Professional Documents
Culture Documents
Potensi Kawasan Bekas Tambang Sebagai Objek Wisata (Studi Kasus Kandi-Tanah Hitam Kota Sawahlunto)
Potensi Kawasan Bekas Tambang Sebagai Objek Wisata (Studi Kasus Kandi-Tanah Hitam Kota Sawahlunto)
APJULKHIR PAPUA HM
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
PERNYATAAN
APJULKHIR PAPUA HM
NRP A353060384
ABSTRACT
Mining was the primary economic generator for the city of Sawahlunto and its
surrounding areas. The role of coal in the region’s economy has been diminished
eversince and people and the government are enforced to develop alternatives
strategies for moving the region’s economy. One of the strategy that is now being
developed is to turn the ex-mining sites for tourism activities. This strategy was
succesfully applied in many ex-mining areas all over the world and came out with
a better economic condition for its people and the region as well. Based on these
facts, development strategies of Sawahlunto was arranged with new vision to
becoming mine tourism city in 2020. The objectives of this research are: (1) to
identify tourism development potential at ex-mining area of Kandi-Tanah Hitam;
(2) to find out tourism development impact to regional development; and (3) to
make a tourism development strategy at ex-mining area Kandi-Tanah Hitam. This
research used descriptive analysis for physical aspect of tourism development
potency and impacts. SWOT Analysis was used to build the tourism development
strategy. The result shows that this area suitable for sport and tourisms such as
horserace, motocross circuit, roadrace, breeding farm, fishing area, water
recreation, and also mini zoo in Tandikat and Kandi Lake. Tourism development
in this area could give positive impact to physical environment, economics and
culture aspects. The priority strategies are development of the tourism area,
service center, and new strategic area based on the potency of area, direction from
regional planning, and low population density.
APJULKHIR PAPUA HM
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Kukuh Murtilaksono, MS
Judul Tesis : Potensi Kawasan Bekas Tambang sebagai Objek
Wisata (Studi Kasus Kandi-Tanah Hitam Kota
Sawahlunto)
Nama : Apjulkhir Papua HM
NIM : A. 353060384
Disetujui
Komisi Pembimbing
Diketahui
Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS
APJULKHIR PAPUA HM
NRP A353060384
RIWAYAT HIDUP
Halaman
i
Strategi dan Arahan Pengembangan Pariwisata Kawasan Bekas
Tambang Kandi-Tanah Hitam ...................................................................... 113
Identifikasi Kekuatan/Kelemahan dan Peluang/Ancaman ............... 113
Analisis SWOT dan Alternatif Strategi ............................................ 115
Analisis dan Strategi Prioritas .......................................................... 118
KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 126
PUSTAKA .............................................................................................................. 127
LAMPIRAN ............................................................................................................ 130
ii
DAFTAR TABEL
Halaman
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
v
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penjabaran dari visi tersebut adalah dalam bentuk misi yang salah satunya
adalah obyek wisata tambang yang potensial digali, ditumbuhkan, dikembangkan,
dilestarikan dan dikemas sebagai paket wisata. Perwujudan misi ini
dikembangkan ke dalam sebuah agenda mewujudkan kota wisata tambang yang
berbudaya (Agenda 2002 – 2020) dengan menetapkan empat faktor kebijakan
yang perlu dikembangkan, yaitu:
(1) kapasitas institusi;
(2) kerjasama antar daerah;
(3) peningkatan kualitas kota; dan
(4) peningkatan kualitas produk dan kawasan wisata.
Untuk mewujudkan visi ini, pemerintah Kota Sawahlunto mulai
membenahi peninggalan-peninggalan yang ada dengan membuat peraturan dalam
bentuk penyusunan dan penetapan Draft Perda Pelestarian Benda Cagar Budaya
dengan Surat Keputusan (SK) Walikota Sawahlunto Nomor 109 Tahun 2006
tanggal 23 Maret 2006. Sebanyak 73 buah peninggalan budaya fisik di Kota
Sawahlunto sudah dilindungi dan disahkan sebagai Benda Cagar Budaya.
Sisa-sisa peninggalan budaya fisik bekas aktivitas tambang dalam berbagai
bentuk bangunan kolonial yang berupa bangunan perkantoran, rumah hunian,
pertokoan, gereja, stasiun, jaringan jalan, instalasi penambangan, dan situs bekas
penambangan mulai dipugar dan direvitalisasi dalam lingkungan kawasan cagar
budaya. Untuk merealisasikan visi kota yang berkaitan dengan pelestarian,
revitalisasi dan pengembangan urban heritage tersebut, pemerintah Kota
Sawahlunto telah melakukan kerjasama dengan berbagai pihak dan instansi terkait
antara lain Departemen Pekerjaan Umum-Kimpraswil, University Technology Of
Malaysia, Museum Adityawarman Padang, dan Balai P3 Batusangkar.
Sesuai dengan kesepakatan dan perjanjian antara Pemerintah Kota
Sawahlunto dengan PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk Nomor
06/08.04/2400000002/XI-2004 dan Nomor 180/11/Huk-Org/2004, kawasan bekas
tambang yang diserahkan ke Pemerintah Kota Sawahlunto untuk dikelola dan
dimanfaatkan sebagai kawasan wisata dan olahraga adalah kawasan bekas
tambang Kandi-Tanah Hitam dengan luas lahan ± 400 Ha.
5
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan bagi Pemerintah
Daerah Kota Sawahlunto dalam melakukan perencanaan, pengelolaan,
pemanfaatan, evaluasi dan monitoring pengembangan pariwisata pada kawasan
bekas tambang untuk masa yang akan datang.
7
TINJAUAN PUSTAKA
pendekatan regional atau teritorial yang dilakukan oleh daerah atau masyarakat
setempat.
Selanjutnya Ary (2001) dalam Alkadri et al. (2001) mengatakan bahwa,
tujuan pengembangan wilayah adalah untuk meningkatkan dayaguna dan
hasilguna sumberdaya yang tersebar di wilayah Indonesia guna mewujudkan
tujuan pembangunan nasional. Untuk itu arah dan kebijaksanaan pengembangan
wilayah adalah:
(1). pembangunan diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dengan tetap memperkukuh kesatuan dan ketahanan
nasional serta mewujudkan Wawasan Nusantara.
(2). pembangunan sektoral dilakukan secara saling memperkuat untuk
meningkatkan pertumbuhan, pemerataan, dan kesatuan wilayah
nasional serta pembangunan yang berkelanjutan.
(3). perkembangan wilayah diupayakan saling terkait dan menguatkan
sesuai dengan potensi wilayah.
Dengan demikian, arah dan kebijaksanaan pengembangan wilayah pada
prinsipnya mendukung dan memperkuat pembangunan daerah yang merupakan
bagian integral dari pembangunan nasional.
Sasaran utama yang banyak dicanangkan oleh pemerintah daerah maupun
pemerintah pusat dalam pengembangan wilayahnya adalah meningkatkan
pertumbuhan produktivitas, memeratakan distribusi pendapatan, memperluas
kesempatan berusaha atau menekan tingkat pengangguran, serta menjaga
pembangunan agar tetap berjalan secara berkesinambungan (Alkadri dan
Djajadiningrat, 2002).
Konsep pengembangan wilayah berbeda dengan konsep pembangunan
sektoral, karena pengembangan wilayah sangat berorientasi pada issue
(permasalahan) pokok wilayah secara saling terkait, sementara pembangunan
sektoral sesuai dengan tugasnya, bertujuan untuk mengembangkan sektor tertentu
tanpa terlalu memperhatikan kaitannya dengan sektor-sektor lain. Namun dalam
orientasinya kedua konsep tersebut saling melengkapi, dimana pengembangan
wilayah akan berujung pada titik optimal sektor itu sendiri. Bahkan hal ini dapat
10
menciptakan konflik kepentingan antar sektor, yang pada gilirannya akan terjadi
kontra produktif dengan pengembangan wilayah (Hamzah, 2005).
Selanjutnya juga dikemukan oleh Alkadri et al. (2001) bahwa, aspek
lainnya yang tidak boleh dilupakan dalam usaha pengembangan wilayah adalah
aspek lingkungan hidup. Masalah-masalah lingkungan hidup sudah muncul pada
tahap desa, kecamatan, kabupaten dan terus ke tingkat perkotaan. Untuk itu dalam
menyusun peraturan daerah mengenai pengembangan wilayah ataupun penataan
ruang, supaya lebih menekankan pada pengeloaan lingkungan hidup yang lestari
dan berkelanjutan.
Pariwisata
Pengertian Pariwisata
ketempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah
ditempat yang dikunjungi tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan hidup
guna bertamasya dan rekreasi atau memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
Hal senada juga dikatakan oleh Yoeti (1997), bahwa pariwisata adalah
suatu perjalanan yang dilakukan sementara waktu dari satu tempat ke tempat lain
dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat wisata,
tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan
berekreasi atau untuk memenuhi keinginan lainnya. Sementara itu Soekadijo
(2000) juga mengatakan bahwa pariwisata sebagai suatu kegiatan melibatkan
banyak orang di dalam masyarakat yang masing-masing melakukan pekerjaan-
pekerjaan tertentu dan semua kegiatan dalam masyarakat yang berkaitan satu
dengan yang lain dan merupakan perkaitan sosial.
Menurut Wall (1995) pariwisata adalah perpindahan temporer dari orang-
orang dari tempat mereka bekerja dan menetap, kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan selama mereka berada di tempat tujuan dan kemudahan yang
diberikan dalam melayani kebutuhan mereka. Pendapat lain dikemukakan oleh
Wibowo (2001) bahwa pariwisata dalam bentuk paling sederhana terdiri dari tiga
komponen, yaitu asal (tempat tinggal wisatawan), perjalanan (sarana menuju
tempat tujuan dan kembali ke tempat asal), dan tujuan (tempat-tempat yang
dikunjungi wisatawan). Kegiatan pariwisata sangat erat kaitannya dengan
keinginan manusia untuk berekreasi. Rekreasi adalah mengerjakan sesuatu
perbuatan atau aktifitas yang menyegarkan tubuh, membangun minat, dan
menciptakan kembali kesegaran pikiran dan perasaan. Sedangkan Soemarwoto
(1997) berpendapat bahwa pariwisata adalah industri yang kelangsungan
hidupnya ditentukan oleh baik buruknya lingkungan.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa pariwisata merupakan suatu
kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok ke suatu
tempat tujuan wisata dalam jangka waktu yang singkat untuk menikmati obyek
dan daya tarik wisata.
15
dikatakan, bahwa hampir semua negara maju di benua Eropa dan Amerika Utara
telah menggenjot penggunaan batubara secara besar-besaran dan menjadikan
batubara sebagai pemacu industrialisasi diawal abad ke-20. Sehingga pada awal
abad ke-21 banyak negara mulai kehabisan batubara dan banyak yang harus
meninggalkan tambang ini dengan segala sarana dan fasilitasnya. Pemerintah
Inggris pada tahun 1947 telah menasionalisasi sekitar 950 perusahaan tambang
batubara, tetapi pada tahun 1996 hanya tersisa 27 perusahaan. Bagaimana nasib
kota yang semula tumbuh dan hidup dari tambang ini, berikut contoh dari
bebarapa kota yang semula merupakan kota yang hidup dari tambang batubara
yaitu :
Pariwisata Berkelanjutan
Kepuasan Konsumen
Agar bisa memuaskan konsumen, produsen mesti tahu apa kebutuhan dan
bagaimana selera konsumen (Farid, 2003). Penelitian yang sudah dilakukan
tentang kepuasan konsumen jasa wisata berdasarkan penelusuran yang dilakukan
sangat banyak dan bervariasi. Indek Kepuasan Konsumen (Costumer Satisfaction
Index) memiliki keuntungan dapat menggunakan data hasil Importance
Performance Analysis (IPA) sebagai data awal dalam menganalisis sehingga dapat
memperhitungkan atau mengetahui kepuasan konsumen secara variabel
keseluruhan dengan sederhana dan lebih akurat. Kekurangannya adalah tidak
dapat menganalisis variabel secara terpisah sehingga hasil analisis yang diperoleh
kurang jelas.
Rainanto (2003) dan Suhadi (2004) dalam Ihshani (2005) melakukan
penelitian tentang identifikasi perilaku konsumen dan tingkat kesesuaian harapan
22
METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan lapang dan wawancara. Unsur-
unsur yang diamati meliputi aspek sumberdaya fisik (geologi, lereng, tanah,
hidrologi, dan infrastruktur), aspek daya tarik, kondisi fisik obyek wisata
24
Habisnya sumberdaya
Masalah keberlanjutan
tambang sbg Prime mover
pengembangan daerah
pembangunan daerah
Analisis Data
Analisis dan interpretasi data biofisik, ekonomi dan sosial budaya dalam
penelitian ini dilakukan secara deskriptif. Sementara itu untuk mengetahui kondisi
objek pariwisata saat ini, diukur melalui analisis kepuasan konsumen. Analisis
deskriptif juga digunakan untuk mengetahui dampak pengembangan pariwisata
terhadap pengembangan wilayah ditinjau dari aspek fisik, ekonomi, sosial budaya
dan masyarakat sekitar kawasan. Selanjutnya untuk membuat arahan strategi
pengembangan pariwisata pada kawasan bekas tambang, dilakukan dengan
analisis SWOT. Hubungan antara tujuan penelitian, data yang digunakan, sumber
data, teknik analisis, dan output yang diharapkan dapat dilihat dalam Tabel 1 dan
Gambar 6.
dimana:
= Bobot rata-rata tingkat penilain kinerja atribut ke-i
= Bobot rata-rata tingkat penilaian kepentingan atribut ke-i
= Jumlah responden
Dilanjutkan dengan menghitung rata-rata tingkat kepentingan dan kinerja
untuk keseluruhan atribut, dengan rumus:
dimana:
= Nilai rata-rata kinerja atribut
= Nilai rata-rata kepentingan atribut
= Jumlah atribut
Nilai ini memotong tegak lurus pada sumbu horisontal, yakni sumbu
yang mencerminkan kinerja atribut (X) sedangkan nilai memotong tegak lurus
pada sumbu vertikal, yakni sumbu yang mencerminkan kepentingan atribut (Y).
Setelah diperoleh bobot kinerja dan kepentingan atribut serta nilai rata-rata kinerja
dan kepentingan atribut, kemudian nilai-nilai tersebut diplotkan ke dalam diagram
kartesius seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 5. Diagram kartesius Importance-
Performance Analysis terbagi ke dalam empat kuadran (Supranto, 2001) yaitu :
Kuadran I (Prioritas utama), kuadran ini memuat atribut-atribut yang dianggap
29
Kuadran I Kuadran II
Kepentingan (Y)
(Prioritas Pertahankan
Utama) Prestasi
dimana:
n = Jumlah Konsumen
Yi = Nilai Kepentingan Atribut ke-i
2) Menentukan bobot Weight Factors (WF), yang merupakan persentase nilai
MIS per atribut terhadap total MIS seluruh atribut.
dimana:
p = Atribut kepentingan ke-p
3) Menentukan bobot Weight Score (WS), yang merupakan perkalian antara
WF Dengan rata-rata tingkat kepuasan (X) (Mean Satisfaction Score = MSS)
31
dimana :
p = Atribut kepentingan ke-p
HS = (Highest scale) skala maksimum yang digunakan.
Pada umumnya, bila nilai CSI di atas 50 persen dapat dikatakan bahwa
konsumen sudah merasa puas sebaliknya bila nilai CSI dibawah 50 persen
konsumen belum dikatakan puas. Nilai CSI dalam penelitian ini dibagi ke dalam
lima kriteria dari tidak puas sampai dengan sangat puas (Tabel 2). Kriteria ini
mengikuti modifikasi kriteria yang pernah dilakukan oleh PT Sucofindo dalam
melakukan Survei Kepuasan Pelanggan.
dimana:
= Nilai dari hasil uji Friedman
= Jumlah responden
k = Jumlah variabel yang akan diuji (atribut tambahan)
Rj = Jumlah ranking tiap variabel
Kriteria untuk Analisis Varian Ranking Dua Arah Friedman, yaitu: jika
nilai > , maka kesimpulan yang akan diperoleh adalah tolak Ho.
Hal tersebut berarti terdapat perbedaan tingkat keperluan atau kebutuhan diantara
fasilitas tambahan.
Untuk lebih mengetahui perbedaan yang nyata diantara variabel-variabel
tersebut dilakukan Uji Perbandingan Berganda untuk uji Friedman (Santoso,
2001).
Kriteria uji untuk uji perbandingan berganda untuk uji Friedman ini yaitu:
jika nilai sebelah kiri lebih besar daripada nilai dari sisi sebelah kanan
Tabel 3. Pembobotan setiap unsur SWOT berdasarkan Blok Plan Resort Wisata
Kandi-Tanah Hitam Kota Sawahlunto
Kekuatan Peluang Kelemahan Ancaman
Bobot Bobot Bobot Bobot
(S) (O) (W) (T)
S1 ... O1 ... W1 ... T1
S2 ... O2 ... W2 ... T2 ...
... ... ... ... ... ... ... ...
Sn ... On ... Wn ... Tn ...
Overlay
Analisis deskrpitif Multiple Comparison Importance
Uji Friedman Performance Analysis
Potensi
Biogeofisik Karakteristik &
Proses Pengambilan Prioritas Fasilitas
Data Tambahan
keputusan kunjungan Analisis Kuadran Analisis GAP
Ekonomi, Analisis deskrpitif
Sosial Budaya
Resp on Kesenjangan
Potensi pengembangan Konsumen Kinerja-Harapan
kawasan
Dampak pengembangan
Pariwisata terhadap Analisis Kepuasan Pengunjung
Pengembangan Wilayah (CSI)
Indeks Kepuasan
Analisis deskrpitif Pengunjung
Analisis SWOT
- Geologi
Daerah Kota Sawahlunto terletak pada cekungan pra-tersier Ombilin yang
berbentuk belah ketupat panjang dengan ujung bulat, selebar 22,50 km dan
Panjang 47,00 km. kedalaman cekungan ini diperkirakan 2,00 km, diisi oleh
lapisan yang muda yang disebut dengan Formasi Brani, Formasi Sangkarewang,
Formasi Sawahlunto, Formasi Sawah Tambang dan Formasi Ombilin. Formasi
Ombilin merupakan lapisan paling muda menurut kategori zaman tersier atau
berumur sekitar 2 juta tahun. Kota Sawahlunto terletak di atas Formasi
Sawahlunto, batuan yang terbentuk pada zaman yang diberi istilah kala (epoch)
Eocen sekitar 40 – 60 juta tahun yang lalu. Para ahli geologi beropini bahwa
Kepulauan Nusantara sekarang ini terbentuk sekitar 4 juta tahun yang lalu.
Mereka menduga ketika Formasi Sawahlunto terbentuk belum ada Pulau
Sumatera seperti sekarang ini. Pada Cekungan Ombilin inilah tersimpan batubara.
Sampai saat ini, 30 juta ton batubara telah ditambang sedangkan yang telah teruji
dan terkira diperkirakan masih tersisa sekitar 132 juta ton lagi (Antono, 1993).
Biasanya lapisan tanah dan batuan tanah ini memang membeku atau liat
serta sulit untuk meluruskan atau menyimpan air tanah dan kemungkinan air tanah
hanya tersimpan hanya tersimpan pada kulit bumi yang telah lapuk. Akan tetapi
tidak demikian pada Formasi Sawahlunto. Tanah pada Formasi Sawahlunto
mengandung butiran pasir yang dapat meluruskan air, tetapi dari gambar
penampang Geologi Ombilin diduga air itu justru lolos ke tempat lain.
Aspek geologi yang perlu mendapat perhatian yang sangat serius dalam
perencanaan dan pengembangan Kota Sawahlunto adalah : sesar, gempa bumi,
dan gerakan tanah.
(1). Sesar. Sesar atau patahan yang dapat menimbulkan bencana adalah
sesar yang aktif. Prasarana vital seperti pipa minyak, pipa air bersih
harus direncana pembangunannya tidak memotong sesar aktif.
Berdasarkan pola sesarnya yang sejajar dengan Sesar Besar Sumatera
diperkirakan Sesar Sawahlunto adalah sesar aktif.
(2). Gempa Bumi. Kota Sawahlunto dan sekitarnya telah teridentifikasi
sebagai daerah rawan gempa bumi. Telah tercatat bahwa gempa bumi
40
karena peresapan air hujan, sebagian atau seluruh badan jalan akan
longsor atau turun ke bawah. Beban kendaraan dapat mempercepat
terjadinya longsor.
(3). Rayapan Tanah (soil creep)
Dapat ditemui pada sisi timur laut jalan Sawahlunto–Talawi di Sungai
Durian di bagian yang lerengnya agak landai. Rayapan tanah telah
dikelola dengan pemberian teras di bagian kaki rayapan. Rayapan
tanah terjadi karena masuknya air hujan ke dalam bagian tanah yang
merayap. Air hujan yang meresap menambah berat massa tanah, tetapi
mengurangi daya gesek tanah.
(4). Runtuhan Batu (rock fall)
Dapat terjadi alami pada tempat-tempat yang bertebing terjal, terutama
pada tempat yang batuannya keras dan rapat, seperti pada batu pasir
dan batu gamping di sekitar Kota Sawahlunto pada sepanjang ruas
jalan Muara Kelaban–Sawahlunto, sepanjang ruas jalan Muara
Kelaban Padang Sibusuk, sepanjang gawir sesar turun di Sungai
Durian dan sepanjang Batang Ombilin. Secara alamiah runtuhan batu
pada kekar bertambah lebar karena pelapukan. Oleh karena itu,
kejadian runtuhan batu baru terjadi pada periode yang lama dan sulit
untuk diramalkan. Hal ini justru menyebabkan masyarakat menjadi
lupa akan bahaya yang ditimbulkannya.
- Topografi
Wilayah penelitian terletak pada ketinggian berkisar antara 210-350 meter
di atas permukaan laut (m dpl) dengan bentuk wilayah dominan (80%) berbukit
dan bergelombang yang sebagian besar berlokasi di bagian tengah kawasan bekas
tambang dengan kemiringan lahan antara 15-40%, sisanya (20%) termasuk datar,
landai sampai agak curam (lereng 0-15%) terletaknya di pinggir jalan propinsi,
dan sangat curam (lereng >40%) yang terletak pada areal bekas tambang Kandi-
Tanah Hitam (Tabel 7).
Perbukitan yang terjal merupakan bentang alam yang dominan dalam
daerah administrasi Kota Sawahlunto yang dicirikan oleh bukit-bukit yang
membulat dengan lereng bukit curam sampai terjal (Gambar 8). Kemiringan lahan
yang terjal ini menjadi kendala atau faktor pembatas pengembangan wilayah Kota
Sawahlunto. Bentuk wilayah yang landai tersebar hampir di tengah Kota
Sawahlunto, yang umumnya merupakan jalur- jalur sempit sehingga dirasa sulit
untuk dikembangkan menjadi permukiman perkotaan; posisinya memanjang
sepanjang Sesar Sawahlunto, memisahkan perbukitan terjal yang terletak di kedua
sisinya. Bentuk wilayah yang relatif landai sehingga memungkinkan
berkembangnya permukiman perkotaan hanya dijumpai di Talawi dan Kota
Sawahlunto sendiri.
Topografi yang berbukit atau bergunung tidak menguntungkan untuk
dilakukannya kegiatan pertanian di kawasan bekas tambang ini; dan karena pada
daerah ini telah tertimbun material hasil aktivitas pertambangan, sehingga sangat
mungkin dan rentan terhadap erosi dan longsor. Sebagaimana yang diketahui
bahwa terjadinya erosi dan longsor mempunyai hubungan yang erat dengan sifat-
sifat tanah, topografi dan curah hujan serta vegetasi penutup. Sehubungan dengan
43
Tabel 7. Pola distribusi kelas lereng pada kawasan wisata Kandi-Tanah Hitam
Luas
No Lereng Distribusi Lokasi %
(Ha)
1 0–8% Relatif sedikit dan berada di 23,279 6,69
(Datar-agak landai)pinggir Jalan Kota, Jalan
Propinsi, sungai dan pada areal
bekas tambang batubara
2 9 – 15 % Sebagian besar berada dekat 31,737 9,12
(Landai-agak curam) lahan dengan lereng 0 – 8 %
3 16 – 40 % Tersebar di seluruh lokasi 280,874 80,69
(Agak curam-curam) wilayah penelitian
4 > 40 % Berada di bagian timur wilayah 12,189 3,50
(Sangat curam) penelitian
Jumlah 348,079 100
44
- Iklim
Keadaan iklim di wilayah penelitian lebih kurang sama dengan iklim Kota
Sawahlunto yaitu beriklim tropis. Peta Curah Hujan Indonesia memberikan
gambaran bahwa Kota Sawahlunto berada di dalam isohyat (garis curah hujan)
antara 1.500 - 2.000 mm per tahun dengan rata-rata curah hujan per tahunnya
sebesar 1.754,7 mm dengan rata-rata hari hujan 128 hari. Suhu udara berkisar
antara 22,5 - 27,9 C. Musim kemarau di daerah ini terjadi pada bulan Juni sampai
Oktober, sedangkan musim penghujan terjadi pada bulan Nopember sampai Mei.
Menurut Schmitt & Ferguson, iklim Sawahlunto termasuk dalam tipe Afa,
iklim hujan tropis dengan suhu pada bulan terdingin >18 C. Curah hujan tahunan
± 2350 mm, dengan bulan kering (curah hujan bulanan <60 mm) rata-rata selama
1,5 bulan dan maksimum 4 bulan, serta rata-rata bulan basah selama 7-8 bulan.
Berdasarkan hal tersebut regim suhu tanahnya tergolong dalam isohipertermik dan
regim kelembaban tanahnya tergolong dalam udik.
Keadaan tersebut juga memberikan petunjuk perlunya pemilihan tanaman
(pertanian/kehutanan) yang menyukai kelembaban tinggi dan suhu yang panas
atau tanaman yang dapat beradaptasi dengan iklim tersebut. Perlu ditambahkan
bahwa tanah di daerah ini sebagian besar dipadatkan sehingga permeabilitasnya
lambat yang berakibat terhambatnya proses pencucian secara vertikal, dan
perakaran tanaman akan terhambat perkembangannya sehingga tanaman semusim
akan lebih mudah mengalami kekeringan.
- Tanah
Berdasarkan data dari Bagian Pengelolaan Lingkungan PT. BA-UPO
(Depkimpraswil, 2003), tanah-tanah di kawasan bekas tambang Kandi-Tanah
Hitam didominasi oleh Podsolik Merah Kuning atau setara dengan Typic
Hapludults, dan sebagian tanah Aluvial di sepanjang Batang Ombilin. Secara
lengkap klasifikasi tanah kawasan bekas tambang ini hingga tingkat subgrup
menurut Soil Taxonomy tahun 2003 dan padanannya menurut kriteria Pusat
Penelitian Tanah (PPT) tahun 1983 dicantumkan pada Tabel 8.
47
Tabel 10. Data kesuburan tanah di kawasan bekas tambang Kandi-Tanah Hitam
Lokasi Sampel Tingkat Kesuburan Tanah
No Parameter Satuan Tanah
Kandi Rendah Sedang Tinggi
Hitam
1 PH
- H2O 5.31 6.07 <6 6-7 7
- KCl 5.11 6.00 <6 6-7 7
2 Cu PPM 2.60 5.10 < 10 10 - 40 40 - 80
3 Zn PPM 7.60 7.70 < 10 10 - 200 200 - 300
4 Mn PPM 49.00 112.00 < 20 20 - 200 200 - 300
5 Fe PPM 253.00 155.00 < 1000 1.000 - 10.000 10.000 - 100.000
6P PPM TU 3.10 <5 5 - 39 40
7 Ca m.e / 100 gr 0.76 2.56 2-5 6 - 10 11 - 20
8 Mg m.e / 100 gr 0.80 0.56 0,1 - 0,3 1,1 - 2,0 2,1 - 8,0
9 Na m.e / 100 gr 0.48 0.48 0,1 - 0,3 0,4 - 0,7 0,8 - 1,0
10 K m.e / 100 gr 0.18 0.10 0,1 - 0,3 0,4 - 0,7 0,8 - 1,0
11 KTK m.e / 100 gr 12.20 13.00 5 - 16 17 - 24 24 - 80
12 H+ m.e / 100 gr 0.74 0.21 - - -
13 Al m.e / 100 gr 2.10 0.21 <3 3,1 - 8 8,1 - 40
Sumber : Bag. Pengelolaan Lingkungan, PT. BA – UPO, (Depkimpraswil, 2003)
Keterangan : TU = Tidak Terukur
- Hidrologi
Sungai besar yang terdapat di sekitar wilayah penelitian ada dua yaitu
Batang Ombilin dan Batang Malakutan, sedangkan sungai kecil juga dua yaitu
Batang Lurah Gadang dan Batang Tandikat. Batang Malakutan, Batang Lurah
Gadang dan Batang Tandikat merupakan anak sungai Batang Ombilin, sehingga
sungai yang melewati wilayah penelitian hanya dua yaitu Batang Lurah Gadang
dan Batang Tandikat yang keseluruhan sungai tersebut mengalir dari Barat ke
Timur atau Utara ke selatan.
Pada kawasan bekas tambang Kandi-Tanah Hitam ini juga terdapat
beberapa danau yang terbentuk dari aktivitas penambangan batubara, yaitu:
(1). Danau Kandi, Danau Tanah Hitam, dan Danau Belibis yang terbentuk
dari bekas galian tambang batubara;
(2). Danau Tandikat yang terbentuk akibat terhalangnya aliran sungai
Tandikat oleh timbunan (disposal) dari kegiatan tambang batubara di
sekitarnya.
Berdasarkan kajian awal yang dilakukan oleh Direktorat Tata Lingkungan
Geologi dan Kawasan Pertambangan, Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral, mendeskripsikan bahwa air tanah akan relatif sulit didapatkan di Kota
Sawahlunto karena kondisi lapisan tanah dan batuan yang ada di kota ini bersifat
masif (Pemda Kota Sawahlunto, 2004).
50
Tabel 11. Status dan kondisi lahan reklamasi di Kawasan Kandi-Tanah Hitam
Luas (Ha) Jumlah
No Uraian
Kandi Tanah Hitam (Ha)
1 Daerah Terganggu 192,796 201,34 394,136
2 Daerah Tereklamasi 141,296 160,908 302,204
3 Dirusak Tambang Liar 42,038 27,99 70,028
4 Kewajiban Reklamasi* 61,500 32,114 93,614
Jumlah 437,63 422,352 859,982
Sumber : Bag. Pengelolaan Lingkungan, PT. BA – UPO, (Depkimpraswil, 2003)
Ket : * tidak termasuk yang dirusak peti
Tabel 12. Data pemantauan kualitas air di Batang Ombilin sesudah pertemuan
dengan Batang Tandikat
Tahun
No Parameter Satuan
1998 1999 2000 2001 2002 2003*
1 pH - 7.59 7.26 7.23 7.6 7.29 7.59
2 TSS mg/l 27 17.6 25 7 31 8
3 Besi mg/l 0.071 2.728 0.25 2.496 0.86 0.27
4 Mangan mg/l 0.04 0.385 0.38 0.048 0.05 0.05
Sumber : Bag. Pengelolaan Lingkungan, PT. BA – UPO, (Depkimpraswil, 2003)
Ket: *sampai dengan Juli 2003
- Infrastruktur Penunjang
Infrastruktur penunjang yang terdapat di sekitar kawasan bekas tambang
Kandi-Tanah Hitam dapat diuraikan sebagai berikut:
(1). fasilitas keamanan, terdiri dari 1 Polres di Desa Sikalang, 1 Polsek
yaitu di desa Kolok Mudik dan Pos Hansip pada setiap pusat desa;
(2). fasilitas peribadatan, berupa Mesjid yang berlokasi di Desa Kolok
Nan Tuo 2 unit, Desa Kolok Mudik 1 unit, Desa Santur 2 unit, Desa
Sikalang 2 unit dan Desa Salak 2 unit serta Desa Sijantang 1 unit
dengan kondisi baik; dan
(3). fasilitas kesehatan berupa Puskesmas di Desa Kolok Nan Tuo, Desa
Kolok Mudik dan Desa Salak masing-masing 1 unit, poliklinik
sebanyak 1 unit di Desa Sikalang dan Posyandu sebanyak 6 unit yang
berlokasi pada Pusat Desa (Gambar 10).
Berdasarkan data kondisi jalan yang ada saat ini (Diperindagkop Kota
Sawahlunto, 2006), panjang jaringan jalan di sekitar wilayah penelitian adalah
22,52 km dengan luas 11,07 Ha yang terdiri dari : (1) jalan propinsi berupa jalan
aspal sepanjang 3,43 km dengan kondisi sebagian rusak akibat longsoran dan
amblas; (2) jalan kota berupa jalan aspal 5,46 km, jalan tanah/perkerasan 1,88 km;
dan (3) jalan tambang berupa jalan tanah sepanjang 11,74 km yang dulunya
merupakan sarana transportasi kegiatan penambangan batubara yang dilakukan
oleh PT BA-UPO (Tabel 13).
53
Gambar 9. Peta Distribusi Lokasi Reklamasi Kawasan Bekas Tambang Kandi-Tanah Hitam.
54
(5). jaringan jalan yang dilalui oleh angkutan formal (dalam dan luar kota)
hanya jalan kota dan jalan propinsi.
Perekonomian
Gambar 10. Peta Sebaran Infrastruktur Penunjang Kawasan Bekas Tambang Kandi-Tanah Hitam.
57
Tabel 15. Persentase penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja menurut
lapangan usaha
Tahun
No Lapangan Usaha
2004 2005
1. Pertanian 27,75 21,90
2. Pertambangan dan Penggalian 8,27 13,00
3. Industri dan Pengolahan 5,63 8,84
4. Listrik, Gas dan Air Minum 3,63 1,51
5. Bangunan 6,62 3,29
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 17,14 16,67
7. Pengangkutan dan Komunikasi 8,74 8,65
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 1,05 1,66
9. Jasa – jasa 21,17 24,49
Total 100,00 100,00
Sumber : Bappeda Kota Sawahlunto, 2006
(Intelektual), Ninik Mamak (Pemuka Adat). Selain itu dalam kehidupan sosial
budayanya juga menggunakan prinsip Adat bersandi Syarak (Agama) dan Syarak
bersandi Kitabulah (Al Quran).
Berdasarkan komposisi suku bangsa, wilayah penelitian memiliki
keragaman yang tinggi, antara lain Minangkabau, Jawa, Batak, Cina, Melayu
Deli, Melayu Riau, Melayu Jambi, Aceh, Palembang, dan Sunda. Hal ini
diakibatkan oleh kegiatan tambang batubara yang menjadi faktor penarik bagi
pendatang untuk bekerja di sektor pertambangan atau di sektor lain yang
mendukung kegiatan pertambangan. Keragaman ini terlihat dalam acara-acara
besar seperti perayaan hari kemerdekaan nasional dan pekan budaya. Pembauran
yang terjadi tampak telah berjalan secara alami. Tidak terdapat konflik etnik/suku
bangsa dalam kehidupan sosial budaya kemasyarakatan pada wilayah penelitian.
Selain itu budaya bekerja sama berupa kegiatan gotong royong tampaknya
kental pada sistem kemasyarakatan di wilayah penelitian, terutama untuk kegiatan
yang menyangkut kepentingan bersama seperti pembangunan fasilitas umum,
pembangunan rumah penduduk, dan rumah ibadah. Budaya gotong royong ini
mulai dari dulu sampai sekarang telah menjadi ciri khas budaya masyarakat di
sekitar wilayah penelitian.
Salah satu masalah yang perlu diperhatikan dalam proses pembangunan
adalah masalah kependudukan (demografi). Aspek kependudukan merupakan
basis yang secara tidak langsung membentuk hampir semua aspek kehidupan. Data-
data pokok kependudukan bergerak, bergeser, dan bermutasi seiring perjalanan
waktu, yang umumnya disebabkan oleh proses migrasi, natalitas, maupun
mortalitas. Bila dihitung, rata-rata laju pertumbuhan penduduk Kota Sawahlunto
selama lima tahun terakhir adalah 0,71 persen, sedangkan rata-rata laju
pertumbuhan penduduk Provinsi Sumatera Barat adalah 1,76 persen. Perkembangan
jumlah penduduk Kota Sawahlunto dapat dilihat pada Tabel 16.
59
Dari Tabel 16 terlihat bahwa pada tahun 2004 telah terjadi penurunan
jumlah penduduk Kota Sawahlunto dibanding tahun 2003 sebesar 0,20 persen.
Hal tersebut diduga berkaitan erat dengan pemutusan hubungan kerja yang terjadi
pada perusahaan batubara PT BA-UPO akibat berkurangnya produksi. Sebagian
yang terkena PHK memutuskan untuk keluar dari Kota Sawahlunto untuk mencari
pekerjaan pengganti dan sebagian lagi pindah kerja ke Kantor Pusat PT BA-UPO
yang berada di Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Namun di tahun 2005, kondisi
pertumbuhan penduduk terlihat sudah mengalami sedikit peningkatan (0,48
persen), sehingga jumlah penduduk menjadi 52.708 jiwa.
Hasil registrasi penduduk akhir tahun 2005, didapatkan kepadatan
penduduk Kota Sawahlunto secara rata-rata adalah sebesar 192,75 jiwa/km2, telah
terjadi peningkatan sebesar 0,48 persen bila dibandingkan dengan kepadatan
penduduk rata-rata di tahun 2004, yang sebesar 191,83 jiwa/km2. Data kepadatan
penduduk di wilayah penelitian dapat dilihat pada Tabel 17.
- Breeding farm
Objek ini berada di bagian Barat kawasan bekas tambang Kandi-Tanah
Hitam atau tepatnya di pinggir Danau Tandikat. Luas lahan yang tersedia 11.00
Ha, berada di ketinggian 290 m dpl. Status milik Pemerintah Kota Sawahlunto
dan merupakan kawasan peternakan sapi terbesar di kota ini (Gambar 13). Sarana
yang tersedia saat ini adalah sapi 200 ekor dan kandang dengan kapasitas 400
ekor, lahan rumput, akses jalan ke lokasi serta sumber air. Peternakan ini dikelola
oleh PT. Lembu Betina Subur yang merupakan perusahaan patungan antara
Pemerintah Kota Sawahlunto dengan investor swasta (PT. Lembu Jantan
Perkasa) dari Jakarta. Peternakan sapi ini dibangun dalam bentuk demplot-
demplot dan membuka kesempatan bagi masyarakat untuk belajar beternak.
Gambar 13. Peta Jenis dan Lokasi Objek Wisata yang Ada.
63
dan 1 unit rakit kayu; (4) 100 ekor angsa dan 60 ekor itik air; dan (5) arena
pemancingan di seputar danau dengan potensi 1 (satu) ikan ton yang pernah
dimasukkan oleh Pemerintah Daerah Kota Sawahlunto.
Objek rekreasi air ini dikelola oleh dua orang penjaga yang diambil dari
masyarakat setempat dan setiap harinya selalu berada di lokasi untuk melayani
wisatawan yang ingin memanfaatkan jasa penyewaan sepeda air, rakit maupun
motorboat yang ada. Disamping itu mereka juga bertugas membersihkan,
merapikan dan merawat bunga-bunga yang ditanam di sekitar objek wisata
rekreasi air ini.
- Sirkuit Motocross
Objek olahraga bermotor ini berada di bagian Selatan kawasan bekas
tambang tepatnya di sekitar Danau Tanah Hitam dengan luas lahan yang tersedia
± 10 Ha (Gambar 18). Pembangunan dan pengembangannya dibiayai oleh pihak
swasta yang merupakan pengusaha batubara setempat. Sirkuit ini sudah terdaftar
dalam kalender tetap IMI Sumatera Barat sebagai tuan rumah penyelenggaraan
kejuaraan motocross. Sarana yang tersedia dalam arena ini antara lain adalah: (1)
Track sirkuit standar nasional; (2) Paddock; (3) Tower; (4) Mushalla, toilet dan
kafetaria; (5) Tribune permanen.
Dalam eksebisi kejuaraan motocross yang diadakan pada bulan Agustus
2007, event ini dihadiri oleh crosser-crosser nasional dan mendapat pujian dari
semua tim yang ikut terhadap kualitas halang rintang yang ada. Kendala yang
ditemui di lapangan tidak ada karena dalam pelaksanaan setiap event kejuaraan,
pengelola objek ini tetap berkoordinasi dengan pemerintah setempat melalui
Kantor Pariwisata Kota Sawahlunto.
Disamping itu terdapat beberapa atraksi dan objek wisata lain yang cocok
dibangun pada kawasan wisata Kandi-Tanah Hitam, yang saat ini sedang dalam
tahap penelitian pengembangan, seperti:
(1). Objek Wisata Air Danau Kandi berupa banana boat, perahu naga dan
jet ski;
(2). Camping ground yang berlokasi di sebelah Barat Danau Tandikat
yang berdampingan dangan rencana pengembangan sarana Outbound,
dengan lahan yang tersedia seluas 2 Ha;
67
(3). Stadion Olahraga dengan lahan yang tersedia seluas 9,5 Ha yang
berlokasi di tengah kawasan wisata ini. Pembangunannya objek
olahraga ini bertujuan untuk mengantisipasi kebutuhan sarana
olahraga yang semakin meningkat;
(4). Hotel, cottage dan penginapan yang pembangunannya menunggu
investor yang berminat untuk melakukan investasi; dan
(5). Taman Safari yang rencananya merupakan pengembangan dari Objek
Taman Satwa yang ada sekarang ini.
Alasan kuat mengapa kawasan bekas tambang ini dipilih sebagai basis
kegiatan wisata oleh pemerintah Kota Sawahlunto, seiring dengan berakhirnya
aktivitas penambangan batubara di kawasan Kandi-Tanah Hitam adalah:
(1). karena perkembangannya sebagai tambang batubara tertua di Indonesia.
Tambang yang lebih dikenal sebagai tambang batubara Ombilin ini telah
menyimpan riwayat yang mengenaskan ketika pada tahun 1892 kekayaan
alamnya mulai dikuras dengan mengerahkan buruh paksa;
(2). dapat dikembangkan pusat latihan pertambangan dan penelitian batubara
yang ada dengan memanfaatkan pengalaman serta peninggalan bekas
tambang batubara yang ada. Upaya ini dapat mendatangkan pengunjung
yang dikategorikan sebagai wisatawan budaya;
(3). kegiatan pertambangan telah menyediakan dan meninggalkan banyak
prasarana, fasilitas dan instalasi yang dapat digunakan untuk kegiatan
wisata selain juga menjadi objek wisata sendiri. Jaringan jalan, jaringan rel
dan stasiun kereta api, telekomunikasi, instalasi air bersih, pelayanan
kesehatan yang semula dibangun untuk mendukung operasi tambang, danau-
danau dan bukit-bukit hasil aktivitas penambangan yang dapat
dikembangkan dan dialihkan untuk keperluan pariwisata; dan
(4). dari kaitan tidak langsung atas kegiatan tambang di Kota Sawahlunto,
telah muncul tokoh-tokoh, peristiwa-peristiwa bersejarah dan nama Kota
Sawahlunto sendiri yang dikenal oleh masyarakat internasional.
68
- Geologi
Berdasarkan formasi geologinya (Gambar 7), kawasan bekas tambang
Kandi-Tanah Hitam terdiri dari formasi Batuan Gunung Api seluas 27,96 Ha,
formasi Ombilin seluas 3,46 Ha dan formasi Sangkarewang seluas 368,26 Ha.
Potensi bahaya sesar (pergerakan tanah) di kawasan bekas tambang ini
terlihat adanya yaitu Sesar Normal di bagian utara dan timur kawasan Kandi-
Tanah Hitam, Sesar Naik juga di bagian Timur Kawasan Kandi-Tanah Hitam dan
Sesar Geser yang terdapat di bagian Selatan Kawasan Kandi-Tanah Hitam. Sesar
yang paling berbahaya (resiko tinggi) adalah sesar geser, sehingga perlu dihindari
untuk kawasan budidaya, atau jika digunakan harus memenuhi persyaratan
konstruksi tertentu. Indikasinya tersebut dapat terlihat di Desa Sikalang yang
termasuk dalam zona sesar geser dimana bangunan-bangunan lamanya terbuat
dari kayu dan jaringan pipa airnya berada di atas tanah. Objek wisata yang
terbangun sekarang tidak berada pada resiko sesar tersebut, sehingga aman untuk
pengembangan objek wisata.
70
- Lereng
Ditinjau dari topografi dan lereng, maka dapat dikatakan bahwa kawasan
bekas tambang Kandi-Tanah Hitam secara topografis terletak pada ketinggian
antara 210-350 m dpl, mempunyai kondisi topografi yang beragam yaitu relatif
datar di sekitar Danau Tandikat dan Danau Tanah Hitam, berbukit-bukit dan
memiliki beberapa kawasan yang curam dengan lereng diatas 40% di sekitar
Danau Kandi. Kondisi topografi yang beragam ini menjadikan pemandangan alam
di kawasan ini sangat atraktif dan berpotensi untuk pengembangan wisata alam
dengan berbagai kegiatan atraksi wisata rekreasi dan tamasya.
Lereng berpengaruh pada tingkat erosi, penentuan jenis vegetasi, arah
aliran saluran drainase, serta jenis kegiatan fisik yang akan dikembangkan. Secara
umum semakin tinggi tingkat lereng, semakin besar pula kendala pembangunan
fasilitas fisik. Lereng yang curam menyebabkan peningkatan dalam biaya
konstruksi, membutuhkan penelitian yang harus akurat dan faktor utama penyebab
terjadinya erosi. Walaupun demikian dengan rekayasa teknologi, tidak tertutup
kemungkinan untuk memanfaatkan lahan dengan lereng yang agak curam
tersebut. Kegiatan tambang batubara yang dimulai pada tahun 1990 pada kawasan
Kandi-Tanah Hitam, merupakan penyebab utama perubahan topografi dan lereng
kawasan ini. Hal ini terlihat dari kawasan yang dulunya berupa bukit telah
berubah menjadi lembah dan danau. Perubahan yang terjadi semakin parah karena
adanya aktivitas tambang liar yang terjadi dari tahun 1998 hingga tahun 2006.
Berdasarkan pola distribusi kelas lereng yang terdapat pada Tabel 7,
persentase dari luas kawasan bekas tambang yang mempunyai lereng agak curam
sampai curam (lereng 16-40%) adalah sebesar 81 persen yang tersebar di seluruh
kawasan, 9 persen dari luas kawasan mempunyai lereng landai sampai agak curam
71
PEKANBARU
PAYAKUMBUH
BUKITTINGGI
BATUSANGKAR
LUBUK ALUNG
SOLOK
PADANG
Keterangan
Ibukota Propinsi
Pusat WPP
Pusat SPP
Ibukota Kecamatan
Wilayah penelitian
(lereng 9-15%) yang sebagian besar berada dekat lahan dengan lereng 0-8%,
berpotensi untuk dikembangkan sebagai objek wisata hiking, berkemah dan
outbound dengan tetap memperhatikan faktor pembatas untuk tiap jenis objek
yang akan dikembangkan. Sebesar 7 persen dari luas lahan kawasan ini
mempunyai lereng datar sampai agak landai (lereng 0-8%) yang berada sebagian
areal bekas tambang, berpotensi untuk dikembangkan sebagai lokasi
pengembangan objek fisik seperti stadion olahraga, cottage atau hotel. Sisanya
lahan yang mempunyai lereng sangat curam (lereng lebih dari 40%) yang
dominan berada di bagian Timur kawasan bekas tambang, berpotensi untuk
dikembangkan sebagai objek hutan wisata atau dipertahankan fungsinya sebagai
areal konservasi bagi daerah sekitarnya (Gambar 8). Walaupun sebagian besar
dari kawasan ini mempunyai lereng agak curam, namun masih dimungkinkan
untuk pembangunan dan pengembangan sarana dan objek wisata serta prasarana
jalan kawasan dengan mengikuti bekas jalan tambang yang telah ada.
- Hidrologi
Potensi hidrologi kawasan ini dengan adanya dua sungai besar yaitu
Batang Ombilin dan Malakutan serta dua sungai kecil yaitu Batang Lurah Gadang
dan Tandikat. Sungai-sungai itu dimanfaatkan sebagai sumber air bersih dan
sedikit untuk pertanian. Sungai-sungai itu juga dimanfaatkan oleh Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) maupun oleh PT. BA UPO sebagai air baku, untuk
selanjutnya diolah menjadi air bersih.
Keadaan geomorfologi, topografi dan bentuk wilayah secara bersama-
sama membentuk pola aliran sungai-sungai itu. Pola sungai-sungai di Sawahlunto
umumnya adalah dendritik atau berbentuk bulu burung, dengan anak-anak sungai
yang mengalir pada lembah perbukitan menuju sungai utama. Ditinjau dari arah
sungai yang ada, sungai-sungai ini mengalir pada suatu daerah aliran sungai, yaitu
Batang Ombilin yang meliputi sub daerah aliran Batang Lunto, daerah aliran
Batang Lasi, dan daerah aliran Batang Parambahan yang akhirnya mengalir pada
daerah aliran Batang Ombilin.
Ada wacana dari Pemerintah Kota Sawahlunto untuk memanfaatkan
potensi sungai-sungai tersebut sebagai pengembangan obyek wisata. Batang
Lunto yang melintasi Kota Sawahlunto telah diubah menjadi kanal kota, dan telah
73
menjadi bersifat urban. Tebingnya tidak lagi alami, tetapi telah menggunakan
turap (retaining wall) dengan tembok penahan tanah dan digunakan untuk
mendirikan bangunan.
Pada kawasan bekas tambang Kandi-Tanah Hitam juga terdapat 3 (tiga)
danau dengan pemandangan cukup indah, yaitu:
- Danau Kandi yang terbentuk akibat aktivitas penambangan batubara ;
- Danau Tanah Hitam yang juga terbentuk akibat aktivitas penambangan
batubara; dan
- Danau Tandikat yang terbentuk akibat adanya timbunan material bekas
tambang batubara dan menghalangi aliran sungai.
Potensi hidrologi yang beragam ini dimanfaatkan untuk pengembangan
wisata rekreasi air dan pemancingan seperti yang dilakukan pada Objek Wisata
Air Danau Tandikat serta untuk objek wisata pemandangan alam yang dapat
ditemukan pada Objek Wisata Danau Kandi. Potensi air Danau Tandikat saat ini
dimanfaatkan untuk kebutuhan air bagi satwa yang ada dan untuk menyiram
bunga yang terdapat disepanjang jalan Taman Satwa. Pada objek Breeding farm,
potensi air dari Danau Tandikat dimanfaatkan untuk kebutuhan air minum sapi-
sapi yang ada serta untuk membersihkan kotoran sapi yang ada di kandang setiap
harinya. Air danau yang ada dinaikkan dengan pompa air dan ditampung dalam
tangki air yang telah disediakan sebelumnya.
Selain itu untuk memaksimalkan potensi danau yang ada dan untuk
menambah pendapatan masyarakat Nagari yang ada di sekitar kawasan bekas
tambang ini, pemerintah daerah telah mengalokasikan dana dan lahan untuk
pembuatan tambak ikan air tawar di pinggiran Danau Kandi. Masing-masing
Nagari hak dan izin untuk mengelola tambak-tambak yang telah disediakan
tersebut dengan bimbingan teknis dari Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perikanan
Kota Sawahlunto.
Untuk potensi air tanah, berdasarkan laporan Bantek Penyusunan Rencana
Tata Ruang Kawasan Pertambangan Batubara (Depkimprawil, 2003) berkisar
antara kedalaman 5-10 meter pada wilayah yang relatif datar (dekat sungai) dan 10-
25 meter pada wilayah berbukit (jauh dari sungai). Fasilitas air bersih merupakan
kebutuhan utama untuk kemajuan sebuah objek wisata yang
74
- Tanah
Jenis tanah asli kawasan bekas tambang ini didominasi oleh Podsolik
Merah Kuning, tingkat kesuburan tanah yang rendah, ketebalan solum 100-150
cm, bertekstur lempung liat berpasir di horizon atas dan lempung berliat dihorizon
bawah. Sangat miskin unsur hara, pH ± 4,2 dengan kandungan C-organik, N, P, K
dan kejenuhan basa sangat rendah. KTK rendah dan kejenuhan Al tinggi (>40%),
sehingga perlu tanaman yang toleran terhadap keracunan aluminium. Melihat
kondisi tanah dan topografi (lereng) maka dapat ditanami tanaman keras (misal
angsana, lamtoro, pinang dan akasia) serta tanaman buah-buahan (jambu,
belimbing, rambutan, manggis, sirsak, jambu bol, alpukat dan nangka). Untuk
tujuan penghijauan disesuaikan dengan objek wisata yang akan dikembangkan.
Lahan bekas tambang Kandi-Tanah Hitam tidak sesuai dipergunakan
untuk kegiatan produksi pertanian dan harus dibiarkan dalam keadaan alami atau
dibawah vegetasi alam. Lahan ini dapat dipergunakan untuk daerah rekreasi alam
atau hutan lindung (konservasi). Faktor penghambat yang tidak dapat diperbaiki
lagi dari tanah ini adalah: (1) erosi yang cukup berat karena berasal dari timbunan
material bekas tambang; (2) kemiringan lereng yang cukup besar atau terjal; (3)
berbatu-batu; dan (4) kapasitas menahan air yang rendah.Sebagaimana yang
dijumpai dilapangan dan didukung oleh data fisik tanah dari Bagian Pengelolaan
Lingkungan PT BA-UPO, lahan dikawasan bekas tambang Kandi-Tanah Hitam
mempunyai tingkat kesuburan rendah, terdapat banyak batuan dan cadas sehingga
sulit untuk ditembus oleh perakaran.
Data hasil survei Bantuan Teknis (Bantek) (Depkimpraswil, 2003), bahwa
kawasan bekas tambang ini berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai kawasan
wisata dengan tetap mempertimbangkan faktor penghambat dari kemampuan
lahan tersebut. Penempatan objek fisik yang akan dibangun tetap memperhatikan
daya dukung lahan dan lingkungan serta tetap mempertahankan fungsinya sebagai
75
- Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan saat ini pada kawasan bekas tambang Kandi-Tanah
Hitam, secara garis besar didominasi oleh semak seluas 185,83 Ha (46,46%) dan
hutan belukar seluas 150, 18 Ha (37,55%), terlihat pada Gambar 19. Untuk lahan
terbangun terkonsentrasi di luar kawasan yang diserahkan yaitu berada di
sepanjang jalan kota (Desa Santur-Desa Kolok Nan Tuo) dan jalan propinsi (Desa
Santur-Desa Sijantang). Lebih lengkap tentang penggunaan lahan eksisting
terlihat pada Tabel 18. Penggunaan lahan kawasan saat ini didominasi oleh semak
dan pohon akasia hasil reboisasi yang telah dilakukan oleh PT BA-UPO dari tahun-
tahun sebelumnya serta hutan belukar yang berada disekitar Danau Tandikat yang
memanjang sampai ke Selatan. Potensi lahan yang masih belum dijamah oleh
aktivitas pembangunan di kawasan bekas tambang berpeluang untuk dilakukannya
pengelolaan lahan secara optimal dan berkelanjutan.
Jika dicocokan dengan arahan penggunaan lahan dari RTRW, dari 400 Ha
lahan bekas tambang yang diserahkan tersebut hanya seluas 177,37 Ha lahan yang
sesuai peruntukannya untuk resort wisata, sarana dan prasarana olahraga. Lahan
seluas 93,86 Ha berpotensi untuk pengembangan wisata rekreasi alam, dan seluas
37,24 Ha berpotensi dipertahankan sebagai kawasan hutan untuk tujuan
76
Gambar 20. Peta Penggunaan Lahan Eksisting (Sekarang) Kawasan i-Tanah Hitam.
78
Tabel 20. Luas kepemilikan lahan kawasan bekas tambang Kandi-Tanah Hitam
No Nama Luas (ha) Persentase (%)
1 Tanah Hak Milik 28,10 2,35
2 Tanah Hak Pakai 12,65 1,06
3 Tanah Negara 15,59 1,31
4 Tanah Pemda 414,13 34,68
5 Tanah PT BA-UPO 502,05 42,05
6 Tanah Ulayat 221,48 18,55
Total 1.194,00 100,00
Sumber : BPN Kota Sawahlunto,2006
Masalah yang sering timbul pada kepemilikan suatu lahan adalah apabila
lahan yang dikelola menjadi menguntungkan (karena proses komoditisasi tanah),
maka masyarakat lokal mulai menggugat proses kepemilikan hak atas tanah
secara adat yang sebenarnya didorong oleh proses individualisasi kepemilikan.
Proses gugatan ini disebabkan oleh perkembangan ekonomi dan nilai
ekonomi dari suatu lahan, biasanya dilakukan oleh generasi selanjutnya yang tidak
mengetahui secara pasti duduk persoalan kepemilikan suatu lahan. Permasalahan
ini dijumpai pada saat penelitian dilakukan, dimana ada sebagian masyarakat yang
mencoba untuk memanfaatkan kawasan yang telah diserahkan ini untuk kegiatan
perkebunan dengan anggapan bahwa tanah di kawasan ini adalah milik ulayat
mereka waktu zaman dulunya. Terjadinya hal ini disebabkan karena kelengahan
instansi terkait yang tidak membuat patok atau batas kawasan yang telah
diserahkan dan kurang waspada akan efek negatif yang timbul dari pengembangan
suatu kawasan yaitu terjadinya perebutan lahan di sekitar kawasan.
Kepemilikan tanah di Sumatera Barat sangat khas, meskipun Undang-
Undang Pokok Agraria (UUPA) No 5 Tahun 1960 telah lama diberlakuan,
terutama dalam pengaturan pendistribusian tanah namun masyarakat disini sangat
kuat menganut hukum adat tentang tanah ulayat. Tanah Ulayat terbagi menjadi
tiga macam, yaitu tanah ulayat nagari, tanah ulayat suku dan tanah ulayat kaum.
Tanah ulayat nagari adalah suatu bidang tanah yang didalamnya terdapat hak
nagari atas tanah yang dipergunakan untuk kepentingan umum dan dikuasai oleh
penghulu-penghulu nagari secara bersama-sama. Umumnya tanah ulayat ini
dipergunakan untuk fasilitas umum seperti tempat ibadah, pasar, balai adat dan
81
Gambar 21. Peta Kepemilikan Lahan Kawasan Bekas Tambang Kandi-Tanah Hitam.
82
lain-lain. Tanah ulayat suku adalah tanah yang dimiliki dan dikelola oleh suatu
suku secara turun menurun, yang dikuasai oleh penghulu-penghulu dalam
persekutuan untuk kepentingan suku tersebut dan hanya anggota suku saja yang
dapat mempergunakannya. Tanah ulayat suku dalam perkembangannya dapat
menjadi tanah ulayat kaum, yaitu ketika hanya dikelola oleh satu kaum saja.
Kaum merupakan bagian dari suku, yaitu kelompok kekerabatan yang terdiri dari
satu suku yang tinggal di suatu jorong/dusun tertentu.
Hukum adat di Minangkabau memiliki konsep tersendiri tentang pola
pemilikan tanah, sehingga dalam pembebasan tanah yang mengandung batubara
mengalami proses berdasarkan pola-pola hukum adat tersebut. Ditinjau dari
sejarah cikal bakal berdirinya Kota Sawahlunto, ternyata pembebasan tanah untuk
lokasi penambangan telah diselesaikan secara hukum adat antara pihak Kaum
Adat selaku yang mempunyai hak ulayat dengan pemerintah Hindia Belanda
selaku pihak yang akan melakukan penambangan. Ada dua tahap yang harus
dilalui untuk bisa melakukan penambangan batubara pada zaman itu, yaitu
pembebasan tanah dari kaum adat dan konsensi penambangan dari pemerintah
kolonial Belanda (Asoka et al., 2005).
Permasalahan lainnya adalah adanya keengganan masyarakat untuk
menyerahkan lahan yang dianggap strategis oleh Pemerintah Daerah untuk
pembangunan sarana prasarana pendukung pengembangan pariwisata di kawasan
ini. Hal ini terjadi ketika Pemerintah Daerah berencana untuk mengganti rugi
lahan yang berada di bagian barat Danau Tandikat untuk penginapan atau cottage.
Keengganan tersebut disebabkan oleh jumlah ganti rugi yang ditawarkan tidak
sesuai dengan harapan masyarakat dan ditunjang oleh potensi lahan di sekitar
kawasan yang cukup strategis dimasa yang akan datang sehingga membuat
masyarakat tidak mau menjual lahan tersebut.
Potensi Perekonomian
Pengembangan pariwisata diharapkan mampu meningkatkan kegiatan
ekonomi masyarakat dan sekaligus berperan dalam upaya peningkatan
kesejahteraan dan pendapatan masyarakat serta pendapatan pemerintah daerah.
Peran serta pihak swasta dan pemerintah dalam penyelenggaraan pengembangan
pariwisata perlu lebih ditingkatkan dan dikembangkan dalam iklim kompetisi
83
yang sehat dan didasari dengan komitmen saling menguntungkan serta saling
menghidupi. Keadaan tersebut di atas tentunya merupakan suatu prakiraan yang
realitis, dengan asumsi bahwa secara umum prakiraan sasaran pengembangan
pariwisata adalah untuk meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat dengan
indikator peningkatan kesejahteraan dan pendapatan masyarakat.
Apabila diuraikan menurut sektor yang menyusun struktur perekonomian
Kota Sawahlunto tahun 2005, ternyata didominasi oleh tiga sektor yang
merupakan andalan pada masing-masing kelompoknya yaitu Sektor Jasa-jasa
(24,96%), Sektor Pertambangan dan Penggalian (24,36%) serta Sektor Industri
Pengolahan (12,05%).
Dilihat dari struktur PDRB Kota Sawahlunto tahun 2005 (Gambar 22)
lebih banyak diciptakan oleh kelompok sektor tersier (sekitar 49,41%) daripada
kelompok sektor primer (31,81%) dan kelompok sektor sekunder (18,78%).
Dalam kelompok sektor tersier, sektor jasa-jasa merupakan merupakan sektor
yang memberikan kontribusi terbesar kepada PDRB Kota Sawahlunto. Kelompok
sektor primer yang memberikan sumbangan terbesar adalah sektor Pertambangan
dan Penggalian. Kemudian pada kelompok sektor sekunder, sektor Industri
Pengolahan merupakan pemberi kontribusi terbesar kepada PDRB Kota
Sawahlunto.
Gambar 22. Kontribusi Kelompok Sektor PDRB atas Dasar Harga Berlaku
(Persen).
84
dalam memajukan pariwisata di daerah ini sebagai daerah tujuan wisata untuk
wilayah Sumatera Barat.
Keseriusan tersebut berdampak positif terhadap kontribusi sektor
pariwisata terhadap pembentukan Pendapatan Asli Daerah (PAD) tahun 2007
(Tabel 22). Data yang didapat dari Kantor Pariwisata Kota Sawahlunto,
peningkatan yang terjadi dalam 3 (tiga) tahun terakhir menunjukkan bahwa PAD
dari sektor pariwisata tahun 2005 sebesar Rp. 179,155 juta meningkat menjadi
Rp.322,585 juta pada tahun 2006. Target PAD Kota Sawahlunto tahun 2007 dari
keseluruhan sektor sebesar Rp.20,213 milyar, data yang didapat dari Kantor
Pendapatan Daerah Kota Sawahlunto mengenai pemasukan dari sektor pariwisata
adalah sebesar Rp.2,859 milyar. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pariwisata
telah berperan dalam peningkatan PAD Kota Sawahlunto yaitu sebesar 14,14
persen.
Tabel 22. Data kontribusi Sektor Pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah
Tahun
No Objek
2005 2006 2007*
1 Pemandian Air Dingin (Waterboom) 7.200.000 36.000.000 2.500.000.000
2 Hotel & Restoran 171.953.271 262.733.622 234.400.000
3 Museum Gudang Ransum 0 10.000.000 1.000.000
4 Museum Kereta Api 0 6.900.000 0
5 KeretaApi Wisata 0 6.950.000 1.500.000
6 Gedung Pertemuan Masyarakat 0 0 30.000.000
7 Taman Satwa 0 0 80.000.000
8 Pacuan Kuda 0 0 5.000.000
9 Outbound 0 0 3.500.000
10 Andong wisata 0 0 2.000.000
11 Pentas Seni 0 0 1.800.000
Jumlah 179.155.276 322.585.628 2.859.200.000
Sumber : Kantor Pariwisata & Kantor Pendapatan Daerah Kota Sawahlunto, 2007
* Keadaan Agustus2007
pembauran antar etnis yang terdapat di sekitar Desa Sikalang dan Sijantang, telah
ikut membentuk karakter sosial budaya masyarakat di sekitar wilayah penelitian.
Berdasarkan posisi geografisnya, Kawasan Kandi-Tanah Hitam
merupakan sebuah kawasan yang strategis. Kawasan ini merupakan melting pot
(tempat berbaur) beberapa etnis suku yang ada di Indonesia karena adanya
aktivitas penambangan batubara. Ciri khas budaya yang berkembang di wilayah
ini dalam bentuk bahasa, makanan, dan seni budaya, terlihat pada Tabel 23.
Masyarakat asli yang sebagian besar berada di bagian barat wilayah penelitian,
budayanya berkembang sesuai dengan adat istiadat Minangkabau serta tetap
memelihara dan menjalankan adat istiadat tersebut. Suasana wilayah pertanian
sangat terasa di sekitar daerah ini karena didominasi oleh hunian masyarakat asli
setempat.
Kandi-Tanah Hitam dilihat dari objek wisata yang ada dapat dibedakan sebagai
berikut:
kotoran angsa dan bebek itu setiap hari. Terbentuknya Danau Tandikat
akibat terhalangnya aliran sungai oleh timbunan material bekas
tambang yang akhirnya membentuk danau. Jika setiap hari ratusan
hewan tersebut membuang kotoran di danau sedangkan airnya tidak
mengalir, maka dikhawatirkan akan terjadi ketidakseimbangan
ekosistem danau. Berdasarkan hal tersebut, maka ahli kebun binatang
yang tengah membantu pemerintah daerah untuk pengembangan
kawasan Taman Satwa, menyarankan kepada pengelola taman satwa
untuk membatasi jumlah unggas yang berada di lingkungan Danau
Tandikat, supaya aspek kelestarian lingkungan bisa terjaga tanpa
mengurangi fungsi keindahan.
Hal lain yang juga menjadi kekurangan objek ini adalah tidak
adanya sarana pendukung seperti toilet dan kafetaria yang dibutuhkan
wisatawan. Kesulitan untuk menemukan sarana tersebut ketika
dibutuhkan, sempat menimbulkan keluhan dari wisatawan yang
datang besama anggota keluarga. Hasil wawancara dengan Kepala
Kantor Pariwisata Kota Sawahlunto tentang rencana pengembangan
objek wisata ini, dikatakan bahwa pada tahun 2007 memang akan
segera dibangun sarana pendukung tersebut. Sementara menunggu
realisasi sarana tersebut, alternatif pemecahan untuk sementara adalah
dengan memanfaatkan toilet milik penjaga Taman Satwa.
(3). Objek Wisata Danau Tanah Hitam
Potensi wisata Danau Tanah Hitam tidak kalah dengan Danau
Kandi dan Danau Tandikat. Walaupun tidak seluas danau Kandi,
namun karena banyaknya pohon yang tumbuh di sekeliling danau,
membuat kawasan ini menjadi indah dan asri serta dihuni oleh satwa
lainnya. Namun demikian objek ini relatif belum dikembangkan untuk
kegiatan wisata disebabkan keterbatasan dana dari pemerintah daerah.
Objek wisata Danau Tanah Hitam berdasarkan arahan
penggunaan lahan RTRW 2004-2014 ditetapkan sebagai kawasan
hijau. Pada lokasi tersebut sebelumnya merupakan kawasan reboisasi,
namun pasca reformasi tahun 1999 menjadi rusak oleh kegiatan
96
Gambar 24. Jumlah Kunjungan Wisatawan Pada Objek Taman Satwa (per Juli
2007).
Atraksi wisata yang ada setiap minggu berupa menunggang gajah dan
menaiki kuda poni mengelilingi taman satwa, ikut menambah daya tarik objek
wisata ini. Salah satu yang membuat pengunjung merasa aman untuk ikut dalam
atraksi tersebut adalah setiap hewan yang berinteraksi dengan pengunjung dijaga
oleh seorang pawang yang sehari-harinya merangkap sebagai pengasuh satwa.
Keberadaan objek ini ditunjang oleh adanya objek wisata air di Danau
Tandikat dan objek Breeding farm yaitu tempat pembibitan sapi yang dikelola
oleh perusahaan patungan antara Pemerintah Kota dengan pihak swasta yang
terletak bersebelahan dengan objek ini. Masalah yang muncul adalah pengunjung
kurang betah berlama-lama berada di objek taman satwa ini, karena adanya aroma
tidak sedap yang ditimbulkan oleh kotoran sapi yang ada pada objek breeding
farm. Di setiap pergantian musim, dari hujan ke panas atau panas ke hujan, objek
breeding farm ini mencemari lingkungan objek wisata disekitarnya.
Solusi yang dilakukan oleh pihak pengelola breeding farm dalam
mengatasi masalah ini adalah dengan menyemprotkan senyawa EM4. Senyawa ini
berfungsi sebagai katalisator yang dapat menguraikan kotoran hewan menjadi zat-
zat yang lebih bermanfaat untuk kompos dan dapat mengurangi bau tak sedap
yang timbul. Namun biaya operasional yang tinggi untuk pengadaan bahan baku
senyawa tersebut, maka dicari alternatif pemanfaatan kotoran tersebut dalam
proses menjadi biogas. Keuntungan yang diharapkan dari proses ini akan
didapatkan produk tambahan dalam bentuk pupuk kandang dan biogas.
98
ekonomi yang ada, beberapa objek dan atraksi lain yang dapat
dikembangkan di kawasan ini antara lain (1) Camping Ground; (2)
Fasilitas Outbound; (3) Sarana pembelajaran wisata yaitu lokasi
penanaman pohon pelindung.
Untuk arena camping ground dan outbound, dari hasil
pengamatan lapang dapat dikembangkan pada bagian Utara dari
Danau Tandikat karena tersedia lahan yang cocok untuk melakukan
aktivitas perkemahan. Lokasi ini dapat dicapai melalui Taman satwa
dan Breeding farm, dilanjutkan melewati jalan setapak dalam hutan
akasia dan hingga akhirnya sampai ke hamparan lahan yang berbentuk
datar hingga landai.
Lahan tersebut sebelumnya merupakan padang golf milik PT
BA-UPO sehingga dimungkinkan untuk mendirikan kemah karena
kondisi lahannya yang sudah diperbaiki. Lokasinya agak unik karena
di sekitarnya terdapat lahan yang agak curam menuju arah danau dan
bisa dimanfaatkan sebagai kawasan outbound. Beberapa kali kegiatan
yang pernah dilakukan disana, rata-rata peserta merasa senang dan
puas dengan lokasi tersebut.
Aktivitas baru yang cocok dan belum pernah dilakukan dalam
wisata di daerah ini adalah wisata pendidikan alam. Bentuk wisata ini
adalah dalam bentuk mendidik generasi muda untuk peduli dengan
kelestarian alam dan lingkungan sekitar. Kegiatan yang dilakukan
berupa penyediaan bibit tanaman pelindung yang akan ditanam oleh
wisatawan di lahan yang kondisinya agak kritis dan sering terjadi
erosi. Diharapkan wisatawan dapat belajar bagaimana menyelamatkan
lingkungan sambil berwisata sehingga ada nilai plus yang bisa diambil
begitu wisatawan pulang ke tempat asalnya dan lingkungan kawasan
wisata sendiri juga menjadi terselamatkan.
103
Dampak Fisik
menjadi lebih berkembang. Pembangunan jalan utama didalam kawasan wisata ini
membuat jalur alternatif yang lebih singkat dari dan ke Pusat Kota. Untuk daerah
tujuan wisata yang belum berkembang seperti di kawasan bekas tambang ini,
pembangunan yang dilakukan dapat memberikan keuntungan baik bagi kawasan
maupun penduduk setempat yang tinggal di sekitarnya. Tanah atau lahan
dilindungi untuk kepentingan penduduk setempat maupun wisatawan, sarana
infrastruktur bisa jadi ditambahkan untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk
setempat.
Dampak positif lainnya dari pengembangan pariwisata bisa membawa
dampak positif terhadap pelestarian lingkungan. Pariwisata dapat merangsang
rehabilitasi tempat-tempat bersejarah, bangunan-bangunan dan monumen-
monumen serta mendorong pembangunan objek-objek tua menjadi objek wisata
yang baru sambil tetap mempertahankan struktur aslinya. Pariwisata juga
mendorong pelestarian sumberdaya alam, seperti di Taman Nasional di Afrika
yang bertambah jumlahnya bukan hanya untuk melindungi satwa liar tetapi juga
menyediakan ruang yang menarik bagi wisatawan. Hal ini ternyata juga terjadi
pada kawasan bekas tambang Kandi-Tanah Hitam, pengembangan pariwisata
berdampak positif dengan tetap terjaganya fungsi konservasi yang ada pada
kawasan ini. Hal ini disebabkan oleh setiap pengembangan objek wisata selalu
diikuti dengan penanaman vegetasi pelindung di sekitar objek tersebut. Dalam
pemilihan lokasi pengembangan objek wisata selalu dipertimbangkan aspek
kelestarian dan keberimbangan dengan lingkungan serta aspek degradasi lahan.
Lingkungan alamiah adalah daya tarik utama bagi wisatawan karena
mereka cenderung tertarik pada kawasan yang berpanorama indah, beriklim
menyenangkan dan mempunyai pemandangan yang lain dari yang lain. Agar bisa
memenuhi selera wisatawan, diperlukan pengembangan sarana prasarana seperti
jalan, penginapan, dan rumah makan.
Pengembangan pariwisata menghasilkan pengendalian kawasan tujuan
wisata yang memang sengaja dirancang untuk melindungi lingkungan. Sayangnya
pada banyak kasus pengendalian ini baru berdayaguna setelah akibat negatif dari
banyaknya wisatawan yang datang baru terasa, seperti yang terjadi di Kepulauan
Karibia. Pengendalian itu dapat berupa pengurangan kesempatan memasuki
106
Dampak Ekonomi
dan jasa, pajak tidak langsung dari pembayaran bea dan cukai, dan dari
pendapatan yang dihasilkan oleh usaha milik pemerintah sendiri.
Pengembangan pariwisata menimbulkan beberapa efek pengganda lain
seperti pengganda pekerjaan dan pengganda upah. Pengganda pekerjaan adalah
peningkatan pengeluaran wisatawan yang menciptakan pekerjaan baru. Jenis
pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar kawasan wisata Kandi-Tanah Hitam ini
antara lain pedagang, penjual makanan dan minuman, penjual tanaman hias,
boneka dan mainan anak-anak, hasil pertanian, dan lain-lain. Pekerjaan lainnya
adalah menjadi karyawan pada objek wisata, supir angkot, pengemudi ojek, juru
parkir, dan pemandu wisata.
Dampak ekonomi tak langsung terjadi sebagai akibat harga yang
dibayarkan ketika melakukan wisata. Pemilik penginapan mungkin menggunakan
sebagian dari uang sewa kamar untuk membeli bahan makanan dan membayar
upah karyawan. Pemasok bahan makanan dan karyawan penginapan tadi mungkin
membeli baju dan sepatu baru. Akibat dari uang sewa penginapan tadi akan terus
meningkat, sampai akhirnya uang tersebut disimpan di Bank atau dibelanjakan di
luar kawasan Kandi-Tanah Hitam. Dua kegiatan terakhir merupakan kebocoran
dari kegiatan ekonomi di wilayah tersebut.
Fenomena yang dulunya sering terjadi di Kota Sawahlunto adalah
tingginya tingkat kebocoran dana dari daerah ini, karena sebagian besar
penduduknya banyak menghabiskan waktu liburannya dengan pergi keluar kota
ketika musim liburan datang dan berakibat kepada menurunnya aktivitas
perekonomian. Namun setelah dikembangkannya beberapa objek wisata di daerah
ini, hal itu berangsur berkurang dan kebocoran dana yang terjadi selama ini dapat
ditekan. Fenomena yang terjadi sekarang adalah hal sebaliknya, dimana
Kabupaten/Kota tetangga yang mulai terjadi kebocoran dana dan mengalir ke
Kota Sawahlunto akibat pesatnya perkembangan sektor pariwisata yang terjadi di
kota ini.
Masalah yang sering terjadi pada tahap awal pengembangan pariwisata
adalah dibutuhkan dana yang cukup besar untuk membangun sarana prasarana dan
infrastruktur lainnya. Kebanyakan daerah tidak mampu menyediakan sendiri
kebutuhan keuangan ini dan mencoba menarik investor untuk masuk menanamkan
110
Tabel 24. Faktor internal Kekuatan /Strength (S) dan Kelemahan/Weakness (W)
Kekuatan / Strength
(S)
1. Arahan RTRW Kota Sawahlunto 2004-2014
2. Status lahan milik Pemerintah Daerah Kota Sawahlunto
3. Lokasi yang strategis
4. Produktivitas lahan rendah untuk pertanian
5. Budaya Gotong royong dan pluralistik masyarakat
6. Perekonomian masyarakat mulai bangkit
7. Kuantitas jaringan jalan yang memadai
8. Potensi kawasan wisata seluas 400 Ha
9. Potensi hutan kota dari hutan rakyat dan daerah reboisasi
10. Kepadatan penduduk yang masih rendah
Kelemahan / Weaknessess
(W)
1. Perkembangan fisik wilayah yang cenderung sporadis
(ketidakseimbangan perkembangan)
2. Masalah transportasi yang masih terbatas jumlahnya
3. Keterbatasan keuangan pemerintah daerah untuk melakukan
pembiayaan
4. Daya dukung fisik lahan, dimana lebih dominan lahan marginal
- Faktor Eksternal
Peluang / Opportunity (O). Faktor eksternal yang merupakan peluang yang
mendukung pengembangan pariwisata di kawasan bekas tambang Kandi-
Tanah Hitam.
Ancaman/ Threats (T). Faktor eskternal yang menjadi ancaman dalam
pengembangan pariwisata di kawasan bekas tambang Kandi-Tanah Hitam
terlihat pada Tabel 25.
115
No Strategi Keterkaitan
S-O
1 Pengembangan kawasan wisata, pusat pelayanan dan kawasan
strategis baru dengan memanfaatkan potensi kawasan yang O1,O3,O4,
strategis, arahan RTRW, dan kepadatan penduduk yang S8,S1,S10
rendah.
2 Kerjasama dengan investor dan Pemerintah Daerah lain dalam
O2,O8,O1,
pengembangan kawasan bekas tambang untuk meningkatkan
O5
pendapatan masyarakat dan optimalisasi PAD.
3 Peluang bantuan dana dari Pusat dan paket pinjaman dari Luar
O6,O7,S5,
Negeri dimanfaatkan untuk peningkatan ekonomi dan budaya
S6
masyarakat yang mulai bangkit.
S-T
1 Peningkatan koordinasi antar sektor terkait dalam
T3,O1,O3,
perencanaan dan pengelolaan kawasan wisata, pusat
O4
pelayanan dan kawasan strategis baru.
2 Peningkatan peranserta masyarakat dalam mengatasi
T6,W3,O1,
keterbatasan keuangan pemerintah untuk pengembangan
O3, O4
kawasan wisata dan kawasan strategis baru.
W-O
1 Pengembangan pusat pelayanan, kawasan strategis baru dan
kawasan wisata dalam upaya mengatasi perkembangan O3,O4,O1,
wilayah yang cenderung sporadis dan mengatasi masalah W2
transportasi.
2 Pengembangan kualitas sumberdaya manusia melalui
pendidikan dan pelatihan dengan memanfaatkan paket S11,W5,O6
bantuan dari Pusat.
W-T
1 Optimalisasi potensi kawasan dengan meningkatkan
S8, T1
ketersediaan sarana dan prasarana yang ada.
2 Meningkatkan kualitas sumberdaya, efisiensi dan melibatkan
T2,T3,T6,
masyarakat dalam pengembangan kegiatan yang strategis
T5
untuk menghindari kegagalam implementasi program.
117
Tabel 27. Pemberian bobot untuk setiap unsur Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan
Ancaman
Strength Weakness Opportunity Threats
Bobot Bobot Bobot Bobot
(S) (W) (O) (T)
S1 5 W1 5 O1 5 T1 1
S2 5 W2 4 O2 3 T2 1
S3 4 W3 3 O3 3 T3 1
S4 4 W4 3 O4 4 T4 2
S5 3 O5 2 T5 3
S6 3 O6 2 T6 3
S7 4 O7 3 T7 3
S8 5 O8 2 T8 2
S9 2 T9 3
S 10 3
Strategi Keenam : Peluang bantuan dana dari Pusat dan paket pinjaman dari
Luar Negeri dimanfaatkan untuk peningkatan ekonomi dan budaya masyarakat
yang mulai bangkit.
Berlakunya Undang-undang Otonomi Daerah Nomor 32 Tahun 2004,
membuka peluang bagi pemerintah daerah untuk mencari sumber pembiayaan dari
pihak lain untuk melanjutkan pembangunan dan pengembangan wilayahnya.
Sebagian besar pemerintah daerah berpacu mencari sumber pembiayaan lain baik
itu antar pemerintah daerah, dengan pemerintah pusat maupun dengan pihak luar
(asing) dalam ketentuan perundangan yang berlaku. Peluang ini dicoba oleh
pemerintah Kota Sawahlunto dengan menjajaki kerjasama dengan Pemerintah
Malaysia dengan membuat kesepakatan pengembangan budaya melayu serumpun
dan Kota Kembar. Langkah yang bisa diterapkan dalam mencapai strategi keenam
ini adalah:
1). Membuat Memorandum of Understanding dengan pihak asing untuk
mendapatkan paket bantuan pengembangan wilayah maupun budaya
yang berkelanjutan.
2). Mengembangkan kerjasama dengan pihak asing dalam bentuk
pelatihan aparatur pemerintah untuk magang keahlian di negara yang
dituju dengan skema pembiayaan yang saling menguntungkan.
3). Membuat program strategis pengembangan pembangunan daerah
untuk menggaet dana pusat dalam bentuk Dana Alokasi Khusus.
Kesimpulan
Saran
PUSTAKA
Lampiran 1. (Lanjutan)
Pengenalan Kebutuhan
Sebaran Manfaat Yang Didapat Dari Kunjungan
Manfaat Jumlah Persentase
Privasi 1 1,01%
Pengetahuan 37 37,37%
Keakraban 3 3,03%
Hiburan 57 57,58%
Lainnya 1 1,01%
Jumlah 99 100%
Sebaran Kendaraan Yang Digunakanan Untuk Berkunjung
Kendaraan Jumlah Persentase
Pribadi 74 74,75%
Umum 16 16,16%
Sewaan 9 9,09%
Jumlah 99 100%
Sebaran Perasaan Ketika Berkunjung
Rasa Jumlah Persentase
Merasa ada yang kurang 37 37%
Biasa saja 63 63%
Jumlah 99 100%
Sebaran Pernah Berkunjung Ke Lokasi Lain Yang Mirip
Lokasi Lain Jumlah Persentase
Pernah 36 36,3636
Tidak Pernah 63 63,6364
Jumlah 99 100%
Pencarian Informasi
Sebaran Cara Mendapatkan Informasi
Informasi Jumlah Persentase
Reklame 8 6,56%
Radio 7 5,74%
Teman 85 69,67%
TV 5 4,09%
Brosur 11 9,02%
Media Cetak 6 4,92%
Jumlah 122 100%
Sebaran Kunjungan Keberapa Kali
Kunjungan Jumlah Persentase
Pertama kali 0 0%
Lebih dari 2 kali 99 100%
Jumlah 99 100%
134
Lampiran 2. (Lanjutan)
Pencarian Informasi
Sebaran Fokus Perhatian dari Informasi Yang Ada
Fokus Perhatian Jumlah Persentase
Harga 8 6,50%
Kenyamanan 27 21,95%
Paket 22 17,89%
Fasilitas 21 17,07%
Lokasi 43 34,96%
Lainnya 2 1,63%
Jumlah 123 100%
Sebaran dengan Siapa Berkunjung Saat Ini
Dengan Siapa Jumlah Persentase
Sendiri 10 10,10%
Keluarga 61 61,62%
Pasangan 13 13,13%
Kelompok 15 15,15%
Jumlah 99 100%
Evaluasi Alternatif
Sebaran Pertimbangan Berkunjung
Pertimbangan Jumlah Persentase
Pelayanan 16 12,31%
Kenyamanan 35 26,92%
Akses 10 7,69%
Keragaman 19 14,62%
Harga 16 12,31%
Lokasi 34 26,15%
Jumlah 130 100%
Keputusan Pembelian
Sebaran Rencana Berkunjung
Rencana Jumlah Persentase
Direncanakan 58 58,59%
Tidak Direncanakan 41 41,41%
Jumlah 99 100%
Sebaran Alokasi Waktu Untuk Berkunjung
Alokasi Waktu Jumlah Persentase
Waktu Khusus 30 51,72%
Tidak 28 49,28%
Jumlah 58 100%
Sebaran Alternatif Tempat Lain Untuk Dikunjungi
Alternatif Jumlah Persentase
Tidak 17 17,17%
Ada 82 82,83%
Jumlah 99 100%
135
Lampiran 2. (Lanjutan)
Lampiran 2. (Lanjutan)
Keputusan Pembelian
Sebaran Yang Paling Berpengaruh untuk Berkunjung
Sebab Jumlah Persentase
Sendiri 23 23,23%
Teman 28 28,28%
Keluarga 39 39,40%
Selebaran 2 2,02%
Iklan 1 1,01%
Pengelola 6 6,06%
Jumlah 99 100%
Sebaran Jumlah Pengeluaran Rata-rata Tiap Kunjungan
Pengeluaran Jumlah Persentase
< Rp 50.000 42 42,42%
Rp 50.000 - 100.000 34 34,34%
Rp 100.000 - 200.000 14 14,14%
> Rp 200.000 9 9,10%
Jumlah 99 100%
Perilaku Pasca Pembelian
Sebaran Perilaku Pascapembelian
Kepuasan Jumlah Persentase
Puas 63 63,64%
Tidak 36 36,36%
99 100%
Sebaran Keinginan untuk Berkunjung Kembali
Datang Kembali Jumlah Persentase
Ya 90 90,91%
Tidak 9 9,09%
Jumlah 99 100%
137
No Atribut
1 Kebersihan 3,25 4,51
2 Kenyamanan 3,46 4,61
3 Keamanan 3,40 4,61
4 Kesigapan petugas dalam melayani pengunjung 3,37 4,26
5 Keramahan dan kesopanan petugas 3,49 4,39
6 Tingkat pengetahuan tentang fasilitas 3,17 4,21
7 Kualitas dan pemeliharaan berbagai fasilitas dan sarana 3,03 4,43
8 Area parkir yang luas 3,35 4,11
9 Fasilitas taman satwa 2,80 4,29
10 Fasilitas kolam pancing Danau Tandikat 2,81 3,56
11 Fasilitas wisata air Danau Tandikat 2,98 4,04
12 Fasilitas Danau Kandi 2,75 3,86
13 Fasilitas camping ground 2,68 3,55
14 Kegiatan edukatif 2,90 3,98
15 Sarana peribadatan 2,72 4,59
16 Sarana toilet 2,66 4,53
17 Jenis paket wisata 2,97 3,77
18 Harga paket wisata 3,39 3,69
19 Pemadangan alam 3,65 4,33
20 Penataan lokasi wisata 3,18 4,35
21 Kegiatan promosi 3,26 3,95
22 Kemudahan mencapai lokasi 3,48 4,39
23 Sarana komunikasi 3,28 4,21
24 Papan informasi/penunjuk arah 3,34 4,47
25 Area jajanan/makanan 2,88 4,14
Total 78,25 104,83
3,13
4,1932
138
Keterangan:
1. Kebersihan 14. Kegiatan edukatif
2. Kenyamanan 15. Sarana peribadatan
3. Keamanan 16. Sarana toilet
4. Kesigapan petugas dalam melayani pengunjung 17. Jenis paket wisata
5. Keramahan dan kesopanan petugas 18. Harga paket wisata
6. Tingkat pengetahuan tentang fasilitas 19. Pemadangan alam
7. Kualitas dan pemeliharaan berbagai fasilitas dan 20. Penataan lokasi wisata
sarana
8. Area parkir yang luas 21. Kegiatan promosi
9. Fasilitas taman satwa 22. Kemudahan mencapai lokasi
10. Fasilitas kolam pancing Danau Tandikat 23. Sarana komunikasi
11. Fasilitas wisata air Danau Tandikat 24. Papan informasi/penunjuk arah
12. Fasilitas Danau Kandi 25. Area jajanan/makanan
13. Fasilitas camping ground
139
Mean Mean
Weighted Weighted
No Atribut Importance Satisfaction
Factor Score
Score Score
1 Kebersihan 4,51 0,0430 3,25 0,1398
2 Kenyamanan 4,61 0,0440 3,46 0,1522
3 Keamanan 4,61 0,0440 3,40 0,1495
4 Kesigapan petugas dalam melayani 4,26 0,0406 3,37 0,1369
pengunjung
5 Keramahan dan kesopanan petugas 4,39 0,0419 3,49 0,1462
6 Tingkat pengetahuan tentang fasilitas 4,21 0,0402 3,17 0,1273
7 Kualitas dan pemeliharaan berbagai 4,43 0,0423 3,03 0,1280
fasilitas dan sarana
8 Area parkir yang luas 4,11 0,0392 3,35 0,1313
9 Fasilitas taman satwa 4,29 0,0409 2,80 0,1146
10 Fasilitas kolam pancing Danau 3,56 0,0340 2,81 0,0954
Tandikat
11 Fasilitas wisata air Danau Tandikat 4,04 0,0385 2,98 0,1148
12 Fasilitas Danau Kandi 3,86 0,0368 2,75 0,1013
13 Fasilitas camping ground 3,55 0,0339 2,68 0,0908
14 Kegiatan edukatif 3,98 0,0380 2,90 0,1101
15 Sarana peribadatan 4,59 0,0438 2,72 0,1191
16 Sarana toilet 4,53 0,0432 2,66 0,1149
17 Jenis paket wisata 3,77 0,0360 2,97 0,1068
18 Harga paket wisata 3,69 0,0352 3,39 0,1193
19 Pemadangan alam 4,33 0,0413 3,65 0,1508
20 Penataan lokasi wisata 4,35 0,0415 3,18 0,1320
21 Kegiatan promosi 3,95 0,0377 3,26 0,1228
22 Kemudahan mencapai lokasi 4,39 0,0419 3,48 0,1457
23 Sarana komunikasi 4,21 0,0402 3,28 0,1317
24 Papan informasi/penunjuk arah 4,47 0,0426 3,34 0,1424
25 Area jajanan/makanan 4,14 0,0395 2,88 0,1137
104,83 3,1376
Lampiran 8. (Lanjutan)
Friedman Test
Ranks
Mean Rank
Kolam_renang 3,35
Hotel 3,31
Cottage 4,15
GOR 4,36
Pujasera 3,88
Stand_souvenir 4,29
Kebun_wisata 4,69
Test Statistics(a)
N 99
Chi-Square 52,377
Df 6
Asymp. Sig. 0,000
a. Friedman Test
Jumlah
No Fasilitas Tambahan
Ranking (Rj)
7 Kebun Wisata 468,5
4 GOR 435,5
6 Stand Souvenir 429,0
3 Cottage 414,5
5 Pujasera 387,5
1 Kolam Renang 334,5
2 Hotel 330,5
144
Tahun Rata-
Bulan Jumlah
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 rata
hari hujan (hh) 4,0 12,0 7,0 12,0 11,0 18,0 16,0 92,0 12,0
Januari
Curah hujan (mm) 91,5 226,0 149,2 85,0 226,8 244,0 152,2 1.285,0 160,6
hari hujan (hh) 10,0 2,0 9,0 8,0 3,0 12,0 7,0 68,0 9,0
Februari
Curah hujan (mm) 208,0 18,0 138,0 101,0 20,9 203,6 25,2 894,7 111,8
hari hujan (hh) 15,0 19,0 14,0 10,0 10,0 6,0 22,0 106,0 13,0
Maret
Curah hujan (mm) 272,0 256,0 210,0 112,0 241,7 19,1 219,5 1.393,8 174,2
hari hujan (hh) 19,0 13,0 15,0 1,0 4,0 20,0 22,0 109,0 14,0
April
Curah hujan (mm) 525,5 268,0 156,8 22,0 75,2 312,2 427,3 2.007,9 251,0
hari hujan (hh) 5,0 14,0 9,0 17,0 4,0 12,0 9,0 84,0 11,0
Mei
Curah hujan (mm) 22,5 145,0 84,0 310,0 144,8 189,6 90,0 1.166,3 145,8
hari hujan (hh) 7,0 4,0 8,0 9,0 16,0 5,0 8,0 67,0 8,0
Juni
Curah hujan (mm) 69,0 24,5 95,0 102,0 109,2 13,9 48,0 530,5 66,3
hari hujan (hh) 5,0 8,0 11,0 9,0 10,0 3,0 7,0 59,0 7,0
Juli
Curah hujan (mm) 34,0 96,0 178,0 199,0 89,6 32,8 152,0 802,8 100,4
hari hujan (hh) 18,0 2,0 18,0 6,0 11,0 4,0 9,0 84,0 11,0
Agustus
Curah hujan (mm) 278,0 10,5 281,5 85,0 131,4 69,4 266,3 1.329,3 166,2
hari hujan (hh) 8,0 3,0 17,0 21,0 14,0 15,0 10,0 96,0 12,0
September
Curah hujan (mm) 125,0 62,0 181,0 282,0 164,2 124,7 246,0 1.246,4 155,8
hari hujan (hh) 10,0 4,0 15,0 19,0 7,0 5,0 7,0 80,0 10,0
Oktober
Curah hujan (mm) 134,0 12,2 126,0 220,1 79,1 29,0 110,8 892,5 111,6
hari hujan (hh) 12,0 12,0 6,0 10,0 18,0 15,0 15,0 96,0 12,0
November
Curah hujan (mm) 165,0 190,8 19,5 184,0 223,3 131,8 292,0 1.277,2 159,7
hari hujan (hh) 9,0 13,0 12,0 11,0 10,0 16,0 13,0 98,0 12,0
Desember
Curah hujan (mm) 82,0 132,0 128,0 181,0 92,4 152,2 55,0 904,6 113,1
hari hujan (hh) 122,0 106,0 141,0 133,0 118,0 131,0 145,0 896,0 128,0
Jumlah
Curah hujan (mm) 2.006,5 1.441,0 1.747,0 1.883,1 1.598,7 1.522,3 2.084,2 12.282,6 1.754,7
hari hujan (hh) 10,0 9,0 12,0 11,0 10,0 11,0 12,0
Rata-rata
Curah hujan (mm) 167,2 120,1 145,6 156,9 133,2 126,9 173,7
Sumber : PT. Bukit Asam - Unit Pengolahan Ombilin, Bagian Pengelolaan Lingkungan
145
S E K O L A H P AS C A S A R J A N A
P R O G R A M S T U D I P E R E N C A N A A N WI L A Y A H
I N S TI T U T P E R T A N I A N B O G O R
T A H U N 2 00 7
KUISIONER
No Responden :
Tanggal :
Pedoman Umum Pengisian:
Berilah tanda ceklis () pada :
untuk pilihan hanya satu jawaban
untuk pilihan lebih dari satu jawaban
Isilah jawaban ditempat yang telah disediakan
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
B. PENGENALAN KEBUTUHAN
C. PENCARIAN INFORMASI
C.1. Dari mana anda pertama kali mendapat informasi tentang kawasan wisata ini?
Papan nama/Reklame Televisi
Radio Brosur/Leaflet/booklet
Teman/Saudara Koran/Majalah
C.2. Hal apa saja yang menjadi fokus perhatian anda dari informasi tersebut?
Harga paket wisata Fasilitas yang ditawarkan
Kenyamanan tempat Lokasi yang mudah dicapai
Paket wisata yang menarik Lainnya, sebutkan …
C.3. Bersama siapa saat ini anda berkunjung ke sini?
Sendiri Pasangan (suami/istri/pacar)
Keluarga Kelompok non keluarga
C.4. Ini adalah kunjungan anda yang keberapa kali?
Pertama kali (jika anda menjawab ini, langsung ke pertanyaan D.4-D.5)
Lebih dari 2 kali (jika anda menjawab ini, langsung ke pertanyaan D.1-D.5)
147
D. KEPUTUSAN PEMBELIAN
E. EVALUASI ALTERNATIF
E. 1. Apa yang menjadi pertimbangan anda ketika memutuskan untuk datang berwisata ke sini?
Pelayanan yang memuaskan Keragamanan paket wisata
Kenyamanan lokasi Harga tiket yang murah
Aksesibilitas yang lancar Lokasi yang mudah dijangkau
E. 2. Kegiatan wisata ini sudah anda rencanakan jauh-jauh sebelumnya?
Ya (sudah direncanakan jauh hari sebelumnya)
Tidak (mendadak, niat berkunjung timbul ketika melewati lokasi ini)
E. 3. Jika ya, waktu melakukan kunjungan ke sini?
Meyediakan waktu khusus hanya untuk berkunjung
Sekalian mengunjungi objek wisata lain yang berdekatan
E. 4. Sebelum anda memutuskan untuk datang ke sini, apakah anda memiliki alternatif tempat
lain untuk dikunjungi?
Ya (langsung ke pertanyaan E.5 dan E.6)
Tidak (langsung ke pertanyaan E.6)
E. 5. Bila ya, tolong sebutkan alternatif tempat tersebut?
Waterboom Muaro Kalaban Museum Kereta Api
Taman Kota Lapangan segitiga Museum Dapur Umum
Makam Muhammad Yamin Wisata Goa
E. 6. Mengapa pada akhirnya anda memutuskan untuk datang ke sini?
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
148
Berilah penilaian berdasarkan tingkat Kepentingan atau harapan anda terhadap atribut di
bawah ini dengan cara melingkari angka pada skala evaluasi 5 angka yang berjajar dari “Sangat
Tidak Penting” hingga “Sangat Penting” untuk kawasan wisata Kandi-Tanah Hitam. Tolong
berikan nilai pada tempat yang telah disediakan untuk setiap atribut yang ditanyakan dengan
ketentuan sebagai berikut:
Berilah penilaian berdasarkan tingkat Kinerja atau kepuasan anda terhadap atribut di
bawah ini dengan cara melingkari angka pada skala evaluasi 5 angka yang berjajar dari “Sangat
Tidak Puas” hingga “Sangat Puas” untuk kawasan wisata Kandi-Tanah Hitam. Tolong berikan
nilai pada tempat yang telah disediakan untuk setiap atribut yang ditanyakan dengan ketentuan
sebagai berikut:
Tingkat Kinerja /
No Atribut Kebutuhan
Kepuasan
STP TP CP P SP
1 Kebersihan 1 2 3 4 5
2 Kenyamanan 1 2 3 4 5
3 Keamanan 1 2 3 4 5
4 Kesigapan petugas dalam melayani pengunjung 1 2 3 4 5
5 Keramahan dan kesopanan petugas 1 2 3 4 5
6 Tingkat pengetahuan tentang fasilitas 1 2 3 4 5
7 Kualitas dan pemeliharaan berbagai fasilitas dan sarana 1 2 3 4 5
8 Area parkir yang luas 1 2 3 4 5
9 Fasilitas taman satwa 1 2 3 4 5
10 Fasilitas kolam pancing Danau Tandikat 1 2 3 4 5
11 Fasilitas wisata air Danau Tandikat 1 2 3 4 5
12 Fasilitas Danau Kandi 1 2 3 4 5
13 Fasilitas camping ground 1 2 3 4 5
14 Kegiatan edukatif 1 2 3 4 5
15 Sarana peribadatan 1 2 3 4 5
16 Sarana toilet 1 2 3 4 5
17 Jenis paket wisata 1 2 3 4 5
18 Harga paket wisata 1 2 3 4 5
19 Pemadangan alam 1 2 3 4 5
20 Penataan lokasi wisata 1 2 3 4 5
21 Kegiatan promosi 1 2 3 4 5
22 Kemudahan mencapai lokasi 1 2 3 4 5
23 Sarana komunikasi 1 2 3 4 5
24 Papan informasi/penunjuk arah 1 2 3 4 5
25 Area jajanan/makanan 1 2 3 4 5
150
H. PERILAKU PASCAPEMBELIAN
1. Secara keseluruhan, apakah anda merasa puas dengan kinerja dan kelengkapan fasilitas
yang ada di sini?
Ya, alasan ...............................................................................................................
......................................................................................................................................
Tidak, alasan...........................................................................................................
......................................................................................................................................
2. Apakah anda akan datang lagi berkunjung ke sini?
Ya, alasan ...............................................................................................................
......................................................................................................................................
Tidak, alasan...........................................................................................................
......................................................................................................................................
Fasilitas-fasilitas berikut ini belum terdapat di kawasan wisata Kandi-Tanah Hitam. Berilah
penilaian anda berdasarkan hal-hal berikut dengan melingkari angka pada skala evaluasi 5 angka
yang berjajar dari “Sangat Tidak Perlu Dibangun” hingga “Sangat Perlu Dibangun” terhadap
fasilitas yang akan dibangun pada kawasan wisata Kandi-Tanah Hitam.
1. Sangat tidak perlu dibangun/diadakan (STP)
2. Tidak perlu dibangun/diadakan (TP)
3. Biasa saja (B)
4. Perlu dibangun/diadakan (P)
5. Sangat perlu dibangun/diadakan (SP)
Terima kasih atas perhatian dan kerjasama yang baik dari anda