Anggraeni and Partners - ACTIO APRIL 2018

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

ISSUE NO.

7 / APRIL 2018

Pemilu Berbasis
Elektronik
Siapkah Hukum Kita?
Perlukah Dana
Kampanye Dibatasi?

PILKADA
& PEMILU

1 Indonesian E-Magazine for Legal Knowledge by


IKLAN

We, Akasa Cipta Tama (ACT), was established in April 2015 as a response to the demand of highly
qualified translators for business, legal, technical, and general documents; as well as interpreters
and note takers for meetings, seminars, and conference. Our translators, interpreters and note
takers have extensive experiences in their respective fields.

With a comprehensive database of qualified human resources, ACT works to ensure the best
results in every project we run. Some of our top personnel have worked for various international
events and some of our clients include the Office of the President of the Republic of Indonesia,
People’s Consultative Assembly, The United Nations, The World Bank, AusAID, USAID, and some
prominent law firms in Indonesia.

Please do not hesitate to contact us if you have


any question at marketing.akasa@gmail.com.
Looking forward to hearing from you.

2
Leadership is
daftar isi not about the
Kata Pengantar 3 next election,
Info: Badan Usaha Wajib Laporkan it is about the
Beneficial Owner-Nya 4
next generation.
KUPAS PERATURAN: Penggunaan -Simon Sinek-
Ijazah Palsu Dalam Pilkada
dan Sanksi Pidananya 5
Pembaca yang Budiman,


TELAAH: Ambiguitas Pembatasan
Dana Kampanye 8 Tahun ini, pada bulan Juni 2018, pemilihan kepala
daerah (pilkada) serentak akan diadakan. Tujuh
KIAT: Melakukan Write-Off belas provinsi, 171 daerah menggelar pemilihan para
Terhadap Piutang Tak Tertagih 10 pemimpin daerah untuk masa lima tahun ke depan.

OPINI: Menakar Urgensi & Kesiapan


Pilkada umumnya menjadi topik hangat untuk
Hukum Indonesia Dalam Penyelenggaraan
Pemilu Berbasis Elektronik 11 diperbincangkan karena banyaknya kepentingan
yang diperjuangkan. Pada edisinya yang ke-7
TEROPONG: Menelisik Aturan Kampanye ini, ACTIO hanya memfokuskan pembahasannya
Melalui Media Informasi 14 mengenai beberapa ketentuan yang mengatur
proses penyelenggaran pilkada. Utamanya, syarat
formal bagi para bakal calon pemimpin daerah dan
dana kampanye peserta.

Editorial: Kedua topik tersebut dipandang merepresentasikan


Penasihat:
Setyawati Fitri Anggraeni,S.H.,LL.M.,FCIArb. hal yang paling esensial dalam sebuah pilkada, yaitu
Pemimpin Redaksi:
Manuel Simbolon, S.H., M.H.
akuntabilitas. Karena proses pilkada menjunjung
Redaktur Pelaksana: tinggi akuntabilitas, tentunya diharapkan terpilih
Tanya Widjaja Kusumah,S.H.
Penulis: seorang pemimpin yang akuntabel, seorang
Dr. Hary Elias, BA Hons (Cantab), LL.M (1st Class Hons),
MBA (Columbia), Juris Doctor
pemimpin yang mempersiapkan generasi men­
Agus Dwi Prasetyo,S.H. datang untuk masa depan yang lebih matang.
Tanya Widjaja Kusumah,S.H.
Elida Damaiyanti Napitupulu, S.H.
Manuel Simbolon,S.H., M.H.
Kevin Samuel Fridolin Manogari, S.H.
Selain pilkada, ACTIO memandang bahwa
Keshia Bucha, S.H. topik yang sering menjadi bahasan adalah
Kontributor:
Konsultan Media: langkah lanjutan pemerintah semenjak periode
Fifi Juliana Jelita
Penyunting Naskah:
“pengampunan pajak”. Pada 5 Maret 2018,
Wahyu Hardjanto Presiden Joko Widodo menerbitkan peraturan
Penata Visual:
Riesma Pawestri presiden mengenai kewajiban badan usaha untuk
Ilustrasi: freepik.com melaporkan penerima manfaat dari perusahaan.
Informasi ini menjadi informasi utama pada ACTIO
Majalah Actio terbit setiap empat bulan sekali, edisi ini.
dibuat dan didistribusikan oleh

Akhir kata, kami seluruh tim ACTIO berharap edisi


Sanggahan: kali ini dapat memberikan manfaat kepada para
Perlu kami sampaikan bahwa telaah, opini, maupun informasi dalam Actio merupakan
kontribusi pribadi dari para partners dan/atau associate yang tergabung di kantor hukum
Anggraeni and Partners dan merupakan pengetahuan hukum umum. Telaah, opini, dan pembaca sekalian. Selamat Membaca.
informasi dalam Actio tidak dimaksudkan untuk memberikan pendapat hukum ataupun
pandangan kantor hukum Anggraeni and Partners terhadap suatu permasalahan hukum
tertentu.

Telaah, opini, dan informasi dalam Actio tidak dapat dianggap sebagai indikasi ataupun Salam,
petunjuk terhadap keadaan di masa yang akan datang. Telaah, opini, maupun informasi
dalam Actio tidak ditawarkan sebagai pendapat hukum atau saran hukum untuk setiap hal
tertentu. Tidak ada pihak pembaca yang dapat menganggap bahwa dirinya harus bertindak
atau berhenti bertindak atau memilih bertindak terkait suatu masalah tertentu berdasarkan
telaah, opini, maupun informasi di Actio tanpa mencari nasihat dari profesional di bidang Setyawati Fitri A, S.H., LL.M., FCIArb
hukum sesuai dengan fakta-fakta dan keadaan-keadaan tertentu yang dihadapinya.

3
INFO

BADAN USAHA
WAJIB LAPORKAN
BENEFICIAL
OWNER-NYA

P
ada tanggal 5 Maret 2018, Presiden Joko atau automatic exchange of information (AEoI)
Widodo telah menerbitkan peraturan me­ ini akan me­wajibkan setiap badan usaha
ngenai penerima manfaat (beneficial owner) melaporkan identitas pemiliknya.
dari badan usaha. Hal ini sebagaimana tertuang
dalam Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun Selama ini, belum ada peraturan tentang pe­
2018 tentang Penerapan Prinsip Mengenali nerapan prinsip mengenai beneficial owner dari
Pemilik Manfaat dari Korporasi da­lam Rangka korporasi sehingga hal tersebut pun diperlukan.
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Tujuannya agar korporasi tidak dijadikan sa­
Pencucian Uang dan Tindak Pidana Pendanaan rana, baik langsung maupun tidak langsung,
Terorisme. Peraturan pre­siden (perpres) yang oleh pelaku tindak pidana yang merupakan
merupakan penerapan dari program pertukaran beneficial owner dari hasil tindak pidana pen­
data otomatis untuk kepentingan perpajakan cucian uang dan pendanaan terorisme. (TWK)

4
KUPAS PERATURAN

PENGGUNAAN IJAZAH PALSU


DALAM PILKADA
DAN SANKSI PIDANANYA

P
emilihan Kepala Daerah dan Wakil tersebut, peserta Pilkada juga harus memenuhi
Kepala Daerah (Pilkada) tahun 2018 kelengkapan dokumen sebagaimana tercantum
akan digelar serentak di 171 daerah di dalam rincian berikut:
Indonesia. Pilkada ini diikuti oleh 17 provinsi,
115 kabupaten, dan 39 kota. Pelaksanaan a) surat pernyataan, yang dibuat dan ditanda­
Pilkada salah satunya diatur dalam Undang- tangani oleh calon sendiri, sebagai bukti
Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun pemenuhan syarat calon sebagaimana
2016 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang- dimaksud dalam Pasal 7 huruf a, huruf b,
Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang huruf g, huruf n, huruf o, huruf p, huruf q,
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti huruf s, huruf t, dan huruf u;
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan b) surat keterangan:
Walikota Menjadi Undang-Undang (“UU No. 1) hasil pemeriksaan kemampuan secara
10 Tahun 2016”). jasmani, rohani, dan bebas penyalah­
gunaan narkotika dari tim yang terdiri
Persyaratan untuk dapat mengajukan sebagai dari dokter, ahli psikologi, dan Badan
calon diatur dalam Pasal 7 UU No. 10 Tahun Narkotika Nasional, yang ditetapkan oleh
2016. Selain memenuhi persyaratan seperti KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota
yang tercantum di dalam pasal undang-undang sebagai bukti pemenuhan syarat calon

5
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 d) fotokopi:
huruf f; 1) ijazah pendidikan terakhir paling rendah
2) tidak pernah sebagai terpidana berdasar­ sekolah lanjutan tingkat atas atau
kan putusan pengadilan yang telah sederajat yang telah dilegalisir oleh
memperoleh kekuatan hukum tetap pihak yang berwenang, sebagai bukti
dari Pengadilan Negeri yang wilayah pemenuhan syarat calon sebagaimana
hukumnya meliputi tempat tinggal calon dimaksud dalam Pasal 7 huruf c;
atau bagi mantan terpidana telah secara 2) kartu nomor pokok wajib pajak atas nama
terbuka dan jujur mengemukakan kepada calon, tanda terima penyampaian surat
publik bahwa yang bersangkutan mantan pemberitahuan tahunan pajak penghasilan
terpidana dari pemimpin redaksi media wajib pajak orang pribadi atas nama
massa lokal atau nasional dengan disertai calon, untuk masa 5 (lima) tahun terakhir,
buktinya, sebagai bukti pemenuhan syarat yang dibuktikan dengan surat keterangan
calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal tidak mempunyai tunggakan pajak dari
7 huruf g; kantor pelayanan pajak tempat calon yang
3) tidak sedang dicabut hak pilihnya ber­ bersangkutan terdaftar, sebagai bukti
dasar­kan putusan pengadilan yang pemenuhan syarat calon sebagaimana
telah mempunyai kekuatan hukum tetap dimaksud dalam Pasal 7 huruf m;
dari Pengadilan Negeri yang wilayah 3) Kartu Tanda Penduduk elektronik dengan
hukumnya meliputi tempat tinggal calon, nomor induk kependudukan.
sebagai bukti pemenuhan syarat calon
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 e) daftar riwayat hidup calon yang dibuat dan
huruf h; ditandatangani oleh calon perseorangan dan
4) tidak pernah melakukan perbuatan tercela bagi calon yang diusulkan dari Partai Politik
yang dibuktikan dengan surat keterangan atau gabungan Partai Politik ditandatangani
catatan kepolisian, sebagai bukti oleh calon, pimpinan Partai Politik atau
pemenuhan syarat calon sebagaimana pimpinan gabungan Partai Politik;
dimaksud dalam Pasal 7 huruf i;
5) tidak sedang memiliki tanggungan f) pas foto terbaru Calon Gubernur dan Calon
utang secara perseorangan dan/atau Wakil Gubernur, Calon Bupati dan Calon
secara badan hukum yang menjadi Wakil Bupati, serta Calon Walikota dan Calon
tanggungjawabnya yang merugikan Wakil Walikota;
keuangan negara, dari Pengadilan Negeri
yang wilayah hukumnya meliputi tempat g) naskah visi, misi, dan program Calon
tinggal calon, sebagai bukti pemenuhan Gubernur dan Calon Wakil Gubernur, Calon
syarat calon sebagaimana dimaksud Bupati dan Calon Wakil Bupati, serta Calon
dalam Pasal 7 huruf k; dan Walikota dan Calon Wakil Walikota.
6) tidak dinyatakan pailit dari Pengadilan
Negeri yang wilayah hukumnya meliputi Terkait mengenai persyaratan kelengkapan
tempat tinggal calon, sebagai bukti dokumen berupa ijazah pendidikan, di pem­
pemenuhan syarat calon sebagaimana beritaan media massa banyak di antara peserta
dimaksud dalam Pasal 7 huruf l; calon Pilkada diduga melakukan pemalsuan
data demi terpenuhinya syarat tersebut.
c) surat tanda terima laporan kekayaan calon
dari instansi yang berwenang memeriksa Pada dasarnya perbuatan tersebut ada­
laporan kekayaan penyelenggara negara, lah per­buatan melawan yang dapat men­
sebagai bukti pemenuhan syarat calon se­ datangkan sanksi hukum bagi pelanggaran­
bagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf j; nya sebagai­mana dimaksud Pasal 177A ayat (1)

6
UU No. 10 Tahun 2016 yang menyatakan: memalsukan data yang diatur dalam Pasal 264
“Setiap orang yang dengan sengaja melakukan ayat (1) dan ayat (2) KUHP yang menyatakan :
perbuatan melawan hukum memalsukan data (1) “Barang siapa membuat surat palsu
dan daftar pemilih sebagaimana dimaksud atau memalsukan surat yang dapat
dalam Pasal 58, dipidana dengan pidana menimbulkan sesuatu hak, perikatan
penjara paling singkat 12 (dua belas) bulan dan atau pembebasan hutang, atau yang
paling lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan diperuntukkan sebagai bukti daripada
denda paling sedikit Rp12.000.000,00 (dua belas sesuatu hal dengan maksud untuk
juta rupiah) dan paling banyak Rp72.000.000,00 memakai atau menyuruh orang lain
(tujuh puluh dua juta rupiah).” memakai surat tersebut seolah-olah isinya
benar dan tidak dipalsu, diancam jika
Maka dari itu, apabila peserta calon pilkada pemakaian tersebut dapat menimbulkan
yang didapati atau diketahui menggunakan kerugian, karena pemalsuan surat, dengan
ijazah palsu atau data-data palsu yang pidana penjara paling lama enam tahun.
bersangkutan dapat dikenakan sanksi hukum (2) Diancam dengan pidana yang sama,
berupa pidana penjara maupun denda. Senada barang siapa dengan sengaja memakai
dengan Pasal 177A ayat (1) UU No. 10 Tahun surat palsu atau yang dipalsukan seolah-
2016, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana olah sejati, jika pemakaian surat itu dapat
(KUHP) mengatur pula mengenai tindak pidana menimbulkan kerugian.” (EDN)

7
telaah

Ambiguitas
Pembatasan
Dana Kampanye
D
iundangkannya Peraturan KPU Nomor
8 Tahun 2015 (“Peraturan KPU 8/2015”)
dapat berpotensi menimbulkan pe­naf­siran
ganda terhadap pembatasan dana kampanye.
Pertama, mengenai ruang lingkup definisi

VOTE!
sumbangan dana kampanye. Kedua, mengenai
batas maksimal sumbangan dana kampanye.

8
Sebelum masuk pembahasan poin pertama, lanjut mengenai batasan maksimal sumbangan
terlebih dahulu perlu dijelaskan latar belakang dana kampanye.
penerbitan Peraturan KPU 8/2015. Peraturan
tersebut diundangkan sebagai tindak lanjut dari Untuk sumbangan dana kampanye berupa
Perppu Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan uang, nilainya sudah jelas. Begitu pun dengan
Gubernur, Bupati, dan Wali Kota (“Perppu sumbangan berupa barang, nilainya dapat
1/2014”). Dapat dipahami bahwa ditetapkannya dibandingkan dengan harga pasar dan dapat
Perppu 1/2014 sebagai undang-undang ber­ dilakukan appraisal.
dasarkan UU No. 1 Tahun 2015 sebagaimana
diubah UU No. 8 Tahun 2015 tersebut dikarena­ Yang akan menjadi perdebatan adalah meng­
kan adanya kekosongan hukum pada saat itu. ukur nilai sumbangan dalam bentuk jasa. Setiap
Oleh karena itu, pemerintah perlu menerbitkan orang dapat menentukan secara subyektif nilai
perppu untuk mengisi kekosongan hukum dari masing-masing jasanya. Dengan ruang
yang tidak dapat diatasi dengan cara membuat lingkup yang sama, bisa saja nilainya berbeda
undang-undang seperti halnya prosedur biasa. apabila jasa tersebut diberikan oleh orang yang
berbeda. Oleh karenanya, perluasan definisi
Sebagai peraturan yang lebih inferior, Peraturan dari dana kampanye yang meliputi uang, ba­
KPU 8/2015 idealnya tidak bertentangan de­ rang, dan jasa tersebut telah menciptakan
ngan peraturan yang lebih tinggi (superior), yaitu ke­tidak­pastian hukum terhadap pasangan calon
Perppu 1/2014. Pertanyaannya, apakah Peraturan tentang batasan maksimal sumbangan.
KPU 8/2015 bertentangan dengan Perppu
1/2014. Menurut pendapat penulis, tidak ada Atas dasar tersebut, menurut penulis, idealnya
pertentangan eksplisit di antara kedua peraturan pembatasan mengenai nilai sumbangan da­
tersebut. Namun, apabila dicermati lebih lanjut, na kampanye tersebut dibatasi hanya untuk
maka dapat dilihat adanya po­tensi pertentangan sumbangan dalam bentuk uang agar men­
di kemudian hari dalam pelaksanaannya. ciptakan kepastian hukum bagi pasangan-
pasangan calon. Terlebih lagi, peraturan induk
Untuk isu pertama, dalam Perppu 1/2014 berupa Perppu 1/2014 tersebut tidak secara
se­benarnya sudah diatur mengenai sumber spesifik bahwa dana kampanye tersebut
dana kampanye untuk tiap-tiap pasangan meliputi uang, barang, dan jasa. (ADP)
calon. Na­mun, di dalam Perppu 1/2014 tidak
terdapat definisi mengenai sumbangan dana
kampanye, yakni apakah dana sebagaimana
dimaksud ter­sebut hanya berupa dana/uang
saja atau me­liputi barang dan jasa yang dapat
dinilai dengan uang.
Rp
Lebih lanjut, Perppu 1/2014 tersebut membatasi
sumbangan dari perseorangan dengan nilai

VOTE!
maksimal Rp 50.000.000 (lima puluh juta
rupiah), sedangkan sumbangan dari kelompok
atau badan usaha swasta dibatasi maksimal Rp
500.000.000 (lima ratus juta rupiah).

Dengan maksud untuk memperjelas, Peraturan


KPU 8/2015 kemudian mendefinisikan ruang
lingkup dana kampanye tersebut meliputi
i) uang ii) barang dan/atau iii) jasa. Hal ini
kemudian menimbulkan permasalahan lebih

9
KIAT

MELAKUKAN WRITE-OFF
TERHADAP PIUTANG TAK TERTAGIH

M
enjelang batas periode pelaporan telah dilegalisasi oleh notaris; atau
pajak tahun 2018, wajib pajak memiliki c. telah dipublikasikan dalam penerbitan umum
kewajiban melaporkan jumlah peng­ atau khusus, yang pada saat penyerahan ke
hasilannya kepada Direktorat Jenderal Pajak. Pada Direktorat Jenderal Pajak dibuktikan dengan
prinsipnya, penghasilan kena pajak dari wajib fotokopi bukti publikasi dalam penerbitan
pajak bersumber dari penghasilan bruto yang umum atau penerbitan khusus;5 atau
telah dikurangi biaya-biaya. Salah satu biaya yang d. adanya pengakuan dari debitor bahwa
dapat dijadikan faktor pengurang penghasilan utangnya telah dihapuskan untuk jumlah
bruto adalah biaya untuk piutang yang nyata- utang tertentu, yang pada saat penyerahan ke
nyata tidak dapat ditagih.1 Direktorat Jenderal Pajak dibuktikan dengan
surat berisi pengakuan tersebut.6
Adapun syarat-syarat agar piutang yang
nyata-nyata tidak dapat ditagih tersebut dapat Lebih lanjut, ketentuan PMK 207/2015 mengatur
mengurangi penghasilan bruto.2 yakni: bahwa persyaratan sebagaimana tercantum
pada poin 3 di atas tidak berlaku bagi piutang
1. telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan yang nyata-nyata tidak dapat ditagih kepada
laba rugi komersial; debitor kecil maupun debitor kecil lainnya.7 Yang
2. wajib pajak harus menyerahkan daftar piutang dimaksud dengan piutang yang nyata-nyata tidak
yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat dapat ditagih kepada debitor kecil adalah piutang
Jenderal Pajak dalam bentuk hard copy dan yang jumlahnya tidak lebih dari Rp 100.000.000
soft copy; dan (seratus juta rupiah),8 sementara piutang yang
3. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih nyata-nyata tidak dapat ditagih kepada debitor
tersebut: kecil lainnya adalah piutang yang jumlahnya tidak
a. telah diserahkan perkara penagihannya melebihi Rp 5.000.000 (lima juta rupiah).9
kepada pengadilan negeri atau instansi
pemerintah yang menangani piutang Selain bukti pemenuhan ketentuan angka 3 di
negara, dibuktikan dengan fotokopi bukti atas, penyerahan daftar piutang yang nyata-
penagihannya ke penyerahan perkara nyata tidak dapat ditagih ke Direktorat Jenderal
pengadilan negeri atau instansi pemerintah Pajak wajib disertai dengan surat pemberitahuan
yang menangani piutang negara;3 atau tahunan (SPT),10 serta identitas debitor berupa (i)
b. adanya perjanjian tertulis mengenai nama; (ii) nomor pokok wajib pajak (tidak wajib
penghapusan piutang/pembebasan bagi piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
utang antara kreditor dan debitor yang yang berasal dari plafon utang sampai dengan
bersangkutan, yang pada saat penyerahan Rp 50.000.000); (iii) alamat; (iv) jumlah plafon
ke Direktorat Jenderal Pajak dibuktikan uang yang diberikan; dan (v) jumlah piutang yang
dengan fotokopi perjanjian tertulis yang nyata-nyata tidak dapat ditagih.11 (KBA)

1. Pasal 6 ayat (1) huruf h Undang-undang Pajak Penghasilan, 2. Pasal 3 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan No.207/PMK.010/2015,
3. Pasal 4 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan No.207/PMK.010/2015, 4. Ibid., 5. Ibid., 6. Ibid., 7. Pasal 3 ayat (2) Peraturan Menteri
Keuangan No.207/PMK.010/2015, 8. Pasal 3 ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan No.207/PMK.010/2015, 9. Pasal 3 ayat (4) Peraturan Menteri
Keuangan No.207/PMK.010/2015, 10. Pasal 4 ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan No.207/PMK.010/2015, 11. Pasal 4 ayat (1) Peraturan
Menteri Keuangan No.207/PMK.010/2015

10
OPINI

Menakar Urgensi & Kesiapan


Hukum Indonesia
Dalam Penyelenggaraan Pemilu
Berbasis Elektronik

P
emilihan umum (pemilu) adalah detak pemilu. Salah satu gagasan untuk me­
jan­tung demokrasi. Banyak orang ber­ modernisasi sistem pemilu Indonesia adalah
pendapat bahwa tahun ini adalah tahun dengan me­nye­lenggarakan pemilu berbasis
politik yang menentukan irama dari detak elektronik, atau biasa dikenal sebagai e-voting.
jantung demokrasi itu. Pemilukada serentak
tahun 2018 ini menjadi awal semaraknya Penyelenggaraan pemilu di Indonesia kerap
tahun-tahun politik di Indonesia. Meski de­ me­­­nimbulkan banyak sorotan. Sorotan pertama
mikian, pemilukada bukan melulu me­ngenai adalah mengenai biaya pemilu yang sangat ma­­hal.
pertarungan politik, melainkan juga me­ma­ Sebagai contoh, pemilukada tahun ini diperkirakan
naskan wacana mengenai modernisasi sistem akan menyerap biaya lebih dari Rp 15 triliun.1

1. http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/politik/17/12/08/p0n12a409-kpu-kebutuhan-biaya-pemilu-2019-capai-angka-rp-15-triliun,
diakses tanggal 1 Maret 2018

11
OPINI

Sorotan yang kedua adalah mengenai trans­ Pada saat itu, penerapan e-voting digelar
paransi hasil pemilu, dan waktu penghitungan untuk kali pertama dalam pemilihan kepala
dan rekapitulasi suara yang memakan waktu desa di Kabupaten Jembrana, Bali. Walaupun
lama. Belajar dari beberapa pemilu sebelumnya, pelaksanaannya dianggap berhasil, bukan berarti
sistem yang berjalan saat ini memiliki banyak e-voting tersebut tidak terkendala secara hukum.
celah kecurangan. Hal itu dikarenakan ba­nyak­nya
tahapan rekapitulasi suara yang ha­rus ditempuh. Setahun sebelumnya, Bupati Jembrana be­serta
Mulai dari tahapan di tempat pemungutan suara, beberapa kepala dusun harus terlebih dahulu
panitia pemilu desa atau kelurahan, tingkat mengajukan permohonan uji kons­titusionalitas
kecamatan, rekapitulasi ting­kat kota/kabupaten, kepada Mahkamah Konstitusi (MK) agar
provinsi, dan berakhir di rekapitulasi suara tingkat penyelenggaraan e-voting tersebut konstitusional.
nasional yang di­lakukan oleh KPU Pusat. MK meresponsnya dengan me­restui pelaksanaan
e-voting, melalui putusan No. 147/PUU-VII/2009.
Dengan banyaknya tahapan yang harus dilalui
untuk rekapitulasi dan verifikasi suara, maka MK memutuskan bahwa e-voting dapat di­
bukan tidak mungkin akan terjadi distorsi da­ lakukan asalakan tetap mengacu pada asas
lam setiap tahapan tersebut. Hal inilah yang pemilu, yakni luber (langsung, umum, bebas,
menimbulkan banyaknya sengketa hasil pemilu. dan rahasia) serta jurdil (jujur dan adil). Se­
lain itu, MK juga menyatakan bahwa dalam
Wacana mengenai modernisasi pemilu se­ pelaksanaan e-voting harus ada kesiapan
tidak­nya telah ada sejak Pemilu 2004, dengan da­ri penyelenggara pemilu di daerah. Secara
kemungkinan penyelenggaraan pemilu ber­ historis, putusan MK ini menjadi rujukan utama
basis elektronik. Namun, wacana tersebut dalam penyelenggaraan e-voting.
urung diwujudkan karena terkendala regulasi.
Akhirnya, langkah konkret yang dilakukan oleh Instrumen hukum lain yang dapat dijadikan
KPU untuk memodernisasi pemilu hanyalah dasar penyelenggaraan e-voting adalah
dengan mencoba sistem real count atau Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
e-counting. Akan tetapi, sistem ini hanya 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas
menjadi pembanding atau second opinion dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang
rekapitulasi suara manual yang jadi sumber Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
utama KPU dalam menentukan hasil pemilu. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota
Perkembangan Regulasi men­jadi Undang-Undang. Tersurat jelas dalam
Sebenarnya, Indonesia telah memiliki payung Pasal 85 UU tersebut bahwa pemungutan suara
hukum untuk e-voting. Undang-Undang No­ bisa melalui peralatan suara secara elektronik,
mor 19 Tahun 2016 juncto Undang-Undang selain dengan memberi tanda.
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (UU ITE) Pasal 5 se­be­ Menjawab Tantangan Demokrasi Digital
nar­nya dapat di­gunakan sebagai landasan Wa­laupun instrumen hukum mengenai
pe­nyelenggaraan e-voting. Namun, UU ITE ini e-voting telah ada, bukan berarti mudah untuk
tidak bisa men­cakup skema perkembangan menerapkan e-voting pada pemilu dalam waktu
teknologi, atau secara khusus mengenai skema dekat ini. Indonesia masih terkendala soal
pemilu berbasis elektronik. kemampuan infrastruktur dasar (seperti listrik
dan jaringan internet) serta kendala distribusi
Untuk urusan demokrasi digital, Indonesia perangkat teknis penyelenggaraan e-voting
bu­kannya nihil perkembangan. Momentum
modernisasi penyelenggaraan pemilu Indonesia Faktor lain yang menjadi tantangan adalah
sudah mulai diwujudkan sejak tahun 2010. keraguan publik mengenai database ke­pen­

12
dudukan dan cyber security. Untuk me­ Selain itu, KPU juga dapat menjalin kerja sama
nerapkan e-voting, setidaknya kita harus asistensi teknis dengan NGO atau negara-negara
me­miliki bank data kependudukan yang yang telah berhasil menerapkan sistem e-voting.
mum­puni dan pen­catatan pemilih yang Hal inilah yang juga dilakukan oleh Estonia dan
mapan. Swiss dalam pemilu legislatif mereka. Selain ke­
siapan teknis, sudah seharusnya KPU membuat
Untuk itu, pemerintah seharusnya peraturan pelaksana yang solid untuk menjawab
menuntaskan terlebih dahulu program KTP tantangan-tantangan tersebut.
elektronik. Per­usahaan perangkat keamanan
digital McAfee pernah melakukan studi Pada akhirnya, e-voting bukan sekadar pilih-
yang mengungkapkan bahwa pemilu secara memilih seperti halnya kontes pencarian bakat.
online memang tak po­puler karena persoalan Lebih dari itu, dibutuhkan konsensus dan kerja
kepercayaan keamanan yang rendah dari kolektif untuk menyiapkan sarana dan prasarana
publik. yang mumpuni.

Namun, dengan perkembangan teknologi E-voting juga bukan hanya urusan teknologi, tetapi
canggih, seperti transaksi keuangan secara juga kesiapan kita untuk menyempurnakan payung
online saat ini, masalah keamanan penerapan hukum, menggerakkan kemauan politik penguasa,
e-voting pun bisa diatasi.2 Untuk hal ini, dan kepercayaan masyarakat untuk semakin akrab
KPU nampaknya harus membuka pintu kerja dengan teknologi. Dengan demi­kian, e-voting akan
sama dengan siapa pun, termasuk dengan menjadi instrumen yang bernas untuk menjaga
perusahaan perangkat keamanan digital. irama detak jantung demokrasi.

2 https://securingtomorrow.mcafee.com/consumer/consumer-threat-notices/hack-the-vote-pros-and-cons-of-electronic-voting/

13
TEROPONG

MENELISIK ATURAN KAMPANYE


MELALUI MEDIA INFORMASI

P
erkembangan teknologi informasi telah Ketentuan mengenai jumlah pemasangan iklan dan
membantu masyarakat dalam mengakses durasi iklan yang ditayangkan oleh media informasi
informasi. Kemudahan akses ini telah sehubungan dengan kegiatan kampanye juga di­atur
membantu peserta pemilu1 untuk memberikan dalam UU Pemilu. Pemasangan iklan dengan meng­
pendidikan politik bagi masyarakat. Peserta gunakan moda penyiaran televisi yang memuat
pemilu juga dapat lebih mudah menyampaikan materi kampanye hanya dapat dilakukan paling
visi, misi, serta mengampanyekan program yang banyak 10 (sepuluh) kali dalam sehari dengan durasi
menjadi aspirasinya. Artikel ini akan membahas paling lama 30 (tiga puluh) detik untuk masing-
peranan media informasi elektronik, masing iklan kampanye.
seperti media daring, media sosial,
maupun lembaga penyiaran Sementara itu, iklan yang ditayang­kan
(media informasi) sebagai sarana VOTE! dengan menggunakan m­oda penyiaran
kampanye bagi para peserta radio hanya dapat dilakukan paling
pemilu. banyak 10 (sepuluh) kali dalam sehari
dengan durasi paling lama 60 (enam
Kampanye secara umum diatur puluh) detik untuk masing-masing iklan
dalam Undang-Undang Nomor kampanye.
7 Tahun 2017 tentang Pemilihan
Umum (UU Pemilu). UU Pemilu Selain wajib untuk mematuhi etika
memberikan definisi kampanye periklanan dan peraturan perundang-
sebagai kegiatan peserta pemilu undangan, media informasi juga wajib
atau pihak lain yang ditunjuk oleh mematuhi aturan mengenai larangan
peserta pemilu untuk meyakinkan pemilih dengan di dalam UU Pemilu. Larangan tersebut antara lain:
menawarkan visi, misi, program, dan/atau citra (i) media informasi dilarang untuk menjual blocking
diri peserta pemilu. segment dan/atau blocking time untuk para peserta
pemilu; (ii) media informasi dilarang untuk menerima
Kampanye melalui media informasi, yakni te­ program sponsor dalam segmen apa pun yang
levisi, radio, ataupun media elektronik lainnya, dapat dikategorikan sebagai iklan kampanye pemilu;
diperbolehkan berdasarkan Pasal 275 ayat dan (iii) media informasi dilarang untuk menjual spot
(1) huruf f. Lebih lanjut, UU Pemilu mengatur iklan yang tidak dimanfaatkan oleh salah satu peserta
secara detail bahwa pelaksanaan pemilu yang pemilu kepada peserta pemilu lainnya.
menggunakan media informasi dapat berupa
tulisan; suara; gambar; atau gabungan tulisan, Meski demikian, belum ada sanksi tegas yang dapat
suara, dan gambar yang bersifat naratif, grafis, diterapkan kepada media informasi yang melanggar
karakter, interaktif atau tidak interaktif serta dapat ketentuan mengenai kampanye dalam UU Pemilu.
diterima melalui perangkat penerima pesan.2 Maka dari itu, untuk menciptakan media informasi
yang mengedukasi masyarakat serta bertanggung
Media informasi wajib berlaku adil dan ber­imbang jawab, diperlukan adanya penerapan sanksi yang
kepada setiap peserta pemilu dalam melaksanakan tegas, baik secara normatif maupun melalui praktik,
pemberitaan kampanye. Dalam menyiarkan iklan, demi terciptanya demokrasi yang ideal dan adil bagi
media informasi wajib mem­berikan kesempatan peserta pemilu dan masyarakat sebagai pemegang
yang sama kepada peserta pemilu dalam pemuatan kekuasaan tertinggi pemerintahan di Negara
dan penayangan iklan kampanye pemilu. Kesatuan Republik Indonesia. (KSF)

1. Terdiri dari: Partai Politik, anggota DPRD Provinsi, anggota DPRD Kabupaten/Kota, perseorangan, maupun pasangan calon presiden dan wakil presiden.
2. Pasal 287 Ayat (2) UU Pemilu

14
15

You might also like