Pengujian Terhadap Kualitas Pengungkpan CSR Di Ind PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 20

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan p-ISSN 2548 – 298X

Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 e-ISSN 2548 – 5024


DOI: 10.24034/j25485024.y%Y.v%v.i%i.2457

PENGUJIAN TERHADAP KUALITAS PENGUNGKAPAN CSR


DI INDONESIA

Dian Yuni Anggraeni


dianyuni12@gmail.com
Chaerul D. Djakman
Universitas Indonesia

ABSTRACT

The purpose of this study is to identify the quality of corporate social responsibility disclosure within sustainability
report in Indonesia for 2012-2014. The disclosures made by corporations are varies across industries, so this study
also identifies the quality of corporate social responsibility disclosure across different types of industry. This study
use content analysis to identify whether those informations are qualitative or quantitative. The study shows that
the informations disclosed more quantitative than qualitative because the information tags along with the
quantitative data in terms of currency, weight, volume, size, etc. It also finds that even most of them use GRI as
their standard, but the disclosure made by the corporation does not adequately cover the informational needs of
stakeholders. However, the increasing disclosure trends can be considered as a first step toward improved corporate
social responsibility disclosure. The increasing disclosure trends can be considered as the fact that corporates in
Indonesia have increasing their interest in social and environmental problems and dominated by high profile
industry. The study therefore supports the need for a suitable framework for corporate social responsibility
disclosure, so the stakeholders can use it as credible information.

Key words: disclosure quality, sustainability, CSR, legitimacy theory, stakeholder theory

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kualitas pengungkapan tanggung jawab sosial pada
laporan keberlanjutan perusahaan yang terdaftar di BEI selama periode 2012-2014. Pengungkapan yang
dilakukan oleh perusahaan di setiap industri berbeda-beda, oleh karena itu penelitian ini juga
menganalisis secara sub sampel industri agar dapat mengetahui kualitas informasi perusahaan di
masing-maing industri. Penelitian ini menggunakan metode analisis konten. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa informasi yang diungkapkan lebih didominasi oleh informasi yang bersifat
kuantitatif. Artinya, perusahaan bukan hanya menyajikan informasi tanggung jawab sosial secara
narasi saja, namun juga menyertakan data numeriknya seperti dalam mata uang, bobot, volume,
ukuran, dan lain sebagainya. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa meskipun sebagian besar
sampel menggunakan GRI sebagai acuan pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan, namun
informasi yang disajikan belum mencakup keseluruhan indikator GRI sehingga kebutuhan stakeholder
atas informasi tanggung jawab sosial belum dapat terpenuhi dengan maksimal. Namun demikian,
peningkatan tren pengungkapan mengindikasikan adanya langkah perbaikan terhadap kualitas
informasi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Meningkatnya perusahaan dalam
menerbitkan laporan keberlanjutan menunjukkan bahwa semakin tingginya minat perusahaan di
Indonesia mengenai isu sosial dan lingkungan, khususnya pada perusahaan yang termasuk ke dalam
industri high profile.

Kata kunci: kualitas pengungkapan, keberlanjutan, CSR, teori legitimasi, teori stakeholder

PENDAHULUAN daya tarik untuk meningkatkan nilai per-


Tanggung jawab sosial perusahaan atau usahaan (Roberts, 1992; Suchman, 1995;
corporate social responsibility (CSR) memiliki Clarkson, 1995; Cormier et al., 2011; Kuo dan
22
Pengujian Terhadap Kualitas Pengungkapan CSR ... – Anggraeni, Djakman 23

Chen, (2013). Pada tahun 2014, Nielsen Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Global Survey menginisiasikan suatu survei Keuangan (Bapepam-LK) No. X.K.6 tentang
online mengenai kecenderungan konsumen Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau
dalam memilih suatu produk. Hasilnya Perusahaan Publik melalui Lampiran Ke-
menunjukkan bahwa, 55% konsumen akan putusan Ketua Bapepam-LK nomor: Kep-
membeli produk dan jasa dari perusahaan 431/BL/2012, serta Peraturan Pemerintah
yang berkomitmen terhadap isu sosial dan (PP) No. 47 tahun 2012 tentang Tanggung
lingkungan. Oleh sebab itu, perusahaan Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan
semakin berlomba-lomba untuk memberi- Terbatas). Namun demikian, bentuk serta
kan kesejahteraan terhadap lingkungan dan konten laporan CSR cenderung bervariatif.
sosial mereka dengan berbagai aktivitas Hal tersebut terjadi karena belum ada aturan
CSR. resmi dalam menyajikan laporan kegiatan
Ragam aktivitas CSR diwadahi dalam CSR. Hal ini juga disepakati oleh Jain et al.
suatu laporan. Beberapa kata didefinisikan (2015) yang dalam penelitiannya menyata-
untuk menggambarkan informasi mengenai kan bahwa belum ada kontrol legislatif yang
tanggung jawab social perusahaan. Laporan jelas mengenai pelaporan CSR di negara-
sosial, laporan tanggung jawab sosial per- negara kawasan Asia Pasifik. Berdasarkan
usahaan (corporate social responsibility (CSR) keadaan tersebut, maka muncul kekhawa-
report), laporan keberlanjutan, dan lain se- tiran akan kualitas pelaporan CSR. Gunawan
bagainya. Meskipun demikian, secara garis- (2015) juga mengemukakan bahwa masih
besar informasi yang disertakan dalam terdapat gap antara informasi yang di-
laporan tersebut bertujuan untuk menge- ekspektasikan oleh stakeholder dengan yang
laborasi berbagai aktivitas serta hasil pen- dilaporkan oleh perusahaan.
capaian perusahaan untuk melestarikan Beberapa hasil penelitian menyimpul-
lingkungan dan sosial dengan tidak lupa kan bahwa informasi CSR yang diungkap-
untuk mempertimbangkan dampak eko- kan perusahaan masih terbatas pada infor-
nominya. masi yang bersifat naratif dan deskriptif
Laporan CSR merupakan suatu narasi (Fatima et al., 2015; Raar, 2007; Sen et al.,
perusahaan yang menunjukkan informasi 2011). Raar (2007) menemukan bahwa se-
mengenai aktivitas, aspirasi dan citra per- banyak 70% perusahaan mengungkapkan
usahaan tentang lingkungan, pegawai, pe- informasi CSR secara deskriptif atau pen-
layanan konsumen, penggunaan energi, jelasan secara kualitatif, kemudian terdapat
kesetaraan, bisnis yang wajar, tata kelola 16% perusahaan yang memberikan kombi-
perusahaan, dan lain-lain (Gray et al., 2001). nasi informasi antara kualitatif dan kuanti-
Salah satu manfaat dari laporan CSR ialah tatif. Di India, sebanyak 74% pengungkapan
dapat digunakan sebagai salah satu media CSR ialah bersifat kualitatif, dan sisanya
perusahaan dalam berkomunikasi dengan bersifat kuantitatif (Sen et al., 2011). Fatima et
stakeholders. Agar komunikasi berjalan efek- al. (2015) mengemukakan bahwa kualitas
tif, informasi yang diberikan harus relevan informasi CSR yang diungkapkan masih
dengan kebutuhan pembaca (stakeholders). rendah, apalagi ketika masih belum ada
Di Indonesia, perusahaan diwajibkan regulasi yang menunjang dalam mengatur
untuk turut aktif dalam pelaksanaan akti- pemberian informasi tersebut kepada pu-
vitas CSR. Hal tersebut tertuang dalam blik. Kondisi ini direspon dengan muncul-
berbagai regulasi (berdasarkan Undang- nya berbagai institusi yang membuat suatu
Undang (UU) No. 23 tahun 1997 tentang kerangka bagi perusahaan dalam melapor-
Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU No. 40 kan aktivitas CSR mereka. Berbagai macam
tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, UU organisasi, baik pemerintah maupun swasta
No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan dan baik nasional maupun internasional,
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Peraturan yang peduli terhadap sosial dan lingkungan,
24 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 2, Nomor 1, Maret 2018 : 22 – 41

menawarkan standar untuk digunakan per- profit, namun juga aspek planet (lingkungan)
usahaan dalam melaporkan aktivitas mere- dan people (sosial) sebagaimana tertuang
ka. Berdasarkan keadaan tersebut, maka dalam Triple Bottom Line. Metode yang di-
muncul kekhawatiran akan kualitas konten gunakan dalam penelitian ini ialah analisis
informasi yang diungkapkan perusahaan. deskriptif dengan menganalisis konten skala
Kondisi ini direspon dengan munculnya 0-3 pada setiap laporan keberlanjutan per-
berbagai institusi yang membuat suatu usahaan dan dibandingkan dengan indi-
kerangka bagi perusahaan dalam melapor- kator-indikator yang ada pada GRI generasi
kan aktivitas CSR mereka, seperti Global keempat (G4). GRI G4 dipilih karena standar
Reporting Initiative (GRI), FTSE4Good, ISO tersebut ialah yang paling banyak di-
14001, dan lain-lain. gunakan oleh entitas sebagai acuan dalam
Jenis atau profil perusahaan menjadi menyusun laporan keberlanjutan (KPMG,
salah satu determinan kualitas pengungkap- 2015). Penelitian ini juga menganalisis demo-
an CSR (Roberts, 1992; Hackston dan Milne, grafi kualitas pengungkapan CSR berdasar-
1996; Zuhroh dan Sukmawati, 2003; Sayekti, kan jenis industri sehingga pemahaman
2011). Perusahaan yang tergolong dalam mengenai kedalaman kualitas pengungkap-
high profile memiliki potensi risiko lingku- an informasi CSR di Indonesia akan lebih
ngan, sosial, persaingan, dan politik yang mendalam.
lebih tinggi bila dibandingkan dengan per- Penelitian ini terdiri dari lima bagian.
usahaan low profile. Risiko tersebut muncul Bagian pertama memberikan review singkat
karena aktivitas operasional perusahaan mengenai penelitian ini. Bagian kedua mem-
yang berpotensi menghadapi benturan ke- berikan penjabaran dan analisa mengenai
pentingan dengan pihak-pihak lainnya. Sen studi literatur penelitian sebelumnya diber-
et al. (2011) mengatakan bahwa pengungkap- bagai negara. Bagian ketiga membahas
an informasi CSR merupakan salah satu metode yang digunakan dalam penelitian.
informasi krusial bagi perusahaan high profile Bagian keempat memberikan analisa hasil
karena hal tersebut menunjukkan tingkat penelitian dan penelitian ini diakhiri dengan
partisipasi mereka terhadap isu CSR. Kuo kesimpulan.
dan Chen (2013) mengklaim bahwa per-
usahaan yang termasuk kedalam industri TINJAUAN TEORETIS
high profile dapat memperbaiki legitimasinya Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
dan memuaskan kepentingan stakeholder (Corporate Social Responsibility (CSR))
dengan menerbitkan laporan CSR. Secara Konsep tanggung jawab sosial per-
konten, perusahaan yang memberikan infor- usahaan hadir sebagai suatu respon akan
masi bahwa mereka melakukan upaya untuk kekhawatiran isu keberlanjutan suatu
memitigasi kerusakan lingkungan dan sosial organisasi. Campbell (2007) menyatakan
akan meningkatkan legitimasi lingkungan bahwa jika perusahaan mengisolasi tujuan
dan sosial mereka. kesejahteraan sosial serta lingkungan dan
Berdasarkan pemaparan tersebut, pe- hanya berfokus pada target peningkatan
nelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi profit saja, maka tidak heran jika perusahaan
kualitas pengungkapan laporan tanggung tersebut tidak sustain.
jawab sosial pada perusahaan yang terdaftar Roberts (1992) mengatakan bahwa tang-
di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menerbit- gung jawab sosial perusahaan atau CSR ialah
kan laporan keberlanjutan (sustainability suatu kebijakan atau tindakan yang dapat
report) pada periode 2012-2014. Perusahaan mengidentifikasi perusahaan sebagai entitas
yang menerbitkan laporan tersebut meng- yang peduli terhadap masalah sosial. Se-
indikasikan bahwa mereka memiliki per- lanjutnya, Baron (2001) dan Davis et al. (2005)
hatian khusus terhadap keberlanjutan menyatakan bahwa terkadang CSR di-
usahanya, bukan hanya dilihat dari aspek definisikan sebagai suatu “kontrak sosial”
Pengujian Terhadap Kualitas Pengungkapan CSR ... – Anggraeni, Djakman 25

antara bisnis dan masyarakat yang bertujuan kesejahteraan pemegang saham, pegawai,
untuk memberikan keuntungan bagi kedua- pemasok, konsumen, regulator, serta masya-
nya. Berdasarkan beberapa definisi tersebut, rakat sekitar yang bersinggungan secara
dapat dikatakan bahwa tanggung jawab langsung dengan aktivitas perusahaan
sosial ialah suatu perangkat kebijakan, pro- sehari-hari.
gram, dan inisiatif lainnya yang bertujuan Keadaan sosial dan lingkungan tidak
untuk memberikan kesejahteraan bagi sosial dapat diisolasi dengan kepentingan suatu
dan lingkungan namun tidak mengabaikan entitas begitu saja. Entitas dituntut untuk
tujuan utama entitas itu sendiri dapat mewadahi kepentingan sekitarnya
Berdasarkan stakeholder theory, kepenti- hingga pada akhirnya kepentingan entitas
ngan stakeholder, selain pemegang saham, sendiri dapat tercapai dengan maksimal.
juga menjadi perhatian dari keberadaan Oleh sebab itu, pemetaan kepentingan stake-
organisasi (Ansoff, 1965 dalam Roberts, holders merupakan suatu agenda penting
1992). Oleh karena itu, dapat dikatakan bagi perusahaan. Sehingga dapat terbentuk
bahwa salah satu objektif utama hadirnya jalinan komunikasi yang baik sebagai salah
perusahaan ialah untuk menyeimbangkan satu alat pengerat hubungan keduabelah
berbagai konflik kepentingan antar stake- pihak. Berdasarkan pemaparan tersebut,
holder perusahaan dan CSR dapat dijadiakan dapat disimpulkan bahwa CSR berfungsi
sebagai alat penyeimbang antara kedua sebagai suatu penyeimbang antara kepenti-
pihak tersebut. ngan para stakeholder dan perusahaan itu
Beragam definisi untuk menerjemahkan sendiri.
stakeholder. Clarkson (1995) menyatakan bah- Teori lain yang mendasari hadirnya CSR
wa stakeholder merupakan individu atau ialah teori legitimasi. Teori legitimasi me-
kelompok yang memiliki, atau menyatakan, rupakan salah satu teori yang mendasari
kepemilikan, hak, atau kepentingan di inisiasi perusahaan secara sukarela dalam
dalam perusahaan dan aktivitasnya, baik di mengungkapkan laporan CSR (Luo et al.,
masa lalu, sekarang, atau yang akan datang. 2013). Legitimasi erat kaitannya dengan
Kemudian, Roberts (1992) menyebutkan berbagai aktivitas yang dilakukan entitas,
bahwa stakeholder perusahaan meliputi pe- sehingga persepsi atau asumsi tersebut
megang saham, kreditur, pegawai, pelang- dapat tercipta.
gan, pemasok, organisasi masyarakat, serta Deegan (2002) mengatakan bahwa teori
pemerintah. Freeman (1984) dalam (Sayekti, legitimasi ialah ketika perusahaan akan
2011), mendefinisikan stakeholder sebagai bereaksi sesuai dengan ekspektasi masya-
suatu kelompok atau individu yang dapat rakat dan lingkungan tempat perusahaan
mempengaruhi atau dipengaruhi karena tersebut berada. Berdasarkan pemahaman
adanya organisasi. Berdasarkan definisi ter- tersebut, teori ini fokus pada strategi-strategi
sebut, dapat dikatakan bahwa organisasi perusahaan dalam mengelola berbagai
dengan seluruh elemen kebijakannya dan ekspektasi yang akan berdampak pada
stakeholder memiliki keterkaitan, yaitu ketika perusahaan agar mendapatkan status legal.
dipengaruhi oleh stakeholder dan ketika Salah satu alat untuk mendapatkan status
mempengaruhi mereka. tersebut ialah aktivitas tanggung jawab
CSR mengandung makna bahwa entitas sosial dan lingkungan. Selain itu, risiko
mengemban tugas moral untuk berlaku risiko penurunan reputasi juga dapat di-
jujur, mematuhi hukum, menjunjung inte- minimalisir dengan patuh pada regulasi dan
gritas, dan tidak melakukan pelanggaran norma sosial serta mengadakan kegiatan-
hukum lainnya (Roberts, 1992). Melalui kegiatan yang melibatkan masyarakat di-
pengungkapan aktivitas CSR, perusahaan sekitar lokasi perusahaan beroperasi. Se-
berkesempatan untuk memberikan penjelas- bagai upaya dalam mendapatkan legitimasi
an mengenai berbagai hal yang mendukung masyarakat, Suaryana (2011) menyatakan
26 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 2, Nomor 1, Maret 2018 : 22 – 41

bahwa perusahaan akan melakukan bera- untuk memenuhi kepentingan berbagai


gam aktivitas sosial dan lingkungan. Akti- stakeholders, bukan hanya kepentingan pe-
vitas tersebut menjadikan suatu upaya megang saham. Beattie et al. (2004) me-
perusahaan dalam memenuhi harapan nyatakan bahwa model pelaporan bisnis
masyarakat akan manfaat hadirnya per- membutuhkan perbaikan agar transparasi
usahaan yang berlokasi di wilayah mereka. dan akuntabilitas perusahaan meningkat,
Namun, ketika perusahaan gagal untuk yaitu dengan memberikan informasi dan
memenuhi harapan masyarakat, maka perubahannya yang diperlukan oleh pasar.
akibatnya akan berbanding terbailk, yaitu Gelb dan Strawser (2001) mengatakan bahwa
hilangnya legitimasi terhadap perusahaan, perusahaan yang lebih respon terhadap
sehingga perusahaan pun akan kehilangan aktivitas sosial akan menyediakan informasi
dukungan dari mereka. yang lebih luas dibandingkan dengan per-
Ahmad dan Hossain (2015) mengatakan usahaan yang kurang berkomitmen dengan
bahwa profitabilitas perusahaan juga akan aktivitas sosial. Hasil ini juga didukung oleh
terpengaruh oleh adanya gap atau celah Wiseman (1982) yang menemukan adanya
legitimasi antara perusahaan dan masya- pengaruh positif antara pengungkapan CSR
rakat. Hal tersebut terjadi karena jika dan aktivitas aktual CSR.
masyarakat merasa mendapatkan kerugian Berbagai macam organisasi yang peduli
akan adanya perusahaan, maka mereka terhadap sosial dan lingkungan, menawar-
dapat saja memboikot hasil produksi per- kan standar untuk digunakan perusahaan
usahaan tersebut. Dalam rangka meminima- dalam melaporkan aktivitas mereka. Salah
lisir gap tersebut, Cho dan Patten (2007) satunya ialah organisasi yang memiliki
mengatakan bahwa pengungkapan lingku- inisiasi untuk memberikan pedoman bagi
ngan dalam laporan keuangan dapat di- perusahaan dalam melaporkan keberlanjut-
jadikan tools bagi perusahaan untuk men- an usaha (sustainability report), yaitu Global
dapatkan legitimasi. Reporting Initiative (GRI). Laporan keber-
Almilia dan Wijayanto (2007) mengata- lanjutan digunakan sebagai salah satu cara
kan bahwa berdasarkan perspektif masya- bagi perusahaan untuk lebih sustain dan
rakat, perusahaan dianggap sebagai entitas turut berkontribusi dalam perkembangan
yang dapat menghasilkan berbagai ke- keberlanjutan.
sempatan yang baik, seperti terbukanya Awal mulanya, GRI dibentuk di Boston
lapangan pekerjaan, menyediakan barang pada tahun 1997. Organisasi ini berinduk
dan jasa yang dapat dikonsumsi, penyum- pada organisasi non-profit di Amerika
bang pajak untuk membangun infrastruktur, Serikat, yaitu The Coalition for Environmen-
pemberian santunan, dan lain-lain, namun, tally Responsible Economies (CERES) dan The
tak jarang orientasi perusahaan hanya Tellus Institute.
mengedepankan peningkatan keuntungan Organisasi ini menerbitkan standar
bagi dirinya sendiri. Sehingga, perusahaan untuk laporan keberlanjutan atau sustaina-
mengesampingkan keadaan sosial dan bility report. Standar yang dikeluarkan oleh
bahkan menimbulkan kerusakan lingku- GRI, yang sekarang sudah memasuki
ngan sekitar agar dapat memperoleh ke- generasi keempat (G4), menjadi salah satu
untungan yang maksimal. panduan utama pelaporan keberlanjutan
perusahaan di berbagai negara, termasuk
Pelaporan Informasi Tanggung Jawab Indonesia. Pedoman pelaporan generasi
Sosial Perusahaan (Corporate Social pertama dipublikasikan pada tahun 2000.
Responsibility (CSR)) Kemudian, seiring berjalannya waktu, GRI
Pelaporan CSR menjadi salah satu sudah mulai terpisah dan berdiri sendiri
instrumen transparansi perusahaan dalam (institusi independen) hingga pedoman
mengartikulasikan bagaimana peran mereka pelaporan generasi kedua hadir pada tahun
Pengujian Terhadap Kualitas Pengungkapan CSR ... – Anggraeni, Djakman 27

2002 di Johannesburg pada World Summit on pengambilan keputusan yang lebih tepat
Sustainable Development. Pedoman ini dikenal bagi perusahaan itu sendiri maupun pihak
juga dengan sebutan G2. Selanjutnya, G3 yang memiliki kepentingan lainnya, namun
dipublikasikan pada tahun 2006, dalam demikian, bentuk laporan CSR tersebut
perkembangan ini diprakarsai oleh lebih masih sangat bervariatif karena belum ada
dari 3.000 pelaku bisnis, kelompok masya- aturan resmi dalam menyajikan kegiatan
rakat, dan serikat pekerja. Agar lebih me- CSR. Hal tersebut juga disetujui oleh Jain et
maksimalkan standar pelaporan keberlanjut- al. (2015) yang menyatakan bahwa di negara-
an perusahaan, pada Mei 2013 dipublikasi- negara kawasan Asia Pasifik, belum ada
kan pedoman GRI terbaru, yaitu generasi kontrol legislatif yang jelas mengenai pe-
keempat atau G4. laporan CSR. Berdasarkan keadaan tersebut,
Dikutip dari website resmi GRI (www. maka muncul kekhawatiran akan kualitas
globalreporting.org), G4 dirancang agar pelaporan CSR. Gunawan (2015) juga
dapat diterapkan secara universal di semua menemukan bahwa masih terdapat gap
jenis dan sektor organisasi, baik yang antara informasi yang diekspektasikan oleh
berskala besar maupun kecil, di seluruh stakeholder dengan yang dilaporkan oleh
dunia. G4 mencakup rujukan ke rerangka perusahaan.
lain yang dikenal luas, dan dirancang se- Informasi yang diungkapkan perlu di-
bagai rerangka konsolidasian untuk kinerja dukung oleh data-data yang akurat sehingga
pelaporan dengan berbagai standar dan informasi tersebut dapat dipergunakan
norma keberlanjutan. Hal ini mencakup sebagaimana mestinya sebagai bahan per-
harmonisasi dengan rerangka global penting timbangan pengambilan keputusan. Be-
lain, termasuk Pedoman OECD (Organisation berapa penelitian menunjukkan bahwa
for Economic Co-Operation and Development) pengungkapan CSR yang dilakukan per-
untuk Perusahaan Multinasional, Prinsip usahaan masih terbatas pada informasi yang
Global Compact PBB, dan Prinsip Pedoman bersifat deskriptif saja (Fatima et al., 2015;
Bisnis dan Hak Asasi Manusia PBB. Raar, 2007; Sen et al., 2011). Lebih lanjut, Raar
Untuk menghasilkan laporan yang lebih (2007) menyatakan bahwa 70% perusahaan
tepat sasaran, G4 memosisikan konsep mengungkapkan informasi CSR secara
materialitas sebagai pusat pelaporan ke- deskriptif atau penjelasan secara kualitatif,
berlanjutan. Hal tersebut mengindikasikan sedangkan 16% lainnya memberikan kombi-
bahwa G4 mendorong perusahaan untuk nasi informasi antara kualitatif dan kuanti-
memberikan informasi tentang hal-hal yang tatif. Hal tersebut juga disetujui oleh
relevan agar dapat mencapai tujuan per- penemuan Sen et al. (2011) pada perusahaan
usahaan untuk keberlanjutan dan mengelola high profile di India, 74% bersifat kualitatif,
dampaknya terhadap lingkungan dan sosial. 22% mengungkapkan dampak secara keu-
GRI menganggap bahwa penting bagi angan, dan 4% informasi yang bersifat fisik.
perusahaan untuk mengungkapkan serta Berdasarkan pemaparan tersebut, Fatima et
melaporkan keberlanjutan perusahaan, ka- al. (2015) menyimpulkan bahwa kualitas
rena dengan adanya laporan keberlanjutan informasi CSR yang diungkapkan masih
dapat memberikan pengungkapan tentang rendah, apalagi ketika masih belum ada
dampak terpenting suatu perusahaan/ regulasi yang menunjang dalam mengatur
organisasi (baik positif atau negatif) ter- pemberian informasi tersebut kepada
hadap lingkungan, sosial, dan ekonomi. publik.
Dengan menggunakan pedoman ini, entitas
diharapkan dapat menghasilkan informasi Determinan Pelaporan
yang andal, relevan, dan terstandardisasi Jenis industri menjadi suatu determinan
sehingga dapat digunakan untuk menilai demografi informasi CSR yang diungkapkan
peluang dan risiko, serta memungkinkan oleh perusahaan. Perusahaan yang high
28 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 2, Nomor 1, Maret 2018 : 22 – 41

profile ialah perusahaan yang berpotensi anggap tepat. Rentang waktu tiga tahun
memiliki tingkat risiko lingkungan, sosial, tersebut diharapkan cukup representatif
persaingan, dan politik tinggi sehingga untuk memberikan analisis kualitas peng-
profil industri ini akan mendapatkan per- ungkapan CSR dalam penelitian ini.
hatian publik lebih besar daripada profil Penelitian ini hanya menggunakan
industri lainnya (low profile). Risiko tersebut sampel perusahaan yang menerbitkan lapor-
muncul karena aktivitas operasional per- an keberlanjutan saja agar tidak terjadi
usahaan yang berpotensi menghadapi kesenjangan antara perusahaan yang sudah
benturan kepentingan dengan kepentingan dan belum menerbitkan laporan tersebut
luas. Sen et al. (2011) mengatakan bahwa (Holland dan Foo, 2003). Sampel tersebut
pengungkapan informasi biaya pengolahan juga dipilih karena fokus penelitian ialah
limbah dan tanggung jawab lingkungan untuk mengetahui alasan perusahaan mem-
lainnya merupakan salah satu informasi berikan informasi tanggung jawab sosial
krusial bagi perusahaan high profile karena mereka, dan informasi yang komprehensif
hal tersebut menunjukkan tingkat partisipasi tersebut bisa didapat dari laporan keber-
mereka terhadap kerusakan lingkungan. lanjutan perusahaan.
Oleh karena itu, Kuo dan Chen (2013) meng- Data yang digunakan dalam penelitian
klaim bahwa perusahaan yang termasuk ini dapat diperoleh dari berbagai sumber.
kedalam industri high profile dapat memper- Semua data adalah bersifat sekunder dan
baiki legitimasinya dan memuaskan ke- dapat ditemukan dalam tahunan dan
pentingan stakeholder dengan menerbitkan laporan keberlanjutan setiap perusahaan.
laporan CSR. Laporan tahunan dan laporan keberlanjutan
perusahaan dapat diunduh di website BEI
METODE PENELITIAN (www.idx.co.id), website masing-masing per-
Populasi dalam penelitian ini adalah usahaan, dan website National Center of
seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Suatainability Reporting (www.ncsr-id.org).
Efek Indonesia (BEI) selama periode 2012 Untuk mendapatkan sampel yang
sampai dengan periode 2014. Terdapat representatif dan sesuai dengan yang di-
beberapa alasan mengenai pemilihan awal butuhkan dalam penelitian, pemilihan sam-
periode pengamatan dalam penelitian ini. pel dilakukan dengan teknik purposive
Pertama, pada 4 April 2012, pemerintah sampling berdasarkan tabel 1. Berdasarkan
menetapkan Peraturan Pemerintah (PP) tabel 1, pada tahun 2012, terdapat 33 per-
Nomor 47 tentang Tanggung Jawab Sosial usahaan yang menerbitkan laporan keber-
dan Lingkungan Perseroan Terbatas yang lanjutan. Tahun 2013, ada 39 perusahaan,
pada pasal dua dinyatakan bahwa selaku dan tahun 2014 terdapat 42 perusahaan.
subjek hukum, setiap perusahaan memiliki Berdasarkan seleksi sampel tersebut, maka
tanggung jawab sosial dan lingkungan. jumlah perusahaan yang termasuk kedalam
Kedua, pada 1 Agustus 2012 terdapat revisi sampel ialah 44 perusahaan dan jumlah
Peraturan Bapepam-LK X.K.6 mengenai ke- observasi (perusahaan-tahun) dalam pe-
wajiban perusahaan publik untuk meng- nelitian ini ialah 114.
ungkapakan informasi tanggung jawab Untuk memperoleh pemahaman yang
sosialnya dalam laporan tahunan. Campbell lebih medalam mengenai demografi kualitas
(2007) mengungkapkan bahwa salah satu pengungkapan perusahaan yang menerbit-
dorongan perusahaan untuk melakukan kan laporan keberlanjutan di Indonesia
CSR ialah ketatnya regulasi oleh suatu selama periode 2012 sampai dengan 2014,
negara. Oleh sebab itu, karena penelitian ini maka peneliti mengelompokkan perusahaan
hanya menggunakan sampel perusahaan berdasarkan jenis industrinya masing-
yang menerbitkan laporan keberlanjutan masing. Pengelompokkan industri ini dibagi
saja, maka pemilihan tahun tersebut di- berdasarkan Fact Book Bursa Efek Indonesia
Pengujian Terhadap Kualitas Pengungkapan CSR ... – Anggraeni, Djakman 29

periode 2012-2014. Tahapan analisis pada suatu unit teks menjadi suatu kategori
penelitian ini dijelaskan dalam gambar 1. (Beattie et al., 2004). Menurut Neuman
Metode analisis konten merupakan (1991), metode analisis konten merupakan
metode yang tepat untuk mengukur kualitas prosedur yang objektif dan sistematis untuk
informasi yang diungkapkan. Metode ini menggambarkan suatu pengukuran kuanti-
suatu cara pengukuran data berupa kodi- tatif atas informasi yang bersifat kualitatif
fikasi informasi kualitatif menjadi suatu karena metode ini diproses melalui perhitu-
bentuk skala kuantitatif (Abbott dan Mon- ngan dan pencatatan informasi itu sendiri.
sen, 1979) atau dengan mengklasifikasikan

Tabel 1
Seleksi Sampel

Kriteria Perusahaan
Terdaftar di BEI selama periode 2012-2014
a. 2012 451
b. 2013 477
c. 2014 498
Perusahaan menerbitkan laporan keberlanjutan
dan memiliki data yang lengkap pada tahun:
a. 2012 33
b. 2013 39
c. 2014 42
Jumlah Observasi (Perusahaan-Tahun) 114
Sumber: Data yang diolah

Indikator GRI merupakan suatu standar Untuk menyempurnakan permintaan


yang komprehensif dan umum digunakan stakeholders, pada saat ini GRI telah di-
oleh entitas untuk melaporkan informasi sempurnakan menjadi GRI G4, atau GRI
keberlanjutan usahanya (sustainability re- generasi keempat, oleh karena itu, penelitian
port). Hedberg dan Malmborg (2003) me- ini mengacu pada indikator pengungkapan
ngatakan bahwa perusahaan akan berusaha GRI generasi keempat tersebut. Indikator G4
untuk menyesuaikan dengan prinsip yang dapat diperoleh melalui website resmi GRI,
berlaku umum atau kerangka umum ketika yaitu www.globalreporting.org. Dalam G4,
entitas berinisiasi untuk menyajikan laporan terdapat sembilan indikator yang termasuk
yang dapat diandalkan. GRI dipandang se- kategori ekonomi, 34 indikator untuk kate-
bagai salah satu pedoman yang kompre- gori lingkungan, dan 48 indikator untuk
hensif dan dapat diandalkan karena telah kategori sosial.
dipublikasikan secara global dan didukung Berbeda dari penelitian sebelumnya,
oleh struktur laporan yang mewakili ke- penelitian ini menggunakan skala penilaian
pentingan berbagai pihak (Kartawijaya, antara 0-3 untuk setiap indikator. Penjelasan
2010). Dengan adanya pedoman, informasi skor tersebut ialah sebagai berikut:
yang dihasilkan entitas dapat menjadi lebih 1. Bernilai 0: tidak mengungkapkan.
andal, relevan, dan terstandardisasi sehing- 2. Bernilai 1: mengungkapkan tanpa ada
ga dapat digunakan untuk menilai peluang penjelasan atau perusahaan hanya mem-
dan risiko, serta memungkinkan peng- berikan suatu pernyataan mengenai indi-
ambilan keputusan yang lebih tepat (Sayekti, kator pengungkapan tersebut secara
2011). singkat.
30 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 2, Nomor 1, Maret 2018 : 22 – 41

3. Bernilai 2 : mengungkapkan dan memberi menyediakan data dengan nominal angka


penjelasan secara kualitatif. (kuantitatif) untuk setiap indikator yang
4. Bernilai 3 : jika mengungkapkan dan diungkapkan.
memberi penjelasan secara kualitatif serta

Pengujian terhadap Kualitas Pengungkapan CSR di Indonesia

Mengumpulkan Penelitian
Terdahulu dan Referensi Mengumpulkan data dan
Pendukung Lainnya Mengolah Data

PENGOLAHAN DATA

ANALISIS DATA

Analisis Sampel Analisis Pedoman Analisis Kualitas


(Secara Keseluruhan Pelaporan CSR Pengungkapan CSR
dan Berdasarkan (Secara Keseluruhan dan (Pada Keseluruhan Sampel
Jenis Industi) Berdasarkan Jenis dan Berdasarkan Jenis
Industri) Industri, kategori CSR, dan
skor CSR)

Analisis dengan Penelitian Sebelumnya dan Referensi Lainnya

Kesimpulan dan Saran

Gambar 1
Tahapan Penelitian
Pengujian Terhadap Kualitas Pengungkapan CSR ... – Anggraeni, Djakman 31

Analisis kualitas pengungkapan CSR perusahaan yang terdaftar di BEI, namun


dilakukan dengan metode content analysis, demikian hanya 8,18% (39/477 × 100) atau 39
yaitu suatu cara pengukuran data berupa perusahaan yang menerbitkan laporan ke-
kodifikasi informasi kualitatif menjadi suatu berlanjutan. Selanjutnya, perusahaan yang
bentuk skala kuantitatif (Abbott dan Mosen, terdaftar di BEI pada tahun 2014 ialah se-
1979) atau dengan mengklasifikasikan suatu banyak 498 dan hanya 8,43% (42/498 × 100)
unit teks menjadi suatu kategori (Beattie et atau 42 perusahaan saja yang menerbitkan
al., 2004). Menurut Ne man (1991), metode laporan keberlanjutan, namun demikian
analisis konten merupakan prosedur yang berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui
objektif dan sistematis untuk menggambar- bahwa perusahaan yang menerbitkan lapor-
kan suatu pengukuran kuantitatif atas an keberlanjutan selama periode 2012, 2013,
informasi yang bersifat kualitatif karena dan 2014 ialah terus meningkat. Hal ini
metode ini diproses melalui perhitungan mengindikasikan adanya tren positif pe-
dan pencatatan informasi itu sendiri. nerbitan laporan keberlanjutan di Indonesia
Pengukuran ini mengacu pada pe- karena terus menerus bertambah setiap
nelitian Jizi et al. (2014), Fatima et al. (2015), tahunnya. Hal ini juga memberikan satu
Kuo dan Chen (2013), dan Roberts (1992). sinyal bahwa informasi mengenai tanggung
Skala tersebut juga diharapkan mampu jawab sosial yang tercatat dalam laporan
menjelaskan bagaimana kualitas informasi keberlanjutan semakin diminati oleh para
CSR yang diungkapkan perusahaan. Untuk perusahaan.
meminimalisir subjektivitas dalam pem- Berdasarkan sektor industri, tabel 2
berian skor setiap indikator pengungkapan, berikut ini menggambarkan sebaran sampel
penelitian ini dibantu oleh asisten peneliti dalam penelitian ini. Pengelompokan indus-
dan kemudian skor tersebut dievaluasi tri ini dibagi berdasarkan Fact Book Bursa
kembali oleh peneliti. Selanjutnya, untuk Efek Indonesia periode 2012-2014. Berdasar-
mendapatkan indeks kualitas pengungkap- kan tabel 2 tersebut, industri keuangan ialah
an CSR perusahaan, total skor kualitas yang paling dominan dalam penelitian ini,
pengungkapan CSR setiap perusahaan di- yaitu 9 perusahaan pada tahun 2012, 10
bandingkan dengan total skor pengungkap- perusahaan pada 2013, dan 11 perusahaan
an maksimum. Rumusnya ialah sebagai pada 2014. Hasil ini dapat dijadikan kabar
berikut (Jizi et al., 2014): gembira sebagai dukungan Roadmap Keu-
SQCSR
QCSR i = SQMAXi (Persamaan 1) angan Berkelanjutan untuk periode 2015-
2019 karena berdasarkan tabel 2, ternyata
Keterangan: sebelum inisiasi tersebut dilaksanakan,
QCSRi : Kualitas pengungkapan CSR per- industri keuangan telah memberikan duku-
usahaan i ngan positif untuk menciptakan keuangan
SQCSRi : Skor kualitas pengungkapan CSR berkelanjutan melalui penerbitan sustaina-
perusahaan i bility reporting.
SQMAX : Skor maksimum kualitas peng- Terdapat dua kelompok perusahaan
ungkapan CSR yang menerbitkan laporan keberlanjutan
mereka. Masing-masing kelompok terdiri
ANALISIS DAN PEMBAHASAN atas dua perusahaan. Kelompok pertama
Pelaporan Berdasarkan Industri ialah Indo Agri, dari industri pertanian.
Pada tahun 2012, terdapat 451 perusaha- Kelompok ini terdiri atas PT. Salim Ivomas
an yang tercatat di BEI. Dari keseluruhan Pratama Tbk. dan PP London Sumatra Indo-
perusahaan yang terdaftar di BEI, pada nesia Tbk. Kelompok kedua ialah Asia Pulp
tahun 2012 hanya 7,32% (33/451 × 100) atau Paper (APP), dari miscellaneous industry.
33 perusahaan yang menerbitkan laporan Kelompok ini terdiri atas PT. Indah Kiat Pulp
keberlanjutan. Pada tahun 2013, terdapat 477 & Paper Tbk. Dan PT. Pabrik Kertas Tjiwi
32 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 2, Nomor 1, Maret 2018 : 22 – 41

Kimia Tbk. Kedua Kelompok tersebut me- diperlakukan menjadi satu entitas yang
nerbitkan laporan keberlanjutan secara kon- diteliti, sehingga nilai kualitas pengungkap-
sisten dari tahun 2012-2014. an CSR mereka ialah sama karena mereka
Karena keterbatasan jumlah sampel hanya menerbitkan satu laporan keber-
penelitian, maka setiap anggota kelompok lanjutan saja.

Tabel 2
Pelaporan Berdasarkan Industri

2012-2014 2012 2013 2014


Industri
Obs % s Tot % s Tot % s Tot %
Pertanian 12 10.53a 4 18 22.22b 4 20 20b 4 20 20 b
Industri dasar &
10 8.77 3 63 4.76 3 60 5 4 63 6.35
Kimia
Industri Barang
3 2.63 1 35 2.86 0 37 0 2 38 5.26
Konsumsi
Keuangan 30 26.32 9 73 12.33 10 75 13.33 11 81 13.58
Infrastruktur,
Utilitas & 15 13.16 5 39 12.82 5 45 11.11 5 50 10
Transportasi
Pertambangan 17 14.91 4 32 12.50 7 37 18.92 6 39 15.38
Miscellaneous
12 10.53 4 41 9.76 4 42 9.52 4 41 9.76
Industry
Property, Real
Estate & 11 9.65 3 50 6 4 54 7.41 4 54 7.41
Construction
Perdagangan, Jasa
4 3.51 0 100 0 2 107 1.87 2 112 1.79
& Investasi
TOTAL 114 100 33 451 83.25 39 477 87.16 42 498 89.53
Keterangan: Tabel ini menyajikan deskripsi sampel yang digunakan dalam penelitian berdasarkan
tahun dan 9 jenis industri (Fact Book IDX). Kolom Obs merupakan jumlah observasi dalam penelitian
berdasarkan jenis industri. Kolom s merupakan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini
berdasarkan jenis industri. Kolom Total merupakan jumlah keseluruhan perusahaan berdasarkan
jenis industri yang terdaftar pada BEI setiap tahunnya.
a (12/114) × 100
b (4/18) × 100

Sumber: Data yang diolah

Berdasarkan tabel 2, industri pertanian Industri dasar dan kimia berkontribusi


memiliki jumlah pelapor yang konstan dari sebesar 8,77% dalam penelitian ini. Pada
tahun 2012 hingga tahun 2014, yaitu 4 tahun 2012, dari 63 perusahaan jenis industri
perusahaan. Dalam penelitian ini, industri dasar dan kimia yang terdaftar di BEI, hanya
pertanian berkontribusi sebesar 10,53%. Pa- 4,76% atau 3 perusahaan yang menerbitkan
da industri ini, dari 18 perusahaan yang laporan keberlanjutan, begitu juga pada
terdaftar di BEI pada tahun 2012, hanya tahun 2013, yaitu 5% perusahaan dari total
22,22% yang menerbitkan laporan keber- keseluruhan 60 perusahaan terdaftar. Ke-
lanjutan, kemudian, pada tahun 2013 dan mudian, pada tahun 2014 meningkat men-
2014, dari 20 perusahaan, hanya 20% nya saja jadi 6,35% atau 4 perusahaan dari total
yang menerbitkan. keseluruhan sebesar 63 perusahaan.
Pengujian Terhadap Kualitas Pengungkapan CSR ... – Anggraeni, Djakman 33

Industri barang dan konsumsi memiliki perusahaan atau 18,92 dari 37 perusahaan di
tren yang unik, yaitu terdapat penurunan tahun 2013, dan menurun 1 perusahaan
pelapor pada tahun kedua penelitian, 2013. (menjadi 6 perusahaan) atau 15,38% di tahun
Industri ini memiliki kontribusi yang paling 2014 dari 39 perusahaan. Hasil ini juga
rendah dalam penelitian ini, yaitu sebesar mengindikasikan adanya inkonsistensi pe-
2,63%. Pada tahun 2012, dari 35 perusahaan laporan keberlanjutan perusahaan pada
yang terdaftar di BEI, terdapat 1 perusahaan industri ini. Miscellaneous industry juga me-
atau 2,86% yang menerbitkan laporan ke- miliki jumlah pelapor yang konstan selama
berlanjutan, kemudian, tahun 2013 tidak ada tahun 2012 hingga 2014, yaitu sebanyak 4
perusahaan yang menerbitkan laporan ke- perusahaan. Industri ini berpartisipasi se-
berlanjutan meskipun jumlah total perusaha- besar 10,53% di penelitian ini. Pada tahun
anya meningkat. Selanjutnya, pada tahun 2012, dari 41 perusahaan yang terdaftar di
2014, ada 2 perusahaan yang menerbitkan BEI, hanya 9,76% yang menerbitkan laporan
laporan keberlanjutan dari total keseluruhan keberlanjutan, kemudian, pada tahun 2013
38 perusahaan. Berdasarkan hasil tersebut, terdapat 9,52% dari 42 perusahaan, dan
dapat dikatakan bahwa terdapat inkonsis- 9,76% dari 41 perusahaan di tahun 2014.
tensi perusahaan dalam menerbitkan lapor- Industri property, real estate, dan konstruksi
an keberlanjutannya. memberikan kontribusi sebesar 9,65% pada
Industri keuangan merupakan industri penelitian ini. Pada industri ini, dari 50
dengan jumlah pelapor terbanyak setiap perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun
tahunnya. Dalam penelitian ini, industri 2012, ditemukan bahwa 6% atau 3 per-
keuangan berkontribusi sebesar 26,32%. usahaan yang menerbitkan laporan keber-
Pada tahun 2012, dari 73 total keseluruhan lanjutan. Kemudian, di tahun 2013 terjadi
perusahaan yang terdaftar di BEI, terdapat 9 peningkatan yaitu 4 perusahaan atau 7,41%
perusahaan atau 12,33% yang menerbitkan dari 54 perusahaan dan di tahun 2014 ialah
laporan keberlanjutan. Pada tahun 2013, ada tetap.
10 perusahaan atau 13,33% dari 75 per- Industri terakhir ialah industri per-
usahaan, dan pada tahun 2014 terdapat 11 dagangan, jasa, dan investasi yang berkontri-
perusahaan atau 13,58% dari 81 perusahaan. busi sebesar 4,35% dalam penelitian ini. Pada
Sama seperti industri pertanian, industri tahun 2012, tidak ada perusahaan yang
infrastruktur, utilitas, dan transportasi juga menerbitkan laporan keberlanjutan, namun
memiliki jumlah pelapor yang konstan pada tahun 2013 meningkat menjadi 2
selama tahun 2012 hingga 2014, yaitu se- perusahaan atau 1,87% dari total keseluruh-
banyak 5 perusahaan. Industri infrastruktur, an 107 perusahaan. pada tahun 2014 se-
utilitas, dan transportasi memberikan kontri- benarnya terdapat 3 perusahaan yang me-
busi sebesar 13,04% dalam penelitian ini. laporkan laporan keberlanjutan, namun
Pada tahun 2012, terdapat 39 perusahaan demikian satu perusahaan harus dikeluar-
yang terdaftar di BEI, dan hanya 12,82% nya kan dari observasi penelitian karena me-
saja yang menerbitkan laporan keberlanjut- miliki nilai rasio leverage yang negatif se-
an. Pada tahun 2013, terdapat peningkatan hingga akan mengganggu hasil regresi, yaitu
jumlah perusahaan yang terdaftar di BEI, PT. Bakrie & Brothers Tbk. pada tahun 2014.
yaitu 45 perusahaan, namun jumlah pelapor- Nilai negatif tersebut dikarenakan perusaha-
nya tetap, begitu juga pada tahun 2014. an memiliki nilai ekuitas yang minus atau
Industri pertambangan berkontribusi disebut dengan defisiensi modal karena
sebesar 14,91% dalam penelitian ini. Pada kerugian dari penanaman modal yang di-
tahun 2012, terdapat 4 perusahaan atau tempatkan pada saham. Kemungkinan per-
12,50% yang menerbitkan laporan keber- usahaan tersebut menerbitkan laporan ke-
lanjutan dari 32 total keseluruhan perusaha- berlanjutan untuk menjadi sinyal bagi
an yang terdaftar di BEI pada industri ini, 7 stakeholders lainnya bahwa meskipun modal
34 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 2, Nomor 1, Maret 2018 : 22 – 41

mereka defisien, namun mereka memiliki Hal ini mengindikasikan bahwa laporan
kemungkinan prospek yang baik di masa keberlanjutan belum dapat dijadikan media
yang akan datang karena aktivitas bisnis komunikasi yang umum dengan para
mereka telah sesuai dengan norma yang stakeholders mereka.
berlaku dan kesejahteraan sosial serta
lingkungan mereka terjaga. Berdasarkan Pedoman Pelaporan Keberlanjutan Per-
tabel 2 tersebut, dapat disimpulkan bahwa usahaan
meskipun terdapat peningkatan jumlah Pembahasan selanjutnya ialah mengenai
perusahaan yang terdaftar di BEI setiap pedoman pelaporan yang digunakan oleh
tahunnya, namun peningkatan tersebut perusahaan untuk mengungkapkan dan
tidak diiringi oleh peningkatan perusahaan melaporkan laporan keberlanjutan mereka.
yang menerbitkan laporan keberlanjutan, Hasilnya dapat dilihat pada gambar 2
bahkan ada yang tidak konsisten dalam berikut ini.
penerbitan laporan tersebut setiap tahunnya.

GRI Tidak Menyebutkan

7%

93%

Gambar 2
Acuan Laporan Keberlanjutan

Berdasarkan gambar 2, sampel pe- Malmborg (2003) juga mengatakan bahwa


nelitian ini didominasi oleh perusahaan perusahaan akan berusaha untuk me-
yang menggunakan GRI sebagai acuan nyesuaikan dengan prinsip yang berlaku
laporan keberlanjutan mereka. Lebih spe- umum atau kerangka umum ketika entitas
sifik, 93% (106 observasi) menggunakan GRI, berinisiasi untuk menyajikan suatu laporan,
sedangkan 7% (8 observasi) lainnya tidak sehingga laporan tersebut dapat menjadi
memberikan informasi mengenai acuan acuan untuk menilai peluang dan risiko serta
laporan keberlanjutan yang mereka guna- memungkinkan pengambilan keputusan
kan. Hal tersebut menunjukkan bahwa di yang lebih tepat, baik untuk perusahaan itu
Indonesia, GRI dipandang sebagai salah satu sendiri maupun stakeholrders mereka. Hasil
pedoman yang komprehensif dan dapat tersebut juga mendukung teori stakeholder,
diandalkan untuk memberikan informasi perusahaan berusaha untuk menyeimbang-
kepada stakeholders mereka. Hal ini juga kan berbagai konflik antar stakeholders
sejalan dengan penelitian yang dilakukan melalui penerbitan laporan keberlanjutan
oleh Kartawijaya (2010). Hedberg dan yang terstandardsisasi, relevan dan handal.
Pengujian Terhadap Kualitas Pengungkapan CSR ... – Anggraeni, Djakman 35

Kualitas Pengungkapan CSR dasarkan jenis industri dan per periode


Tabel 3 memberikan informasi me- pelaporan.
ngenai kualitas pengungkapan CSR ber-

Tabel 3
Rata-Rata Kualitas Pengungkapan CSR
Rata-rata Total 2012 2013 2014 Total
Skor (%) EC EN SC EC EN SC EC EN SC OBS
Pertanian 65,74 35,29 30,21 52,78 41,18 32,82 56,48 52,94 33,85
QCSR 36,42 38,77 44,21 39,80
N 4 4 4 12
Industri dasar &
85,93 66,47 60,42 76,29 57,45 41,81 72,84 57,84 49,65
Kimia
QCSR 66,67 52,21 56,24 58,37
N 3 3 4 10
Industri Barang
92,59 55,88 48,61 - - - 59,26 49,02 31,94
Konsumsi
QCSR 56,91 - 41,95 32,95
N 1 0 2 3
Keuangan 53,33 19,61 33,54 58,15 25,78 39,24 51,18 17,02 28,54
QCSR 30,97 36,89 27,07 31,64
N 9 10 11 30
Infrastruktur,
Utilitas & 77,78 50,59 53,47 52,59 30,19 38,33 61,48 25,29 33,05
Transportasi
QCSR 56,03 37,52 33,71 42,42
N 5 5 5 15
Pertambangan 78,71 62,01 57,12 73,15 54,41 34,46 70,89 47,62 32,72
QCSR 62,45 46,77 43,02 50,75
N 4 7 6 17
Miscellaneous
51,85 37,25 22,22 42,59 33,33 17,01 57,41 23,04 18,75
Industry
QCSR 31,46 26,22 24,72 27,47
N 4 4 4 12
Property, Real
Estate, & 64,20 30,39 28,70 50,93 10,29 25,87 35,56 11,57 18,47
Construction
QCSR 33,58 23,03 17,98 24,86
N 3 4 4 11
Perdagangan,
- - - 55,56 44,12 25 51,85 29,90 32,99
Jasa & Investasi
QCSR - 35,96 34,46 23,47
N 0 2 2 4
Semua OBS 18,97 43,03 62,55 16,39 37,87 50,31 15,98 34,81 46,93
QCSR 124,55 104,57 97,72 40,35
Total OBS 33 39 42 114
Keterangan: Tabel ini merupakan demografi rata-rata kualitas pengungkapan CSR berdasarkan jenis
industri, tahun pengamatan, dan kategori CSR. EC merupakan kategori ekonomi, EN merupakan
kategori lingkungan, dan SC merupakan kategori sosial. OBS merupakan observasi.
Sumber: Data yang diolah
36 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 2, Nomor 1, Maret 2018 : 22 – 41

Berdasarkan tabel 3, kualitas peng- kategori ekonomi trennya fluktuatif, yaitu


ungkapan CSR pada sampel penelitian ini menurun di tahun 2013 dan kemudian
memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar 0,4035 meningkat pada tahun 2014.
(40,35%). Hasil tersebut mengindikasikan Meskipun tidak ada perubahan jumlah
bahwa kualitas pengungkapan CSR per- perusahaan yang menerbitkan laporan ke-
usahaan yang menjadi sampel dalam pe- berlanjutan, pada tahun 2013 industri dasar
nelitian ini ialah masih rendah (di bawah dan kimia mengalami penurunan skor
50%). Berdasarkan hasil tersebut, dapat kualitas pengungkapan CSR. Nilai skor
dikatakan bahwa untuk keseluruhan sampel kualitas pengungkapan CSR pada tahun
pada penelitian ini, informasi CSR yang 2012 ialah sebesar 66,67%, tahun 2013 me-
terdapat pada laporan keberlanjutan periode nurun menjadi 52,21%, dan meningkat lagi
2012 memiliki nilai rata-rata kualitas peng- ditahun 2014, yaitu 56,24%. Kategori eko-
ungkapan CSR tertinggi bila dibandingkan nomi memiliki nilai skor yang menurun
dengan tahun lainnya, 2013 dan 2014. Hasil setiap tahunnya, 85,93% di tahun 2012,
tersebut mengindikasikan bahwa meskipun 76,29% di tahun 2013, dan 72,84% pada
jumlah perusahaan yang menerbitkan lapor- tahun 2014. Kategori lingkungan juga meng
an keberlanjutan mengalami kenaikan dari alami tren yang sama, 66,47% di tahun 2012,
tahun ke tahun, namun demikian peningkat- 57,45% di tahun 2013, dan 57,84% di tahun
an tersebut tidak diikuti dengan kualitas 2014. Untuk kategori sosial, kualitas peng-
pelaporan mereka. ungkapan CSR mengalami penurunan ha-
Berdasarkan hasil analisis dalam tabel 3, nya pada tahun 2013. Tahun 2012 skornya
dapat dikatakan bahwa peningkatan jumlah ialah 60,42%, 41,82% pada tahun 2013, dan
pelapor menjadi salah satu penyebab me- 49,65% di tahun 2014.
nurunnya nilai rata-rata kualitas pelaporan Tidak ada perusahaan yang menerbit-
CSR per tahunnya. Berdasarkan kategori kan laporan keberlanjutan pada periode 2013
CSR, nilai rata-rata tertinggi ada pada kate- dalam industri barang konsumsi. Industri ini
gori sosial karena dalam kategori ini me- memiliki tren rata-rata skor kualitas peng-
miliki jumlah indikator pengungkapan yang ungkapan CSR yang menurun selama
paling banyak bila dibandingkan dengan periode 2012 hingga 2014. Pada tahun 2012,
kategori ekonomi (9 indikator) dan lingku- rata-rata skor pengungkapan CSR ialah
ngan (34 indikator), yaitu 48 indikator. Posisi sebesar 56,91% dengan hanya 1 perusahaan
kedua diduduki oleh kategori lingkungan, saja. Pada tahun 2014 nilai rata-rata skornya
dan yang terakhir ialah kategori ekonomi. ialah sebesar 41,95%, dengan 2 perusahaan
Industri pertanian memiliki tren kua- yang menerbitkan laporan keberlanjutan.
litas pengungkapan CSR yang meningkat Hasil tersebut memberikan bukti bahwa
setiap tahunnya. Pada tahun 2012, skor peningkatan jumlah pelapor tidak diikuti
kualitas pengungkapan CSR industri ini oleh peningkatan kualitas pengungkapan
ialah 36,42%, pada tahun 2013 sebesar dalam laporan keberlanjutan tersebut. Da-
38,77%, dan pada tahun 2014 sebesar 44,21%. lam industri ini, kategori ekonomi memiliki
Lebih spesifik, terdapat peningkatan kualitas rata-rata skor yang paling tinggi bila di-
pengungkapan pada kategori lingkungan bandingkan dengan kategori lingkungan
dan sosial pada setiap tahunnya. Untuk dan sosial setiap tahunnya. Kategori sosial
kategori lingkungan, pada tahun 2012 skor merupakan rata-rata skor yang terendah
kualitas pengungkapannya ialah sebesar setiap tahunnya.
35,29%, tahun 2013 sebesar 41,18%, dan Pada industri keuangan, ada peningkat-
tahun 2014 sebesar 52,94%. Untuk kategori an rata-rata skor kualitas pengungkapan
sosial, pada tahun 2012 ialah sebesar 30,21%, CSR di tahun 2013, namun menurun pada
pada tahun 2013 ialah sebesar 32,82%, dan tahun 2014. Niali rata-rata skor di tahun 2012
33,85% di tahun 2014. Sementara itu, untuk ialah sebesar 30,97%, 36,89% di tahun 2013,
Pengujian Terhadap Kualitas Pengungkapan CSR ... – Anggraeni, Djakman 37

dan 27,07 di tahun 2014. Dalam industri ini, tahun 2014 nilai skornya menurun lagi
kategori ekonomi menjadi kategori yang menjadi 17,98% dengan jumlah perusahaan
memiliki nilai skor tertinggi bila dibanding- yang konstan. Pada industri ini, kategori
kan dengan kategori lingkungan dan sosial ekonomi juga menjadi kategori dengan nilai
di setiap tahunnya. Posisi kedua ialah kate- skor tertinggi. Pada tahun 2012, posisi kedua
gori sosial, dan yang terakhir ialah kategori ialah kategori lingkungan, dan yang terakhir
lingkungan. Rata-rata skor kualitas peng- ialah kategori sosial, namun pada tahun 2013
ungkapan CSR pada industri infrastuktur, dan 2014, posisi kedua diduduki oleh kate-
utilitas, dan transportasi mengalami tren gori sosial dan posisi terakhir ialah kategori
menurun di setiap tahunnya. Tahun 2012 lingkungan. Tidak ada perusahaan yang
nilai rata-rata skornya ialah sebesar 56,03%, menerbitkan laporan keberlanjutan pada
kemudian menurun menjadi 37,52% di periode 2012 di industri perdagangan, jasa,
tahun 2013, dan menurun lagi sebesar dan investasi. Industri ini juga mengalami
33,71% di tahun 2014. Sama seperti industri tren penurunan nilai rata-rata skor kualitas
keuangan, dalam industri ini, kategori pengungkapan CSR setiap tahunnya. Tahun
ekonomi menjadi kategori yang memiliki 2013 nilainya ialah 35,96% dan tahun 2014
nilai skor tertinggi bila dibandingkan menurun menjadi 34,46%. Pada industri ini,
dengan kategori lingkungan dan sosial di kategori ekonomi juga menjadi kategori
setiap tahunnya. Posisi kedua ialah kategori dengan nilai skor tertinggi. Pada tahun 2013,
sosial, dan yang terakhir ialah kategori posisi kedua ialah kategori lingkungan, dan
lingkungan. yang terakhir ialah kategori sosial, namun
Rata-rata skor kualitas pengungkapan pada tahun 2014, posisi kedua diduduki oleh
CSR pada industri pertambangan juga me- kategori sosial dan posisi terakhir ialah
ngalami tren menurun di setiap tahunnya. kategori lingkungan.
Tahun 2012 nilai rata-rata skornya ialah Berdasarkan tabel 3 tersebut, dapat di-
sebesar 62,45%, kemudian menurun menjadi katakan bahwa nilai rata-rata kualitas CSR
46,77% di tahun 2013, dan menurunlagi tertinggi ialah industri dasar dan kimia,
sebesar 43,02% di tahun 2014. Kategori yaitu 58,37%. Kemudian diikuti oleh industri
ekonomi juga menjadi kategori yang me- pertambangan (50,75%), infrastruktur, uti-
miliki nilai rata-rata skor tertinggi, kemudi- litas, dan transportasi (42,42%), pertanian
an diikuti oleh kategori lingkungan, dan (39,80%), industri barang dan konsumsi
yang terakhir ialah kategori sosial. (32,95%), keuangan (31,64%), miscellaneous
Demografi miscellaneous industry tidak industry (27,47%), property, real estate, dan
berbeda dengan industri pertambangan. konstruksi (24,86%), dan industri perdaga-
Terdapat penurunan nilai rata-rata skor ngan, jasa, dan investasi (23,47%). Berdasar-
kualitas pengungkapan CSR setiap tahun- kan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan
nya, yaitu 31,46% di tahun 2012, 26,22% di bahwa secara deskriptif, industri high profile
tahun 2013, dan 24,72% pada tahun 2014. memiliki nilai rata-rata kualitas peng-
Kategori ekonomi juga menjadi kategori ungkapan CSR yang lebih tinggi bila di-
yang memiliki nilai rata-rata skor tertinggi, bandingkan dengan industri lainnya (low
kemudian diikuti oleh kategori lingkungan, profile). Hasil ini didukung oleh beberapa
dan yang terakhir ialah kategori sosial. penelitian yang menemukan bahwa per-
Industri property, real estate dan construc- usahaan yang termasuk pada industri high
tion pun mengalami tren nilai skor kualitas profile akan berusaha untuk meningkatkan
pengungkapan CSR yang menurun. Pada kualitas pengungkapan CSR mereka sebagai
tahun 2012 ialah sebesar 33,58%, pada tahun bentuk tanggung jawab perusahaan ter-
2013 menurun menjadi 23,03%, padahal hadap kondisi lingkungan dan sosial dan
terdapat penambahan perusahaan yang untuk mendapatkan legitimasi para pihak
menerbitkan laporan keberlanjutan. Pada yang berkepentingan (Roberts, 1992; Hack-
38 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 2, Nomor 1, Maret 2018 : 22 – 41

ston dan Milne, 1996; Zuhroh dan Sukma- dapat, kemudian diikuti oleh skor 3, 2, dan 1.
wati, 2003; Sayekti, 2011). Untuk mengetahui Pada tahun 2013, kategori ekonomi paling
secara spesifik mengenai kualitas peng- sering mendapatkan skor 3, kemudian
ungkapan CSR, tabel 4 menyajikan informasi diikuti oleh skor 0, 2, dan 1. Untuk kategori
mengenai frekuensi jumlah skor yang paling lingkungan, skor yang mendominasi ialah
banyak didapat dan yang paling sedikit skor 0, selanjutnya ialah skor 3, 2, dan 1.
didapat per kategori CSR dan per tahun Dalam kategori sosial, skor 0 juga men-
amatan. Tabel 4 memberikan informasi me- dominasi, kemudian diikuti oleh skor 3, 2,
ngenai frekuensi pengungkapan berdasar- dan 1.
kan kategori CSR; ekonomi, lingkungan, dan Yang terakhir ialah pada tahun 2014.
social per periode pelaporan. Skor yang mendominasi dalam kategori
Berdasarkan tabel 4, pada tahun 2012, ekonomi ialah skor 3, selanjutnya diikuti
kategori ekonomi didominasi oleh skor 3, oleh skor 3, 2, dan 1. Dalam kategori lingku-
kemudian diikuti oleh skor 2, 0, dan 1. Pada ngan, skor 0 menjadi skor yang paling sering
kategori lingkungan, skor yang paling sering didapat, kemudian diikuti oleh skor 3, 2, dan
didapat ialah skor 0, kemudian diikuti oleh 1. Untuk kategori sosial, skor 0 merupakan
skor 3, 2, dan 1. Kemudian, pada kategori skor yang mendominasi, kemudian diikuti
sosial, skor 0 ialah yang paling sering di- oleh skor 3, 2, dan 1.

Tabel 4
Frekuensi Skor Pengungkapan CSR

Frekuensi Skor 0 1 2 3 TOTAL


Tahun 2012 1.389 135 463 1.016 3.003
Ekonomi 61 9 64 163
Lingkungan 570 36 165 351
Sosial 758 90 234 502
Tahun 2013 1.966 101 469 1.013 3.549
Ekonomi 114 3 66 168
Lingkungan 761 35 148 382
Sosial 1.091 63 255 463
Tahun 2014 2.223 104 473 1.022 3.822
Ekonomi 125 10 65 178
Lingkungan 875 20 148 385
Sosial 1.223 74 260 459
TOTAL 5.578 340 1.405 3.051 10. 374
Keterangan: Tabel ini menyajikan frekuensi nilai skor 0, 1, 2, dan 3 yang didapat
per tahun dan per kategori pengungkapan CSR. Secara keseluruhan, terdapat
10.374 amatan (114 observasi ×91 indikator pengungkapan).
Sumber: Data yang diolah

Berdasarkan tabel 4, dapat dikatakan banyak daripada skor 2. Hasil ini meng-
bahwa skor yang paling sedikit ialah skor 1, indikasikan bahwa di Indonesia, informasi
yaitu pernyataan singkat mengenai peng- mengenai penjelasan secara kualitatif dan
ungkapan indikator CSR. Berbeda dari hasil kuantitatif lebih banyak bila dibandingkan
penelitian Sen et al. (2011) di India, bila di- dengan pengungkapan informasi secara
bandingkan antara skor 2 dan 3, penelitian kualitatif saja. Hasil ini juga senada dengan
ini menemukan bahwa skor 3 ialah lebih penelitian yang dilakukan Fatima et al. (2015)
Pengujian Terhadap Kualitas Pengungkapan CSR ... – Anggraeni, Djakman 39

di Malaysia, namun demikian skor 0 masih DAFTAR PUSTAKA


mendominasi, yang berarti masih rendahnya Abbot, W. F. dan R. J. Monsen. 1979. On the
informasi yang diungkapkan oleh sampel Measurement of Corporate Social
perusahaan dalam penelitian ini. Responsibility: Self-Reported Disclo-
sures as a Method of Measuring Corpo-
SIMPULAN DAN SARAN rate Social Involvement. The Academy of
Penelitian ini dilakukan untuk meng- Management Journal 22(3): 501-515.
identifikasi kualitas pengungkapan laporan Ahmad, N. N. N. dan D. M. Hossain. 2015.
tanggung jawab sosial pada perusahaan Climate Change and Global Warming
yang terdaftar di BEI dan menerbitkan Discourses and Disclosures in the
laporan keberlanjutan (sustainability report) Corporate Annual Reports: A Study on
pada periode 2012-2014. Berdasarkan ana- the Malaysian Companies. Procedia-
lisis sampel, perusahaan yang menerbitkan Social and Behavioral Sciences 172: 246–25.
laporan keberlanjutan meningkat dari tahun Almilia, L. S. dan D. Wijayanto. 2007.
2012-2014 dan didominasi oleh industri Pengaruh Environmental Performance
keuangan, namun demikian, peningkatan dan Environmental Disclosure terhadap
tersebut tidak diiringi dengan peningkatan Economic Performance. Proceedings the
kualitas pengungkapan CSR. Berdasarkan 1st Accounting Conference Depok: 1-23.
analisis konten yang dilakukan dalam Baron, D. P. 2001. Private Politics, Corporate
penelitian ini, nilai skor 0 ialah yang paling Social Responsibility, and Integrated
dominan, artinya tingkat pengungkapan Strategy. Journal of Economics and Mana-
informasi CSR perusahaan yang menjadi gement Strategy 10(1): 7-45.
sampel dalam penelitian ini ialah masih Beattie, V., B. McInnes, dan S. Fearnley. 2004.
rendah, namun demikian, ditemukan bahwa A Methodology for Analysing and
lebih banyak informasi yang menyajikan Evaluating Narratives in Annual Re-
informasi secara kualitatif dan kuantitatif ports: A Comprehensive Descriptive
daripada kualitatif saja. Profile and Metrics for Disclosure
Penelitian ini memiliki beberapa ke- Quality Attributes. Accounting Forum
terbatasan, yaitu masih rendahnya jumlah 28(3): 205-236.
sampel yang digunakan dalam penelitian Campbell, J. L. 2007. Why Would Corpo-
karena hanya menggunakan perusahaan rations Behave in Socially Responsible
yang terdaftar di BEI dan menerbitkan Ways? An Institutional Theory of
laporan keberlanjutan selama periode 2012- Corporate Social Responsibility. The
2014 saja, sehingga membatasi generalisasi Academy of Management Review 32(3):
hasil penelitian. Penelitian ini juga hanya 946-967.
menggunakan laporan keberlanjutan dan Cho, C. H. dan D. M. Patten. 2007. The Role
tahunan perusahaan untuk menganalisis of Environmental Disclosure as Tools of
kualitas informasi CSR yang diungkapkan Legitimacy: A Research Note. Accoun-
perusahaan. Penelitian selanjutnya diharap- ting, Organizations, and Society 32(7-8):
kan dapat memperpanjang periode peng- 639-647.
amatan sehingga dapat menghasilkan sam- Clarkson, M. B. E. 1995. A Stakeholder
pel yang lebih banyak dan menggunakan Framework for Analyzing and Evalua-
sumber informasi CSR lainnya seperti website ting Corporate Social Performance. The
perusahaan atau berita-berita di media cetak Academy of Management Review 20(1): 92-
dan elektronik mengenai aktivitas perusaha- 117.
an dalam melakukan kebijakan yang men- Cormier, D., M. J. Ledoux, dan M. Magnan.
dukung kesejahteraan sosial dan lingku- 2011. The Informational Contribution of
ngan. Social and Environmental Disclosures
40 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 2, Nomor 1, Maret 2018 : 22 – 41

for Investors. Management Decision 49(8): the UK and the US: The Legal and
1276-1304. Regulatory Context. The British Accoun-
Davis, M. B., R. G. Shaw, dan J. R. Etterson. ting Review 35(1): 1-18.
2005. Evolutionary Responses to Chan- Jain, A., M. Keneley, dan D. Thomson. 2015.
ging Climate. Ecological Society of America Voluntary CSR Disclosure Works!
86(7): 1704-1714. Evidence from Asia-Pacific Banks. Social
Deegan, C. 2002. Introduction: The Legiti- Responsibility Journal 11(1): 2-18.
mising Effect of Social and Environ- Jizi, M. I., A. Salama, R. Dixon, dan R.
mental Disclosure–A Theoretical Foun- Stratling. 2014. Corporate Governance
dation. Accounting, Auditing and Accoun- and Corporate Social Responsibility
tability Journal 15(3): 282–311. Disclosure: Evidence from US Banking
Fatima, A. H., N. Abdullah, dan M. Sector. Journal of Business Ethics 125(4):
Sulaiman. 2015. Environmental Disclo- 601-615.
sure Quality: Examining the Impact of Kartawijaya, I. 2010. Determinan Kinerja
the Stock Exchange of Malaysia’s Listing Pelaporan Tanggung Jawab Sosial dan
Requirements. Social Responsibility Jour- Lingkungan Perusahaan di Asia Teng-
nal 11(4): 904-922. gara. Tesis. Program Pascasarjana Ilmu
Gelb, D. S. dan J. A. Strawser. 2001. Corpo- Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
rate Social Responsibility and Financial Universitas Indonesia.
Disclosure: An Alternative Explaination. KPMG. 2015. The KPMG Survey of Corpo-
Journal of Business Ethics 33(1): 1–13. rate Responsibility Reporting 2015.
Global Reporting Initiative. 2013. Pedoman KPMG.
Pelaporan Keberlanjutan G4. https:// Kuo, L. dan V. Y. J. Chen. 2013. Is Environ-
www.globalreporting.org/resourcelibrary/B mental Disclosure an Effective Strategy
ahasa-Indonesian-G4-Part-Two.pdf. on Establishment of Environmental
Diakses tanggal 26 Agustus 2015. Legitimacy for Organization?. Manage-
Gray, R., M. Javad, D. M. Power, dan C. D. ment Decision 51 (7): 1462-1487.
Sinclair. 2001. Social and Environmental Luo, L., Q. Tang, dan Y. C. Lan. 2013.
Disclosure and Corporate Character- Comparison of Propensity for Carbon
istics: A Research Note and Extension. Disclosure between Developing and
Journal of Business Finance and Accounting Developed Countries: A Resource Con-
28(3-4): 327-356. straint Perspective. Accounting Research
Gunawan, J. 2015. Corporate Social Disclo- Journal 26(1): 6-34.
sures in Indonesia: Stakeholders’ Influ- Neuman, W. L. 1991. Social Research Methods:
ence and Motivation. Social Responsibility Qualitative and Quantitative Approaches.
Journal 11(3): 535-552. Allyn and bacon. United States.
Hackston, D. dan M. J. Milne. 1996. Some Nielsen Global Survey. 2014. Doing Well by
Determinants of Social and Environ- Doing Good. https://www.nielsen.com/
mental Disclosures in New Zealand content/dam/nielsenglobal/jp/docs/report/20
Companies. Accounting, Auditing and 14/Nielsen%20Global%20Corporate%20So
Accountability Journal 9(1): 77-108. cial%20Responsibility%20Report%20-
Hedberg, C. J. dan F. V. Malmborg. 2003. The %20June%202014.pdf. Diakses tanggal 10
Global Reporting Initiative and Corpo- April 2017.
rate Sustainability Reporting in Swedish Peraturan Pemerintah (PP) No. 47 tahun
Companies. Corporate Social Responsi- 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial
bility and Environmental Management dan Lingkungan Perseroan Terbatas.
10(3): 153-164. Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan
Holland, L. dan Y. B. Foo. 2003. Differences Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) No.
in Environmental Reporting Practices in X.K.6 tentang Penyampaian Laporan
Pengujian Terhadap Kualitas Pengungkapan CSR ... – Anggraeni, Djakman 41

Tahunan Emiten atau Perusahaan sure Practices in India. Journal of Applied


Publik melalui Lampiran Keputusan Accounting Research 12(2): 139–156.
Ketua Bapepam-LK nomor: Kep-431/ Suaryana, A. 2011. Implementasi Akuntansi
BL/2012. Sosial dan Lingkungan di Indonesia.
Raar, J. 2007. Reported Social and Environ- Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis 6(1): 1-
mental Taxonomies: A Longer-Term 26.
Glimpse. Managerial Auditing Journal Undang-Undang Republik Indonesia No. 23
22(8): 840-860. tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingku-
Roberts, R. W. 1992. Determinants of Corpo- ngan Hidup.
rate Social Responsibility Disclosure: An Undang-Undang Republik Indonesia No. 40
Application of Stakeholder Theory. tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Accounting, Organizations and Society Undang-Undang Republik Indonesia No. 32
17(6): 595-612. tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Sayekti, Y. 2011. Strategic Corporate Social Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Responsibility (CSR): Slack Resources, Wiseman, J. 1982. An Evaluation of Environ-
Kinerja Keuangan, dan Earnings Res- mental Disclosures Made in Corporate
ponse Coefficient. Disertasi. Program Annual Reports. Accounting, Organi-
Pascasarjana Ilmu Akuntansi Fakultas zations, and Society 7(1): 53-63.
Ekonomi dan Bisnis Universitas Indo- Zuhroh, D. dan I. P. P. H. Sukmawati. 2003.
nesia. Analisis Pengaruh Luas Pengungkapan
Sen, M., K. Mukherjee, dan J. K. Pattanayak. Sosial dalam Laporan Tahunan Per-
2011. Corporate Environmental Disclo- usahaan terhadap Reaksi Investor.
Simposium Nasional Akuntansi VI 2003.

You might also like