proses
ahli di belakang perspektif ini yang sosial, bukan sebaliknya proses sosial
mengatakan bahwa individu sebagai adalah produk pikiran.
manusia merupakan hal yang paling Menurut Mead, lewat berfikir yang
penting. Mereka mengatakan bahwa terutama ditandai degan
individu adalah objek yang bisa secara kesadaran,manusia mampu mencegah
langsung ditelaah dan dianalisis melalui tindakannya sendiri untuk sementara,
interaksinya dengan individu yang lain. menunda reaksinya terhadap suatu
Menurut Larossa dan Reitzes (1993) stimulus (Mulyana, 2003 : 86).
interaksi simbolik pada intinya Manusia juga mampu mengambil
menjelaskan tentang kerangka referensi suatu stimulus diantara sekian banyak
untuk memahami bagaimana manusia, stimulus alih-alih bereaksi terhadap
bersama dengan orang lain, menciptakan stimulus yang pertama dan yang
dunia simbolik dan bagaimana cara dunia paling kuat. Manusia pun mampu pula
membentuk perilaku manusia. Interaksi memilih suatu tindakan di antara
simbolik ada karena ide-ide dasar dalam berbagai tindakan yang direncanakan
membentuk makna yang berasal dari atau dibayangkan.
pikiran manusia (Mind) mengenai diri 2. Diri (Self)
(Self), dan hubungannya di tengah interaksi Diri adalah kemampuan untuk
sosial, dan tujuan akhir untuk memediasi, merefleksikan diri sendiri dari sudut
serta menginterpretasi makna di tengah pandang atau pendapat orang lain.
masyarakat (Society) dimana individu Disini diri tidak dapat dilihat dari
tersebut menetap. Mind, Self and Society dalam diri seseorang melalui
merupakan judul buku yang menjadi introspeksi diri. Bagi Mead, diri hanya
rujukan utama teori interaksi simbolik, bisa berkembang melalui kemampuan
merefleksikan tiga konsep utama dari pengambilan peran, yaitu
teori. Definisi singkat dari ke tiga ide membayangkan diri dari pandangan
dasar dari interaksi simbolik, yaitu: orang lain (West dan Turner, 2007 :
1. Pikiran (Mind) 103). Konsep melihat diri dari
Pikiran adalah kemampuan untuk pandangan orang lain sebenarnya
menggunakan simbol yang sebuah konsep yang pernah
mempunyai makna sosial yang sama, disampaikan oleh Charles Cooley pada
dimana tiap individu harus 1912. Konsepnya adalah the looking
mengembangkan pikiran mereka glass self yaitu kemampuan melihat
melalui interaksi dengan individu lain diri melalui pantulan dari pandangan

673
Wiki Angga Wiksana

orang lain. Cooley meyakini bahwa Interaksi simbolik menurut


ada tida prinsip perkembangan perspektif interaksional, dimana
sehubungan dengan the looking glass merupakan salah satu perspektif yang ada
self, yaitu (1) membayangkan dalam studi komunikasi, yang barangkali
penampilan kita di hadapan orang lain, paling bersifat ”humanis” (Ardianto, 2007:
(2) membayangkan penilaian mereka 40). Di mana, perspektif ini sangat
terhadap penampilan kita, dan (3) menonjolkan keangungan dan maha karya
merasa sakit hati atau bangga karena nilai individu di atas pengaruh nilai-nilai
perasaan diri. yang ada selama ini. Perspektif ini
3. Masyarakat (Society) adalah jejaring menganggap setiap individu di dalam
hubungan sosial yang diciptakan, dirinya memiliki esensi kebudayaan,
dibangun, dan dikonstruksikan oleh berinteraksi di tengah sosial
tiap individu ditengah masyarakat, dan masyarakatnya, dan menghasilkan makna
tiap individu tersebut terlibat dalam ”buah pikiran” yang disepakati secara
perilaku yang mereka pilih secara aktif kolektif. Pada akhirnya, dapat dikatakan
dan sukarela, yang pada akhirnya bahwa setiap bentuk interaksi sosial yang
mengantarkan manusia dalam proses dilakukan oleh setiap individu, akan
pengambilan peran di tengah mempertimbangkan sisi individu tersebut,
masyarakatnya. Oleh karena itu inilah salah satu ciri dari perspektif
masyarakat terdiri dari individu- interaksional yang beraliran
individu yang terbagi kedalam dua interaksionisme simbolik.
bagian masyarakat yang Teori interaksi simbolik
mempengaruhi pikiran dan diri. menekankan pada hubungan antara simbol
Masyarakat yang pertama disebut dan interaksi, serta inti dari pandangan
Mead sebagai particular others yang pendekatan ini adalah individu (Ardianto,
berisikan individu yang bermakna bagi 2007). Banyak ahli di belakang perspektif
individu yang bersangkutan seperti ini yang mengatakan bahwa individu
anggota keluarga, teman dan rekan merupakan hal yang paling penting dalam
kerja, sedangkan masyarakat yang konsep sosiologi. Mereka mengatakan
kedua adalah generalized others yang bahwa individu adalah objek yang bisa
merujuk pada kelompok sosial dan secara langsung ditelaah dan dianalisis
budayanya secara keseluruhan. melalui interaksinya dengan individu yang
Generalized others menyediakan lain.
informasi tentang peranan, peraturan Menurut Larossa dan Reitzes
dan sikap yang digunakan bersama (1993) dalam West-Turner (2008:96),
oleh komunitas, sedangkan particular interaksi simbolik pada intinya
others memberikan perasaan diterima menjelaskan tentang kerangka referensi
dalam masyarakat dan penerimaan untuk memahami bagaimana manusia,
diri. Generalized others seringkali bersama dengan orang lain, menciptakan
membantu mengatasi konflik yang dunia simbolik dan bagaimana cara dunia
terjadi dalam particular others. membentuk perilaku manusia. Interaksi
simbolik ada karena ide-ide dasar dalam
METODE PENELITIAN membentuk makna yang berasal dari
pikiran manusia (Mind) mengenai diri
Metode penelitian yang digunakan (Self), dan hubungannya di tengah interaksi
peneliti dalam penelitian mengenai etika sosial, dan tujuan bertujuan akhir untuk
fotografer dalam menghasilkan karya foto memediasi, serta menginterpretasi makna
adalah pendekatan kualitatif dengan studi di tengah masyarakat (Society) dimana
interaksi simbolik. individu tersebut menetap. Seperti yang
dicatat oleh Douglas (1970) dalam

674
JURNAL NOMOSLECA
Volume 4 Nomor 1, April 2018

Ardianto (2007: 136), Makna itu berasal 4) Hubungan antar peneliti dan subjek
dari interaksi, dan tidak ada cara lain untuk penelitian: Setarap, empati, akrab,
membentuk makna, selain dengan interaktif, timbal balik, saling
membangun hubungan dengan individu mempengaruhi dan berjangka lama.
lain melalui interaksi. 5) Tujuan penelitian: Menangani hal-hal
Dadi Ahmadi (2008) dalam bersifat khusus, bukan hanya perilaku
artikelnya juga menjelaskan tentang terbuka, tetapi juga proses yang tak
konsep interaksi dalam teori interaksi terucapkan, dengan sampel kecil atau
simbolik, manusia pada hakikatnya adalah purposive, memahami peristiwa yang
mahluk yang berinteraksi. Bahkan, punya makna historis, menekankan
interaksi itu tidak hanya ekslusif perbedaan individu, mengembangkan
antarmanusia, melainkan inklusif dengan hipotesis (teori) yang terikat oleh
seluruh mikrokosmos, termasuk interaksi konteks dan waktu; membuat penilaian
manusia dengan seluruh alam ciptaan. etis atau estetis atas fenomena
Singkatnya, manusia selalu mengadakan (komunikasi) spesifik.
interaksi. Setiap interaksi mutlak 6) Metode penelitian: Deskriptif
membutukan sarana tertentu. Sarana (wawancara tak berstruktur atau
menjadi medium simbolisasi dari apa yang mendalam, pengalaman berperan serta,
dimaksudkan dalam sebuah interakasi. analisis dokumen, studi kasus, studi
histori; penafsiran sangat ditekankan
Pendekatan dan Jenis Penelitian alih-alih pengamatan objektif.
7) Analisis bersifat induktif;
Penelitian kualitatif secara luas berkesinambungan sejak awal hingga
menggunakan pendekatan interprentif dan akhir; mencari model, pola atau tema.
kritis pada masalah-masalah 8) Kriteria kualitas penelitian: otentitas,
sosial.Penelitian kualitatif lebih yakni sejauh mana temuan penelitian
memfokuskan dirinya pada makna mencerminkan penghayatan subjek
subjektif, pendefinisian, metafora, dan yang diteliti (komunikator)
deskripsi pada kasus-kasus yang spesifik 9) Peran nilai: Nilai, etika dan pilihan
(Neuman: 2000, 329). Mulyana (2005: moral peneliti melekat dalam proses
147-148) menyatakan bahwa penelitian penelitian (pemilihan masalah
kualitatif dalam ilmu komunikasi sebagai penelitian, tujuan penelitian, paradigma,
“perspektif subjektif” memiliki ciri sebagai teori dan metode atau teknik analisis
berikut: yang digunakan).
1) Sifat realitas: Realitas (komunikasi),
bersifat ganda, rumit, semu, dinamis Penentuan Data dan Sumber Data
(mudah berubah), dikontruksi dan
holistik : Kebenaran realitas bersifat Data yang ada dalam penelitian
relatif. kualitatif bersifat empiris, terdiri dari
2) Sifat manusia (komunikator atau peserta dokumentasi ragam peristiwa, rekaman
komunikasi): Aktor (komunikator) setiap ucapan, kata dan gestures dari objek
bersifat aktif, kreatif dan memilki kajian, tingkah laku yang spesifik,
kemauan bebas; perilaku (komunikasi) dokumen-dokumen tertulis serta berbagai
secara internal dikendalikan oleh imaji visual yang ada dalam sebuah
individu. fenomena sosial (Neuman, 2000:328).
3) Sifat hubungan dalam dan mengenai Untuk mendapatkan hasil analisis yang
realitas (komunikasi): semua entitas mendalam, maka diperlukan data dari
secara simultan saling mempengaruhi, setiap tahapan penelitian.Data yang
sehingga peneliti tak mungkin diperlukan berasal dari data primer dan
membedakan sebab dari akibat. data sekunder.

675
Wiki Angga Wiksana

Data primer diperoleh dari pihak- Observasi yang dilakukan dalam


pihak terkait langsung dengan penelitian penelitian ini adalah pengamatan.
yang terdiri dari : Pengamatan dilakukan dengan cara
1) Hasil pengamatan atau observasi nonparticipant observation, terhadap
terhadap perilaku informan pada objek yang diteliti yaitu proses interaksi
penelitian tentang interaksi fotografer fotografer dan model yang berkaitan
dengan foto model mengenai etika dengan etika atau norma etis dan moral.
komunikasi fotografer dalam proses 2) Wawancara Mendalam
pembuatan karya fotonya Wawancara mendalam (depth
2) Hasil wawancara langsung secara interview) yang dilakukan peneliti
mendalam dari informan penelitian dalam penelitian dimaksudkan untuk
tentang interaksi fotografer dengan foto mengetahui pandangan, kejadian,
model mengenai etika komunikasi kegiatan, pendapat, perasaan dari nara
fotografer dalam proses pembuatan sumber (subjek matter expert).
karya fotonya Wawancara yang dilakukan yaitu untuk
3) Data sekunder dapat mendukung mengetahui mengenai etika fotografer
ketajaman analisis penelitian. Data yang dilakukan, media komunikasi yang
sekunder diperoleh dari rujukan khusus digunakan, sistem nilai yang
yang terdiri dari: disampaikan kepada para model dan
4) Literatur. Orientasi melalui bacaan asisten atau calon model serta informasi
yakni dengan menelaah literatur- lainnya. Penggunaan teknik ini menurut
literatur yang berisi teori-teori, Creswell (1998:120) sangat penting
kerangka pikir, serta brosur-brosur yang bagi penelitian kualitatif, terutama
berhubungan dengan topik yang diteliti, untuk melengkapi data dan upaya
yaitu yang berhubungan dengan etika memperoleh data yang akurat dan
fotografer. sumber data yang tepat.
5) Studi dokumentasi, hal ini untuk 3) Studi Literatur
mendapatkan data-data sekunder yang Studi literatur yang dilakukan dalam
digunakan untuk menunjang penelitian penelitian ini adalah dengan menelusuri
yang akan dilakukan. data-data dari beberapa sumber yang
Dalam penelitian yang dilakukan, terkait dengan penelitian ini. Misalnya,
yang dijadikan sumber data adalah pihak literatur tentang fotografer, model, dan
dari pakar/ahli dalam bidang fotografi, interaksi simbolik dari buku-buku Ilmu
fotografer sendiri, sebagai narasumber Komunikasi maupun dari penelitian
kunci dan nara sumber lainnya yang terkait terdahulu yang serupa.
dalam hal “etika”. Dalam penentuan
sumber data berikutnya diperoleh dari Informan Penelitian
petunjuk nara sumber awal dan seterusnya,
hingga sampai pada titik batas perolehan Dalam penelitian ini, informan
informasi (data) terkait dengan masalah yang dipilih peneliti adalah fotografer dan
yang diteliti telah mencapai titik jenuh model mulai dari amatir yang sekedar hoby
(Mulyana, 2005). dan yang profesional. Teknik dalam
penelitian kualitatif ini adalah purposive
Teknik Pengumpulan Data sample (teknik sampel bertujuan) dimana
sample diambil dengan melalui
Teknik pengumpulan data dalam pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan
penelitian kualitatif adalah dengan penelitian.
melakukan observasi, wawancara 1. Dewi Hasari, Model Profesional
mendalam, dan studi dokumentasi. 2. Dea Nabila, Model Profesional
1) Observasi 3. Rizki Septiani, Model Freelance

676
JURNAL NOMOSLECA
Volume 4 Nomor 1, April 2018

4. Budi Ipoenk, Fotografer Profesional adalah masalah yang penting. Namun topik
5. Anjar Sapta, Fotografer Profesional ini biasanya jarang di bahas, fotografer
biasanya lebih tertarik membahas soal
HASIL DAN PEMBAHASAN kamera, lensa, pencahayaan dan lain lain.
Maksud dari interaksi dalam
Hasil penelitian ini adalah bagaimana cara kita
berhubungan antar manusia, antara
Dalam bagian ini, peneliti akan fotografer dan model, antara fotografer dan
menjelaskan hasil penelitian yang asisten, atau fotografer dan masyarakat
dilakukan mengenai interaksi antara lokal. Memiliki interaksi yang baik,
fotografer dan model ketika proses fotografer tentunya diuntungkan dengan
pembuatan karya foto. Interaksi antara mendapatkan banyak kemudahan dalam
fotografer dan model akan sangat beragam, membuat karyanya, karena orang-orang di
tergantung dari individu masing-masing. sekitar kita pun akan lebih senang
Foto yang baikpun tidak lepas dari konsep, membantu kita.
ide dan sikap baik dari seorang fotografer. Secara ideal, memiliki interaksi
Terlepas dari persiapan fotografi yang baik berarti fotografer dalam
penunjang dan peralatan fotografi, sikap menyampaikan ide dan konsep foto yang ia
baik seorang fotografer sangatlah penting. inginkan kepada modelnya adalah dengan
Setiap foto yang baik itu harus ada suatu bersikap rendah hati, hormat terhadap
proses sikap berfotografi yang baik dan orang yang menjadi subjek fotonya.
tepat pada fotografernya. Mungkin Menerapkan tata krama etika moral yang
terdengar sederhana sekali. Tapi makin baik dalam interaksinya dengan model,
direnungi, fakta ini makin terasa kuat. seorang fotografer selain mendapatkan
Seseorang tidak mungkin menghasilkan hasil foto yang ia inginkan, ia juga akan
foto yang baik, yang berkesan, apalagi mendapatkan rasa hormat dari modelnya.
yang berkarakter bila tidak dilandasi sikap Dalam sebuah sesi pemotretan
mental yang tepat. idealnya interaksi yang terjadi antara
Dalam proses menghasilkan sebuah fotografer dan model berlangsung sejak
karya yang disebut foto, fotografer perlu awal fotografer bertemu dan
melakukan eksplorasi terhadap karya membicarakan konsep foto yang akan
seperti apa yang akan dia buat, melalui ide dilaksanakan. Dalam interaksi yang terjadi
dan konsep sang fotografer, sikap tersebut hendaknya fotografer dan
bagaimana yang akan ia berikan terhadap modelnya merasa nyaman dengan
karyanya tadi, sehingga pesan yang interaksi yang terjadi sehingga interaksi
dimaksudkan bisa tersampaikan kepada yang terjadi berlangsung efektif. Setelah
orang lain yang melihat fotonya. Foto tadi interaksi yang terjadi pada saat pra-
dihasilkan melalui proses aktifitas pemotretan, interaksi terus berlangsung
fotografi, dimulai lahirnya sebuah konsep pada saat pemotretan, pada saat proses
atau ide, buah hasil dari pemikiran, pemotretan berlangsung interaksi terus
pengalaman, serta teknik yang dimiliki berlangsung, terutama saat fotografer
fotografer tersebut. mengarahkan modelnya. Interaksi tersebut
Sebagai makhluk sosial, sebagai juga idealnya berlangsung dengan baik
fotografer, kita tidak luput dari hubungan sehingga kedua belah pihak baik fotografer
manusia. Bila kita hobi foto model, maka dan model merasa nyaman dengan
kita akan berhubungan langsung dengan interaksi yang berlangsung, sehingga
manusia sebagai modelnya. Kalaupun hobi interaksinya berjalan efektif.
kita foto pemandangan, tetap saja kita Sikap yang baik dari seorang
harus berhubungan dengan orang lain di fotografer lebih jarang ditemui peneliti
lokasi untuk mendapatkan informasi atau dalam sesi-sesi pemotretan yang peneliti
bantuan. Maka dari itu masalah interaksi,

677
Wiki Angga Wiksana

observasi. Dalam sesi fotografi yang lebih interaksi fotografer dan model dalam
bersifat privat atau kalangan fotografer proses pembuatan karya foto.
menyebutnya dengan sesi pemotretan KT
(kategori terbatas) dimana fotografer Pembahasan
terkesan memiliki kuasa yang penuh atas
modelnya, sehingga interaksi yang terjadi Interaksi Verbal Fotografer dan Model
menjadi tidak baik. Terkadang fotografer
dengan berani menyentuh, memegang, Sebelum menceritakan tentang
memandangi dan berbicara seenaknya. interaksi fotografer dan model selama
Terkadang dalam sesi pemotretan proses pengambilan foto, maka disini
privat fotografer sering kali berusaha peneliti menjelaskan terlebih dahulu
melanggar kesepakatannya dengan tentang konsep dari fotografer dan model
modelnya. Fotografer terkadang sering itu sendiri.
mengambil keuntungan dari modelnya, Hans-Carl Koch (1911) berkata,
seperti pemilihan wadrobe dan konsep “Today only creative and technically
pemotretan yang tidak sesuai dengan perfect images will survive”. Kutipannya
kesepakatan awal dengan modelnya. ini memaparkan bahwa, fotografer-
Berbeda dengan sesi pemotretan fotografer yang memiliki kreatifitas dan
komersial, dimana dalam sesi tersebut teknik yang baik yang akan bertahan.
segala sesuatunya jauh lebih tertata dan Kreatifitas terbentuk dari pemikiran, ide-
terencana dengan baik, dan juga lebih ide, cara pandang, keinginan, permintaan,
banyak pihak yang terlibat, sehingga minat yang ditata dengan nilai-nilai,
interaksi fotografer terhadap modelnya pemahaman, serta moralitas sang
menjadi lebih terbatas dan terawasi, karena fotografer yang terbentuk dari konsep diri
bukan hanya fotografer dan model saja sang fotografer itu sendiri.
yang terlibat dalam sesi pemotretan Fotografi merupakan aktivitas dimulai
tersebut ada pihak lain seperti: klien dari terbentuknya konsep atau ide foto,
fotografer tersebut, make-up artist, hair kemudian aktifitas memotret itu sendiri
stylist, bagian wadrobe dan masih banyak hingga hasil karya fotonya, menjadi
lagi pendukung lainnya. Pada sesi ini fenomena yang dewasa ini hadir di mana-
interaksi fotografer dan modelnya baik mana (omnipresence) bahkan di setiap
secara verbal dan nonverbal menjadi elemen kehidupan masyarakat yang
sangat terbatas, dan sangat terkesan memasuki era informasi.
interaksi yang terjadi hanya sebatas Memotret adalah proses kreatifitas
melaksanakan tugas profesionalisme yang tidak hanya sekedar membidik obyek
masing-masing. yang akan kita rekam dan kemudian
Dalam penelitian ini, peneliti menekan tombol shutter pada kamera.
menggunakan informan kunci dan Dalam menciptakan sebuah karya foto kita
informan pendukung. Adapun yang harus mempunyai ide (konsep) yang
menjadi informan kunci adalah tiga orang matang agar tidak mengalami kesulitan
model yang sengaja dipilih sesuai dengan dilapangan dan yang tidak kalah
kriteria penelitian, model yang bervariatif pentingnya adalah memahami tentang
dari segi profesionalisme dan komposisi, ketajaman dan pencahayaan
berpengalaman dalam dunia modeling. (teknis).
Untuk data pendukung, peneliti Informan pertama, Dewi, sebagai
mewawancarai fotografer, dalam hal ini model profesional, dalam pengalamannya
fotografer ternama yang sudah selama tiga tahun menekuni profesi model
berpengalaman dalam dunia fotografi, yang juga cita-citanya semenjak kecil
khususnya yang memahami mengenai untuk menjadi seorang yang terkenal dan
disukai banyak orang. Awal karirnya
sebagai model dimulai sejak masa awal

678
JURNAL NOMOSLECA
Volume 4 Nomor 1, April 2018

perkuliahannya ia mengikuti kontes gue sama fotografer sih ya kayak gitu, gue
pemilihan model catwalk dan menjadi jadi terbiasa sama tingkah laku mereka. ”
pemenang, mulai dari itu lah Dewi mulai Dengan perlakuan yang sama yang
mengikuti berbagai lomba model dan dilakukan fotografer terhadap model-
kemudian mulai mendapatkan tawaran modelnya, maka muncul sebuah anggapan
pemotretan lalu memutuskan untuk terus bahwa perilaku tersebut menjadi sebuah
menekuni profesinya. kewajaran yang terjadi dalam interaksi
Perlakuan yang dewi terima saat antara fotografer dan model.
menjalankan tawaran pemotretan, awalnya Interaksi verbal yang terjadi dalam
ia merasa risih dengan perlakuan fotografer salah satu sesi pemotretan privat yang
terhadap dirinya, seperti yang Dewi Dewi alami, fotografer berusaha merayu
ungkapkan kepada peneliti: Dewi untuk melakukan sebuah sesi foto
“Pas pertama kali jadi model sih, awalnya yang berbeda dengan perjanjian awal yang
gue ngerasa risih ama fotografer-fotografer mereka tawarkan. Ucapan-ucapan verbal
nakal yang suka godain pas lagi proses yang fotografer ucapkan sangat terkesan
pemotretan. Kaget banget, kok mereka merendahkan dan melecehkan model. Dan
pada berani gitu sih, pegang-pegang gue, dalam situasi tersebut Dewi tidak memiliki
ngarahin gaya gue sambil ngerayu-rayu pilihan selain menuruti apa yang
gitu, tapi gue coba ikutin aja prosesnya. fotografernya minta, meskipun permintaan
Soalnya pas liat hasil fotonya, gue juga itu dilakukan dengan nada-nada yang
seneng, ternyata foto-foto gue bagus juga, merendahkan dan melecehkan, Dewi
hehe.. gue jadi sangat pede kalau berpose berasumsi jika dia tidak mengikuti apa
di depan kamera. Terus jadi semakin yang fotografer itu inginkan maka ia tidak
tertantang untuk dipotret dengan gaya-gaya akan mendapatkan fee yang fotogarfer
baru lainnya.” tersebut janjikan, ia merasa akan
Perkataan-perkataan godaan dan mengalami kerugian karena hal tersebut.
rayuan-rayuan yang di katakan oleh Informan kedua, Dea Nabila
fotografer kepada modelnya terkadang memiliki cerita yang berbeda tentang
menjurus kearah pelecehan dan interaksinya dengan para fotografer.
merendahkan model, namun perlakuan Seperti telah dijelaskan sebelumnya, Dea
fotografer yang sebenarnya tidak cenderung sangat selektif dan tidak pernah
menyenangkan tertutupi oleh hasil foto berurusan langsung dengan para fotografer.
yang cukup memuaskan. Godaan-godaan “Alhamdulilah sejauh ini, aku selalu
dan rayuan-rayuan dilakukan fotografer mendapatkan pelayanan yang baik dari
terhadap modelnya secara terus menerus, fotografer. Maksudnya ya, interaksi aku
sehingga perbuatan yang tidak sebagai model pun berjalan sesuai dengan
menyenangkan tersebut sudah dia anggap konteksnya, aku model, dia fotografer.
sebagai hal yang wajar dan dianggap biasa Tapi kalau untuk interaksinya sih, masih
bagi fotografer dalam memperlakukan dalam batas wajar kok. Selama 1,5 tahun
modelnya, seperti yang Dewi ungkapkan: kan aku bekerja sebagai model freelance,
“Tapi yang ngeselinnya sih, mereka ya pas lagi masa-masanya belajar jadi model,
suka gitu habis manis sepah dibuang, gue hehee... Tapi alhamdulilah kok, interaksi
kadang suka gampang jealous juga kalo yang aku alamin sama fotografer ya
fotografer gue motret model lain dengan sebatas format wajar saja. Aku dipotret,
interaksinya sama kayak ke gue, mesra mereka ngarahin gaya. Gak pernah ada
sambil ngerayu-rayu gitu. Suka kesel juga, fotografer yang berani macem-macem juga
bete, pengen marah. Gue jadi sering sakit sama aku. Misalnya, interaksi wajar itu,
hati sama fotografer, akhirnya gue punya sejauh ini ya kalo aku kecapean trus susah
persepsi, pokoknya semua fotografer itu ngikutin gaya yang diarahin sama
sama brengseknya. Kalau soal interaksi fotografer, biasanya mereka lebih sabar.

679
Wiki Angga Wiksana

Istirahat dulu sebentar, terus kalau baju Dea juga sangat selektif memilih
aku agak sedikit terbuka, ada bagian make tawaran pemotretan pada dirinya, seperti
up atau manajer yang bantuin aku benerin yang dia ungkapkan kepada peneliti:
baju. Jadi, gak pernah ngelibatin langsung “Pada intinya sih, kalau menurut aku,
fotografernya. Kalau aku keringetan, setiap model itu harus memiliki prinsip.
biasanya bagian make up juga yang Dia bekerja sebagai model yang
bantuin aku ngelapin keringat. profesional, seharusnya bersikap tegas dan
Alhamdulilah, gak pernah ada kejadian punya prinsip, bagaimana seharusnya
macem-macem kok.” berinteraksi dengan para fotografer. Kalau
Perlakuan fotografer terhadap aku sih, emang dulu juga suka banyak
model yang dialami oleh Dea berbeda yang pedekate, pake modus nawarin
dengan apa yang dialami Dewi, Dea lebih kontrak kerja pemotretan segala, tapi aku
terlindungi karena Dea berada dibawah sih selalu bersikap tegas. Terus kalau ada
naungan sebuah kontrak yang jelas dan yang nawarin job pemotretan dengan
sebuah agensi model yang profesional, pakaian yang minim, sexy, dan terbuka,
sehingga semua pemotretan sangat teratur aku suka langsung nolak. Lebih baik
dan terawasi oleh agensi tersebut dan kehilangan job tersebut, daripada harus
pemotretan tersebut berjalan dalam koridor ngambil resiko. Tentunya masih ada rezeki
profesionalisme. Namun Dea juga tidak lain dari Allah buat aku, bukan hanya job
memungkiri jika ada upaya fotografer yang harus menggunakan pakaian sexi
untuk melakukan perlakuan yang tidak tersebut. Aku sih mikirnya gitu. Jadi, pada
profesional dari seorang fotografer, namun intinya sih, seperti itulah seharusnya
bagimana model menyikapinya, jika model seorang model yang profesional. Bersikap
membiarkannya, maka fotografer akan tegas dan memiliki prinsip, sehingga tidak
semakin berani terhadapnya, begitu akan terjadi interaksi fotografer dan model
sebaliknya, jika model besikap tegas maka di luar batas yang telah ditentukan. Ya,
fotografer akan segan terhadap modelnya. kecuali mungkin, mereka memang sama-
Dalam sesi pemotretan profesional sama mau. Model yang seperti itu jugalah
yang dialami Dea, fotografer hanya sebenarnya yang merusak citra model
berinteraksi seperlunya dengan modelnya. yang sesungguhnya. Kadang-kadang aku
Fotografer baru berinteraksi dengan suka kesel juga kalo denger banyak cerita
modelnya hanya pada saat pemotretan. gak enak soal model dengan fotografer.
Pada saat persiapan sesi pemotretan, Tapi, seperti sudah aku jelasin, kembali
fotografer dan asistennya sibuk lagi pada model tersebut, model itu harus
menyiapkan setup sesi pemotretan, dan bersikap tegas dan memiliki prinsip.”
model akan disibukan oleh make-up artis Dea memiliki prinsip yang kuat
dan bagian wadrobe yang disiapkan untuk dalam profesinya menjadi seorang model,
pemotretan. Praktis interaksi fotografer dan Dea tidak segan-segan untuk
model hanya terjadi saat proses memotret, menghentikan sesi pemotretan jika ia
dan perintah-perintah yang fotografer merasa dirugikan, ia tidak memikirkan
berikan disampaikan secara baik dan kerugian yang ia alami jika menghentikan
sopan. Dalam sesi ini semua dilakukan sesi foto yang ia anggap sudah tidak sesuai
dengan tertata dan terancana baik, namun dengan perjanjian awal yang ia terima.
situasi pemotretan profesional seperti ini Informan ketiga, model yang
terkesan menjadi sangat kaku, dimana memiliki hobi “berpose di depan kamera
proses pemotretan yang terjadi hanya ini” menuturkan kisahnya ketika
sebatas menghasilkan sebuah foto dan berinteraksi dengan para fotografer. Iqy
setelah itu selesai, tiada kesan dinamik Avril, begitulah panggilan akrabnya. Iqy
semua terkesan kaku. sempat mengalami aksi tipu dari fotografer

680
JURNAL NOMOSLECA
Volume 4 Nomor 1, April 2018

yang mengaku sebagai fotografer interaksi verbal yang dinilai melanggar


profesional. aturan nilai dan moral sedangkan pihak
Iqy menjadi sorang model berawal lainnya membiarkan atau bahkan
dari hobi berpose dan bergaya di depan menanggapinya dengan hal yang sama.
kamera, lalu kemudian beberapa teman
dekatnya mengajaknya untuk melakukan Saran
sesi pemotretan, dan terus berlanjut sampai
sekarang. Interaksi fotografer dan model 1. Dibentuknya sebuah aturan etika yang
yang dialami Iqy cenderung lebih jelas dan disepakati bersama tentang
terkendali, karena Iqy sangat selektif pola interaksi yang terjadi antara
dalam memilih fotografer yang memotret fotografer dan modelnya, yang dapat
dirinya, ia hanya memilih fotografer yang berlaku umum sehingga baik profesi
sudah benar-benar ia kenal. Pengalaman fotografer maupun model terhindar dari
buruk interaksi dengan fotografer yang ia citra buruk yang sekarang terlanjur
alami adalah saat ia mendapatkan berkembang karena pengaruh oknum-
broadcast message dari sekelompok oknum, baik oknum fotografer maupun
fotografer yang sedang mencari model oknum model yang cara kerjanya
untuk penerbitan sebuah majalah, fee dari menyimpang dari nilai etika dan kaidah
sesi pemotretan itu sangat menggiurkan moral yang berlaku. Sehingga
sekali sehingga ada banyak model yang fotografer dan model dapat lebih mudah
terpancing untuk mengikutinya, setelah mengetahui apa yang boleh dan yang
sesi pemotretan yang panjang sekelompok tidak mereka lakukan dalam dunia
fotografer itu menghilang tanpa fotografi.
memberikan konpensasi yang merekan 2. Dibentuknya sebuah organisasi formal
janjikan pada model-modelnya. yang mewadahi para fotografer amatir
Janji-janji yang diberikan dan model amatir sehingga dapat
fotografer pada Iqy hanya merupakan menjadi wadah pendidikan dan akan
iming-iming saja, karena pada lebih mudah menjalankan fungsi
kenyataannya semua yang dijanjikan tidak pengawasan. Agar fotografer dan model
terlaksana. Walaupun interaksi awal mendapatkan pendidikan dan
terjalin dengan baik namun pada akhirnya. pengetahuan yang lebih dalam
mengenai dunia yang akan mereka
PENUTUP geluti.

Simpulan
DAFTAR PUSTAKA
Interaksi verbal fotografer dengan
foto model dalam proses pembuatan karya Ahmadi, Dadi. 2008. Interaksi Simbolik,
foto terjadi secara bervariasi, bergantung
dari fotografer dan model menentukan Sebuah Pendekatan Penelitian dan
perannya. Interaksi verbal fotografer dan Teori. Jurnal Mediator No.9/Vol
model akan berjalan harmonis, selaras, dan 2/Des 2008.
seimbang sesuai dengan nilai etika dan
moral, jika kedua pihak tersebut saling Ardianto, Elvinaro dan Bambang Q-Anees.
menghargai profesi masing-masing dan 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi.
utamanya tetap menjunjung tinggi unsur Bandung: Simbiosa Rekatama
etika dalam berprofesi. Harmonisasi Media.
interaksi verbal akan terganggu, bahkan Creswell. 2006. Qualitative Inquiry and
rusak dan berjalan di luar nilai etika dan
Research Design : Study Case.
moral jika salah satu pihak, baik fotografer
atau model mulai memancing melakukan Sage Publications, Incorporated.

681
Wiki Angga Wiksana

Book, Cassandra L. 1980. Human Rakhmat, Jalaluddin. 1994. Metode


Communication: Principles, Penelitian Komunikasi. Bandung:
Contexts, and Skills. St. Martin's PT. Remaja Rosdakarya.
Press New York West, Richard dan Lynn H. Turner. 2008.
Mulyana, Deddy. 2005.Ilmu Komunikasi: Pengantar teori Komunikasi:
Suatu Pengantar. Bandung: Analisis dan Aplikasi. Buku 1
Remaja Rosdakarya. edisi ke-3. Terjemahan. Maria
Mulyana, Deddy. 2003. Metode Penelitian Natalia
Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
_____________. Jurnal Mediator No.9/Vol Artikel Elektronik
2/Des 2008. Fakultas Ilmu http://www.fotografinet.co.id, diakses pada
Komunikasi Universitas Islam 10 Februari 2017
Bandung.
La Rossa, R dan Reitzes, D. C. 1993. http://jocette.com/2012/03/28/the-model-
Symbolic Interaction and Family alliance-survey-finds-that-30-of-models-
Studies. Canada : Thousand Oaks. have-been-sexually-harassed-and-50-
exposed-to-cocaine/, diakses pada 30
_______________. Kamus Besar Bahasa Januari 2017
Indonesia. 2000. Jakarta: Pusat http://www.cetitamu.com/cerita-gaya-
Bahasa Depdiknas. hidup/Fashion/Artikel/Model-
Neuman, W. Lawrence. 2000. Social Alliance-Membeberkan-Fakta-Dalam-
Research Methods. Qualitative Industri-Mo., diakses pada 30 Januari
and Quantitative Approach, 4th 2017
ed. Boston: Allyn and Bacon.

682

You might also like