Ipi288210 PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

ANALISIS KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENJELASAN

SEDERHANA MENGGUNAKAN MODEL


PROBLEM SOLVING

Riestania Faradilla, Ila Rosilawati, Noor Fadiawati, Nina Kadaritna


Pendidikan Kimia, Universitas Lampung

riestania.faradilla@gmail.com

Abstract: This research aimed to describe the abilities of answering questions of


what your main point and why on the colloid subject using problem solving
models for high, intermediate and low level cognitive group of students. The
subjects were students of class XI IPA5 SMA Negeri 1 Natar Academic Year
2012/2013. This research used the pre-experimental method, one-shot case study
design, and descriptive research. The results showed that the ability answering
question of what your main point in high level group, 60% were excellent, and
40% were good; intermediate level group, 15% were excellent, 40% were good,
and 45% were enough; low level group, 10% were good, 60% enough, and 30%
were less. The ability answering question of why in high level group, 60% were
excellent, and 40% were good; intermediate level group, 15% were excellent,
45% were good, and 40% were enough; low level group, 40% were good, and
60% were enough.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan menjawab


pertanyaan apa alasan utama anda dan mengapa pada materi koloid menggunakan
model pembelajaran problem solving untuk siswa kelompok kognitif tinggi,
sedang dan rendah. Subyek penelitian adalah siswa kelas XI IPA5 SMA Negeri 1
Natar tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini menggunakan metode pre-
eksperimen, desain one-shot case study, dan analisis data deskriptif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kemampuan menjawab pertanyaan apa alasan
utama anda, untuk kelompok tinggi, 60% berkriteria sangat baik, dan 40% baik;
kelompok sedang, 15% berkriteria sangat baik, 40% baik, dan 45% cukup;
kelompok rendah, 10% berkriteria baik, 60% cukup, dan 30% kurang.
Kemampuan menjawab pertanyaan mengapa, untuk kelompok tinggi, 60%
berkriteria sangat baik, dan 40% baik; kelompok sedang, 15% berkriteria sangat
baik, 45% baik, dan 40% cukup; kelompok rendah, 40% berkriteria baik dan 60%
cukup.

Kata Kunci: kemampuan menjawab pertanyaan apa alasan utama anda,


menjawab pertanyaan mengapa, kelompok kognitif, problem solving,
PENDAHULUAN seseorang untuk berpikir kritis. Seko-
lah, lebih khususnya guru memiliki
Ilmu kimia merupakan cabang dari
tanggung jawab untuk membantu sis-
IPA. Dalam BSNP (2006) disebutkan
wanya mengembangkan keterampilan
dua hal yang tidak terpisahkan dari
berpikir kritis (Wahyuni, tanpa tahun).
ilmu kimia, yaitu kimia sebagai pro-
duk temuan ilmuan yang berupa fakta,
Berdasarkan observasi di SMA Negeri
konsep, prinsip, hukum, dan teori; ser-
1 Natar, didapatkan bahwa proses
ta kimia sebagai proses yang berupa
pembelajaran didominasi oleh guru
kerja ilmiah. Kerja ilmiah dapat me-
(Teacher Center Learning), sehingga
numbuhkan kecakapan hidup seperti,
siswa kurang aktif, serta keterampilan
keterampilan berpikir, bekerja, dan
berpikir kritis siswa kurang terlatih.
bersikap ilmiah, serta berkomunikasi.
Salah satu keterampilan berpikir kritis
adalah keterampilan memberikan pen-
Preseisen, membagi keterampilan ber-
jelasan sederhana. Materi kimia di
pikir menjadi keterampilan berpikir
SMA/MA yang mampu melatihkan
dasar dan keterampilan berpikir ting-
keterampilan memberikan penjelasan
kat tinggi (high order thingking). Di-
sederhana, yaitu koloid. Standar Kom-
antara proses berpikir tingkat tinggi,
petensi dari materi koloid adalah
salah satu yang digunakan dalam pem-
menjelaskan sistem dan sifat koloid
bentukan sistem konseptual ilmu
serta penerapannya dalam kehidupan
kimia adalah berpikir kritis (Costa,
sehari-hari. Berdasarkan SK ini siswa
1985).
akan dilatihkan untuk memikirkan ja-
Berpikir kritis menurut Ennis (1989) waban dari pertanyaan yang di beri-
adalah kemampuan memberi alasan kan.
dan reflektif yang difokuskan pada
Penelitian mengenai keterampilan ber-
apa yang diyakini dan yang dikerja-
pikir kritis pada materi koloid pernah
kan. Keterampilan berpikir kritis bu-
dilakukan oleh Purlistyani (2012).
kanlah suatu keterampilan yang dapat
Dari penelitiannya tersebut diketahui
berkembang dengan sendirinya seiring
bahwa pembelajaran koloid dapat
dengan perkembangan fisik manusia.
melatihkan kemampuan memberikan
Keterampilan ini harus dilatih melalui
penjelasan sederhana.
pemberian stimulus yang menuntut

2
Untuk melatihkan keterampilan berpi- bahwa kemampuan kognitif merupa-
kir kritis siswa, maka diperlukan mo- kan salah satu faktor yang berpenga-
del yang sesuai. Problem solving ada- ruh terhadap prestasi belajar siswa.
lah model yang berbasis pada masa- Siswa berkemampuan kognitif tinggi,
lah. Keberhasilan model ini dalam cenderung memiliki keterampilan ber-
melatihkan keterampilan berpikir kri- pikir kritis yang tinggi dibandingkan
tis siswa dijabarkan oleh Aeniah kemampuan kognitif sedang dan ren-
(2012). Berdasarkan penelitiannya ter- dah. Hal ini membuktikan adanya hu-
sebut diketahui bahwa dengan meng- bungan antara kemampuan kognitif
gunakan model pembelajaran problem siswa dengan keterampilan berpikir
solving dapat meningkatkan kemam- kritisnya (Setiowati, 2013).
puan siswa dalam memberikan pen-
Berdasarkan hal-hal yang telah diurai-
jelasan sederhana.
kan, maka dilakukanlah penelitian
Langkah-langkah dalam model pem- pada siswa kelas XI IPA5 SMA
belajaran problem solving terdiri dari; Negeri 1 Natar dengan judul:
orientasi siswa pada masalah, mencari “Analisis Kemampuan Memberikan
data atau keterangan yang dapat Penjelasan Sederhana pada Materi
digunakan untuk memecahkan masa- Koloid Menggunakan Model Pembel-
lah, menetapkan jawaban sementara ajaran Problem Solving”.
dari masalah tersebut, menguji ke-
Tujuan penelitian ini adalah men-
benaran jawaban sementara tersebut,
deskripsikan kemampuan menjawab
serta menarik kesimpulan. Melalui
pertanyaan apa alasan utama anda dan
langkah-langkah ini siswa akan ber-
mengapa pada materi koloid meng-
pikir untuk menyelesaikan masalah
gunakan model pembelajaran Problem
yang diberikan oleh guru (Anonim
Solving untuk siswa kelompok tinggi,
dalam Nessinta 2009).
sedang dan rendah.
Berdasarkan kemampuan kognitifnya
METODOLOGI PENELITIAN
Nasution (2000) mengelompokkan
siswa menjadi tiga kelompok, yaitu; Subyek penelitian adalah siswa kelas
kemampuan kognitif tinggi, sedang, XI IPA5 SMA Negeri 1 Natar tahun
dan rendah. Gustini menjelaskan ajaran 2012/2013 dengan jumlah

3
siswa 40. Metode penelitian adalah 100 89 92

Rata-rata nilai siswa


80 69 75
pre-eksperimen dengan desain pene- 60 51 47

40
litian one-shot case study. Data yang
20
digunakan pada penelitian adalah: (1) 0
Tinggi Sedang Rendah
data pretest yang digunakan untuk Kelompok kognitif
Kemampuan menjawab pertanyaan apa alasan utama
penentuan pengelompokkan siswa anda
Kemampuan menjawab pertanyaan mengapa
berdasarkan kelompok kognitifnya.
Gambar 2. Rata-rata nilai setiap kelompok
Materi yang digunakan adalah materi siswa pada masing-masing
kemampuan
kelarutan dan hasil kali kelarutan, (2)
data kinerja guru, (3) data aktivitas Rata-rata kemampuan menjawab per-

siswa, (4) data posttest dan, (5) data tanyaan apa alasan utama anda yaitu,

keterlaksanaan proses pembelajaran berkriteria sangat baik untuk kelom-

problem solving. Instrumen yang di- pok tinggi, baik untuk kelompok se-

gunakan pada penelitian adalah: Sila- dang, dan cukup untuk kelompok ren-

bus dan RPP materi koloid, perangkat dah. Rata-rata nilai keterampilan men-

soal tes tertulis yang berupa soal jawab pertanyaan mengapa, yaitu ber-

pretest dan posttest, lembar observasi kriteria sangat baik untuk kelompok

aktivitas siswa dan kinerja guru, serta tinggi, baik untuk kelompok rendah,

angket keterlaksanaan proses pem- dan cukup untuk kelompok rendah.

belajaran koloid melalui penerapan


Persentase siswa setiap kriteria tingkat
model problem solving. Penelitian ini
kemampuan pada kelompok tinggi,
menggunakan analisis data deskriptif.
sedang dan rendah yang disajikan

HASIL PENELITIAN DAN pada Gambar 3 dan Gambar 4.


PEMBAHASAN 70 60 60
60
Persentase kriteria

50 45
Setelah dilakukan penelitian, didapat- 40 40
40 30
kan rata-rata nilai setiap kelompok 30
20 15
kognitif siswa untuk kemampuan 10
10 0 0 0 0
menjawab pertanyaan apa alasan uta- 0
Tinggi Sedang Rendah
ma anda dan mengapa yang disajikan Kelompok kognitif
Sangat baik Baik Cukup Kurang
pada Gambar 2.
Gambar 3. Persentase siswa setiap kelompok
kognitif pada kemampuan
menjawab pertanyaan apa alasan
utama anda

4
70 60 60 kegiatan diskusi siswa kelompok ting-
60

Persentase kriteria
50 40
45
40 40 gi memberi penjelasan kepada siswa
40
30 kelompok kognitif rendah. Diskusi ke-
20 15
lompok secara heterogen menurut
10 0 0 0 0 0
0 Slavin (2005), dapat meningkatkan
Tinggi Sedang Rendah
Kelompok kognitif motivasi siswa agar saling mendukung
Sangat baik Baik Cukup Kurang dan membantu satu sama lain dalam
Gambar 4. Persentase siswa setiap kelompok pembelajaran. Faktor lain ialah, soal
kognitif pada kemampuan
menjawab pertanyaan mengapa pretest yang tidak diuji terlebih dahulu
validitasnya, sehingga soal tersebut ti-
Berdasarkan Gambar 3 dan Gambar 4,
dak dapat mengukur kemampuan kog-
terlihat 15% siswa kelompok sedang
nitif siswa yang sebenarnya. Terdapat
berkriteria sangat baik, dan 10% siswa
kemungkinan siswa yang sebenarnya
kelompok rendah berkriteria baik pada
berkemampuan kognitif tinggi, di-
kemampuan menjawab pertanyaan
masukkan ke dalam kelompok sedang
utama anda; 15% siswa kelompok
atau rendah.
sedang berkriteria sangat baik pada
kemampuan menjawab pertanyaan Selain data posttest mengenai ke-
mengapa. Hasil ini tidak sesuai de- mampuan siswa menjawab pertanyaan
ngan hipotesis pada awal penelitian apa alasan utama anda dan mengapa,
yang menyatakan bahwa semakin pada penelitian ini juga didapatkan
tinggi kemampuan kognitif siswa, ma- data keterlaksanaan pembelajaran
ka akan semakin tinggi pula kemam- problem solving. Berdasarkan data ter-
puan siswa dalam menjawab pertanya- sebut didapatkan bahwa hampir se-
an apa alasan utama anda dan meng- luruh siswa menyatakan pembelajaran
apa. Lembar observasi aktivitas siswa dengan diskusi kelompok merupakan
membuktikan bahwa siswa-siswa ter- hal yang baru, serta melalui diskusi
sebut aktif selama pembelajaran. Fak- kelompok siswa lebih memahami
tor yang mempengaruhi hal ini, di- materi koloid. Seluruh siswa menyata-
antaranya, yaitu pengelompokkan sis- kan pembelajaran menggunakan LKS
wa secara heterogen dapat membantu yang diberikan selama penelitian me-
siswa berkemampuan rendah untuk rupakan hal yang baru. Hampir se-
meningkatkan prestasi belajar. Dalam luruh siswa lebih memahami materi

5
koloid melalui penggunaan LKS ko- data atau keterangan yang dapat di-
loid, dan kegiatan praktikum sebelum gunakan untuk memecahkan masalah,
mendapat teori membuat siswa lebih menetapkan jawaban sementara dari
memahami materi koloid. Hampir se- masalah, menguji kebenaran jawaban
luruh siswa lebih tertarik terhadap sementara tersebut, dan menarik ke-
pelajaran kimia dengan pembelajaran simpulan.
menggunakan diskusi kelompok,
Tahap orientasi siswa pada
LKS, dan praktikum sebelum mem-
masalah, pada tahap awal ini guru
bahas teori. Keseluruhan siswa setuju
menjabarkan suatu fenomena untuk
terhadap penerapan pembelajaran
memunculkan masalah sehingga tim-
kimia untuk materi lain menggunakan
bul rasa ingin tahu dan motivasi dalam
diskusi kelompok, LKS, dan praktik-
diri siswa untuk memecahkan suatu
um sebelum mendapatkan teori.
masalah. Masalah yang dimunculkan
Model Pembelajaran Problem adalah yang sering dijumpai oleh
Solving, penelitian dilakukan selama siswa dalam kehidupan sehari-hari.
tujuh pertemuan, yang terdiri dari uji
Fenomena pada pertemuan kedua
pretest, pelaksanaan proses pem-
adalah mengenai sistem koloid. Siswa
belajaran, uji posttest serta pengisian
telah mengenal 2 jenis campuran
kuesioner oleh siswa. Hasil pretest
yakni suspensi dan larutan. Diperke-
digunakan untuk mengelompokkan
nalkan kepada siswa jenis campuran
siswa yang terbagi menjadi kelompok
yang lain yaitu koloid. Guru memberi-
kognitif tinggi, sedang, dan rendah.
kan salah satu contoh koloid, yaitu
Kemudian guru membuat delapan ke-
susu. Guru memancing siswa agar
lompok siswa yang heterogen.
muncul rasa ingin tahu terhadap cam-
Masing-masing kelompok terdiri dari
puran yang disebut koloid, serta ba-
5 siswa yang berkemampuan kognitif
gaimana perbedaannya dengan larutan
tinggi, sedang dan rendah. Setiap sis-
dan suspensi. Pada pertemuan ketiga,
wa yang telah berkelompok diberikan
siswa telah mengetahui definisi dari
LKS berbasis problem solving. Pem-
koloid dan perbandingannya dengan
belajaran problem solving terdiri dari
larutan dan suspensi. Guru memberi-
5 tahapan diantaranya, yaitu orientasi
kan gambar dari jenis-jenis koloid
siswa pada masalah, mencari mencari

6
berdasarkan fasa terdispersi dan me- untuk memecahkan masalah, pada
dium pendispersinya. Siswa menentu- tahap ini, siswa mencari data atau
kan fasa terdispersi dan medium pen- keterangan yang dapat digunakan
dispersi dari jenis-jenis koloid pada untuk memecahkan masalah. Siswa
gambar yang diberikan. mengumpulkan sumber referensi de-
ngan cara membaca buku, mencari
Pada pertemuan keempat dan kelima,
data melalui media internet, meneliti,
siswa diberikan masalah tentang sifat
dan bertanya. Siswa tidak mengalami
dari koloid yakni ketika sinar mata-
kesulitan untuk mendapatkan sumber
hari melalui sebuah celah, maka akan
informasi dan data. Setiap kelompok
terlihat jelas. Fenomena tersebut me-
siswa memiliki buku sebagai sarana
rupakan salah satu sifat koloid yaitu
penunjang pembelajaran. Selain itu
dapat menghamburkan cahaya atau
mereka membawa alat elektronik be-
efek tyndall. Pertemuan keenam, guru
rupa portable computer dan modem,
diberikan fenomena koloid yang dapat
atau menggunakan smartphone untuk
dibuat dari molekul yang lebih kecil
membantu mencari informasi.
atau yang senyawa lebih besar dari-
pada koloid. Siswa selama ini jarang sekali me-
lakukan diskusi kelompok pada pem-
Siswa awalnya mengalami kesulitan
belajaran kimia. Meskipun demikian
pada tahap ini. Hampir seluruh siswa
hampir seluruh siswa (80% siswa),
(90% siswa) belum terbiasa dengan
terbantu memahami materi koloid
pembelajaran menggunakan diskusi
menggunakan pembelajaran diskusi
kelompok. Selain itu seluruh siswa be-
kelompok. Siswa berinteraksi dengan
lum terbiasa menggunakan LKS ber-
teman satu kelompok untuk saling be-
basis problem solving. Setelah dibim-
kerjasama dan berbagi ide dalam me-
bing oleh guru, pada pertemuan ber-
nyelesaikan masalah. Sehingga pem-
ikutnya siswa lebih mudah untuk me-
belajaran dengan diskusi kelompok
nentukan permasalahan dari fenomena
dapat menjalin komunikasi antar-
yang dihadirkan.
siswa, kerjasama dalam tim, dan me-
latih siswa untuk dapat mengeluarkan
Tahap mencari data atau
pendapat. Dengan demikian pembel-
keterangan yang dapat digunakan
ajaran berlangsung aktif dan dapat

7
meningkat pola pikir siswa dalam solving. Setelah itu siswa menjawab
menyelesaikan suatu masalah. pertanyaan diskusi pada LKS. Siswa
berdikusi dengan teman kelompoknya
Tahap menetapkan jawaban
untuk menjawab pertanyaan yang di-
sementara dari masalah tersebut,
sajikan di LKS.
pada tahap ini siswa diminta untuk
menuliskan hipotesis atau jawaban se- Melalui soal diskusi dalam LKS ber-
mentara dari permasalahan yang telah basis problem solving, siswa dilatih-
diuraikan. Langkah ini dianggap sulit, kan keterampilan menmberikan pen-
karena ketidaktahuan siswa pada mak- jelasan sederhana dengan indikator
na hipotesis serta belum terbiasanya menjawab pertanyaan apa alasan uta-
siswa dengan LKS berbasis problem ma dan mengapa. Misalnya pada LKS
solving. Setelah dibimbing guru, pada 3 mengenai sifat-sifat koloid, berda-
pertemuan selanjutnya siswa mulai sarkan video yang diamati mengenai
terbiasa merumuskan hipotesis pada adsorpsi, siswa menjawab pertanyaan
LKS. pada diskusi mengapa adsorpsi terjadi
pada permukaan koloid. Jawaban sis-
Tahap menguji kebenaran jawaban
wa yaitu, karena partikel koloid me-
sementara tersebut, Tahap ini di-
miliki permukaan yang luas, sehingga
lakukan melalui kegiatan praktikum
partikel yang teradsorpsi terkonsen-
untuk pertemuan 2, 3, dan 6, serta
trasi di permukaan partikel koloid.
pengamatan video dan gambar pada
pertemuan 4 dan 5. Sebelum melak- Sebanyak 87,5% siswa terbantu de-
sanakan praktikum, guru terlebih da- ngan adanya kegiatan praktikum sebe-
hulu menjelaskan alat dan bahan yang lum mendapatkan teori. Begitu pula
digunakan, serta langkah-langkah per- dengan penggunaan LKS berbasis
cobaan yang dilakukan. Selanjutnya problem solving, hampir seluruh siswa
siswa dengan aktif bekerja dalam (85%) dapat terbantu dalam mema-
kelompoknya masing-masing. Setelah hami materi koloid. Awalnya siswa
melakukan percobaan atau pengamat- mengalami kesulitan untuk mengisi
an video dan gambar, siswa mengisi LKS. Setelah mendapatkan arahan
tabel hasil pengamatan yang telah di- dari guru, pada pertemuan berikutnya
sediakan dalam LKS berbasis problem siswa menjadi lebih terbiasa.

8
Tahap menarik kesimpulan, pada Pada kelompok sedang, 15% sangat
tahap ini siswa secara berkelompok, baik, 40% baik, dan 45% cukup. Ke-
berdiskusi untuk menarik kesimpulan lompok rendah 10% baik, 60% cukup,
berdasarkan uji hipotesis yang telah dan 30% kurang. (2) Kemampuan
dilakukan melalui percobaan. Setelah menjawab pertanyaan mengapa, pada
siswa berdiskusi, perwakilan setip ke- kelompok tinggi 70% sangat baik, dan
lompok membacakan hasil yang di- 30% baik. Kelompok sedang 15% sa-
peroleh di depan kelas. ngat baik, 50% baik, dan 35% ber-
kriteria kurang. Kelompok rendah
Tahap-tahap yang siswa lalui dalam
40% cukup dan 60% kurang.
pembelajaran menggunakan LKS ber-
basis problem solving membuat siswa Saran untuk peneliti lain agar dapat
terlibat aktif dalam proses pembel- melakukan uji validitas terhadap soal
ajaran dan siswa dapat memahami pretest, sehingga dapat digunakan un-
materi koloid dengan baik. Hampir se- tuk mengelompokkan kemampuan
luruh siswa (97,5% siswa) menyata- kognitif siswa dengan tepat. Model
kan pembelajaran dengan diskusi ke- problem solving disarankan dapat
lompok, mengunakan LKS, dan me- digunakan dalam pembelajaran kimia,
lakukan praktikum sebelum memba- karena dapat melatihkan kemampuan
has teori membuat siswa lebih tertarik menjawab pertanyaan apa alasan
dengan pelajaran kimia. Seluruh siswa utama anda dan mengapa, serta dapat
menyatakan setuju apabila pada pem- membuat siswa aktif selama
belajaran materi kimia yang lain di- pembelajaran.
lakukan dengan cara diskusi kelom-
DAFTAR PUSTAKA
pok, menggunakan LKS, dan melaku-
kan praktikum sebelum membahas Aeniah, R. 2012. Analisis
Keterampilan Berpikir Kritis
teori.
Siswa Kelas XI pada
Pembelajaran Hidrolisis
SIMPULAN DAN SARAN Garam Menggunakan Model
Problem Solving. Skripsi.
Simpulan dari penelitian ini adalah: Diakses pada tanggal 28
November 2012 dari
(1) Kemampuan menjawab pertanyaan
http://repository.upi.edu/operat
apa alasan utama, pada kelompok or/upload/s_kim_0807110.pdf
tinggi 60% sangat baik, dan 40% baik.

9
Badan Standar Nasional Pendidikan. Purlistyani, Ika. 2012. Analisis
2006. Panduan penyusunan Keterampilan Berpikir Kritis
Kurikulum Tingkat Satuan Siswa Kelas XI Pada
Pendidikan Jenjang Pembelajaran Sifat-Sifat
Pendidikan Dasar dan Koloid dengan Metode
Menengah . BSNP. Jakarta. Discovery-Inquiry. Skripsi.
Diakses tanggal 14 Maret 2013
Costa, A.L. 1985. Developing dari
Minds: A Resource Book for http://repository.upi.edu/operat
Teaching Thinking. ASCD. or/upload/s_kim_0807600.pdf
Alexandria.
Setiowati. 2013. Analisis
Ennis, R. 1989. Evaluating Critical Keterampilan Berpikir Kritis
Thinking. Midwest Pada Materi Kesetimbangan
Publications. California Kimia Siswa Kelas XI IPA
SMA RSBI. Universitas
Nasution. 2000. Berbagai Pendekatan Lampung. Bandar Lampung.
dalam Proses Belajar Tidak dipublikasikan.
Mengajar. Jakarta. Bumi
Aksara. Slavin, R.E. 2005. Cooperative
Learning: Theory, Research,
Nessinta, N. 2009. Penerapan Metode and Practice. London:
Problem Solving Pada Materi Allymand Bacon.
Pokok Asam Basa Dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Wahyuni, S. Tanpa Tahun.
Siswa SMA 10 Bandar Mengembangkan
Lampung (Skripsi PTK). Keterampilan Berpikir Kritis
Universitas Lampung. Bandar Siswa Melalui Pembelajaran
Lampung. Tidak IPA Berbasis Problem-Based
dipublikasikan. Learning. Jurnal. Universitas
Terbuka. Diakses tanggal 13
Juni 2013 dari
http://www.pustaka.ut.ac.id/de
v25/pdfprosiding2/fmipa20114
6.pd

10

You might also like