4809 10464 1 SM PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

PENGARUH KONDISI SISTEM DRAINASE, PERSAMPAHAN DAN

AIR LIMBAH TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN


(Studi kasus Kelurahan Kuningan Kecamatan Semarang Utara)

Wiharyanto Oktiawan dan Setia Amalia

Program Studi Teknik Lingkungan


Fakultas TeknikUNDIP, Jl. Prof H. Sudarto SH Tembalang Semarang
Email: w_oktiawan@yahoo.com

ABSTRACT
Kelurahan Kuningan in the district of north Semarang meet with enviromental quality and people’s
healthy degree decrease cause by poor drainage system, solid waste and waste water management.
This case had been caused several disease that disturb people’s healthy. The purposes of this
research was to know the existing condition of drainage system, solid waste and waste water in
KelurahanKuningan, to know the influence of existing condition into enviromental quality and people’s
healthy, to give an overcoming solution connected with PenyehatanLingkunganPemukiman program
that points on people in this development area. Method used in this research is observation,
questionaire and interview, BOD concentration measurement in drainage line and secondary data
collection include institution aspect, operational, financial, law and also people’s role. Results of this
research show that BOD concentration in tertiary, secondary and primary drainage line is over from
PP No.82 tahun 2001. Calculation results show the available pump is not enough to take the water
debit from domestic rain that accumulated with domestic waste water, plus when the flood tide and
flood from the higher area. The condition is getting worse by stucking trash in line that causing disease
and become sediment. Waste water distribution system in this area is not appropriate with high
density population and also public MCK as sanitation place is careless. That case caused the unclean
enviromental and people have to expend extra money to take the medicine and to buy clean water.
The recommended overcoming solutions are formating the pumping team and public MCK team
management, increasing pumping capasity, maintenance budget, exploiting the sediment, 3R
program, waste water distribution system with communal system and public MCK fixed up.

Keywords: drainage system, solid waste, waste water, enviromental quality, people
healthy,Kelurahan Kuningan

PENDAHULUAN lokasi penelitian karena kondisi lingkungannya


yang semakin parah dan kepadatan penduduk
Pertumbuhan penduduk yang semakin yang tinggi yaitu mencapai 328,52 jiwa/ha.
meningkat memunculkan permasalahan dalam Saat ini penanganan air limbah domestik
mencukupi kebutuhan sarana dan prasarana. dilakukan dengan menggunakan septik tank
Dampak dari tingginya populasi penduduk untuk limbah tinja dan membuang air limbah
tanpa ditunjang dengan sistem sanitasi yang domestik lainnya ke saluran drainase. Namun
baik dapat meningkatkan bahaya pencemaran saluran tersebut kurang dipelihara, terlihat dari
dan penurunan kualitas lingkungan hidup serta banyaknya sampah di dalam saluran yang
mengancam kesehatan masyarakat. Oleh menghambat aliran.
karena itu masalah sanitasi lingkungan Pada saat terjadi air laut pasang, Kali
memerlukan penanganan yang serius. Semarang sebagai kali utama tidak mampu
Semarang bagian bawah memiliki lagi menampung aliran air dari kawasan
ketinggian maksimal 10 meter dpl dan tersebut. Hal ini mengakibatkan efek
beberapa daerah berada pada ketinggian backwater, sehingga air rob akan mengalir ke
sekitar 0,70 meter di bawah muka air laut jalan dan rumah-rumah yang mempunyai
(Suripin, 2003). Adapun Kelurahan Kuningan elevasi rendah.
memiliki jumlah penduduk sebanyak 13640 Beberapa permasalahan tersebut
jiwa dan luas wilayah 41,52 ha dipilih sebagai melatarbelakangi penulis dalam memberikan

41
Jurnal PRESIPITASI
Vol. 9 No.1 Maret 2012, ISSN 1907-187X

gambaran mengenai pengaruh kondisi sistem HASIL DAN PEMBAHASAN


drainase, persampahan dan air limbah
terhadap kualitas lingkungan yang semakin Kondisi Eksisting Kelurahan Kuningan
menurun di kawasan pantai terkait dengan 1. Sistem Drainase
program Penyehatan Lingkungan Pemukiman A. Aspek Institusi
(PLP). Pengelolaan dibagi menjadi 3 kelompok
yaitu:
METODOLOGI PENELITIAN 1. Pengelolaan yang dikoordinir tiap RT
2. Pengelolaan yang dikoordinir tiap RW
Tahapan penelitian meliputi: 3. Pengelolaan oleh Pemerintah Kota
1. Melakukan persiapan dengan studi Semarang
literatur dan melakukan identifikasi
permasalahan di wilayah penelitian B. Aspek Teknis Operasional
2. Memaparkan permasalahan di wilayah 1) Jenis Drainase
penelitian yang mencakup 5 aspek yaitu Menurut sejarah terbentuknya merupakan
aspek institusi, teknis operasional, drainase buatan dengan konstruksi pasangan
pembiayaan, hukum dan peran serta batu belah. Menurut letaknya merupakan
masyarakat saluran drainase permukaan. Menurut
3. Survey lapangan fungsinya merupakan saluran multi
4. Mengumpulkan data primer dan data purpose.Menurut kontruksinya merupakan
sekunder saluran terbuka yang dibedakan menjadi 3
5. Mengolahdanmenganalisis data jenis saluran yaitu saluran tersier, saluran
6. Memaparkan pengaruhnya terhadap sekunder, saluran primer.
kualitas lingkungan dan kesehatan Permasalahan kondisi saluran drainase
masyarakat primer yaitu sedimen yang tinggi dan tanggul
7. Memberikan solusi penanggulangan dari yang kurang tinggi dan retak-retak.
permasalahan yang ada
2) Aspek Hidrologi
Berdasarkan hasil analisis frekuensi curah
hujan harian maksimum tahunan, probabilitas
dengan penyimpangan maksimum terkecil
yaitu metode Gumbel.

Tabel 1. PUH dengan Metode Gumbel

Metode Gumbel
Kala Ulang T (Tahun)
(mm)

2 188.87
5 213.63
10 230.01

3) Sistem Pompa
Dari 6 buah rumah pompa, hanya 5 buah
rumah pompa masih beroperasi dengan baik,
1 rumah pompa yaitu rumah pompa A telah 2
tahun lebih tidak beroperasi karena pompa
yang ada telah rusak. Namun sampai saat ini
belum ada perbaikan pompa air tersebut dari
Pemkot Semarang.
Pengoperasian pompa dilakukan oleh
petugas, khusus rumah pompa C di bawah
tanggung jawab RW IV dan V karena telah
memiliki organisasi swadaya. Sedangkan
rumah pompa A, B, D, E dan F di bawah
tanggung jawab Pemkot Semarang, dan
Gambar 1.Diagram Alir Penelitian pemeliharaannya tetap dilakukan oleh warga.

42
Wiharyanto Oktiawan dan Setia Amalia
Pengaruh Kondisi Sistem Drainase, Persampahan
dan Air Limbah terhadap Kualitas Lingkungan

Tabel 2. Letak Rumah Pompa, Jumlah Pompa Muka laut rata-rata dianggap 0 (nol) meter
dan Kapasitas Pompa yang diukur oleh Pelabuhan Tanjung Emas
Ruma
Letak
Jumlahpomp Kapasita Semarang. Selama Tahun 2007 pasang air
h a s laut tertinggi terjadi pada Bulan Mei jam 15.00
pomp R 1 pompa
a W
NamaJalan (buah)
(± l/det) WIB dan 16.00 WIB. Sedangkan ketinggian
Jl. 200 dan terendah terjadi pada Bulan September jam
A VIII 4
Hasanuddin 100 15.00 WIB.
Jl. Kelurahan Kuningan sendiri memiliki
B VI 2 400
Hasanuddin
ketinggian -0,2 hingga 0,9 meter, namun
Jl. Delta
C IV 2 200 hanya sebagian wilayah yang tergenang air
Mas Raya
Jl. Boom 200 dan rob, sedangkan wilayah yang sistem
D III 4
Lama A 100 pompanya berjalan dengan baik terbebas dari
Jl. Boom rob.
E II 2 400
Lama
Jl. Boom
F I 2 200 C. Aspek Pembiayaan
Lama
16 Pembiayaan meliputi pengoperasian dan
Sumber: Data Kelurahan Kuningan pemeliharaan sistem pompa, yaitu:
1. Swadaya Rumah Pompa C
Berdasarkan hasil perhitungan debit air di Rumah pompa C yang dikelola oleh RW IV
saluran drainase menunjukkan bahwa debit air dan V sudah baik. Dana yang masuk kas
hujan lokal dengan intensitas hujan yang turun ±Rp.1.215.000,00/bln. Dana ini digunakan
di daerah tersebut belum dapat dialirkan untuk perbaikan dan untuk menambah
seluruhnya ke saluran primer. Debit air hujan biaya listrik karena apabila musim hujan
yang menuju ke rumah pompa di sepanjang listrik menjadi mahal.
Kali Asin dan Kali Semarang melebihi 2. Rumah Pompa A, B, D, E, F
kapasitas pompa yang ada. • Rumah Pompa A
Rumah pompa A yang dikelola RW VIII
Tabel 3. Debit Air yang Tidak Terpompa hampir tidak ada kas tiap bulan, karena
Air biaya retribusi yang didapat hanya cukup
Debit
yang untuk membayar listrik dan petugas.
Air
KapasitasP tidak • Rumah Pompa B
RumahPo Huja
ompa terpom Rumah pompa B dikelola RW VI. Dana
mpa n
3 (m3/det) pa yang masuk kas ±Rp.280.000,00/bln.
(m /d 3
(m /det • Rumah Pompa D
et)
) Rumah pompa D dikelola RW III dan VII.
A 0.70 0.60 0.10 Meskipun dana yang masuk kas yaitu
B 1.95 0.80 1.15 ±Rp.100.000,00/bln.
C 0.68 0.40 0.28 • Rumah Pompa E
D 1.92 0.60 1.32 Rumah pompa E dikelola RW II. Dana
E 5.28 0.80 4.48 yang masuk kas yaitu ±Rp.46.000,00/bln.
F 0.66 0.40 0.26 • Rumah Pompa F
Rumah pompa F yang dikelola RW I ini
Luapan-luapan air dari saluran hampir tidak ada kas tiap bulan, karena
menimbulkan genangan ke jalan dan rumah biaya retribusi yang didapat hanya cukup
yang memiliki elevasi rendah. Genangan untuk membayar listrik dan petugas
terlihat seperti di Jl.Kesehatan I dan II, bahkan sering kali justru minus. Jika
Jl.Kakap I, II, III dan Kp.Ujung Tanjung. Selain anggaran minus maka untuk menambah
itu berdasarkan perhitungan, air yang tidak biaya harus mengambil kas RW.
terpompa akan meluap seperti pada saluran di
Jl.Kakap, Jl.Keper II, Jl.Lemuru, Jl.Delta Mas D. Aspek Hukum
Raya, Jl.Hasanuddin 2, Jl.Peres, Jl.Tambra Di Kelurahan Kuningan tidak ada
Dalam. peraturan hukum khusus yang mengatur
sistem drainase di wilayah tersebut.
4) Pasang Surut Air Laut
Ketinggian air rob berubah-ubah setiap E. Aspek Peran Serta Masyarakat
hari dan setiap jam. Ketinggian air rob yaitu Peran serta masyarakat di Kelurahan
mencapai 1,1 meter pada titik tertinggi dan titik Kuningan yaitu:
terendah 0,3 meter di atas muka laut rata-rata.

43
Jurnal PRESIPITASI
Vol. 9 No.1 Maret 2012, ISSN 1907-187X

1. Kerja bakti warga untuk membersihkan hari sekali dan 13% diambil lebih dari 3 (tiga)
saluran drainase. hari sekali.Warga yang membiarkan
2. Iuran warga untuk operasional dan sampahnya menumpuk di tempat sampah
pemeliharaan pompa. luar/depan rumah karena pengambilan
Permasalahannya yaitu pompa yang rusak sampah yang dilakukan lebih dari 3 hari sekali
dibiarkan begitu saja oleh warga. tentunya akan menimbulkan bau. Karena
waktu pembusukan sampah berkisar 2-3 hari.
2. Persampahan Bau yang keluar dari sampah akan menarik
A. Aspek Institusi lalat dan hewan lain untuk datang dan
Pengelolaan dibagi menjadi 3 kelompok berkembang biak. Lalat dan hewan lain seperti
yaitu: tikus merupakan vektor penyakit
1. Pengelolaan yang dikoordinir tiap RT (Darmasetiawan, 2004).
2. Pengelolaan yang dikoordinir tiap RW
3. Pengelolaan oleh Dinas Kebersihan 3) Pemindahan
Tipe fasilitas pemindahan adalah transfer
Khusus di RW XI tidak ada pengelolaan defo tipe III yang berfungsi sebagai tempat
sampah yang dikoordinir RW secara komunal. pertemuan gerobak dan kontainer 6-10m dan
3

dipakai sebagai lokasi penempatan kontaner


B. Aspek Teknis Operasional komunal 6-10m3.
1) Pewadahan Kelurahan Kuningan memiliki TPS
Pewadahan sudah baik dengan alasan sebanyak 4buah dan dilengkapi dengan
100% rumah telah memiliki tempat sampah di 3
kontainer berkapasitas 6m . Jumlah kontainer
dalam dan di luar/depan rumah. yang ada yaitu 6 buah.
Pewadahan di Kelurahan Kuningan terdiri Sampah yang menumpuk di kontainer dan
atas 3 jenis yaitu pewadahan permanen, semi sekitarnya, jika terbawa angin akan
permanen dan non permanen. Pewadahan beterbangan ke jalan dan ke saluran drainase.
permanen berupa pasangan batu merah. Hal ini mengakibatkan saluran drainase
Pewadahan semi permanen berupa drum tersumbat dan penuh dengan sampah. Seperti
bertiang. Pewadahan non permanen berupa saluran yang ada di Jl. Tambra Dalam Utara
tong karet dari ban mobil bekas, tong plastik berikut:
dan bekas keranjang buah.
Persyaratan bahan pewadahan secara
umum menurut SNI T-13-1990-F adalah awet
dan tahan air, ringan dan mudah diangkat,
mudah diperbaiki, memiliki penutup.
Tempat sampah permanen dari bahan
batu bata yang diplester masih ditemui di RW
V, VI, dan VII. Tempat sampah dari keranjang
buah ditemui di RW III.

2) Pengumpulan
Pola pengumpulan sampah di Kelurahan
Kuningan yaitu pola individu tidak langsung
dan pola komunal langsung.
Pengumpulan sampah dilakukan oleh
becak/tukang sampah. Kemudian sampah Gambar 2. Sampah yang Menyumbat
tersebut dikumpulkan di TPS. Becak sampah SaluranDrainase
di Kelurahan Kuningan ada 7buah yang
melayani 10 RW. Jumlah ritasi becak sampah 4) Pengangkutan
yaitu 4-5 kali dalam 1 hari. Pengangkutan sampah menggunakan
Tingkat pelayanan di Kelurahan Kuningan amroll truk. Jumlah amroll truk yaitu 2 buah
hanya sebesar 85,23%. Hal ini tidak sesuai dengan jumlah tenaga kerja yaitu 2 orang/truk
dengan Darmasetiawan (2004), bahwa dan ritasi 2-3 kali sehari.
pelayanan di daerah pemukiman padat
penduduk seharusnya 100%. C. Aspek Pembiayaan
Berdasarkan hasil kuesioner, frekuensi Pembiayaan meliputi operasional sistem
pengambilan sampah oleh becak sampah persampahan dan pemeliharaan aset
yaitu 87% pengambilan sampah dilakukan 3 persampahan. Biaya sampah tiapKK yaitu
Wiharyanto Oktiawan dan Setia Amalia
Pengaruh Kondisi Sistem Drainase, Persampahan
dan Air Limbah terhadap Kualitas Lingkungan

Rp.1.000,00 s/d Rp.3.000,00. Iuran ini 03-2399-2002), dilihat dari rata-rata orang
digunakan untuk membayar petugas becak yang datang ke MCK setiap hari.
sampah dan sisanya untuk kas RW dan aset
pemeliharaan persampahan. C. Aspek Pembiayaan
Pembiayaan operasional dan
D. Aspek Hukum pemeliharaan MCK umum. Biaya MCK umum
Di Kelurahan Kuningan tidak ada yaitu Rp.500,00 s/d Rp.1.000,00 setiap
peraturan hukum khusus yang mengatur aktifitas. Biaya tersebut digunakan untuk
persampahan di wilayah tersebut. membayar petugas MCK dan sisanya untuk
pemeliharaan MCK. Sedangkan untuk iuran
E. Aspek Peran Serta Masyarakat yang dikeluarkan tiap KK yaitu Rp.3000,00 s/d
Peran serta masyarakat dalam bidang Rp.10.000,00/bln. Permasalahannya yaitu
persampahan yaitu setiap rumah sudah biaya retribusi yang terkumpul tidak mencukupi
memiliki tempat sampah baik di dalam/luar total biaya pengeluaran seperti MCK umum di
rumah dan tidak ada lagi warga yang RW I, anggaran biaya tiap bulan justru minus.
membuang langsung sampahnya ke sungai.
Namun masih banyak sampah yang D. Aspek Hukum
menyumbat saluran drainase yang dibiarkan DiKelurahan Kuningan tidak ada peraturan
begitu saja oleh warga.Program 3R belum hukum khusus yang mengatur sistem
diterapkan di Kelurahan Kuningan. pengelolaan air limbah dan pengelolaan
sarana sanitasi di Kelurahan Kuningan
3. Air Limbah
A. Aspek Institusi E. Aspek Peran Serta Masyarakat
Pengelolaan air limbah meliputi Peran serta masyarakat untuk
operasional dan pemeliharaan MCK umum menggunakan sistem terpusat dalam
bagi masyarakat yang tidak memiliki kamar penyaluran air limbah belum ada bahkan 20%
mandi/WC pribadi. Operasional dan masyarakat tidak mengetahui sistem tersebut.
pemeliharaan MCK umum dilakukan oleh Dalam operasional dan pemeliharaan MCK
masing-masing RW, terutama di wilayah RT umum belum seluruhnya ikut berpartisipasi
yang memiliki MCK umum. Pengelolaan karena masih ada perusakan sarana umum
sarana sanitasi ini tidak mempunyai struktur tersebut.
organisasi khusus.
Hasil Sampling
B. Aspek Teknis Operasional Tabel 4.Hasil Sampling
Sistem penyaluran air limbah di Kelurahan Sampel 1 2 Rata-rata
Kuningan, yaitu sistem setempat secara (mg/L) (mg/L) (mg/l)
individu dan komunal (MCK) dengan A 11.65 6.42 9.04
menggunakan septik tank untuk limbah yang
B 11.74 10.91 11.33
berasal dari kakus. Sedangkan limbah yang
C 9.92 14.86 12.39
berasal dari aktifitas mandi dan cuci, langsung
dibuang ke saluran drainase. Sarana sanitasi Keterangan:
dengan sistem setempat ini tidak cocok bagi Sampel A = di saluran tersier
daerah dengan kepadatan penduduk sangat Sampel B = di saluran sekunder
tinggi sehingga lahan yang tersedia bagi Sampel C = di saluran primer yaitu di Kali
sarana pembuangan menjadi sangat sempit Semarang
(Darmasetiawan, 2004).Di Kelurahan
Kuningan terdapat MCK umum sebanyak 14 Menurut KEPMEN LH No. 112 Tahun 2003
buah. Ruang di MCK umum yang masih tentang baku mutu air limbah domestik, kadar
berfungsi yaitu 36 ruang dari 53 ruang.MCK maksimum konsentrasi BOD yaitu 100 mg/l. Ini
umum di Kelurahan Kuningan tidak dibedakan berarti bahwa sampel BOD di titik A, B dan C
antara ruangan pria dan wanita, sehingga masih di bawah baku mutu. Sedangkan
pemakaiannya bebas. Selain itu 1 MCK hanya menurut KEP-02/MENKLH/I/1988 tentang
terdapat ruangan kakus saja. Jadi 1 ruangan baku mutu air limbah golongan I yaitu 20 mg/l
kakus terdapat 1 WC. MCK digunakan warga dan hasil sampling BOD di titik A, B dan C
untuk mandi dan buang air saja. Jumlah ruang termasuk dalam golongan I yaitu baik. Namun
MCK di Kelurahan Kuningan telah memenuhi jika menurut PPNo. 82 Tahun 2001 tentang
banyaknya ruang kakus yang seharusnya (SNI Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air Kelas II yaitu 3 mg/l, sampel

45
Jurnal PRESIPITASI
Vol. 9 No.1 Maret 2012, ISSN 1907-187X

BOD di titik A, B dan C menunjukan bahwa diare dan 23% penduduk pernah menderita
telah melebihi baku mutu. Ini berarti bahwa typus dengan frekuensi sakit lebih dari 1 tahun
konsentrasi BOD di saluran tersebut telah sekali.
mencemari badan air. Jenis penyakit bawaan air yang diderita
Jika diproyeksikan 10 tahun mendatang masyarakat di Kelurahan Kuningan antara lain
dan selama itu belum juga ada tindak lanjut abses, dermatis kontak alergi, dermatis kontak
pengolahan air limbah, maka diperkirakan lain, urtikaria dan eritema, penyakit kulit lain,
terjadi peningkatan konsentrasi BOD di diare, tipus perut (typoid), dan dysentri basiler.
saluran tersebut juga peningkatan beban Jumlah orang sakit terbanyak yaitu menderita
pencemaraan BOD. Menurut Soemirat (2002), sakit diare pada Bulan Juni mencapai 189 jiwa
apabila jumlah buangan sudah terlampau (Puskesmas Pusat Bandarharjo dan
banyak maka alam tidak dapat lagi Puskesmas Pembantu Kelurahan Kuningan,
membersihkan dirinya dan terjadi pengotoran 2007).
lingkungan, akibatnya manusia akan
200
mengalami gangguan kesehatan karenanya.

Ju m lah P end ud u k (jiw a)


180
160
140 Abses
Pengaruh Kondisi Eksisting terhadap 120 Dermatis kontak alergi
Kualitas Lingkungan 100
80
Dermatis kontak lain
Urtikaria&Eritema
1. Terhadap Kualitas Lingkungan 60
40 Penyakit kulit lain
Perubahan kondisi lingkungan yang 20 Diare
semakin memburuk mengakibatkan penurunan 0
Tipus perut (typoid)
kualitas lingkungan. Lingkungan pun berubah

A g ul i
ni
ril
Dysentri basiler

et
F e a ri

M ri

ei

em s
r
ua

Ju

be
Ap

S e us tu
ar

J
nu
br
Ja
menjadi lingkungan kumuh.

pt
2. Terhadap Kualitas Air Bersih Gambar 3.Jenis Penyakit Bawaan Air dan
Berdasarkan penelitian Mardhia (2006), Jumlah Orang Sakit
jarak tangki septik dengan sumur terdekat di
Kelurahan Kuningan yaitu 2,4 s/d 11 meter. Masyarakat harus menyisihkan biaya
Hasil penelitian sampel air sumur dangkal di sebesar Rp.10.000,00 s/d Rp.100.000,00 atau
Kelurahan Kuningan memiliki konsentrasi 1% s/d 10% dari pendapatan tiap bulan untuk
bakteri E.Coli >2400/100 ml sampel, artinya pengobatan penyakit tiap bulan.
tidak ada sumur yang memenuhi syarat
sebagai air bersih di Kelurahan Kuningan. 4. Terhadap Perilaku Masyarakat
Pembelian air bersih sebesar Bagi masyarakat yang berpenghasilan
Rp.25.000,00 s/d Rp.100.000,00, ini berarti rendah, banyaknya biaya yang harus
bahwa penduduk harus menyisihkan 2% s/d dikeluarkan untuk kebutuhan sehari-hari
10 % dari pendapatan tiap bulan agar dapat ditambah dengan biaya lain seperti biaya
memperoleh air bersih untuk kehidupan sistem pompa, sampah dan pengobatan
sehari-hari. Namun biaya yang telah penyakit merupakan beban tambahan.
dikeluarkan untuk pembelian air bersih itu pun Diperkirakan perilaku masyarakat yang
menjadi sia-sia mengingat kualitas air bersih mengarah ke hal-hal negatif merupakan akibat
tersebut tidak memenuhi baku mutu. dari berbagai beban yang diantaranya beban
tambahan tersebut. Hal negatif yang dilakukan
3. Terhadap Kesehatan Masyarakat masyarakat seperti perusakan dan hilangnya
Soemirat (2002), apabila jumlah serta pegangan pintu MCK umum, hilangnya kran air
kualitas limbah bertambah dan dampaknya di MCK umum.
terhadap kualitas lingkungan tidak
diperhatikan, maka akan terjadi peningkatan Solusi Penanggulangan
taraf pencemaran lingkungan yang akan 1. Sistem Drainase Skala Kawasan
mengakibatkan turunnya kesehatan a. Pembentukan Tim Pompanisasi
masyarakat. Pembentukan tim khusus dari warga yang
Berdasarkan hasil kuesioner, penyakit menangani pompanisasi A, B, D, E, dan F
bawaan air yang pernah diderita masyarakat b. Peningkatan Kapasitas Pompa
Kelurahan Kuningan antara lain yaitu 30% Penambahan pompa dilakukan pada
penduduk pernah menderita penyakit kulit seluruh rumah pompa A, B, C, D, E dan F.
seperti, gatal-gatal, panu, kudis, kutu air. Sedangkan rumah pompa yang baru dapat
Selain itu 33% penduduk pernah menderita dibangun pada saluran sekunder.

46
Wiharyanto Oktiawan dan Setia Amalia
Pengaruh Kondisi Sistem Drainase, Persampahan
dan Air Limbah terhadap Kualitas Lingkungan

c. Pengerukan Sedimen Menggunakan 3 becak motor dengan


d. Perbaikan Tanggul volume 1 becak sampah = 1 m3.
e. Penambahan Anggaran Pemeliharaan Pendapatan yang dapat diperoleh dari
Pemeliharaan sistem pompa perlu program 3R yaitu Rp.5.247.000,00/bln
dianggarkan secara khusus sehingga jika untuk penjualan kompos dan
ada perbaikan dapat langsung dilakukan Rp.16.162.500,00/bln untuk penjualan
agar tidak mengganggu operasional kertas dan botol plastik bekas.
pompa. Solusi pembiayaan diberikan b. Penambahan Becak Sampah
untuk rumah pompa A, D, E dan F dengan Kebutuhan becak sampah sebelum
biaya pemeliharaan yaitu Rp.5.000,00/bln. diterapkan 3R yaitu 12 buah becak
• Rumah Pompa A sampah, ritasi 2kali sehari. Namun setelah
Solusi yang dapat diberikan yaitu penerapan 3R kebutuhan becak sampah
menaikan iuran warga menjadi yaitu 9 buah becak sampah, ritasi 3 kali
Rp.2.700,00/KK/bln. sehari, sehingga perlu ditambah 2 buah
• Rumah Pompa D becak sampah.
3
Solusi yang diberikan agar pengoperasian c. Kontainer 6 m
dan pemeliharaan lebih optimal yaitu Kebutuhan kontainer sebelum diterapkan
Rp.2.000,00/KK di RW III dan program 3R yaitu 7 buah kontainer.
Rp.5.000,00/KK di RW VII. Namun setelah penerapan 3R, ternyata
• Rumah Pompa E sudah tidak perlu ada penambahan jumlah
Solusi yang diberikan agar pengoperasian kontainer.
dan pemeliharaan lebih optimal yaitu iuran d. Penambahan Ritasi Pengakutan
Rp.2.000,00/KK di RW II. Jumlah amroll truk yang seharusnya
• Rumah Pompa F beroperasi yaitu sebanyak 2 buah, jumlah
Solusi yang dapat diberikan yaitu tenaga kerja 2 orang/truk dan ritasi 4 kali
menaikan iuran warga menjadi sehari.
Rp.1.600.00/KK/bln, sehingga sisa biaya e. Penambahan Anggaran Pemeliharaan
yang masuk kas yaitu Rp.37.000,00/bln. Pemeliharaan aset persampahan
f. Peningkatan Partisipasi Masyarakat dianggarkan secara khusus sehingga jika
Antara lain kemauan menjaga ada perbaikan dapat langsung dilakukan
lingkungannya dan membayar iuran. agar tidak mengganggu operasional
persampahan tersebut.
Tabel 5.Penambahan Pompa Jika dianggarkan biaya operasi dan
Penambahanpompa pemeliharaan secara khusus, maka perlu
RumahP peningkatan iuran.
Kapasitaspompa Jumlah
ompa 3
(m /detik) unit
A 0.20 1 Tabel 6.Peningkatan Iuran Sampah
B 0.60 2 RW Jumlah Iuran/KK Selisih/bln
KK (Rp)
C 0.40 1 I
D 0.80 2 II 1334 800.00 60,960.00
E 1.20 4 III
F 0.30 1 IV 255 4,000.00 13,760.00
V 69 14,700.00 8,060.00
Lingkaran VI 175 5,800.00 8,760.00
1 0.80 1 VII 116 9,000.00 37,760.00
3 0.50 2 VIII 300 3,500.00 43,760.00
6 0.50 2 IX 348 3,000.00 37,760.00
X 332 3,100.00 22,960.00
XI 151 6,700.00 5,460.00
2. Pengelolaan Persampahan 2331
a. Program 3R (Reduce, reuse, recycle)
Program 3R dipilih 3 RW yaitu RW I, II, f. Peningkatan Partisipasi Masyarakat
dan III sebanyak 1334 KK. Antara lain dengan tidak membuang
Pemilahan sampah dilakukan di lokasi sampah ke saluran drainase dan adanya
pengomposan yaitu pemilahan sampah kemauan dari warga untuk membayar
organik dan sampah non organik. iuran.
Sampah organik dan non organik yang
3
dapat dimanfaatkan yaitu 5,83 m /hrdan
3
1,72 m /hr.

47
Jurnal PRESIPITASI
Vol. 9 No.1 Maret 2012, ISSN 1907-187X

3. Air Limbah Adanya tambahan anggaran otomatis


a. Sistem Penyaluran Air Limbah dengan biaya yang harus dikeluarkan masyarakat juga
Sistem Komunal bertambah.Walaupun oleh sebagian warga
Sistem komunal dipilih 3 RW yang memiliki dirasa memberatkan namun iuran ini dapat
jumlah penduduk terbanyak, yaitu RW I, II, dilakukan dengan subsidi silang antar warga.
dan III sebanyak 1334 KK. Subsidi ini disesuaikan dengan kondisi warga
Dibangun BPAB (Bangunan Pengolah Air pada masing-masing RW, sesuai dengan
Buangan) untuk mengolah air limbah kebijakan RW. Seperti pada pembayaran
domestik dari 3 RW. pompa, besarnya iuran disesuikan dengan tipe
b. Perbaikan MCK rumah hunian.
Perbaikan MCK sangat diperlukan untuk Total iuran masyarakat untuk biaya
memperbaiki sarana sanitasi. Perbaikan sanitasi yaitu:
MCK umum juga dapat dilakukan dengan Tabel 8.Total Iuran/KK/bln
cara membuat MCK plus, yaitu MCK Eksisting Solusi
umum untuk mandi dan buang air serta Total Total
langsung mempunyai IPAL untuk RW Σ KK
Iuran/bln Iuran/bulan
menampung buangan tersebut. Gas yang (Rp.) (Rp.)
dihasilkan dari IPAL dapat dimanfaatkan
warga untuk kebutuhan sehari-hari. I 495 4,500.00 2,400.00
c. Pembentukan Tim Pengelola MCK Umum 5,500.00 8,900.00
Pengoperasian dan pemeliharaan MCK II 448 5,000.00 2,800.00
akan lebih optimal apabila dibentuk tim 7,000.00 8,300.00
khusus yang menangani MCK umum. III 391 5,000.00 2,800.00
d. Penambahan Anggaran Pemeliharaan 3,000.00 4,800.00
Pemeliharaan MCK umum perlu
3,000.00 3,800.00
dianggarkan secara khusus sehingga jika
ada perbaikan dapat langsung dilakukan IV 255 38,000.00 39,000.00
agar tidak mengganggu operasional MCK 28,000.00 29,000.00
umum. 18,000.00 19,000.00
11,000.00 18,000.00
Tabel 7.Peningkatan Iuran MCK Umum 1,000.00 5,000.00
KK
pengguna Rata2 Iuran 4,500.00 9,500.00
RW RT Ket
org/hr (Rp) V 69 38,000.00 49,700.00
MCK
I 07,08 87 30 6,500.00 /KK/bln 28,000.00 25,000.00
II 02,03,04 99 35 5,500.00 /KK/bln VI 175 23,000.00 25,800.00
III 01 35 20 2,000.00 /KK/bln 18,000.00 15,000.00
02 60 25 1,000.00 /KK/bln VII 116 8,000.00 14,000.00
03 36 - 1,000.00 /KK/bln VIII 300 5,500.00 6,200.00
07 55 - 1,000.00 /KK/bln 3,500.00 3,500.00
/KK
ygmgkn IX 348 61,000.00 63,000.00
IV 08 20 20 14,000.00 MCK X 332 1,000.00 4,900.00
09 54 - 1,000.00 /KK/bln 1,000.00 4,300.00
/KK
ygmgkn
1,000.00 5,900.00
10 45 25 5,500.00 MCK XI 151 60,000.00 66,700.00
IX 04 65 30 500.00 /org/hr
X 03 48 20 1,800.00 /KK/bln Peran pemerintah sangat diperlukan untuk
04 49 25 1,200.00 /KK/bln mengadakan sosialisasi tentang pentingnya
05 31 25 2,800.00 /KK/bln sanitasi lingkungan sehingga masyarakat
XI 03 52 20 500.00 /org/hr memiliki kemauan untuk membayar iuran,
bahkan dari program tersebut justru akan
e. Peningkatan Partisipasi Masyarakat menambah pendapatan. Jika memang biaya
Antara lain dengan tidak merusak fasilitas yang dikeluarkan masyarakat tidak mencukupi,
umum (MCK umum)dan adanya kemauan maka harus ditunjang oleh pemerintah dalam
dari warga untuk membayar iuran. operasional dan pemeliharaan yaitu sebesar
30% anggaran biaya (Depkimpraswil, 2003).

48
Wiharyanto Oktiawan dan Setia Amalia
Pengaruh Kondisi Sistem Drainase, Persampahan
dan Air Limbah terhadap Kualitas Lingkungan

Total biaya sanitasi di Kelurahan Kuningan penambahan ritasi pengakutan. Sistem


yang harus ditanggung oleh masyarakat yaitu penyaluran air limbah dengan sistem
Rp.14.924.267,64 dan besarnya subsidi dari komunal skala kawasan di RW I, II, dan III
pemerintah Rp.6.396.114,70. yang melayani 1334 KK, perbaikan MCK,
dan pembentukan tim pengelola MCK
KESIMPULAN umum. Perlunya penambahan anggaran
pemeliharaan sistem pompa, pengelolaan
1. Kesimpulan persampahan dan MCK umum.Total iuran
A. Kondisieksisting: masyarakat untuk biaya sanitasi yaitu
• Beberapa titik di Kelurahan Rp.2.400,00 s/d Rp.66.700,00/KK/bln.
Kuninganmasih mengalami genangan Apabila tidak tercukupi maka perlu subsidi
banjir. biaya sanitasi dari pemerintah yaitu
• Jumlah becak sampah belum Rp.6.396.114,70 dan Rp.14.924.267,64
mencukupi kebutuhan akibatnya tidak ditanggung oleh masyarakat di Kelurahan
seluruh timbulan sampah terangkut. Kuningan. Perlunya peningkatan
Sampah di saluran drainase partisipasi masyarakat agar menjadikan
menyebabkan vektor penyakit. Belum lingkungan bersih dan sehat,
adanya anggaran khusus untuk berkurangnya bibit penyakit, serta
pemeliharaan aset persampahan, terbebas dari ancaman banjir.
serta belum adanya penerapan 3R
oleh warga. 2. Saran
• Sistem penyaluran air limbah setempat a. Solusi penanggulangan yang terkait
tidak sesuai untuk pemukiman padat dengan program Penyehatan Lingkungan
penduduk, akibatnya mencemari Pemukiman dapat segera direalisasikan di
sumber air bersih. Konsentrasi BOD di Kelurahan Kuningan.
saluran drainase telah mencemari b. Perlu adanya pengawasan baik dari
badan air. MCK umum yang rusak perangkat RW maupun Pemerintah Kota
tidak dapat digunakan dan semakin Semarang agar program yang telah
tidak terawat karena tidak adanya dilaksanakan memberikan hasil yang
perbaikan MCK. optimal.
B. Perubahan kondisi lingkungan yang c. Pengawasan pelaksanaan izin dan pajak
semakin memburuk menjadikan pengambilan air bawah tanah perlu
lingkungan kumuh, mengakibatkan diperketat oleh Pemerintah Daerah Kota
penurunan kualitas lingkungan dan Semarang.
penurunan derajat kesehatan masyarakat.
Masyarakat harus menyisihkan DAFTAR PUSTAKA
biayaRp.10.000,00 s/d Rp.100.000,00 dari
pendapatan tiap bulan untuk pengobatan Anonim. 1999. Direktorat Geologi dan Tata
penyakit dan Rp.25.000,00 s/d Lingkungan. Pengaruh Rob Pada
Rp.100.000,00 dari pendapatan tiap bulan Pemukiman Pantai.
agar dapat memperoleh air bersih. Kondisi http://sim.nilim.go.jp/GE/SEMI3/PROSI
tersebut juga berpengaruh terhadap DING/08-SBI.doc.
perilaku masyarakat yang mengarah ke ----------.1992. Tata Cara
hal negatif. PengelolaanTeknikSampahPerkotaan.
C. Penanggulangan berupa program sistem SK SNI – T – 13 – 1990 – F. Bandung
drainase skala kawasan antara lain, :Yayasan LPMB
pembentukan tim pompanisasi, ----------.2006. Pemakaian Air Bawah Tanah
peningkatan kapasitas pompa, Diatur dalam Perda. http://
pengerukan sedimen, dan perbaikan digilib.ampl.or.id/detail/detail.php?row=
tanggul. Sistem pengelolaan persampahan &tp=kliping&ktg=airminum&kode=4443
dengan konsep 3R di RW I, II, III yang ----------.2007.Di Semarang Bawah Amblesan
mampu memberikan pendapatan Tanah Mengkhawatirkan.http://
tambahan Rp.5.247.000,00/bln untuk www.wawasandigital.com/index.php?o
penjualan kompos dan ption=com_content&task=view&id=141
Rp.16.162.500,00/bln untuk penjualan 13&Itemid=32.html
kertas dan botol plastik bekas yang dapat
menutup biaya sanitasi di RW I, II, III,
penambahan becak sampah, dan

49
Jurnal PRESIPITASI
Vol. 9 No.1 Maret 2012, ISSN 1907-187X

----------.2007.Kali Semarang Makin Merana. Tanah


http://indopos.co.id/index.php? sertaJarakTangkiSeptikTerhadapKualita
act=detail_radar&id=157099&c=111 s Air Tanah Dangkal di Wilayah
.2007. Keputusan Menteri Negara PesisirDitinjaudari Parameter
Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun BakteriE.Coli (StudiKasusKecamatan
2003 Tentang Baku Mutu Air Limbah Semarang Utara). Semarang: Program
Domestik.http://www.klh.go.id/kepmenlh SudiTeknikLingkunganUndip
. Soemirat, Juli Slamet. 2002. Kesehatan
----------.2007.Pemakaian Air Tanah Dipajaki. Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada
http://www.inawater.com/news/ University Press
wmview.php?ArtID=581 Subarkah, Imam. 1980. Hidrologi untuk
Perencanaan Bangunan Air. Bandung:
----------.2007.PeraturanPemerintahNomor 82 Ide Dharma
Tahun 2001. Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengelolaan Air
http://www.klh.go.id/peraturanpemerint Limbah. Jakarta: Universitas Indonesia
ah/lampiran. Press
----------.2007.Peta Semarang. Suripin. 2003. Sistem Drainase Perkotaan
http://sim.nilim.go.jp/GE/Survey/SEMA yang Berkelanjutan. Yogyakarta: Andi
RANG. files/slide0007_image034.gif Tchobanoglous, G; Burton, F.L; Stensel, H.D.
----------.2007.Saluran di Semarang Utara 2003. Wastewater Engineering:
Dangkal.http://digilib.ampl.or.id/ Treatment and Reuse. New York:
detail/detail.php?row=&tp=kliping&ktg= McGraw Hill Company
drainase&kode=3130 Thomann, Robert. V. 1987. Principle of
----------.2007.Solusi Sanitasi di Surface Water Quality Modelling and
Perkampungan "Pakumis".http://www. Control. New York: Harper & Row
ampl.or.id/detail/detail01.php?tp=artike Publisher
l&jns=kisah&kode=1741 Tim Penulis Perguruan Tinggi Swasta, 1997.
Darmasetiawan, Martin. 2004. Sampah dan DrainasePerkotaan. Jakarta:
Sistem Pengelolaannya. Jakarta: UniversitasGunadarma
Ekamitra Engineering Tjokrokusumo.1995.
Darmasetiawan, Martin. 2004. Sarana Sanitasi KonsepTeknologiBersihKhususPengelol
Perkotaan. Jakarta: Ekamitra aandanPengolahan Air.Yogyakarta:
Engineering Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan YLH
DepartemenPemukiman dan Prasarana
Wilayah, 2003. Pengelolaan Air
Buangan. Jakarta
Dinas Pekerjaan Umum. 1994. SNI 19-3964-
1994 Metode Pengambilan dan
Pengukuran Contoh Timbulan dan
Komposisi Sampah Perkotaan.
Bandung: Yayasan Lembaga
Penyelidikan Masalah Bangunan
Djoko, Bowo Marsono. 2001. Teknik
Pengolahan Air Limbah Secara
Biologis. Surabaya:Media Informasi
Alumni Teknik Lingkungan ITS
Hardjosuprapto, Moh Masduki. 2000.
Penyaluran Air Buangan. Jakarta:
Direktorat PLP, Ditjen Cipta Karya, DPU
Keman, Soedjajadi. 2007. Kesehatan
Perumahan dan Lingkungan
Pemukiman. Surabaya: Bagian
Kesehatan Lingkungan FKM Universitas
Airlangga.
http://www.journal.unair.ac.id/login/jurna
l/filer/KESLING-2-1-04.pdf
Mardhia, Dwi. 2006.
PengaruhPorositasdanPermeabilitas

50

You might also like