Karakteristik Protein Dalam Upaya Menentukan Metode Uji Yang Tepat

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

Karakteristik Protein dalam Upaya Menentukan Metode Uji yang Tepat

102014038

Marina Dewi Utami

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Kampus 2 Ukrida, Jl. ArjunaUtara no. 6 Jakarta 11510

Abstract

Enzymes are proteins that work as a biological catalyst. Proteins are composed of amino acids
in the form of units. One amino acid consists of an amino group, a carboxyl group, a hydrogen
atom, and the side chains attached to the carbon. Amino acids can react with acids or bases that
are said to be amphoteric. All amino acids (except glycine) are optically active; it means the
compound can rotate the polarization of light. In general, the amino acids are soluble in polar
solvents. The structure of a protein consists of polypeptide chains and four levels of protein
structure organization. Proteins classified according to composition, form and function. Based
on the composition, the protein can be divided into simple protein and protein compound or
protein conjugation. Based on the shape of proteins grouped into protein or protein conjugate
fibers and globular proteins, and protein function are as a catalyst for biochemical reactions in
the cell, as the transport of small molecules and ions, play a role in the system of coordinated
movement, as a component of the immune system, as regulator of gene expression, as the
successor of nerve impulses, and as a supporting component-tensile strength of the skin and
bones. Protein test can be performed with the Biuret reaction, Ninhydrin reaction, Xanthoproteic
reaction, the reaction Hopkins Cole, and the Millon reaction.

Keyword : protein, amino acid, protein test.

Abstrak

Enzim adalah protein yang bekerja sebagai katalis biologis. Protein tersusun atas satuan yang
berupa asam amino.Satu asam amino terdiri atas satu gugus amino, satu gugus karboksil, satu
atom hidrogen, dan satu rantai samping yang terikat pada atom karbon. Asam amino dapat
bereaksi dengan asam maupun basa sehingga dikatakan bersifat amfoter atau amfiprotik. Semua
asam amino (kecuali glisin) bersifat optis aktif, artinya senyawa tersebut dapat memutar bidang
polarisasi cahaya. Pada umumnya, asam-asam amino dapat larut dalam pelarut-pelarut polar.
Struktur protein terdiri atas rantai polipeptida dan empat tingkat organisasi struktur protein.
Protein digolongkan berdasarkan komposisi, bentuk dan fungsinya. Berdasarkan komposisinya,
protein dibedakan menjadi protein sederhana dan protein majemuk atau protein konjugasi.
Berdasarkan bentuknya protein dikelompokan menjadi protein serat atau protein konjugasi dan
protein globular, dan fungsi protein adalah sebagai katalisator reaksi-reaksi biokimia dalam sel,
sebagai pengangkut molekul-molekul kecil dan ion, berperan dalam sisitem pergerakan yang
terkoordinasi, sebagai komponen sistem kekebalan tubuh, sebagai pengatur ekspresi genetik,
sebagai penerus impuls saraf, dan sebagai komponen pendukung kekuatan-regang pada kulit dan
tulang. Uji protein dapat dilakukan dengan reaksi Biuret, reaksi Ninhidrin, reaksi Xantoprotein,
reaksi Hopkins Cole, dan reaksi Millon.

Kata kunci : protein, asam amino, uji protein.

Pendahuluan

Identifikasi Istilah Yang Tidak Diketahui

Enzim adalah protein yang bekerja sebagai katalis biologis (katalis mengendalikan atau
mempercepat laju reaksi tanpa ikut mengalami perubahan permanen). Enzim dihasilkan oleh sel
hidup untuk mengatalisis reaksi biokimia spesifik yang melibatkan substrat tertentu.1

Rumusan Masalah

Mempelajari karakteristik suatu protein.

Hipotesis

Struktur protein ditentukan oleh jumlah ikatan asam amino.

Sasaran Pembelajaran

1. Menjelaskan struktur asam amino


2. Menjelaskan sifat-sifat asam amino
3. Menjelaskan struktur protein
4. Menjelaskan penggolongan protein
5. Menjelaskan berbagai uji coba protein

Struktur Asam Amino

Protein tersusun atas satuan yang berupa asam amino. Jumlah asam amino yang umum
ada 20 macam. Satu asam amino terdiri atas satu gugus amino, satu gugus karboksil, satu atom
hidrogen, dan satu rantai samping yang terikat pada atom karbon. Susunan tetrahedral keempat
gugus tersebut menentukan aktivitas optik asam amino dengan yang lainnya yang terletak pada
gugus sampingnya. Asam amino yang paling sederhana strukturnya adalah glisin yang
mempunyai satu atom hidrogen pada gugus sampingnya. Prolin adalah nama asam amino yang
struktur dasarnya berbeda dari asam amino yang lain karena atom N-nya ada dalam struktur
cincin, sehingga prolon lebih sesuai dinamakan asam imino. Struktur prolin yang demikian
menyebabkan terjadinya bengkokan pada struktur protein sehingga mempengaruhi arsitektur
protein. Rantai samping asam amino dapat dibedakan atas.2

1. Polar, bermuatan negatif : aspartat, asam glutamate


2. Polar, bermuatan positif : arginin, histidin, lisin
3. Polar, tidak bermuatan : asparagin, glutamine, serin, dan treonin
4. Nonpolar/hidrofobik : alanin, sistein, isoleusin, leusin, metionin, fenilalanin, prolin,
triptofan, tirosin, dan valin
5. Netral : glisin
Gambar 1. Struktur dasar asam-asam amino.2
Tabel 1. Dua puluh macam asam amino yang umum terdapat di alam.2

Sifat Asam Amino

1) Amfoter
Gugus fungsional pada asam amino, yaitu karboksil dan amina, keduanya
mempengaruhi sifat keasaman asam amino.
a) Gugus karboksil (-COOH) bersifat asam.
-COOH -COO - + H +
b) Gugus amina (-NH2) bersifat basa.
-NH2 + H+ -NH3+
Dengan demikian, asam amino dapat bereaksi dengan asam maupun basa
sehingga dikatakan bersifat amfoter atau amfiprotik. Sifat amfoter ini tampak
pada asam amino yang hanya mengikat satu gugus –COOH dan satu gugus –
NH2. Adapun asam amino yang mengikat lebih dari satu gugus –COOH dan
hanya satu gugus –NH2, akan lebih bersifat asam.
2) Optis Aktif
Semua asam amino, kecuali glisin, memiliki atom C asimetris atau atom C kiral, yaitu
atom C yang mengikat empat gugus yang berbeda (gugus –H, -COOH, -NH2, dan –
R). oleh karena itu, semua asam amino (kecuali glisin) bersifat optis aktif, artinya
senyawa tersebut dapat memutar bidang polarisasi cahaya.3

Pada umumnya, asam-asam amino dapat larut dalam pelarut-pelarut polar, tetapi tidak dapat larut
dalam pelarut nonpolar. Walaupun kelarutannya tidak sama, sebagian besar asam amino dapat
larut dalam larutan alkali sehingga membentuk garam. Diantara sekian banyak asam amino yang
menyusun protein, beberapa mempunyai rasa manis, pahit, dan ada yang tidak memiliki rasa.
Glisin, prolin, alanin, valin, dan serin mempunyai rasa manis. Isoleusin dan arginin memiliki rasa
pahit. Sedangkan leusin tidak memiliki rasa. Asam amino memiliki titik lebur yang tinggi. Pada
umumnya di atas 200 derajat Celcius.4

Struktur Protein

Protein tersusun atas senyawa gabungan yang sederhana. Semua protein mengandung
atom karbon, oksigen, hidrogen, dan dan nitrogen serta protein-protein yang mengandung sulfur
dan fosfor. Struktur protein terdiri atas ;

1. Rantai polipeptida
Memilin, melipat dan membungkus diri ke dalam model yang khas untuk membentuk
protein dengan kesesuain bentuk yang berbeda-beda.
(a) Protein struktural atau fibrosa disusun dari makromolekul linear yang panjang.
Contohnya meliputi kolagen, myosin (protein otot), fibrin, dan keratin pada rambut,
kuku dan kulit.
(b) Protein globular adalah protein yang sangat terpilin dan terlipat dalam bentuk yang
hamper sferikal, atau mirip gulungan benang kusut. Contohnya meliputi enzim,
hormon, dan protein darah.
2. Empat tingkat organisasi struktur protein
(a) Struktur primer adalah rantai polipeptida dan jumlah serta urutan asam amino dalam
setiap rantai.
(b) Struktur sekunder adalah lilitan rantai peptida yang menyerupai spiral helix atau jenis
kesesuaian bentuk lainnya.
(c) Struktur tersier berada di atas struktur sekunder biasa dengan sedikit mengubah,
melipat dan mengusutkan rantai peptide biasa untuk membentuk model tiga dimensi
yang kompleks.
(d) Struktur kuarter adalah susunan kompleks yang terdiri dari dua rantai polipetida atau
lebih, yang setiap rantainya bersama dengan struktur protein primer, sekunder, dan
tersier membentuk satu molekul protein yang besar dan aktif secara biologis.
(1) Hemoglobin adalah salah satu contoh protein globular yang berstruktur
kuarter, hemoglobin mengandung 574 asam amino yang tersusun atas empat
rantai polipeptida.
(2) Kolagen adalah salah satu contoh protein fibrosa yang berstruktur kuarter.
Kolagen memiliki tiga rantai polipeptida yang tersusun dalam triple helix,
yaitu struktur tali yang terlilit dengan kuat yang memberikan daya renggang
yang kuat pada kolagen.5
Gambar 2. Empat tingkat kemungkinan struktur protein.5

Penggolongan Protein

1. Komposisi
Berdasarkan komponen penyusunnya, protein dibedakan menjadi protein sederhana
dan protein majemuk atau protein konjugasi.
a) Protein sederhana
Protein sederhana hanya terdiri atas asam alfa-amino sehingga hidrolisisnya
secara sempurna hanya akan menghasilkan asam alfa-amino penyusunnya saja.
Protein sederhana ada yang larut dalam air, ada yang tidak. Contoh protein yang
larut dalam air adalah albumin, pseudoglobulin, protamin, dan histon. Contoh
protein sederhana yang tidak larut dalam air adalah euglobulin, glutein, dan
prolamin.
b) Protein majemuk
Protein ini tersusun atas protein sederhana dan zat nonprotein lainnya. Zat
nonprotein ini disebut radikal prostetik. Berdasarkan radikal prostetiknya, protein
majemuk dibedakan atas glikoprotein, krompotein, lipoprotein, nucleoprotein dan
fosfoprotein.4
2. Bentuk
Berdasarkan bentuknya protein dikelompokan menjadi protein serat atau protein
konjugasi dan protein globular.
a) Protein serat
Protein serat merupakan susunan rantai polipeptida dalam suatu lembaran yang
panjang. Protein serat menjalankan fungsi pertahanan luar karena merupakan
kompenen utama dari lapisan kulit luar, rambut, bulu, kuku, dan tanduk. Protein
serat juga berfungsi sebagai penyangga kekuatan dan pemberi bentuk, seperti
pada tulang, urat, dan lapisan kulit sebelah dalam.
b) Protein globular
Protein globular merupakan rantai polipeptida yang berlipat dengan rapat
sehingga menjadi bentuk bulat atau globular yang kompak. Protein globular daoat
berupa enzim, protein dalam darah, antibodi, hormone, komponen membran, dan
ribosom.3
3. Fungsi
Protein merupakan polimer asam-asam amino (polipeptida) yang mempunyi
bermacam-macam fungsi, antara lain:
(a) Sebagai katalisator reaksi-reaksi biokimia dalam sel.
Peranan ini dimainkan oleh molekul protein khusus yaitu enzim. Reaksi-reaksi
yang dikatalisis oleh enzim berkisar dari reaksi-reaksi sederhana, misalnya hidrasi
karbon dioksida, dampai reaksi kompleks, misalnya replika kromosom. Reaksi
yang dikatalisis oleh enzim akan berjalan jauh lebih cepat daripada tanpa enzim.
Enzim juga mempunyai peranan penting dalam studi biologi molekuler.
Contohnya enzim endonuklease restriksi, enzim ligase, DNA polymerase, dan
lain-lain.
(b) Sebagai pengangkut molekul-molekul kecil dan ion. Telah diketahui bahwa
molekul-molekul berukuran kecil, misanya oksigen diangkut di dalam jaringan
tubuh jasad multiselular oleh protein hemoglobin atau oleh myoglobin. Sistem
pengangkutan nutrien ke dalam sel jasad renik juga melibatkan protein
pengangkut tertentu yang dikenal dengan enzim permease, baik melalui
mekanisme difusi berbentuan atau transport aktif . sebagai contoh, molekul
karbon laktosa diangkut ke dalam sel E.coli menggunakan protein pengangkut
tertentu yaitu enzim permease laktosa yakni suatu enim yang sintesisnya dikode
oleh gen lac.
(c) Berperan dalam sisitem pergerakan yang terkoordinasi.
Misalnya dalam komtraksi otot, pergerakan kromosom menuju kutub-kutub sel
selama proses mitosis maupun pergerakan flagella bakteri.
(d) Sebagai komponen sistem kekebalan tubuh.
Sistem kekebalan tubuh ditentukan oleh adanya antibody yang merupakan protein
dengan fungus sangat spesifik. Antibodi akan disintesis jika ada senyawa atau
benda-benda asing masuk ke dalam tubuh. Antibodi berfungsi untuk mengenali
benda-benda asing (antigen), misalnya sel bakteri, virus.
(e) Sebagai pengatur ekspresi genetik.
Proses replikasi DNA, transkripsi, dan translasi yang berlangsung di dalam sel
merupakan proses selular yang sangat kompleks dan diatur oleh bermacam-
macam protein, baik yang berupa protein sebagai katalisator reaksi (enzim)
maupun protein regulator. Ekspresi genetik pada dasarnya menentukan semua
aktivitas biologis jasad hidup. Pada jasad renik,
Misalnya, hal ini akan menentukan apakah suatu substrat dapat dimetabolisme.
Pada jasad tingkat tinggi, ekspresi genetik juga akan menentukan proses
diferensiasi. Oleh karena tu, peranan protein dalam metabolism jasad hidup sangat
besar dan vital.
(f) Sebagai penerus impuls saraf.
Protein reseptor, misalnya rhodopsin, merupakan contoh protein yang berperan
meneruskan stimulus tertentu ke sel saraf.
(g) Sebagai komponen pendukung kekuatan-regang pada kulit dan tulang, misalnya
kolagen.2

Uji Protein

1) Reaksi Biuret
Jika larutan protein encer yang dibuat basa dengan larutan natrium hidroksida ditambah
dengan beberapa tetes larutan tembaga sulfat encer, larutan tersebut akan terbentuk warna
merah muda sampai violet. Reaksi ini disebut reaksi biuret sebab warna senyawa yang
terbentuk sama dengan warna senyawa biuret bila ditambah larutan natrium hidroksida
dan tembaga sulfat. Warna merah muda atau merah jambu terbentuk apabila larutan
protein yang diselidiki mempuntyai molekul yang lebih kecil, misalnya proteosa dan
pepton. Warna violet terbentuk apabila larutan protein yang diselidiki mempunyai
molekul yang besar, misalnya gelatin. Reaksi biuret positif untuk semua jenis protein dan
hasil-hasil antara hidrolisisnya jika masih mempunyai dua atau lebih ikatan peptide, dan
negative untuk asam amino.

2) Reaksi Ninhidrin
Zat pengoksidasi ninhidrin dengan larutan protein membentuk larutan berwarna ungu
sampai biru. Reaksi ini berjalan dengan sempurna pada pH 5-7 dan sedikit pemanasan.
Reaksi ini berlaku untuk semua protein, hasil antara hidrolisisnya dan hasil akhir
hidrolisisnya, yaitu asam amino. Khusus untuk asam amino prolin dan hidroksi prolin
akan terbentuk warna kuning.

3) Reaksi Xantoprotein
Protein yang mengundang residu asam amino dengan radikal fenil dalam struktur
kimianya (protein yang mengandung asam amino fenilalanin atau tirosin) jika
ditambahkan dengan asam nitrat pekat akan terbentuk gumpalan warna putih. Pada
pemanasan, warna gumpalan putih tersebut akan berubah menjadi kuning, yang akhirnya
berubah menjadi jingga jika ditambahkan dengan larutan basa. Sebenarnya, proses ini
adalah proses nitrasi inti benzene pada asam amino penyusun protein tersebut. Proses ini
dapat terjadi jika kulit terkena asam nitrat pekat, yang akan segera menjadi kuning karena
terjadinya proses nitrasi inti benzene pada asam amino penyusun kulit.

4) Reasi Hopkins Cole


Asam glioksilat dan asam sulfat pekat dapat membentuk larutan pekat berwarna violet
pada penggojlokan dengan larutan protein yang mengandung residu triptofan dalam
struktur kimianya. Gelatin dan protein-protein lain yang tidak mempunyai residu
triptofan dalam struktur kimianya, dengan reaksi Hopkins Cole tidak dapat membentuk
warna violet pada penggojlokannya. Adanya nitrat, nitrit, dan klorat dapat mengganggu
jalannya reaksi Hopkins Cole.

5) Reaksi Millon
Reaksi Millon digunakan khusus untuk protein yang mengandung asam amino dengan
radikal hidroksi fenil sebagai penyusunya. Oleh karena itu, reaksi ini hkusus untuk
protein yang struktur kimianya mengandung residu tirosin. Jika larutan protein ini
ditambah dengan pereaksi Millon (larutan merkuri nitrit dan merkuri nitrat dalam
campuran asam nitrit dan asam nitrat), gumpalan berwarna putih akan terbentuk dan
segera berubah menjadi merah pada pendidihannya. Protein derivat sekunder, seperti
proteosa, dan pepton dengan pereaksi ini pada pemanasannya hanye terbentuk larutan
berwarna merah.4

Simpulan

Daftar pustaka

1. Tiar E. Ensiklopedia keperawatan. Jakarta : EGC ; 2009. h. 115


2. Yuwono T. Biologi molekuler. Jakarta : Penerbit Erlangga; 2010. h. 23-6
3. Sutresna N. Cerdas belajar kimia. Bandung : Grafindo Media Utama ; 2007. h. 298-301
4. Sumardjo D. Pengantar kimia : buku panduan kuliah mahasiswa kedokteran dan program
strata 1 fakultas bioeksakta. Jakarta: EGC; 2009. h. 139
5. James Veldman. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta : EGC ; 2004. h. 24-6

You might also like