Professional Documents
Culture Documents
Alfin Yunico, Lukmawati Dan Midya Botty Hubungan Antara Kecerdasan Emosi PSIKIS-Jurnal Psikologi Islami Vol. 2 No. 2 (2016) 181-194
Alfin Yunico, Lukmawati Dan Midya Botty Hubungan Antara Kecerdasan Emosi PSIKIS-Jurnal Psikologi Islami Vol. 2 No. 2 (2016) 181-194
PSIKIS-Jurnal AntaraVol.
Psikologi Islami Kecerdasan …‖181
Emosi181-194
2 No. 2 (2016)
ABSTRACT
This study entitled "The relationship between emotional intelligence and altruistic behavior
in the Faculty of Economics and Business of diploma study programme of Islamic Banking in 2013
state islmaic university of Raden Fatah Palembang". This study aims to determine the relationship
between emotional intelligence and altruistic behavior in the Faculty of Economics and Business of
diploma study programme of Islamic Banking in 2013 state islmaic university of Raden Fatah
Palembang. Total population in this research were 260 students registered as an active student.
The sampling technique in this research is that using a Probability Sampling is Simple Random
Sampling because, the population sampled everything is homogeneous students of the Faculty of
Economics and Business Islam that serve the student population is 157 students.
This type of research is quantitative correlation. The formulation of the problem is whether
there is a relationship between emotional intelligence and altruistic behavior and the contribution
or influence of emotional intelligence on altruistic behavior at the Faculty of Economics and and
Business of diploma study programme of Islamic Banking in 2013 state islmaic university of
Raden Fatah Palembang. Methods of data analysis used to test the hypothesis of the research is
simple regression analysis
The results of the analysis obtained correlation coefficient of r = 0.612 with 0.000
significance of p <0.01, so that the results showed that there was a significant positive relationship
between emotional intelligence and altruistic behavior in the Faculty of Economics and Business of
diploma study programme of Islamic Banking in 2013 state islmaic university of Raden Fatah
Palembang. The contribution of emotional intelligence to the altruistic behavior of 37.4%. While
62.6% are influenced by other factors.
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Hubungan antara kecerdasan emosi dengan perilaku altruistik pada
mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam jurusan DIII Perbankan Syariah angkatan 2013 UIN
Raden Fatah Palembang”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan
emosi dengan perilaku altruistik pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam jurusan DIII
Perbankan Syariah angkatan 2013 UIN Raden Fatah Palembang. Jumlah populasi pada penelitian
ini berjumlah 260 mahasiswa yang tercatat sebagai mahasiswa aktif. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini yaitu Probability Sampling yang menggunakan Simple Random Sampling
dikarenakan, populasi yang dijadikan sampel semuanya homogen yaitu mahasiswa Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam yang dijadikan populasi yaitu 157 mahasiswa.
ISSN: 2502-728X
182‖ PSIKIS –Jurnal Psikologi Islami Vol. 2 No. 2 Desember 2016
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif korelasi. Adapun rumusan
masalah yang diajukan adalah apakah ada hubungan antara kecerdasan emosi dengan perilaku
altruistik dan seberapa besar sumbangan atau pengaruh kecerdasan emosi terhadap perilaku
altruistik pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam jurusan DIII Perbankan Syariah
angkatan 2013 UIN Raden Fatah Palembang. Metode analisis data yang digunakan untuk menguji
hipotesis penelitian adalah dengan analisis regresi sederhana.
Hasil analisis yang diperoleh koefisien korelasi sebesar r = 0,612 dengan signifikansi 0,000
p<0,01, sehingga hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif yang signifikan
antara kecerdasan emosi dengan perilaku altruistik pada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam jurusan DIII Perbankan Syariah angkatan 2013 UIN Raden Fatah Palembang. Adapun
sumbangsih kecerdasan emosi terhadap perilaku altruistik sebesar 37,4%. Sedangkan 62.6% lainnya
di pengaruhi oleh faktor lain.
sudah mulai tidak peduli terhadap apa yang penampungan para korban bencana tersebut
terjadi dilingkungannya. Hal ini menggambarkan (Agustin Pujianti, 2016).
bahwa menipisnya perilaku menolong pada Milgran dan Hollander menunjukkan
masyarakat. tentang menurunnya perilaku menolong
Hal ini dikarenakan individu cenderung seseorang terhadap orang lain dalam situasi
berpikir demi kepentingan sendiri tanpa kritis sekalipun (David O. Sears, dkk, 1994).
memperdulikan kepentingan orang lain Kasus yang cukup memprihatinkan
(individualistik), maka akan mendorong sering terjadi di lingkungan mahasiswa,
munculnya perilaku tidak peduli terhadap dimana seseorang sering menghindari
orang lain, baik dalam keadaan senang atau permintaan untuk memberikan bantuan.
susah bahkan dalam situasi kritis sekalipun. Sebagian orang suka menolong karena
Akibatnya seseorang lebih memilih apatis, tindakan itu merupakan tindakan yang baik
pasif atau pura-pura tidak tahu ketika dan sebagian lagi menyadari adanya
menjumpai situasi yang menuntut untuk kerugian yang mungkin timbul contohnya
memberikan pertolongan sebagai reaksi yang bila ada kegiatan bakti sosial seseorang
dilakukan agar terbebas dari resiko dan cenderung berjalan lebih jauh dari tempat
tanggung jawab jika menolong dengan segera. kegiatan tersebut bila diminta sumbangsinya.
Perilaku menolong dalam psikologi sosial Demikian juga, bila ada orang yang duduk di
sering disebut dengan perilaku altruistik meja untuk mengumpulkan dana, orang lebih
(Sarlito W. Sarwono, 2009). cenderung menghindar. Sears berpendapat
Perilaku altruistik yaitu tindakan bahwa semakin kuat permintaan bantuan,
sukarela yang dilakukan oleh seseorang atau semakin besar kecenderungan orang untuk
sekelompok orang untuk menolong orang lain menghindari situasi sekalipun (David O. Sears,
tanpa mengharapkan imbalan apapun (kecuali dkk, 1994).
perasaan telah melakukan kebaikan) (David Adapun permasalahan yang terjadi di
O. Sears, dkk, 1994). altruistik juga dapat lingkungan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan
dipahami sebagai perhatian yang bersifat Bisnis Islam Program Studi DIII Perbankan
suka/senang untuk mempeduli kepentingan Syariah UIN Raden Fatah Palembang yaitu,
orang lain, lawan dari egoisme. Menurut mahasiswa tidak dapat memahami dengan baik
Aguste Comte altruistik merupakan sifat hakiki mengenai situasi dan kondisi lingkungan
yang dapat memelihara kerukunan dalam sekitarnya. Mahasiswa lebih memilih untuk
masyarakat. (Tambayong Yapi, 2013). tidak peduli dengan orang lain, bahkan tidak
Dikutip dari berita online jarang mahaiswa mengabaikan orang-orang
IDNtimes.com 2015, tercatat lebih dari 5000 yang sedang membutuhkan bantuan. Dengan
relawan asing berdatangan ke Nepal setelah demikian, ini menunjukkan bahwa masih
gempa 7,8 skala Richter yang menewaskan banyak mahasiswa yang tidak memiliki
lebih dari 7.200 orang pada April 2015. Begitu perilaku altruis dalam dirinya. Hal ini sering
juga para relawan yang berasal dari dalam terlihat ketika ada orang yang datang untuk
negeri yang tentunya lebih dari 5000 relawan, meminta sumbangan, mahasiswa akan berpura-
misalnya para relawan yang tergabung dalam pura tidak tahu bahkan mahasiswa akan
komunitas penanggulangan bencana yang ada menghindar dari orang yang meminta bantuan
di Nepal. Para relawan bekerja tanpa tersebut. Bantan yang dimaksudkan bukan
mendapatkan bayaran, bahkan mereka hanya bantuan dalam betuk materi atau uang,
membangun sendiri sarana dan prasarana seperti tetapi bisa juga bantuan moral atau jasa.
mendirikan tenda untuk balai pengobatan dan
ISSN: 2502-728X
184‖ PSIKIS –Jurnal Psikologi Islami Vol. 2 No. 2 Desember 2016
untuk mempelajari sesuatu secara cepat nyata. Emosi juga dapat didefinisikan sebagai
(Chaplin, 2006). suatu kegiatan atau pergolakan fikiran,
Menurut Alferd Binet dan Theodore perasaan, nafsu serta setiap keadaan mental
Simon (dalam Al Tridhonanto dan Beranda yang hebat dan meluap-luap.
Agency, 2010) kecerdasan atau intelegensi Berdasarkan uraian di atas, dapat
adalah kemampuan untuk mengarahkan pikiran disimpulkan bahwa emosi adalah keadaan jiwa
atau tindakan. Kemampuan untuk mengubah yang ditimbulkan oleh situasi tertentu dengan
arah tindakan bila tindakan tersebut telah sesuatu perubahan yang jelas pada tubuh.
dilaksanakan, dan kemampuan mengkritik diri Kecerdasan emosi adalah kemampuan
sendiri. Menurut Wechler, kecerdasan adalah mengenali perasaan sendiri dan perasaan orang
kemampuan untuk bertindak secara terarah, lain, kemampuan memotivasi diri sendiri,
berpikir secara rasional dan menghadapi kemampuan mengelola emosi dengan baik
lingkungan secara efektif. Menurut Chaplin, pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan
kecerdasan adalah kemampuan menghadapi orang lain (Goleman, 1999).
dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru Menurut Puspasari, kecerdasan emosi
secara cepat dan efektif (Chaplin, 2006). adalah kemampuan untuk mengendalikan
Berdasarkan uraian di atas dapat emosi dan rasional secara bersamaan dengan
disimpulkan bahwa kecerdasan adalah kondisi yang tepat (Puspasari, 2009). Mujib
kemampuan mental seseorang yang sangat dan Mudzakir berpendapat bahwa, kecerdasan
umum yang antara lain melibatkan kemampuan emosi adalah kecerdasan kalbu yang berkaitan
akal, merencana, memecahkan masalah, dengan pengendalian nafsu impulsif dan
berpikir abstrak, memahami ide-ide yang agresif. Kecerdasan mengarahkan seseorang
kompleks, cepat belajar, dan belajar dari untuk bertindak secara hati-hati, waspada,
pengalaman. Kecerdasan juga sering diartikan tenang, sabar, tabah, ketika mendapat musibah
sebagai bentuk kemampuan seseorang dalam dan berterima kasih ketika mendapat
berpikir dan menyesuaikan diri terhadap kenikmatan (Mujib dan Mudzakir, 2001).
situasi-situasi baru. Berdasarkan beberapa definisi
Emosi berasal dari kata e yang berarti kecerdasan emosi yang diungkapkan oleh para
energy dan motion yang berarti getaran. Emosi ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
kemudian bisa dikatakan sebagai sebuah energi kecerdasan emosi adalah kemampuan
yang terus bergerak dan bergetar. Adapun seseorang untuk mengendalikan emosi, yaitu
emosi menurut James adalah keadaan jiwa menahan amarah, menepis kekecewaan dan
yang menampakkan diri dengan sesuatu kesedihan, membuang keputusasaan, bangkit
perubahan yang jelas pada tubuh. Tridhonanto dari kegagalan, hingga mensyukuri
dan Beranda Agency, 2010). Chaplin kebahagiaan.
mendefinisikan emosi adalah satu keadaan
yang terangsang dari organisme, mencakup Aspek-Aspek Kecerdasan Emosi
perubahan-perubahan yang didasari, yang Menurut Goleman (dalam Sarwono,
mendalam sifatnya, dan perubahan perilaku 2009) sumbangan IQ dalam menentukan
(Chaplin, 2006). keberhasilan seseorang hanya sekitar 20-30%
Crow & Crow (dalam Mohammad Ali, saja, selebihnya ditentukan oleh EQ. (.
2011) mendefinisikan emosi sebagai Sarwono, 2009).
pengalaman efektif yang membuat keadaan Menurut Goleman ada lima aspek
mental dan fisiologi dalam kondisi yang kecerdasan emosi yaitu;
meluap-luap dan tampak dalam perilaku yang
ISSN: 2502-728X
186‖ PSIKIS –Jurnal Psikologi Islami Vol. 2 No. 2 Desember 2016
a. Mengenali emosi diri merupakan suatu 3) Biologis; terutama peran amigdala sebagai
kemampuan untuk mengenali perasaan pusat kendali emosi, jika ini mengalami
sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan gangguan akan berakibat timbulnya respon
ini merupakan dasar dari kecerdasan yang berlebihan yang tidak sebanding
emosi. dengan stimulus yang diterima.
b. Mengelola Emosi merupakan kemampuan 4) Ibadah; karena di dalam proses ibadah
dalam menangani perasaan agar dapat mengacu pada kesucian hati (qalb)
terungkap dengan tepat, sehingga tercapai sehingga fungsi efektif menjadi cerdas
keseimbangan dalam diri. sesuai dengan fitrah yang mengajak
c. Memotivasi diri sendiri berkaitan untuk kepada kebaikan. Dengan kecerdasan hati
memberi perhatian, memotivasi diri manusia akan mampu mengarahkan emosi
sendiri, menguasai diri sendiri, dan untuk atau nafsu ke arah yang positif sekaligus
berkreasi. mengendalikannya, sehingga tidak
d. Mengenali emosi orang lain merupakan terjerumus dalam kegiatan negatif.
kemampuan untuk mengenali emosi orang (Quraish Shihab, 2003).
lain disebut juga empati.
e. Membina hubungan merupakan Definisi Perilaku Altruistik
keterampilan yang menunjang popularitas, Altruis diartikan oleh Aronson, Wilson,
kepemimpinan, dan keberhasilan & Akert (dalam Taufik, 2012) sebagai
antarpribadi. pertolongan yang diberikan secara murni, tulus,
Sejalan dengan pendapat Goleman di tanpa mengharap balasan (manfaat) apa pun
atas, menurut Sarlito kriteria atau ciri-ciri orang dari orang lain dan tidak memberikan manfaat
yang memiliki kecerdasan emosi yaitu: (1) apa pun untuk dirinya.
mampu mengenali emosinya sendiri; (2) Definisi altruis menurut Comte, yaitu
mampu mengendalikan emosinya sesuai dorongan menolong dengan tujuan utama
dengan situasi dan kondisi; (3) mampu semata-mata untuk meningkatkan kesejahteraan
menggunakan emosinya untuk meningkatkan orang lain (yang ditolong). Sedangkan egoisme
motivasinya sendiri; (4) mampu mengenali yaitu dorongan menolong orang lain dengan
emosi orang lain; dan (5) mampu berinteraksi tujuan utama semata-mata untuk kepentingan
positif dengan orang lain (Sarwono, 2009). dirinya (Taufik, 2012).
Perilaku altruistik adalah tindakan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi sukarela yang dilakukan oleh seseorang atau
Kecerdasan Emosi sekelompok orang untuk menolong orang lain
Faktor-faktor yang mempengaruhi tanpa mengharapkan imbalan apa pun (kecuali
kecerdasan emosi, di antaranya (Goleman, perasaan telah melakukan kebaikan) (David
2003) yaitu; O. Sears, dkk, 1994).
1) Perlakuan orang tua terhadap anaknya;
jika di rumah anak sering mendapatkan Aspek-Aspek Perilaku Altruistik
perlakuan kasar dari orang tuanya maka Perilaku altruistik memusatkan
anak akan menjadi kasar dan agresif. perhatian pada motivasi untuk membantu orang
2) Pendidikan di sekolah; peran sekolah lain dan keinginan untuk melakukan kebaikan
ialah menanamkan nilai-nilai moral dan tanpa memperhatikan ganjaran, bisa dikatakan
akhlak sehingga siswa dapat bersikap baik juga bahwa altruistik adalah bagian dari
dalam proses interaksi sosial dengan guru, perilaku menolong, tindakan sukarela yang
teman, dan kepada kedua orang tuanya. dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
Alfin Yunico, Lukmawati dan Midya Botty Hubungan Antara Kecerdasan Emosi …‖187
orang untuk menolong orang lain tanpa pertolongan juga mempengaruhi orang
mengharapkan imbalan apapun (kecuali lain untuk memberikan pertolongan.
perasaan telah melakukan kebaikan) (David
O. Sears, dkk, 1994). Kecerdasan Emosi dan prilaku atruis dalam
Menurut Cohen ada tiga ciri-ciri Perspektif Islam
perilaku altruistik (Fuad Nashori, 2007). yaitu: Islam memandang kecerdasan emosi
a. Empati: yaitu, kemampuan untuk sebagai hal yang menekankan pada pendidikan
merasakan perasaan yang dialami oleh jiwa yang melahirkan perilaku terpuji. Secara
orang lain. disadari atau tidak bahwa manusia bukan hanya
b. Keinginan memberi: yaitu, maksud hati semata-mata memiliki struktur akal saja,
untuk memenuhi kebutuhan orang lain. melainkan juga memiliki qalbu (hati) yang
c. Sukarela: yaitu, apa yang diberikan itu berperan untuk mengasah aspek efektif, seperti
semata-mata untuk orang lain, tidak ada kehidupan emosi dan moral (Triantoro, 2012).
keinginan untuk memperoleh imbalan. Allah SWT. berfirman di dalam Q.S.
Menurut Leeds suatu tindakan dapat Asy-Syam ayat 8-10;
disebut perilaku altruistik apabila memenuhi
tiga kriteria (Taufik, 2012) sebagai berikut: Artinya: (8). Maka Allah mengilhamkan kepada
a. Tindakan tersebut bukan kepentingan jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
pribadi (9). Sesungguhnya beruntunglah orang yang
b. Tidakan tersebut dilakukan secara sukarela. menyucikan jiwa itu, (10). dan Sesungguhnya
c. Hasilnya baik bagi yang menolong maupun merugilah orang yang mengotorinya. (Q.S. Asy
yang ditolong. Syam: 8-10).
Mussen mengungkapkan bahwa aspek-
aspek perilaku altruis (Fuad Nashori, 2007) Ayat di atas juga menjelaskan mengenai
meliputi: Cooperation (Kerjasama), Sharing hakikat yang sangat besar tentang jiwa manusia
(Berbagi), Helping (Menolong), Genereocity dan tabiatnya yang berkaitan dengan alam
(Berderma), Honesty (Kejujuran). semesta, dan fenomena-fenomenanya. (Quraish
Syihab, 2007).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Allah SWT. juga menjelaskan bentuk
Altruistik emosi yang lainnya dalam surah al-Baqarah: 76
Wortman, dkk. membagi faktor-faktor berikut;
yang mempengaruhi perilaku altruis, “Dan apabila mereka bertemu dengan orang-
(Dayakisni, T., & Hudaniah, 2003) yaitu: orang yang beriman, mereka berkata: “Kami
a. Suasana hati: jika suasana hati sedang pun telah beriman”; tetapi apabila mereka
nyaman, seseorang akan terdorong untuk berada sesama mereka saja, lalu mereka
memberikan pertolongan lebih banyak. berkata: “Apakah kamu menceritakan kepada
b. Meyakini keadilan dunia: adanya mereka (orang-orang mu’min) apa yang telah
keyakinan bahwa dalam jangka panjang diterangkan Allah kepadamu, supaya dengan
yang salah akan dihukum dan yang baik demikian mereka dapat mengalahkan hujjahmu
akan mendapat pahala. di hadapan Tuhanmu; tidakkah kamu
c. Empati: kemampuan seseorang untuk ikut mengerti.”(Q.S. Al-Baqarah: 76).
merasakan perasaan atau pengalaman
orang lain. Ayat tersebut diakhiri dengan kata “afala
d. Faktor situasional: kondisi dan situasi ta’qilun” memberikan dorongan agar memiliki
yang muncul saat seseorang membutuhkan kecerdasan emosi. Artinya mengendalikan dan
ISSN: 2502-728X
188‖ PSIKIS –Jurnal Psikologi Islami Vol. 2 No. 2 Desember 2016
altruistic dalam penelitian ini diukur kecerdasan emosi berdasarkan teori Goleman
dengan skala perilaku altruistik yang dan aspek perilaku altruistik yang mengacu
disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan pada teori Cohen.
aspek-aspek perilaku altruistik menurut
Cohen yaitu empati, keinginan memberi Skala Kecerdasan Emosi
dan sukarela. Skala kecerdasan emosi terdiri dari 90
aitem yang terdiri dari 45 aitem yang bersifat
Populasi dan Sampel Penelitian favourable dan 45 aitem yang bersifat
Populasi unfavourable. Peneliti menyusun penelitian ini
Populasi adalah wilayah generalisasi mengacu pada aspek kecerdasan emosi dari
yang terdiri atas: obyek/subyek yang teori Goleman, dan penulis modifikasi sendiri
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu dalam pembuatan skalanya. Skala dalam
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari penelitian ini menggunakan skala Likert yang
dan kemudian ditarik kesimpulannya telah dimodifikasi menjadi 4 alternatif jawaban
(Sugiyono, 2012). Adapun populasi dalam yaitu1: Sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak
penelitian ini adalah berjumlah 260 mahasiswa. sesuai (TS), sangat tidak sesuai (STS), yang
disajikan dalam kalimat favourable dengan
Sampel penampilan bergerak dari 4 sampai 1, untuk
Sampel adalah bagian dari populasi kalimat unfavourable dengan penampilan
penelitian, oleh karena itu sampel harus bergerak dari 1 sampai 4.
memiliki ciri-ciri yang dimiliki oleh
populasinya (Azwar, 2011). Menurut sugiyono Skala Perilaku Altruistik
sampel adalah bagian dari jumlah dan Skala perilaku altruistik terdiri dari 42
karakteristik yang dimiliki oleh populasi aitem yang terdiri dari 21 aitem yang bersifat
tersebut (Sugiyono, 2012). favourable dan 21 aitem yang bersifat
Peneliti mengambil teknik Probability unfavourable. Skala perilaku altruistik ini
Sampling yang menggunakan Simple Random dibuat oleh peneliti dengan menggunakan
Sampling dikarenakan, populasi yang dijadikan aspek dari Cohen. Skala dalam penelitian ini
sampel semuanya homogen yaitu mahasiswa menggunakan skala Likert yang telah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang dimodifikasi menjadi 4 alternatif jawaban
dijadikan populasi yaitu 157 mahasiswa sampel yaitu: Sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak
yang telah ditentukan dan dihitung berdasarkan sesuai (TS), sangat tidak sesuai (STS), yang
rumus Slovin (Sugiyono, 2012). disajikan dalam kalimat favourable dengan
penampilan bergerak dari 4 sampai 1, untuk
Metode Pengumpulan Data kalimat unfavourable dengan penampilan
Metode pengumpulan data adalah cara- bergerak dari 1 sampai 4.
cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data (Arikunto, 2010). Alat Validitas skala penelitian
pengumpul data yang digunakan dalam Validitas berasal dari kata validity, yang
penelitian ini adalah skala Likert. Skala Likert mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan
dan persepsi seseorang atau sekelompok orang fungsi ukurnya (Azwar, 1997).
tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2013)
terdiri atas aitem SS, S, TS, STS, yang penulis
buat sendiri dan mengacu pada aspek 1
ISSN: 2502-728X
190‖ PSIKIS –Jurnal Psikologi Islami Vol. 2 No. 2 Desember 2016
Koefisien validitas yang tidak begitu Perbankan Syariah angkatan 2013 UIN Raden
tinggi, katakanlah berada di sekitar angka 0,50 Fatah Palembang. Hubungan antara variabel
lebih dapat dianggap memuaskan daripada bebas dan terikat dikatakan linier jika tidak
koefisien reliabilitas dengan angka yang sama. ditemukan penyimpangan yang berarti. Kaidah
Namun apabila koefisien validitas itu kurang uji yang digunakan adalah jika p < 0,05, maka
daripada 0,30 biasanya dianggap sebagai tidak hubungan antara variabel bebas dan variabel
memadai. terikat dinyatakan linier. Sebaliknya, jika p >
0,05, maka hubungan antara variabel bebas dan
Reliabilitas skala penelitian variabel terikat dinyatakan tidak linier
Reliabilitas berasal dari kata rely dan (Marselius Sampe Tondok dan Muhaimin,
ability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas 2006).
tinggi disebut sebagai pengukuran yang
reliabel. Reliabilitas mempunyai banyak nama Uji Hipotesis
lain, seperti keajegan, konsistensi, kestabilan, Setelah terpenuhnya uji normalitas dan
dan sebagainya, namun ide pokok yang linieritas, kemudian dilakukan uji hipotesis.
terkandung di dalam konsep reliabilitas adalah Teknik analisis yang digunakan dalam
sejauhmana hasil pengukuran itu dapat penelitian ini adalah analisis regresi sederhana
dipercaya. (Azwar, 2009). (Simple Regression). Analisis regresi
Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien digunakan untuk mengetahui hubungan antara
realibilitas (rxx) yang angkanya berada dalam variabel indevenden (bebas) dan variabel
rentang 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi devenden (terikat) dalam suatu persamaan
koefisien realibilitas mendekati angka 1,00 linier. Apabila model regresinya melibatkan
berarti semakin tinggi realibilitas (Azwar, variabel indevenden lebih dari satu maka
2009). dinamakan regresi ganda. Namun apabila
model regresinya melibatkan variabel
Metode Analisis Data indevenden cuma satu maka dinamakan regresi
Uji Normalitas sederhana (Alhamdu, 2015)
Uji normalitas dilakukan untuk
mengetahui skor variabel yang diteliti Hasil Penelitian
terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas Kategorisasi Skor Skala kecerdasan emosi
dalam penelitian ini menggunakan uji Skor Kategorisasi N %
Kolmogorov Smirnov. Aturan atau kaidah X≥216 Tinggi 42 26,7
untuk mengetahui data terdistribusi normal 6
atau tidak jika p>0,05 maka distribusi data 144≤X<216 Sedang 114 72,6
dikatakan normal dan bila p<0,05 maka 1
distribusi data tidak normal (Hamang, 2005). 144>X Rendah 1 0,63
Total 157 100
Uji Linieritas Berdasarkan hasil kategorisasi tabel di
Uji linieritas dilakukan untuk atas, diketahui bahwa sebagian besar
mengetahui apakah variabel bebas (X) dan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
variabel terikat (Y) memiliki hubungan linier. Program Studi D III Perbankan syariah
Hubungan antara variabel bebas yakni angkatan 2013 memiliki kecerdasan emosi
kecerdasan emosi dan variabel terikat yakni dalam kategori sedang, yaitu sebanyak 114
perilaku altruistik pada mahasiswa Fakultas mahasiswa atau sebesar 72,61 %. Sementara
Ekonomi dan Bisnis islam Jurusan DIII
Alfin Yunico, Lukmawati dan Midya Botty Hubungan Antara Kecerdasan Emosi …‖191
untuk kategorisasi tinggi sebanyak 42 altruistik. Adapun kaidah uji yang digunakan
mahasiswa atau sebesar 26,76 % dan terdapat adalah jika p< 0,05 maka hubungan antara
satu orang mahasiswa yang tergolong kategori variabel bebas (X) dengan variabel tergantung
rendah atau sebesar 0,63 %. (Y) dinyatakan linier, tetapi jika p> 0,05 maka
hubungan antara variabel (X) dan variabel (Y)
Deskripsi Kategorisasi Skala dinyatakan tidak linier. Berikut ini hasil uji
Perilaku altruistik linieritas;
Skor Kategorisasi N % Deskripsi Hasil Uji Linieritas
X≥115 Tinggi 12 7,64 Model Summary Keterangan
75≤X<115 Sedang 145 92,36 F Sig.
Linier
75>X Rendah 0 0 92,772 0,000
Total 157 100 Berdasarkan hasil uji linieritas dengan
Berdasarkan hasil kategorisasi tabel di menggunakan curva estimation antara
atas diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa kecerdasan emosi dengan perilaku altruistik
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Program didapatkan nilai 92,772 dengan nilai
Studi D III Perbankan Syariah angkatan 2013 signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 berarti nilai p
memiliki perilaku altruistik dalam kategorisasi < 0,05. Pengujian di atas dilakukan pada α =
sedang, yaitu sebanyak 145 orang mahasiswa 5% maka di dapat nilai f tabelnya sebesar 3,90
atau sebesar 92,36%. Sementara untuk kategori sedangkan nilai f hitungnya sebesar 92,777
tinggi sebanyak 12 orang mahasiswa atau yang berarti f hitung lebih besar daripada f
sebesar 7,64% dan tidak terdapat mahasiswa tabel (f hitung > f tabel), maka dapat
yang memiliki perilaku altruistik dalam disimpulkan bahwa hubungan kedua variabel
kategorisasi rendah. linier.
ISSN: 2502-728X
192‖ PSIKIS –Jurnal Psikologi Islami Vol. 2 No. 2 Desember 2016
mahasiswa ini berada pada kategorisasi tinggi Belajar Edisi II, Yogyakarta, Pustaka
dan tingkat perilaku altruistik seharusnya pelajar,
berada pada tingkat kategorisasi yang lebih
_____. 2009. Penyusunan Skala Psikologi,
rendah dibandingkan kecerdasan emosi.
Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Namun hasil yang didapat menunjukkan
tingkat kecerdasan emosi pada mahasiswa _____. 1997. Reliabilitas dan Validitas,
berada pada kategori sedang dan tingkat Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
perilaku altruistik menunjukkan kategori
sedang juga. Menurut peneliti hal ini terjadi Chaplin, James P., 1981. Kamus Lengkap
karena pada saat pengisian skala, subjek Psikologi, Jakarta, Raja Grafindo
Persada, Cet ke VII.
penelitian merespon skala tersebut kurang
sesuai dengan kondisi yang sebenarnya Dayakisni, T., & Hudaniah, 2003. Psikologi
melainkan meresponnya secara normatif. Sosial. Malang: UMM Press.
ISSN: 2502-728X
194‖ PSIKIS –Jurnal Psikologi Islami Vol. 2 No. 2 Desember 2016
Nashori, Fuad. 2008. Psikologi Sosial Islami. Tambayong Yapi, 2013. KamusIsme-Isme,
Bandung, Refika Aditama. Bandung, Nuansa Cendikia.
Taufik, 2012. Empati Pendekatan Psikologi
Puspasari, Amarylian, 2009 Mengukur Sosial, Jakarta, Raja Grafindo Persada.
Emotional Intellegence dan Membentuk
PolaAsuh Berdasarkan Emotional Tridhonanto, Al, dan Agency, Beranda, 2010.
Intelegent Parenting, Jakarta, Elex Media Meraih Sukses dengan Kecerdasan
Komputindo. Emosional, Jakarta, Elex Media
Komputindo.
Rahman, Agus Abdul, 2013. Psikologi Sosial;
Integrasi Pengetahuan Wahyu dan Widtastuti, Yeni. 2014. Psikologi Sosial,
Pengetahuan Empirik, Jakarta, Raja Yogyakarta, Graha Ilmu.
Grafindo Persada.
Zuhdiyah, 2012. Psikologi Agama, Yogyakarta,
Santrock, John W., 2002 Life-Span Pustaka Felicha.
Development Perkembangan Masa
Hidup, diterjemahkanoleh Achmad
Chusairi dan Juda Damanik, Jakarta,
Erlangga.