Christaller's Central Place Theory

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN DAERAH BARU

(Studi Kelayakan Secara Administratif Kabupaten Indragiri Selatan)

Oleh:

Ratty Puspitasari
Email : rattypuspita1@gmail.com
Pembimbing: Prof. Dr. H. Sujianto, M. Si

Bibliografi : 8 Jurnal, 23 Buku, 28 Situs Internet

Jurusan Ilmu Administrasi – Prodi Administrasi Publik


Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik
Universitas Riau

Kampus bina widya jl. H.R. Soebrantas Km. 12,5 Simp. Baru Pekanbaru 28293- Telp/Fax. 0761-
63277

Abstract

The extent of government territory Indragiri Hilir in scalability problems of local


government into its own in terms of equity of service to the community. Government activities
are concentrated in a particular region tends to make access to services neglected in certain areas,
and even tend to be injustice in terms of development of infrastructure, both physical and
community education. Indragiri Selatan feasibility area administratively constrained in different
names and area coverage of candidates Regency / City based Decision Regent Indragiri Hilir No.
177 / IV / HK-2010 with Council Decision No. Indragiri Hilir 26 / Parliament / 2008 and No. 33
/ Parliament / 2008.
Theoretical concepts used in this research is the development of administrative theory by
Tjokrowinoto, the indicators are formulated in the theory of functions of planning,
implementation and monitoring. Key informants in this study is the Indragiri Hilir Regency
Secretary, Assistant Secretary Governance Indragiri Hilir Regency, Head of Regional Autonomy
Sub Part, the Islamic University Academics Indragiri, Observers, Non-governmental
Organizations, Community Leaders. This research is a qualitative descriptive study.
The research concludes that the process of formation of the South Indragiri administrative
district in the unfavorable category. This is evidenced inconsistency in the interpretation of
Government Regulation No. 78 of 2007 related responses between people's aspirations Decree of
District / City with a decree Indragiri Hilir which indicates lack of a common vision of the plan
to form the South Indragiri. This has led to the completion of the process of the formation of the
district administrative requirements Southern Indragiri takes much longer than it should. One
suggested in this study is a unified vision between the parties concerned so that coordination can
run well.

Keywords : Formation, Feasibility, Administrative

Jom FISIP Vol. 1 No. 2 – Oktober 2014 Page 1


PENDAHULUAN dengan memberi kewenangan lebih kepada
daerah untuk mengatur rumah tangganya
A. Latar Belakang sendiri melalui otonomi daerah yang diikuti
Luasnya wilayah pemerintahan peraturan perundang-undangan yang dibuat
dalam suatu pemerintahan daerah setingkat pemerintah sebagai aturan legal yang
kabupaten menjadi persoalan sendiri dalam mengatur tentang pemerintahan daerah,
hal pemerataan pelayanan terhadap bermula dari Undang-Undang Nomor 5
masyarakat. Kegiatan pemerintahan yang tahun 1974 kemudian Undang-Undang
terkonsentrasi pada satu wilayah tertentu Nomor 22 Tahun 1999 sampai terbentuknya
cenderung membuat akses pelayanan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.
terabaikan pada daerah tertentu, bahkan Upaya untuk menampung aspirasi
cenderung terjadi ketidakadilan dalam hal masyarakat Indragiri Selatan untuk
pembangunan sarana dan prasarana baik membentuk kabupaten baru pemerintah
fisik maupun pendidikan masyarakat. kabupaten Indragiri Hilir telah membentuk
Kondisi ini memicu kesadaran masyarakat Tim Ahli Penyusun dan Pengarah Kajian
akan haknya untuk mendapatkan akses Daerah Pembentukan Kabupaten Indragiri
pembangunan yang merata sebagaimana Selatan, yang terdiri dari civitas akademika
disebutkan dalam undang-undang. Universitas Islam Indragiri, tenaga ahli dari
pemerintah daerah Kabupaten Indragiri Hilir
Kesadaran masyarakat untuk
: Kasubbag Otonomi Daerah, Sekda dan
mendapatkan akses pembangunan juga
Asisiten Pemerintahan Sekda Kabupaten
terjadi di masyarakat Indragiri Selatan yang
Indragiri Hilir. Cakupan wilayah usulan
merupakan wilayah kabupaten Indragiri
pembentukan kabupaten Insel meliputi 6
Hilir. Berdasarkan kekayaan sumber daya
(enam) kecamatan sebagai berikut:
alam yang dimiliki masyarakat Indragiri
1. Kecamatan Keritang
Selatan seharusnya dapat menikmati tingkat
2. Kecamatan Reteh
kesejahteraan hidup yang lebih baik. Namun
3. Kecamatan Tanah Merah
keterbatasan demografis terkadang menjadi
4. Kecamatan Enok
penghambat berbagai upaya pelayanan dan
5. Kecamatan Kemuning
pengambilan keputusan oleh pemerintah
6. Kecamatan Sungai Batang
daerah setempat
Persyaratan administratif calon
Masyarakat Indragiri Selatan sadar Kabupaten Insel menemukan permasalahan
akan keterbatasan yang terjadi dari aspek pada perbedaan nama dan cakupan wilayah
pelayanan dan pemerataan pembangunan, calon Kabupaten/Kota sebagaimana
seperti listrik yang tidak memadai, air yang tercantum pada Keputusan Bupati Indragiri
tidak tersedia dengan baik, jalan yang tidak Hilir Nomor Keputusan 177/IV/HK-2010
layak, pelayanan administrasi yang bertele- dengan Keputusan DPRD Kabupaten
tele, pendidikan tertinggal serta sarana dan Indragiri Hilir Nomor Keputusan
prasarana yang tidak memadai. Selain itu, 26/DPRD/2008 dan Nomor Keputusan
kebutuhan untuk pemerataan ekonomi 33/DPRD/2008. Perbedaan konsep dan
menjadi alasan paling populer digunakan aplikasi dasar hukum menjadi pemicunya.
untuk memekarkan sebuah daerah. Sesuai pasal 16 huruf b PP Nomor 78 Tahun
2007 bahwa DPRD Kabupaten/Kota dapat
Desentralisasi merupakan pilihan memutuskan untuk menyetujui atau menolak
yang tepat untuk menyelenggarakan aspirasi dalam bentuk Keputusan DPRD
pemerintahan di daerah. Konsekuensi dari berdasarkan aspirasi masyarakat,
desentralisasi bagi pemerintah pusat yaitu
Jom FISIP Vol. 1 No. 2 – Oktober 2014 Page 2
sedangkan Bupati memutuskan untuk B. Perumusan Masalah
menyetujui atau menolak aspirasi dalam
bentuk Keputusan Bupati berdasarkan hasil Berdasarkan uraian latar belakang di
kajian daerah sesuai pasal 16 huruf c PP atas, dapat dibuat perumusan masalah yaitu
Nomor 78 Tahun 2007. faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap
pembentukan kabupaten Indragiri Selatan
Kondisi seperti ini tidak hanya secara administratif?
memicu ketidakadilan dalam rentang kendali
pelayanan, lebih dari itu akan memicu
kekecewaan, sebut saja Kecamatan Tanah
C. Tujuan Penelitian
Merah yang jauh dari ibu kota kecamatan
Adapun tujuan penelitian ini yaitu
Kemuning. Pengambilan keputusan ini untuk mengetahui faktor-faktor yang
disinyalir tidak berdasar aspirasi
mempengaruhi pembentukan Kabupaten
masyarakat, mengingat Indragiri Selatan Indragiri Selatan secara administratif.
nantinya mencakup beberapa kecamatan
yang semestinya mendapat perhatian yang
D. Manfaat Penelitian
sama. Pola pemerintahan yang katalistik,
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
monolitik dan otokritik pemerintah daerah memberi tambahan pengetahuan atau
yang ditunjukkan dalam pengambilan
pemahaman mengenai otonomi yang
keputusan penetapan Ibu Kota Kabupaten berkaitan degan pemerintahan di
ini cenderung menjadi penghambat utama
Daerah khususnya organisasi
proses pemekaran. Di mana para pengambil pemerintah Kabupaten.
kebijakan berpola satu pemikiran yang sarat
b. Dapat memberikan suatu sumbangan
akan kepentingan dan intrik politik. pemikiran kepada masyarakat dan
Intervensi kepentingan-kepentingan pemerintah Kabupaten Indragiri
politik tersebut diatas berimplikasi pada Hilir.
pengambilan-pengambailan keputusan c. Sebagai sumbangan pemikiran dan
terkait usulan pembentukan kabupaten baru bahan bacaan bagi yang peduli
Indragiri Selatan di tingkat elit pemangku meneliti masalah pemekaran
kebijakan sehingga proses pemekaran wilayah.
kabupaten Indragiri Hilir mengalami proses
rentang waktu yang relatif lama, terhitung E. Konsep Teori
sejak tahun 2001 wacana ini diangkat,
Pemekaran daerah pada dasarnya
namun sampai saat ini kabupaten baru yang
dimaksudkan untuk meningkatkan
ingin memisahkan diri dari kabupaten
pelayanan publik guna mempercepat
Indragiri Hilir ini tak kunjung terealisasi
terwujudnya kesejahteraan masyarakat
juga. Berdasarkan kondisi tersebut perlu
(Sailie, 2009:87). Untuk itu harus
dilakukan penelitian dengan judul
mempertimbangkan beberapa faktor:
“FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN a. Faktor menurut Marbuni (2003: 94)
DAERAH BARU” (Studi Kelayakan adalah : hal (keadaan, peristiwa) yang
Secara Administratif Kabupaten Indragiri ikut menyebabkan (mempengaruhi)
Selatan) terjadinya sesuatu.
b. Faktor menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia Kontemporer adalah
peristiwa, keadaan dan sebagainya

Jom FISIP Vol. 1 No. 2 – Oktober 2014 Page 3


yang mengakibatkan terjadinya 8. Keamanan
sesuatu. 9. Kemampuan keuangan
Dengan demikian faktor adalah: 10. Tingkat kesejahteraan
sesuatu hal, peristiwa, keadaan yang masyarakat,
mempunyai pengaruh untuk menentukan 11. Rentang kendali
berlakunya suatu kejadian. Dalam UU penyelenggaraan pemerintahan
Nomor 32 Tahun 24 Bab II Pasal 5 tentang daerah, dan
pembentukan Daerah dan Kawasan Khusus 12. Faktor lain yang memungkinkan
dijelaskan bahwa pembentukan daerah harus terselenggaranya otonomi daerah.
memenuhi syarat administratif, teknis, dan c. Syarat fisik adalah syarat yang
fisik kewilayahan. meliputi tersedianya lokasi calon
ibukota, sarana dan prasarana, serta
a. Syarat administratif adalah syarat terpenuhinya jumlah wilayah
yang meliputi adanya persetujuan pemerintahan yang akan bergabung
DPRD dan menjadi bagian sistem pemerintahan
Bupati/Walikota/Gubernur serta yang baru/akan dibentuk.
mendapat rekomendasi dari Menteri d. Faktor-faktor yang memungkinkan
Dalam Negeri. terjadinya pemekaran wilayah.
b. Syarat teknis adalah syarat meliputi Menganalisa tujuan pembentukan
faktor yang menjadi dasar kabupaten Insel dalam penelitian ini
pembentukan daerah yang mencakup menggunakan teori administrasi
faktor: pembangunan Tjokrowinoto (1996:45),
1. Kemampuan ekonomi dimana dalam teori tersebut menekankan
2. Potensi daerah fungsi perencanaan, pelaksanaan dan
3. Sosial budaya evaluasi dalam administrasi pembangunan
4. Sosial politik mengingat karakteristik sosial budaya, nilai
5. Kependudukan sumber daya alam dan manusia yang
6. Luas daerah berbeda pada suatu wilayah geografis
7. Pertahanan tertentu.

Jom FISIP Vol. 1 No. 2 – Oktober 2014 Page 4


F. Kerangka Berfikir

Latar Belakang Pemekaran


Gagasan/Alasan Pembentukan
Kabupaten Induk :
Kabupaten Insel :
1) Rentang kendali yang jauh
- Ketidakadilan pelayanan &
2) Kondisi geografis
kabupaten induk yang luas pembangunan
3) Tidak terakomodasinya
- Mendekatkan tempat
representase politik
masyarakat pengambilan keputusan
4) Akses layanan
pembangunan yang tidak - Optimalisasi potensi sumber daya

Faktor-faktor Kelayakan :

1) Faktor kemampuan
ekonomi
2) Faktor potensi daerah Proses
3) Faktor sosial budaya Administrasi :
4) Faktor sosial politik
5) Faktor kependudukan - Perencanaan
6) Faktor luas daerah
7) Faktor pertahanan & - Pelaksanaan
keamanan
8) Faktor kemampuan
keuangan
9) Faktor tingkat
kesejahteraan masyarakat
10) Rentang kendali
penyelenggaraan Pembentukan
pemerintahan daerah
Kabupaten Insel

jumlah desa/kelurahan 62. Penduduk di


kawasan ini mayoritas didominasi oleh 4
GAMBARAN UMUM LOKASI suku utama yaitu, suku Melayu, Bugis,
PENELITIAN Banjar, dan Jawa, selain itu terdapat juga
suku-suku lainnya yang ada di Negara
A. Gambaran Umum Wilayah Calon
Kesatuan Republik Indonesia. Secara
Kabupaten Indragiri Selatan.
geografis, calon Kabupaten Indragiri Selatan
Secara administratif rencana wilayah terletak disebelah selatan Kota Tembilahan
Kabupaten Indragiri Selatan setelah dengan luas wilayah 3.225,09 km2 atau
pemekaran terdiri dari 6 kecamatan, masing- 27,78% dari wilayah induk secara
masing Kecamatan yang direncanakan keseluruhan.
tergabung dengan Kabupaten Indragiri
Calon Kabupaten ini juga memiliki
Selatan ialah Keritang, Reteh, Enok, Tanah
beberapa sungai antara lain, sungai gangsal
Merah, Kemuning, Sungai Batang, dengan
Jom FISIP Vol. 1 No. 2 – Oktober 2014 Page 5
dikecamatan Reteh dan Keritang, sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara
keritang di kecamatan Keritang dan lain mencakup nama, cakupan wilayah,
Kemuning dan sungai terab di kecamatan batas ibukota, kewenangan
Reteh, sedangkan sumber daya alam yang menyelenggarakan urusan pemerintahan,
dimiliki mineral dan bahan galian di daerah penunjukan penjabat kepala daerah,
ini relatif sedikit, namun demikian potensi pengisian keanggotaan DPRD, pengalihan
pertanian cukup besar terutama tanaman kepegawaian, pendanaan, peralatan, dan
yang dapat tumbuh subur dilahan gambut, dokumen, serta perangkat daerah.
seperti tanaman pangan dan hortikultura, Secara lebih rinci dalam Pasal 16 PP
kelapa dalam maupun kelapa hibrida, kelapa Nomor 78 Tahun 2007; menjelaskan tata
sawit, pinang, kakao, haramai dan cara pembentukan daerah kabupaten/kota
sebagainya. sebagai berikut :
a) Aspirasi sebagian besar
masyarakat setempat dalam
HASIL PENELITIAN DAN bentuk keputusan BPD untuk
PEMBAHASAN Desa dan Forum Komunikasi
Kelurahan atau nama lain untuk
Perubahan politik dan sosial budaya
Kelurahan di wilayah yang
di Indonesia dengan kecendrungan
menjadi calon cakupan wilayah
pergeseran pelayanan publik dari wewenang
kabupaten/kota yang akan
tingkat pemerintahan yang lebih dekat
dimekarkan.
dengan masyarakat. Otonomi daerah sebagai
b) DPRD Kabupaten/kota dapat
wujud pelaksanaan asas desentralisasi dalam
memutuskan untuk menyetujui
penyelenggaraan pemerintahan yang
atau menolak aspirasi sebagian
digulirkan oleh pemerintah sebagai jawaban
besar masyarakat dalam bentuk
atas tuntutan masyarakat, pada hakekatnya
Keputusan DPRD.
merupakan penerapan konsep division of
c) Bupati/Walikota memutuskan
power yang membagi kekuasaan Negara
untuk menyetujui atau menolak
secara vertikal. Dalam konteks ini,
aspirasi sebagian besar
kekuasaan akan terbagi antara pemerintah
masyarakat dalam bentuk
pusat dan pemerintah daerah, yang secara
keputusan Bupati/walikota
legal konstitusional tetap dalam kerangka
berdasarkan hasil kajian Daerah.
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
d) Bupati/Walikota mengusulkan
Seiring dengan dinamika
pembentukan Kabupaten/Kota
perkembangan masyarakat di era reformasi
kepada Gubernur untuk
muncul fenomena keinginan masyarakat
mendapatkan persetujuan dengan
pada berbagai wilayah untuk membentuk
melampirkan :
suatu daerah otonom baru, baik daerah
1. Dokumen aspirasi
provinsi maupun kabupaten dan kota, seiring
masyarakat dicalon
dengan pengaruh dari dinamika politik,
Kabupaten/Kota.
ekonomi dan sosial budaya daerah tersebut.
2. Hasil kajian Daerah
Dalam Undang-undang No 32 Tahun 2004
3. Peta wilayah calon
pasal 4 ayat (1) telah dijelaskan bahwa
Kabupaten/Kota; dan
Pembentukan Daerah sebagaimana
Keputusan DPRD
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) ditetapkan
kabupaten/kota dan
dengan undang-undang, dan pasal 4 ayat (2)
Undang-undang pembentukan daerah

Jom FISIP Vol. 1 No. 2 – Oktober 2014 Page 6


keputusan usulan pemekaran wilayah Inhil menjadi
Bupati/walikota tiga wilayah baru itu tidak pernah diproses
Perjuangan pemekaran Kabupaten oleh Biro Tata Pemerintahan Setdaprov”.
Indragiri Hilir, terdapat perbedaan
keputusan terkait dengan Rekomendasi yang
berbeda pendapat dari pihak Bupati Indragiri PENUTUP
Hilir dan Pihak DPRD Kabupaten Indragiri
A. Kesimpulan
Hilir. Rekomendasi Bupati Indragiri Hilir
Berdasarkan penjelasan yang telah
Nomor kpts 177/IV/HK-2010 tentang
dijelaskan dalam beberapa bab sebelumnya,
Penetapan Persetujuan Pembentukan Calon
maka faktor-faktor yang mempengaruhi
Kabupaten Indragiri Selatan, Pembentukan
pembentukan kabupaten Indragiri Selatan
Calon Kota Indragiri, dan Pemindahan
secara administratif adalah adanya konflik
Lokasi Ibukota Kabupaten Indragiri Hilir.
maupun perbedaan rekomendasi yang
Sedangkan Rekomendasi DPRD Kabupaten
dikeluarkan oleh Bupati Indragiri Hiilir dan
Indragiri Hilir Nomor kpts 26/DPRD/2008
DPRD kabupaten Indragiri Hilir, yakni
dan Nomor kpts 33/DPRD/2008 tentang
Rekomendasi Bupati Indragiri Hilir Nomor
Persetujuan Terhadap Usulan Pembentukan
kpts 177/IV/HK-2010 tentang Penetapan
Kabupaten Indragiri Hilir Selatan
Persetujuan Pembentukan Calon Kabupaten
Disamping adanya perbedaan nama
Indragiri Selatan, Pembentukan Calon Kota
dan cakupan wilayah pada Rekomendasi
Indragiri, dan Pemindahan Lokasi Ibukota
tersebut, pemekaran Indragiri Hilir juga
Kabupaten Indragiri Hilir dengan
diwarnai dengan permasalahan perebutan
Rekomendasi DPRD Kabupaten Indragiri
Calon Ibukota baru nantinya. Seperti
Hilir Nomor kpts 26/DPRD/2008 dan
penempatan calon ibukota Indragiri Selatan
Nomor kpts 33/DPRD/2008 tentang
yang di rekomendasi oleh Biro Tata
Persetujuan Terhadap Usulan Pembentukan
Pemerintahan Setdaprov Riau terkait
Kabupaten Indragiri Hilir Selatan Dan
penetapan Kemuning sebagai Ibu Kota
Indragiri Hilir Utara.
sementara Kabupaten Indragiri Selatan telah
Permasalahan dalam pembentukan
ditolak oleh Kecamatan Enok yang juga
kabupaten Indragiri Selatan juga disebabkan
merupakan cakupan dari wilayah Indragiri
moratorium pemerintah yang menetapkan
Selatan.
tidak adanya pemekaran atau pembentukan
Namun hal ini juga tidak membuat
daerah baru pada jangka waktu yang
Indragiri Selatan dimekarkan sebab Proses
ditetapkan. Dibutuhkan suatu deregulasi
pembentukan Kabupaten Indragiri Selatan
yang lebih mempertimbangkan aspirasi
akan diteruskan jika kebijakan Moratorium
masyarakat sehingga wacana moratorium
Pemekaran Daerah dicabut oleh Pemerintah.
tidak lagi sebagai penghambat pembentukan
Menurut Kepala Biro Tata Pemerintahan
kabupaten Indragiri Selatan.
Setdaprov Riau, hambatan pemekaran
Sampai saat ini perjuangan
Indragiri Hilir itu adanya Moratorium
pembentukan Kabupaten Indragiri Selatan
pemekaran oleh Kementrian Dalam Negeri,
telah sampai pada Keputusan Gubernur
bahwa hingga tahun 2025 tidak akan ada
tentang Persetujuan Pembentukan
lagi pemekaran daerah. "Kementerian
Kabupaten Indragiri Selatan, namun masih
Dalam Negeri sudah menegaskan tidak akan
ditemukannya indikasi bahwa Persetujuan
ada lagi pemekaran atau moratorium
tersebut terkesan menunggu Moratorium
pemekaran wilayah di Indonesia termasuk di
pemekaran Daerah Dicabut oleh Pemerintah.
Riau hingga tahun 2025. Disebutkannya,
Mengenai perbedaan Rekomendasi Bupati

Jom FISIP Vol. 1 No. 2 – Oktober 2014 Page 7


Indragiri Hilir Nomor kpts 177/IV/HK-2010 daerah agar rencana yang diinginkan
tentang Penetapan Persetujuan Pembentukan dapat mencapai tujuannya sesuai
Calon Kabupaten Indragiri Selatan, Undang-undang dan aturan lainnya
Pembentukan Calon Kota Indragiri, dan yang berlaku.
Pemindahan Lokasi Ibukota Kabupaten
Indragiri Hilir. Sedangkan Rekomendasi
DPRD Kabupaten Indragiri Hilir Nomor DAFTAR PUSTAKA
kpts 26/DPRD/2008 dan Nomor kpts
33/DPRD/2008 tentang Persetujuan
Terhadap Usulan Pembentukan Kabupaten Abdurrahman.1998. Beberapa Pemikiran
Indragiri Hilir Selatan Dan Indragiri Hilir Tentang Otonomi Daerah. Jakarta :
Utara akan terus dilakukan pengkajian ulang Milton Putra
dan akan terus diproses samapai tahapan
Indragiri Hilir ini Memang Benar Aman, Raja Ilyas. 2009. Buku Ajar
dimekarkan, sehingga realisasi pembentukan Administrasi Pemerintahan
kabupaten Indragiri Selatan terlaksana. Daerah. Pekanbaru : Alaf Riau

B. Saran Devas, Nick dkk. 1989. Keuangan


Saran penulis terhadap kendala Pemerintah Daerah Di Indonesia.
administrasi proses pembentukan kabupaten Jakarta: UI Press.
Indragiri Selatan : Dimock, Marshal Edward & Dimock,
1. Hal-hal yang menjadi penghambat Gladys Ogden. 1982. Administrasi
dalam proses pembentukan Negara. (Diterjemahkan oleh Husni
kabupaten indragiri Selatan Thamrin Pane). Cetakan Kelima.
hendaknya dijadikan pelajaran bagi Jakarta: Rineka Cipta.
semua pihak, sehingga kedepannya
tidak ada lagi masalah seperti ini Gie, The Liang & Sutarto. 1977. Pengertian,
dalam pembentukan suatu daerah Kedudukan dan Perincian Ilmu
otonom baru. Administrasi. Yogyakarta: Karya
2. Pemerintah kabupaten dan Kencana.
Pemerintah Provinsi Riau harus lebih
serius menanggapi proses Gie, The Liang. 1976. Pengertian
pembentukan kabupaten Indragiri Administrasi di Indonesia. Suatu
Selatan, hal-hal yang menjadi Tinjauan Kepustakaan. Yogyakarta:
permasalahan harus dikaji ulang, BPA-UGM.
sehingga Indragiri Selatan layak
Handayaningrat, Soewarno. 1990.
untuk menjadsi daerah otonomi baru
Pengantar Study Administrasi Dan
sehingga apa yang telah menjadi
Manajemen. Jakarta: CV Haji
aspirasi masyarakat selama ini dapat
Masagung.
terakomodasi.
3. Meskipun Pemerintah Pusat tidak Kaho, Josef Riwu. 2005. Prospek Otonomi
melepas tanggung jawabnya terhadap Daerah Dinegara Republik
penyelenggaraan Pemerintahan Indonesia. Jakarta : PT. Grafindo
daerah, hendaknya pemerintah Pusat Persada.
juga harus melakukan pembinaan
dan pengawasan terhadap pemerintah

Jom FISIP Vol. 1 No. 2 – Oktober 2014 Page 8


Kansil, Cst. 1993. Sistem Pemerintahan Salomo, Roy V & Ikhsan, M. 2002.
Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara Keuangan Daerah di Indonesia.
Jakarta: STIA LAN Press
Kartasasmita, Ginanjar. 1996. Pembangunan
Untuk Rakyat : Memadukan Salusu, J, 1996, Pengambilan Keputusan
Pertumbuhan dan Pemerataan. Strategik untuk Organisasi Publik
Jakarta: CIDES. dan Non Profit. Jakarta : Gramedia
Lubis, Hari S.B. & Huseini, Martani. 1987. Sarundajang. 1999. Arus Balik Kekuasaan
Teori Organisasi. Jakarta: Pusat Pusat Ke Daerah. Jakarta: Sinar
Antar Universitas Ilmu-Ilmu Sosial Harapan
Universitas Indonesia.
Siagian, Sondang P, 1994, Patologi
Makagansa, H.R. 2008. Tantangan Birokrasi, Jakarta: Galia Indonesia
Pemekaran Daerah. Yogyakarta: Kuspad.
Siagian, Sondang P. 1974. Administrasi
Marbuni, B.N 2003. Kamus Politik. Jakarta: Pembangunan. Jakarta: Gunung
Pustaka Sinar Harapan Agung.
Mardiasmo, 2002. Otonomi Dan Manajemen Simamora, Henry, 1995. Manajemen
Keuangan Daerah. Jakarta : Andi Sumber Daya Manusia,
Offset Yogyakarta: STIE TKPN
Milles, B Matthew, & Huberman, Michael. Sujianto, dkk. 2010. Pemekaran untuk
1992 : Analisis Data Kualitatif, Kesejahteraan. Pekanbaru: Alaf Riau
Buku Sumber Tentang Metode-
metode Baru, Jakarta: UI Press Supriatna, Tjahya. 1993. Sistem
Administrasi Pemerintahan Di
Pamudji, 1985, Ekologi Administrasi Daerah. Jakarta: Bumi Aksara.
Negara. Jakarta : Bina Aksara,
Surie, H.G. 1987. Ilmu Administrasi Negara,
Pratikno. 2007. Kerjasama Antar Daerah, Suatu Bacaan Pengantar.
Yogyakarta: Fisipol UGM. Terjemahan Sameko. Jakarta: PT
Gramedia.
Riyadi, Deddy Supriady B. 2004.
Perencanaan Pembangunan Tjokrowinoto, Muljarto. 1996.
Daerah (Strategi Menggali Potensi Pembangunan, Dilema dan
Dalam Mewujudkan Otonomi Tantangan, Yogyakarta: Pustaka
Daerah). Jakarta : PT Gramedia Pelajar
Pustaka Utama.
SUMBER LAIN :
Sailie, Said. 2009. Pemekaran Wilayah
Peraturan Pemerintah NO. 78 Tahun 2007
Sebagai Buah Demokrasi Di
Tentang Tata Cara Pembentukan,
Indonesia. Jakarta: Restu Agung.
Penghapusan, dan Penggabungan
Daerah
Salim, Emil. 1974. Masalah Pembangunan
Ekonomi Indonesia. Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro.

Jom FISIP Vol. 1 No. 2 – Oktober 2014 Page 9


Tim Lapera. 2000. Otonomi Pemberian
Negara. Jakarta : Lapera Pustaka
Utama.
Undang – Undang NO. 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintah Daerah

Jom FISIP Vol. 1 No. 2 – Oktober 2014 Page 10

You might also like