D. URAIAN MATER
‘Wabju (2004) menjelaskan bahwa ayam pedaging (broiler) merupakan ternak yang
cefisien dalam menghasilkan daging, namun disisi lain biaya dari faktor-faktor produksi
usaha broiler relatif tinggi yakni hampir 80% untuk biaya produksi dari total penerimaan
peternak sehingga penggunaan faktor-faktor produksi harus diefisienkan. Suparno (2005)
‘menyatakan bahwa disamping biaya yang harus dikeluarkan tidak sedikit, kapasitas
pemeliharaan serta ditambah harga daging yang fluktuatif dipasaran merupakan kendala
dalam memperoleh keuntungan yang maksimal, Broiler dipelihara dan diusahakan secara
komersial intensif Karena produksinya yang berupa daging sangat dibutuhkan oleh
‘masyarakat dalam jumlah yang besar karena nilainya sebagai bahan makanan yang
‘mengandung protein hewani. Ayam pedaging (broiler) merupakan salah satu komoditas
yang tergolong paling populer dalam dunia agribisnis peternakan di Indonesia. Broiler
‘merupakan usaha peternakan yang berkembang paling menakjubkan, Sejak
dikembangkan secara lebih intensif di masa awal orde baru, Broiler telah menggeser
komoditas-komoditas ternak lainnya dalam memenuhi kebutuhan protein asal_ temak.
Usaha broiler cukup prospektif karena selera masyarakat terhadap cita rasa ayam
pedaging sangat tinggi disemua lapisan. Nilai keuntungan yang diperoleh juga cukup
tinggi jika dikelola dengan efisien,
Amrullah (2004) menjelaskan bahwa broiler merupakan jenis unggas hasil rekayasa
‘manusia telah mengalami seleksigen selama bertahun-tahun sehingga hanya dalam waktu
21-40 hari sudah layak dikonsumsi. Seperti mahluk hidup umumnya, broiler mengalami
dua fase kehidupan, yaitu fase starter dan dilanjutkan ke fase finisher. Fase starter
‘merupakan fase awal yang dirmulai dari ayam ke luar dari cangkang telurnya sampai bulu
tubuhnya sudah tumbuh sempuma, Fase finisher kondisi tubuh ayam masih lemah dan
organ tubuhnya belum berfungsi secara optimal sehingga ayam memerlukan perhatian
yang lebih intensif agar dapat tumbuh secara optimal.
Peranan usaha ayam ras pedaging (broiler) di Indonesia mulai menonjol hingga
sekarang. Usaha ayam pedaging tetap mempunyai prospek baik dan cukup cerah, karena
tingkat Konsumsi masyarakat akan kebutuhan protein hewani, khususnya ayam terus
‘meningkat, Peningkatan konsumsi daging ayam terjadi akibat adanya perkembangan
sektor lain yang menunjang usaha petemakan ayam ras pedaging, misalnya pembukaan
restoran baru, rumah makan dan pasar swalayan yang semakin meningkat, bertambahnya
jumizh penduduk, semakin tingginya kesadaran masyarakat akan pemenuhan gizi,
‘meningkatnya kebutuhan masyarakat pada seat-saat tertentu seperti pesta ulang tahun,
pemikahan, dan tasyakuran. Dwiyanto (2002) menambahkan bahwa daging broilermengandung gizi yang lumayan tinggi sebagai salah satu sumber protein dan vitamin.
Broiler memiliki nilai gizi, nilai kesehatan, dan nilai ekonomi yang tinggi, sehingga
broiler sangat layak untuk dibudidayakan,
Pemeliharaan broiler beberapa tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang
sangat pesat. Jawa Timur mampu memproduksi daging ayam (broiler) pada tahun 2011
sebesar 159.822 ton, pada tahun 2012 sebesar 162.845 ton, pada tahun 2013 sebesar
162.892 ton, dan pada tahun 2014 166.149 ton (Ditjenak, 2015). Jumlah produksi s
166.149 ton pada tahun 2014 belum bisa mencukupi kebutuhan konsumsi daging ayam di
Jawa Timur karena konsumsi 38,363,200 jiwa penduduk sekitar 8,6 kg per kapita per
tabun, sehingga masih ada sckitar 162.819,92 ton yang belum terpenubi. Kekurangan
produksi daging tersebut merupakan suatu peluang usaha bagi para peternak untuk
‘meningkatkan produksi mereka. Pemasaran yang tepat juga sangat menentukan
kebethasilan peningkatan penerimaan bagi para peternak. Wiradisastra (2011)
‘menjelaskan bahwa pemenuhan kebutuhan daging sangat perlu diperhatikan, oleh karena
itu perkembangan broiler perlu mendapatkan pembinaan yang lebih baik dan lebih
berkualitas dari pada tahuntahun sebelumnya, terlaksananya hal tersebut apabila
peternak-petermak broiler dan orang yang terkait dengan pemeliharaan broiler bersedia
‘melengkapi diri dengan pengetahuan tentang pemeliharaan broiler. Pengetahuan tentang
pemeliharaan broiler sangat penting, yang termasuk didalamnya adalah pemberian pakan,
perkandangan, pemanenan, sampai pemasarannya agar didapat hasil daging yang sesuai
target panen serta profit bagi peternak. Manajemen pemasaran broiler yang baik akan
meningkatkan keuntungan dan secara otomatis peternakan tersebut dapat dikatakan
berhasil juga dapat mengembangkan petemakan broilernya menjadi lebih besar dan lebih
maju.
Bisnis petermakan ayam broiler merupakan salah satu jenis usaha yang sudah tak
asing lagi di masyarakat Indonesia, Usaha teak ayam broiler sangat mudah ditemukan
i berbagai pelosok desa di tanah air. Kebutuhan manusia akan daging ayam sangat
tinggi. Bahkan menurut badan penelitian terpercaya konsumsi daging ayam di Indonesia
‘masih jauh tertinggal dengan negara maju. Hal ini disebabkan beberapa faktor. Salah
satunya usaha peternakan ayam broiler di tanah air belum mampu memenuhi kebutuhan
‘masyarakat akan daging ayam, Dimana mereka sebagian ada yang membuka dalam skala
kecil, sedang dan besar,
‘Ada dua cara membuka usaha peternakan ayam broiler.Pertama, melalui usaha sendiri, Dalam arti semua modal usaha, dari proses
Pemasaran dan pembuatan kandang hingga menyediakan pakan ayam menjadi
tanggung jawab sendiri
Kedua, sistem kemitraan, Pola kerjasama ini banyak ditemukan di seluruh wilayah
Indonesia.. Tugas peternak adalah membesarkan ayam broiler hingga siap panen.
Masalah pakan, pemasaran dan bibit ayam menjadi tanggungjawab perusahaan,
Sedangkan petani hanya menyediakan kandang dan biaya tenaga kerja atau
karyawan,
Dengan fakta demikian tentunya satu-satunya jalan untuk bisa tetap eksis di bisnis
ini kuncinya ada di performance ayam karena disaat performa ayam maksimal dalam.
kondisi wabah penyakit maupun kondisi hargaterpuruk kerugian dapat
diminimalkan, Untuk mendapatkan performance yang selalu prima dibutuhkan 3 kunci
sukses yaitu bibit, pakan dan manajemen pemeliharaan,