Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

JPE (Jurnal Pendidikan Edutama) Vol. 5 No.

1 Januari 2018
P-ISSN : 2339-2258 (Print) E-ISSN: 2548-821X (Online)
http://ejurnal.ikippgribojonegoro.ac.id/index.php/JPE

PENERAPAN EVALUASI DIRI SEKOLAH DASAR MODEL EMI


DI KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2017

Subangun dan Laily Isroin


FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo
Email: pak.b.jozz@gmail.com
FIK Universitas Muhammadiyah Ponorogo
Email: lailyisroin@ymail.com

Abstract: This research is aimed to give an idea about the implementation of self-
evaluation of elementary school of Evaluasi Mutu Internal (EMI) model in Kabupaten
Ponorogo. This research was conducted in Kabupaten Ponorogo with elementary
school research object and elementary school operator in UPTD Kecamatan Jenangan
and UPTD Kecamatan Pulung. The approach used in this research is descriptive
qualitative. Data collection techniques used are (1) interview, (2) observation, and (3)
documentation. The data analysis used is a qualitative technique, namely to examine the
problem on a case by case basis because the researcher believes that the nature of a
problem one will be different from the nature of the other problem. The results show
that self-evaluation of elementary school EMI model becomes alternative for primary
school in preparation of self-evaluation. Self-evaluation of elementary school EMI
model has advantages because it can be done easily, quickly, efficiently, and effectively.
In addition, self-evaluation of the EMI model can be the basis for the preparation of
short and long-term school work plans (RKS).

Keywords: Self Evaluation, EMI, Character, Superior School

Abstrak: Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memberikan gambaran tentang
penerapan evaluasi diri sekolah dasar model Evaluasi Mutu Internal (EMI) di
Kabupaten Ponorogo. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Ponorogo dengan objek
penelitian kepala sekolah dasar dan operator sekolah dasar di UPTD Kecamatan
Jenangan dan UPTD Kecamatan Pulung. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian
adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah (1)
wawancara, (2) observasi, dan (3) dokumentasi. Adapun analisis data yang digunakan
adalah teknik kualitatif, yakni mengkaji masalah secara kasus per kasus karena peneliti
yakin bahwa sifat suatu masalah satu akan berbeda dengan sifat dari masalah lainnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa evaluasi diri sekolah dasar model EMI menjadi
alternatif bagi sekolah dasar dalam penyusunan evaluasi diri. Evaluasi diri sekolah dasar
model EMI memiliki kelebihan karena bisa dilakukan dengan mudah, cepat, efisien, dan
efektif. Di samping itu, evaluasi diri model EMI bisa menjadi dasar penyusunan rencana
kerja sekolah (RKS) jangka pendek dan jangka panjang.

Kata kunci: Evaluasi Diri, EMI, Karakter, Sekolah Unggul

PENDAHULUAN
Dalam Permendiknas Nomor 13 madrasah untuk berbagai tingkatan
Tahun 2007 tentang Standar Kepala perencanaan.
Sekolah/Madrasah dikemukakan bahwa Sementara itu, dalam Permendiknas
kepala sekolah harus memenuhi syarat Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem
kompetensi kepribadian, manajerial, Penjaminan Mutu Pendidikan Pasal 2 ayat
kewirausahaan, supervisi, dan sosial. (2) dikemukakan tujuan SPMP yakni (a)
Selanjutnya, dalam kompetensi manajerial terbangunnya budaya mutu pendidikan
dikemukakan bahwa kepala sekolah harus formal, nonformal, dan/atau informal serta
mampu menyusun perencanaan sekolah/ (e) terbangunnya sistem informasi mutu

81
82 JURNAL PENDIDIKAN EDUTAMA, Vol.5, No.1 Januari 2018

pendidikan formal dan nonformal berbasis (2) Buku Panduan Evaluasi Diri kurang
teknologi informasi dan komunikasi. Hal fleksibel dan sulit dipahami;
ini berarti bahwa kepala sekolah sebagai (3) Instrumen tidak sesuai dengan kondisi
seorang manajer harus mampu menyusun perkembangan yang sangat kompleks;
perencanaan berbasis teknologi informasi (4) Analisis data tidak memperhatikan
dan komunikasi dalam rangka membangun tingkat kepentingan setiap komponen
budaya mutu sekolah. dan item pada indikator;
Untuk membuat perencanaan yang (5) Panduan analisis hasil evaluasi diri
baik, kepala sekolah harus mampu tidak disertakan langkah-langkah
menemukenali potensi yang dimiliki usaha untuk melakukan tindakan
sekolah. Salah satu cara menemukenali perbaikan sehingga tidak ada solusi
potensi sekolah, kepala sekolah melakukan pemecahan tarhadap hasil evaluasi diri.
evaluasi diri. Evaluasi diri sekolah yang Evaluasi diri sekolah (EDS) yang
utama dalam membangun budaya mutu dalam bahasa Inggris disebut School Self
adalah evaluasi terhadap delapan standar Evaluation (SSE) adalah proses tanggung
nasional pendidikan. jawab sekolah dalam mengevaluasi
Pada kenyataannya saat ini banyak kemajuan dan mendorong sekolah untuk
kepala sekolah dasar, dalam penyusunan menetapkan prioritas peningkatan mutu
perencanaan, tidak mendasarkan pada sekolah (BPSDMPK-PMP, 2013: 17).
evaluasi diri secara benar. Pada umumnya Dalam pengertian ini terdapat tiga hal yang
kepala sekolah menyusun perencanaan harus diperhatikan, yakni
berdasarkan keinginan, bukan kebutuhan. (1) Tanggung jawab sekolah, artinya
Akibatnya, arah dan tujuannya tidak jelas. bahwa pengisian EDS merupakan
Berdasarkan hasil penelitian yang tanggung jawab sekolah yang terdiri
dilakukan Hendarman (2016), dalam atas kepala sekolah, guru, tenaga
penerapan Evaluasi Diri Sekolah (EDS) kependidikan, siswa, dan komite
masih ditemukan sejumlah kendala sekolah;
menyangkut konsep, instrumen yang (2) Evaluasi kemajuan, artinya hasil EDS
digunakan, infrastruktur, sumber daya harus mampu memotret keberhasilan
manusia, dan administrasi. Untuk yang dicapai sekolah pada saat ini;
mengatasi kendala-kendala dalam (3) Peningkatan mutu, artinya bahwa hasil
penerapan EDS perlu ada sinergi, EDS menjadi dasar dalam penetapan
koordinasi, dan komitmen antara pemangku prioritas peningkatan mutu tahun-
kepentingan di tingkat daerah maupun pusat tahun berikutnya.
sesuai dengan wewenang masing-masing. Dalam “Bahan Ajar dan Materi
Sementara itu, prasurvei yang Pelatihan dalam Rangka Penguatan
dilakukan Nuchron, Sunarto, dan F.X. Kemampuan Kepala Sekolah/Madrasah”
Sudarsono (2013) menunjukkan bahwa dijelaskan bahwa evaluasi diri sekolah
dalam penyusunan EDS masih banyak hal (EDS) adalah evaluasi internal yang
yang harus diperbaiki dan dibenahi, yakni dilaksanakan oleh semua pemangku
(1) Belum terciptanya budaya evaluasi kepentingan pendidikan (stakeholders)
diri, masih ada pimpinan sekolah untuk mengetahui secara menyeluruh
kurang komit, tidak jujur, dan tidak kinerja sekolah dilihat dari pencapaian SPM
terbuka dalam mengungkap fakta; dan 8 SNP serta mengetahui kekuatan dan
kelemahannya sehingga diperoleh masukan
Subangun dan Laily, Penerapan Evaluasi……………… 83

dan dasar nyata untuk membuat RPS/RKS dirumuskan dalam rekomendasi dan
dalam upaya untuk menumbuhkan budaya langkah nyata. Dari pengertian tersebut
peningkatan mutu yang berkelanjutan perlu diperhatikan bahwa EDS harus
(2010: 6). dilakukan secara jujur dan transparan,
Dari pengertian tersebut ada artinya dalam EDS tidak dibenarkan
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merekayasa atau memanipulasi data
evaluasi diri sekolah, yakni sehingga yang dihasilkan apa adanya. Di
(1) Evaluasi internal, artinya bahwa samping itu, dalam EDS harus benar-benar
evaluasi disusun berdasarkan fakta dicari akar masalahnya sehingga rencana
yang ada di sekolah dan dilakukan tindak lanjutnya tepat sasaran.
oleh pihak internal sekolah; Selanjutnya, dalam buku pedoman
(2) Pemangku kepentingan, artinya yang pelatihan “Peningkatan Kompetensi Kepala
harus melakukan evaluasi diri adalah Sekolah dalam Mengelola Implementasi
seluruh pemangku kepentingan, Kurikulum: Evaluasi Diri Sekolah”
meliputi kepala sekolah, guru, tenaga dikemukakan bahwa EDS adalah proses
kependidikan, siswa, dan komite evaluasi diri sekolah yang bersifat internal
sekolah; dengan melibatkan pemangku kepentingan
(3) Kinerja sekolah, artinya evaluasi diri untuk mengetahui kinerja sekolah
ini bermanfaat sebagai alat untuk berdasarkan SPM dan SNP serta menjadi
mengukur kinerja sekolah terhadap dasar penyusunan RKS dan masukan dalam
capaian pemenuhan standar pelayanan perencanaan investasi pendidikan tingkat
minimal (SPM) dan standar nasional kabupaten/kota dan pemangku kepentingan
pendidikan (SNP); lainnya (2015: 3).
(4) SPM dan SNP, artinya dasar evaluasi Pemerintah, dalam hal ini
diri adalah capaian standar untuk Kemendikbud, telah menyosialisasikan dan
memenuhi standar pelayanan minimal melaksanakan EDS secara online. Akan
dan standar nasional pendidikan; tetapi, hasilnya belum maksimal. Beberapa
(5) Kekuatan dan kelemahan, artinya hasil penelitian menunjukkan kendala dan
dalam evaluasi diri ditekankan pada kelemahan EDS secara online tersebut
seberapa besar kekuatan dan sehingga hasilnya belum memenuhi
kelemahan sekolah dalam memenuhi harapan. Hasil penelitian tersebut antara
SPM dan SNP; lain dilakukan (1) Fitri Ning Tyas dan Desi
(6) RPS/RKS, artinya bahwa hasil Nurhikmahyanti (2014); (2) Hendarman
evaluasi diri digunakan sebagai dasar (2016); (3) Muhammad Mauluddin dan
penyusunan rencana program sekolah Amy Yayuk Sri Rahayu (2016); (4)
atau rencana kerja sekolah; Nuchron, Sunarto, dan FX Sudarsono
(7) Budaya mutu, artinya EDS dilakukan (2016); dan (5) Ni Putu Ayu Rastiti (2016)
untuk membentuk budaya mutu. Tyas dan Desi (2014) menyimpulkan
Sementara itu, Hendarman (2014) bahwa faktor penghambat secara internal
mengungkapkan bahwa evaluasi diri meliputi kejenuhan akan instrumen,
dimaksudkan sebagai proses pemetaan kurangnya pemahaman guru, dan waktu
sekolah yang dilakukan oleh kepala sekolah yang singkat; sedangkan secara eksternal
secara jujur dan transparan sehingga meliputi perubahan sistem dan instrumen
ditemukan akar permasalahan dalam EDS dan banyaknya item pertanyaan.
penjaminan mutu pendidikan yang
84 JURNAL PENDIDIKAN EDUTAMA, Vol.5, No.1 Januari 2018

Sementara itu, Hendarman (2016) (4) Analisis data tidak memperhatikan


menyimpulkan bahwa kendala yang tingkat kepentingan setiap komponen
dihadapi dalam penyusunan EDS meliputi dan item pada indikator;
aspek konsep, instrumen, infrastruktur, (5) Panduan analisis hasil evaluasi diri
sumber daya manusia, dan administrasi. tidak disertakan langkah-langkah
Kendala-kendala tersebut disebabkan oleh usaha untuk melakukan tindakan
sosialisasi belum dilakukan secara benar, perbaikan sehingga tidak ada solusi
komitmen sekolah belum ada, dan kerja pemecahan tarhadap hasil evaluasi diri.
sama antarpemangku kepentingan belum Penelitian Rastiti (2016)
ada. Oleh karena itu, disarankan oleh menyimpulkan bahwa faktor-faktor
peneliti agar ada kebijakan khusus di penghambat yang mempengaruhi hasil
tingkat kabupaten sebagai payung hukum pengisian EDS secara online antara lain
dalam penyusunan perencanaan, kurang tersedianya sarana pendukung yang
penganggaran, dan pengawasan. Di memadai, kurangnya kemampuan
samping itu, diperlukan pula adanya menggunakan komputer, kurangnya
mekanisme yang menjamin bahwa pemahaman terhadap EDS dan Standar
pelaksanaan EDS dilakukan secara objektif, Nasional Pendidikan (SNP), kurangnya
transparan, dan jujur, serta pengawasan komitmen sekolah melaksanakan EDS, dan
silang untuk menjamin netralitas dan kurangnya dukungan pemerintah daerah.
objektivitas hasil EDS. Akibatnya, guru lebih termotivasi kepada
Di sisi lain, Mauluddin dan Amy NUPTK daripada pengisian instrumen EDS
(2016) menyimpulkan bahwa pelaksanaan online, siswa tidak memiliki kesempatan
SPMP di SDN Cilandak Timur 08 Pagi untuk memahami EDS, dan hasil pengisian
Jakarta Selatan belum sesuai dengan instrumen EDS online belum
petunjuk. Hal ini disebabkan oleh masih mencerminkan kondisi sekolah yang
lemahnya kemampuan menggunakan IT, sebenarnya.
kurangnya anggaran, kurangnya waktu EMI atau Evaluai Mutu Internal
pengisian, lemahnya koordinasi dan kerja adalah model evaluasi mutu internal yang
sama antarpihak, dan kurang relevannya dikembangkan oleh Badan Pengembangan
instrumen EDS. Sumber Daya Manusia Pendidikan dan
Adapun prasurvei yang dilakukan Penjaminan Mutu Pendidikan Pusat
Nuchron, Sunarto, dan Sudarsono (2016) Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMP-
menunjukkan bahwa dalam penyusunan PMP) yang telah diterapkan di LPTK. EMI
EDS masih banyak hal yang harus merupakan kegiatan sistemik penjaminan
diperbaiki dan dibenahi, yakni mutu penyelenggaraan pendidikan di
(1) Belum terciptanya budaya evaluasi perguruan tinggi secara internal (internally
diri, masih ada pimpinan sekolah driven), untuk mengawasi penyelenggaraan
kurang komit, tidak jujur, dan tidak pendidikan oleh perguruan tinggi sendiri
terbuka dalam mengungkap fakta; secara berkelanjutan (continuous
(2) Buku Panduan Evaluasi Diri kurang improvement).
fleksibel dan sulit dipahami; EMI merupakan instrumen evaluasi
(3) Instrumen tidak sesuai dengan kondisi diri yang akan ditinjau secara berkala,
perkembangan yang sangat kompleks; disesuaikan dengan kondisi-kondisi internal
Perguruan Tinggi, praktik baik yang
berlaku di Indonesia, tuntutan nasional,
Subangun dan Laily, Penerapan Evaluasi……………… 85

serta perkembangan di dunia internasional, adanya atau bukti faktual berbasis


dengan membuka peluang pengembangan data;
sesuai dengan alternatif model-model (3) Internal, hasil pengisian EMI tidak
evaluasi yang terus berkembang secara dipublikasikan kepada umum, tetapi
dinamis. hanya sebagai acuan dalam
Berdasarkan pengertian di atas EMI pengembangan dan penyusunan
sekolah dasar dapat diartikan sebagai kebijakan lembaga;
kegiatan sistemik secara internal oleh (4) Kontinyu, artinya pengisian EMI
sekolah dalam rangka penjaminan mutu dilakukan secara terus-menerus, setiap
secara berkelanjutan yang akan ditinjau tahun untuk mengetahui kinerja atau
secara berkala, disesuaikan dengan kondisi- mutu yang dicapai lembaga;
kondisi internal sekolah, praktik baik yang (5) Antisipatif, artinya pengisian EMI
berlaku di Indonesia, tuntutan nasional, dilakukan sebagai antisipasi persiapan
serta perkembangan di dunia internasional. evaluasi eksternal, baik oleh
Menurut Singgih (2016), tujuan pemerintah (akreditasi) maupun pihak
penyusunan EMI adalah lain yang membutuhkan sewaktu-
(1) Membantu lembaga dan pemerintah waktu (Singgih, 2013).
menetapkan program pengembangan
menuju pemenuhan SNP; METODE
(2) Mengembangkan budaya mutu; dan Penelitian ini dilakukan dengan
(3) Menyiapkan bahan evaluasi eksternal pendekatan deskriptif kualitatif. Ruang
baik nasional maupun internasional. lingkup penelitian ini adalah sekolah dasar
Di samping itu, EMI juga bertujuan di wilayah Kabupaten Ponorogo. Objek
untuk penelitian adalah operator dan kepala
(1) Memastikan kesesuaian dokumen sekolah dasar di Kabupaten Ponorogo,
mutu dengan standar yang ditetapkan; khususnya di UPTD Kecamatan Jenangan
(2) Memastikan kesesuaian kegiatan dan UPTD Kecamatan Pulung. Teknik
lembaga dengan prosedur mutu yang pengumpulan data yang digunakan adalah
telah ditetapkan; (1) wawancara, (2) observasi, dan (3)
(3) Mengetahui ketercapaian sasaran yang dokumentasi.
telah ditetapkan oleh lembaga; Adapun analisis data yang digunakan
(4) Memastikan keefektifan penerapan adalah teknik kualitatif, yakni mengkaji
system; masalah secara kasus per kasus karena
(5) Memberikan masukan sebagai upaya peneliti yakin bahwa sifat suatu masalah
perbaikan secara berkelanjutan (PENS, satu akan berbeda dengan sifat dari masalah
2012) lainnya. Dalam penelitian kualitatif, analisis
Prinsip pengisian EMI sebagaimana data dilakukan sebelum, selama, dan setelah
tercantum dalam “Panduan Pengisian EMI penelitian. Analisis data yang dilakukan
LPTK” meliputi sebelum memasuki lapangan antara lain
(1) Self assessment, artinya pengisian EMI dilakukan terhadap data hasil studi
dilakukan dari, oleh dan untuk pendahuluan, yakni mendata sekolah dasar
lembaga yang bersangkutan; di UPTD Pendidikan Kecamatan Jenangan
(2) Objektif dan jujur, artinya pengisian dan UPTD Pendidikan Kecamatan Pulung
EMI dilakukan berdasarkan data apa Kabupaten Ponorogo. Selanjutnya, analisis
data yang dilakukan selama berada di
86 JURNAL PENDIDIKAN EDUTAMA, Vol.5, No.1 Januari 2018

lapangan atau pada saat pengumpulan data penggunaan Evaluasi Diri SD Model EMI.
antara lain melakukan wawancara untuk Selanjutnya, dilakukan uji coba dengan
menambah data sehingga diperoleh data mengumpulkan data yang dibutuhkan
yang lebih lengkap. Adapun analisis data dalam EDS SD di 15 sekolah dasar sampel.
yang dilakukan setelah di lapangan antara Pihak-pihak yang terlibat dalam uji coba
lain melalui reduksi data, penyajian data, Evaluasi Diri SD Model EMI adalah
dan penarikan simpulan/verifikasi. sebagai berikut:
1. Admin Sekolah Dasar
PEMBAHASAN Tugas admin adalah mengisi program
Penyusunan EMI sekolah dasar aplikasi Evaluasi Diri SD Model EMI.
dimulai dari kegiatan need assessment SNP 2. Kepala Sekolah
sekolah dasar. Kegiatan ini dilakukan untuk Tugas kepala sekolah adalah
memperoleh gambaran secara benar tentang menyampaikan capaian dan target satu
standar nasional pendidikan sekolah dasar. tahun mendatang serta rencana dan
Kegiatan dilakukan peneliti bersama program perbaikan terhadap estándar
dengan beberapa pakar pendidikan untuk yang masih rendah.
menganalisis dan mengkaji secara 3. Pengawas
komprehensif standar nasional pendidikan Tugas pengawas adalah mendampingi
sekolah dasar. Hasilnya berupa dan memberikan arahan terkait
rekomendasi dari tim pakar untuk berbagai regulasi pemerintah.
menggunakan instrumen akreditasi sekolah 4. Pendamping
dasar yang dikeluarkan BAN-S/M. Tugas pendamping adalah
Kegiatan kedua adalah perumusan memfasilitasi penggunaan program
instrumen dan penyusunan indikator SNP aplikasi Evaluasi Diri SD Model EMI
SD. Berdasarkan rekomendasi dari Tim serta membantu admin apabila ada
Pakar dilakukan perumusan indikator kesulitan dalam penggunaan program
standar nasional pendidikan sekolah dasar aplikasi.
dengan mengacu kepada Perangkat 5. Peneliti
Akreditasi SD/MI dan Juknis SD yang Tugas peneliti adalah mengarahkan
dikeluarkan BAN-S/M. Selanjutnya, pada target yang akan dicapai dalam
berdasarkan indikator standar nasional kegiatan serta menghimpun hasil uji
pendidikan sekolah dasar yang telah coba.
dirumuskan, tim menyusun instrumen Bersamaan pengumpulan data
berupa jabaran capaian menjadi tujuh dilakukan observasi lapangan sebagai
kriteria capaian. langkah untuk klarifikasi keabsahan data.
Kegiatan ketiga adalah pengumpulan data, Selanjutnya, dari data yang diperoleh
observasi, dan rekapitulasi data. Kegiatan dilakukan rekapitulasi hasil pengumpulan
lapangan ini dimulai dengan sosialisasi data. Rekapitulasi data difokuskan pada
indikator dan instrumen yang telah tersusun ketercapaian masing-masing indikator
kepada seluruh pengawas SD. Dalam standar nasional pendidikan sekolah dasar.
sosialisasi peneliti menyampaikan tujuan Setelah data berhasil direkapitulasi akan
dan target yang akan dicapai; menyamakan dilakukan penghitungan jumlah indikator
persepsi terhadap penggunaan Evaluasi Diri SNP yang telah dan belum terpenuhi.
SD Model EMI; serta menetapkan sekolah Berdasarkan pelaksanaan uji coba,
yang dipilih sebagai sampel dalam uji coba dengan waktu relatif cepat dapat diketahui
Subangun dan Laily, Penerapan Evaluasi……………… 87

1. Capaian status akreditasi sekolah. Adapun hasil capaian akreditasi


2. Capaian per standar sehingga standar melalui EMI dapat dilihat pada Tabel 1 dan
mana yang harus diperbaiki. Tabel 2 berikut ini.
3. Nilai akreditasi yang dicapai

Tabel 1 Capaian Standar dan Status Akreditasi Per Sekolah Dasar di UPTD Pendidikan
No. Nama Sekolah Capaian Standar Status Akreditasi
1. SDN I Kemiri 77,83 B
2. SDN I Semanding 86,93 A
3. SDN 2 Tanjungsari 78,55 B
4. SDN Panjeng 89,86 A
5. SDN Sedah 79,60 B
6. SDN 2 Mrican 85,81 B
7. SDN 2 Pintu 89,01 A
8. SDN 3 Mrican 83,89 B
9. SDN Jimbe 85,17 B
10. SDN Pintu 89,01 A
11. SDN I Singosaren 82,41 B
12. SDN 2 Ngrupit 78,41 B
13. SDN 2 Paringan 84,64 B
14. SDN 2 Singosaren 77,25 B
15. SDN 3 Paringan 73,61 B
Rerata 82,52 B

Berdasarkan Tabel 1, melalui dasar berstatus akreditasi A dan sisanya


EMI bisa diketahui bahwa dari lima sebelas sekolah dasar berstatus
belas sekolah dasar sampel di akreditasi B.
Kecamatan Jenangan, empat sekolah

Tabel 2 Capaian Standar dan Status Akreditasi Per Sekolah Dasar


di UPTD Pendidikan Kecamatan Pulung
No. Nama Sekolah Capaian Standar Status Akreditasi
1. SDN I Bedrug 88.55 A
2. SDN I Plunturan 85.89 A
3. SDN 1 Pulung 89.20 A
4. SDN 1 Sidoharjo 80.40 B
5. SDN 1 Singgahan 89.04 A
6. SDN 1 Wagirkidul 87.28 A
7. SDN 2 Bekiring 80.64 B
8. SDN 2 Kesugihan 82.32 B
9. SDN 2 Pomahan 88.48 A
10. SDN 2 Sidoharjo 95.16 A
11. SDN Pulung Merdiko 92.38 A
12. SDN Wayang 91.08 A
Rerata 86.72 A
88 JURNAL PENDIDIKAN EDUTAMA, Vol.5, No.1 Januari 2018

Berdasarkan Tabel 2, bisa Sementar itu, rerata capaian per


diketahui bahwa dari dua belas sekolah standar dapat dilihat pada Tabel 3 dan
dasar sampel di Kecamatan Pulung, Tabel 4 berikut ini.
sembilan sekolah dasar berstatus
akreditasi A dan sisanya tiga sekolah
dasar berstatus akreditasi B.

Tabel 3 Capaian Per Standar di UPTD Pendidikan Kecamatan Jenangan Tahun 2017

No. Standar Rerata

1. Standar Isi 89.16


2. Standar Proses 87.09
3. Standar Kompetensi Lulusan 79.00
4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan 82.76
5. Standar Sarana dan Prasarana 75.70
6. Standar Pengelolaan 82.24
7. Standar Pembiayaan 81.08
8. Standar Penilaian 83.20
Rata-Rata 82.52

Berdasarkan Tabel 3, melalui memberikan rekomendasi tentang


EMI bisa diketahui bahwa rerata pemeliharaan dan pengadaan sarana dan
capaian standar tertinggi di UPTD prasarana yang ditujukan kepada
Jenangan adalah standar isi (89,16), pemerintah, dalam hal ini Bupati dan
sedangkan rerata capaian terendah Kepala Dinas Pendidikan dan
adalah standar sarana prasarana (75,70). Kebudayaan serta pihak lainnya
Berdasarkan capaian per standar
tersebut, sebagian besar sekolah dasar
sampel di Kecamatan Jenangan

Tabel 4 Capaian Per Standar di UPTD Pendidikan Kecamatan Pulung Tahun 2017

No. Standar Rerata

1. Standar Isi 87.97


2. Standar Prses 90.59
3. Standar Kompetensi Lulusan 83.02
4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan 84.79
5. Standar Sarana dan Prasarana 76.81
6. Standar Pengelolaan 86.31
7. Standar Pembiayaan 91.81
8. Standar Penilaian 92.48
Rata-Rata 86.72
Subangun dan Laily, Penerapan Evaluasi……………… 89

Berdasarkan Tabel 4, melalui EMI 2. Kemudahan pengisian Evaluasi Diri


bisa diketahui bahwa rerata capaian standar SD Model EMI: sangat mudah 42%
tertinggi di UPTD Pulung adalah standar dan mudah 58%;
penilaian (92,48), sedangkan rerata capaian 3. Kecepatan pengisian Evaluasi Diri SD
terendah adalah standar sarana prasarana Model EMI: sangat cepat 19%, cepat
(76,81). Berdasarkan capaian per standar 81%;
tersebut, sebagian besar sekolah dasar 4. Keakuratan hasil Evaluasi Diri SD
sampel di Kecamatan Jenangan Model EMI: sangat akurat 16%, akurat
memberikan rekomendasi tentang 81%; dan kurang akurat 2%;
pemeliharaan dan pengadaan sarana dan 5. Kesesuaian isi Evaluasi Diri SD Model
prasarana yang ditujukan kepada EMI dengan SNP SD: sangat sesuai
pemerintah, dalam hal ini Bupati dan 42% dan sesuai 58%;
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan 6. Pelibatan personil dalam pengisian
serta pihak lainnya. EDS Model EMI: sangat sedikit 14%,
Berdasarkan hasil uji coba Evaluasi sedikit 77%; dan banyak 9%;
Diri Sekolah Dasar Model EMI, kepala 7. Kemudahan akses pemerolehan hasil
sekolah dan admin sekolah mendapat Evaluasi Diri Diri SD Model EMI:
manfaat yang besar karena mereka dengan sangat mudah 37%, mudah 63%, agak
mudah menetapkan rencana perbaikan. sulit 2%;
Rencana perbaikan ini lebih terfokus karena 8. Kemanfaatan Evaluasi Diri SD Model
berdasarkan capaian per standar. Dalam EMI bagi sekolah: sangat bermanfaat
program aplikasi Evaluasi Diri Sekolah (81%) dan bermanfaat 19%;
Dasar Model EMI telah disediakan kolom 9. Keramahan pendamping dalam
untuk melakukan rencana perbaikan pengisian Evaluasi Diri SD Model
berdasarkan akar penyebab ketidakterca- EMI: sangat ramah 84% dan ramah
paian ataupun akar penunjang keberhasilan. 16%;
Di samping itu, sekolah dengan mudah 10. Kemampuan pendamping dalam
membuat rekomendasi berdasarkan rencana membantu pengisian Evaluasi Diri SD
perbaikan, baik rekomendasi internal Model EMI: sangat mampu (67%) dan
maupun eksternal. Rekomendasi internal mampu 33%.
adalah rekomendasi yang akan dilakukan
sekolah sendiri dalam jangka pendek dan SIMPULAN
jangka panjang. Adapun rekomendasi Dari hasil uji coba dapat disimpulkan
eksternal adalah rekomendasi yang akan bahwa program aplikasi Evaluasi Diri
ditujukan kepada Dinas Pendidikan atau Sekolah Dasar Model EMI memiliki
masyarakat dalam jangka pendek dan kelebihan dalam kemudahan, kecepatan,
jangka panjang. dan ketepatan. Kemudahan artinya semua
Sementara itu, berdasarkan survei komponen sekolah bisa melakukan tanpa
kepuasan terhadap penggunaan program banyak kesulitan. Kecepatan artinya dalam
aplikasi Evaluasi Diri Sekolah Dasar Model relatif waktu yang tidak lama EDS bisa
EMI dapat diketahui bahwa menurut admin diselesaikan. Ketepatan artinya semua
dan kepala sekolah sebagai berikut: aspek standar pendidikan sekolah dasar
1. Kejelasan petunjuk pengisian Evaluasi mampu dievaluasi.
Diri SD Model EMI: sangat jelas 44%
dan jelas 56%;
90 JURNAL PENDIDIKAN EDUTAMA, Vol.5, No.1 Januari 2018

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengembangan Sumber Daya Menengah Kejuruan di Daerah
Manusia Pendidikan dan Penjaminan Istimewa Yogyakarta”. Jurnal
Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan Vokasi, Vol 3, Nomor 1,
Pendidikan dan Kebudayaan. 2015. Februari 2013.
Evaluasi Diri Sekolah. Jakarta: Pusat
Pengembangan Tenaga Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007
Kependidikan. tentang Standar Kepala
Sekolah/Madrasah.
Badan Pengembangan Sumber Daya kepri.kemenag.go.id diakses 26 April
Manusia Pendidikan dan 2016.
Kebudayaan dan Penjaminan Mutu
Pendidikan Pusat Penjaminan Mutu Permendiknas Nomor 63 Tahun 2009
Pendidikan Kementerian Pendidikan tentang Sistem Penjaminan Mutu
dan Kebudayaan. 2012. Evaluasi Pendidikan. sipma.ui.ac.id diakses 26
Mutu Internal Perguruan Tinggi April 2016.
Indonesia. Jakarta: Pusat
Penjaminan Mutu Pendidikan, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya.
Kementerian Pendidikan dan 2012. “Prosedur Operasional Baku
Kebudayaan. EMI”. http://pjm.pens.ac.id diakses
28 April 2016.
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Rastiti, Ni Putu Ayu. 2015 “Praktik
Departemen Pendidikan Nasional. Pengisian Instrumen Evaluasi Diri
2010. “Evaluasi Diri Sekolah (EDS): Sekolah Online di SDN 3
Apa, Mengapa, dan Bagaimana”. Banjarangkan Kabupaten
Bahan Ajar dan Materi Pelatihan Klungkung”. Tesis Program Magister
dalam Rangka Penguatan Kemam- Program Studi Kajian Budaya
puan Kepala Sekolah/Madrasah Program Pascasarjana Universitas
diakses 26 April 2016. Udayana Denpasar dalam
www.pps.unud.ac.id diakses 26
Hendarman. 2014. “Kendala-Kendala April 2016.
Pelaksanaan Evaluasi Diri Sekolah
(EDS)” Singgih, Moses Laksono. 2013. “Sosialisasi
jurnaldikbud.kemdikbud.go.id Evaluasi Mutu Internal” (Materi 05).
diakses 25 April 2016. www.moseslsinggih.org diakses 27
April 2016.
Mauluddin, Muhammad dan Amy Yayuk
Sri Rahayu. 2013. “Analisis Tyas, Fitri Ning dan Desi Nurhikmahyanti.
Pelaksanaan Sistem Penjaminan 2014. “Penerapan Program Evaluasi
Mutu Pendidikan (SPMP) Melalui Diri Sekolah (EDS): Studi Kasus di
Evaluasi Diri Sekolah (EDS) di SDN SMA Negeri 1 Gresik”. Jurnal
Cilandak Timur 08 Pagi Jakarta Inspirasi Manajemen Pendidikan,
Selatan. lib.ui.ac.id diakses 26 April Vol. 3 No. 3, Januari 2014.
2016.

Nuchron, Sunarto, dan FX Sudarsono. 2013


”Model Evaluasi Diri Sekolah

You might also like