Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENERTIBAN HEWAN TERNAK DI

KECAMATAN BANAWA KABUPATEN DONGGALA


Mohammad Reza
echa_mohammad@yahoo.co.id
Mahasiswa Program Studi Magister Administrasi Publik Pascasarjana Universitas Tadulako

Abstract
This research is intended to describe the implementation of animal livestock control in
Banawa Subdistrict, Donggala Regency. This research was descriptive-qualitative research. The
data collection was done through observation, interview, and documentation. The sample of this
research was 7 informants selected purposively. The result of research showed that The
Implementation of Animal Livestock Control Policy in Banawa Subdistrict, Donggala Regency is
not optimum yet, because of several aspects influence it, i.e. 1) The objective and the purpose of
Animal Livestock Control Policy in Banawa Subdistrict, Donggala Regency have been already
good. 2) the resources for implementing Animal Livestock Control Policy in Banawa Subdistrict,
Donggala Regency have not been good. 3) The activity of The Implementation of Animal Livestock
Control Policy in Banawa Subdistrict, Donggala Regency has not been good yet. 4) The
characteristics of the implementer in The Implementation of Animal Livestock Control Policy in
Banawa Subdistrict, Donggala Regency have not been good yet. 5) The economic, social and
political condition in implementation Animal Livestock Control Policy in Banawa Subdistrict,
Donggala Regency has been already good. 6) The disposition in implementation Animal Livestock
Control Policy in Banawa Subdistrict, Donggala Regency has not been good.
Keywords: Implementation, Policy, Resources, Coordination, Characteristics, Social-politics,
Disposition.

Sebagai bangsa yang masyarakatnya ketat terhadap kehidupan hewan ternak yang
mayoritas berprofesi sebagai petani dan dahulunya mudah berkeliaran.
variannya seperti perternak, maka beradaan Untuk memberikan stimulus dalam
hewan ternak merupakan potensi ekonomi pembangunan daerah, Pemerintah Pusat
masyarakat yang terus dipacu mengadakan perlombaan penataan kota yang
perkembangannya, sehingga berbagai dinilai dari segi kebersihan, keteraturan, dan
program swasembada pangan menjadi ketertiban yang sering disebut dengan nama
prioritas pembangunan di daerah - daerah Piala Adipura, yang membuat berbagai
yang memiliki potensi pertenakan hewan, daerah berlomba – lomba untuk melakukan
yang tentunya berbasis pada masyarakat yang penataan pembangunan, salah satunya
menjadi tulang punggung pembangunan melalui penertiban hewan ternak yang
daerah. berkeliaran di pusat perkotaan. Hal ini
Disisi lain, pembangunan diberbagai membuat kota - kota besar maupun kecil
daerah saat ini secara infrastruktur terus menerbitkan kebijakan – kebijakan yang bisa
ditingkatkan, sehingga penataan pusat - pusat mendukung penataan kota .
pembangunan di perkotaan mengalami Salah satunya adalah Kabupaten
peningkatan yang signifikan, yang akhirnya Donggala Propinsi Sulawesi Tengah yang
melahirkan kota - kota kecil yang memiliki terus melakukan penertiban hewan ternak di
penataan tata kota yang sudah teratur, yang seluruh wilayahnya, yang dikuatkan dengan
akhirnya membutuhkan aturan – aturan yang diterbitkannya Peraturan Daerah No. 14
Tahun 2010 tentang Peternakan dan

39
40 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 6, Juni 2016 hlm 39-48 ISSN: 2302-2019

Penertibannya di Kabupaten Donggala. Hal penetapan kandang atau penangkaran ternak


ini memberikan ketegasan kepada seluruh harus juah dari:
perangkat daerah yang terkait untuk 1. Pemukiman Penduduk ;
menjalankan amanah peraturan daerah 2. Rumah Ibadah ;
tersebut, khususnya kepada perangkat 3. Tempat Pendidikan ;
wilayah yang berhadapan langsung dengan 4. Sungai - sunggai/sumber - sumber air
problematika kehidupan masyarakat bawah, bersih yang berada di wilayah kabupaten
yang mayoritas sebagai petani dan peternak . donggala ;
Dalam memori penjelasan Perda No. 5. Pasar – Pasar
14 Tahun 2010 tersebut diatas, dapat 6. Terminal, dan
disimpulkan bahwa keberadaan Perda 7. Tempat – tempat keramaiannya lainnya.
tersebut untuk mewujudkan Kabupaten Dari segi ketertiban, dalam pasal 10
Donggala yang bersih, indah, dan tertib serta jelaskan bahwa setiap peternak tidak
menjaga keselarasan ekosistem lingkungan diperkenankan melepaskan ternaknya untuk
hidup dan alam sekitarnya, perlu penataan, berkeliaran yang dapat:
pemeriharaan dan penertiban pada semua 1. Mengganggu kelancaran lalu lintas yang
aspek kehidupan masyarakat dengan dapat menimbulkan kecelakaan.
melakukan penertiban hewan ternak yang 2. Mengganggu atau merusak barang milik
dapat menganggu atau mempengaruhi orang lain ;
aktivitas kehidupan masyarakat itu sendiri. 3. Menimbulkan pencemaran, dan
Dalam rangka pemulihan ekosistem alam 4. Merusak keindahan dan kebersihan
yang sudah rusak melalui penghijauan, Kabupaten Donggala.
reboisasi, pengolahan pertanian dan Penertiban Hewan Ternak di
perkebunan memerlukan dana yang sangat Kabupaten Donggala juga menjadi perhatian
besar, maka perlu diamankan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
gangguan/pengrusakan ternak yang Kabupaten Donggala. Hal ini dianggap serius
berkeliaran dimana – mana, sehinggaa oleh anggota DPRD Kabupaten Donggala,
mengganggu ketertiban lalu lintas yang dapat sehingga membentuk Panitia Khusus
mencelakakan pemakai jalan. (PANSUS) guna membicarakan secara
Sejak pemberlakuan Peraturan Daerah khusus dengan Satuan Kerja Perangkat
No. 14 Tahun 2010 tentang Peternakan dan Daerah (SKPD) terkait dengan penertiban
Penertibannya di Kabupaten Donggala, telah hewan ternak yang masih menjadi masalah di
banyak tindakan yang dilakukan oleh pihak Kabupaten Donggala (Media Al-Khairaat,
pemerintah untuk mengalakkan pelaksanaan Selasa 8 September 2015).
kebijakan, baik secara formal maupun Hasil observasi lapangan (20
informal. Namun faktanya masih belum September 2015), peneliti juga menemukan
terlaksana secara optimal, yang membuat masih seringnya hewan ternak berkeliaran di
masyarakat mempertanyakan konsistensi dan halaman – halaman kantor pemerintahan di
komitmen pemerintah dalam pelaksanaan Kecamatan Banawa, tanpa adanya razia
kebijakan penertiban hewan ternak di hewan ternak oleh tim terpadu yang sudah
Kabupaten Donggala. dibentuk oleh Bupati Donggala. Peneliti juga
Dalam Peraturan Daerah No. 14 Tahun menemukan bahwa jumlah hewan ternak
2010 tentang Peternakan dan Penertibannya, yang di kecamatan Banawa sebanyak 3907
disebutkan bahwa Ternak adalah semua jenis ekor, dimana hewan ternak sapi sebanyak
hewan yang diternakan seseorang atau badan. 1.524 ekor dan hewan ternak kambing
Disebutkan pula dalam Pasal 6, bahwa sebanyak 2.383 ekor (Data Sekunder 2016).
Mohammad Reza, Implementasi Kebijakan Penertiban Hewan Ternak Di Kecamatan Banawa……………………….41

Berdasarkan Uraian Diatas, Untuk bahwa kebijakan publik dibuat oleh badan
Mengkaji Dan Menelaah Serta Untuk pemerintah dan kebijakan publik juga
Mengetahui Kebijakan Dan Implementasi menyangkut pilihan yang harus dilakukan
Penertiban Hewan Ternak, Penulis Memilih atau tidak dilakukan. Segala keputusan yang
Judul “ Implementasi Kebijakan Penertiban diambil pemerintah adalah kebijakan, namun
Herwan Ternak Di Kecamatan Banawa tidak mengambil keputusan pun adalah suatu
Kabupaten Donggala “ . Yang menjadi kebijakan.
pertanyaan dalam kajian ini adalah: “ Jones yang dikutip oleh Rahkmat (2009
Bagaimana Implementasi Kebijakan ; 5) mendefenisikan kebijakan publik sebagai
Penertiban Herwan Ternak Di Kecamatan prilaku yang tetap dan berulang dalam
Banawa Kabupaten Donggala ?” Tujuannya hubungan dengan usaha yang ada didalam
Mendeskripsikan Implementasi Kebijakan dan melalui pemerintah untuk memecahkan
Penertiban Herwan Ternak Di Kecamatan masalah publik. Pemikiran yang serupa
Banawa Kabupaten Donggala. Dan dikemukakan oleh Chander dan Plano
bermanfaat memberikan konsep dan (Rahkmat 2009 ; 5), bahwa kebijakan publik
pendekatan dalam Pelaksanaan Kebijakan adalah pemanfaatan yang strategis terhadap
Penertiban Hewan Ternak Kecamatan berbagai sumber daya yang tersedia untuk
Banawa di Kabupaten Donggala dan sebagai memecahkan masalah publik atau
bahan kajian lebih lanjut bagi peneliti pemerintah.
selanjutnya dalam hubungannya Heglo (dalam Abidin 2012 ; 9)
pengembangan Ilmu Administrasi Publik dan menyebutkan kebijakan sebagai “ a course of
khususnya Implementasi Kebijakan, serta action intended to accomplish some end “ (
memberikan masukan bagi para perumus dan Sebagai suatu tindakan yang bermaksud
pelaksana kebijakan pembangunan untuk mencapai tujuan tertentu. Bertolak dari
khususnya di daerah agar bisa dijadikan pengertian Heglo, Jones ( Abidin 2012 ; 11)
bahan evaluasi dan kajian terhadap kebijakan merumuskan kebijakan sebagai perilaku yang
yang sedang dilaksanakan demi tetap dan berulang dalam hubungan dengan
penyempurnaan di masa datang. usaha yang ada di dalam dan melalui
pemerintah untuk memecahkan masalah
Kebijakan Publik umum.
Secara umum, istilah “ Kebijakan “ Defenisi lain diungkapkan James E.
atau “ policy “ dipergunakan untuk menunjuk Anderson (Indiahono 2008 ; 13), mengatakan
prilaku seorang aktor (misalnya seorang bahwa kebijakan publik adalah perilaku dari
penjabat, suatu sekelompok maupun suatu sejumlah aktor (penjabat, kelompok, instansi
lembaga pemerintah) atau sejumlah aktor pemerintah) atau serangkaian aktor dalam
dalam suatu bidang kegiatan tertentu. Ilmu suatu bidang kegiatan tertentu. Pembicaraan
kebijakan adalah ilmu yang mengembangkan tentang kebijakan memang tidak lepas dari
kajian tentang hubungan antara pemerintah kaitan kepentingan antara kelompok, baik di
dan swasta, distribusi, kewenangan dan tingkat pemerintahan maupun masyarakat
tanggung jawab antar berbagai level secara umum. Fermana (2009 ; 21)
pemerintah, hubungan antara penyusunan mengungkapkan, bahwa kebijakan publik
kebijakan dan pelaksanaannya. adalah studi tentang keputusan dan tindakan
Kebijakan publik menurut Thomas Dye pemerintah yang disusun untuk kepentingan
(Rahkmat 2009 ; 4) adalah apapun pilihan publik
pemerintah untuk melakukan atau tidak Sementara menurut William Dunn
melakukan (whatever government choose to (2003 ; 132) kebijakan publik adalah
do or not to do). Defenisi ini menunjukkan pedoman yang berisi nilai-nilai dan norma-
42 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 6, Juni 2016 hlm 39-48 ISSN: 2302-2019

norma yang mempunyai kewenangan untuk maupun secara kelompok yang dimaksudkan
mendukung tindakan-tindakan pemerintah untuk mencapai tujuan.
dalam wilayah yurisdiksinya Kebijakan Van Horn dan Van Meter (Wibawa
publik muncul dari adanya permasalahan 1994 ; 31) menunjukkan beberapa unsur yang
publik dan kebijakan yang dihasilkan mungkin berpengaruh terhadap suatu
merupakan upaya penyelesaian masalah organisasi dalam implementasi kebijakan,
tersebut. yaitu:
a. Kompetensi dan ukuran staf suatu badan;
Implementasi Kebijakan b. Tingkat pengawasan hirarkhis terhadap
Sementara Implementasi kebijakan keputusan-keputusan sub unit dan proses-
adalah aktivitas yang terlihat setelah proses dalam badan pelaksana;
dikeluarkan pengarahan yang sah dari suatu c. Sumber-sumber politik suatu organisasi
kebijakan yang meliputi upaya mengelola (misalnya dukungan di antara anggota
input untuk menghasilkan output atau legislatif dan eksekutif);
outcomes bagi masyarakat. Islamy (2007 ; b) Vitalitas suatu organisasi;
20) mengemukakan bahwa Implementasi c) Tingkat komunikasi “terbuka”, yaitu
kebijakan itu tidak hanya terbatas pada jaringan kerja komunikasi horizontal
perwujudan riil kebijaksanaan tersebut, tetapi maupun vertikal secara bebas serta tingkat
juga mempunyai kaitan dengan konsekuensi kebebasan yang secara relatif tinggi dalam
atau dampak yang akan nampak pada komunikasi dengan individu-individu di
pelaksanaan kebijaksanaan tersebut. Dengan luar organisasi;
demikian, pembuat kebijakan tidak hanya d) Kaitan formal dan informal suatu badan
ingin melihat kebijaksanaanya telah dengan badan pembuat keputusan atau
dilaksanakan oleh masyarakat, tetapi juga pelaksana keputusan.
ingin mengetahui seberapa jauh Dalam Tahap implementasi kebijakan
kebijaksanaan tersebut telah memberikan dapat dicirikan dan dibedakan dengan tahap
konsekuensi positif dan negatif bagi pembuatan kebijakan. Pembuatan kebijakan
masyarakat. di satu sisi merupakan proses yang memiliki
Lebih lanjut Santosa (2009 ; 31) logika bottom-up, dalam arti proses kebijakan
menegaskan bahwa Implementasi kebijakan diawali dengan penyampaian aspirasi,
adalah aktifitas – aktifitas yang dilakukan permintaan atau dukungan dari masyarakat.
untuk melaksanakan suatu kebijakan secara Sedangkan implementasi kebijakan di sisi
efektif. Implementasi ini merupakan lain di dalamnya memiliki logika top-down,
pelaksanaan aneka ragam program yang dalam arti penurunan alternatif kebijakan
dimaksudkan dalam suatu kebijakan. Ini yang abstrak atau makro menjadi tindakan
adalah satu aspek proses kebijakan, yang konkrit atau mikro (Wibawa, 1994).
amat sulit dalam menentukan hasil dari Kebijakan publik sebenarnya
kebijakan tersebut. mengandung resiko untuk gagal. Hoogwood
Grindle (Haris 2006 ; 34) menyatakan, dan Gunn (Wahab, 1997 ; 42) telah membagi
implementasi merupakan proses umum pengertian kegagalan kebijakan (policy
tindakan administratif yang dapat diteliti failure) dalam 2 (dua) kategori, yaitu: non
pada tingkat program tertentu. Sedangkan implementation (tidak terimplementasikan)
Van Meter dan Horn (Wibawa 1994 ; 30) dan unsuccessful l implementation
menyatakan bahwa implementasi kebijakan (implementasi yang tidak berhasil). Tidak
merupakan tindakan yang dilakukan oleh terimplementasikan mengandung arti bahwa
pemerintah dan swasta baik secara individu suatu kebijakan tidak dilaksanakan sesuai
dengan rencana, mungkin karena pihak-pihak
Mohammad Reza, Implementasi Kebijakan Penertiban Hewan Ternak Di Kecamatan Banawa……………………….43

yang terlibat dalam pelaksanaannya tidak b. Karakterisrik lembaga dan rejim


mau bekerja sama, atau mereka tidak bekerja c. Sesuai dengan kaidah dan tingakat
secara efisien, bekerja setengah hati, atau responsif.
karena mereka tidak sepenuhnya menguasai Namun demikian, jika kita mencermati
permasalahan, atau kemungkinan model Grindle, kita dapat memahami bahwa
permasalahan yang digarap diluar jangkauan keunikan model Grindle terletak pada
kekuasaannya, sehingga betapapun gigih pemahamannya yang komprehensif akan
usaha mereka, hambatan-hambatan yang ada konteks kebijakan, khususnya yang
tidak sanggup mereka tanggulangi. menyangkut dengan implementor, penerima
Akibatnya implementasi yang efektif sulit implementasi, dan arena konflik yang
untuk diwujudkan. mungkin terjadi diantara para aktor
Sementara implementasi yang tidak implementasi, serta kondisi – kondisi sumber
berhasil biasanya terjadi manakala suatu daya implementasi yang diperlukan.
kebijakan tertentu telah dilaksanakan sesuai (Nugroho, 2008 ; 449)
dengan rencana, namun mengingat kondisi Model yang dikembangkan Daniel
eksternal ternyata tidak menguntungkan Mazmanian dan Paul A. Sabatier 1983
(contoh tiba-tiba terjadi peristiwa pergantian (Nugroho 2008:443) yang mengemukakan
kekuasaan, bencana alam, dan sebagainya) bahwa implementasi adalah upaya
kebijakan tersebut tidak berhasil diwujudkan. melaksanakan keputusan kebijakan. Model
Biasanya kebijakan yang memiliki resiko Mazmanian dan Sabatier disebut Model
gagal itu disebabkan oleh faktor-faktor Kerangka Analisis Implementasi (a
berikut : pelaksanaannya yang jelek (bad framework for implementation analysis).
execution), kebijakan itu sendiri memang Mazmanian-Sabatier
jelek (bad policy) atau kebijakan itu yang mengklasifikasikan proses implementasi
bernasib jelek (bad luck). kebijakan ke dalam tiga variabel, yaitu:
1. Variabel Independen
Model Implementasi Mudah-tidaknya masalah dikendalikan
Sementara itu Model Implementasi yang berkenaan dengan indikator masalah
menurut Merilee S. Grindle ( Nugroho, 2008 teori dan teknis pelaksanaan, keragaman
; 449), mengidentifikasi dua hal yang sangat objek, dan perubahan seperti apa yang
menentukan keberhasilan implementasi dikehendaki
kebijakan, yaitu : Isi Kebijakan dan Konteks 2. Variabel Intervening
Implementasi itu sendiri. Kedua hal tersebut Diartikan sebagai kemampuan kebijakan
adalah: untuk menstrukturkan proses
1) Isi Kebijakan (Content of Policy) yang implementasi dengan indikator kejelasan
terdiri dari : dan konsistensi tujuan, dipergunakannya
a. Kepentingan siapa yang terlibat teori kausal, ketepatan alokasi sumber
b. Macam-macam manfaat dana, keterpaduan hirarkis di antara
c. Sejauh mana perubahan akan lembaga pelaksana, aturan pelaksana dari
diwujudkan lembaga pelaksana, dan perekrutan
d. Tempat Pembuatan kebijakan pejabat pelaksana yang memiliki
e. Siapa implementornya keterbukaan kepada pihak luar, variabel di
f. Sumber daya yang tersedia luar kebijakan yang mempengaruhi proses
2) Konteks Implementasi (Context of implementasi yang berkenaan dengan
Implementation) yang terdiri dari: indikator kondisi sosio-ekonomi dan
a. Kekuasaan, kepentingan dan strategi teknologi, dukungan publi, sikap dan
para aktor yang terlibat risorsis konstituen, dukungan pejabat yang
44 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 6, Juni 2016 hlm 39-48 ISSN: 2302-2019

lebih tinggi, serta komitmen dan kualitas penelitian yang menghasilkan data deskriptif
kepemimpinan dari pejabat pelaksana. berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
3. Variabel Dependen orang dan perilaku yang dapat diamati.
Yaitu tahapan dalam proses implementasi Dalam penelitian ini, Informan
kebijakan publik dengan lima tahapan, ditentukan melalui teknik Purposive yaitu
yang terdiri dari: pertama, pemahaman memilih informan yang mengetahui secara
dari lembaga/badan pelaksana dalam baik permasalahan yang akan di kaji.
bentuk disusunnya kebijakan pelaksana. Sehingga yang menjadi kriteria informan
Kedua, kepatuhan objek. Ketiga, hasil pada penelitian ini sebanyak 7 orang yaitu :
nyata. Ke-empat, penerimaan atas hasil a. Unsur Pemerintah Kecamatan Banawa, 1
nyata. Terakhir, kelima, tahapan yang orang.
mengarah pada revisi atas kebijakan yang b. Anggota DPRD Kab. Donggala, 1 orang.
dibuat dan dilaksanakan, baik sebagian c. Unsur Badan Satuan Polisi Pamong Praja
maupun keseluruhan kebijakan yang dan Linmas Kab.Donggala, 1 orang.
bersifat mendasar. d. Unsur Dinas Pertanian,Perternakan, dan
Ada juga Model Implementasi menurut Kesehatan Hewan Kab. Donggala, 1
Van Meter dan Horn (Nugroho, 2008 ; 445) orang.
yakni model yang mengandaikan bahwa e. Unsur Masyarakat Peternak Hewan, 3
implementasi kebijakan berjalan secara linier orang.
dari kebijakan publik, implementor dan Dalam penelitian ini jenis data yang
kinerja kebijakan publik. Sehingga ada dibutuhkan ada 2 macam yaitu data primer
beberapa variabel yang yaitu data yang diperoleh langsung dari
mempengaruhinyanya, yaitu: informan. Dan data sekunder yaitu
1. Sasaran dan Tujuan Kebijakan merupakan data pendukung dari data primer
2. Sumber Daya yang digunakan untuk kepentingan analisis
3. Aktifitas implementasi dan komunikasi yang diperoleh dari Kantor Camat Banawa
antar organisasi. serta melalui penelusuran literatur
4. Karakteristik agen pelaksana / perpustakaan dan dokumen-dokumen.
implementor. Analisis data mengunakan model
5. Kondisi ekonomi, sosial dan politik. interaktif dari Miles dan Huberman (Sutopo :
6. Kecenderungan (disposition) pelaksana / 2002 ; 94) dengan prosedur reduksi data,
implementor. penyajian data dan menarik kesimpulan yang
dapat dijelaskan sebagai berikut : 1).
METODE Pengumpulan Data. Proses observasi awal
yang datanya menjadi awal analisis masalah
Jenis penelitian yang digunakan adalah
dalam penelitian. 2). Reduksi Data
penelitian deskriptif dengan pendekatan
(pengurangan data). Proses reduksi bertujuan
kualitatif. Satori dan Komariah (2012 ; 16)
menggolongkan, mengarahkan, membuang
Mendefinisikan Penelitian Kualitatif adalah
yang tidak perlu, mengorganisasi bahan empirik
suatu pendekatan peneliitian yang mengungkap
sehingga dapat diperoleh kategori-kategori
situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan
tematik. 3). Display data (penyajian data).
kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata –
Setelah data disajikan, karena masih ada data
kata berdasarkan teknik pengumpulan dan
yang kurang maka pengumpulan data
analisis data yang relevan yang diperoleh dari
dilapangan dilakukan kembali sampai data
situasi yang alamiah. Pendekatan kualitatif
menjadi lengkap. 4). Menarik
berdasarkan pendapat Bogdan & Taylor dalam
kesimpulan/verifikasi. Selanjutnya analisis
Prastowo (2012 ; 20) yang mengartikan dan
disusun dan diarahkan pada fokus penelitian
memahami metode kualitatif sebagai prosedur
Mohammad Reza, Implementasi Kebijakan Penertiban Hewan Ternak Di Kecamatan Banawa……………………….45

untuk disimpulkan dan kesimpulan harus 2. Cepat, tepat di kandung maksud agar
diverifikasi selama penelitian berlangsung setiap pelayanan kepada masyarakat tidak
agar memudahkan pada kesimpulan akhir. menunggu lama dengan mengurangi
kesalahan sehingga masyarakat puas
HASIL & PEMBAHASAN dengan pelayanan.
3. Pelayanan terpadu artinya pelayanan di
Berdasarkan Peraturan Daerah
pusatkan pada suatu ruangan , sehingga
Kabupaten Donggala Nomor 13 tahun 2008
dapat mempermudah komunikasi antara
tentang pembentukan Organisasi dan Tata
pimpinan pelaksanaan dalam masyarakat.
Kerja Kecamatan dan Kelurahan Kabupaten
Sedangkan untuk menjabarkan visi
Donggala bahwa Kantor Camat Banawa
diatas, maka dipilih misi yang akan
Kabupaten Donggala mempunyai tugas dan
dilaksanakan oleh Kantor Camat Banawa
kewajiban sebagaimana di atur dalam ayat
yaitu : 1) Meningkatkan sumber daya
(2) yaitu melaksanakan kewenangan
manusia , 2) Meningkatkan peran serta
pemerintahan yang dilimpahkan oleh Bupati
pimpinan masyarakat.
untuk menangani sebagian urusan otonomi
Untuk mengetahui penilaian dari
Daerah, menyelenggarakan tugas umum
informan terhadap Impelemtasi Kebijakan
pemerintahan meliputi :
penertiban hewan ternak di Kecamatan
a. Mengkoordinasikan Pemberdayaan
Banawa Kab. Donggala, peneliti telah
Masyarakat
melakukan wawancara mendalam terdiri dari 6
b. Mengkoordinasikan upaya
aspek, yaitu Standar dan tujuan kebijakan,
penyelengaraan ketentraman dan
sumber daya, aktifitas implementasi dan
ketertiban umum.
komunikasi antar organisasi, karakteristik
c. Mengkoordinasikan Penetapann dan
implementor, kondisi sosial politik, dan
Penegakan Peraturan Perundang –
desposision implementor, hal ini berdasarkan
Undangan.
dengan pendapat Van Meter dan Van Horn
d. Mengkoordinasikan pemeliharaan
(Nugroho, 2008 ; 445)
prasarana dan fasilitas pelayanan umum.
Untuk mengetahui apakah
e. Mengkoordinasikan penyelengaraan
implementasi penertiban hewan ternak di
kegiatan Pemerintahan di tingkat Kantor
Camat. Kecamatan Banawa dari aspek sasaran dan
tujuan kebijakan sudah baik, dapat dilihat
f. Membina penyelengaraan Desa dan atau
bawah ini, yang dikutip dari pendapat informan
Kelurahan.
yang bernama Muhammad,S.STP, M.Si yang
g. Melaksanakan pelayanan kepada
merupakan Camat Banawa, mengemukakan
masyarakat yang menjadi ruang lingkup
bahwa :
tugas dan atau yang belum dapat
“ Dalam hal penertiban hewan ternak, kami di
dilaksanakan pemerintahan Desa dan
kecamatan banawa merujuk pada aturan yaitu
Kelurahan.
Peraturan Daerah Kab.Donggala No. 14 tahun
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan
2010 tentang Peternakan dan Penertibannya,
oleh Bupati sesuai dengan tugas dan
dimana salah satu tupoksi dari unsur
fungsinya.
kecamatan sebagai pelaksana aturan tersebut,
Adapun yang menjadi Visi Camat
yang tujuannya sesuai dengan amanah perda
Banawa: “ Terwujudnya Pelayanan
ini. ” (Wawancara, 3 Desember 2015)“.
Kecamatan berkarakter cepat, tepat , yang
Hasil wawancara tersebut,
berbasis pada pelayanan terpadu.”
membuktikan kebijakan penertiban hewan
1. Berkarakter dalam artian mempunyai
ternak Kecamatan Banawa Kab. Donggala
sikap yang baik dalam pelayanan sumber
sudah memiliki regulasi yang baik, hal ini
daya kepada masyarakat
46 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 6, Juni 2016 hlm 39-48 ISSN: 2302-2019

terbukti adanya peraturan daerah yang diselenggarakan oleh Tim Terpadu yang
dihasilkan oleh Pemerintah Daerah beserta terdiri dari Kabid Peternakan, Camat
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Banawa, Para Lurah dan Kepala Desa Se-
Kab. Donggala, yang sasarannya untuk Kec.Banawa Dan Sat Pol PP & Linmas
melakukan penertiban hewan ternak yang Kab.Donggala..” (Wawancara, 8 Desember
berkeliaran di kab. Donggala, khususnya di 2015).
Kec. Banawa sebagai ibu Kota Pemerintahan. Hal ini mengambarkan bahwa
Untuk mengetahui apakah Implementasi kebijakan penertiban hewan
implementasi penertiban hewan ternak di ternak di Kecamatan Banawa dari aspek
Kecamatan Banawa dari aspek sumber daya sosialisasi sudah baik, karena telah dilakukan
sudah baik, dapat dilihat bawah ini, yang oleh tim terpadu dari berbagai lintas sektoral.
dikutip dari pendapat informan yang Abdul Hal ini juga menunjukan bahwa aktifitas
Rasyid yang merupakan Wakil Ketua II implementasi telah dilakukan secara
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) terencana dan dilaksanakan oleh tim kerja
Kabupaten Donggala, yang menyebutkan yang tugasnya mengsosialisasikan kepada
bahwa: semua unsur masyarakat.
“dari hasil pantauan kami, di Kabupatten Untuk mengetahui apakah
Donggala telah ada pembentukan tim implementasi penertiban hewan ternak di
penegak perda tentang penertiban hewan, Kecamatan Banawa dari aspek sosial sudah
sehingga secara faktual mestinya sumber baik, dapat dilihat bawah ini, yang dikutip dari
daya sudah ada sebagai implementetornya, pendapat informan yang bernama Ir.Lutfi yang
namun kenyataannya masih belum optimal ” merupakan Kepala Bidang Pertenakan Dinas
(Wawancara, 4 Desember 2015). Perternakan Kabupaten Donggala, yang
Hal ini mengambarkan bahwa menyebutkan bahwa :
Implementasi kebijakan penertiban hewan “Masyarakat lokal di Kecamatan Banawa
ternak di Kecamatan Banawa belum pada perinsipnya mendukung kebijakan
memiliki sumber daya yang belum optimal. penertiban hewan ternak dengan mendorong
Hal ini disebabkan oleh belum jalannya Tim implementator untuk lebih giat melaksanakan
Penegak Perda No. 14 Tahun 2010 yang Penertiban hewan ternak.” (Wawancara, 11
sudah dibentuk belum berjalan baik. Hal ini Desember 2015).
juga menunjukan bahwa DPRD Kab. Hal ini mengambarkan bahwa
Donggala juga tidak optimal dalam Implementasi kebijakan penertiban hewan
pengawasan Tim Penegak Perda yang ternak di Kecamatan Banawa dari aspek
dibentuk oleh Bupati. sosial sudah baik, karena dukungan
Untuk mengetahui apakah masyarakat terhadap kebijakan penertiban
implementasi penertiban hewan ternak di hewan ternak. Hal ini juga menunjukan
Kecamatan Banawa dari aspek aktifitas kepada pemerintah Kabupaten Donggala,
implementasi dan komunikasi antara agar lebih giat lagi dalam melaksanakan
organisasi sudah baik, dapat dilihat bawah ini, penertiban hewan ternak, yang selama ini
yang dikutip dari pendapat informan yang menganggu kenyamanan masyarakat.
bernama Moh. Saiful, S.Sos yang merupakan Untuk mengetahui apakah
Kepala Seksi Penyidik dan Penyelidikan implementasi penertiban hewan ternak di
Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Kecamatan Banawa dari aspek respon
Donggala, yang menyebutkan bahwa : pelaksana sudah baik, dapat dilihat bawah ini,
“Kegiatan sosialisasi tentang penertiban yang dikutip dari pendapat informan yang
hewan ternak di Kec. Banawa sudah bernama Alwi Umar yang merupakan
disosialisasikan secara optimal yang
Mohammad Reza, Implementasi Kebijakan Penertiban Hewan Ternak Di Kecamatan Banawa……………………….47

Peternak yang ada di Kecamatan Bahawa, Oleh karena itu penelitian ini
yang menyebutkan bahwa : menyarankan untuk diperhatikan yaitu 1)
“sejak di atur dalam Perda, penertiban Perlunya instansi yang terkait dengan
hewan ternak oleh para pelaksana sangat penertiban hewan di Kec. Banawa untuk
merespon kegiatan tersebut. ” (Wawancara, bersama – sama menyusun pedoman
18 Desember 2015). pelaksanaan Perda No. 14 Tahun 2010. 2)
Hal ini mengambarkan bahwa Perlunya penguatan prasarana pelaksanaan
kebijakan penertiban hewan ternak di dalam penertiban hewat ternak di Kecamatan
Kecamatan Banawa dari aspek respon sudah Banawa. 3) Perlunya koordinasi yang lebih
baik, walaupun masih belum optimal, namun rutin untuk supervisi terhadap pelaksanaan
sudah bergerak maju dalam melaksanakan penertiban hewan ternak di Kec. Banawa. 4)
aturan penertiban hewan. Hal ini juga Perlunya penguatan motivasi staf dalam
menunjukan bahwa para pelaksana sangat pelaksanaan penertiban hewan ternak di
ingin penertiban hewan ternak terlaksana Kecamatan Banawa.
dengan baik, tentunya dengan alokasi
anggaran yang memadai. UCAPAN TERIMA KASIH
Akhirnya penulis mengucapkan terima
KESIMPULAN & REKOMENDASI kasih kepada Pembimbing yaitu Dr. Nawawi
Berdasarkan hasil penelitian dan Natsir M,Si dan Dr. Intam Kurnia, M.Si atas
pembahasan terhadap fokus permasalahan segala bimbingan, koreksi dan motivasinya
dalam penelitian ini, maka dapat diambil sehingga bisa menyelesiakan artikel ini.
kesimpulan sebagai berikut, bahwa:
Implementasi Kebijakan Penertiban Hewan DAFTAR RUJUKAN
Ternak di Kecamatan Banawa Kabupaten Abidin, Said Zainal. 2012. Kebijakan Publik
Donggala belum Optimal, karena beberapa Edisi 2. Salemba Humanika. Jakarta.
aspek yang dikaji, yaitu : 1) Aspek standar Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis
dan tujuan kebijakan Penertiban Hewan Kebijakan Publik Edisi Kedua. UGM
Ternak di Kecamatan Banawa Kab. Press. Yogyakarta
Donggala sudah baik. 2) Aspek Sumber Daya Fermana, Surya. 2009. Kebijakan Publik,
dalam pelaksanaan kebijakan Penertiban Sebuah Tinjauan Filosofis. Ar-Ruzz
Hewan Ternak di Kecamatan Banawa Kab. Media. Yogyakarta.
Donggala belum baik. 3) Aspek Aktifitas Haris, Syamsudin, 2006 , Membangun
Implementasi dan Koordinasi Antar Instansi Format Baru Otonomi Daerah, LIPPI
dalam pelaksanaan Implementasi kebijakan Press, Jakarta.
Penertiban Hewan Ternak di Kecamatan Indiahono. Dwiyanto. 2009. Kebijakan
Banawa Kab. Donggala belum baik, 4) Publik Berbasis Dynamic Policy
Aspek Karakteristik Implementor dalam Analysis. Gava Media. Yogyakarta.
pelaksanaan kebijakan Penertiban Hewan Islamy. M. Irfan. 2007. Prinsip-prinsip
Ternak di Kecamatan Banawa Kab. Perumusan Kebijaksanaan Negara,
Donggala belum baik, 5) Aspek Kondisi Bumi Aksara. Jakarta.
Sosial dan Politik dalam pelaksanaan Nugroho, Riant. 2008. Public Policy. Alex
Implementasi kebijakan Penertiban Hewan Media Komputindo. Jakarta.
Ternak di Kecamatan Banawa Kab. Prastowo, Andi. 2012. Metode Penelitian
Donggala sudah baik. 6) Aspek Desposisi
Kualitatif (Dalam Perspektif
dalam pelaksanaan Implementasi kebijakan Rancangan Penelitian. Ar-Ruzz Media.
Penertiban Hewan Ternak di Kecamatan Yogyakarta.
Banawa Kab. Donggala belum baik.
48 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 6, Juni 2016 hlm 39-48 ISSN: 2302-2019

Rakhmat. 2009. Teori Administrasi dan


Manajemen Publik. Pustaka Arif.
Jakarta.
Santosa. Panji, 2009. Administrasi Publik
(Teori & Aplikasi Good Governace).
Refika Aditama. Bandung
Satori dan Komariah. 2012. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Alfabeta.
Bandung.
Sutopo,HB. 2002. Metode Penelitian
Kualitatif. UNS Press. Surakarta.
Wahab, S.A, 1997., Analisis Kebijakan,
Bumi Aksara, Jakarta.
Wibawa, Samudra, 1994. Evaluasi Kebijakan
Publik, Rajawali Press, Jakarta.

You might also like