Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 8

Penentuan Kesetimbangan Air (Water Balance) di Daerah Irigasi Kelara-Karalloe

Zulvyah Faisal, ST.,MT1), Ir. Aksan Djamal, MT2)


1),2)
Dosen Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Ujung Pandang,
Makassar

ABSTRACT

The long-term goal of this study is to assess the water balance of Kelara-Karalloe Irrigation Area, with
specific targets on how to provide a solution for the distribution of water to be distributed across an irrigation
area of ± 10,000 ha. The most fundamental advantage of determining water balance in Jeneponto Kelara-
Karalloe Irrigation Area is the possibility of the fulfillment of water requirements for various farming
purposes, water capacity for irrigation should be given in appropriate amounts, time and quality.
This research method begins with secondary data collection and primary data collection. Furthermore,
field survey and measurement of Kelara and Karalloe river discharge are conducted. Debit measurements are
made using the current meter tool to obtain instantaneous debit data used to match the recorded debit data
from the secondary data.
Furthermore, data analysis to determine the availability of water in the river used as the basis for
determining the equilibrium of water (water balance) in Kelara-Karalloe Irrigation Area.

Keywords: irrigation, NFR (Net Field Requirement)

1. PENDAHULUAN
Dalam rangka mendukung pemantapan ketahanan pangan nasional, maka Pemerintah
Indonesia telah melaksanakan serangkaian usaha secara terus menerus yang bertitik tolak pada
sektor pertanian. Untuk menunjang pembangunan sektor pertanian perlu pembangunan fasilitas
jaringan irigasi guna penyediaan kebutuhan air yang diperlukan untuk meningkatkan produksi
tanaman utamanya beras.

Infrastruktur irigasi merupakan faktor pendukung utama dalam rangka peningkatan


kesejahteran petani khususnya melalui sektor pertanian. Hal tersebut dapat tercapai jika
infrastruktur irigasi berfungsi secara optimal. Kondisi fisik infrastruktur tersebut haruslah tetap
dipertahankan fungsinya sehingga optimalisasi fungsi tetap dapat dipertahankan. Tercapainya
optimalisai fungsi tidak dapat dipisahkan dari sistem pengelolaan aset irigasi yang baik, melalui
pengelolaan aset irigasi yang sistematis, diharapkan nantinya akan menghasilkan suatu
produk/output sebagai acuan dalam rangka pengoptimalisasian infrastruktur irigasi melalui
kegiatan peningkatan/rehabilitasi. Pada prinsipnya pengelolaan aset irigasi adalah proses
pengelolaan yang terstruktur sebagai bahan perencanaan, pemeliharaan, pendanaan sistem irigasi
guna mencapai tingkat pelayanan yang optimal dan berkelanjutan bagi pemakai air irigasi dan
pengguna jaringan irigasi.

Guna lebih mengoptimalkan keberhasilan kegiatan tersebut diatas serta mengupayakan


keberlangsungan sistem irigasi maka hal tersebut perlu tetap ditumbuh kembangkan. Tersedianya
infrastruktur yang memadai dan pendekatan partisipatif terhadap masyarakat mulai tahapan
perencanaan, pemeliharaan dan rehabilitasi jaringan irigasi sangat diperlukan. Potensi Irigasi
Kelara-Karalloe dengan luas total ± 10.000 Ha terletak di Provinsi Sulawesi Selatan. Sumber air
untuk Irigasi ini disuplai dari Bendung Karalloe di sungai Karalloe Kab. Gowa dan Bendung
Kelara di sungai Kelara Kabupaten Jeneponto. Areal Irigasi Kelara yang berada di Kabupaten
Jeneponto berperan penting dalam ketahanan pangan di Provinsi Sulawesi Selatan. Saat ini areal
yang yang fungsional (diairi irigasi teknis) seluas 4500 Ha. Untuk meningkatkan luas tanam
dibangun bendungan karalloe yang saat ini dalam proses pembangunan. Hasil produksi DI Kelara
mencapai 30.000 ton beras per tahun. Saat ini DI Kelara mengalami penurunan kinerja jaringan
irigasi, khususnya distribusi air irigasi. Sehingga perlu diperhitungkan kesetimbangan air (water
balance) terhadap ketiga sumber air dari bendung kelara, bendung karalloe dan bendungan
Karallaoe. Secara umum air merupakan salah satu faktor penentu dalam proses produksi pertanian,
oleh karena itu investasi irigasi menjadi sangat penting dan strategis dalam rangka penyediaan air
untuk pertanian yang pada gilirannya akan mempengaruhi produksi pertanian.hujan atau volume
hujan.

2. METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara yang digunakan dalam meneliti suatu objek dalam rangka
pengumpulan data penelitian dengan menggunakan teknik-teknik tertentu. Penelitian ini dilakukan
dengan beberapa metode seperti berikut :
Penelitian desain
Pengumpulan data dengan metode ini dilakukan dengan melakukan tinjauan langsung di lapangan
dengan melakukan pengukuran debit langsung di sungai Kelara dan sungai Karalloe. Melalui
pengukuran tersebut maka penulis akan memperoleh data yang berhubungan dengan rumusan
masalah dan tujuan.
Penelitian pustaka
Penelitian pustaka adalah memeroleh data khususnya data tertulis yang berhubungan dengan objek
penelitian, diperoleh dengan cara membaca sejumlah buku, literatur-literatur, serta hasil-hasil
penelitian terdahulu yang berhubungan dengan masalah-masalah penelitian yang sedang dibahas.
Setelah memperoleh data-data yang diperlukan maka dilakukan pengolahan dan analisa data untuk
menentukan kesetimbangan air pada Daerah Irigasi Kelara-Karalloe.
Prosedur penelitian adalah sistematika atau urutan kegiatan pada penelitian ini. Adapun prosedur
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Studi Literatur
2. Melakukan peninjauan lokasi
3. Pengumpulan data sekunder berupa : Peta, data curah hujan, data debit dan data klimatologi.
4. Pengambilan data debit sungai di lapangan (sebagai klarifikasi data debit sekunder)
5. Wawancara dengan P3AI (Petani Pemakai Pengguna Air)
6. Analisa data
7. Pembuatan Laporan Penelitian.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Data Debit Andalan Sungai Kelara dan Sungai Karalloe disajikan pada tabel berikut :

Tabel 1 Debit Andalan Sungai Kelara dan Sungai Karalloe

Debit Andalan

Bulan ke-
Sungai Sungai
Kelara Karalloe
Jan 1 3,16 6,41
Jan 2 4,30 8,71
Feb 1 4,32 8,76
Feb 2 3,62 7,34
Mar 1 4,08 8,27
Mar 2 3,86 7,83
Apr 1 2,90 5,88
Apr 2 3,16 6,41
Mei 1 2,12 4,29
Mei 2 2,36 4,78
Jun 1 2,05 4,15
Jun 2 1,78 3,61
Jul 1 1,60 3,24
Jul 2 1,43 2,90
Ags 1 0,68 1,37
Ags 2 0,56 1,14
Sep 1 0,46 0,93
Sep 2 0,53 1,07
Okt 1 0,60 1,21
Okt 2 0,66 1,34
Nop 1 0,96 1,94
Nop 2 0,97 1,96
Des 1 2,06 4,17
Des 2 2,28 3,30
Sumber : Hasil Perhitungan

Hasil Analisa Kebutuhan Air


A. Kebutuhan Air Irigasi

Kebutuhan air irigasi adalah sejumlah air irigasi yang diperlukan untuk mencukupi
keperluan bercocok tanam pada petak sawah ditambah dengan kehilangan air pada
jaringan irigasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan irigasi meliputi : evapotranspirasi,


hujan efektif, perkolasi, faktor jenis dan pertumbuhan tanaman (Kc), masa
pengolahan tanah serta penggantian genangan.

Tabel 2 Kebutuhan Air Irigasi


Studi Terdahulu Studi Terdahulu Studi Saat ini Kebutuhan Air
No. Kebutuhan Air
(1999) (2013) (2017) Terpilih
1 Kebutuhan air di sawah 1,08 lt/dt.ha 1,23 lt/dt.ha 1,23 lt/dt.ha 1,23 lt/dt.ha
2 Kebutuhan air di Saluran Tersier 1,35 lt/dt.ha 1,54 lt/dt.ha 1,53 lt/dt.ha 1,54 lt/dt.ha
Kebutuhan air di Saluran
1,70 lt/dt.ha
3 Sekunder 1,50 lt/dt.ha 1,71 lt/dt.ha 1,71 lt/dt.ha
4 Kebutuhan air di Saluran Primer 1,70 lt/dt.ha 1,90 lt/dt.ha 1,89 lt/dt.ha 1,90 lt/dt.ha

Pola Tanam saat ini dan usulan Pola Tanam


 Pola Tanam Saat Ini
Gambar 1. .Pola tanam saat ini di DI Karalloe

 Usulan Pola Tanam ( Perhitungan keseimbangan Air)


Tabel 3. Pola tanam dalam perhitungan keseimbangan air

Area Musim Hujan Musim Kemarau


Alternatif
(ha) Tanaman (%) Tanaman (%)
1 7,004 Padi 100 Padi 100
Padi 50
2 7,004 Padi 100
Jagung 50
Padi 50
3 7,004 Padi 100 Jagung 25
Kacang Hijau 25
Studi Terdahulu: PT. Hydro Indonesia
Usulan pola tanam untuk D.I Kelara adalah sebagai berikut:
 Padi I : (100 %) periode November - Februari
 Padi II : (100 %) periode Maret – Juni
 Palawija : (50%) periode Juli - Oktober

Gambar 1. Pola tanam saat ini di DI Kelara Karalloe


B. Kesetimbangan Air (Water Balance)
Dalam perhitungan neraca air, kebutuhan pengambilan yang dihasilkan dari pola tanam yang
dipakai akan dibandingkan dengan debit andalan untuk setiap setengn bulanan daerah yang
bisa diairi. Apabila debit sungai melimpah, maka luas daerah proyek irigasi adalah tetap
karena luas maksimum daerah layanan (command area) dan proyek yang akan dilaksanakan
sesuai dengan pola tanam yang dipakai. Bila debit sungai tidak melimpah dan kadang-kadang
terjadi kekurangan debit, maka ada 3 (tiga) hal penting yang bisa dipertimbangkan :

 Luas daerah irigasi dikurangi artinya bagian-bagian tertentu dari daerah yang bisa diairi
(luas maksimum daerah layanan) tidak akan diairi.

 Melakukan modifikasi dalam pola tanam artinya dapat diadakan perubahan dalam pemilihan
tanaman atau tanggal tanam untuk mengurangi kebutuhan air irigasi di sawah (lt/dt/ha)
agar ada kemungkinan untuk mengairi areal yang lebih luas dengan debit yang tersedia.

 Rotasi teknis golongan artinya untuk mengairi kebutuhan puncak air irigasi rotasi
teknis/golongan mengakibatkan eksploitasi yang lebih kompleks dan dianjurkan hanya
untuk proyek irigasi yang areal pelayanannya luas.

Analisa kesetimbangan air Waduk Karalloe dengan cara simulasi operasi waduk dilakukan
dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

• Kebutuhan air untuk irigasi pertama-tama dipenuhi oleh ketersediaan air pada Bendung
Kelara, dengan pengambilan debit maksimum sebesar 6,00 m3/dt, dan apabila terjadi
kekurangan maka akan disuplesi dari Waduk Karalloe melalui Bendung Karalloe.

Simulasi operasi waduk dilakukan untuk keadaan sebagai berikut :

- Pola tanam padi – padi - palawija dengan intensitas tanam 250% dengan awal penyiapan
lahan mulai Nopember-1

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Kesetimbangan Air

No. Pola Tanam Awal Kondisi Kegagalan Keandalan


Penyiapan Awal
Lahan Waduk

1. Padi – Padi – Palawija Nopember-1 Penuh 9,68% 90,32%

4.
KESIM
PULAN
4.1. Kesimpulan
Dari pembahasan hasil penelitian dan analisis dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam penelitian ini, stasiun hujan yang digunakan untuk perhitungan debit banjir ada 3
stasiun hujan, yaitu : Stasiun Bendung Kelara, stasiun Malino dan Stasiun Malakaji. Untuk
perhitungan hujan efektif dan drainase ekstern adalah menggunakan 7 stasiun : Kelara,
Tanrang, Tarowang, Paitana, Gantinga, Pamisorang serta Bulo-bulo.Sedangkan data
klimatologi diambil dari stasiun klimatologi Gantinga.

2. Hasil perhitungan kebutuhan air irigasi adalah : di sawah (NFR) = 1,23 l/dt/ha; di saluran
tersier = 1,53 l/dt/ha; di saluran Sekunder = 1,70 l/dt/ha; dan di saluran induk = 1,90 l/dt/ha.
Dimana efisiensi irigasi ditetapkan sebesar : 80 %, 90 %, dan 90 %, berturut-turut untuk
saluran tersier, sekunder, dan induk.

3. Pola tanam eksisting adalah : Padi Rendeng (April-Sept) 100% - Padi Gadu (Oktober –
Maret) 55 %; sedangkan pola tanam usulan adalah : Padi I 100 % - Palawija 50 % - Padi II 70
%.

4. Dari hasil analisis neraca air diketahui bahwa, ketersediaan air Sungai Kelara mencukupi
untuk mengairi areal irigasi Kelara seluas 4500 ha, dengan intensitas tanam 220 % (Padi I 100
% - Palawija 50 % - Padi II 70 %). Untuk dapat mengairi areal sesuai desain semula (7004 ha)
diperlukan adanya waduk.

4.2. Saran
1. Perlu dilakukan kegiatan sosialisasi terhadap masyarakat pengguna air irigasi dan pihak-
pihak yang terkait agar air irigasi bisa termanfaatkan dengan optimal. Sosialisasi yang
dilakukan akan sangat menentukan tingkat keberhasilan dari OP jaringan irigasi.
2. Upaya Operasi dan Pemeliharaan air irigasi perlu dikelola secara menyeluruh, terpadu
dan berwawasan lingkungan dengan tujuan mewujudkan pemanfaatan yang berkelanjutan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

5. DAFTAR PUSTAKA

Asdak, Chay, 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Edisi III,Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.

Chay Asdak, 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Edisi III,Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.

Departemen Pekerjaan Umum. 2000. Standar Perencanaan Irigasi KP. Direktorat Jenderal Pengairan.
Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum.
Gary Widayanto, 2015. Analisis Keseimbangan Air Pada Bendung Brangkal Guna Memenuhi
Kebutuhan Air Irigasi Pada Daerah Irigasi Siwaluh Kabupaten Karanganyar, Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.

Harto Sri Br, 1993. Analisis Hidrologi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Martha Joyce, Wanny, 1980. Mengenal Dasar-Dasar Hidrologi, Penerbit Nova, Bandung.

Nugroho Hadisusanto , 2011. Aplikasi Hidrologi, Penerbit Jogja Mediatama, Yogyakarta.

Suripin, 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air, Andi, Yogyakarta.

Soemarto,C.D, 1999. Hidrologi Teknik, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Sosrodarsono Suyono, Takeda Kensaku , 1993. Hidrologi Untuk Pengairan, Pradnya Paramita,
Jakarta.

Sosrodarsono Suyono, Tominaga Masateru , 1994. Perbaikan dan Pengaturan Sungai, Pradnya
Paramita, Jakarta.

Soewarno, 1995. Hidrologi Aplikasi Metode Statistik Untuk Analisa Data, Penerbit Nova, Bandung.

Soewarno, 1991. Hidrologi Pengukuran dan Pengolahan Data Aliran Sungai (Hidrometri) , Penerbit
Nova, Bandung.

Soewarno, 2000. Hidrologi Operasional , Penerbit PT.Citra Aditya Bakti, Bandung.

Standar Nasional Indonesia (SNI, NSPM)

Ulfa Fitriati, 2015. Studi Imbangan Air Pada Daerah Irigasi Pitap, Volume 4, Nomor 1, Jurnal
Cantilever ISSN: 2477-4863, Banjar Baru.

Yenni Syahreni, 2013. Analisa Neraca Air Daerah Irigasi Panca Arga Di Kabupaten Asahan,
Universitas Sumatera Utara, Medan.

You might also like