Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

HUBUNGAN KARAKTERISTIK BIOGRAFI REMAJA DENGAN TINGKAT

NYERI PADA DISMENOREA


(STUDI DI SMA NEGERI I SUKARESMI-CIANJUR)
Erni Nurhidayati, Irman Somantri, dan Yayat Suryati

ABSTRACT

This study was a descriptive correlation design. The Idea of this study is because there’s a
pain in young teenage girl’s dismenorea, and caused a very variative illness. For knowing
the pain intensity. The data study collected from the questioner technique with a VAS
(Visual Analog scale). The purpose of this study is for knowing the relationship between
the characteristic of young teenage girl, such as age, class and the history of their pass
about this illness. This study take place in Sukaresmi I high school in Cianjur. The
population of this study is about 473 people with 3 class classification (X, XI, and XII). The
proporsional allocation for the sample is 83 responden. The analysis result showed that the
pain level that usually happened on young teenage is on the light level of illness. The
analysis result also indicated that there is no relation in age and class with the pain level on
dismenorea. But the result showed there is a relation between the history from the pass
with the pain level on dismenorea (p=0,000). The suggestion that can be given from this
research is there is need an sex education for this young teenage in high school, which
discus about the reproduction system especially for teenage girl. Beside that, the teenage
student can also cooperate with the health care unit in their high school. So, the effort can
be effective for introducting. The reproduction system on teenage girl who having a
productive age on their age.

Key word : Cross sectional, young teenage girls characteristic, pain level on
dismenorea
Bibliography : 38, 1993-2006

A. PENDAHULUAN
Masa remaja (adolescence) adalah periode transisi antara masa anak-anak
menuju masa dewasa. Batasan usianya antara 17-30 tahun. Selama periode ini, orang
muda membentuk maturitas seksual dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan
psikososial (Dariyo, 2004:13), sehingga masa remaja dikenal sebagai masa yang penuh
kesukaran karena seringkali menghadapkan individu yang bersangkutan kepada situasi
yang membinggungkan (Purwanto, 1999:29). Remaja wanita setiap bulannya akan
mendapat menstruasi (haid). Sering haid yang datang, disertai dengan rasa nyeri pada
daerah perut atau pinggang.

Jurnal Stikes A. Yani 1


Rasa nyeri saat haid atau yang disebut dalam istilah medisnya dengan
Dismenorea, banyak dialami orang para wanita. Dismenorea merupakan satu keadaan
patologis semasa haid yang berupa kram ringan pada bagian kemaluan sampai terjadi
gangguan dalam tugas sehari-hari (Manuaba, 1999:57). Sebanyak 50% wanita mengalami
masalah ini dengan gejala kekejangan pada awal kedatangan haid dan hilang setelah satu
hingga dua hari tanpa menjejaskan aktivitas harian. Sebanyak 10% wanita dikatakan
mengalami sakit pada bagian bawah abdomen dan sering disertai gejala sistematik seperti
mual, muntah, sakit kepala dan pening (Tomi, 2001).
Hasil analisis dari Nurjanah (2006) didapatkan bahwa sebagian besar responden
menderita dismenorea hari pertama menstruasi pada masa pubertas dengan tingkat nyeri
ringan dan sebagian kecil menderita dismenorea hari pertama menstruasi dengan tingkat
nyeri sangat hebat. Sebagian besar responden memiliki pengalaman masa lalu dengan
nyeri pada dismenorea hari pertama menstruasi dengan tingkat nyeri sedang.
Di Amerika Serikat sendiri, diperkirakan hampir 90% wanita mengalami Dismenore
ini, dan 10-15% diantaranya mengalami Dismenore berat, yang menyebabkan mereka
tidak mampu melakukan kegiatan apapun. Dan ini akan menurunkan kualitas hidupnya.
Reaksi terhadap nyeri yang dirasakan sangat bervariasi. Banyak faktor yang
mempengaruhi diantaranya lingkungan, umur, tingkat perkembangan, budaya dan etnis,
pengalaman masa lalu, tipe nyeri, jenis kelamin, temperamen, toleransi, nilai, dan makna
nyeri, serta faktor-faktor psikologis seperti takut, cemas, depresi (Smeltzer, 2001:219).
Penyebab nyeri kemungkinan dapat dikarenakan stres (osha,2001). Terdapat tiga faktor
yang mempengaruhi dismenorea yaitu lama kisaran haid, kadar pengeluaran haid dan
permulaan menarch manakala jangka masa haid dan kelaziman haid adalah tidak berarti
(Atmadja, 1998:56).
Angka kejadian nyeri haid di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50 %
perempuan di setiap negara mengalaminya. Di Amerika angka persentasenya sekitar 60%,
Swedia ditemukan angka kejadian pada wanita berumur 19 tahun 72,42% (Baziad, 2003:
68), dan diperkirakan di Indonesia 55% perempuan usia produktif tersiksa nyeri selama
haid (Anglingsari,1998).
Di kalangan pelajar/mahasiswi Malang, 58% dan 20% dilaporkan tidak dapat hadir
kuliah disebabkan dismenorea. Syamsul dkk. (1997) melaporkan bahwa 10% pekerja

Jurnal Stikes A. Yani 2


wanita dengan dismenorea mengalami kesakitan yang serius akibat dismenorea dan tidak
boleh bekerja. Alkaff (1996) melaporkan bahwa 52% pelajar di Yogyakarta tidak dapat
melakukan aktivitas harian dengan baik selama mengalami haid (Atmadja, 1998:56).
Laporan tahunan RSHS Bandung, didapatkan bahwa jumlah kasus dismenorea di
poliklinik kandungan 1996-2001 masih pada peringkat 5 besar. Kasus tersebut sering kali
terjadi, umumnya terjadi pada remaja putri umur 15-25 tahun yang mempunyai angka
kelainan haid terbesar sebanyak 19,39%, walaupun hal ini tidak menggambarkan
insidensi, kasus nyeri haid yang fisiologis diderita oleh remaja putri umur 15-20 tahun,
sedangkan untuk kasus nyeri patologis kebanyakan diderita oleh wanita usia lebih dari 20
tahun. (Laporan tahunan Laboratorium UPK Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
UNPAD RSHS, dalam Medyastuti, 2004).
Lahan penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah jenjang pendidikan menengah
yang berada pada rentang usia antara 14 tahun sampai 18 tahun yang merupakan masa
peralihan dari remaja ke dewasa. Dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di
SMA Negeri I Sukaresmi-Cianjur pada tanggal 08 Januari 2006 dari 473 orang siswi,
diperoleh data siswi-siswi yang pernah mengalami dismenorea, tidak pernah mengalami
dismenorea, dan seberapa besar jumlah siswi-siswi yang sering mengalami dismenorea.
Secara terperinci, dapat dilihat pada tabel 1
Tabel 1
Daftar Siswi Yang Mengalami Dismenore

Dismenore
No. Kelas Jumlah
Tidak Pernah Pernah Sering
1. X 7 101 56 164
2. XI 7 97 60 164
3. XII 3 80 62 145
Total 17 278 178 473
Sumber : SMA Negeri I Sukaresmi – Cianjur, 2007

Hasil analisa dari fenomena di atas, di dapatkan bahwa remaja SMA Negeri I
Sukaresmi – Cianjur yang mengalami dismenorea berjumlah 456 orang (96,4%), dan yang
tidak pernah mengalami dismenorea berjumlah 17 orang (3,6%). Semakin tinggi tingkatan
kelas, semakin sering pula angka kejadian dismenorea, dengan jumlah masing-masing

Jurnal Stikes A. Yani 3


adalah Kelas X sebanyak 56 orang (11,9%), kelas XI sebanyak 60 orang (12,7%),
sedangkan kelas XII sebanyak 62 orang (13,1%).
Berdasarkan adanya fenomena di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai hubungan karakteristik remaja dengan tingkat nyeri pada dismenorea
di SMA Negeri I Sukaresmi-Cianjur.

B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain korelasi dengan jenis penelitian Cross
Sectional (non eksperimen), menurut Notoatmodjo (2005:148) bahwa penelitian cross
sectional adalah suatu penelitian dimana variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi
sekaligus pada waktu yang sama. Dengan kata lain, penilaian tingkat nyeri pada
dismenorea dilakukan pada satu periode dan data karakteristik remaja SMA yang diambil
adalah saat mengisi lembar kuisioner. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini
adalah para siswa perempuan di SMA Negeri I Sukaresmi-Cianjur yang berjumlah 473
orang. Dengan ukuran sample penelitian adalah 83 orang.

C. HASIL PENELITIAN
Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk gambar dan
tabel. Penelitian tentang hubungan karakteristik remaja dengan tingkat nyeri pada
dismenorea dilakukan pada 83 orang responden di SMA Negeri I Sukaresmi-Cianjur pada
tanggal 12 Maret 2007.
1. Gambaran karakteristik Remaja
Adapun karakteristik remaja yang diteliti dalam penelitian ini meliputi usia, kelas,
pengalaman masa lalu dengan nyeri.

Jurnal Stikes A. Yani 4


a. Usia
Gambar 1
Distribusi remaja berdasarkan usia di SMA Negeri I Sukaresmi-Cianjur (N = 83)

35
30
25
20
15
10
5
0
15 tahun 16 tahun 17 tahun 18 tahun

Sumber : Data Primer (2007)

Berdasarkan analisa pada gambar 1 terlihat bahwa dari 83 responden, 17 orang


responden (20,5%) berusia 15 tahun, 33 orang responden (39,8%) berusia 16 tahun,
21 orang responden (25,3%) berusia 17 tahun, 12 orang responden (14.5%) berusia
18 tahun.

b. Kelas
Gambar 2
Distribusi remaja berdasarkan kelas di SMA Negeri I Sukaresmi-Cianjur (N = 83)

29 29 29

28
27
26
25 25

24
23
X XI XII

Jurnal Stikes A. Yani 5


Berdasarkan latar belakang pendidikan di SMA memiliki tingkatan yang berbeda,
terlihat pada diagram di atas bahwa jumlah responden di SMA Negeri I Sukaresmi-
Cianjur berjumlah 29 responden (34,9%) kelas X, 29 responden (34,9%) kelas XI, dan
25 responden (30,1%) kelas XII.

c. Pengalaman masa lalu dengan nyeri


Gambar 3
Distribusi remaja berdasarkan pengalaman masa lalu dengan nyeri (N = 83)

nyeri
berat
21% nyeri
ringan
79%

Berdasarkan hasil analisa pada gambar 3 dapat terlihat pengalaman masa lalu
terhadap tingkat nyeri yang telah dialami oleh responden yang menderita dismenorea
yaitu 66 responden (79,5%) mengalami nyeri ringan, dan 17 responden (20,5%)
mengalami nyeri berat.
2. Gambaran Tingkat Nyeri pada Dismenorea
Pengukuran tingkat nyeri pada dismenorea dapat diukur menggunakan skala VAS
(Visual Analog Scale) dengan rentang dari 0 sampai 10. Dalam penelitian ini dapat
dikategorikan menjadi dua kategori meliputi nyeri ringan (1-5) dan nyeri berat (6-10).

Jurnal Stikes A. Yani 6


Gambar 4
Distribusi remaja berdasarkan tingkat nyeri pada dismenorea (N = 83)

50 47

40 36

30

20

10

0
Nyeri Ringan Nyeri Berat

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar respoden


memiliki tingkat nyeri dengan kategori nyeri ringan 47 responden (56,6%), dan sebesar
36 responden (43,4%) memiliki tingkat nyeri dengan kategori nyeri berat.
3. Analisis Bivariat
a. Hubungan antara Usia dengan Tingkat Nyeri pada Dismenorea
Tabel 2
Distribusi Rata-rata Usia Responden menurutTingkat Nyeri pada Dismenorea

Variabel Mean SD SE pvalue N


Tingkat nyeri
Ringan (1-5) 16,38 0,967 0,137 0,624 50
Berat (6-10) 16,27 0,977 0,170 33

Rata-rata usia responden yang mengalami tingkat nyeri ringan adalah 16,38 tahun
dengan standar deviasi 0,967. Sedangkan rata-rata usia yang mengalami tingkat nyeri
berat adalah 16,27 tahun dengan standar deviasi 0,977. Hasil uji statistik didapatkan
nilai p = 0,624, berarti pada alpha 5% terlihat tidak ada perbedaan yang signifikan
antara rata-rata usia yang mengalami nyeri ringan dengan usia yang mengalami nyeri
berat.

Jurnal Stikes A. Yani 7


b. Hubungan antara Kelas dengan Tingkat Nyeri pada Dismenorea
Tabel 3
Distribusi Tingkat Nyeri pada Dismenorea berdasarkan Kelas (N = 83)

Tingkat Nyeri Dismenorea


Total
Kelas Ringan (1-5) Berat (6-10) p-value
n % n % n %
X 15 51,7 14 48,3 29 100 0,239
XI 21 72,4 8 27,6 29 100
XII 14 56,0 11 44,0 25 100
Jumlah 50 60,2 33 39,8 83 100

Hasil analisis hubungan antara kelas dengan tingkat nyeri pada dismenorea
diperoleh bahwa responden kelas X dengan tingkat nyeri ringan sebanyak 15 dari 50
(51,7%) dan sebanyak 14 dari 33 (48,3%) mengalami nyeri berat. Responden kelas XI
sebanyak 21 dari 50 (72,4%) dengan tingkat nyeri ringan dan sebanyak 8 dari 33
(27,6%) mengalami nyeri yang berat. Sedangkan responden kelas XII sebanyak 14
dari 50 (56,0%) dengan tingkat nyeri ringan dan 11 dari 33 (44,0%) mengalami nyeri
yang berat. Hasil uji statistik diperoleh nilai pvalue = 0,239 maka dapat disimpulkan tidak
ada hubungan yang signifikan antara tingkat nyeri dengan kelas X, kelas XI, dan kelas
XII karena pvalue > 0,05.

c. Hubungan antara Pengalaman Masa Lalu dengan Tingkat Nyeri pada


Dismenorea
Tabel 4
Distribusi Tingkat Nyeri pada Dismenorea berdasarkan Pengalaman masa lalu

Tingkat Nyeri Dismenorea


Ringan (1- Total pValue
Pengalaman Berat (6-10)
5) OR 95%CI
masa lalu
n % n % n %
Ringan (0-5) 48 72,7 18 27,3 66 100 20,000 0,000
Berat (6-10) 2 11,8 15 88,2 17 100 (4,154-96,297) 1
Jumlah 50 60,2 33 39,8 83 100

Jurnal Stikes A. Yani 8


Hasil analisis hubungan antara tingkat nyeri pada dismenorea dengan
pengalaman masa lalu diperoleh bahwa ada sebanyak 48 dari 50 (72,7%) responden
memiliki pengalaman masa lalu nyeri ringan dengan tingkat nyeri ringan. Sedangkan 2
dari 50 (11,8%) responden memiliki pengalaman masa lalu nyeri ringan dengan tingkat
nyeri berat. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000 maka dapat disimpulkan ada
hubungan yang signifikan antara pengalaman masa lalu terhadap nyeri dengan tingkat
nyeri pada dismenorea. Dari hasil analisis diperoleh pula keeratan hubungannya, yaitu
OR=20,00 (95% CI: 4,154 - 96,297), artinya pengalaman masa lalu (nyeri ringan)
mempunyai peluang 20 kali tingkat nyeri ringan pada dismenorea dibandingkan
dengan pengalaman masa lalu (nyeri berat).

D. PEMBAHASAN
Remaja setiap bulannya akan mendapat mensturasi (haid). Sering haid yang
datang, disertai dengan gangguan rasa nyeri pada daerah perut atau pinggang. Gangguan
ini bersifat subjektif, berat atau intensitasnya sukar dinilai. Angka frekuensi kejadian
dismenorea cukup tinggi terjadi dikalangan remaja (Wiknjosastro, 2005:229). Sehingga
peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran karakteristik remaja dengan tingkat nyeri pada
dismenorea , serta menghubungkan dua variabel tersebut.
1. Hubungan antara Usia dengan Tingkat nyeri pada Dismenorea
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan ternyata nyeri ringan terdapat pada rata-rata
usia responden 16,38 tahun (SD: 0,967). Sedangkan rata-rata usia yang mengalami
tingkat nyeri berat adalah 16,27 tahun dengan (SD: 0,977). Hal tersebut berarti
semakin tinggi tingkat usia, semakin ringan tingkat nyeri yang dialami seseorang. Dari
hasil analisa didapatkan tidak ada hubungan antara rata-rata usia yang mengalami
nyeri ringan dengan usia yang mengalami nyeri berat (pvalue = 0,624). Hal tersebut
menunjukkan bahwa usia tidak berkontribusi terhadap berat atau ringannya tingkat
nyeri pada dismenorea, ini sesuai dengan teori karena pengaruh usia pada persepsi
nyeri dan toleransi nyeri tidak diketahui secara luas yang didasarkan pada laporan
nyeri dan pereda nyeri (Smeltzer, 2001: 221).

Jurnal Stikes A. Yani 9


2. Hubungan antara Kelas dengan Tingkat nyeri pada Dismenorea
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan ternyata rata-rata kelas XI mengalami tingkat
nyeri ringan lebih banyak sebanyak 72,4% dibandingkan kelas yang lainnya. Hal
tersebut berarti tingkat nyeri ringan dapat dialami oleh setiap tingkatan,namun yang
terbanyak adalah kelas XI. Hal ini kemungkinan disebabkan karena dalam tingkatan
kelas terdiri dari usia yang beraneka ragam, sehingga tingkat nyeri yang dialami
berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Dari hasil analisa didapatkan tidak ada
hubungan antara kelas dengan tingkat nyeri pada dismenorea. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kelas tidak berkontribusi terhadap berat atau ringannya tingkat
nyeri pada dismenorea (pvalue = 0,239), ini sesuai dengan teori karena menurut tingkat
perkembangan pada persepsi nyeri dan toleransi nyeri tidak diketahui secara luas
(Smeltzer, 2001: 221).
3. Hubungan antara Pengalaman Masa Lalu terhadap Nyeri dengan Tingkat nyeri
pada Dismenorea
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan ternyata rata-rata remaja yang memiliki
pengalaman masa lalu dengan tingkat nyeri ringan mengalami tingkat nyeri ringan
sebesar 72,7%. Sedangkan rata-rata remaja yang memilki pengalaman masa lalu
dengan tingkat nyeri berat cenderung mengalami tingkat nyeri berat pula sebesar
88,2%. Dan memiliki keeratan hubungannya yaitu OR=20,00 (95% CI: 4,154 - 96,297)
artinya pengalaman masa lalu (nyeri ringan) mempunyai peluang 20 kali tingkat nyeri
ringan pada dismenorea dibandingkan dengan pengalaman masa lalu (nyeri berat).
Hal tersebut sesuai dengan teori menurut Smeltzer (2001:220) yaitu lebih
berpengalaman individu dengan nyeri yang dialami, makin takut individu tersebut
terhadap peristiwa menyakitkan yang akan diakibatkan. Sekali individu mengalami
nyeri berat, individu tersebut mengetahui hanya seberapa berat nyeri itu dapat terjadi.
Sebaliknya, individu yang tidak pernah mengalami nyeri hebat tidak mempunyai rasa
takut terhadap nyeri itu. Sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan
antara pengalaman masa lalu terhadap nyeri dengan tingkat nyeri pada dismenorea
(pvalue = 0,000).

Jurnal Stikes A. Yani 10


E. SIMPULAN
1. Karakteristik Remaja dari 83 orang responden, rata-rata yang mengalami nyeri
berada pada usia 16 tahun sebanyak 39,8%, berdasarkan karakteristik kelas di
SMA Negeri I Sukaresmi-Cianjur terdiri dari tiga tingkatan yaitu kelas X sebanyak
34,9%, kelas XI sebanyak 34,9%, dan kelas XII sebanyak 30,1%, Untuk
pengalaman masa lalu dengan nyeri, sebagian besar mengalami nyeri ringan
sebesar 79,5%.
2. Sebagian besar responden memiliki tingkat nyeri ringan sebesar 56,6% dan
mengalami nyeri berat sebesar 43,4 %.
3. Karakteristik yang Berhubungan dengan Tingkat Nyeri
a. Usia
Rata-rata usia responden yang mengalami tingkat nyeri ringan adalah 16,38
tahun. Sedangkan rata-rata usia yang mengalami tingkat nyeri berat adalah
16,27 tahun. Didapatkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata
usia yang mengalami nyeri ringan pada dismenorea dengan usia yang
mengalami nyeri berat pada dismenorea di SMA Negeri I Sukaresmi-Cianjur.
b. Kelas
Tingkat nyeri ringan sebagian besar dialami oleh kelas XI sebesar 72,4%.
Sedangkan tingkat nyeri berat banyak dialami oleh kelas X sebesar 48,3%.
Dari hasil uji statistik didapatkan tidak ada hubungan yang signifikan antara
tingkat nyeri dengan kelas X, kelas XI, dan kelas XII.
c. Pengalaman Masa Lalu dengan Nyeri
Rata-rata remaja yang memiliki pengalaman masa lalu dengan tingkat nyeri
ringan mengalami tingkat nyeri ringan sebesar 72,7%. Sedangkan rata-rata
remaja yang memilki pengalaman masa lalu dengan tingkat nyeri berat
cenderung mengalami tingkat nyeri berat pula sebesar 88,2%. Keeratan
hubungan pengalaman masa lalu (nyeri ringan) mempunyai peluang 20 kali
tingkat nyeri ringan pada dismenorea dibandingkan dengan pengalaman masa
lalu (nyeri berat). Hasil analisis dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara pengalaman masa lalu terhadap nyeri dengan tingkat nyeri
pada dismenorea.

Jurnal Stikes A. Yani 11


F. SARAN
1. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapat, diharapkan dapat memberikan
masukan untuk menyikapi masalah kesehatan reproduksi juga dapat menambah
pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi khususnya tentang
dismenorea yang sering dialami hampir seluruh remaja putri. Dengan adanya
masalah tersebut, sehingga perlu diadakan pembekalan teori mengenai kesehatan
reproduksi remaja di SMA dalam mata pelajaran ataupun ektrakurikuler keputrian
yang lebih menitikberatkan pada masalah-masalah yang dihadapi remaja putri.
2. Bagi Praktek Keperawatan
Hasil penelitian dapat dipergunakan sebagai sarana untuk penyusunan strategi
pembelajaran dalam pemberian pendidikan kesehatan mengenai penanganaan
dismenorea. Dalam hal ini, dapat bekerja sama dengan tim kesehatan di
lingkungan sekolah (UKS) dalam bentuk penyuluhan untuk menanamkan
pentingnya kesehatan reproduksi terutama pada usia produktif yang berhubungan
dengan perkembangan remaja saat ini.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian dapat dipergunakan sebagai data dasar bagi peneliti lain yang
ingin melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengembangkan penelitian
mengenai nyeri haid (dismenorea) berdasarkan respon terhadap nyeri beserta
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil penelitian yang telah didapatkan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V.
Jakarta: Rineka Cipta.
2. Atmadja, S. (1998). Peramalan Kadar Endometriosis Menggunakan Model Regresi
Logistik. Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah: Jakarta.
3. Budiarto, E. (2001). Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
EGC.

Jurnal Stikes A. Yani 12


4. Craven, R.F and Himle. (2003). Fundamental of Nursing (Human Health and
Function). Philadelphia NewYork:. Third edition, Lippincott.
5. Dariyo, A. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia.
6. Endrolin Bebeskan Nyeri Saat haid. http://www.keluargasehat.com/keluarga-
ituisi.php.2004 .
7. Gangguan Nyeri Wanita. 2001. http://www.Prn2.usm.my.
8. Haid dan Kram Perut. http://www.eramuslim.com/csl/sht/html/2006 .
9. Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta: Media
Aesculapius.
10. Manuaba, Ida B.G. (1999). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Arcan.
11. Masalah Haid. http://www.doktertomi.com/modules.php/2004.
12. Medyastuti, T. (2004). Pengaruh Terapi Yoga Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri
Haid Tingkat Nyeri Sedang Pada Siswi Bandung. PSIK-FK UNPAD.
13. Mengatasi Nyeri Menstruasi. 2004. http://www.medicastore.com.
14. Nasution, S. (2006). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.
15. Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
16. Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta: Rineka
Cipta.
17. Nurjanah, S. (2006). Gambaran Tingkat Nyeri Pada Disminorea hari Pertama
Menstruasi masa Pubertas Berdasarkan Karakteristik Individu di SMP Negeri 1
Padalarang. DIII Keperawatan, STIKes A.Yani.
18. Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:
Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan Edisi 1. Jakarta:
Salemba Medika.
19. Nyeri bukan Sekedar Tanda. 2005. http://www.indomedia.com .
20. Purwanto, H. (1998). Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
21. Smeltzer, S. C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth
Edisi 8. Jakarta: EGC.
22. Wiknjosastro, H. (2005). Ilmu Kandungan Edisi 2 Cetakan ke-4. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Jurnal Stikes A. Yani 13

You might also like