Professional Documents
Culture Documents
Perkembangan Layanan Transportasi Perdesaan Pada Wilayah Berbukit
Perkembangan Layanan Transportasi Perdesaan Pada Wilayah Berbukit
Achmad Djunaedi
Jurusan Teknik Arsiektur dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada
ABSTRACT
Transport services development generally indicates some development problems and transport troubles in
particular. This research analyses the development of rural transport services in Kemalang Sub-district, Klaten
District, Central Java Province using qualitative research method and adopts Case Study research approach.
Primary data were collected by in-depth interviewing to 26 informants and supported by secondary data from
institusional survey. Transport service development was reviewed in three development stages, those are before
1990, 1990-2005 and 2005-2010. There have been usage alterations of dominant transport service during those
three periods, from unmotorized private transport service to motorized public transport services and then has
changed to private transport services of motor cycle. That development leads positive changes on the character of
transport service, such as the increase of transport service availability, flexibility and capability in solving nature
restrictions so that promote mobility and accessibility. One negative change is traffic safety decrease.
ABSTRAK
Perkembangan layanan transportasi dapat mengindikasikan berbagai permasalahan pembangunan
pada umumnya dan permasalahan transportasi pada khususnya. Penelitian ini mengkaji perkembangan
layanan transportasi perdesaan di kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah
dengan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan penelitian Studi Kasus. Data primer diperoleh
dari wawancara mendalam terhadap 26 informan serta didukung data sekunder dari survei instansional.
Perkembangan layanan transportasi dikaji dalam tiga tahap perkembangan, yaitu sebelum tahun
1990, pada tahun 1990-2005 dan tahun 2005-2010. Selama tiga periode perkembangan tersebut terjadi
perubahan penggunaan layanan transportasi yang dominan, yaitu dari layanan transportasi pribadi
dengan kendaraan tidak bermotor berubah ke layanan transportasi umum bermotor dan berkembang
menjadi layanan sepeda motor. Perkembangan tersebut memberikan perubahan positif pada karakter
layanan transportasi, berupa peningkatan ketersediaan layanan, fleksibilitas, kemampuan mengatasi
kendala alam yang bermuara pada peningkatan mobilitas masyarakat dan aksesibilitas wilayah.
91
| VOL 3, NO. 2, JUNI 2014; 91-101
92
Dewanti, Danang Parikesit, dan Achmad Djunaedi e PERKEMBANGAN LAYANAN
TRANSPORTASI PERDESAAN PADA WILAYAH BERBUKIT
layanan transportasi berbasis komunitas dan dominan serta periode atau tahapan dominasi
bersifat sukarela (community and voluntary layanan tersebut. Berbagai perubahan ter
transport) pada tahun 1970 hingga saat ini sebut dikelompokkan dalam tema-tema
(Rural Development Commission,1996). Pola yang relevan dengan perkembangan layanan
perkembangan transportasi yang sama transportasi. Setiap tema dibangun penjelasan
terjadi di Irlandia utara, meskipun dengan yang rinci didiskusikan dengan berbagai
periode waktu perkembangan lebih akhir teori atau dibandingkan dengan kasus-
(Nutley, 2005). Bagi wilayah-wilayah kasus lain yang hampir sama. Berbagai tema
negara yang sedang berkembang di Afrika, perkembangan layanan transportasi tersebut
perkembangan layanan transportasi masih selanjutnya dikaji dampaknya terhadap
terbatas pada layanan kendaraan tidak karakter pergerakan masyarakat perdesaan.
bermotor dan berjalan kaki. Angkutan
umum bermotor dijumpai di jalan-jalan PEMBAHASAN
utama desa saja yang berjarak cukup jauh Deskripsi Lokasi Penelitian dan Layanan
dari permukiman (Porter, 2013) Transportasi yang Berkembang
Penelitian dilakukan dengan menggu Kecamatan Kemalang di Kabupaten
nakan pendekatan Kualitatif dan strategi Klaten, Jawa Tengah memiliki karakter
penelitian studi kasus yang dikembangkan wilayah perbukitan. Sebagian besar wilayah
oleh Yin (Yin, 2009). Studi kasus digunakan nya berada di lereng Gunung Merapidengan
untuk penelitian dengan pertanyaan pe elevasi antara 300-1. 000 m di atas permukaan
nelitian ‘bagaimana’ dan atau ‘mengapa’ laut (dpl). Meskipun memiliki wilayah
serta untuk meneliti peristiwa kontemporer. terluas, (7,88% wilayah Klaten), tetapi jumlah
Peneliti memiliki peluang yang sangat kecil penduduknya hanya 34. 428 jiwa dengan
untuk melakukan kontrol terhadap satu kepadatan penduduk rendah. Sebagian besar
peristiwa serta berusaha mengamati dalam wilayah (98,94%) berupa tegalan, kebun,
konteks alamiah yang dibatasi oleh ruang dan ladang dengan hasil pertanian menjadi
dan waktu (Hancock dan Algozzine, 2006). salah satu sumber utama ekonomi penduduk
Data primer yang diperlukan adalah perilaku selain penggalian pasir dan peternakan.
perjalanan masyarakat dan penggunaan moda Kondisi wilayah yang berbukit menghasilkan
transportasi, permasalahan transportasi yang alinemen jalan berkelok-kelok dan naik turun.
dihadapi serta upaya pemerintah maupun Banyak jalan rusak berat akibat beban truk-
masyarakat dalam mengatasi permasalahan truk pengangkut pasir di sepanjang jalan
transportasi. Data tersebut diperoleh dengan desa maupun kabupaten. Peta Kecamatan
wawancara mendalam (in-depth interview) Kemalang dapat dilihat pada Gambar 1.
kepada 26 informan yang mewakili rumah
tangga dan tokoh-tokoh dari instansi terkait
(Pemerintah desa, Dinas perhubungan, dan
ORGANDA). Data sekunder yang mencakup
kondisi sosial, ekonomi, dan fisik lingkungan
wilayah diperoleh dengan survei instansional.
Lokasi penelitian adalah Kecamatan
Kemalang, Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa
Tengah yang terletak di kaki gunung Merapi.
Analisis data dilakukan dengan mem
bangun konsep perkembangan layanan
transportasi yang menggambarkan pola pe Gambar 1. Peta Kecamatan Kemalang
rubahan jenis kendaraan dan layanan yang
93
| VOL 3, NO. 2, JUNI 2014; 91-101
Pola Perkembangan Layanan pada saat ini (tahun 2010) dan sebelumnya.
Transportasi Berbagai perubahan yang terjadi tersebut
Perkembangan layanan transportasi dikelompokkan dalam tema-tema pola
difokuskan pada perubahan jenis kendaraan perkembangan yang mewakili satu bentuk
yang dominan digunakan masyarakat perubahan jenis kendaraan dominan, seperti
(dalam hal ini informan- informan penelitian) pada Tabel 2.
Tabel 2.
Pola Perkembangan Layanan Transportasi Berdasarkan Cakupan Wilayah
Cakupan wilayah Sebelumnya Saat ini Perubahan Pola
Desa Jalan kaki ke spd. motor Pola 1
94
Dewanti, Danang Parikesit, dan Achmad Djunaedi e PERKEMBANGAN LAYANAN
TRANSPORTASI PERDESAAN PADA WILAYAH BERBUKIT
Pada berbagai cakupan wilayah ditemu yaitu terjadi perpindahan layanan dari berjalan
kan adanya lima pola perkembangan layan kaki ke sepeda motor dan dari angkutan umum
an transportasi (Pola 1-5). Sepeda motor (bis) ke sepeda motor.
mendominasi layanan transportasi saat ini,
yang digunakan untuk pergerakan orang dan Tahapan Perkembangan
barang baik untuk perjalanan jarak pendek Perkembangan layanan transportasi
(dalam wilayah desa) maupun jarak jauh (ke juga dilihat berdasarkan tahapan perkem
luar wilayah desa). Pergerakan orang dan bangan yang dianalisis dengan cara meng
atau barang dalam unit keluarga biasanya urutkan dan mengelompokkan berbagai
menggunakan jenis kendaraan yang sama, tidak informasi dari informan terkait waktu
ada pemisahan secara khusus penggunaan maupun periode beroperasinya suatu
kendaraan untuk angkutan barang (beratnya layanan transportasi dominan ke dalam
kurang dari 50 kg). Di sisi lain, peran angkutan tema tahapan perkembangan, seperti tersaji
umum menurun untuk pergerakan orang di pada Tabel 3. Pada tahap pertama, hanya
dalam wilayah desa, kecamatan, dan kabupaten; dengan mengandalkan berjalan kaki dalam
sementara orang berjalan kaki hanya pada melakukan perjalanan di daerah berbukit
cakupan wilayah desa saja. Pola perkembangan tentunya memberikan beban tersendiri bagi
layanan transportasi cenderung ke pola 1 dan 3, masyarakat Kemalang.
Tabel 3.
Tahapan Perkembangan Layanan Transportasi Perdesaan
Tahapan Perkembangan Dominasi Layanan Transportasi
Tahapan I: Sebelum 1990 Jalan kaki (Kendaraan tidak bermotor) untuk layanan transportasi
pribadi
Tahapan II: Tahun 1990-2005 Bis dan ojek (Kendaraan bermotor) untuk layanan transportasi umum
Tahapan III: Tahun 2005-2010 Sepeda motor untuk layanan transportasi pribadi
Sumber : Hasil analisis.
95
| VOL 3, NO. 2, JUNI 2014; 91-101
Situasi tersebut dijelaskan oleh Pak Srmt Tahap III, dominasi sepeda motor.
(sopir bis, wawancara tanggal 1 Desember Layanan ini sudah ada di Kemalang sejak
2012), yang sudah lebih 30 tahun bekerja tahun 1970an, tetapi penggunaan sebagai
sebagai sopir bis. angkutan pribadi yang dominan, merata di
seluruh masyarakat baru tahun 2005. Hal ini
“Dulu jalur ini dilayani oleh PO Wahyu Utomo,
diungkap oleh Pak Hndk, penjual sepeda
PO Tulus Rapi, PO Putera Daya, PO Berkah
Ria. Masing-masing punya armada banyak, motor bekas, dan diperkuat oleh pak Hyk,
ada yang 4, ada yang 3, ada yang 2, semuanya staf kecamatan.
jalan (beroperasi). Jadi saat itu cukup ramai, “Disini ekonomi bagus, karena lapangan
tiap 10 menit ada angkutan. Jadi kalau mau kerja bagus. Sepeda motor mulai kelihatan
ke Klaten enak sekali, setiap 10 menit sudah banyak tahun 2000. Namun baru tahun
datang bis. Bis pertama berangkat jam 6. 15, 2005 itu saatnya ‘booming’, hampir semua
setelah itu 15 menit berikutnya, [...] ini karena keluarga disini mempunyai sepeda motor.
penumpang masih banyak..” Kemana-mana orang menggunakan sepeda
Ungkapan yang hampir sama juga motor. ”
(Bapak Hndk, penjual sepeda motor bekas,
disampaikan oleh pak Blm (petani, wawan
wawancara tanggal 6 Desember 2011).
cara tanggal 23 Desember 2011). Bahkan
pekerjaan sebagai sopir angkutan saat itu “[...] Jadi, sepeda motor di Kemalang itu
sangat membanggakan dan dapat memberi berkembang semenjak galian C berkembang
penghasilan yang memadai, seperti yang tahun 1995 dan “bego-bego” [maksudnya
diungkap pak Srmt (sopir bis, wawancara ‘backhoe’ alat berat untuk menambang pasir]
tanggal 1 Desember 2012). muncul tahun 2000 dan sepeda motor tumbuh
pesat sejak tahun 2003. Puncaknya terjadi
“Jadi sopir jaman sekarang tidak bisa di pada tahun 2005. [...] Itu menjadi salah satu
banggakan, kalau jaman tahun 1990an itu alasan kenapa angkutan umum menurun. ”
‘mentereng’.... dari atas kendaraan gagah... (Bapak Hyk, staf kecamatan, wawancara
merokok, makan tidak bayar, hasilnya bisa tanggal 6 Desember 2011)
untuk mencukupi keluarga. ”
Hal senada juga disampaikan oleh bu
Menurut bu Lrt, sekitar tahun 1970, Lrt (istri pengusaha angkutan di Kemalang)
di Kemalang sudah berkembang taksi bahwa sepeda motor sudah menjadi barang
sepeda motor atau yang dikenal sebagai yang umum dimiliki setiap keluarga di
‘ojek’. Awalnya Ojek berkembang cukup Kemalang, bahkan menurut pak Byn banyak
pesat pada tahap perkembangan I dan pada keluarga yang memiliki sepeda motor lebih
tahap IIterjadi pergeseran area layanannya. dari satu. Kondisi ekonomi masyarakat
‘Ojek’ pada tahap II tetap beroperasi dengan Kemalang dianggap pak Hndk baik sehingga
wilayah layanan berbeda, yaitu pada wilayah memungkinkan membeli sepeda motor
yang tidak dilalui transportasi umum dengan mudah.
bis. Menurut Pak Sprn, sopir bis, antara
angkutan bis dan ‘ojek’ tidak pernah ada “[...] Semua orang disini kalau bepergian
konflik, masing-masing memiliki wilayah naik sepeda motor, tidak ada yang berjalan
layanan yang berbeda, keduanya saling kaki. Kondisi tersebut mulai ramai tahun
melengkapi. Keberadaan transportasi umum 2005, saat itu di atas [maksudnya di lereng
gunung] mulai banyak “bego-bego” meng
telah memudahkan masyarakat mengakses
ambil tanah, pasir. Masyarakat dapat uang
berbagai layanan yang lebih jauh lokasinya banyak untuk membeli kendaraan, anak-
(misal:sekolah), lebih baik layanannya (misal: anak sekolah banyak yang diantar naik
rumah sakit) maupun lebih murah harganya motor atau mobil. [...] HP juga berpengaruh
(misal: pasar). dalam penurunan angkutan umum, dan
96
Dewanti, Danang Parikesit, dan Achmad Djunaedi e PERKEMBANGAN LAYANAN
TRANSPORTASI PERDESAAN PADA WILAYAH BERBUKIT
terasa sekali sekitar tahun 2005. Jadi motor menggunakan helm di jalan-jalan utama.
dan HP berpengaruh pada tahun 2005. ” Menurut pak Hdk, banyak orangtua yang
(Ibu Lrt, istri pengusaha angkutan, wawan membelikan sepeda motor untuk anak-
cara tanggal 6 Desember 2011). anak mereka dengan alasan supaya tidak
“[...] dulu Kemalang juara 1 dalam pem merepotkan orang tua. Peraturan sekolah
belian sepeda motor, masyarakat di sini melarang anak-anak membawa sepeda
terkenal ekonominya baik karena hasil motor ke sekolah, tetapi mereka tetap saja
panen tembakau berhasil dan ketika di bersepeda motor tanpa menggunakan helm
Kemalang banyak ‘bego’. Orang-orang yang dan memarkirkan kendaraannya di rumah
jadi ‘Toker’ (orang yang kerjaannya merata warga yang berdekatan dengan sekolah.
kan lahan) itu, dalam satu hari semalam Situasi tersebut dapat dilihat pada gambar 4.
bisa dapat 200 ribu... lumayan sekali.
Perputaran ekonomi disini cepat sekali.
Kondisi ini menyebabkan sepeda motornya
‘mbludag’(banyak). ”
(Bapak Byn, pemilik truck, wawancara
tanggal 1 Januari 2012).
97
| VOL 3, NO. 2, JUNI 2014; 91-101
98
Dewanti, Danang Parikesit, dan Achmad Djunaedi e PERKEMBANGAN LAYANAN
TRANSPORTASI PERDESAAN PADA WILAYAH BERBUKIT
99
| VOL 3, NO. 2, JUNI 2014; 91-101
100
Dewanti, Danang Parikesit, dan Achmad Djunaedi e PERKEMBANGAN LAYANAN
TRANSPORTASI PERDESAAN PADA WILAYAH BERBUKIT
Johnston, DC. , 2007, These roads were made Porter, G,. 2013, Transport Services and Their
for walking? The nature and use of Impact on Poverty and Growth in
rural public transport services in Rural Sub-Saharan Africa, AFCAP/
Garut regency, west java, Indonesia, Durham University.
Singapore Journal of Tropical Sarkar, A. K. ; Ghosh, D. , 2000, Development
Geography 28, 2007, 171-187. Debate and Practice: Identification
Nutley, Stephen, 2005, Monitoring rural travel and Prioritisation of Access Problems
behaviour: a longitudinal study in in Rural Areas, Development Southern
Northern Ireland 1979–2001, Journal Africa Vol 17 No. 1 March 2000.
of Transport Geography 13, 247 – Starkey, P. , Ellis, S. , Hine, J. , Ternell, A. ,
263. 2002, Improving Rural Mobility:
Oshima, R. , Fukuda, A. , 2007, Study on Options for Developing Motorized
Regulation of Motorcycle Taxi Service and Nonmotorized Transport in
in Bangkok, Journal of the Eastern Rural Areas, World Bank Technical
Asia Society for Transportation Paper.
Studies, vol 7 Williams,C. ; White, R. , 2001, Evaluating the
Owen, Wilfred, 1987, Transportation and role of the social economy in tackling
World Development, Hutchinson rural transport problems: some case
Education, London. study evidence from rural England,
Porter, G. , 2002, Living in a Walking World: Planning Practice and Research vol
Rural Mobility and Social Equity 16, Nos 3 / 4.
Issues in Sub-Saharan Africa, World Yin, Robert K. , 2009, Case Study Research
Development, 30-2, 285-300 Design and Method, third edition, Sage
Publication, United Kingdom.
101