Professional Documents
Culture Documents
Asupan GGL
Asupan GGL
GIZI INDONESIA
Journal of the Indonesian Nutrition Association http://ejournal.persagi.org/go/
p-ISSN: 0436-0265 e-ISSN: 2528-5874
E-mail: atmarita@gmail.com
ABSTRACT
Indonesia is facing a very complex health problems. Non-communicable diseases is increasing, while
infectious diseases still quite dominant. Among other contributing factors is the imbalance of daily
required nutrients intake. Overweight is closely associated with daily intake level of consumed foods,
especially the calorie contributors such as sugar and fat, besides, excessive salt intake drives people to
eat more. This article is intended to determine the intake of sugar, salt and fat of Indonesian population
that is exceeding the WHO recommendations. The analysis used the data of Individual Food Consumption
Survey or SKMI 2014 that collected data and asked all food consumed in the last 24 hours from 45,802
households and 145,360 household members in all provinces in Indonesia. Descriptive analysis of all 17
food groups was undertaken to calculate the intake level of sugar, salt, and fat of each individual, and also
calculated the proportion based on the characteristics of age group, sex, place of residence, socio-
economic, and by province as well. The analysis showed that 77 million people or 29.7 percent of
Indonesia's population consumed sugar, salt, and fat exceeding WHO recommendations: sugar (> 50
g/day), salt (> 5 g/day), and fat (> 67 g/day). This should be anticipated due to the increasing trend of
people with non-communicable diseases, such as obesity, hypertension, diabetes mellitus, and stroke
which have already apparent from 2007 to 2013. It was suggested to reduce the intake of sugar, salt, and
fat need of the population through advocacy, counseling, socialization at schools, food and beverage
industries, restaurants, factories, and other relevant institutions.
Keywords: intake sugar-salt-fat, non-communicable diseases, Indonesian population
ABSTRAK
Indonesia menghadapi masalah kesehatan yang sangat kompleks. Penyakit tidak menular semakin
meningkat, sementara penyakit menular masih cukup dominan. Faktor penyebabnya antara lain adalah
tidak seimbangnya asupan zat gizi yang dibutuhkan sehari-hari. Kelebihan berat badan sangat erat
kaitannya dengan konsumsi makanan sehari-hari, terutama penyumbang kalori, seperti gula dan lemak,
selain asupan garam yang cenderung membuat orang untuk mengonsumsi makan lebih banyak. Artikel ini
ditujukan untuk mengetahui asupan gula, garam, dan lemak penduduk Indonesia yang melebihi
rekomendasi WHO. Analisis menggunakan data Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) 2014 yang
mengumpulkan data dan menanyakan semua yang dikonsumsi 24 jam terakhir dari 45.802 rumah tangga
dan 145.360 anggota rumah tangga di seluruh provinsi di Indonesia. Analisis deskriptif dari ke-17
kelompok makanan dilakukan untuk menghitung asupan gula, garam, dan lemak (GGL) dari setiap
individu, dan juga dihitung proporsi berdasarkan karakteristik: kelompok umur, jenis kelamin, tempat
tinggal, sosial-ekonomi, dan juga menurut provinsi. Hasil analisis menunjukkan bahwa 29,7 persen
penduduk Indonesia atau setara dengan 77 juta jiwa sudah mengonsumsi GGL melebihi rekomendasi
WHO: gula (>50 gram/hari), garam (>5 gram/hari), dan lemak (>67 gram/hari). Hal ini perlu diantisipasi
mengingat kecenderungan meningkatnya penderita penyakit tidak menular, seperti: obesitas, hipertensi,
diabet mellitus, dan stroke yang sudah jelas dari tahun 2007 ke tahun 2013. Saran untuk mengurangi
asupan GGL ini perlu segera dilakukan dengan target seluruh penduduk, melalui
advokasi/penyuluhan/sosialisasi di sekolah, industri makanan-minuman, restoran, pabrik, dan institusi
terkait lainnya.
Kata kunci: asupan gula-garam-lemak, penyakit tidak menular, penduduk Indonesia
1
Gizi Indon 2016, 39(1):1-14 Asupan gula, garam, dan lemak di Indonesia… Atmarita, dkk
I
Namun, Permenkes ini ditunda
kesehatan yang sangat kompleks.
pemberlakuannya sampai dengan tahun 2019.
Penyakit tidak menular (PTM) semakin
Kemungkinan besar karena informasi yang
meningkat, sementara penyakit menular masih
diberikan kurang mencukupi untuk para industri
cukup dominan. Dari Riskesdas 2007 ke
pangan dapat menerima Permenkes ini.
Riskesdas 2013, menunjukkan prevalensi
penduduk dengan berat badan lebih (IMT≥25)
dan obesitas (IMT>30) pada penduduk dewasa
METODE PENELITIAN
18 tahun ke atas meningkat dari 14,0 persen
dan 2,8 persen menjadi 25,8 persen dan 5,6
persen. Untuk berat badan lebih dan obesitas Analisis konsumsi gula, garam, dan lemak
diderita utamanya pada kelompok perempuan. menggunakan data Survei Konsumsi Makanan
Pada periode ini, proporsi perempuan 18 tahun Individu (SKMI) tahun 2014 yang
ke atas dengan berat badan lebih meningkat mengumpulkan data konsumsi inidvidu secara
dari 17,5 persen menjadi 32,3 persen, lengkap. Desain SKMI adalah potong-lintang
sedangkan obesitas meningkat dari 4,0 persen (cross-sectional) yang mewakili sampel rumah
menjadi 8,2 persen. Sementara pada kelompok tangga sampai dengan tingkat provinsi. Sampel
laki-laki dengan usia yang sama, berat badan SKMI 2014 ini merupakan sub-sampel dari
lebih meningkat dari 10,3 persen menjadi 19,4 Riskesdas 2013. Data SKMI 2014 meliputi
persen dan obesitas dari 1,6 persen menjadi 3,0 menu, jenis dan berat makanan, yang
persen. Angka nasional tahun 2013, berat dikelompokkan menjadi 17 kelompok makanan
badan lebih (BB/TB>2SD) pada anak balita, sebagai berikut:
yaitu 12 persen, dan 5,8 persen pada anak usia
5-18 tahun.1,2,3 1. Sereal dan hasil olahnya
Kelebihan berat badan sangat erat 2. Umbi-umbian dan hasil olahnya
kaitannya dengan konsumsi/asupan makanan 3. Kacang-kacangan dan hasil olahnya
sehari-hari, terutama penyumbang kalori, 4. Sayuran dan hasil olahnya
seperti gula dan lemak. Selain itu konsumsi 5. Buah dan hasil olahnya
garam, yang juga cenderung membuat orang 6. Daging dan hasil olahnya
untuk mengonsumsi makanan lebih banyak. 7. Jeroan/non-daging dan olahnya
Makanan tidak bergaram, akan berbeda 8. Ikan, hewan laut lainnya dan hasil olahnya
rasanya dengan makanan yang bergaram. 9. Telur dan hasil olahnya
Dalam waktu lama, faktor risiko ini secara 10. Susu dan hasil olahnya
kumulatif akan menyebabkan PTM, seperti 11. Minyak, lemak dan olahannya
obesitas, hipertensi, diabetes mellitus (DM), dan 12. Gula, sirup, dan konfeksioneri
stroke menjadi meningkat pada seluruh lapisan 13. Bumbu dan olahannya
penduduk (semua level sosial ekonomi) 14. Minuman
demikian pula komplikasinya.4 15. Makanan komposit
Analisis berikut bertujuan untuk mengetahui 16. Air
konsumsi gula, garam, dan lemak yang 17. Suplemen
berlebihan berdasarkan data Survei Konsumsi
Makanan Individu (SKMI) yang dilakukan Badan SKMI tahun 2014 berhasil mendatangi
Litbangkes tahun 2014. Hal ini terkait juga kembali 45.802 rumah tangga dan 145.360
dengan Permenkes No. 30 tahun 2013 yang anggota rumah tangga yang dikumpulkan
menetapkan pencantuman informasi kandungan Riskesdas 2013. Metode pengumpulan data
gula, garam, lemak serta pesan kesehatan adalah dengan menanyakan semua makanan
untuk pangan olahan dan pangan siap saji. dan minuman yang dikonsumsi 24 jam terakhir
Pesan kesehatan yang dimaksud adalah (food recall-24 hours). Wawancara dibantu
konsumsi gula lebih dari 50 gram, natrium (Na) dengan menggunakan pedoman pengumpulan
lebih dari 2000 milligram (mg), yang setara data konsumsi makanan.6
2
Gizi Indon 2016, 39(1):1-14 Asupan gula, garam, dan lemak di Indonesia… Atmarita, dkk
Tabel 1
Rata-rata Berbagai Komoditas Pangan Sumber Gula menurut Kelompok Umur, Indonesia 2014
Tabel 2
Rata-rata Konsumsi Gula (g/orang/hari) menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, Indonesia 2014
3
Gizi Indon 2016, 39(1):1-14 Asupan gula, garam, dan lemak di Indonesia… Atmarita, dkk
Gambar 1
Proporsi Penduduk dengan Konsumsi Gula >50 g/orang/hari menurut Karakteristik, SKMI 2014
Gambar 2
Proporsi Penduduk dengan Konsumsi Gula >50 g/orang/hari menurut Provinsi, Indonesia 2014
Dapat dilihat, rata-rata konsumsi gula Pada Gambar 2, menurut provinsi, tampak
adalah 25,61 g/orang/hari, di mana laki-laki penduduk yang tinggal di DI Yogyakarta, 22,7
mengonsumsi gula lebih banyak dibandingkan persen mengonsumsi gula >50 g/orang/hari,
perempuan. Konsumsi gula rata-rata meningkat sedangkan angka nasional adalah 11,8 persen,
sesuai dengan bertambahnya usia untuk kedua dan yang terendah adalah provinsi Maluku
jenis kelamin. Jika dikaitkan dengan Permenkes (1,5%).
30/2013, maka proporsi penduduk dengan Jika dihitung kontribusi konsumsi gula di
konsumsi gula >50 g/orang/hari menurut atas terhadap asupan karbohidrat (KH) yang
karakteristik dan menurut provinsi masing- dikonsumsi sehari-hari (rasio konsumsi gula
masing tampak pada Gambar 1 dan Gambar 2. terhadap total KH, dapat dilihat pada Gambar 3.
Penduduk usia 19 tahun ke atas cenderung Dapat dilihat sumber karbohidrat yang
mengonsumsi gula >50 g/orang/hari (>13%) dikonsumsi sehari-hari (Gambar 3) adalah
dibandingkan kelompok umur muda <19 tahun. berasal dari konsumsi gula yang kontribusinya
Menurut jenis kelamin, proporsi laki-laki yang cukup besar antara 14,4 persen (pada
mengonsumsi gula di atas 50 gram cukup tinggi kelompok umur 13-18 tahun) sampai dengan
(15,9%) dibandingkan perempuan (7,1%). 23,3 persen pada kelompok umur >55 tahun.
Menurut tempat tinggal, tampak tidak ada Kontribusi konsumsi gula terhadap KH
perbedaan yang mencolok antara penduduk penduduk kota (19,8%) lebih tinggi dari
yang tinggal di perkotaan dan perdesaan. penduduk yang tinggal di desa (18,3%).
Demikian pula halnya menurut status ekonomi. Sementara kontribusi gula terhadap asupan KH
4
Gizi Indon 2016, 39(1):1-14 Asupan gula, garam, dan lemak di Indonesia… Atmarita, dkk
menurut sosial ekonomi meningkat dari 16,9 tinggal di kota. Sementara menurut kelompok
persen (terbawah) dan 20,7 persen untuk umur, kelompok usia 13-18 tahun cenderung
penduduk dengan sosial ekonomi teratas. mengonsumsi garam lebih banyak dari
Secara umum, rata-rata hampir 20 persen dari kelompok umur lainnya (7,03 ± 6,65) g/hari.
asupan KH yang dikonsumsi penduduk Rata-rata konsumsi garam per hari cenderung
Indonesia berasal dari komoditas yang lebih rendah pada kelompok miskin
mengandung gula (sukrosa). dibandingkan kelompok kaya, dan hanya
kelompok penduduk usia 0-4 tahun yang
Konsumsi garam konsumsi garamnya <5 g/hari.
WHO merekomendasikan mengurangi Menurut provinsi, seperti terlihat pada
asupan natrium untuk upaya menurunkan Gambar 4, hampir seluruh penduduk di
tekanan darah dan risiko penyakit Indonesia sudah melebihi rekomendasi (5
kardiovaskular, stroke dan penyakit jantung g/hari). Konsumsi garam tertinggi ada di Nusa
koroner pada orang dewasa. Lebih lanjut, WHO Tenggara Barat (8 g/orang/hari), dan hanya 5
merekomendasikan asupan natrium (Na) <2 provinsi (Papua, Gorontalo, Sulut, NTT, dan
g/hari atau setara dengan <5 g garam (NaCl) Maluku) dengan konsumsi garam <5 g/hari.
untuk usia dewasa.9 Analisis untuk mengetahui Tabel 4 menunjukkan asupan garam
konsumsi garam dilakukan dengan cara penduduk Indonesia yang sangat
menghitung kandungan natrium dari 17 memprihatinkan, karena lebih dari 50 persen
kelompok makanan, yang kemudian dikonversi penduduk mengonsumsi garam >5 g/hari
ke garam (NaCl). Konversi dari natrium ke (53,7%). Hampir seperlima (18,9%) penduduk
garam dilakukan dengan membagi nilai natrium Indonesia mengonsumsi garam lebih dari 10
(mg) dengan 393,4, atau dalam 1 gram garam g/hari (>10 – 30 g/hari).
terkandung sekitar 393,4 mg natrium.10 Sumber dari asupan natrium yang
Tabel 3 menunjukkan rata-rata konsumsi dikonsumsi sehari-hari diperoleh dari ke-17
garam (g/orang/hari) menurut karakteristik (jenis kelompok pangan dari serealia sampai dengan
kelamin, tempat tinggal, kelompok umur, dan suplemen. Pada Tabel 5 bisa dilihat kontribusi
status ekonomi). Dari rata-rata konsumsi garam terbesar asupan natrium berasal dari kelompok
ini sudah terlihat bahwa penduduk Indonesia bumbu, termasuk garam. Makin bertambah
sudah mengonsumsi garam >5 g/hari, yaitu usia, kontribusi natrium dari kelompok bumbu
(6,68 ± 5,85) g/hari. Laki-laki cenderung semakin besar (69,7%). Demikian juga dari
mengonsumsi garam lebih banyak dari kelompok pangan hewani dan olahannya
perempuan. Demikian pula penduduk yang (13,5%).
Gambar 3
Rasio Konsumsi Gula terhadap Asupan Karbohidrat menurut Karakteristik, Indonesia 2014
5
Gizi Indon 2016, 39(1):1-14 Asupan gula, garam, dan lemak di Indonesia… Atmarita, dkk
Tabel 3
Rata-rata Konsumsi Garam (g/orang/hari) menurut Karakterisitik, Indonesia 2014
Karakteristik Rata-rata SD
Jenis kelamin Laki-laki 6,80 5,86
Perempuan 6,56 5,83
Kelompok umur 0-4 3,77 4,73
(tahun) 5-12 6,76 6,00
13-18 7,03 6,65
19-55 6,91 5,76
> 55 6,16 5,34
Tempat tinggal Kota 6,85 6,06
Desa 6,52 5,62
Status ekonomi Terbawah 5,96 5,51
Menengah Bawah 6,58 5,62
Menengah 6,70 5,43
Menengah Atas 6,94 5,96
Teratas 6,98 6,50
Total 6,68 5,85
Gambar 4
Rata-rata Konsumsi Garam (g/orang/hari) menurut Provinsi, Indonesia 2014
6
Gizi Indon 2016, 39(1):1-14 Asupan gula, garam, dan lemak di Indonesia… Atmarita, dkk
Sementara menurut provinsi, terlihat lemak tiga kali lipat dibandingkan penduduk di
penduduk yang tinggal di Jakarta mengonsumsi NTT (77 berbanding 25,4 g/kap/hari).
Tabel 4
Proporsi Penduduk menurut Klasifikasi Konsumsi Garam, Indonesia 2014
Tabel 5
Kontribusi Asupan Natrium dari Kelompok Pangan menurut Kelompok Umur, Indonesia 2014
7
Gizi Indon 2016, 39(1):1-14 Asupan gula, garam, dan lemak di Indonesia… Atmarita, dkk
Gambar 5
Rata-rata Asupan Lemak Total (g/hari) menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur, Indonesia 2014
Tabel 6
Rata-rata Asupan Lemak Total (g/hari) menurut Karakteristik, Indonesia 2014
Karakteristik Rata-rata SD
Jenis kelamin Laki 57,0 39,1
Perempuan 49,6 33,5
Kelompok umur 0-4 37,9 26,2
5-12 57,2 34,6
13-18 57,2 39,5
19-55 54,9 37,6
> 55 43,9 30,2
Tempat tinggal Kota 60,5 38,4
Desa 46,0 33,2
Status ekonomi Terbawah 37,0 30,0
Menengah Bawah 47,7 33,0
Menengah 54,0 36,1
Menengah Atas 59,3 37,6
Teratas 62,8 38,7
Total 53,3 36,6
8
Gizi Indon 2016, 39(1):1-14 Asupan gula, garam, dan lemak di Indonesia… Atmarita, dkk
Gambar 6
Rata-rata Asupan Lemak Total (g/hari) menurut Provinsi, Indonesia 2014
Tabel 7
Proporsi Penduduk berdasarkan Klasifikasi Lemak Total menurut Karakteristik, Indonesia 2014
9
Gizi Indon 2016, 39(1):1-14 Asupan gula, garam, dan lemak di Indonesia… Atmarita, dkk
Gambar 7
Proporsi Penduduk berdasarkan Asupan Lemak Total >67 g/hari menurut Provinsi, Indonesia 2014
Tabel 8
Kontribusi Asupan Lemak dari Kelompok Pangan menurut Kelompok Umur, Indonesia 2104
10
Gizi Indon 2016, 39(1):1-14 Asupan gula, garam, dan lemak di Indonesia… Atmarita, dkk
Tabel 9
Proporsi Penduduk dengan GGL-Normal dan GGL-Lebih
menurut Karakteristik, Indonesia 2014
Gambar 8
Proporsi Penduduk dengan Asupan GGL-Lebih menurut Provinsi, Indonesia 2014
11
Gizi Indon 2016, 39(1):1-14 Asupan gula, garam, dan lemak di Indonesia… Atmarita, dkk
Tabel 10
Prevalensi Obesitas, Hipertensi, DM, dan Stroke 2007 dan 2013
12
Gizi Indon 2016, 39(1):1-14 Asupan gula, garam, dan lemak di Indonesia… Atmarita, dkk
kacang-kacangan, dan minyak nabati. Ketika membiasakan baca label pada produk
mengonsumsi pangan berasal dari kelompok makanan, agar mulai menghindari makanan
daging/hewan dan olahan, maka dianjurkan yang mengandung gula, garam, dan lemak
untuk memilih yang kurus, dan rendah lemak. berlebihan.
Jika diperhatikan asupan lemak untuk Penundaaan pemberlakuan Permenkes
penduduk Indonesia, mayoritas kontribusi No. 30 menjadi tahun 2019, sebenarnya akan
berasal dari kelompok daging dan olahan, serta menambah beban negara, karena
kelompok pangan komposit (>40%). Hasil kecenderungan penduduk yang menderita
Riskesdas 2007 dan 2013 menunjukkan penyakit tidak menular yang sudah makin
kecenderungan prevalensi stroke meningkat meningkat. Saran sosialisasi, diseminasi ke
untuk semua level status ekonomi, dari yang seluruh institusi terkait (pemerintah, swasta,
terbawah sampai dengan teratas. Beberapa industri makanan dan minuman) sangat
studi yang membandingkan asupan lemak diperlukan untuk mengurangi konsumsi GGL
antara pasien stroke dan orang normal setiap hari yang sudah berlebihan ini.
menyimpulkan, asupan asam lemak jenuh dan
asam lemak tak jenuh tunggal pada pasien
UCAPAN TERIMA KASIH
stroke, baik laki-laki maupun perempuan, lebih
tinggi.23 Studi lain menyimpulkan, asupan lemak
total melebihi 65 g per hari akan meningkatkan Ucapan terima kasih ditujukan pada Badan
risiko stroke iskemik 1,6 kali (95% CI: 1,2-2,3).24 Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Kemenkes yang sudah memberikan izin untuk
SIMPULAN DAN SARAN menggunakan data SKMI 2014.
Simpulan
RUJUKAN
Indonesia sudah berisiko sangat tinggi
terhadap konsumsi Gula, Garam, dan Lemak.
Dan juga gabungan dari konsumsi GGL ini yang 1. Kementerian Kesehatan, Badan Penelitian
menunjukkan situasi berbahaya, karena 30 dan Pengembangan Kesehatan. Laporan
persen penduduk (setara dengan 77 juta orang) Nasional: Riset Kesehatan Dasar
konsumsinya sudah melebihi dari rekomendasi (Riskesdas) 2007. Jakarta: Balitbangkes
per hari. Kebijakan nasional untuk mengurangi Kemenkes RI; 2008.
konsumsi gula, garam dan lemak harus segera 2. Kementerian Kesehatan, Badan Penelitian
diimplementasikan untuk antisipasi semakin dan Pengembangan Kesehatan. Laporan
melonjaknya penduduk dengan risiko penyakit Nasional: Riset Kesehatan Dasar
tidak menular. (Riskesdas) 2013. Jakarta: Balitbangkes
Kemenkes RI; 2014.
Saran 3. World Obesity,
Pemerintah harus mempertimbangkan http://www.worldobesity.org/resources/worl
berbagai regulasi terkait untuk mengurangi d-map-obesity/#country=IDN.
konsumsi gula, garam, dan lemak, termasuk 4. Diet, nutrition and the prevention of chronic
pada produk-produk makanan jadi, dan juga diseases: report of a Joint WHO/FAO
makanan siap saji. Pada tataran implementasi Expert Consultation. WHO Technical
program, seperti advokasi pada industri-industri Report Series, No. 916. Geneva: World
pangan termasuk minuman, menjadi suatu Health Organization; 2003.
keharusan, dan juga sistem pemantauannya. 5. Kemenkes 2013. Permenkes Nomor 30
Selain itu, kepada masyarakat luas juga tahun 2013 tentang Pencantuman
diperlukan promosi atau penyuluhan untuk Informasi kandungan gula, garam, dan
mengurangi komsumsi gula, garam dan lemak. lemak serta pesan kesehatan untuk pangan
Promosi bisa dilakukan melalui sekolah- olahan dan pangan siap saji.
sekolah, tempat kerja dan fasiltas umum, 6. Siswanto, dkk. Buku Survei Konsumsi
seperti restauran, pabrik-pabrik yang Makanan Individu dalam Studi Diet Total
memproduksi makanan dan minuman jadi. Indonesia 2014. Jakarta: Badan Penelitian
Penyuluhan pada masyarakat untuk dan Pengembangan Kesehatan; 2014.
13
Gizi Indon 2016, 39(1):1-14 Asupan gula, garam, dan lemak di Indonesia… Atmarita, dkk
7. WHO. WHO Technical Report Series 916. cardiovascular causes. N Engl J Med.
Diet, nutrition and the prevention of chronic 2014;371(7):624−34.
diseases. Geneva: WHO Press; 2003. doi:10.1056/NEJMoa1304127.
8. WHO, 2015. Guideline: Sugars intake for 18. He FJ, Li J, Macgregor GA. Eff ect of
adults and children. Geneva: World Health longer-term modest salt reduction on blood
Organization. pressure. Cochrane Database Syst Rev.
9. WHO, 2012. Guideline: Sodium intake for 2013;(4):C04937.
adults and children. Geneva: World Health doi:10.1002/14651858.CD004937.pub2
Organization; 2012. 19. Sacks FM, Svetkey LP, Vollmer WM, Appel
10. Land M-A, Jeffery P, Webster J, et al. LJ, Bray GA, Harsha D et al.; DASH–
Protocol for the implementation and Sodium Collaborative Research Group.
evaluation of a community-based Effects on blood pressure of reduced
intervention seeking to reduce dietary salt dietary sodium and the Dietary Approaches
intake in Lithgow, Australia. BMC Public to Stop Hypertension (DASH) diet. N Engl J
Health. 2014;14:357. doi:10.1186/1471- Med. 2001;344:3–10.
2458-14-357.
20. Cook NR, Cutler JA, Obarzanek E, Buring
11. Hooper L, Abdelhamid A, Moore HJ, JE, Rexrode KM, Kumanyika SK et al. Long
Douthwaite W, Skeaff CM, Summerbell CD. term eff ects of dietary sodium reduction on
Effect of reducing total fat intake on body cardiovascular disease outcomes:
weight: systematic review and meta- observational follow-up of the trials of
analysis of randomised controlled trials and hypertension prevention (TOHP). BMJ.
cohort studies. BMJ. 2012; 345: e7666. 2007;334:885–8.
12. Diet, nutrition and the prevention of chronic
21. Effect of reduced sodium intake on blood
diseases: report of a Joint WHO/FAO
pressure, renal function, blood lipids and
Expert Consultation. WHO Technical
other potential adverse effects. Geneva:
Report Series, No. 916. Geneva: World
World Health Organization; 2012
Health Organization; 2003.
(http://apps.who.int/iris/
13. Fats and fatty acids in human nutrition:
bitstream/10665/79325/1/9789241504911_
report of an expert consultation. FAO Food
eng.pdf.
and Nutrition Paper 91. Rome: Food and
Agriculture Organization of the United 22. Pfister R, Michels G, Sharp SJ, Luben R,
Nations; 2010. Wareham NJ, Khaw KT. Estimated urinary
14. Nishida C, Uauy R. WHO scientific update sodium excretion and risk of heart failure in
on health consequences of trans fatty men and women in the EPIC-Norfolk study.
acids: introduction. Eur J Clin Nutr. 2009; Eur J Heart Fail. 20 January 2014 (Epub
63 Suppl 2:S1–4. ahead of print). doi:10.1002/ejhf.56.
15. Kemenkes 2015. Rencana Aksi Strategis 23. Darvishi L, Hariri M, Hajishafiei M, et al.
Nasional Pencegahan dan Pengendalian Comparison of fat intake between patients
Penyakit Tidak Menular (RAN PP-PTM) with stroke and normal population. Journal
2015-2019. Jakarta: Dirjen Pengendalian of Research in Medical Sciences: The
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Official Journal of Isfahan University of
Kemenkes 2015. Medical Sciences. 2013;18(Suppl 1):S59-
16. Malik VS, Pan A, Willett WC, Hu FB. Sugar- S61.
sweetened beverages and weight gain in 24. Boden-Albala B, Elkind MSV, White H,
children and adults: a systematic review Szumski A, Paik MC, Sacco RL. Dietary
and meta-analysis. Am J Clin Nutr. 2013; Total Fat Intake and Ischemic Stroke Risk:
98(4):1084–1102. The Northern Manhattan
17. Mozaffarian D, Fahimi S, Singh GM, Micha Study. Neuroepidemiology. 2009;32(4):296-
R, Khatibzadeh S, Engell RE, Lim S et al.; 301. doi:10.1159/000204914.
Global Burden of Diseases Nutrition and
Chronic Diseases Expert Group. Global
sodium consumption and death from
14