Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

EFEKTIFITAS SENAM KAKI DIABETES DENGAN MENGGUNAKAN

TEMPURUNG KELAPA TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH


PADA PASIEN DM TIPE 2
1
Ayu Prameswhari Prayitno, 2Yesi Hasneli, 3Widia Lestari

Email: i_uprameswhari@yahoo.com

Abstract

The aims of this research was to determined the effect of diabetic foot exercise using
coconut shells on blood glucose levels in patients with DM type 2. The research used
'Quasy experiment' with 'Non-equivalent control group' design were divided into
experimental group and control group. The number of respondents was 30 peoples which
divided into 15 people as the experimental group and 15 people as control group who were
taken by using purposive sampling technique. The measuring instruments in this research
used are digital glukotest. In the experimental group were given interventions with diabetic
foot exercise using coconut shells three times a week. The analysis that used in this
research is the univariate and bivariate analysis with dependent t test and independent
sample t test. The results showed that the average blood glucose levels before given the
diabetic foot exercise using coconut shells at 255.60, while the action after given diabetic
foot exercise using coconut shells is 268.06, meaning an increase in blood glucose levels
after given diabetes foot exercises using coconut shells with p value = 0.707 (> 0,05). It
means that diabetic foot exercise using coconut shells ineffective on blood glucose levels in
patients with diabetes mellitus type 2. The result expected to be one of the evidence-based
for other researchers in improving nursing interventions to lower blood glucose levels in
patients with diabetes mellitus type 2.

Keywords: blood glucose levels, diabetic foot exercise, diabetes mellitus

PENDAHULUAN Triwulan I tahun 2012 (Dinkes Kota


Pekanbaru, 2012). Berdasarkan data dari
Diabetes Melitus (DM) merupakan Rekam Medik Instalasi Rawat Inap RSUD
sekelompok kelainan heterogen yang Arifin Achmad Pekanbaru tercatat
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa sebanyak 208 jiwa yang menderita DM
dalam darah atau hiperglikemia. pada tahun 2011 dan dirawat di ruang
Hiperglikemia jangka panjang dapat ikut inap. Data jumlah penderita DM pada
menyebabkan komplikasi mikrovaskuler tahun 2012 belum terhimpun secara
yang kronis (penyakit ginjal dan mata) keseluruhan tetapi saat ini telah tercatat
dan komplikasi neuropati (penyakit pada dari bulan Januari sampai bulan Juli
syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). sebanyak 534 orang menderita DM yang
Angka kejadian DM di kota di ruang rawat jalan dan 66 orang yang
Pekanbaru meningkat dari tahun ke tahun, dirawat di ruang inap. Angka kejadian
yaitu didapat 1.957 jiwa pada tahun 2010 ulkus kaki tidak masuk dalam catatan
Triwulan I dan meningkat menjadi 2.720 rekam medis. Komplikasi DM merupakan
jiwa pada tahun 2011 Triwulan I. Jumlah faktor yang membahayakan jiwa
seluruh penderita DM di Kota Pekanbaru penderita.
terdapat 10.955 jiwa pada tahun 2011 dan Upaya pencegahan dan
terdapat 2.897 jiwa penderita pada penanganan DM perlu mendapat perhatian
yang serius, karena seseorang dengan DM METODE
yang tidak terkendali (konsentrasi glukosa
darah tetap tinggi) dalam jangka waktu Desain: Quasi Eksperimen untuk
lama akan menyebabkan terjadinya mengungkapkan hubungan suatu sebab
komplikasi diabetes. Salah satu tindakan akibat dengan cara melibatkan kolompok
pencegahan dan pengelolaan DM adalah kontrol disamping kelompok eksperimen.
dengan menjaga rutinitas aktifitas fisik Sampel: Sampel pada penelitian
agar metabolisme tetap prima. Latihan ini adalah 30 responden yang menderita
jasmani membantu meningkatkan reseptor DM tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam
insulin terhadap hormon insulin 20 kali RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
dibandingkan tidak melakukan olah raga Pengambilan sampel menggunakan
sama sekali (Badawi, 2009). Salah satu purposive sampling.
gangguan yang terjadi akibat komplikasi Analisa Data: Analisa statistik
penyakit DM adalah kaki diabetes. Kaki melalui dua tahapan, yaitu menggunakan
diabetes merupakan suatu penyakit analisa univariat dan bivariat:
menahun yang ditandai oleh kadar
glukosa darah yang melebihi nilai normal. HASIL
Apabila tidak dikendalikan, penyakit ini
akan menimbulkan penyakit-penyakit 1. Anlisa Univariat
yang berakibat fatal, termasuk amputasi
pada penyakit kaki diabetes (ganggren Tabel 1
diabetik). Hasneli (2010) dalam Tabel karakteristik responden dan uji
penelitiannya “Hubungan tingkat homogenitas
pengetahuan dan sikap klien diabetes
melitus terhadap perawatan kaki Eksperimen dan
p
diabetes” mengatakan bahwa terdapat Karakteristik kontrol
value
hubungan yang bermakna antara tingkat n %
pengetahuan dengan tingkat perawatan Jenis kelamin
kaki diabetes. Orang yang memiliki - Laki-laki 6 20 1,000
tingkat pengetahuan dengan kategori baik - Perempuan 24 80
mampu melakukan perawatan kaki Umur 1,000
diabetes yang baik. - Dewasa 3 10,0
Berdasarkan latar belakang, maka akhir
peneliti tertarik untuk untuk melakukan - Lansia 23 76,7
penelitian dengan judul “Efektifitas senam awal
kaki diabetes menggunakan tempurung - Lansia 4 13,3
kelapa terhadap kadar glukosa darah akhir 1,000
pada penderita diabetes mellitus tipe 2” Pendidikan 9 30,0
- SD 3 10,0
TUJUAN - SMP 11 36,7
- SMA 7 23,3
Tujuan penelitian adalah untuk - PT
membandingkan kadar glukosa darah 1,000
terhadap senam kaki diabetes dengan Pekerjaan 1 3,3
menggunakan tempurung kelapa pada - PNS 21 70,0
pasien DM tipe 2 pada kelompok - IRT 5 16,7
eksperimen dan kelompok kontrol. - Swasta 3 10,0
- Pensiun
Tabei 1 menunjukkan bahwa eksperimen
mayoritas responden pada kelompok - Kelompok 15 253,62
eksperimen dan kelompok kontrol adalah kontrol
perempuan (80,0%) dengan usia lansia
awal (76,7%). Sebagian besar pendidikan Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat
terakhir SMA (36,7%) dan bekerja mean kadar glukosa rata-rata sesudah
sebagai IRT (70,0%). Berdasarkan nilai p diberikan senam kaki diabetes dengan
value pada setiap karakteristik responden menggunakan tempurung kelapa pada
menunjukkan nilai yang lebih besar dari kelompok eksperimen 268,06 dengan
0,05, berarti karakterisitk responden pada standar deviasi 100,906. Mean kelompok
kelompok eksperimen dan kontrol adalah kontrol didapatkan 253,62 dengan standar
homogen. deviasi 107,173.

Tabel 2 2. Analisa Bivariat


Distribusi kadar glukosa darah pada
kelompok eksperimen dan kelompok Tabel 4
kontrol sebelum diberikan terapi senan Tabel uji homogenitas pre-test pada
kaki diabetes dengan menggunakan kelompok kontrol dan eksperimen
tempurung kelapa
Variabel N Mean SD p
Kadar glukosa value
darah rata-rata Kelompok 15 255,60 106,370
Jumlah Mean eksperimen
sebelum diberi 0, 967
terapi Kelompok 15 253,97 106,980
- Kelompok 15 255,60 kontrol
eksperimen
- Kelompok 15 253,97 Berdasarkan tabel 4 diatas,
kontrol didapatkan mean pre-test pada kelompok
eksperimen adalah 255,60dengan standar
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat deviasi 106,370. Mean kadar glukosa
distribusi mean kadar glukosa darah rata- darah pada kelompok kontrol adalah
rata sebelum diberi senam kaki diabetes 253,97 dengan standar deviasi 106,980.
dengan menggunakan tempurung kelapa Dari hasil uji statistikdiperoleh nilai p=
pada kelompok eksperimen adalah sebesar 0,967 lebih besar dari nilai 0,05. Dengan
255,60, sedangkan mean kadar glukosa demikian dapat disimpulkan bahwa kadar
darah pada kelompok kontrol sebesar glukosa darah pre-test pada kedua
253,97. kelompok adalah homogen.

Tabel 3 Tabel 5
Distribusi kadar glukosa darah pada Perbedaan kadar glukosa darah pre-test
kelompok eksperimen dan kelompok dan post-test pada kelompok ekperimen
kontrol sesudah diberi senam kaki setelah diberikan senam kaki diabetes
diabetes dengan menggunakan tempurung dengan menggunakan tempurung kelapa
kelapa
Variabel N Mean SD p
Kadar glukosa value
darah rata-rata Kelompok
Jumlah Mean eksperimen
sesudah diberi 0, 195
terapi - Pre-test 15 254,79 104,824
- Kelompok 15 268,06 - Post-test 15 260,82 102,540
Berdasarkan tabel 5 diatas, dari Tabel 7
hasil uji statistik didapatkan rata-rata Perbedaan rata-rata tingkat kadar
kadar glukosa darah post-test yaitu 260,82 glukosa darah pada kelompok eksperimen
dengan standar deviasi 102,540 lebih dan kelompok kontrol terhadap senam
tinggi dari pada rata-rata pre-test yaitu kaki diabetes dengan menggunakan
254,79 dengan standar deviasi 104,824. tempurung kelapa
Hasil analisa diperoleh p value= 0,195
lebih besar dari 0,05, berarti tidak ada Variabel N Mean SD p
perbedaan signifikan antara rata-rata kadar value
glukosa darah sebelum dan sesudah Rata-rata 15 255,60 106,370
diberikan senam kaki diabetes dengan post- test
menggunakan tempurung kelapa pada - Kelompok 15 253,97 106,980
0, 967
eksperimen
kelompok eksperimen.
- Kelompok
kontrol
Tabel 6
Perbedaan kadar glukosa darah pre-test Berdasarkan tabel 7 diatas, dari
dan post-test pada kelompok kontrol hasil uji statistik t independent didapatkan
setelah diberikan senam kaki diabetes mean kadar glukosa darah pada kelompok
tanpa menggunakan tempurung kelapa eksperimen sesudah diberikan senam kaki
diabetes dengan menggunakan tempurung
Variabel N Mean SD p
kelapa adalah 268,06 dengan standar
value
Kelompok
deviasi 100,906. Mean kelompok kontrol
kontrol yang diberikan senam kaki diabetes tanpa
0,932 menggunakan tempurung kelapa adalah
- Pre-test 15 253,97 106,980
- Post-test 15 253,62 107,173 253,62 dengan standar deviasi 107,173.
Hasil analisis diperoleh p value= 0,707
Berdasarkan uji statistik pada tabel lebih besar dari α 5% (p>0,05), berarti
6, dari hasil uji statistik didapatkan mean tidak ada perbedaan yang signifikan
perbedaan kadar glukosa darah pada antara rata-rata kadar glukosa darah
kelompok kontrol pada pre-test adalah sesudah diberikan senam kaki diabetes
253,97 dengan standar deviasi 106,980, dengan menggunakan tempurung kelapa
sedangkan pada post-test didapatkan pada kelompok eksperimen dengan rata-
253,62 dengan standar deviasi 107,173. rata kadar glukosa darah yang diberikan
Hasil uji statistik didapatkan p value lebih senam kaki diabetes tanpa tempurung
besar dari α (<0,05) berarti tidak ada kelapa pada kelompok kontrol.
peningktan yang signifikan antara mean
kadar glukosa darah sebelum dan sesudah PEMBAHASAN
yang tidak diberikan senam kaki diabetes
dengan menggunakan tempurung kelapa. 1. Karakteristik responden

a. Jenis kelamin
Distribusi responden
berdasarkan jenis kelamin terbanyak
menderita DM tipe II adalah
distribusi jenis kelamin perempuan
yaitu 24 responden dan 6 responden
distribusi jenis kelamin laki-laki.
Kejadian DM lebih tinggi pada
wanita dibandingkan pria terutama
DM tipe 2. Hal ini disebabkan oleh didapatkan dilapangan dari 30
penurunan kadar hormon estrogen responden. Responden terbanyak
akibat monopause. Estrogen pada adalah 23 orang pada kelompok usia
dasarnya berfungsi untuk menjaga lansia awal (76%).
keseimbangan kadar gula darah dan
meningkatkan penyimpanan lemak, c. Pekerjaan
serta progesteron yang berfungsi Penelitian yang dilakukan
untuk menormalkan kadar gula darah pada 30 orang responden pasien DM
dan membantu menggunakan lemak tipe 2 di wilayah kerja RSUD Arifin
sebagai energi (Taylor, 2008). Achmad Pekanbaru menunjukkan
Hormon estrogen dan progesteron bahwa mayoritas responden sebagai
mempengaruhi sel-sel merespon ibu rumah tangga yaitu 21 orang
insulin. Setelah menopause, (70%), terbanyak kedua yaitu swasta
perubahan kadar hormon akan 5 orang (16,7%) disusul dengan
memicu fluktuasi kadar glukosa responden yang merupakan pensiunan
darah.hal ini yang menyebabkan 3 orang (10%) dan terakhir yang
kejadian DM leih tinggi pada wanita bekerja sebagai PNS 1 orang (3,3%).
dibanding pria (Mayoclinic, 2010). Aktivitas yang dilakukan oleh
responden yang tidak bekerja tetap
b. Usia kemungkinan besar lebih sedikit
Menurut Black dan Hawks dibanding responden yang memiliki
(2005), DM tipe 2 merupakan tipe pekerjaan di luar rumah. Menurut
dari penyakit DM yang tidak Black dan Hawks (2005), bahwa
bergantung insulin, penyakit ini aktivitas fisik dapat meningkatkan
sering terdiagnosa pada orang dewasa sensitivitas insulin dan memiliki efek
berumur lebih dari 40 tahun dengan langsung terhadap penurunan kadar
suku bangsa tertentu. Pertambahan glukosa darah.
usia merupakan faktor resiko yang
penting untuk DM. Dalam semua d. Pendidikan
penelitian epidemiologi dengan Secara umum distribusi
berbagai populasi, prevalensi DM responden berdasarkan tingkat
menunjukkan peningkatan yang pendidikan terbanyak adalah SMA
spesifik menurut usia. Pada populasi yaitu 11 orang (36,7%) dari 30
Eropa, usia pada saat onset DM responden, selanjutnya SD 9 orang
umumnya berkisar 50-60 tahun, (30,0%), PT 7 orang (23,3%), dan
namun usia ini secara signifikan lebih paling sedikit adalah SMP yaitu 3
rendah pada penduduk asli Amerika orang (10,0%)
danIndia yang angka prevalensi DM Tingkat pendidikan dapat
nya tinggi (Arab., Gibney., Keamey mempengaruhi kemampuan dan
& Margetts, 2008). pengetahuan seseorang dalam
Seiring bertambahnya usia sel menerapkan perilaku hidup sehat,
menjadi semakin resisten terhadap terutama mencagah kejadian DM.
insulin, menurunkan kemampuan Semakin tinggi tingkat pendidikan
lansia untuk mematabolisme glukosa. maka semakin tinggi pula
Selanjutnya, pengeluaran insulin dari kemampuan seseorang dalam
sel beta pankreas menurun da menjaga pola hidupnya agar tetap
terhambat (Andrews, Jhonson & sehat (Riyadi, 2004).
Weinstok, 2005). Hal tersebut diatas
sesuai dengan hasil penelitian yang
2. Efektivitas senam kaki diabetes pengeluaran adrenokorticotropin dan
dengan menggunakan tempurung merengsang korteks adrenal untuk
kelapa terhadap kadar glukosa darah mensekresi hormon glukokortikoid
pada pasien DM tipe 2. seperti kortisol. Kortisol
Berdasarkan hasil penelitian mempengaruhi pemecahan
yang telah dilakukan pada 30 karbohidrat, protein dan lemak
responden yang dibagi kedalam 2 melalui proses glukoneogenesis yang
kelompok, kelompok eksperimen dan menghasilkan glukosa sebagai
kelompok kontrol. Pada kedua sumber energi serta berperan dalam
kelompok dilakukan pretest dengan mempengaruhi fungsi tubuh selama
menggunakan glukotest digital. periode istirahat (Smeltzer & Bare,
Kelompok eksperimen diberikan 2002). Kadar glukosa juga
tindakan senam kaki diabetes dengan dipengaruhi oleh faktor umur, lama
menggunaka tempurung kelapa menderita DM dan adanya komplikasi
selama ± 30 menit setiap hari selama (Wild, 2004). Respon peningkatan
3 hari berturut-turut, sedangkan kadar gukosa darah setelah makan
kelompok kontrol diberi tindakan berhubungan dengan sifat
senam kaki tanpa menggunakan monosakarida yang diserap, jumlah
tempurung kelapa selama ± 30 setiap karbohidrat yang dikonsumsi, tingkat
hari selam 3 hari berturut-turut. penyerapan dan fermentasi kolon
Berdasarkan hasil dari uji t (Wolever, 2003).
dependent diperoleh p value= 0,707 Penelitian yang dilakukan oleh
besar dari α 5% (>0,05). Hal ini Srilestari (1997) tentang “pengaruh
berarti tidak ada pengaruh yang pijat refleksiologi pada penderita non
signifikan antara mean kadar glukosa insulin dependen diabetes melitus di
darah kelompok eksperimen sebelum RSUPN. Dr. Cipto Mangunkusumo
dan sesudah diberikan senam kaki tahun 1997” menunjukkan penurunan
diabetes dengan menggunakan kadar glukosa darah pada kelompok
tempurung kelapa tidak dapat eksperimen yang mendapatkan
menurunkan kadar glukosa darah. pemijatan pada area pankreas yang
Beberapa faktor yang terletak ditangan dan dikaki
mempengaruhi proses penurunan menggunakan alat khusus dari
glukosa darah setelah latihan tembaga berujung tumpul. Tekanan
diantaranya stres metabolik yaitu yang diberikan sebesar 3 kg/cm2
ATP/ADP meningkat, rasio CP/ Cr untuk telapak tangan dan 5 kg/cm2
menurun dan kandungan glikogen pada telapak kaki. Hasil yang didapat
menurun dan kandungan glikogen adalah penurunan kadar glukosa
menurun yang dapat mengakibatkan darah puasa sebesar 11,7 mg% (116,2
aktivasi 5 AMP-activated protein mg% menjadi 104,8 mg%) pada
kinase (AMPK) yang dapat kelompok eksperimen setelah
meningkatkan translokasi GLUT-4. dilakukan sebanyak 5 kali.
Pengaruh stress terhadap Hasil penelitian yang
pengingkatan kadar glukosa darah dilakukan dengan menggunakan uji t
terkait dengan sistem neuroendokrin independent dan uji t dependent
yaitu melalui jalur Hipotalamus- didapatkan p value 0,707 (lebih besar
Putuitary-Adrenal (HPA axis). Stress dari α 0,05). Hasil penelitian
menyebabkan hipotalamus menunjukkan tidak ada perbedaan
mensekresi Corticotropin Releasing yang signifikan pada kelompok
Factor yang menyebabkan eksperimen.
KESIMPULAN management for positive outcomes
Volume 2. Missouri: Elsevier
Berdasarkan hasil penelitian Saunders.
tentang “Efektivitas senam kaki diabetes Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru (2012).
dengan menggunakan tempurung kelapa Data penemuan penyakit diabetes
terhadap kadar glukosa darah pada pasien melitus. Pekanbaru: Dinkes Kota
DM tipe 2” yang dilakukan terhadap 30 Pekanbaru.
responden didapatkan rata-rata berusia Hasneli, Y., Amir, F., & Utomo, W.
lansia awal dan paling banyak (2010). Hubungan tingkat
berpendidikan SMA dengan status pengetahuan dan sikap klien
pekerjaan sebagai IRT (Ibu Rumah diabetes melitus terhadap
Tangga). Selain itu, dari hasil pengukuran perawatan kaki diabetes. Jurnal
diperoleh nilai rata-rata kadar glukosa Keperawatan Profesional
darah pada kelompok eksperimen sebelum Indonesia. Vol. 2, No. 2
melakukan senam kaki diabetes dengan Pekanbaru.
menggunakan tempurung kelapa adalah Nursalam. (2003). Konsep & penerapan
255,60 dan pada kelompok kontrol metodologi penelitian ilmu
253,97. Setelah diperlakukan dengan keperawatan: Pedoman skripsi,
memberikan tindakan senam kaki diabetes tesis, dan instrumen penelitian
dengan menggunakan tempurung kelapa keperawatan. Jakarta: Salemba
selama 3 hari pada kelompok eksperimen Medika.
didapatkan terjadi peningkatan kadar Nursalam. (2008). Konsep & penerapan
glukosa darah dengan mean adalah metodologi penelitian ilmu
268,06. Sedangkan pada kelompok keperawatan pedoman skripsi,
kontrol didapat mean 253,62 p value= tesis, dan instrumen penelitian
0,707 lebih besar dari α 0,05. Hasil keperawatan. Jakarta: Salemba
penelitian menunjukkan tidak ada Medika.
penurunan kadar glukosa darah yang Setiadi. (2007). Konsep & penulisan riset
signifikan pada kelompok eksperimen. keperawatan. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
1
Ayu Prameswhari Prayitno: Utomo, O. M., Azam, M., & Ningrum, D.
Mahasiswa Program Studi Ilmu N. A. (2012). Pengaruh senam
Keperawatan Universitas Riau terhadap kadar gula darah
penderita diabetes. Diperoleh pada
2
Yesi Hasneli: Dosen Departemen tanggal 08 Oktober 2012 dari
Keperawatan Medikal Bedah Program http://journal.unner.ac.id/sju/index.
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau php/ujph/article/view/178.
Wild, S., Roglic, G., Green, A., Sicree, R.,
3
Widia Lestari: Dosen Departemen King, H. (2004). Global
Keperawatan Maternitas Program Studi prevalence of diabetes. Estimates
Ilmu Keperawatan Universitas Riau for the year 2000 and projections
for 2030. Diabetes care. Volume
DAFTAR PUSTAKA 27. Number 5.
Wolever, M. T. (2003). Carbohydrate and
Badawi, H. (2009). Melawan dan the regulation of blood and
mencegah diabetes. Yogyakarta: metabolism. Intenational Life
Araska Printika. Sciences Intitute.
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2005).
Medical surgical nursing: Clinical

You might also like