Paper UTS Nano PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 29

RELASI STRUKTUR ELEKTON, KRISTAL, SEMIKONDUKTOR,

SERTA SIFAT FISIS BAHAN

RESUME
(Kuliah Nano Material)

Oleh

Weni Ayu Puja Kesuma

11115028

Prodi Fisika Institut Teknologi Sumatera

2018
DAFTAR ISI
Halaman Judul.............................................................................................................................i

Daftar Isi....................................................................................................................................ii

Bab 1 Pendahuluan.................................................................................................................... 1

Bab 2 Isi.....................................................................................................................................2

1. Struktur Elektron........................................................................................................2

1.1 Bilangan Kuantum Utama (n)....................................................................2

1.2 Bilangan Kuantum Azimuth (l).................................................................2

1.3 Bilangan Kuantum Magnetik (m)..............................................................4

1.4 Bilangan Kuantum Spin (s)........................................................................4

1.5 Diagram Orbital...........................................................................................5


2. Struktur Kristal...........................................................................................................7
2.1 Pengertian kristal..........................................................................................7
2.2 Sel Primitif dan Sel Konvensional...............................................................9
2.3 Kisi Bravais dan Non Bravais....................................................................10
2.4 Tipe-tipe Kisi Dasar...................................................................................10
3. Pita Energi Semikonduktor Tipe-p dan Tipe-n......................................................17

3.1 Pita Energi Semikonduktor........................................................................17


3.2 Semikonduktor Intrinsik..........................................................................18
3.3 Semikonduktor Ekstrinsi............................................................................19

3.3.1 Semikonduktor Tipe-p...........................................................................19

3.3.2 Semikonduktor Tipe-n..........................................................................20

4. Sifat Fisis Silikon...................................................................................................20


4.1 Sifat Struktur Silikon..............................................................................20
4.2 Sifat Optik Silikon...................................................................................21
.3 Sifat Listrik Silikon...................................................................................22
4.4 Sifat Magnet Silikon.................................................................................23

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Atom adalah suatu materi yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Pada dasarnya setiap bahan
terdiri atas atom-atom yang berikatan. Atom terdiri atas elekton-elektron yang mengelilingi
inti atom. Pada era klasik sudah banyak penelitian mengenai prilaku elektron dan
strukturnya. Struktur elektron menentukan sifat suatu materi. Dalam menentukan sifat materi
perlu diperhatikan struktur kristalnya. Kristal merupakan suatu bahan yang memiliki susunan
atom yang teratur atau membentuk pola serta periodik. Suatu materi dapat memiliki dua
karakteristik yang berbeda karena pengaruh susunan atomnya, sebagai contoh karbon.
Karbon memiliki dua jenis yaitu intan dan gravit. Gravit merupakan materi yang rapuh dan
berwarna hitam pekat, sedangkan intan merupakan material terkuat yang berkilauan. Sifat
tersebut membuat karbon menarik dan terus dikembangkan. Salah satu variabel yang
dikembangkan ialah ukuran partikelnya. Suatu materi yang memiliki ukuran partikel berbeda
akan memiliki karakteristik yang berbeda. Pada saat ini partikel berukuran nano (10-9m)
sangat digemari karena karakteristiknya (Fisika, biologi, dan kimia) yang istimewa. Salah
satu aplikasi nano material adalah semikonduktor. Semikonduktor merupakan bahan padatan
yang memiliki konduktivitas diantara konduktor dan isolator, contohnya adalah Si, Ge, GaAr,
dll. Semikonduktor telah merevolusi dunia, khususnya bidang elektronik. Semikonduktor
diaplikasikan pada transistor, dioda, rangkaian intergrated circuit, film tipis, dll. Unsur
semikonduktor yang paling sering digunakan ialah silikon karena sifat fisisnya yang baik
dalam berbagai aplikasi.

1
BAB 2
ISI
1. Struktur Elektron Dan Kaitannya Terhadap Sifat Material
Atom terdiri atas inti yang dikelilingi elektron-elektron. Pada atom terdapat elektron terikat
dan elektron bebas. Elektron bebas merupakan elektron yang tidak terpengaruhi gaya inti.
Elektron bebas sering disebut dengan istilah elektron valensi. Pada tabel periodik setiap unsur
digolongkan bedasarkan jumlah elektron valensinya, contoh golongan IVA memiliki empat
elektron valensi. Elektron valensi memiliki hubungan penting dengan bilangan kuantum.
Bilangan kuantum merupakan harga yang menyatakan kedudukan orbital suatu atom. Selain
bilangan kuantum diagram orbital juga merupakan hal yang harus diperhatikan. Bilangan
Kuatum terbagi atas empat jenis yaitu bilangan kuantum utama, azimuth, magnetik, serta
spin. Berikut merupakan korelasi bilangan kuantum dengan elektron valensi :

1.1 Bilangan Kuantum Utama (n)

Bilangan kuantum utama menyatakan tingkat energi atau kulit pada atom. Bilangan ini
merupakan penentu harga bilangan kuantum lainnya.

Tabel 1.1 Harga bilangan kuantum utama

Kulit (n) K L M N
Harga 1 2 3 4

1.2 Bilangan Kuantum Azimuth (l)

Bilangan kuantum azimuth/orbital (l) adalah suatu harga yang menyatakan sub kulit atom
dan bentuk geometri orbital pada atom. Relasi bilangan kuantum azimuth dan bilangan
kuantum utama didefinisikan dalam persamaan :

Tabel 1.2.1 Harga bilangan kuantum azimuth

Sub Nama Harga


Kulit
S Sharp 0
P Principal 1
D Difuse 2
f Fundamental 3

Berikut ini merupakan bentuk orbital sub-kulit dalam tiga dimensi berdasarkan fungsi orbital
x,y, dan z

2
(a)

(b)

(c)

(d)
Gambar 1. (a) bentuk orbital sub-kulit s, (b) bentuk bentuk orbital sub-kulit p berdasar fungsi
x,y,z, (c) bentuk bentuk orbital sub-kulit d berdasar fungsi 3D, (d) bentuk orbital sub-kulit f
berdasar fungsi x, y, z. [1]

3
Pada gambar satu terlihat bahwa pada sub kulit s bentuk orbital berupa satu balon, pada sub
kulit p terdapat du balon terpilin, pada sub kulit d bentuk orbital dua balon terpintil, dan pada
sub kulit d terlihat bahwa bentuk orbital balon terpilir. Setiap kulit memiliki sub kulit yang
dapat di isi elektron dengan kapasitas berbeda-beda. Berikut merupakan kulit-kulit atom
dalam keadaan penuh beserta harga bilangan kuantum azimuth

Tabel 1.2.2 Harga bilangan kuantum azimuth dan kulit atom dalam keadaan penuh

Kulit K L M N
Harga 0 0,1 0.1.2 0.1.2.3
Sub-kulit 1s 2s 2p 3s 3p 3d 4s 4p 4d 4f
Elektron maks 2 8 18 32

1.3 Bilangan Kuantum Magnetik (m)

Bilangan kuantum magnetik adalah suatu harga yang menyatakan banyak dan posisi/orientasi
orbital. Harga m yang diijinkan di setiap sub-kulitnya adalah : . Posisi atau
orientasi adalah tempat elektron bergerak didalam atom, dan masing-masing orbital maksimal
menampung sepasang elektron. Berikut tabel harga bilangan magnetik :

Tabel 1.3. Harga Bilangan Magnetik, Diagram Orbital, Dan Elektron Masimal Pada Sub-kulit

1.4 Bilangan Kuantum Spin

Bilangan kuantum spin (ms atau s) adalah suatu harga yang menyatakan kedudukan dan arah
rotasi elektron pada suatu orbital. Bilangan kuantum spin tidak digunakan dalam menentukan
keadaan orbital, hanya untuk menentukan perbedaan elektron pada orbital. Karena terdapat
dua elektron dalam satu orbital, sedangkan keduanya memiliki kutub padanya, maka nilai

4
elektron yang berpasangan dalam orbital tersebut harus berbeda nilai. Berikut tabel harga
bilangan spin:

Tabel 1.4 Harga Bilangan Spin Pada Elektron

Sumber : literatur [1]

1.5 Diagram Orbital

Diagram orbital menggambarkan urutan konfigurasi elektron dalam setiap kulit atom.
Konfigurasi elektron yang ditulis menggunakan bilangan kuantum harus memenuhi kaidah
berikut:

1) Azas Aufbau

Pengisian elektron pada sub-kulit diisi dari tingkat energi yang lebih rendah ke tingkat energi
yang lebih besar. Aturan pengisian sub-kulit:

Gambar 1.5.1 diagram pengisian elektron Azaz Aufbau [1]

5
Contoh pengisian kulit azaz Aufbau pada oksigen dan besi :

8O : 1s2 2s2 2p4

26Fe : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d8

2) Aturan Hund

Pengisian elektron pada orbital yang satu sub-kulit, mula-mula elektron mengisi satu di tiap
orbital, baru kemudian berpasangan. Berikut contoh pengisian elektron aturan Hund

Gambar 1.5.2 pengisian elektron pada beberapa sub kulit [1]

Penyimpangan pengisian sub-kulit terjadi pada sub-kulit d, karena menginginkan kestabilan.


Sub-kulit d stabil apabila terisi 5 atau 10 elektron, sehingga apabila terdapat 4 atau 9 elektron
pada sub-kulit d, maka sub-kulit d akan ‘meminjam’ elektron dari sub-kulit s. Contoh: 4s2
3d4 menjadi 4s1 3d5 Sub-kulit d juga mengalami penyimpangan pada unsur-unsur lantanida
dan aktinida, dimana sebelum mengisi sub-kulit f, terdapat satu elektron yang mengisi sub-
kulit d terlebih dahulu. Contoh: 6s2 4f8 menjadi 6s2 5d1 4f7

3) Larangan Pauli

Larangan pauli mengatur tentang keempat bilangan kuantum, tidak ada elektron dengan
keempat bilangan kuantum yang sama dalam satu atom. Berikut merupakan contoh pengisian
eletron dengan larangan pauli

Gambar 1.5.3 pengisian elektron pada atom C [1]

Penulisan konfigurasi elektron dapat dipersingkat dengan menggunakan notasi gas mulia.
Contoh: Unsur halogen dapat dipersingkat konfigurasi elektronnya dengan:

9F : [He] 2s2 2p5

17Cl : [Ne] 3s 2 3p 5

35Br : [Ar] 4s 2 4p 5

6
53I : [Kr] 5s 2 5p 5

85At: [Xe] 6s 2 6p 5 [1].

2. Struktur Kristal
2.1. Pengertian Kristal

Kristal merupakan suatu bahan yang memiliki susunan atom yang teratur atau membentuk
pola serta periodik. Susunan atom digambarkan dalam dua dimensi dengan sumbu x dan y.
Sumbu x dan y tidak harus saling orthogonal. Pada tiga dimensi susunan atom digambarkan
dalam pemodelan bola. Untuk mempermudah pemodelan dibuatlah istilah kristal ideal.
Kristal ideal diasumsikan memiliki sifat periodik pada kedua sumbu x dan y dari -∞ sampai
∞. Berikut merupakan gambar susunan periodik dari atom-atom kristal pada dua dimensi

Gambar 2.1.1 Kisi kristal

Setiap Kristal terdiri atas kisi + basis. Dalam kristallographi hanya sifat-sifat yang keluar
dari geometrikristal yang lebih ditekankan dibanding sifat-sifat yang muncul dari atom-atom
penyusun kristal. Oleh karena itu penggantian satu atom yang menempati sebuah titik
geometri pada posisi kesetimbangan menghasilkan pola titik-titik baru yang memiliki sifat
geometri yang sama namun sifat fisis yang berbeda. Pola geometri lebih sering diistilahkan
dengan nama kisi kristal. Sedangkan kumpulan dari atom-atom diistilahkan dengan basis.
Berikut merupakan gambar ksi dan basis dalam dua dimensi

Gambar 2.1.2 Penyusun struktur kristal (Handout sistem kristal, Wiendartun)

7
Berdasarkan sifat periodisitasnya setiap atom pada kristal ekuivalen, jika dilakukan
pengamatan atom-atom pada setiap titik kisi kristal hasilnya akan sama. Pernyataan tersebut
menunjukkan bahwa sebuah kristal memiliki simetri translasi. Berikut ini merupakan jenis
kisi yang diklasifisikan menurut simetri translasi.

A. Kisi dua dimensi


Berikut ilustrasi struktur kristal dalam gambaran dua dimensi

Gambar 2.1.3 (Pengantar fisika zat padat, Maya Oktaviani)

T merupakan vektor translasi, sedangkan A, B, C merupakan atom-atom penyusun kristal, a1


adalah jarak antara atom. Vektor posisi dari setiap titik kisi dua dimensi dapat dirumuskan
T= n1a1 + n2a2 dengan a1 dan a2 merupakan ventor translasi primitif, sedangkan n1 dan n2
adalah bilangan bulat yang nilainya bergantung kedudukan titik kisi.

B. Kisi Tiga Dimensi


Berikut ilustrasi struktur kristal dalam gambaran tiga dimensi

Gambar 2.1.4 Kisi tiga dimensi (Pengantar fisika zat padat, Maya Oktaviani)

Pada kisi tiga dimensi, vektor posisi untuk titik-titik kisi adalah sebegai berikut
T = n1a1 + n2a2 + n3a3
a1, a2, a3 merupakan vektor translasi primitif sedangkan α, β, dan γ merupakan sudut yang
dibentuk vektor translasi primitif.

8
2.2 Sel Primitif dan Sel Konvensional
Sel primitif merupakan sel yang memiliki luas atau olume terkecil. Sel Primitif dibangun oleh
vektor basis. Pada sel primitif hanya terdapat satu titik kisi. Berikut merupakan gambar sel
primitif dan bukan sel primitif

Gambar 2.2.1 Sel primitif (Handout sistem kristal, Wiendartun)

Salah satu cara menentukan sel primitif adalah dengan metode Wigner Seitz. Berikut ini
merupakan langkah-langkahnya
1. Menentukan salah satu titik kisi sebagai acuan
2. Menghubungkan titik acuan dengan titik kisi terdekat
3. Membuat garis di tengah-tengah garis penghubung, garis tegak lurus terhadap garis
Penghubung
4. Luas terkecil (2 dimensi) atau volume terkecil (3 dimensi) yang dilingkungi oleh garis-
garis atau
bidang-bidang ini yang disebut sel primitif Wigner-Seitz
Berikut merupakan gambar penentuan sel primitif metode wigner seitz

9
Gambar 2.2.2 Sel primitif metode wiger seitz (Pengantar fisika zat padat, Maya Oktaviani)

Pada gambar diatas sel primitif ditandai dengan warna kuning yang merupakan luas terkecil
dari bidang tersebut.
Sel konvensional adalah sel yang mempunyai luas atau volume bukan yang terkecil, artinya
memiliki luas atau volume kelipatan dari sel primitif. Berikut gambar sel konvensional

Gambar 2.2.3 Kisi konvensional

2.3 Kisi Bravais dan Non Bravais


Kisi bravais merupakan kisi yang memiliki titik-titik kisi yang ekuivalaen sehingga titik-titik
kisi tersebut dalam kristal akan ditempati oleh atom-atom yang sejenis. Kisi non bravais
merupakan kisi yang memiliki titik-titik tidak ekuivalen. Berikut gambar kisi bravais dan non
bravais

10
Gambar 2.3 Kisi bravais non bravais(Pengantar fisika zat padat, Maya Oktaviani)

Titik A, B, dan C merupakan kisi bravais yang titik-titiknya saling ekuivalen. Titik A dan A1
merupakan kisi non bravais.

2.4 Tipe-tipe Kisi Dasar


Berdasarkan pada parameter kristal maka kisi dasar dapat dipandang secara dua dimensi atau
tiga dimensi sesuai kebutuhan. Kisi pada dua dimensi diklasifikasikan menjadi lima jenis
yaitu sebagai berikut

1. Kisi Miring
Pada kisi miring sel satuannya berbentuk jajar genjang. Berikut merupakan gambar kisi
miring

Gambar 2.4.1 Kisi miring (Pengantar fisika zat padat, Maya Oktaviani)

Panjang vektor kedua sisi berbeda atau │ā1│ ≠ │ā2│, dan kedua sisi saling tegak lurus atau φ
= 900

2. Kisi Bujur sangkar

Gambar 2.4.2 Kisi bujur sangkar (Handout sistem kristal, Wiendartun)

11
Panjang vektor kedua sisi harus sama atau │ā1│ = │ā2│dan kedua sisi saling tegak lurus atau
φ = 900 . Pada kisi bujur sangkar sel konvensionaldan sel primitif berjumlah satu.

3. Kisi Hexagonal
Kisi hexagonal memiliki sel satuan yang berbentuk belah ketupat. Kisi hexagonal
digambarkan sebagai berikut

Gambar 2.4.3 Kisi hexagonal (Handout sistem kristal, Wiendartun)

Panjang vektor kedua sisi harus sama atau │ā1│ = │ā2│, namun kedua sisi membentuk sudut
1200 . Pada kisi hexagonal sel konvensional berjumlah 3 karena mengandung satu sel
tambahan pada pusatnya. Sel primitifnya berjumlah satu buah.

4. Kisi Segipanjang
Kisi segipanjang memiliki ciri-ciri panjang vektor kedua sisi berbeda atau │ā1│ ≠ │ā2│, dan
kedua sisi saling tegak lurus atau φ = 900

Gambar 2.4.4 Kisi segipanjang (Handout sistem kristal, Wiendartun)

5. Kisi Segipanjang Berpusat


Kisi segipanjang berpusat memiliki satu atom pada pusat. Berikut merupakan gambar kisi
segipanjang berpusat

12
Gambar 2.4.5.1 Kisi segipanjang berpusat (Handout sistem kristal, Wiendartun)

Panjang vektor kedua sisi berbeda atau │ā1│ ≠ │ā2│, dan kedua sisi saling tegak lurus atau φ
= 900. Pada kisi segipanjang berpusat, sel konvensional berjumlah dua karena ada tambahan
satu pada pusatnya, sedangkan sel primitifnya berjumlah satu

Pada kisi tiga dimensi sistem kristal merupakan susunan khas atom-atom dalam kristal.
Struktur kristal dibangun dari sel satuan. Berikut merupakan gambar sel satuan diantara kisi
tiga dimensi

Gambar 2.4.5.2 Sel satuan (Materials science and egineering an introduction)

Sel satuan atau unit cel merupakan pola berulang dalam tiga dimensi dan membentuk kisi
suatu kristal. Unit sel digambarkan sebagai volume terkecil suatu zat padat. Pada wikipedia
dijelaskan juga bahwa sel unit merupakan susunan spatial atom-atom yang mengekor secara
tiga dimensi untuk menggambarkan kristalnya. Sel unit terdiri atas tujuh sistem kristal dan
tujuh kisi bravais. Berikut Merupakan tabel ciri-ciri sistem kristal dan kisi bravais kristal

13
Gambar 2.4.5.3 Sistem kristal [5]
Pada gambar diatas seluruhnya adalah sel konvensional, hanya sel simple cubic yang
merupakan sel primitif. Biasanya sel nonprimitif memiliki hubungan yang lebih nyata dengan
operasi titik simetri daripada yang dimiliki sel primitive. Sistem kristal yang sering dijumpai
dalam logam adalah sistem kubus dan hexagonal.

1). Kubus Sederhana


Pada kubus sederhana sel primitif sama dengan sel konvensional. Pada kubus ini terdapat
delapan atom dengan satu atomnya digunakan delapan kubus sel bersamaan sehingga jumlah
titik kisi = 8 x = 1 buah. Panjang ā1 = aẋ, panjang ā2 = aŷ dan panjangn ā3 = aẑ

Jumlah atom tetangga terdekat adalah 6.

14
2) Kubus Pusat Sisi (Face centered cubic = FCC)

Dalam tiga dimensi sel satuan FCC digambarkan sebagai berikut

Gambar 2.4.5.4 (a) pemodelan bola FCC termampatkan, (b) pemodelan atom FCC secara
simpel ,(c) Sel satuan FCC dalam kisi 3D [4]

Pada kubus pusat sisi sel primitf tidak sama dengan sel konvensional, jumlah titik kisi pada
sel primitif satu buah dan pada sel konvensional dua buah. Jarak terdekat dengan atom lain
adalah 2a/ , sudut antara sisi 600 , serta jumlah atom tetangga terdekat adalah duabelas.
Berikut gambar vektor primitif :

Gambar 2.4.5.5 vektor FCC [Pengantar fisika zat padat, Maya Oktaviani]

15
FCC memiliki tiga vektro dengan panjang vektor a1 = , panjang vektor a2 =

, dan panjanh vektor a3 = . Hubungan konstanta kisi dengan jari-jari atom

3) Kubus Pusat Badan (Body centered cubic = BCC)

Sel satuan BCC digambarkan seperti gambar berikut

Gambar 2.5.4.6 (a) pemodelan bola BCC termampatkan, (b) pemodelan atom BCC simpel,
(c) Sel satuan BCC dalam kisi 3D [Material Science And Engenering An introduction]

Dari gambar diatas dapat diketahu bahwa :


Sel Primitif ≠ sel konvensional, jumlah titik lattice pada sel primitiv = 8 x 1/8 = 1 buah,
jumlah kisi pada sel konvensional = (8 x 1/8) + (6 x 1/2) = 4 buah, Jarak tetangga terdekat :
, dan jumlah tetangga terdekat : 8

Berikut merupakan gambar vektor primitive translasinya :

Gambar 2.5.4.7 vektor translasi atom BCC [Pengantar fisika zat padat, Maya Oktaviani]

16
Dati gambar tersebut dapat didefinisikan vektor translasinya sebagai berikut
a1 = a/2 (x + y–z )
a2 = a/2 (-x + y + z)
a3 = a/2 (x –y + z ).
Hubungan konstanta kisi dengan jari-jari atom

4. Hexagonal (Hexagonal close-packed = HCP)


Pada HCP Sumbu Konvensional nya adalah a = b ≠ c. Jumlah kisi satu serta Sudut : α = β =
900 & γ = 1200. Berikut merupakan gambar sel satuan HCP

Gambar 2.5.4.8 (a) pemodelan atom HCP secara sederhana, (b) pemodelan HCP
termampatkan [Material Science And Engenering An introduction]

Berikut merupakan tabel contoh unsur logam yang memiliki struktur kristal FCC, BCC, dan
HCP
Tabel 2.1 Struktur Kristal dan Radius Atom Pada Logam

Sumber : [Material Science And Engenering An introduction]

3. Pita Energi Semikonduktor Tipe-p dan Tipe-n


3.1 Pita Energi Semikonduktor

17
Berdasar sifat listrik, bahan padat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu konduktor, isolator ,
dan semi konduktor. Bahan semikonduktor merupakan suatu bahan yang memiliki
konduktivitas diantara konduktor dan isolator yaitu 10-5 sampai 105 ohm-meter. Untuk
menjelaskan konduktivitas bahan sering digunakan konsep pita energi. Pita energi merupakan
kumpulan tingkat energi yang sangat rapat. Pita energi terdiri atas pita valensi dan pita
konduksi. Pita valensi berisi elektron-elektron bebas. Setiap pita memiliki 2N elektron
dengan N merupakan jumlah atom. Bila ada elekton yang tersisa makan eletron tersebut akan
mengisi pita konduksi. Pada suhu 0 kelvin, pita konduksi terisi sebagian untuk bahan
konduktor, sedangkan untuk isolator dan semikonduktor tidak ada elektron yang mengisi pita
konduksi [6]. Berikut merupakan gambar pita energi:

Gambar 3.1 Pita Energi [7]

Gambar diatas menunjukkan perbedaan konduktor, semikonduktor , dan isolator terletak pada
energi gap Eg. Energi gap adalah energi minimum yang diperlukan elektron untuk meloncat
dari pita valensi ke pita konduksi. Pada bahan konduktor pita konduksi dan pita valensi saling
berhimpit sehingga Eg = 0. Pada isolator jarak antara pita valensi dan pita konduksi sangat
jauh sehingga diperlukan energi gap yang besar yaitu Eg ~6 eV. Sedangkan pada bahan
semikonduktor jarak pita valensi dan pita konduksi tidak terlalu jauh sehingga energi gap
yang dipelukan untuk meloncatkan elektron tidak terlalu besar yaitu Eg ~1 eV. Jarak antara
pita valensi dan pita konduksi diistilahkan sebagai pita terlarang. Pada pita terlarang tidak
mungkin terdapat elektron.

3.2 Semikonduktor Instrinsik

Semikonduktor intrinsik merupakan semikonduktor yang tidak memiliki doppan atau murni.
Contoh semikonduktor intrinsik adalah Si dan Ge. Pada suhu 0 K, kristal semikonduktor
intrinsik memiliki sifatisolator sedangkan pada suhu kamar T bersifat konduktor. Hal ini
terjadi karena beberapa ikatan kovalen terputus akibat energi termal sehingga terdapat
elektron yang bebas dalam kristal seta meninggalkan hole. Berikut ilustrasi terlepasnya
elektron pada kristal Si :

18
Gambar 3.2 Struktur kristal silikon [7]

Pada semikonduktor intrinsik, konsentrasi elektron bebas (n) dan konsentrasi hole (p)
seimbang atau (n=p=ni) dengan ni merupakan konsentrasi instrinsik.

3.3 Semikonduktor Ekstrinsik

Semikonduktor ekstrinsik merupan semikonduktor yang didoping/impuritas dengan unsur


lain. Tujuan dilakukan pendoppingan ialah untuk menaikkan konduktivitas suatu bahan.
Konsentrasi doping ~ 1 ppm dengan perbandingan atom dopant : atom murni = 1 : 106 sampai
dengan 108. Semikonduktor ekstrinsik dikelompokkan menjadi dua yaitu tipe p dan tipe n.

3.3.1 Semikonduktor Tipe-p

Pada Tipe-p atom pengotornya disebut atom akseptor. Semikonduktor tipe ini memperoleh
doping dari atom trivalen, yaitu atom yang memiliki tiga elektron valensi. Dalam mencapai
posisi setimbangnya, atom kekurangan satu elektron atau kelebihan satu hole sehingga
sebagian besar hole terjadi karena dopping dan hole menjadi pembawa muatan mayoritas.
Berikut contoh gambar kristal silikon didoping Indium :

Gambar 3.3.1 Struktur kristal SiIn [7]

19
Pada saat pemberian impuritas akan muncul tingkat energi akseptor diatas pita valensi yaitu
0,05 eV. Setelah pemberian impuritas, energi yang diperlukan elektron untuk meloncat dari
pita valensi ke tingkat energi akseptor sangat kecil sehingga akan timbul hole pada pita
valensi. Semikonduktor tipe akan mengalami perubahan konduktivitas menjadi :
dengan merupakan mobilitas hole.

3.3.2 Semikonduktor Tipe-n

Pada semikonduktor tipe-n atom dopant diistilahkan dengan atom donor. Atom donor tipe n
merupakan atom-atom yang memiliki elektron valensi lima (Pentavalent). Dalam mencapai
keadaan setimbangnya, atom kelebihan satu elektron sehingga sebagian besar elektron bebas
terjadi akibat doping dan elektron menjadi pembawa muatan mayoritas, sedangkan hole
adalah pembawa muatan minoritas. Berikut merupakan gambar ilustrasi pemberian atom
donor As pada silikon:

Gambar 3.3.2 Struktur kristal SiAs [7]

Pada gambar diatas terlihat bahwa elektron bebas sebagian besar terjadi akibat impuritas .
Pada saat pemberian impuritas akan muncul tingkat energi donor dibawah pita konduksi
yaitu 0,05 eV. Setelah pemberian impuritas maka hampir semua elektron donor berada pada
pita konduksi akibat generation akibat agitasi termal. Pada tipe-n konduktivitas dirumuskan
dengan persamaan dengan adalah mobilitas elektron.

4. Sifat Fisis Silikon


Golongan IV A terdiri atas enam unsur, yaitu karbon, silikon, germanium, timbal, timah, dan
flerovium. Keenam unsur tersebut memiliki sifat fisis yang berbeda. Sifat fisis dapat
dijadikan pedoman dalam pembuatan bahan. Sifat fisis terbagi atas empat sifat, yaitu sifat
struktur, sifat optik, sifat listrik, serta sifat magnet. Berikut penjelasannya
4.1 Sifat Struktur Silikon
Sifat struktur suatu bahan terdiri atas struktur elektron dan struktur kristal. Untuk mengetahui
sifat struktur suatu unsur maka kita harus mengetahui elektron valensinnya(EV). Semua

20
golongan IV A memiliki EV berjumlah empat (tetravalen). Silikon tidak lebih reaktiv
daripada karbon. Silikon memiliki konvigurasi elektron sebagai berikut :

Gambar 4.1.1 Diagram orbital silikon

Pada gambar diatas terlihat bahwa sub kulit 3P tidak terisi penuh sehingga spinnya
berlawanan arah jarum jam dan kurang stabil.
Silikon memiliki struktur kristal kubus berlian dengan jarak kisi 0,5430710 nm atau
5.430710 Å. Setiap atom terhubung ke empat atom terdekatnya membentuk ikatan kovalen
dengan sudut 109,50.

Gambar 4.1.2 kristal berlian Silikon [8]

Silikon memiliki titik leleh yang tinggi, yaitu 1410 0C. Titik didih silikon adalah 2355 0C.
Kerapatan massa silikon adalah 2,33 g/cm3. Silikon tidak larut dalam air namun bersifat
hidrofilik, yaitu mampu menyerap air. Karena sifat hidrofilik inilah silikon sering
diaplikasikan pada penyaring air, bubuk anti lembab, bahan penetral limbah, bahan campuran
magnet komposit, dll.

4.2 Sifat Optik Silikon

Sifat optik adalah respon material terhadap radiasi elektromagnetik khususnya cahaya
tampak. Semua cahaya tampak tidak bisa ditransmisikan oleh logam , sehingga logam adalah
opaque. Sebagaian besar cahaya tampak akan dipantulkan kembali ke udara, hanya sebagian
kecil yang diserap. Warna logam tergantung dari panjang gelombang yang dipantulkan.
Indeks bias adalah penurunan kecepatan gelombang cahaya tampak yang ditransmisikan

21
didalam suatu media. Indeks bias merupakan rasio kecepatan cahaya pada ruang hampa
dengan kecepatan pada media. Silikon sering digunakan sebagai bahan utama pembuatan
kaca karena kuat dan memiliki indeks bias tinggi yaitu n=1.458

4.3 Sifat Listrik Silikon

Pada dasarnya sifat listrik suatu zat padat dapat dikelompokkan berdasarkan kemampuannya
dalam menghantarkan listrik atau konduktivitas. Bahan konduktor merupakan bahan yang
dapat menghantarkan listrik dengan baik atau memiliki banyak elektron bebas. Bahan isolator
merupakan bahan yang tidak dapat menghantarkan listrik dengan baik. Bahan isolator
dicirikan tidak mengandung elektron bebas. Bahan semikonduktor merupakan bahan yang
memiliki hambatan jenis diatara konduktor dan isolator.

Tabel 4.3 Konduktivitas Bahan Padat


Bahan Konduktivitas σ (ΩM)-1
Konduktor 107
Isolator antara 10-10 dan 10-20
Semikonduktor antara 10-6 dan 104

Selain itu sifat listrik juga dapat dilihat berdasarkan besar energi gapnya. Berikut bagan
karakterisasi sifat listrik dengan energi gab:

Gambar 4.3 Bagan karakterisasi bahan listrik


Silikon memiliki Konduktivitas sebesar 4x10-4 (ΩM)-1 dan energi gab sebesar 1,11 eV, karena
itu silikon diklasifikasikan sebagai bahan semikonduktor. Karena sifat listrik inilah silikon
digunakan sebagai bahan dioda, transistor, film tipis sel surya, dan IC. Semikonduktor silikon

22
lebih seringdigunakan dibandingkan germanium walau energi gab silikon lebih tinggi, hal ini
disebakan silikon memiliki kesetabilan termal pada suhu tinggi.

4.4 Sifat magnet Silikon

Elektron merupakan muatan negatif pada atom. Elektron bergerak mengitari atom, gerakan
ini disebut gerak orbital. Ketika elektron bergerak mengitari inti akan timbul medan listrik,
menurut Oersted efek magnetik dapat dihasilkan oleh muatan listrik yang bergerak, karena itu
setiap bahan memiliki sifat kemagnetannya masing-masing. Untuk mengetahui sifat
kemagnetan suatu bahan perlu dilakukan magnetisasi, yaitu pemberian medan magnet luar H
pada suatu bahan untuk mengetahui respon bahan tersebut. Magnetisasi dirumuskan dengan
persamaan M = dengan merupakan suseptibilitas magnet. Respon bahan saat
magnetisasi berupa induksi magnet atau densitas fluks magnet B. Hubungan H dan B
dirumuskan dalam persamaan B = dengan merupakan konstanta magnetik
yang bernilai . Sifat magnet diklasifikasikan berdasarkan suseptibilitas
magnetnya. Berikut tiga kelompok bahan menurut nilai suseptibiltas magnetnya:

Tabel 4.4.1 Suseptibilitas Bahan Padat

Bahan Suseptibilitas magnet


Diamagnetik
Paramagnetik namun
Ferromagnetik namun

Bahan diamagnetik merupakan bahan yang terdiri atas atom-atom atau molekul-molekul yang
tidak memiliki dipol magnet permanen. Ketika bahan tersebut diberi magnetisasi maka bahan
tersebut akan menghasilkan medan magnet internal yang berlawanan dengan H sehingga
medan magnet dalam B lebih kecil dari H. Contoh bahan diamagnetik adalah emas, perak,
dll.

Bahan paramagnetik adalah bahan yang ketika diberi medan magnet luar H akan memiliki
momen dipol terorientasi, namun ketika tidak ada H arah dipolnya menjadi acak seperti pada
gambar berikut :

23
(a) (b)

Gambar 4.4.1 Arah orientasi dipol magnet bahan paramagnetik [9]

Berdasarkan buku Solid State Physics karangan Ashcroft dan Maermin halaman 672, bahan
paramagnetik memiliki momen magnet yang tidak langsung hilang, atau "magnetisasi
spontan" meskipun sudah tidak ada medan magnet luar. Jika tidak ada interaksi magnetis,
dengan tidak adanya medan, momen magnetik individual akan mengalami gangguan suhu
secara termal, sehingga momen dipol akan menunjuk ke arah rendom Seperti pada gambar
4.4 (b).

Bahan Feromagnetik merupakan yang ketika dimagnetisasi akan menghasilkan magnetisasi


permanen walau sudah tidak diberi medan luar. Untuk bahan feromagnetik, permeabilitas
magnet tidak lagi konstan, namun merupakan fungsi dari intensitas magnet. Berikut gambar
arah dipol magnet ferromagnetik :

Gambar 4.4.2 Arah orientasi dipol magnet bahan ferromagnetik [11]

Gambar diatas menunjukkan mekanisme makroskopis bahan ferromagnetik sebelum dan


sesudah magnetisasi. Sebelum magnetisasi arah masing masing domain tidak teratur, setelah
magnetisasi arah nya sangat teratur dan searah dengan medan magnet luarnya.

24
Selain mengelilingi inti, elektron dalam atom juga mengelilingi diri sendiri yang disebut
gerak spin. Teknik lain dalam menentukan sifat magnet adalah dengan melihat jumlah
elektron yang berpasangan pada kulit akhir seperti pada bagan berikut :

Bagan 4.4 Hubungan Spin Berpasangan Dengan Sifat Bagnet Bahan Padat

Hampir tidak ada Feromagnetik

Jumlah Spin yang


Sedikit Paramagnetik
berpasangan

Hampir semua Diamagnetik

Silikon memiliki Suseptibilitas magnet -0.41 x 10-5 dan hampir semua elektron berpasangan,
hanya dua elektron pada sub kulit 3p2 yang tidak berpasangan sehingga silikon diidentifikasi
sebagai bahan diamagnetik. Kualitas suatu bahan parmagnetik dipandang dari kurva
histerisnya. Makin lebar kurva histerisis makin baik kemagnetannya. Berikut penjelasan
kurva histerisis :

Gambar kurva histerisis bahan magnet [9]

25
Pada kurva diatas mula-mula intensitas magnet luar H diperbesar dari titik nol secara kontinu,
maka harga B akan naik mengikuti lengkungan magnetisasi hingga mencapai H maksimum.
H maksimum terjadi pada titik magnetisasi jenuh (Ms).Kemudian nilai H diperkecil, dan nilai
B tidak mengikuti lengkungan magnetisasi semula karena masih ada medan magnet yang
tersisa, sehingga pada nilai H yang sama akan diperoleh dua nilai permeabilitas.

Titik r menggambarkan pada saat intensitas magnet luar bernilai nol, medan magnet internal
B masih ada. Untuk menghilangkan B, maka diperlukan intensitas magnet balik (Hc). Ketika
nilai B sudah nol kemudian intensitas magnet balik diperbesar, maka magnetisasi M dan
medan magnet internal B akan berubah arah menjadi –M dan –B dan kembali ke titik awal
sehingga terbentuk loop tertutup. Berikut merupakan beberapa harga suseptibilitas bahan
paramagnetik dan diamagnetik :

Tabel 4.2.2 Suseptibilitas Bahan Paramagnetik dan Diamagnetik Pada Suhu 300 K

Sumber : (Kshitij Education India Classification-of-magnetic-substances)

26
Daftar Pustaka

[1] https://materi78.co.nr (2014) Diakses pada 07/03/18 pukul 15.00

[2]http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/195708071982112-WIEN-
DARTUN/1.Struktur_Kristal_%28hand_out%29.pdf diakses pada 08/03/18 pukul 09.00

[3] https://id.scribd.com/document/330261191/123741305-STRUKTUR-KRISTAL-pdf di-


akses pada 07/03/18 pukul 19.23

[4] D. Callister William and G. Rethwisch, Material Science And Engenering An introduc-
tion Eight Edition, United State Of America: Library of Congress Cataloging-in-publica-
tion data.

[5] https://ciripo.wordpress.com/2011/12/22/kristal/ diakses pada 03/03/18 pukul 20.23

[6] http://staff.ui.ac.id/system/files/users/sastra.kusuma/material/05semikonduktor.pdf . di-


akses pada 03/03/18 pukul 21.00

[7] Tri Maryana Okky, Kuliah Semikonduktor, Lampung Selatan : ITERA (2018)

[8] https://id.wikipedia.org/wiki/Struktur_kristal diakses pada 03/03/2018 pukul : 08.06 WIB

[9] Bahtiar Ali, Handout Kuliah Listrik Magnet II, Bandung : Universitas Padjajaran (2007)

[10] Ashcroft Neil and Mermin David, Solid State Physics, New York : Harcourt College
Publisher (1976)

[11] http://www.kshitij-iitjee.com/Classification-of-magnetic-substances/ diakses pada


10/03/18 pukul 22.38

27

You might also like