Nadie Fatimatuzzahro - P7

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Indeks Karies Gigi Santri Pondok Pesantren Mambaul Khoiriatul Islamiyah (MHI)

Dan Bustanul Ulum Tahun 2016

(Dental Caries Index of Boarding School Students Mambaul Khoiriatul Islamiyah


(MHI) and Bustanul Ulum in 2016)

Nadie Fatimatuzzahro, Rendra Chriestedy Prasetya


Bagian Biomedik, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember

Korespondensi: Nadie Fatimatuzzahro. Bagian Biomedik, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember.
Email: nadiefatima@gmail.com

ABSTRACT
Background: Caries is the most common dental and oral disease in Indonesia with a
prevalence of more than 80%. National Basic Health Research (RISKESDAS) in 2013 showed that the
population aged 12 years and over had a caries prevalence of 53.2% with an average DMF-t score in
Indonesia reaching 4.6. Boarding school as one of the places of education in Indonesia is still
vulnerable in the provision of clean water and environmental sanitation that impact on personal
health including oral and dental health. Objective: to know distribution of dental caries index of
boarding school students in Bangsalsari district. Method: This activity was a dedication to the
community funded by Kemenristekdikti, which was done in 2 Boarding school in Bangsalsari Sub-
District namely Mambaul Khoiriatul Islamiyah (MHI) and Bustanul Ulum. The number of respondents was
the students of class IX as many as 31 people in Ponpes MHI and 30 people in Ponpes Bustanul Ulum.
Performed Dental examination of respondents was obtained DMF-T dental caries index data. The
result showed that the mean of DMF-T index at the santri of MHI boarding school was 5.03, while the
mean of DMF-T index at santri of Bustanul Ulum boarding school was 5.3. The low number of filled teeth
(F) showed that the knowledge and awareness of the students were low in maintaining the health of
the oral cavity. Conclusion: Based on WHO criteria DMF-t index of boarding school students MHI and
Bustanul Ulum were high category.

Keywords: dental caries, DMF-t, caries index

Pendahuluan dihasilkan oleh mikroorganisme.


Karies gigi merupakan Karies menjadi salah satu bukti tidak
penyakit gigi dan mulut yang paling terawatnya kondisi gigi dan mulut.2
banyak diderita di Indonesia dengan Pondok pesantren sebagai
prevalensi lebih dari 80% dan ini salah satu tempat pendidikan di
tergolong lebih tinggi dibandingkan Indonesia saat ini berjumlah kurang
dengan negara berkembang lebih 40.000 dan 80% diantaranya
lainnya. Riset Kesehatan Dasar masih rawan dalam penyediaan air
Nasional (RISKESDAS) tahun 2013 bersih dan sanitasi lingkungan.
menunjukkan bahwa penduduk usia Budaya bersih merupakan cerminan
12 tahun keatas memiliki prevalensi sikap dan perilaku masyarakat
karies sebesar 53,2% dengan rata- dalam menjaga dan memelihara
rata skor DMF-t di Indonesia kebersihan pribadi dan lingkungan
mencapai 4,6.1 Karies gigi dalam kehidupan sehari-hari. Hasil
merupakan penyakit infeksi yang penelitian menunjukkan perilaku
mengenai jaringan keras gigi yang hygiene perorangan para santri
menyebabkan terurainya jaringan masih kurang baik, antara lain mandi
gigi secara kimia, akibat proses menggunakan sabun hanya (18,5%),
metabolik asam organik yang menggunakan handuk bersama

PROSIDING THE 4th DENTISTRY SCIENTIFIC MEETING OF JEMBER 99


(15,5%), menggunakan sikat gigi mendeteksi awal gigi berlubang
bersama (7,4%), tidak mencuci menggunakan alat dasar
tangan sebelum makan (32,7%). kedokteran gigi.
Kondisi sanitasi secara umum masih Indikator untuk menilai karies
belum baik.3 gigi yang digunakan adalah indeks
Mambaul Khoiriyatil Islamiyah DMF-T. DMF-T merupakan
(MHI) dan Bustanul Ulum dipilih untuk penjumlahan indeks D, M dan F,
mewakili pondok pesantren besar di yang menunjukkan banyaknya
Kecamatan Bangsalsari dengan kerusakan gigi yang pernah dialami
jumlah santri yang banyak. Para seseorang karena karies baik berupa
santri bersekolah pada pagi hingga D/Decay (jumlah gigi permanen
siang hari dan belajar agama di sore yang mengalami karies dan belum
hingga malam hari. Jadwal yang diobati atau ditambal), M/Missing
padat serta terbatasnya (jumlah gigi permanen yang dicabut
kesempatan untuk memperoleh atau masih berupa sisa akar) serta
informasi dari luar, menyebabkan F/Filling (jumlah gigi permanen yang
pengetahuan para santri mengenai telah dilakukan penumpatan atau
kesehatan gigi dan mulut sangat ditambal).4
minimal. Berdasarkan data dari WHO (2006) memberikan
Puskesmas Bangsalsari, sedikit sekali kategori dalam perhitungan DMF-T
kunjungan para santri pondok berupa derajat interval sebagai
pesantren ke poli gigi puksesmas. berikut:5
1. Sangat rendah : 0,0 – 1,1
Metode Penelitian 2. Rendah : 1,2 – 2,6
Kegiatan ini merupakan 3. Moderat : 2,7 – 4,4
kegiatan pengabdian pada 4. Tinggi : 4,5 – 6,5
masyarakat yang didanai oleh 5. Sangat Tinggi : > 6,5
Direktorat Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat Rata-rata penilaian indeks DMF-T
Kementerian Riset Teknologi dan digunakan rumus:
Pendidikan Tinggi. Jumlah
responden adalah siswa kelas XI
sebanyak 31 orang di Pondok
pesantren MHI dan 30 orang di
Pondok Pesantren Bustanul Ulum
Bangsalsari. Hasil Penelitian
Pemeriksaan dilakukan Hasil pemeriksaan DMF-T
dengan menggunakan alat pada santri pondok pesantren MHI,
diagnostik untuk mendapatkan data didapatkan rerata DMF-t sebesar
tentang status karies gigi. Hasil 5,03. Hasil yang sama didapatkan
pengamatan dicatat pada saat dilakukan pemeriksaan DMF-T
odontogram sesuai kode yang telah pada santri pondok pesantren
ditentukan. Pada kegiatan ini Bustanul Ulum dengan rerata skor
dilakukan pula penyuluhan DMF-T sebesar 5,3. Sesuai dengan
mengenai penyebab karies gigi, kriteria WHO, hal ini tergolong dalam
cara menjaga kesehatan gigi dan indeks karies yang tinggi. Rerata skor
mulut, praktek bersama cara DMF-t santri putri lebih tinggi
menggosok gigi yang benar, serta dibanding santri putra (Gambar 1).
diberikan pelatihan untuk dapat

PROSIDING THE 4th DENTISTRY SCIENTIFIC MEETING OF JEMBER 100


5,8
5,6
5,4

SKOR DMF-T
5,2
5
4,8 Perempuan

4,6 Laki-Laki

4,4
4,2
MHI Bustanul Ulum

NAMA SEKOLAH

Gambar 1. Diagram distribusi status karies gigi santri pondok pesantren MHI dan Bustanul
Ulum berdasarkan jenis kelamin

Tabel 1. Distribusi Indeks Karies Gigi Santri Pondok Pesantren MHI dan Bustanul
Ulum
MHI Bustanul Ulum
Karies Gigi
Jumlah Santri Persentase Jumlah Santri Persentase
Sangat Rendah 2 6 3 10
Rendah 2 6 3 10
Sedang 9 30 6 20
Tinggi 12 39 8 27
Sangat Tinggi 6 19 10 33
Total 31 100 30 100

Tabel 2. Distribusi Gigi Berdasarkan Masing-Masing Indeks DMF-T


MHI Bustanul Ulum
Indeks
Jumlah gigi Persentase Jumlah Gigi Persentase
Decay 135 87 142 92
Missing 20 13 11 7
Filling 1 1 2 1
Total 156 100 155 100

Berdasarkan pemeriksaan Distribusi indeks karies gigi


yang telah dilakukan pada 31 santri dari total 30 santri pondok pesantren
pondok pesantren MHI, diperoleh Bustanul Ulum yang diperiksa,
hasil 2 santri (6%) mempunyai indeks diperoleh hasil 3 santri (10%)
karies sangat rendah, 2 santri (6%) mempunyai indeks karies sangat
mempunyai indeks karies rendah, 9 rendah, 3 santri (10%) mempunyai
santri (30%) dengan indeks karies indeks karies rendah, 6 santri (20%)
sedang, 12 santri (39%) dengan dengan indeks karies sedang, 8
indeks karies tinggi, sedangkan 6 santri (27%) dengan indeks karies
santri (19%) mempunyai indeks karies tinggi, dan distribusi terbanyak yaitu
sangat tinggi. Distribusi indeks karies 10 santri (33%) tergolong mempunyai
santri pondok pesantren MHI indeks karies sangat tinggi. Status
sebagian besar terdapat pada karies gigi para santri dapat dilihat
kategori tinggi. pada Tabel 1.

PROSIDING THE 4th DENTISTRY SCIENTIFIC MEETING OF JEMBER 101


Hasil pemeriksaan menunjukkan pesantren khususnya di MHI dan
masih banyaknya gigi karies (indeks Bustanul Ulum. Tingkat pengetahuan
D) yang belum dirawat yaitu 87% tentang kesehatan gigi dan mulut
dari total gigi yang mengalami karies yang rendah akan menyebabkan
pada santri pondok pesantren MHI perilaku menjaga kesehatan gigi
dan 92% pada santri pondok dan mulut menjadi buruk.7 Tingkat
pesantren Bustanul Ulum. Hanya 1% pengetahuan akan menyebabkan
dari total gigi yang mengalami karies perbedaan pemahaman, sehingga
dan sudah pernah dirawat (Tabel 2). perilaku santri dalam menjaga
kebersihan gigi dan mulutnya juga
Pembahasan kurang. Pengetahuan yang kurang
Kegiatan pengabdianpada pada santri pondok pesantren juga
masyarakat ini mengambil sampel disebabkan kurangnya informasi
sejumlah 61 responden yang berusia tentang kesehatan gigi dan mulut
14-15 tahun (tingkat Madrasah yang disampaikan guru di sekolah
Tsanawiyah/SMP). Kelompok usia ini serta tidak adanya kegiatan
perlu mendapatkan perhatian penyuluhan oleh petugas
khusus karena merupakan saat kesehatan. Suwargiani menyatakan
terjadinya transisi dari masa anak- bahwa pengetahuan yang rendah
anak menuju masa remaja. menyebabkan indeks DMF-T tinggi,
Kesehatan gigi juga merupakan dikarenakan belum adanya
salah satu komponen kesehatan kesadaran untuk menerapkan
secara menyeluruh dan tidak dapat kebiasaan yang positif dalam
diabaikan terutama pada tingkat memelihara kebersihan gigi dan
sekolah dasar, karena kesehatan mulut sehari-hari.8 Perilaku kesehatan
gigi dan mulut ikut mempengaruhi sangat dipengaruhi oleh
tumbuh kembang anak yang pengetahuan, sehingga untuk
sempurna bertujuan untuk meningkatkannya diperlukan
mewujudkan manusia sehat, cerdas pendidikan kesehatan.9
dan produktif serta mempunyai Indeks karies yang tinggi
daya juang yang tinggi.6 pada santri pondok pesantren di
Dari hasil pemeriksaan Bangsalsari juga dimungkinkan dari
rongga mulut para santri yang letak geografisnya. Wilayah
mengikuti kegiatan ini, didapatkan Kecamatan Bangsalsari merupakan
indeks karies yang tinggi, yaitu rata- dataran dan pegunungan dengan
rata terdapat 5 gigi berlubang pada kandungan fluor pada air minum
tiap santri. Tingginya prevalensi yang lebih rendah dibandingkan
karies pada santri pondok pesantren dengan daerah pesisir pantai
MHI dan Bustanul Ulum antara lain sehingga dapat berpengaruh pada
dipengaruhi oleh pengetahuan status kariesnya. Sesuai dengan
tentang kesehatan gigi dan mulut penelitian Wiratmo yang
yang sangat minim, oleh karena di membuktikan bahwa jumlah karies
lingkungan pondok pesantren tidak gigi di daerah pegunungan lebih
terdapat poliklinik/tenaga tinggi dibandingkan di daerah pesisir
kesehatan. Hanya terdapat UKS pantai, yang dipengaruhi oleh
(Usaha Kesehatan Sekolah) sebagai kandungan fluor dalam air minum.10
sarana kesehatan dengan seorang Hasil pemeriksaan
guru sebagai penanggung jawab menunjukkan jenis kelamin
dan obat-obatan yang minimal. perempuan mempunyai indeks DMF-
Pelaksanaan pendidikan T lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
kesehatan gigi dan mulut masih Tingginya indeks karies pada santri
jarang diterapkan di pondok putri dibanding santri putra dapat

PROSIDING THE 4th DENTISTRY SCIENTIFIC MEETING OF JEMBER 102


dipengaruhi oleh beberapa faktor dan mulut dapat ditangani segara,
antara lain masa erupsi gigi pada sehingga kemungkinan jumlah
perempuan lebih cepat penambalan gigi akan lebih besar
dibandingkan laki-laki,2 serta dibandingkan dengan jumlah
terdapat perubahan hormonal pencabutan. Umur juga
pada perempuan usia pubertas mempengaruhi permintaan fasilitas
yang berpengaruh pada kesehatan perawatan kesehatan. Kebutuhan
rongga mulut.11 Menurut Fejerskov kesehatan sebagian besar berkaitan
dan Kidd karies gigi berhubungan dengan umur. Menurut Trisnantoro,
dengan waktu erupsi gigi, yaitu gigi faktor umur sangat mempengaruhi
erupsi lebih awal akan cenderung permintaan konsumen terhadap
mempunyai karies lebih tinggi dari pelayanan kesehatan preventif dan
gigi yang akhir erupsinya karena kuratif.13
akan lebih lama terpapar faktor Anggapan yang
resiko penyebab karies gigi.2 menyatakan bahwa penambalan
Masih banyaknya kondisi gigi gigi tidak menyelesaikan masalah
yang karies dan belum gigi, juga membuat masyarakat
mendapatkan perawatan, tampak lebih memilih pencabutan gigi.
pada skor F/Filling (gigi yang Banyak masyarakat yang mengeluh
ditambal) yang hanya 1% dari total giginya masih sakit setelah dilakukan
indeks DMF-T. Hal ini menunjukkan penambalan, sehingga masyarakat
bahwa masih rendahnya lain enggan untuk melakukan
pengetahuan para santri mengenai penambalan gigi. Hal ini mungkin
kesehatan gigi dan mulut, serta juga berpengaruh terhadap
upaya-upaya yang dapat dilakukan rendahnya angka penambalan
untuk mencegah maupun pada santri pondok pesantren MHI
mengobati karies gigi. Faktor-faktor dan Bustanul Ulum. Promosi yang
yang mungkin menjadi penyebab baik perlu dilakukan oleh tenaga
sangat sedikitnya jumlah angka kesehatan, diharapkan dapat
penambalan antara lain rendahnya mengubah pandangan masyarakat
pengetahuan dan kesadaran terhadap penambalan gigi. Promosi
masyarakat terhadap kesehatan yang disiarkan melalui media cetak
dan penyakit. Pengetahuan yang dan elektronik dapat mempengaruhi
dimiliki oleh individu merupakan pola pikir dan pola hidup
salah satu faktor yang menentukan masyarakat sehingga banyak
untuk mencari dan meminta upaya masyarakat yang lebih sadar akan
pelayanan kesehatan. Dinyatakan kesehatan, khususnya kesehatan gigi
pula bahwa semakin tinggi dan mulut.14 Hal tersebut dapat
pengetahuan individu tentang berdampak pada terdeteksinya
akibat yang ditimbulkan oleh suatu masalah kesehatan secara dini,
penyakit, maka semakin tinggi yang memungkinkan gigi tersebut
upaya pencegahan yang dilakukan. masih bisa dilakukan perawatan dan
12 penambalan, tanpa harus dilakukan
Faktor lain yang mungkin pencabutan.
berpengaruh terhadap rendahnya Padatnya jadwal santri di
angka penambalan gigi yaitu pondok pesantren serta minimnya
kesadaran untuk menerapkan fasilitas media massa yang ada di
pengetahuan yang dimiliki masih lingkungan pondok pesantren,
kurang yang dimungkinkan karena menyebabkan minimnya
umur para santri yang masih sangat pengetahuan dan kesadaran santri
muda. Kesadaran masyarakat yang mengenai kesehatan. Berbagai
tinggi, menyebabkan penyakit gigi bentuk media cetak dan elektronik

PROSIDING THE 4th DENTISTRY SCIENTIFIC MEETING OF JEMBER 103


membawa pesan yang berisi sugesti kegiatan penyuluhan dan
yang dapat mengarahkan opini pemeriksaan kesehatan gigi dan
seseorang. Informasi baru terhadap mulut yang rutin dilakukan oleh
suatu hal dapat memberikan tenaga kesehatan di puskesmas
landasan kognitif baru bagi guna peningkatan status kesehatan
terbentuknya sikap. Media massa gigi dan mulut.
berperan dalam pembentukan dan
perubahan seseorang, sehingga Ucapan Terimakasih
bentuk informasi sugesti dalam Penulis mengucapkan terima
media massa selalu dimanfaatkan kasih kepada Direktorat Penelitian
untuk meningkatkan promosi.14 dan Pengabdian Masyarakat,
Pembangunan di bidang Kemeterian Riset Teknologi dan
kesehatan bertujuan untuk Pendidikan Tinggi yang telah
meningkatkan derajat kesehatan mendanai kegiatan ini, serta
masyarakat agar tingkat kesehatan Pengurus dan Santri Pondok
masyarakat menjadi lebih baik. Pesantren MHI dan Bustanul Ulum
Pembangunan di bidang kesehatan selaku Mitra yang telah terlibat
gigi merupakan bagian integral dari dalam kegiatan ini.
pembangunan kesehatan nasional.6
Kepada pihak pengurus pesantren DAFTAR PUSTAKA
diharapkan dapat memotivasi para
santri agar mau datang ke 1. Departemen Kesehatan
puskesmas untuk mendapatkan Republik Indonesia. Riset
perawatan. Kerja sama dengan Kesehatan Dasar. Jakarta:
puskesmas Bangsalsari dilakukan Badan Penelitian dan
sebagai fasilitas layanan kesehatan Pengembangan Kesehatan.
primer di wilayah Kecamatan 2013.
Bangsalsari. Dari hasil pemeriksaan 2. Fejerskov, O. & Edwina. A. M.
yang telah dilakukan, para santri Kidd. Dental Caries. The Disease
akan mendapat kartu rujukan untuk and Its Clinical Management.
dibawa ke Puskesmas Bangsalsari UK: Blackwell Publishing Ltd.
yang berisi gambaran mengenai 2008.
gigi-gigi yang membutuhkan 3. Herryanto. Puslitbang Ekologi
perawatan. dan status Kesehatan.
http://digilib.ekologi.litbang.dep
Kesimpulan kes.go.id/go.php?id=jkpkpesk-
Berdasarkan hasil kegiatan gdl-grey-2009-. 2009. [Diakses
yang telah dilakukan, maka dapat tanggal 7-11-2016].
diambil kesimpulan bahwa indeks 4. Sondang P, Harmada T. Menuju
karies gigi di pondok pesantren di gigi dan mulut sehat,
Kecamatan Bangsalsari masih tinggi. pencegahan dan
Masih rendanhnya jumlah gigi yang pemeliharaan. Medan: USU
sudah ditambal menunjukkan Press. 2008 :1-28.
minimnya pengetahuan para santri 5. WHO. Caries Prevelence: INDEKS
dalam merawat gigi. Diperlukan DMF-T dan DMF-S.
upaya peningkatan pendidikan http//www.whocollab.od.mah.s
kesehatan gigi dan mulut di e/expl/ohisgv.html. 2013.
lingkungan pondok pesantren [diakses pada 13 Februari 2013].
sebagai upaya untuk meningkatkan 6. Depkes RI. Keputusan Menteri
pengetahuan, kesadaran dan Kesehatan RI No.
perilaku kesehatan dan kebersihan 128/Menkes/SK/II/2004 Tentang
rongga mulut, serta perlu adanya Kebijakan Dasar Pusat

PROSIDING THE 4th DENTISTRY SCIENTIFIC MEETING OF JEMBER 104


Kesehatan Masyarakat. Jakarta: 11. Wiratmo H. Pengaruh konsumsi
Departemen Kesehatan air minum terhadap terjadinya
Republik Indonesia. 2004. karies pada usia 12-15 tahun di
7. Sekti Anggara, Erawati daerah pantai dan
Wulandari, Kiswaluyo. Indeks pegunungan di Kabupaten
Karies Gigi Siswa Kelas V Sekolah Takalar. 2008.
Dasar di Pedesaan dan http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.ph
Perkotaan di Kecamatan p/
Patrang Kabupaten Jember. search.html?act=tampil&id=696
2012. 34& idc = 2 [diakses pada 6
http://repository.unej.ac.id/bitstr November 2016)
eam/handle/123456789/61856/S 12. Guthmiller, J.M., Jeame, R.,
ekti%20Anggara.pdf;sequence= Duance, R., Georgia, K., Lester,
1 [diakses pada 10 November H., Frank, J., dan Stephen, K.
2016] Periodontal Disease In
8. Suwargiani, A. A. Indeks def-t Pregnancy Complicated By
dan DMF-T Masyarakat Desa Type I Diabetes Melitus. J.
Cipondoh dan Desa Mekarsari Periodontol. 2001 ; 72(1): 485-
Kecamatan Tirtamulya 1490.
Kabupaten Karawang. 2008. 13. Notoatmodjo, S. Promosi
http://resources.unpad.ac.id/un Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
pad - Jakarta: Rineka Cipta. 2003.
9. content/uploads/publikasi_dose 14. Kiswaluyo, 2013. Pelayanan
n/masyarakat%20Desa%20%Cip Kesehatan Gigi Di Puskesmas
ondoh.PD . [diakses pada 11 (Studi Kasus Di Puskesmas
November 2016). Sumbersari). Stomatognatic (J.
10. Purwaningsih, Misutarno, K. G Unej). 2013;10(1):12-16
Imamah, S.N. Analisis Faktor 15. 14. Azwar, A. Pengantar
Pemanfaatan VCT Pada Orang Pendidikan Kesehatan. Jakarta:
Risiko Tinggi HIV/AIDS. Jurnal Sasta Hudaya. 2000.
Ners; 2011: 6 (1).

PROSIDING THE 4th DENTISTRY SCIENTIFIC MEETING OF JEMBER 105

You might also like