AKPM-148 - Fullpaper

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 19

Pengaruh Pajak, Mekanisme Bonus dan Tunneling Insentive Terhadap Keputusan

Transfer Pricing Pada Perusahaan Go Public Di Indonesia Periode 2012-2015

Abstract

The aim of the research is to find empirical effidence of tax, bonus scheme and
tunneling incentive to ward transfer pricing decision taken by companies listed in
Indonesia Stock Exchange. The research pupulation is companies listed in Indonesia Stock
Exchange arround 2012 to 2015. The sampels were taken using purposive sampling
method.

The analysis tecnique used on this study is binary logistic regresion using SPSS version
20.The results show that, (1) tax have effect toward companies transfer pricing decision, (2)
bonus scheme have effect toward companies transfer pricing decision, (3) tunneling incentive
have effect toward companies transfer pricing decision, and (4) tax, bonus scheme and
tunneling incentive have effect toward companies transfer pricing decision.The coefficient of
determination in this study is 0,201, which means 20.1% of transfer pricing is influenced by
independent variables studied, the rest is explained by other variables. This study shows that
there are many other variables not examined in this study may explain transfer pricing.

Keywords: tax, bonus scheme, tunneling incentive, transfer pricing

1
PENDAHULUAN

Sebagai negara berkembang, Indonesia perlu menyusun dan menyelenggarakan


pembangunan negara untuk tujuan kesejahteraan masyarakat, baik pembangunan fisik
maupun non fisik. Dalam pembangunan negara, unsur biaya atau pendanaan menjadi salah
satu faktor utama yang harus diperhatikan oleh pemerintah selaku penggerak pembangunan
negara. Berdasarkan atas budget in brief APBNP 2015, pendanaan terbesar terdapat pada
pajak yaitu sebesar 73,47% dari jumlah total anggaran pendapatan negara. Namun, selama
periode 2011-2015 realisasi penerimaan pajak tersebut tidak menunjukkan perubahan yang
baik, seperti yang terdapat dalam tabel berikut:

Tabel 1
Realisasi Penerimaan Pajak
Tahun Target Realisasi %
2011 879 874 99,43
2012 1.016 981 96,56
2013 1.148 1.077 93,82
2014 1.246 1.143 91,73
2015 1.489 1.234 82,87
Sumber:http://www.data-apbn.kemenkeu.go.id

Realisasi penerimaan pajak yang selalu menurun menunjukkan bahwa kesadaran wajib
pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya masih rendah. Hal tersebut dapat terjadi
karena pajak yang dibayarkan oleh wajib pajak merupakan pengurang dari penghasilan yang
diperoleh wajib pajak, sehingga wajib pajak akan cenderung memperkecil bahkan
menghindari kewajiban perpajakannya. Salah satu cara yang dilakukan oleh wajib pajak
badan dalam memperkecil atau menghindari kewajiban perpajakan tersebut yaitu dengan
melakukan transfer pricing. Transfer pricing yang dilakukan oleh perusahaan tersebut
mengakibatkan terjadinya pengalihan penghasilan wajib pajak kepada wajib pajak lain yang
dapat direkayasa untuk menekan keseluruhan jumlah pajak terutang (Hartati et al, 2014). Pada
dasarnya transfer pricing merupakan kebijakan perusahaan untuk menentukan harga suatu
transaksi antaran pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa (Kurniawan, 2014:1). Tetapi
dalam kenyataannya transfer pricing sering digunakan sebagai salah satu cara untuk
memperkecil pajak yang akan dibayarkan, ini dibuktikan dengan munculnya putusan-putusan
pengadilan pajak yang mengungkapkan kasus-kasus transfer pricing yang dilakukan oleh
2
perusahaan, salah satunya yaitu putusan pengadilan pajak nomor : Put-
36208/PP/M.IV/15/2012 dimana dalam putusan tersebut terjadi kegiatan transfer pricing
antara PT PFU Technology Indonesia dengan Siix Singapore Pte Ltd yang mengakibatkan
terjadinya pajak kurang bayar senilai USD 13,353.98. Setiawan (2014) menjelaskan
mengenai transfer pricing dan menyimpulkan bahwa transfer pricing sangat berpotensi
menyebabkan berkurangnya pendapatan negara dari sisi penerimaan pajak. Dalam penelitian
tersebut juga dikatakan peneriman pajak yang hilang akibat transfer pricing mencapai Rp
1.300 Triliun/tahun.

Dengan tingginya kerugian penerimaan dari sektor perpajakan akibat transfer pricing ini
maka perlu adanya kajian mengenai transfer pricing yang dilakukan oleh perusahaan, terlebih
perusahaan multinasional yang memiliki anak-anak perusahaan diberbagai negara
(international transfer pricing), sedangkan domestic transfer pricing tidak berpengaruh
signifikan terhadap penerimaan negara dalam sektor pajak karena pengurangan laba pada
perusahaan akan mengakibatkan bertambahnya laba pada perusahaan lainnya sehingga
penerimaan pajak yang diperoleh akan sama (Setiawan,2014). Oleh sebab itu mengkaji
adanya tindakan transfer pricing pada perusahaan go public menjadi dibutuhkan untuk
mengetahui apakah perusahaan tersebut melakukan tindakan transfer pricing atau tidak.

Dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai keputusan


perusahaan dalam melakukan transfer pricing, variabel pajak merupakan variabel yang
menunjukkan bahwa semakin tinggi tarif pajak maka akan semakin besar kemungkinan
perusahaan untuk melakukan transfer pricing (Nurjanah et al, 2016). Hartati et al (2014),
Mispiyanti (2015) dan Nurjanah (2016) yang melakukan penelitian mengenai pengaruh pajak
terhadap keputusan transfer pricing menggunakan ETR (Effective Tax Rate) sebagai alat
ukurnya. Hasil yang menunjukkan bahwa pajak berpengaruh terhadap keputusan transfer
pricing dihasilkan oleh Hartati et al (2014) dan Nurjannah et al (2016), sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Mispiyanti (2015) menjelaskan bahwa pajak tidak berpengaruh terhadap
keputusan transfer pricing perusahaan.

Selain pajak, praktik transfer pricing juga dapat terjadi karena alasan non pajak, seperti
mekanisme bonus dan juga tunneling incentive. Mekanisme bonus atau bonus scheme
merupakan sebuah janji perusahaan kepada manajer bahwa manajer akan menerima sejumlah
bonus jika kinerja perusahaan mencapai jumlah tertentu (Aryani, 2011). Penelitian mengenai
mekanisme bonus terhadap praktik transfer pricing telah ada sebelumnya, dimana manajemen

3
cenderung melakukan transfer pricing untuk memperbesar bonus yang akan mereka terima
jika penetapan bonus tersebut didasarkan pada laba yang didapat oleh perusahaan (Lo et al.,
2010). Hasil penelitian Lo et al (2010) tersebut sesuai dengan bonus plan hypotesis dalam
teori akuntansi positif, dimana hipotesis tersebut memungkinkan manajer perusahaan memilih
prosedur akuntansi yang menggeser pendapatan yang dilaporkan dari masa ke masa
(Scott,2009:287). Hasil yang sama juga diperoleh dalam penelitian Hartati et al (2014)
dimana mekanisme bonus berpengaruh terhadap keputusan transfer pricing perusahaan.
Mispiyanti (2015) yang meneliti mekanisme bonus dengan variabel dummy menjelaskan
bahwa mekanisme bonus tidak berpengaruh terhadap keputusan transfer pricing perusahaan.

Merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Mispiyanti (2015) yang menunjukkan
bahwa tunneling incentive berpengaruh terhadap keputusan transfer pricing perusahaan,
dimana tunneling incetive ini dilakukan dengan cara melakukan penjualan kepada pihak
berelasi dengan penentuan harga yang tidak wajar guna kepentingan pemegang saham
pengendali. Pengukuran yang digunakan dalam menentukan tunneling incentive ini
didasarkan pada besarnya kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak asing lebih dari 20%.
Penelitian tersebut juga sejalan dengan Lo et al (2010) yang menghasilkan tunneling incentive
berpengaruh terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan praktik transfer pricing.
Artinya, semakin besar kepemilikan saham pemerintah sebagai pengendali perusahaan maka
akan semakin tinggi manajemen perusahaan untuk melakukan pergeseran pendapatan melalui
manipulasi transfer pricing.

Berdasarkan atas hasil beberapa peneliti terdahulu maka peneliti akan melakukan
penelitian kembali mengenai pajak, mekanisme bonus dan tunneling incentive terhadap
keputusan perusahaan dalam melakukan praktik transfer pricing untuk mengetahui apakah
hasil yang diperoleh tetap konsisten jika perusahaan yang diteliti tidak hanya pada perusahaan
manufaktur dan dengan periode penelitian yang digunakan adalah 2012-2015 lebih tepatnya
setelah berlakunya Peraturan Direktur Jenderal Pajak No:Per-32/PJ/2011 tentang perubahan
atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak No:Per-43/PJ/2010 tentang Penerapan Prinsip
Kewajaran dan Kelaziman Usaha dalam Transaksi Antara Wajib Pajak dengan Pihak Yang
Mempunyai Hubungan Istimewa. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
yaitu Mispiyanti (2015) terletak pada jenis perusahaan yang diteliti dan juga periode
penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian ini perusahaan yang akan diteliti tidak hanya
pada perusahaan manufaktur melainkan pada semua jenis perusahaan kecuali perusahaan jasa

4
keuangan seperti bank dan lembaga pembiayaan, diamana perusahaan keuangan tersebut tidak
memiliki transaksi dengan pihak berelasi perusahaan (Lo et al, 2010).

LANDASAN TEORI
Teori Keagenan
Teori keagenan (Agency Theory) adalah teori yang muncul ketika terdapat dua pihak
yang saling terikat dan sepakat untuk memakai jasa. Hubungan keagenan menurut Jensen and
Meckling (1976) merupakan kontrak yang menyangkut satu atau dua orang (principal) yang
mempekerjakan orang atau pihak lain (agen) untuk melaksanakan jasa dan mendelegasikan
wewenang dalam mengambil keputusan yang memberikan keuntungan bagi pihak principal.
Dengan demikan dapat dikatakan jika pihak agen akan memberikan pertanggung jawabanan
kepada pihak principal.

Teori Akuntansi Positif


Teori akuntansi positif (Positive Accounting Theory/PAT) adalah sebuah teori akuntansi
yang menjelaskan mengenai proses yang menggunakan pemahaman, pengetahuan dan
kebijakan akuntansi yang paling sesuai untuk menghadapi kondisi dan keadaan tertentu.
Menurut Watts and Zimmerman (1990), teori akuntansi positif mengusulkan tiga hipotesis
manajemen laba, yaitu:
1. Hipotesis Perencanaan Bonus (Bonus Plan Hypotesis) Hipotesis perencanaan bonus
ini menjelaskan bahwa manajer perusahaan dengan rencana bonus akan cenderung lebih
memilih metode atau kebijakan akuntansi dengan perubahan pendapatan yang
dilaporkan dari periode masa depan ke periode berjalan.
2. Hipotesis Perjanjian Hutang (Debt Covenant Hypotesis) Hipotesis perjanjian hutang
ini merupakan hubungan antara manajer dengan pihak pemberi pinjaman, dimana dalam
perjanjian tersebut terdapat beberapa hal yang harus dipatuhi oleh perusahaan agar
terhindar dari pelanggaran perjanjian hutang.
3. Hipotesis Biaya Politik (Political Cost Hypotesis) Hipotesis biaya politik ini
memprediksi bahwa perusahan besar dibandingkan dengan perusahaan kecil lebih
menyukai menggunakan metode akuntansi yang dapat menurunkan laba pada periode
berjalan.

5
Transfer pricing
Transfer pricing merupakan kebijakan perusahaan dalam menentukan kewajaran harga
transaksi antar perusahaan dengan perusahaan lain yang memiliki hubungan istimewa.
Transfer pricing ini dapat dianggap sebagai penghindaran pajak atau tax avoidance oleh
otoritas pajak ketika dalam menentukan kebijakan harga dalam transaksi dengan pihak yang
memiliki hubungan istimawa tidak sesuai dengan ketentuan perpajakan (Kurniawan,2014:1).
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 7 Tahun 2010, pihak
dengan hubungan istimewa adalah ketika satu pihak memiliki kemampuan untuk
mengendalikan pihak lainnya, atau memiliki pengaruh yang signifikan atas pihak lainnya
dalam mengambil keputusan. Dalam UU PPH No. 36/2008, yang dikatakan pihak dengan
hubungan istimewa apabila:
1. Wajib pajak memiliki penyertaan modal langsung maupun tidak langsung peling rendah
25% dari wajib pajak lainnya,
2. Wajib pajak yang menguasai wajib pajak lainnya dibawah penguasaan yang sama baik
secara langsung maupun tidak langsung
3. Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda (perkawinan).
Transaksi dengan pihak yang memiliki hubugan istimewa harus didasarkan atas prinsip
kewajaran dan kelaziman usaha (Arm’s Lenght Principle/ALP). Menurut peraturan DJP No:
PER-32/PJ/2011, ALP merupakan prinsip yang mengatur apabila kondisi dalam transaksi
yang dilakukan dengan pihak hubungan istimewa sebanding atau sama dengan kondisi pihak
yang tidak memiliki hubungan istimewa atau pihak ketiga sebagai pembanding, maka harga
atau laba yang ada dalam transaksi harus sama dengan atau berada dalam rentang harga atau
laba dalam transaksi yang dilakukan dengan pihak ketiga sebagai pembanding.

Pajak
Pajak merupakan iuran wajib orang pribadi atau badan yang terutang kepada negara yang
bersifat memaksa berdasarkan atas Undang-Undang yang berlaku dan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung serta digunakan untuk keperluan negara bagi kemakmuran rakyat.
Berdasarkan atas pengertian pajak tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat empat unsur
perpajakan (Mardiasmo,2013:1), yaitu:
1. Iuran dari rakyat kepada negara, dimana iuran tersebut hanya dapat dipungut oleh
negara dan hanya berupa uang,
2. Berdasarkan undang-undang, dalam pemungutan pajak tersebut didasarkan atas undang-
undang dan juga aturan pelaksanaannya,
6
3. Tanpa jasa timbal balik secara langsung dari negara, dengan kata lain jasa timbal balik
tidak dapat diperoleh langsung setelah pembayaran pajak melainkan dapat dirasakan
secara tidak langsung, dan
4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, pajak yang dibayarkan tersebut oleh
negara akan digunakan untuk membiayai kebutuhan negara dalam rangka mewujudkan
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

Mekanisme Bonus
Mekanisme bonus atau bonus scheme merupakan sebuah sistem kompensasi bonus yang
dapat memberikan pengaruh terhadap kinerja manajemen. Bonus merupakan penghargaan
yang diberikan oleh RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) terhadap anggota direksi pada
setiap periode apabila perusahaan memperoleh laba (Suryatiningsih et al,2009). Skema bonus
direksi juga dapat diartikan sebagai pemberian imbalan diluar gaji pokok kepada direksi
perusahaan atas hasil kerja yang dilakukan dengan melihat kinerja direksi itu sendiri
(Irpan,2010).

Pemberian bonus tidak hanya didasarkan pada perolehan besarnya laba pada setiap
periode, melainkan juga pada kinerja direksi dalam mengelola perusahaan, sehingga pihak
direksi cenderung akan menunjukkan kinerjanya terhadap pemilik perusahaan untuk
memperoleh sebuah penghargan atau bonus. Meskipun pemberian bonus tidak hanya
didasarkan pada besar kecilnya laba yang diperoleh perusahaan, tetapi mekanisme bonus yang
didasarkan pada besarnya laba ini merupakan cara yang paling populer dalam memberikan
penghargaan kepada direksi atau manajer, sehingga akan menjadi logis jika direksi akan
melakukan manipulasi laba periode berjalan untuk memaksimalkan bonus yang akan
diterimannya sebagai penghargaan dari pemilik perusahaan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
mekanisme bonus merupakan salah satu strategi atau motif perhitungan dalam akuntansi yang
tujuannya adalah untuk memberikan penghargaan kepada direksi atau manajemen dengan
melihat laba perusahaan secara keseluruhan.

Tunneling Incentive
Tunneling incentive merupakan insentif atas pengalihan aset dan keuntungan dari
perusahaan untuk kepentingan pemegang saham pengendali perusahaan atau pemengang
saham mayoritas (Johnson, 2000). Dalam konteks cross border merger dan akuisisi, tunneling
mempunyai dampak berpindahnya aset dan corporate control (pengendali perusahaan) ke
negara lain (Wafiroh,2015). Tunneling incentive ini dapat berupa transfer ke perusahaan induk

7
yang dilakukan melalui transaksi pihak terkait untuk kepentingan pemegang saham
pengendali perusahaan. Adanya tunneling incentive ini menyebabkan kerugian pada pihak
pemegang saham minoritas atau pemegang saham non pengendali, karena pemegang saham
pengendali lebih memilih untuk melakukan transaksi dengan pihak berelasi dibandingkan
dengan pembagian deviden kepada pemegang saham minoritas.

Gambar 1.
Kerangka Pemikiran

Pajak

Mekanisme Bonus Transfer


pricing

Tunneling Incentive

Pajak Terhadap Transfer pricing


Dari sisi korporasi multinasional, transfer pricing merupakan sebuah alat yang digunakan
untuk memobilisasi laba usaha untuk tujuan usahanya, sedangkan dalam sisi perpajakan
otoritas fiskal menginginkan transaksi antar perusahaan dengan hubungan istimewa sesuai
dengan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (Mispiyanti,2015). Pada negara berkembang
seperti di Indonesia, adanya korporasi multinasional dengan berbagai kelebihannya
menggunakan rekayasa transfer pricing untuk mengalihkan potensi pajak yang seharusnya
diterima, sehingga dapat memperkecil besarnya pembayaran pajak secara global.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Lo et al (2010), Hartati et al (2014), Nurjanah et al


(2016) , menjelaskan bahwa pajak berpengaruh terhadap transfer pricing. Nurjanah et al
(2016) menjelaskan bahwa perusahaan multinasional yang memperoleh keuntungan akan
melakukan pergeseran pendapatan dari negara-negara dengan tarif pajak tinggi ke negara-

8
negara dengan tarif pajak rendah, sehingga berakibat pada pembayaran pajak yang rendah
secara global. Berdasarkan atas uraian tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis yang
pertama yaitu:
H₁ : Pajak berpengaruh terhadap keputusan transfer pricing

Mekanisme Bonus Terhadap Keputusan Transfer pricing


Mekanisme bonus merupakan pemberian penghargaan kepada direksi atau menejer atas
kinerja yang telah dilakukan untuk menggembangkan perusahaan. Mekanisme bonus ini
merupakan salah satu cara yang dapat digunakan oleh pemilik perusahaan untuk memberikan
motivasi kepada direksi agar meningkatkan kinerja mereka. Adanya mekanisme bonus ini
dapat memicu munculnya masalah keagenan antara manajer dengan pemilik saham, manajer
cederung akan memilih metode akuntansi yang dapat menaikkan laba, jika besar kecilnya
bonus yang diterima didasarkan atas besar kecilnya laba yang diperoleh pada setiap periode.
Lo et al (2010) menemukan bahwa manajer lebih menyukai untuk meningkatkan laporan
laba dengan cara meningkatkan laba dari penjualan pihak terkait jika bonus didasarkan pada
laporan laba perusahaan. Hartati et al (2014) dan Nurjanah et al (2016) bahwa direksi untuk
mendapatkan bonus dari pemilik perusahaan akan berusaha untuk memaksimalkan
peningkatan laba perusahaan secara keseluruhan dengan memanfaatkan transfer pricing. Dari
pernyataan tersebut dapat dirumuskan hipotesis untuk mekanisme bonus yaitu:
H2 : Mekanisme bonus berpengaruh terhadap keputusan transfer pricing

Tunneling Incentive Terhadap Transfer pricing


Tunneling merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh pemegang saham mayoritas
atau pemegang saham pengendali untuk memperoleh keuntungan pribadi dengan cara
merugikan pemegang saham minoritas atau pemegang saham non pengendali. Adanya
tunneling ini menimbulkan konflik keagenan antara pemegang saham pengendali dengan
pemegang saham non pengendali, dimana pemegang saham pengendali dapat
menyembunyikan atau melakukan kegiatan tanpa sepengetahuan pemegang saham non
pengendali dengan tujuan memberi keuntungan pemegang saham pengendali, salah satu cara
yang digunakan yaitu melalui transaksi pihak terkait.
Lo et al (2010) yang melakukan penelitian mengenai pengaruh tunneling terhadap
transfer pricing, dengan pengukuran tunneling incentive menggunakan kepemilikan
pemerintah, menemukan bahwa semakin besar rasio kepemilikan pemerintah sebagai
pemegang saham pengendali maka akan semakin tinggi kecenduran manajemen untuk

9
menggeser laba melalui transaksi dengan pihak terkait. Mispiyanti (2015) yang menyatakan
bahwa terdapat pengaruh antara tunneling incentive dengan transfer pricing, dimana saham
perusahaan yang dimiliki asing akan melakukan penjualan kepada pihak berelasi dengan
penetuan harga yang tidak wajar guna kepentingan pemegang saham pengendali yang berada
di negara yang tarif pajaknya lebih rendah dari pada Indonesia. Hal ini dilakukan untuk
memperkecil laba yang dihasilkan pada negara dengan tarif pajak rendah sehingga beban
pajak yang dibayarkan juga akan semakin kecil. Berdasarkan atas uraian tersebut maka
diperoleh hipotesis ketiga yaitu:
H₃ : tunneling incentive berpengaruh terhadap keputusan transfer pricing.

Pajak, Mekanisme Bonus dan Tunneling Incentive Terhadap Transfer pricing


Penelitian yang dilakukan oleh Lo et al (2010), Hartati et al (2014), Mispiyanti (2015)
dan Nurjanah et al (2016) tidak menjelaskan secara jelas atau langsung mengenai pengaruh
bersama atas variabel yang diteliti, namun dengan nilai determinan yang dihasilkan pada
penelitian tersebut maka pengaruh bersama dapat terlihat. Nilai determinasi yang diperoleh
dalam penelitian Hartati et al (2014) dan Nurjanah et al (2016) adalah 27.7% dan 60.8%,
sehingga dapat dikatakan bahwa secara bersama-sama terdapat pengaruh antara pajak,
mekanisme bonus dan tunneling incentive terhadap keputusan transfer pricing. Berdasarkan
uraian atas hipotesis yang ada, dimana pajak, mekanisme bonus dan tunneling incentive
masing-masing berpengaruh terhadap transfer pricing, maka peneliti akan menguji secara
bersama-sama pengaruh pajak, mekanisme bonus dan tunneling terhadap transfer pricing.
Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya yang menyatakan bahwa pajak,
mekanisme bonus dan tunneling berpengaruh terhadap transfer pricing, maka hipotesis
keempat yaitu:
H4 : pajak, mekanisme bonus dan tunneling berpengaruh terhadap transfer pricing

METODE PENELITIAN
Populasi Dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dan juga sampel dalam penelitian adalah perusahaan yang terdaftar dalam
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2012 hingga 2015. Pengambilan sampel pada
penelitian ini dilakukan menggunakan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel
dengan kriteria-kriteria tertentu (Sugiyono,2015:85). Kriteria Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu:

10
1. Perusahaan yang terdaftar di BEI dan melaporkan laporan keuangan tahunan lengkap
pada tahun 2012-2015, kecuali perusahaan dalam sektor keuangan (bank dan lembaga
pembiayaan).
2. Perusahaan yang dikendalikan oleh perusahaan asing dengan persentase kepemilikan
20% (dua puluh persen) atau lebih selama periode penelitian.
3. Perusahaan yang tidak mengalami kerugian selama periode penelitian
Jenis Dan Sumber Data

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan data sekunder yangberasal dari
laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. Data
tersebut diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitu http://www.idx.co.id.

Oprasionalisasi Variabel
Transfer pricing Dummy, 1 jika perusahaan melakukan transfer pricing, 0 jika
tidak
Pajak

Mekanisme Bonus Dummy, 1 jika perusahaan melakukan mekanisme bonus; 0 jika


tidak
Tunneling Incentive Kepemilikan Asing diatas 20%

Metode Analisis Data


Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis regresi logistik (Binary
Logistic Reresion) dengan bantuan program SPSS 20. Analisis ini digunakan karena dalam
penelitian ini variabel terikat atau variabel dependen bersifat dikotomi atau merupakan
variabel dummy. Dengan analisis menggunakan regresi logistik pada dasarnya tidak
diperlukan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya karena data yang diteliti tidak memiliki
nilai sisa yang mengharuskan untuk dilakukan pengujian normalitas. Namun karena dua
variabel bebas yang diteliti merupakan variabel dengan data scale atau rasio yang berati masih
terdapat nilai sisa maka uji normalitas tersebut masih diperlukan. Selain itu analisis ini juga
masih memerlukan uji multikolinieritas untuk mengetahui besarnya korelasi antar variabel
bebasnya.

Model regresi logistik dalam penelitian ini ditunjukkan dalam persamaan sebagai
berikut:

11
= β0 + β₁x₁ + β2x2 + β3x3

Keterangan:

ᴫj : probabilitas bahwa faktor atau covariance ke-j mempunyai response=1 dari


respon regresi logistik binier yang mempunyai nilai 0 dan 1

β : Konstanta

X1 : Pajak

X2` : Mekanisme bonus

X3 : Tunneling Incentive

HASIL DAN PEMBAHSAN


Tabel 2
Pemilihan Perusahaan Sampel

Perusahaan yang menyampaiakan laporan keuangan lengkap pada


360
2012-2015 dan bukan termasuk perusahaan jasa sektor keuangan

Perusahaan dengan kepemilikan asing kurang dari 20% selama


(246)
periode penelitian

Perusahaan mengalami kerugian antara 2012-2015 (62)

Jumlah sampel perusahaan 52

Berdasarkan tabel 2 tersebut, sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 52
pengamatan perusahaan selama periode 2012-2015, sehingga jumlah akhir sampel yang
diamati sebanyak 208. Berdasarkan atas analisis regresi logistik yang telah dilakukan, dengam
melihat pada tabel klasfikasi diperolhe 131 pengamatan observasi terjadiya transaksi transfer
pricing dengan 124 prediksi yang tepat dan 7 prediksi yang salah. Pada tebel tersebut juga
diketahui bahwa secara keseluruhan ketepatan prediksi dalam penelitian ini yaitu sebesar
74,1%.
12
Dengan melakukan pengujian hipotesis melalui regresi logistik, maka kelayakan model
regresi dinilai dengan menggunakan hosmer and lemeshow’s goodness of fit test. Pengujian
menunjukkan bahwa nilai chi square hitung adalah 15,253 dengan signifikansi 0,54,
sedangkan nilai chi square tabel dari df 8 dengan alpha 5% adalah 15,507. Karena nilai chi
square hitung lebih kecil dari nilai chi square tabel (15,253 < 15,507) dan nilai signifikansi
lebih besar dari alpha (0,054 > 0,050). Dan nilai -2LL awal sebesar 259,838 dan setelah
memasukan variabel independen dalam model penelitian nilai -2LL turun menjadi 228,201,
yang berarti terjadi penurunan sebesar 31,638. Penurunan nilai -2LL tersebut menunjukkan
bahwa model regresi dngan memasukan variabel bebas fit dengan data, sehinga dapat
disimpulkan jika model layak untuk digunakan.
Koefisien determinasi dalam regresi logistik dapat dilihat dari nilai Negelkerke R Square
yaitu sebesar 0,201, yang berarti variabilitas variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel
independen adalah sebesar 20,1%, sedangkan sisanya sebesar 79,9% dijelaskan oleh variabel-
variabel lain diluar model penelitian.
Model yang baik dalam regresi yaitu tidak ada gejala korelasi yang kuat diantara variabel
bebasnya. Matrik korelasi menunjukkan bahwa tidak ada koefisien korelasi antar variabel
yang nilainya lebih besar dari 0,80, yang berarti tidak terdapat gejala multikolinieritas antar
variabel independen dalam model regresi.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pajak, mekanisme bonus, dan tunneling
incentive berpengaruh terhadap keputusan perusahaan melakukan transfer pricing yang
ditunjukkan dari tingkat signifikasi sebesar 0,000; 0,026; 0,044 yang lebih kecil dari 0,05.
Hasil tersebut konsisten dengan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Penelitian ini
juga menunjukkan bahwa secara bersama-sama pajak, mekanisme bonus dan tunneling
incentive berpengaruh terhadap transfer pricing, yang ditunjukkan dari tabel omnimbus
dengan melihat besarnya nilai chi square hitung dan signifikansi masing-masing sebesar
31,636 dan 0,000 dan nilai chi square tabel sebesar 7,779. Karena nilai chi square hitung
lebih besar dari nilai chi square tabel (31,636 > 7,779) dan juga nilai signifikansi lebih kecil
dari alpha (0,000 < 0,005), sehingga dapat dikatakan bahwa pajak, mekanisme bonus dan
tunneling incentive secara bersama-sama berpengaruh terhadap transfer pricing
Besarnya tarif pajak suatu negara akan menimbukan peningkatan prosentase terjadinya
transfer pricing suatu perusahaan multinasional yang sengaja dilakukan untuk mengurangi
beban pajak perusahaan yang berada pada negara yang menerapkan tarif pajak tinggi kepada
perusahaan berelasi yang berada pada negara dengan tarif pajak rendah. . Perusahaan yang

13
berada di negara dengan tarif pajak rendah akan mengalami peningkatan laba akibat dari
kegiatan transfer pricing yang dilakukan oleh perusahaan afiliasi yang berada di negara
dengan tarif pajak tinggi, sehingga secara global pembayaran pajak yang ditanggung oleh
perusahaan dapat diminimalkan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Lo et al (2010), Hartati et al (2014) dan Nurjanah et al (2016) dan tidak sejalan dengan
hasil penelitian Mispiyanti (2015).
Pemberian bonus merupakan salah satu strategi perusahaan yang sengaja dilakukan untuk
meningkatkan motivasi manajemen perusahaan atau direksi untuk meningkatkan kinerja
perusahaan. peningkatan kinerja perusahaan yang dicapai. Salah satu cara yang dapat
dilakukan oleh direksi untuk meningkatkan kinerja perushaan yaitu dengan cara menaikkan
laba perusahaan pada setiap tahunnya. Maka cara yang paling mudah untuk diterapkan yaitu
melakukan manajemen laba atau earning management atau bisa disebut dengan perekayasaan
laporan keuangan. Manajemen laba salah satunya dapat dilakukan melalui kegiatan transfer
pricing, transfer pricing ini merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh direksi untuk
meningkatkan laba pada tahun yang diharapkan. Hasil peningkatan kinerja perusahaan yang
dicapai.
Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh direksi untuk meningkatkan kinerja perushaan
yaitu dengan cara menaikkan laba perusahaan pada setiap tahunnya. Maka cara yang paling
mudah untuk diterapkan yaitu melakukan manajemen laba atau earning management atau
bisa disebut dengan perekayasaan laporan keuangan. Manajemen laba salah satunya dapat
dilakukan melalui kegiatan transfer pricing, transfer pricing ini merupakan salah satu cara
yang dilakukan oleh direksi untuk meningkatkan laba pada tahun yang diharapkan. Hasil
penelitian ini sejalan dengan apa yang dihasilkan oleh Lo et al (2010), Hartati et al (2014) dan
Nurjanah et al (2016), namun penelitian ini tidak sejalan dengan hasil yang diperoleh
Mispiyanti (2015).
Adanya perusahaan dengan kepemilikan yang terkonstrasi pada satu pihak atau satu
kepentingan caderung akan terjadi tunneling didalamnya. Seperti halnya kepentingan dan
tujuan yang dimiliki oleh masing-masing pihak adalah berbeda. Begitu juga dengan
kepentingan pemegang saham mayoritas jelas berbeda dengan kepentingan pemegang saham
minoritas. Dimana pemengang saham minoritas hanya akan mengharapkan deviden atas
penyertaan modal yang dilakukannya, sedangkan pemegang saham mayoritas dengan
kekuasaan yang dimiliki dapat melakukan apa saja yang dapat memberikan keuntungan lebih

14
untuk kepentingannya. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Lo et al (2010) dan Mispiyanti (2015).

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa; (1) pajak,
berpengaruh terhadap keputusan transfer pricing perusahaan, (2) mekanisme bonus
berpengaruh terhadap keputusan transfer pricing perusahaan, (3) tunneling incentive
berpengaruh terhadap keputusan transfer pricing perusahaan, dan (4) pajak, mekanisme
bonus, dan tunneling incentive berpengaruh terhadap keputusan transfer pricing perusahaan.
Penelitian ini tidak lepas dari keterbatas-keterbatasan yang dapat menyebabkan hasil
penelitian menjadi bias dan mungkin saja dapat diatasi oleh peneliti selanjutnya yang akan
memperaiki hasil penelitian ini. Beberapa saran untuk peneliti selanjutnya yang diharapkan
mampu melengkapi keterbatasan penelitian ini yaitu:
1. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan proksi ITRNDLB (indeks trend laba
bersih) yang dihitung berdasarkan atas presentase pencapaian laba bersih tahun t
terhadap laba bersih tahun t-1 (Hartati et al, 2014) untuk pengukuran mekanisme
bonus.
2. Menambah variabel bebas dalam penelitian sehingga dapat memperbesar nilai
determinasi penelitan, karena nilai determinasi dalam penelitian ini hanya 20,1%.
Salah satunya yaitu perjanjian hutang atau debt covenant, dimana adanya perjanjian
hutang yang mengharuskan perusahaan untuk memenuhi persyaratan hutang yang
diajukan oleh pihak ketiga dapat membuat manajer untuk mengelola dan mengatur
labanya agar persyaratannya hutangnya dapat terpenuhi.

DAFTAR PUSTAKA

Aryani, Dewi Septa. 2011. Manajemen Laba pada Perusahaan Manufktur di Bursa Efek
Indonesia. Jurrnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi (JENIUS) Vol. 1 No. 2.

Direktorat Jenderal Anggaran. 2015. Budget In Brief APBN 2015.

Ghozali,Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Pogram SPSS. Semarang:Badan


Penerbit Universitas Diponegoro.

Hartati, Winda, Desmiyawati dan Nur Azlina.2014.”Analisis Pengaruh Pajak Dan Mekanisme
Bonus Terhadap Keputusan Transfer pricing:Studi Empiris Pada Seluruh Perusahaan
Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia)”. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi 17
Mataram.

15
Irpan. 2010. Analisis Pengaruh Skema Bonus Direksi, Jenis Usaha, Profitabilitas Perusahaan,
Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Earning Management: Studi Empiris Pada
Perusahaan Manufaktur dan Keuangan Yang Listing Di BEI Pada Tahun 2008-2010.
Karya Ilmiah. Jakarta. UIN Syarif Hidayatullah.

Jensen, C Michael and Meckling H William. 1976. Theory of the frim: managerial behavior,
agency cost and ownership.

Johnson, Simon, Rafael La Porta, Florencio Lopez-de-Silanes and Andrei Shleifer. 2000.
Tunneling. The American Economic Review, Vol. 90 No.2, pp 22-27

Kurniawan, Anang Mury. 2014. Buku Pintar: Transfer pricing Untuk Kepentingan
Pajak.Yogyakarta:CV. Andi Offset.

Lo, W.Y.A., Raymond. M. K. W., and Michael F. 2010. Tax, Financial Reporting, and
Tunneling Incentives for Income Shifting: An Empirical Analysis of the Transfer pricing
Behavior of Chinese-Listed Companies. Journal of the American Taxation Association
Vol. 32, No. 2:1-26.
Mardiasmo.2013.Perpajakan.Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Mispiyanti. 2015."Pengaruh Pajak, Tunneling Incentive dan Mekanisme Bonus Terhadap


Keputusan Transfer Picing". Jurnal Akuntansi dan Investasi, Vol.16 No. 1

Nurjanah, Ika, Isnawati dan Antonius G. S. 2016. Faktor Determinan Keputusan Perusahaan
Melakukan Transfer pricing. Simposium Nasional Akuntansi XIX

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-32/PJ/2011 tentang Perubahan atas Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-43/PJ/2010 tentang Penerapan Prinsip Kewajaran
dan Kelaziman Usaha dalam Trasaksi antara Wajib Pajak dengan Pihak yang
Mempunyai Hubungan Istimewa

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pengungkapan Pihak-
Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa

Ringkasan APBNP 2011-2015 (online), ( http://www.data-


apbn.kemenkeu.go.id/Dataset/ambilFileDariDisk/1025 ) diakses 12 Maret 2017

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-36208/PP/M.IV/15/2012

Scoot, W. 2009. Financial Accounting Theory. Toronto, Canada:Prentice-Hall.

Setiawan, Hadi. 2014. “Transfer pricing dan Risikonya Terhadap Penerimaan Negara”,
(Online) (
http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/2014_kajian_pprf_Transfer%20Pricing%2
0dan%20Risikonya%20Terhadap%20Penerimaan%20Negara.pdf , diakses 15
Agustus 2016).

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

16
Suryatiningsih, Neneng dan Siregar Veronica Sylvia.2009. Pengaruh Skema Direksi Terhadap
Aktivitas Manajemen Laba (Studi Empiris pada Bada Usaha Milik Negara) Periode
Tahun 2003-2006. Simposium Nasional Akuntansi XI

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-
undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.

Uyanto, S Stanislaus. 2009. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wafiroh, Lailiyul Novi. 2015. Pengaruh Pajak, Tunneling Incentive dan Mekanisme Bonus
pada Keputusan Transfer pricing Perusahaan Manufaktur yang Listing Di Bursa Efek
Indonesia (BEI) Periode 2011-2013. Karya Ilmiah. Malang. Universitas Islam Negeri
Maulana Malik.

Watts L. Ross and Zimmerman L. Jerold. 1990. Positive Accounting Theory: A Ten Year
Perspective. The Accounting Review Vol. 65 No. 1, pp 131-156

17
Lampiran 1
Tabel 3. Perbandingan Nilai -2Log Likelihood

Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log Coefficients
likelihood
Constant

1 259,855 ,607

Step 0 2 259,838 ,627

3 259,838 ,627

a. Constant is included in the model.

b. Initial -2 Log Likelihood: 259,838

c. Estimation terminated at iteration number 3


because parameter estimates changed by less
than ,001.

Lampiran 2

Tabel 4. Omnimbus

Omnibus Tests of Model Coefficients


Chi-square Df Sig.

Step 31,636 4 ,000

Step 1 Block 31,636 4 ,000

Model 31,636 4 ,000

Lampiran 3
Tabel 5. Cox dan Snell’s R Square

Model Summary
Step -2 Log Cox & Snell Nagelkerke R
likelihood R Square Square

1 228,201a ,146 ,201

a. Estimation terminated at iteration number 5


because parameter estimates changed by less than
,001.

18
Lampiran 4

Tabel 6. Hosmer and Lemeshow’s

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square Df Sig.

1 15,253 8 ,054

Lampiran 5.

Tabel 7. Classification Table

Classification Tablea
Observed Predicted

Y Percentage
Correct
Tidak Ada Ada TP
Tf

Tidak Ada TP 25 45 35,7


Y
Step 1 Ada TP 7 124 94,7

Overall Percentage 74,1

a. The cut value is ,500

Lampiran 6
Tabel 8. Perhitungan Regresi Logistik
Variables in the Equation

B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)

X1 6,086 1,368 19,781 1 0,000 439,737


X2 1,543 0,692 4,978 1 0,026 4,68
Step 1a
X3 1,918 0,953 4,052 1 0,044 6,804
Constant -3,391 0,945 12,872 1 0,000 0,034

19

You might also like