Professional Documents
Culture Documents
Pengujian Terhadap Kualitas Pengungkpan CSR Di Ind PDF
Pengujian Terhadap Kualitas Pengungkpan CSR Di Ind PDF
ABSTRACT
The purpose of this study is to identify the quality of corporate social responsibility disclosure within sustainability
report in Indonesia for 2012-2014. The disclosures made by corporations are varies across industries, so this study
also identifies the quality of corporate social responsibility disclosure across different types of industry. This study
use content analysis to identify whether those informations are qualitative or quantitative. The study shows that
the informations disclosed more quantitative than qualitative because the information tags along with the
quantitative data in terms of currency, weight, volume, size, etc. It also finds that even most of them use GRI as
their standard, but the disclosure made by the corporation does not adequately cover the informational needs of
stakeholders. However, the increasing disclosure trends can be considered as a first step toward improved corporate
social responsibility disclosure. The increasing disclosure trends can be considered as the fact that corporates in
Indonesia have increasing their interest in social and environmental problems and dominated by high profile
industry. The study therefore supports the need for a suitable framework for corporate social responsibility
disclosure, so the stakeholders can use it as credible information.
Key words: disclosure quality, sustainability, CSR, legitimacy theory, stakeholder theory
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kualitas pengungkapan tanggung jawab sosial pada
laporan keberlanjutan perusahaan yang terdaftar di BEI selama periode 2012-2014. Pengungkapan yang
dilakukan oleh perusahaan di setiap industri berbeda-beda, oleh karena itu penelitian ini juga
menganalisis secara sub sampel industri agar dapat mengetahui kualitas informasi perusahaan di
masing-maing industri. Penelitian ini menggunakan metode analisis konten. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa informasi yang diungkapkan lebih didominasi oleh informasi yang bersifat
kuantitatif. Artinya, perusahaan bukan hanya menyajikan informasi tanggung jawab sosial secara
narasi saja, namun juga menyertakan data numeriknya seperti dalam mata uang, bobot, volume,
ukuran, dan lain sebagainya. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa meskipun sebagian besar
sampel menggunakan GRI sebagai acuan pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan, namun
informasi yang disajikan belum mencakup keseluruhan indikator GRI sehingga kebutuhan stakeholder
atas informasi tanggung jawab sosial belum dapat terpenuhi dengan maksimal. Namun demikian,
peningkatan tren pengungkapan mengindikasikan adanya langkah perbaikan terhadap kualitas
informasi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Meningkatnya perusahaan dalam
menerbitkan laporan keberlanjutan menunjukkan bahwa semakin tingginya minat perusahaan di
Indonesia mengenai isu sosial dan lingkungan, khususnya pada perusahaan yang termasuk ke dalam
industri high profile.
Kata kunci: kualitas pengungkapan, keberlanjutan, CSR, teori legitimasi, teori stakeholder
Chen, (2013). Pada tahun 2014, Nielsen Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Global Survey menginisiasikan suatu survei Keuangan (Bapepam-LK) No. X.K.6 tentang
online mengenai kecenderungan konsumen Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau
dalam memilih suatu produk. Hasilnya Perusahaan Publik melalui Lampiran Ke-
menunjukkan bahwa, 55% konsumen akan putusan Ketua Bapepam-LK nomor: Kep-
membeli produk dan jasa dari perusahaan 431/BL/2012, serta Peraturan Pemerintah
yang berkomitmen terhadap isu sosial dan (PP) No. 47 tahun 2012 tentang Tanggung
lingkungan. Oleh sebab itu, perusahaan Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan
semakin berlomba-lomba untuk memberi- Terbatas). Namun demikian, bentuk serta
kan kesejahteraan terhadap lingkungan dan konten laporan CSR cenderung bervariatif.
sosial mereka dengan berbagai aktivitas Hal tersebut terjadi karena belum ada aturan
CSR. resmi dalam menyajikan laporan kegiatan
Ragam aktivitas CSR diwadahi dalam CSR. Hal ini juga disepakati oleh Jain et al.
suatu laporan. Beberapa kata didefinisikan (2015) yang dalam penelitiannya menyata-
untuk menggambarkan informasi mengenai kan bahwa belum ada kontrol legislatif yang
tanggung jawab social perusahaan. Laporan jelas mengenai pelaporan CSR di negara-
sosial, laporan tanggung jawab sosial per- negara kawasan Asia Pasifik. Berdasarkan
usahaan (corporate social responsibility (CSR) keadaan tersebut, maka muncul kekhawa-
report), laporan keberlanjutan, dan lain se- tiran akan kualitas pelaporan CSR. Gunawan
bagainya. Meskipun demikian, secara garis- (2015) juga mengemukakan bahwa masih
besar informasi yang disertakan dalam terdapat gap antara informasi yang di-
laporan tersebut bertujuan untuk menge- ekspektasikan oleh stakeholder dengan yang
laborasi berbagai aktivitas serta hasil pen- dilaporkan oleh perusahaan.
capaian perusahaan untuk melestarikan Beberapa hasil penelitian menyimpul-
lingkungan dan sosial dengan tidak lupa kan bahwa informasi CSR yang diungkap-
untuk mempertimbangkan dampak eko- kan perusahaan masih terbatas pada infor-
nominya. masi yang bersifat naratif dan deskriptif
Laporan CSR merupakan suatu narasi (Fatima et al., 2015; Raar, 2007; Sen et al.,
perusahaan yang menunjukkan informasi 2011). Raar (2007) menemukan bahwa se-
mengenai aktivitas, aspirasi dan citra per- banyak 70% perusahaan mengungkapkan
usahaan tentang lingkungan, pegawai, pe- informasi CSR secara deskriptif atau pen-
layanan konsumen, penggunaan energi, jelasan secara kualitatif, kemudian terdapat
kesetaraan, bisnis yang wajar, tata kelola 16% perusahaan yang memberikan kombi-
perusahaan, dan lain-lain (Gray et al., 2001). nasi informasi antara kualitatif dan kuanti-
Salah satu manfaat dari laporan CSR ialah tatif. Di India, sebanyak 74% pengungkapan
dapat digunakan sebagai salah satu media CSR ialah bersifat kualitatif, dan sisanya
perusahaan dalam berkomunikasi dengan bersifat kuantitatif (Sen et al., 2011). Fatima et
stakeholders. Agar komunikasi berjalan efek- al. (2015) mengemukakan bahwa kualitas
tif, informasi yang diberikan harus relevan informasi CSR yang diungkapkan masih
dengan kebutuhan pembaca (stakeholders). rendah, apalagi ketika masih belum ada
Di Indonesia, perusahaan diwajibkan regulasi yang menunjang dalam mengatur
untuk turut aktif dalam pelaksanaan akti- pemberian informasi tersebut kepada pu-
vitas CSR. Hal tersebut tertuang dalam blik. Kondisi ini direspon dengan muncul-
berbagai regulasi (berdasarkan Undang- nya berbagai institusi yang membuat suatu
Undang (UU) No. 23 tahun 1997 tentang kerangka bagi perusahaan dalam melapor-
Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU No. 40 kan aktivitas CSR mereka. Berbagai macam
tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, UU organisasi, baik pemerintah maupun swasta
No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan dan baik nasional maupun internasional,
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Peraturan yang peduli terhadap sosial dan lingkungan,
24 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 2, Nomor 1, Maret 2018 : 22 – 41
menawarkan standar untuk digunakan per- profit, namun juga aspek planet (lingkungan)
usahaan dalam melaporkan aktivitas mere- dan people (sosial) sebagaimana tertuang
ka. Berdasarkan keadaan tersebut, maka dalam Triple Bottom Line. Metode yang di-
muncul kekhawatiran akan kualitas konten gunakan dalam penelitian ini ialah analisis
informasi yang diungkapkan perusahaan. deskriptif dengan menganalisis konten skala
Kondisi ini direspon dengan munculnya 0-3 pada setiap laporan keberlanjutan per-
berbagai institusi yang membuat suatu usahaan dan dibandingkan dengan indi-
kerangka bagi perusahaan dalam melapor- kator-indikator yang ada pada GRI generasi
kan aktivitas CSR mereka, seperti Global keempat (G4). GRI G4 dipilih karena standar
Reporting Initiative (GRI), FTSE4Good, ISO tersebut ialah yang paling banyak di-
14001, dan lain-lain. gunakan oleh entitas sebagai acuan dalam
Jenis atau profil perusahaan menjadi menyusun laporan keberlanjutan (KPMG,
salah satu determinan kualitas pengungkap- 2015). Penelitian ini juga menganalisis demo-
an CSR (Roberts, 1992; Hackston dan Milne, grafi kualitas pengungkapan CSR berdasar-
1996; Zuhroh dan Sukmawati, 2003; Sayekti, kan jenis industri sehingga pemahaman
2011). Perusahaan yang tergolong dalam mengenai kedalaman kualitas pengungkap-
high profile memiliki potensi risiko lingku- an informasi CSR di Indonesia akan lebih
ngan, sosial, persaingan, dan politik yang mendalam.
lebih tinggi bila dibandingkan dengan per- Penelitian ini terdiri dari lima bagian.
usahaan low profile. Risiko tersebut muncul Bagian pertama memberikan review singkat
karena aktivitas operasional perusahaan mengenai penelitian ini. Bagian kedua mem-
yang berpotensi menghadapi benturan ke- berikan penjabaran dan analisa mengenai
pentingan dengan pihak-pihak lainnya. Sen studi literatur penelitian sebelumnya diber-
et al. (2011) mengatakan bahwa pengungkap- bagai negara. Bagian ketiga membahas
an informasi CSR merupakan salah satu metode yang digunakan dalam penelitian.
informasi krusial bagi perusahaan high profile Bagian keempat memberikan analisa hasil
karena hal tersebut menunjukkan tingkat penelitian dan penelitian ini diakhiri dengan
partisipasi mereka terhadap isu CSR. Kuo kesimpulan.
dan Chen (2013) mengklaim bahwa per-
usahaan yang termasuk kedalam industri TINJAUAN TEORETIS
high profile dapat memperbaiki legitimasinya Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
dan memuaskan kepentingan stakeholder (Corporate Social Responsibility (CSR))
dengan menerbitkan laporan CSR. Secara Konsep tanggung jawab sosial per-
konten, perusahaan yang memberikan infor- usahaan hadir sebagai suatu respon akan
masi bahwa mereka melakukan upaya untuk kekhawatiran isu keberlanjutan suatu
memitigasi kerusakan lingkungan dan sosial organisasi. Campbell (2007) menyatakan
akan meningkatkan legitimasi lingkungan bahwa jika perusahaan mengisolasi tujuan
dan sosial mereka. kesejahteraan sosial serta lingkungan dan
Berdasarkan pemaparan tersebut, pe- hanya berfokus pada target peningkatan
nelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi profit saja, maka tidak heran jika perusahaan
kualitas pengungkapan laporan tanggung tersebut tidak sustain.
jawab sosial pada perusahaan yang terdaftar Roberts (1992) mengatakan bahwa tang-
di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menerbit- gung jawab sosial perusahaan atau CSR ialah
kan laporan keberlanjutan (sustainability suatu kebijakan atau tindakan yang dapat
report) pada periode 2012-2014. Perusahaan mengidentifikasi perusahaan sebagai entitas
yang menerbitkan laporan tersebut meng- yang peduli terhadap masalah sosial. Se-
indikasikan bahwa mereka memiliki per- lanjutnya, Baron (2001) dan Davis et al. (2005)
hatian khusus terhadap keberlanjutan menyatakan bahwa terkadang CSR di-
usahanya, bukan hanya dilihat dari aspek definisikan sebagai suatu “kontrak sosial”
Pengujian Terhadap Kualitas Pengungkapan CSR ... – Anggraeni, Djakman 25
antara bisnis dan masyarakat yang bertujuan kesejahteraan pemegang saham, pegawai,
untuk memberikan keuntungan bagi kedua- pemasok, konsumen, regulator, serta masya-
nya. Berdasarkan beberapa definisi tersebut, rakat sekitar yang bersinggungan secara
dapat dikatakan bahwa tanggung jawab langsung dengan aktivitas perusahaan
sosial ialah suatu perangkat kebijakan, pro- sehari-hari.
gram, dan inisiatif lainnya yang bertujuan Keadaan sosial dan lingkungan tidak
untuk memberikan kesejahteraan bagi sosial dapat diisolasi dengan kepentingan suatu
dan lingkungan namun tidak mengabaikan entitas begitu saja. Entitas dituntut untuk
tujuan utama entitas itu sendiri dapat mewadahi kepentingan sekitarnya
Berdasarkan stakeholder theory, kepenti- hingga pada akhirnya kepentingan entitas
ngan stakeholder, selain pemegang saham, sendiri dapat tercapai dengan maksimal.
juga menjadi perhatian dari keberadaan Oleh sebab itu, pemetaan kepentingan stake-
organisasi (Ansoff, 1965 dalam Roberts, holders merupakan suatu agenda penting
1992). Oleh karena itu, dapat dikatakan bagi perusahaan. Sehingga dapat terbentuk
bahwa salah satu objektif utama hadirnya jalinan komunikasi yang baik sebagai salah
perusahaan ialah untuk menyeimbangkan satu alat pengerat hubungan keduabelah
berbagai konflik kepentingan antar stake- pihak. Berdasarkan pemaparan tersebut,
holder perusahaan dan CSR dapat dijadiakan dapat disimpulkan bahwa CSR berfungsi
sebagai alat penyeimbang antara kedua sebagai suatu penyeimbang antara kepenti-
pihak tersebut. ngan para stakeholder dan perusahaan itu
Beragam definisi untuk menerjemahkan sendiri.
stakeholder. Clarkson (1995) menyatakan bah- Teori lain yang mendasari hadirnya CSR
wa stakeholder merupakan individu atau ialah teori legitimasi. Teori legitimasi me-
kelompok yang memiliki, atau menyatakan, rupakan salah satu teori yang mendasari
kepemilikan, hak, atau kepentingan di inisiasi perusahaan secara sukarela dalam
dalam perusahaan dan aktivitasnya, baik di mengungkapkan laporan CSR (Luo et al.,
masa lalu, sekarang, atau yang akan datang. 2013). Legitimasi erat kaitannya dengan
Kemudian, Roberts (1992) menyebutkan berbagai aktivitas yang dilakukan entitas,
bahwa stakeholder perusahaan meliputi pe- sehingga persepsi atau asumsi tersebut
megang saham, kreditur, pegawai, pelang- dapat tercipta.
gan, pemasok, organisasi masyarakat, serta Deegan (2002) mengatakan bahwa teori
pemerintah. Freeman (1984) dalam (Sayekti, legitimasi ialah ketika perusahaan akan
2011), mendefinisikan stakeholder sebagai bereaksi sesuai dengan ekspektasi masya-
suatu kelompok atau individu yang dapat rakat dan lingkungan tempat perusahaan
mempengaruhi atau dipengaruhi karena tersebut berada. Berdasarkan pemahaman
adanya organisasi. Berdasarkan definisi ter- tersebut, teori ini fokus pada strategi-strategi
sebut, dapat dikatakan bahwa organisasi perusahaan dalam mengelola berbagai
dengan seluruh elemen kebijakannya dan ekspektasi yang akan berdampak pada
stakeholder memiliki keterkaitan, yaitu ketika perusahaan agar mendapatkan status legal.
dipengaruhi oleh stakeholder dan ketika Salah satu alat untuk mendapatkan status
mempengaruhi mereka. tersebut ialah aktivitas tanggung jawab
CSR mengandung makna bahwa entitas sosial dan lingkungan. Selain itu, risiko
mengemban tugas moral untuk berlaku risiko penurunan reputasi juga dapat di-
jujur, mematuhi hukum, menjunjung inte- minimalisir dengan patuh pada regulasi dan
gritas, dan tidak melakukan pelanggaran norma sosial serta mengadakan kegiatan-
hukum lainnya (Roberts, 1992). Melalui kegiatan yang melibatkan masyarakat di-
pengungkapan aktivitas CSR, perusahaan sekitar lokasi perusahaan beroperasi. Se-
berkesempatan untuk memberikan penjelas- bagai upaya dalam mendapatkan legitimasi
an mengenai berbagai hal yang mendukung masyarakat, Suaryana (2011) menyatakan
26 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 2, Nomor 1, Maret 2018 : 22 – 41
2002 di Johannesburg pada World Summit on pengambilan keputusan yang lebih tepat
Sustainable Development. Pedoman ini dikenal bagi perusahaan itu sendiri maupun pihak
juga dengan sebutan G2. Selanjutnya, G3 yang memiliki kepentingan lainnya, namun
dipublikasikan pada tahun 2006, dalam demikian, bentuk laporan CSR tersebut
perkembangan ini diprakarsai oleh lebih masih sangat bervariatif karena belum ada
dari 3.000 pelaku bisnis, kelompok masya- aturan resmi dalam menyajikan kegiatan
rakat, dan serikat pekerja. Agar lebih me- CSR. Hal tersebut juga disetujui oleh Jain et
maksimalkan standar pelaporan keberlanjut- al. (2015) yang menyatakan bahwa di negara-
an perusahaan, pada Mei 2013 dipublikasi- negara kawasan Asia Pasifik, belum ada
kan pedoman GRI terbaru, yaitu generasi kontrol legislatif yang jelas mengenai pe-
keempat atau G4. laporan CSR. Berdasarkan keadaan tersebut,
Dikutip dari website resmi GRI (www. maka muncul kekhawatiran akan kualitas
globalreporting.org), G4 dirancang agar pelaporan CSR. Gunawan (2015) juga
dapat diterapkan secara universal di semua menemukan bahwa masih terdapat gap
jenis dan sektor organisasi, baik yang antara informasi yang diekspektasikan oleh
berskala besar maupun kecil, di seluruh stakeholder dengan yang dilaporkan oleh
dunia. G4 mencakup rujukan ke rerangka perusahaan.
lain yang dikenal luas, dan dirancang se- Informasi yang diungkapkan perlu di-
bagai rerangka konsolidasian untuk kinerja dukung oleh data-data yang akurat sehingga
pelaporan dengan berbagai standar dan informasi tersebut dapat dipergunakan
norma keberlanjutan. Hal ini mencakup sebagaimana mestinya sebagai bahan per-
harmonisasi dengan rerangka global penting timbangan pengambilan keputusan. Be-
lain, termasuk Pedoman OECD (Organisation berapa penelitian menunjukkan bahwa
for Economic Co-Operation and Development) pengungkapan CSR yang dilakukan per-
untuk Perusahaan Multinasional, Prinsip usahaan masih terbatas pada informasi yang
Global Compact PBB, dan Prinsip Pedoman bersifat deskriptif saja (Fatima et al., 2015;
Bisnis dan Hak Asasi Manusia PBB. Raar, 2007; Sen et al., 2011). Lebih lanjut, Raar
Untuk menghasilkan laporan yang lebih (2007) menyatakan bahwa 70% perusahaan
tepat sasaran, G4 memosisikan konsep mengungkapkan informasi CSR secara
materialitas sebagai pusat pelaporan ke- deskriptif atau penjelasan secara kualitatif,
berlanjutan. Hal tersebut mengindikasikan sedangkan 16% lainnya memberikan kombi-
bahwa G4 mendorong perusahaan untuk nasi informasi antara kualitatif dan kuanti-
memberikan informasi tentang hal-hal yang tatif. Hal tersebut juga disetujui oleh
relevan agar dapat mencapai tujuan per- penemuan Sen et al. (2011) pada perusahaan
usahaan untuk keberlanjutan dan mengelola high profile di India, 74% bersifat kualitatif,
dampaknya terhadap lingkungan dan sosial. 22% mengungkapkan dampak secara keu-
GRI menganggap bahwa penting bagi angan, dan 4% informasi yang bersifat fisik.
perusahaan untuk mengungkapkan serta Berdasarkan pemaparan tersebut, Fatima et
melaporkan keberlanjutan perusahaan, ka- al. (2015) menyimpulkan bahwa kualitas
rena dengan adanya laporan keberlanjutan informasi CSR yang diungkapkan masih
dapat memberikan pengungkapan tentang rendah, apalagi ketika masih belum ada
dampak terpenting suatu perusahaan/ regulasi yang menunjang dalam mengatur
organisasi (baik positif atau negatif) ter- pemberian informasi tersebut kepada
hadap lingkungan, sosial, dan ekonomi. publik.
Dengan menggunakan pedoman ini, entitas
diharapkan dapat menghasilkan informasi Determinan Pelaporan
yang andal, relevan, dan terstandardisasi Jenis industri menjadi suatu determinan
sehingga dapat digunakan untuk menilai demografi informasi CSR yang diungkapkan
peluang dan risiko, serta memungkinkan oleh perusahaan. Perusahaan yang high
28 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 2, Nomor 1, Maret 2018 : 22 – 41
profile ialah perusahaan yang berpotensi anggap tepat. Rentang waktu tiga tahun
memiliki tingkat risiko lingkungan, sosial, tersebut diharapkan cukup representatif
persaingan, dan politik tinggi sehingga untuk memberikan analisis kualitas peng-
profil industri ini akan mendapatkan per- ungkapan CSR dalam penelitian ini.
hatian publik lebih besar daripada profil Penelitian ini hanya menggunakan
industri lainnya (low profile). Risiko tersebut sampel perusahaan yang menerbitkan lapor-
muncul karena aktivitas operasional per- an keberlanjutan saja agar tidak terjadi
usahaan yang berpotensi menghadapi kesenjangan antara perusahaan yang sudah
benturan kepentingan dengan kepentingan dan belum menerbitkan laporan tersebut
luas. Sen et al. (2011) mengatakan bahwa (Holland dan Foo, 2003). Sampel tersebut
pengungkapan informasi biaya pengolahan juga dipilih karena fokus penelitian ialah
limbah dan tanggung jawab lingkungan untuk mengetahui alasan perusahaan mem-
lainnya merupakan salah satu informasi berikan informasi tanggung jawab sosial
krusial bagi perusahaan high profile karena mereka, dan informasi yang komprehensif
hal tersebut menunjukkan tingkat partisipasi tersebut bisa didapat dari laporan keber-
mereka terhadap kerusakan lingkungan. lanjutan perusahaan.
Oleh karena itu, Kuo dan Chen (2013) meng- Data yang digunakan dalam penelitian
klaim bahwa perusahaan yang termasuk ini dapat diperoleh dari berbagai sumber.
kedalam industri high profile dapat memper- Semua data adalah bersifat sekunder dan
baiki legitimasinya dan memuaskan ke- dapat ditemukan dalam tahunan dan
pentingan stakeholder dengan menerbitkan laporan keberlanjutan setiap perusahaan.
laporan CSR. Laporan tahunan dan laporan keberlanjutan
perusahaan dapat diunduh di website BEI
METODE PENELITIAN (www.idx.co.id), website masing-masing per-
Populasi dalam penelitian ini adalah usahaan, dan website National Center of
seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Suatainability Reporting (www.ncsr-id.org).
Efek Indonesia (BEI) selama periode 2012 Untuk mendapatkan sampel yang
sampai dengan periode 2014. Terdapat representatif dan sesuai dengan yang di-
beberapa alasan mengenai pemilihan awal butuhkan dalam penelitian, pemilihan sam-
periode pengamatan dalam penelitian ini. pel dilakukan dengan teknik purposive
Pertama, pada 4 April 2012, pemerintah sampling berdasarkan tabel 1. Berdasarkan
menetapkan Peraturan Pemerintah (PP) tabel 1, pada tahun 2012, terdapat 33 per-
Nomor 47 tentang Tanggung Jawab Sosial usahaan yang menerbitkan laporan keber-
dan Lingkungan Perseroan Terbatas yang lanjutan. Tahun 2013, ada 39 perusahaan,
pada pasal dua dinyatakan bahwa selaku dan tahun 2014 terdapat 42 perusahaan.
subjek hukum, setiap perusahaan memiliki Berdasarkan seleksi sampel tersebut, maka
tanggung jawab sosial dan lingkungan. jumlah perusahaan yang termasuk kedalam
Kedua, pada 1 Agustus 2012 terdapat revisi sampel ialah 44 perusahaan dan jumlah
Peraturan Bapepam-LK X.K.6 mengenai ke- observasi (perusahaan-tahun) dalam pe-
wajiban perusahaan publik untuk meng- nelitian ini ialah 114.
ungkapakan informasi tanggung jawab Untuk memperoleh pemahaman yang
sosialnya dalam laporan tahunan. Campbell lebih medalam mengenai demografi kualitas
(2007) mengungkapkan bahwa salah satu pengungkapan perusahaan yang menerbit-
dorongan perusahaan untuk melakukan kan laporan keberlanjutan di Indonesia
CSR ialah ketatnya regulasi oleh suatu selama periode 2012 sampai dengan 2014,
negara. Oleh sebab itu, karena penelitian ini maka peneliti mengelompokkan perusahaan
hanya menggunakan sampel perusahaan berdasarkan jenis industrinya masing-
yang menerbitkan laporan keberlanjutan masing. Pengelompokkan industri ini dibagi
saja, maka pemilihan tahun tersebut di- berdasarkan Fact Book Bursa Efek Indonesia
Pengujian Terhadap Kualitas Pengungkapan CSR ... – Anggraeni, Djakman 29
periode 2012-2014. Tahapan analisis pada suatu unit teks menjadi suatu kategori
penelitian ini dijelaskan dalam gambar 1. (Beattie et al., 2004). Menurut Neuman
Metode analisis konten merupakan (1991), metode analisis konten merupakan
metode yang tepat untuk mengukur kualitas prosedur yang objektif dan sistematis untuk
informasi yang diungkapkan. Metode ini menggambarkan suatu pengukuran kuanti-
suatu cara pengukuran data berupa kodi- tatif atas informasi yang bersifat kualitatif
fikasi informasi kualitatif menjadi suatu karena metode ini diproses melalui perhitu-
bentuk skala kuantitatif (Abbott dan Mon- ngan dan pencatatan informasi itu sendiri.
sen, 1979) atau dengan mengklasifikasikan
Tabel 1
Seleksi Sampel
Kriteria Perusahaan
Terdaftar di BEI selama periode 2012-2014
a. 2012 451
b. 2013 477
c. 2014 498
Perusahaan menerbitkan laporan keberlanjutan
dan memiliki data yang lengkap pada tahun:
a. 2012 33
b. 2013 39
c. 2014 42
Jumlah Observasi (Perusahaan-Tahun) 114
Sumber: Data yang diolah
Mengumpulkan Penelitian
Terdahulu dan Referensi Mengumpulkan data dan
Pendukung Lainnya Mengolah Data
PENGOLAHAN DATA
ANALISIS DATA
Gambar 1
Tahapan Penelitian
Pengujian Terhadap Kualitas Pengungkapan CSR ... – Anggraeni, Djakman 31
Kimia Tbk. Kedua Kelompok tersebut me- diperlakukan menjadi satu entitas yang
nerbitkan laporan keberlanjutan secara kon- diteliti, sehingga nilai kualitas pengungkap-
sisten dari tahun 2012-2014. an CSR mereka ialah sama karena mereka
Karena keterbatasan jumlah sampel hanya menerbitkan satu laporan keber-
penelitian, maka setiap anggota kelompok lanjutan saja.
Tabel 2
Pelaporan Berdasarkan Industri
Industri barang dan konsumsi memiliki perusahaan atau 18,92 dari 37 perusahaan di
tren yang unik, yaitu terdapat penurunan tahun 2013, dan menurun 1 perusahaan
pelapor pada tahun kedua penelitian, 2013. (menjadi 6 perusahaan) atau 15,38% di tahun
Industri ini memiliki kontribusi yang paling 2014 dari 39 perusahaan. Hasil ini juga
rendah dalam penelitian ini, yaitu sebesar mengindikasikan adanya inkonsistensi pe-
2,63%. Pada tahun 2012, dari 35 perusahaan laporan keberlanjutan perusahaan pada
yang terdaftar di BEI, terdapat 1 perusahaan industri ini. Miscellaneous industry juga me-
atau 2,86% yang menerbitkan laporan ke- miliki jumlah pelapor yang konstan selama
berlanjutan, kemudian, tahun 2013 tidak ada tahun 2012 hingga 2014, yaitu sebanyak 4
perusahaan yang menerbitkan laporan ke- perusahaan. Industri ini berpartisipasi se-
berlanjutan meskipun jumlah total perusaha- besar 10,53% di penelitian ini. Pada tahun
anya meningkat. Selanjutnya, pada tahun 2012, dari 41 perusahaan yang terdaftar di
2014, ada 2 perusahaan yang menerbitkan BEI, hanya 9,76% yang menerbitkan laporan
laporan keberlanjutan dari total keseluruhan keberlanjutan, kemudian, pada tahun 2013
38 perusahaan. Berdasarkan hasil tersebut, terdapat 9,52% dari 42 perusahaan, dan
dapat dikatakan bahwa terdapat inkonsis- 9,76% dari 41 perusahaan di tahun 2014.
tensi perusahaan dalam menerbitkan lapor- Industri property, real estate, dan konstruksi
an keberlanjutannya. memberikan kontribusi sebesar 9,65% pada
Industri keuangan merupakan industri penelitian ini. Pada industri ini, dari 50
dengan jumlah pelapor terbanyak setiap perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun
tahunnya. Dalam penelitian ini, industri 2012, ditemukan bahwa 6% atau 3 per-
keuangan berkontribusi sebesar 26,32%. usahaan yang menerbitkan laporan keber-
Pada tahun 2012, dari 73 total keseluruhan lanjutan. Kemudian, di tahun 2013 terjadi
perusahaan yang terdaftar di BEI, terdapat 9 peningkatan yaitu 4 perusahaan atau 7,41%
perusahaan atau 12,33% yang menerbitkan dari 54 perusahaan dan di tahun 2014 ialah
laporan keberlanjutan. Pada tahun 2013, ada tetap.
10 perusahaan atau 13,33% dari 75 per- Industri terakhir ialah industri per-
usahaan, dan pada tahun 2014 terdapat 11 dagangan, jasa, dan investasi yang berkontri-
perusahaan atau 13,58% dari 81 perusahaan. busi sebesar 4,35% dalam penelitian ini. Pada
Sama seperti industri pertanian, industri tahun 2012, tidak ada perusahaan yang
infrastruktur, utilitas, dan transportasi juga menerbitkan laporan keberlanjutan, namun
memiliki jumlah pelapor yang konstan pada tahun 2013 meningkat menjadi 2
selama tahun 2012 hingga 2014, yaitu se- perusahaan atau 1,87% dari total keseluruh-
banyak 5 perusahaan. Industri infrastruktur, an 107 perusahaan. pada tahun 2014 se-
utilitas, dan transportasi memberikan kontri- benarnya terdapat 3 perusahaan yang me-
busi sebesar 13,04% dalam penelitian ini. laporkan laporan keberlanjutan, namun
Pada tahun 2012, terdapat 39 perusahaan demikian satu perusahaan harus dikeluar-
yang terdaftar di BEI, dan hanya 12,82% nya kan dari observasi penelitian karena me-
saja yang menerbitkan laporan keberlanjut- miliki nilai rasio leverage yang negatif se-
an. Pada tahun 2013, terdapat peningkatan hingga akan mengganggu hasil regresi, yaitu
jumlah perusahaan yang terdaftar di BEI, PT. Bakrie & Brothers Tbk. pada tahun 2014.
yaitu 45 perusahaan, namun jumlah pelapor- Nilai negatif tersebut dikarenakan perusaha-
nya tetap, begitu juga pada tahun 2014. an memiliki nilai ekuitas yang minus atau
Industri pertambangan berkontribusi disebut dengan defisiensi modal karena
sebesar 14,91% dalam penelitian ini. Pada kerugian dari penanaman modal yang di-
tahun 2012, terdapat 4 perusahaan atau tempatkan pada saham. Kemungkinan per-
12,50% yang menerbitkan laporan keber- usahaan tersebut menerbitkan laporan ke-
lanjutan dari 32 total keseluruhan perusaha- berlanjutan untuk menjadi sinyal bagi
an yang terdaftar di BEI pada industri ini, 7 stakeholders lainnya bahwa meskipun modal
34 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 2, Nomor 1, Maret 2018 : 22 – 41
mereka defisien, namun mereka memiliki Hal ini mengindikasikan bahwa laporan
kemungkinan prospek yang baik di masa keberlanjutan belum dapat dijadikan media
yang akan datang karena aktivitas bisnis komunikasi yang umum dengan para
mereka telah sesuai dengan norma yang stakeholders mereka.
berlaku dan kesejahteraan sosial serta
lingkungan mereka terjaga. Berdasarkan Pedoman Pelaporan Keberlanjutan Per-
tabel 2 tersebut, dapat disimpulkan bahwa usahaan
meskipun terdapat peningkatan jumlah Pembahasan selanjutnya ialah mengenai
perusahaan yang terdaftar di BEI setiap pedoman pelaporan yang digunakan oleh
tahunnya, namun peningkatan tersebut perusahaan untuk mengungkapkan dan
tidak diiringi oleh peningkatan perusahaan melaporkan laporan keberlanjutan mereka.
yang menerbitkan laporan keberlanjutan, Hasilnya dapat dilihat pada gambar 2
bahkan ada yang tidak konsisten dalam berikut ini.
penerbitan laporan tersebut setiap tahunnya.
7%
93%
Gambar 2
Acuan Laporan Keberlanjutan
Tabel 3
Rata-Rata Kualitas Pengungkapan CSR
Rata-rata Total 2012 2013 2014 Total
Skor (%) EC EN SC EC EN SC EC EN SC OBS
Pertanian 65,74 35,29 30,21 52,78 41,18 32,82 56,48 52,94 33,85
QCSR 36,42 38,77 44,21 39,80
N 4 4 4 12
Industri dasar &
85,93 66,47 60,42 76,29 57,45 41,81 72,84 57,84 49,65
Kimia
QCSR 66,67 52,21 56,24 58,37
N 3 3 4 10
Industri Barang
92,59 55,88 48,61 - - - 59,26 49,02 31,94
Konsumsi
QCSR 56,91 - 41,95 32,95
N 1 0 2 3
Keuangan 53,33 19,61 33,54 58,15 25,78 39,24 51,18 17,02 28,54
QCSR 30,97 36,89 27,07 31,64
N 9 10 11 30
Infrastruktur,
Utilitas & 77,78 50,59 53,47 52,59 30,19 38,33 61,48 25,29 33,05
Transportasi
QCSR 56,03 37,52 33,71 42,42
N 5 5 5 15
Pertambangan 78,71 62,01 57,12 73,15 54,41 34,46 70,89 47,62 32,72
QCSR 62,45 46,77 43,02 50,75
N 4 7 6 17
Miscellaneous
51,85 37,25 22,22 42,59 33,33 17,01 57,41 23,04 18,75
Industry
QCSR 31,46 26,22 24,72 27,47
N 4 4 4 12
Property, Real
Estate, & 64,20 30,39 28,70 50,93 10,29 25,87 35,56 11,57 18,47
Construction
QCSR 33,58 23,03 17,98 24,86
N 3 4 4 11
Perdagangan,
- - - 55,56 44,12 25 51,85 29,90 32,99
Jasa & Investasi
QCSR - 35,96 34,46 23,47
N 0 2 2 4
Semua OBS 18,97 43,03 62,55 16,39 37,87 50,31 15,98 34,81 46,93
QCSR 124,55 104,57 97,72 40,35
Total OBS 33 39 42 114
Keterangan: Tabel ini merupakan demografi rata-rata kualitas pengungkapan CSR berdasarkan jenis
industri, tahun pengamatan, dan kategori CSR. EC merupakan kategori ekonomi, EN merupakan
kategori lingkungan, dan SC merupakan kategori sosial. OBS merupakan observasi.
Sumber: Data yang diolah
36 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 2, Nomor 1, Maret 2018 : 22 – 41
dan 27,07 di tahun 2014. Dalam industri ini, tahun 2014 nilai skornya menurun lagi
kategori ekonomi menjadi kategori yang menjadi 17,98% dengan jumlah perusahaan
memiliki nilai skor tertinggi bila dibanding- yang konstan. Pada industri ini, kategori
kan dengan kategori lingkungan dan sosial ekonomi juga menjadi kategori dengan nilai
di setiap tahunnya. Posisi kedua ialah kate- skor tertinggi. Pada tahun 2012, posisi kedua
gori sosial, dan yang terakhir ialah kategori ialah kategori lingkungan, dan yang terakhir
lingkungan. Rata-rata skor kualitas peng- ialah kategori sosial, namun pada tahun 2013
ungkapan CSR pada industri infrastuktur, dan 2014, posisi kedua diduduki oleh kate-
utilitas, dan transportasi mengalami tren gori sosial dan posisi terakhir ialah kategori
menurun di setiap tahunnya. Tahun 2012 lingkungan. Tidak ada perusahaan yang
nilai rata-rata skornya ialah sebesar 56,03%, menerbitkan laporan keberlanjutan pada
kemudian menurun menjadi 37,52% di periode 2012 di industri perdagangan, jasa,
tahun 2013, dan menurun lagi sebesar dan investasi. Industri ini juga mengalami
33,71% di tahun 2014. Sama seperti industri tren penurunan nilai rata-rata skor kualitas
keuangan, dalam industri ini, kategori pengungkapan CSR setiap tahunnya. Tahun
ekonomi menjadi kategori yang memiliki 2013 nilainya ialah 35,96% dan tahun 2014
nilai skor tertinggi bila dibandingkan menurun menjadi 34,46%. Pada industri ini,
dengan kategori lingkungan dan sosial di kategori ekonomi juga menjadi kategori
setiap tahunnya. Posisi kedua ialah kategori dengan nilai skor tertinggi. Pada tahun 2013,
sosial, dan yang terakhir ialah kategori posisi kedua ialah kategori lingkungan, dan
lingkungan. yang terakhir ialah kategori sosial, namun
Rata-rata skor kualitas pengungkapan pada tahun 2014, posisi kedua diduduki oleh
CSR pada industri pertambangan juga me- kategori sosial dan posisi terakhir ialah
ngalami tren menurun di setiap tahunnya. kategori lingkungan.
Tahun 2012 nilai rata-rata skornya ialah Berdasarkan tabel 3 tersebut, dapat di-
sebesar 62,45%, kemudian menurun menjadi katakan bahwa nilai rata-rata kualitas CSR
46,77% di tahun 2013, dan menurunlagi tertinggi ialah industri dasar dan kimia,
sebesar 43,02% di tahun 2014. Kategori yaitu 58,37%. Kemudian diikuti oleh industri
ekonomi juga menjadi kategori yang me- pertambangan (50,75%), infrastruktur, uti-
miliki nilai rata-rata skor tertinggi, kemudi- litas, dan transportasi (42,42%), pertanian
an diikuti oleh kategori lingkungan, dan (39,80%), industri barang dan konsumsi
yang terakhir ialah kategori sosial. (32,95%), keuangan (31,64%), miscellaneous
Demografi miscellaneous industry tidak industry (27,47%), property, real estate, dan
berbeda dengan industri pertambangan. konstruksi (24,86%), dan industri perdaga-
Terdapat penurunan nilai rata-rata skor ngan, jasa, dan investasi (23,47%). Berdasar-
kualitas pengungkapan CSR setiap tahun- kan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan
nya, yaitu 31,46% di tahun 2012, 26,22% di bahwa secara deskriptif, industri high profile
tahun 2013, dan 24,72% pada tahun 2014. memiliki nilai rata-rata kualitas peng-
Kategori ekonomi juga menjadi kategori ungkapan CSR yang lebih tinggi bila di-
yang memiliki nilai rata-rata skor tertinggi, bandingkan dengan industri lainnya (low
kemudian diikuti oleh kategori lingkungan, profile). Hasil ini didukung oleh beberapa
dan yang terakhir ialah kategori sosial. penelitian yang menemukan bahwa per-
Industri property, real estate dan construc- usahaan yang termasuk pada industri high
tion pun mengalami tren nilai skor kualitas profile akan berusaha untuk meningkatkan
pengungkapan CSR yang menurun. Pada kualitas pengungkapan CSR mereka sebagai
tahun 2012 ialah sebesar 33,58%, pada tahun bentuk tanggung jawab perusahaan ter-
2013 menurun menjadi 23,03%, padahal hadap kondisi lingkungan dan sosial dan
terdapat penambahan perusahaan yang untuk mendapatkan legitimasi para pihak
menerbitkan laporan keberlanjutan. Pada yang berkepentingan (Roberts, 1992; Hack-
38 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 2, Nomor 1, Maret 2018 : 22 – 41
ston dan Milne, 1996; Zuhroh dan Sukma- dapat, kemudian diikuti oleh skor 3, 2, dan 1.
wati, 2003; Sayekti, 2011). Untuk mengetahui Pada tahun 2013, kategori ekonomi paling
secara spesifik mengenai kualitas peng- sering mendapatkan skor 3, kemudian
ungkapan CSR, tabel 4 menyajikan informasi diikuti oleh skor 0, 2, dan 1. Untuk kategori
mengenai frekuensi jumlah skor yang paling lingkungan, skor yang mendominasi ialah
banyak didapat dan yang paling sedikit skor 0, selanjutnya ialah skor 3, 2, dan 1.
didapat per kategori CSR dan per tahun Dalam kategori sosial, skor 0 juga men-
amatan. Tabel 4 memberikan informasi me- dominasi, kemudian diikuti oleh skor 3, 2,
ngenai frekuensi pengungkapan berdasar- dan 1.
kan kategori CSR; ekonomi, lingkungan, dan Yang terakhir ialah pada tahun 2014.
social per periode pelaporan. Skor yang mendominasi dalam kategori
Berdasarkan tabel 4, pada tahun 2012, ekonomi ialah skor 3, selanjutnya diikuti
kategori ekonomi didominasi oleh skor 3, oleh skor 3, 2, dan 1. Dalam kategori lingku-
kemudian diikuti oleh skor 2, 0, dan 1. Pada ngan, skor 0 menjadi skor yang paling sering
kategori lingkungan, skor yang paling sering didapat, kemudian diikuti oleh skor 3, 2, dan
didapat ialah skor 0, kemudian diikuti oleh 1. Untuk kategori sosial, skor 0 merupakan
skor 3, 2, dan 1. Kemudian, pada kategori skor yang mendominasi, kemudian diikuti
sosial, skor 0 ialah yang paling sering di- oleh skor 3, 2, dan 1.
Tabel 4
Frekuensi Skor Pengungkapan CSR
Berdasarkan tabel 4, dapat dikatakan banyak daripada skor 2. Hasil ini meng-
bahwa skor yang paling sedikit ialah skor 1, indikasikan bahwa di Indonesia, informasi
yaitu pernyataan singkat mengenai peng- mengenai penjelasan secara kualitatif dan
ungkapan indikator CSR. Berbeda dari hasil kuantitatif lebih banyak bila dibandingkan
penelitian Sen et al. (2011) di India, bila di- dengan pengungkapan informasi secara
bandingkan antara skor 2 dan 3, penelitian kualitatif saja. Hasil ini juga senada dengan
ini menemukan bahwa skor 3 ialah lebih penelitian yang dilakukan Fatima et al. (2015)
Pengujian Terhadap Kualitas Pengungkapan CSR ... – Anggraeni, Djakman 39
for Investors. Management Decision 49(8): the UK and the US: The Legal and
1276-1304. Regulatory Context. The British Accoun-
Davis, M. B., R. G. Shaw, dan J. R. Etterson. ting Review 35(1): 1-18.
2005. Evolutionary Responses to Chan- Jain, A., M. Keneley, dan D. Thomson. 2015.
ging Climate. Ecological Society of America Voluntary CSR Disclosure Works!
86(7): 1704-1714. Evidence from Asia-Pacific Banks. Social
Deegan, C. 2002. Introduction: The Legiti- Responsibility Journal 11(1): 2-18.
mising Effect of Social and Environ- Jizi, M. I., A. Salama, R. Dixon, dan R.
mental Disclosure–A Theoretical Foun- Stratling. 2014. Corporate Governance
dation. Accounting, Auditing and Accoun- and Corporate Social Responsibility
tability Journal 15(3): 282–311. Disclosure: Evidence from US Banking
Fatima, A. H., N. Abdullah, dan M. Sector. Journal of Business Ethics 125(4):
Sulaiman. 2015. Environmental Disclo- 601-615.
sure Quality: Examining the Impact of Kartawijaya, I. 2010. Determinan Kinerja
the Stock Exchange of Malaysia’s Listing Pelaporan Tanggung Jawab Sosial dan
Requirements. Social Responsibility Jour- Lingkungan Perusahaan di Asia Teng-
nal 11(4): 904-922. gara. Tesis. Program Pascasarjana Ilmu
Gelb, D. S. dan J. A. Strawser. 2001. Corpo- Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
rate Social Responsibility and Financial Universitas Indonesia.
Disclosure: An Alternative Explaination. KPMG. 2015. The KPMG Survey of Corpo-
Journal of Business Ethics 33(1): 1–13. rate Responsibility Reporting 2015.
Global Reporting Initiative. 2013. Pedoman KPMG.
Pelaporan Keberlanjutan G4. https:// Kuo, L. dan V. Y. J. Chen. 2013. Is Environ-
www.globalreporting.org/resourcelibrary/B mental Disclosure an Effective Strategy
ahasa-Indonesian-G4-Part-Two.pdf. on Establishment of Environmental
Diakses tanggal 26 Agustus 2015. Legitimacy for Organization?. Manage-
Gray, R., M. Javad, D. M. Power, dan C. D. ment Decision 51 (7): 1462-1487.
Sinclair. 2001. Social and Environmental Luo, L., Q. Tang, dan Y. C. Lan. 2013.
Disclosure and Corporate Character- Comparison of Propensity for Carbon
istics: A Research Note and Extension. Disclosure between Developing and
Journal of Business Finance and Accounting Developed Countries: A Resource Con-
28(3-4): 327-356. straint Perspective. Accounting Research
Gunawan, J. 2015. Corporate Social Disclo- Journal 26(1): 6-34.
sures in Indonesia: Stakeholders’ Influ- Neuman, W. L. 1991. Social Research Methods:
ence and Motivation. Social Responsibility Qualitative and Quantitative Approaches.
Journal 11(3): 535-552. Allyn and bacon. United States.
Hackston, D. dan M. J. Milne. 1996. Some Nielsen Global Survey. 2014. Doing Well by
Determinants of Social and Environ- Doing Good. https://www.nielsen.com/
mental Disclosures in New Zealand content/dam/nielsenglobal/jp/docs/report/20
Companies. Accounting, Auditing and 14/Nielsen%20Global%20Corporate%20So
Accountability Journal 9(1): 77-108. cial%20Responsibility%20Report%20-
Hedberg, C. J. dan F. V. Malmborg. 2003. The %20June%202014.pdf. Diakses tanggal 10
Global Reporting Initiative and Corpo- April 2017.
rate Sustainability Reporting in Swedish Peraturan Pemerintah (PP) No. 47 tahun
Companies. Corporate Social Responsi- 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial
bility and Environmental Management dan Lingkungan Perseroan Terbatas.
10(3): 153-164. Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan
Holland, L. dan Y. B. Foo. 2003. Differences Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) No.
in Environmental Reporting Practices in X.K.6 tentang Penyampaian Laporan
Pengujian Terhadap Kualitas Pengungkapan CSR ... – Anggraeni, Djakman 41