Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 17

Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Persepsi Remaja Mengenai Keseriusan dan

Kerentanan Perilaku Pencegahan Hipertensi

The Influence of Health Education on Adolescence Perception Concerning About


Susceptibility and Seriousness of Hypertension Prevention Behavior

Shiko Indrawan Mahardani1, dr. Ratna Indriawati, M. Kes.2


Mahasiswa Fakultas Kedokteran UMY1, Departemen Fisiologi Fakultas Kedokteran
UMY2

ABSTRACT
Hypertension or elevated blood pressure above normal often does not show significant
signs and symptoms. Hypertention can also causes many complications. That is why it called
a silent killer disease. Based on data from Riskesdas in 2007 the result of prevalence incidence
of hypertension population with age 18 years and over in indonesia is equal to 31,7%. DIY
province itself is one of the provinces whose hypertension prevalence is 35.8% higher than the
national rate. Because of the prevalence of hypertension in adolescence and above are high, it
is necessary to promote preventive actions. One of the action is changes the wrong perception
among teenagers about hypertension.
The experimental method was performed on 96 respondents with the age of adolescents
in the age of 14 until 17 years. Research conducted with pre test and post test on 48 respondents
as control group and 48 others as intervension group that has been divided before, the research
would do each variable, perception of susceptibilityand seriousness through giving
questionnaire. Data analysis using descriptive method to know. Then the test of quantitative
analysis using Mann Whitney and Wilcoxon.
There is effect of health education through audiovisual media toward improvement of
adolescent susceptibility perception score on hypertension prevention behavior with p value =
0,018 (score p <0,05). However, there is no effect of health education through audiovisual
media on the perception of seriousness of hypertensive prevention behavior with p value =
0,201 (score p> 0.05), although there are increasing number of good score from pre test to post,
it still there is not influence of health education through audiovisual media to adolescence
seriousness perception score statistically.

Keywords: hypertension, adolescent, perception, hypertension prevention, audiovisual media.

ABSTRAK
Hipertensi atau peningkatan tekanan darah diatas normal sering tidak menunjukkan tanda
dan gejala yang cukup berarti, dan hipertensi juga menyebabkan banyak komplikasi. Sehingga
disebut sebagai penyakit silent killer. Berdasarkan data dari Riskesdas tahun 2007 didapatkan
hasil bahwa prevalensi kejadian hipertensi penduduk dengan umur 18 tahun ke atas di
Indonesia adalah sebesar 31,7%. Provinsi DIY sendiri termasuk salah satu provinsi yang
prevalensi hipertensi nya sebesar 35,8% lebih tinggi dari angka nasional. Oleh karena masih
besarnya angka prevalensi hipertensi di usia remaja ke atas maka perlu adanya tindakan
preventif mulai dini. Diantaranya adalah dengan merubah persepsi yang salah pada kalangan
remaja mengenai hipertensi.
Uji eksperimental dilakukan pada 96 responden dengan usia remaja yaitu 14-17 tahun.
Penelitian dilakukan dengan uji pre test dan post test yang telah dibagi 48 responden kelompok
kontrol dan 48 responden kelompok intervensi pada masing-masing variable yaitu persepsi
kerenatanan dan keseriusan melalui pemberian kuesioner. Analisis data menggunakan metode
deskriptif untuk mengetahui gambaran responden. Kemudian uji analisis kuantitatif
menggunakan Mann Whitney dan Wilcoxon.
Terdapat pengaruh pendidikan kesehatan melalui media audiovisual terhadap
peningkatan skor persepsi remaja mengenai kerentanan perilaku pencegahan hipertensi
didapatkan nilai p = 0,018 (p<0,05). Namun tidak terdapat pengaruh pendidikan kesehatan
melalui media audiovisual terhadap persepsi keseriusan perilaku pencegahan hipertensi,
didapatkan nilai p = 0,201 (p>0.05), meskipun terdapat peningkatan jumlah skor tinggi persepsi
kerentanan dari pre test ke post test, tetap tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan melalui
media audiovisual terhadap persepsi keseriusan secara statistik.

Kata Kunci : hipertensi, remaja, persepsi, pencegahan hipertensi, media audiovisual.


Pendahuluan Salah satu upaya promosi yang dapat

Sesorang dikatan mengalami dilakukan yaitu memberikan edukasi

hipertensi apabila terdapat peningkatan mengenai hipertensi dan cara

tekanan darah sistolik lebih dari sama pencegahannya. Pentingnya edukasi sejak

dengan 140 mmHg, dan atau peningkatan dini dapat mencegah terjadinya penyakit

tekanan dasrah diastolik lebih dari sama hipertensi melalui perubahan persepsi pada

dengan 90 mmHg sesuai dengan JNC 7 remaja. Remaja adalah kelompok usia 10-

(Arief, 2007). Hipertensi merupakan 19 tahun (Widyastuti, 2009). dalam usia

penyakit yang awalnya tanpa tanda dan tersebut remaja masuk pada masa

gejala, namun apabila tidak ada terapi perkembangan kognitif dimana dapat

adekuat dan konsisten dapat menyebabkan berpikir secara abstrak sehingga diharapkan

komplikasi seperti serangan jantung, dan pada penelitian ini mampu menerima

stroke (Linggah, 2012). Hipertensi informasi tentang hipertensi (Fatimah,

merupakan salah satu penyakit tidak 2015).

menular yang bersifat kronik dan perlu Persepsi dalam individu dapat

adanya pengendalian tekanan darah pada bersifat positif maupun negatif, persepsi

pasien hipertensi, cara pengendalian mampu mempengaruhi tindakan untuk

hipertensi ialah promosi dengan melawan atau mengobati penyakitnya

meningkatkan pengetahuan tentang (Sugihartono, 2007). Menurut teori Health

hipertensi, preventif melakukan tindakan Belief Model ada empat variabel kunci

pencegahan hipertensi, kuratif dalam mempengaruhi tindakan dalam

menggunakan obat farmasi, dan rehabilitasi kesehatan yaitu persepsi kerentanan,

menghambat pasien jatuh pada keadaan persepsi keseriusan, persepsi hambatan dan

yang lebih buruk (Depkes, 2007). persepsi manfaat (Notoatmodjo, 2007).

Persepsi kerentanan dan persepsi


keseriusan terhadap hipertensi dipakai pada pre test berupa kuesioner kemudian pada

penelitian ini, kedua persepsi tersebut juga kelompok intervensi diberikan perlakuan

dinilai untuk mengetahui pengaruh dari berupa pendidikan kesehatan. Setelah itu,

edukasi yang diberikan, yang diharapkan kedua kelompok diberikan post test berupa

nantinya dapat mengubah perilaku kuesioner yang sama dengan pre test.

pencegahan hipertensi. Peneliti melakukan penelitian di

Media yang dipakai sebagai materi SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta, dan

edukasi pada remaja ialah melalui media teknik sampling menggunakan purposive

video. Video adalah salah satu media yang sampling. Karena peneliti dan pihak

menyediakan informasi melalui gambar sekolah mempertimbangkan untuk memilih

bergerak dan dapat berisi suara. Video kelas X. Jumlah sampel yang diambil

dinilai sebagai cara yang menarik dalam adalah 48 pada kelompok intervensi (yang

menambah pengalaman belajar (Sanaky, diberikan pendidikan kesehatan) dan 48

2011) dan efektif karena dengan media sampel kelompok kontrol.

video siswa mendapatkan edukasi melalui Sebagai variabel bebas adalah

pendengaran dan penglihatan (Munadi, Pendidikan kesehatan melalui media video.

2008). Persepsi kerentanan dan keseriusan

Metode Penelitian perilaku pencegahan hipertensi sebagai

Peneliti menggunakan desain variabel terikat. Variabel yang dapat

penelitian berupa quasi eksperimental mempengaruhi persepsi keseriusan dan

dengan pendekatan pre-post test berupa kerentanan perilaku pencegahan hipertensi

kuesioner. Peneliti menggunakan 2 berupa : tingkat pengetahuan responden,

kelompok yang terdiri dari satu kelompok minat siswa, dan lingkungan sekitar.

intervensi dan satu kelompok kontrol. Alat yang digunakan penelitian ini

Masing-masing kelompok akan diberikan adalah kuisioner yang digunakan pada


penelitian ini disusun oleh sri susanti pada Peneliti membagi sampel ke dalam 2

tahun 2015 yang diadaptasi dari kuisioner kelompok. Kelompok pertama sebagai

Nelwetis (2009) dan kusioner ini sudah kelompok kontrol dan kelompok kedua

diuji validitas dan realibilitasnya pada anak sebagai kelompok intervensi. Keduanya

remaja. Kuisioner berisi identitas akan sama sama diberikan kuesioner

responden meliputi nama, umur, jenis sebagai pre test.

kelamin, dan alamat setelah itu diikuti Setelah itu, pada kelompok intervensi

dengan alat ukur tentang persepsi diberikan perlakuan berupa pendidikan

kerentanan perilaku pencegahan hipertensi kesehatan diberikan dua kali per minggu

berisi 10 pertanyaan dan persepsi dalam dua waktu minggu. Setelah masa

keseriusan perilaku pencegahan hipertensi perlakuan berakhir, kedua kelompok akan

Pertanyaan perilaku berisi 10 pertanyaan, diberikan lagi kuesioner sebagai post test.

dengan nilai skor 1 : sangat tidak setuju, 2 : Data yang didapatkan dari hasil pre

tidak setuju, 3 : setuju, dan 4 : sangat setuju. test dan post test akan dikumpulkan datanya

Selain kuesioner, materi berupa video juga dan dianalisis hasilnya. Data yang

diberikan pada kelompok intervensiberisi diperoleh akan dimasukkan ke dalam

tentang hipertensi dan cara pencegahannya. program microsoft Exvel dan program data

Jalannya penelitian pertama peneliti SPSS, selanjutnya akan dianalisis secara

melakukan observasi dan melakukan bertahap. Pertama dilakukan analisis

survey populasi remaja di SMA univariat untuk menguji karakteristik

Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Setelah responden. Dilanjutkan dengan uji bivariat,

mendapatkan jumlah populasi, dicari karena data bersifat kategorik dan memiliki

jumlah koresponden yang sesuai dengan dua kelompok data intervensi dan kontrol,

kriteria inklusi dan eksklusi dari peneliti. maka dilakukan uji :


1. Uji beda masing kelompok dengan dan intervensi pada masing-masing pre

metode Wilcoxon untuk mengetahui test maupun post test.

beda tingkat persepsi saat pre test dan Hasil Penelitian

post test pada masing-masing kelompok Karakteristik responden

kontrol maupun intervensi, Dapat diketahui karakteristik responden

2. Uji beda antar kelompok dengan metode sebagai berikut:Gambaran Karakteristik

Mann-Whitney untuk mengetahui beda Responden

tingkat persepsi antara kelompok kontrol

Tabel 1. Gambaran Karakteristik Responden (N = 96)


Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol
Karakteristik
Jumlah Persentasi Jumlah Persentasi
Jenis Kelamin
1. Laki – laki 16 33,3% 24 50%
2. Perempuan 32 66,7% 24 50%
Umur :
1. 14 Tahun 0 0% 3 6,25%
2. 15 Tahun 31 64,6% 27 56,25%
3. 16 Tahun 16 33,3% 18 37,5%
4. 17 Tahun 1 2% 0 0%
Alamat
1. Dalam Kota 42 87,5% 36 75%
2. Luar Kota 6 12,5% 12 25%
Status RPK Hipertensi
1. Ya 11 23% 7 14,6%
2. Tidak 37 77% 41 85,4%
Status RPK P.Ginjal
1. Ya 8 17% 1 2%
2. Tidak 40 83% 47 98%
Status RPK DM
1. Ya 11 23% 0 0%
2. Tidak 37 77% 48 100%

a. Jenis kelamin perempuan mendominasi antara perempuan dan laki-laki masing-

pada kelompok intervensi dengan masing berjumlah 24 responden.

jumlah 32 responden, sedangkan pada b. Sebagian besar responden berusia 15

kelompok kontrol jumlahnya seimbang tahun pada kedua kelompok intervensi


dan kelompok kontrol saat dilakukan hipertensi, penyakit ginjal, dan diabetes

penelitian. mellitus lebih tinggi dari yang memiliki

c. Responden yang bertempat tinggal di RPK tersebut pada kedua kelompok

dalam kota memiliki jumlah lebih tinggi intervensi maupun kontrol.

pada kedua kelompok intervensi dan


Gambaran Tingkat Persepsi Kerentanan
kontrol.
dan Keseriusan Hipertensi
d. Jumlah responden yang tidak memiliki

riwayat penyakit keluarga seperti

Tabel 2. Gambaran Tingkat Persepsi Kerentanan Hipertensi


Kelompok Skor Tingkat Persepsi Kerentanan
Tinggi Rendah
Jumlah Persentasi Jumlah Persentasi
Pre test Intervensi 19 39,6% 29 60,4%
Post test Intervensi 29 60,4% 19 39,6%
Pre test Kontrol 24 50% 24 50%
Post test Kontrol 28 58,3% 20 41,7%

Gambaran tingkat persepsi responden tanpa pemberian edukasi

kerentanan hipertensi adalah kelompok kesehatan melalui media video, berselisih 4

intervensi terdapat peningkatan jumlah responden. Bila dibandingkan antara

responden dengan skor tinggi dari 19 posttest intervensi dan post test kontrol

responden menjadi 29 responden setelah jumlah responden dengan skor tinggi, pada

diberikan edukasi kesehatan melalui media kelompok intervensi memiliki jumlah yang

video, berselisih 10 responden. begitu juga lebih banyak 29 responden namun tidak

pada kelompok kontrol terdapat terpaut jauh dengan kelompok kontrol yang

peningkatan jumlah responden dengan skor berjumlah 28 responden.

tinggi dari 24 responden menjadi 28


Tabel 3. Gambaran Tingkat Persepsi Keseriuan Hipertensi

Kelompok Skor Tingkat Persepsi Keseriusan


Tinggi Rendah
Jumlah Persentasi Jumlah Persentasi
Pre test Intervensi 26 54,2% 22 45,8%
Post test Intervensi 32 66,7% 16 33,3%
Pre test Kontrol 28 58,3% 20 41,7%
Pos test Kontrol 29 60,4% 19 39,6%

Gambaran tingkat persepsi responden. Bila dibandingkan antara

keseriusan hipertensi adalah pada posttest intervensi dan posttest kontrol

kelompok intervensi terdapat peningkatan jumlah responden dengan skor tinggi, pada

jumlah responden dengan skor tinggi dari kelompok intervensi memiliki jumlah yang

26 responden menjadi 32 responden setelah lebih banyak 32 responden dengan

diberikan edukasi kesehatan melalui media kelompok kontrol 29 responden.

video, berselisih 5 responden, begitu juga


Hasil Uji Perbedaan Tingkat Persepsi
pada kelompok kontrol terdapat
Kerentanan dan Keseriusan Hipertensi
peningkatan jumlah responden dengan skor
masing Kelompok
tinggi dari 28 responden menjadi 29

responden tanpa pemberian edukasi

kesehatan melalui media video, berselisih 1


Tabel 4. Hasil Uji Perbedaan Tingkat Persepsi Kerentanan Hipertensi masing
Kelompok
Kelompok Mean ± SD *p
Pre test Intervensi 26,54 ± 3,27
0,018
Post test Intervensi 28,73 ± 3,25
Pre test Kontrol 26,73 ± 2,95
0,394
Post test Kontrol 26.54 ± 3.27

* Uji Wilcoxon untuk perbedaan dua kelompok berpasangan, signifikasi p<0,05

Hasil uji perbedaan tingkat persepsi dengan nilai p kurang dari 0,05. Sehingga

kerentanan hipertensi masing kelompok disimpulkan terdapat pengaruh intervensi

adalah, nilai p kelompok intervensi sebesar berupa edukasi menggunakan media video

0,018 dan nilai p kelompok kontrol sebesar terhadap tingkat persepsi kerentanan

0,394. Terdapat perubahan signifikan terhadap penyakit hipertensi.

secara statistik pada kelompok intervensi

Tabel 5. Hasil Uji Perbedaan Tingkat Persepsi Keseriusan Hipertensi masing Kelompok

Kelompok Mean ± SD *p
Pre test Intervensi 29,56 ± 3,05
0,201
Post test Intervensi 30,62 ± 3,24
Pre test Kontrol 30,62 ± 3,24
0,808
Post test Kontrol 32,04 ± 3.61

* Uji Wilcoxon untuk perbedaan dua kelompok berpasangan, signifikasi p<0,05

Hasil uji perbedaan tingkat persepsi disimpulkan tidak terdapat pengaruh

keseriusan hipertensi masing kelompok intervensi berupa edukasi menggunakan

adalah, nilai p kelompok intervensi sebesar media video terhadap tingkat persepsi

0,201 dan nilai p kelompok kontrol sebesar keseriusan terhadap penyakit hipertensi.

0,808. Tidak ada perubahan signifikan


Hasil Uji Perbedaan Tingkat Persepsi
secara statistik pada kedua kelompok
Kerentanan dan Keseriusan Hipertensi
intervensi maupun kontrol dengan nilai p
antar Kelompok
lebih dari sama dengan 0,05. Sehingga
Tabel 6. Hasil Uji Perbedaan Tingkat Persepsi Kerentanan Hipertensi antar Kelompok
Kelompok Mean ± SD *P
Pre test Intervensi
1,44 ± 0,5 0,307
Pre test Kontrol
Post test Intervensi
1,59 ± 0,5 0,836
Post test Kontrol
* Uji Mann-Whitney untuk uji perbedaan dua kelompok tidak berpasangan,
signifikasi p<0,05
Uji tidak berpasangan digunakan Whitney. Berdasarkan hasil penelitian

untuk mengetahui perbedaan yang setelah dilakukan intervensi didapatkan

signifikan antara kelompok intervensi nilai p = 0,836. Oleh karena nilai p>0,05

dengan kelompok kontrol sesudah maka tidak terdapat perbedaan yang

dilakukan intervensi. Karena data pada signifikan persepsi kerentanan hipertensi

penelitian ini adalah kategorik dan ada dua antara kelompok intervensi dengan

kelompok, maka untuk uji tidak kelompok kontrol.

berpasangan menggunakan Mann-

Tabel 7. Hasil Uji Perbedaan Tingkat Persepsi Keseriusan Hipertensi antar Kelompok
Kelompok Mean ± SD *P
Pretest Intervensi
1,56 ± 0,50 0,682
Pretest Kontrol
Post test Intervensi
1,63 ± 0,48 0,527
Post test Kontrol
* Uji Mann-Whitney untuk uji perbedaan dua kelompok tidak berpasangan,
signifikasi p<0,05
Uji tidak berpasangan digunakan setelah dilakukan intervensi didapatkan

untuk mengetahui perbedaan yang nilai p = 0,682. Oleh karena nilai p>0,05

signifikan antara kelompok intervensi maka tidak terdapat perbedaan yang

dengan kelompok kontrol sesudah signifikan persepsi keseriusan hipertensi

dilakukan intervensi. Karena data pada antara kelompok intervensi dengan

penelitian ini adalah kategorik dan ada dua kelompok kontrol.

kelompok, maka untuk uji tidak


Diskusi
berpasangan menggunakan Mann-

Whitney. Berdasarkan hasil penelitian


Pengaruh Media Edukasi terhadap Dapat disimpulkan bahwa terdapat

Persepsi Kerentanan Hipertensi pengaruh edukasi melalui media video

Hasil uji analisis Wilcoxon persepsi terhadap peningkatan persepsi kerentanan

kerentanan hipertensi membandingkan data hipertensi. Pemberian edukasi melalui

pre test dan post test pada kelompok media video dapat meningkatkan persepsi

intervensi menunjukkan terdapat perbedaan kerentanan hipertensi karena ada beberapa

yang signifikan sebelum dan sesudah faktor yaitu media video sebagai metode

diberikan edukasi melalui media video pada pembelajaran yang menarik bagi

kelompok intervensi terhadap persepsi responden, dan karakteristik responden

kerentanan hipertensi responden. Selain itu yang berusia remaja.

jumlah responden yang memiliki skor Edukasi melalui media video dapat

tinggi pada kelompok intervensi meningkatkan pengetahuan responden

mengalami peningkatan dari sebelum karena video merupakan media penyampai

diberikan edukasi dengan setelah diberikan pesan melalui penglihatan dan pendengaran

edukasi. Hasil uji analisis Mann-Whitney yang efektif dalam proses pembelajaran

yang membandingkan nilai post test antara (Munadi, 2008), Selain itu menurut Sanaky

kelompok intervensi dan kontrol menuliskan beberapa kelebihan edukasi

menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan melalui media video yaitu menyajikan

persepsi kerentanan hipertensi yang obyek belajar secara konkret atau pesan

signifikan secara statistik antara kelompok pembelajaran secara realistik, sehingga

post test intervensi dan kelompok post test sangat baik untuk menambah pengalaman

kontrol. Namun apabila dilihat dari jumlah belajar, memiliki daya tarik tersendiri dan

responden yang memiliki skor tinggi, pada dapat menjadi pemacu atau memotivasi

kelompok intervensi memiliki jumlah lebih pembelajar untuk belajar, dapat

banyak dibandingkan kelompok kontrol. mengurangi kejenuhan belajar, dan


menambah daya tahan ingatan (Sanaky, dan bahaya hipertensi peneliti

2011). sesuai dengan penelitian Rinik Eko menggunakan bentuk video animasi yang

yang menggunakan video edukasi di dua dibuat sendiri berdasarkan panduan dari

rumah sakit kota malang tentang AHA (American Hearth Assosiation) dan

tatalaksana balita dengan diare, terdapat video dari Youtube. Sedangkan Video

perbedaan signifikan setelah pemberian modelling yaitu video yang

video edukasi terhadap peningkatan mendemonstrasikan perilaku dari

pengetahuan tatalaksanaa balita dengan kebiasaan yang diinginkan melalui

diare (Rinik Eko Kapti, 2013). Pemberian representasi visual, konten yang

media video sebagai edukasi mampu ditampilkan berisi tentang cara mengatasi

meningkatkan pengetahuan responden, stres pada remaja, dan pencegahan

karena video memberikan contoh konkret hipertensi melalui aktivitas fisik remaja

melalui pendengaran dan penglihatan, sesuai dengan anjuran WHO. Video

selain itu video juga memiliki daya tarik modelling dinilai lebih efektif dalam

sendiri sebagai alternatif lain dari metode meningkatkan pengetahuan pasien, sesuai

pembelajaran konvensional. dengan penelitian Krouse tentang video

Video yang ditayangkan dalam modelling ini terbukti dapat meningkatkan

edukasi responden berupa animasi dan perawatan diri pasien (Krouse, 2001). Jenis

video modelling. Animasi adalah suatu video modeling dan animasi dapat

gerakan yang dihasilkan oleh proses memberikan pengalaman baru dalam

manipulasi visual berupa perubahan metode pembelajaran dengan materi

gambar dalam setiap waktu setelah melalui menarik dan contoh konkret keseharian

proses editing di komputer (Prabawati, sehingga dapat berpengaruh terhadap

2009). Animasi yang ditampilkan berisi persepsi kerentanan hipertensi.

tentang pengertian, penyebab, klasifikasi,


Dari hasil analisis Karakteristik kelompok usia remaja karena cenderung

responden penelitian menunjukkan rata- memiliki rasa ingin tahu tinggi terhadap

rata umur responden berusia 15 tahun. Data hal-hal baru, dan mencapai perkembangan

ini menunjukkan responden berada dalam kognitif menalar secara abstrak sehingga

masa remaja pertengahan yaitu pada mampu menerima materi video tentang

rentang 14-16 tahun (Soetjiningsih, 2007). hipertensi.

Kelompok usia remaja masuk dalam masa Pengaruh Media Edukasi terhadap

puncak perkembangan kognitif dimana Persepsi Keseriusan Hipertensi

remaja mampu menalar secara abstrak, Hasil uji analisis Wilcoxon persepsi

mudah dalam menyerap informasi, dan juga keseriusan hipertensi membandingkan

mudah dipengaruhi (Berk, 2003). data pre test dan post test pada kelompok

Perkembangan intelegensia pada remaja intervensi menunjukkan tidak ada

menyebabkan remaja cenderung perbedaan yang signifikan sebelum dan

mengembangkan cara berpikir abstrak dan sesudah diberikan edukasi melalui media

cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, video pada kelompok intervensi terhadap

sehingga muncul perilaku ingin mencoba- persepsi keseriusan hipertensi responden.

coba. (Widyastuti, 2009). Sesuai dengan Namun apabila dilihat dari jumlah

penelitian fatimah 2015 umur 12 tahun ke responden yang memiliki skor tinggi pada

atas anak sudah dapat menggunakan kelompok intervensi mengalami

operasi-operasi konkritnya untuk peningkatan dari sebelum diberikan

membentuk operasi yang lebih kompleks edukasi meningkat setelah diberikan

dalam pengaturan diri sendiri, kemandirian edukasi. Hasil uji analisis Mann-Whitney

interaksi sosial, pemecahan masalah yang membandingkan nilai post test

berdasarkan pengalaman fisik dan logika. antara kelompok intervensi dan kontrol

Dalam penelitian ini kami memilih menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
persepsi keseriusan hipertensi yang ASSURE ini dimaksudkan untuk

signifikan secara statistik antara menjamin penggunaan media

kelompok post test intervensi dan pembelajaran supaya efektif. Model

kelompok post test kontrol. Namun ASSURE meliputi 6 langkah dalam

apabila dilihat dari jumlah responden perencanaan sistematik untuk penggunaan

yang memiliki skor tinggi, pada kelompok media, yaitu: 1. Identifikasi kebutuhan

intervensi memiliki jumlah lebih banyak dan karakteristik siswa 2. Perumusan

dibandingkan kelompok kontrol. Dapat Tujuan 3. Memilih, Merubah dan

disimpulkan bahwa tidak terdapat Merancang Media Pembelajaran 4.

pengaruh edukasi melalui media video Perumusan Materi 5. Pelibatan siswa 6.

terhadap persepsi keseriusan hipertensi. Evaluasi. (Nurseto, 2011). Namun dalam

Tidak adanya pengaruh pemberian pembuatan media video tentang hipertensi

edukasi melalui media video terhadap tidak dilakukan pelibatan siswa dalam hal

persepsi keseriusan dikarenakan faktor mengumpulkan materi, pembuatan video,

video yang belum melalui proses evaluasi, dan evaluasi video dalam proses

faktor saat pemberian materi edukasi pembuatannya sehingga media video

kurangnya interaksi antara responden dan yang diberikan tidak berpengaruh

pendidik, serta faktor responden yang terhadap persepsi keseriusan responden.

tidak memiliki minat dan kepentingan Menurut Sistem Pendidikan

untuk mengetahui konten edukasi. Nasional dalam UU RI No. 20 Tahun

Menurut Heinich pada tahun 1982 2003 (Depdiknas, 2003) mendefinisikan

untuk menyusun suatu media mengenai pembelajaran sebagai proses

pembelajaran perlu perencanaan yang interaksi peserta didik dengan pendidik

disebut model ASSURE sebelum dan sumber belajar pada suatu lingkungan

pemberian materi (Heinich, 1982). Model belajar, perlu adanya komunikasi dua arah
atau pemberian feedback untuk menilai 2. Faktor yang bersumber dari

pengetahuan siswa setelah diberikan lingkungan sekolah yaitu: cara

materi pendidikan. Berdasarkan definisi menyampaikan pelajaran oleh

tersebut kita bisa menarik kesimpulan pendidik, Adanya konflik pribadi

bahwa kurangnya interaksi antara antara responden dan pendidik, dan

pemberi materi dan responden dapat suasana lingkungan sekolah

menyebabkan proses pembelajaran 3. Faktor yang bersumber dari

menjadi kurang efektif sehingga lingkungan keluarga dan masyarakat

berkurangnya pengaruh edukasi dalam yaitu: masalah broken home,

meningkatkan persepsi responden. perhatian utama siswa yang

Selain itu minat siswa juga berperan difokuskan pada kegiatan-kegiatan di

penting dalam proses pembelajaran. luar sekolah,

Menurut Soemanto (Suparman, 2008) Dari semua faktor yang disebutkan

mengemukakan bahwa faktor-faktor yang yang paling mempengaruhi dalam

mempengaruhi minat belajar siswa adalah penelitian ini adalah faktor dari siswa itu

sebagai berikut: sendiri, siswa atau responden merasa

1. Faktor dari siswa itu sendiri yaitu: bahwa edukasi yang disampaikan mengenai

materi mempunyai tujuan yang jelas hipertensi tidak bermanfaat dalam

atau tidak bagi responden, materi mempengaruhi nilai rapor sekolah mereka,

yang disampaikan bermanfaat atau sehingga minat siswa berkurang dalam

bagi bagi individu tersebut, kesehatan memperhatikan video yang ditampilkan.

yang sering menganggu, serta ada


Kesimpulan
masalah atau kesukaran menerima
Berdasarkan hasil penelitian dan
materi
pembahasan maka dapat disimpulkan

bahwa:
1. Terdapat pengaruh pendidikan Depdiknas. (2003). Undang-undang
RI No.20 tahun 2003.tentang sistem
kesehatan melalui media video terhadap pendidikan nasional. Indonesia:
Depdiknas.
peningkatan skor persepsi kerentanan
Depkes, B. (2007). Pedoman
perilaku pencegahan hipertensi pada Pengukuran Dan Pemeriksaan Riskesdas
2007. Jakarta: Tim Riskesdas.
murid SMA Muhammadiyah 1
Fatimah. (2015). Perkembangan
Yogyakarta Yogyakarta. Kognitif: Teori Jean Piaget. 1-12.
Heinich, R. M. (1982). Instructional
2. Tidak terdapat pengaruh pendidikan
Media: and the New Technology of
kesehatan melalui media video terhadap Instruction. New York: John Wily and Son.
Krouse, H. J. (2001). Video
peningkatan skor persepsi keseriusan modelling to educate patients. Adv Nurs,
33.
perilaku pencegahan pencegahan
Linggah, L. (2012). Sehat dan
hipertensi pada murid SMA Sembuh Dengan Lemak. Jakarta: PT. Alex
Media Komputindo.
Muhammadiyah 1 Yogyakarta.
Munadi, Y. (2008). Media
Saran Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru.
Ciputat: Gaung Persada Press.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Notoatmodjo. (2007). Promosi
dilakukan, maka saran yang dapat diberikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta.
untuk peneliti selanjutnya adalah
Nurseto, T. (2011). Membuat Media
Pembelajaran yang Menarik. 1-17.
melakukan persiapan yang matang dalam
Prabawati. (2009). Pinnacle Studio
pembuatan video, meningkatkan interaksi 12 untuk Beragam Kebutuhan. Editing
Video. Yogyakarta: Andi Offset.
antara pemberi edukasi dan responden
Rinik Eko Kapti, Y. R. (2013).
sehingga, dan menggunakan alternatif Efektifitas Audiovisual sebagai Media
Penyuluhan Kesehatan terhadap
media lain yang lebih efektif Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Ibu
dalam Tatalaksana Balita dengan Diare di
Dua Rumah Sakit Kota Malang. Jurnal
Daftar Pustaka Ilmu Keperawatan, 23-60.
Arief, M. (2007). Kapita Selekta
Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius. Sanaky. (2011). Media
Pembelajaran Buku Pegangan Wajib Guru
Berk, L. E. (2003). Child dan. Dosen. Yogyakarta: Kaukaba
Development. USA: Sixth Edition. Dipantara.
Soetjiningsih. (2007). Buku Ajar
Tumbuh Kembang Remaja dan
Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto.
Sugihartono. (2007). Psikologi
Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Suparman. (2008). Upaya Guru
dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa
pada Mata Pelajaran Akuntansi di SMA Al-
Mas'udiyah Bandung. Jurnal. Ilmiah Pend.
Ekonomi Akuntansi, 69-84.
Widyastuti. (2009). Kesehatan
Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya.

You might also like