Desmika PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN

MOTORIK KASAR ANAK USIA 1 – 5 TAHUN DI POSYANDU


BUAH HATI KETELAN BANJARSARI SURAKARTA

Desmika Wantika Saria, Endang Nur Wa, dan Setyo Purwantob


a
Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
b
Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A Yani Tromol Pos I, Pabelan, Kartasura, Surakarta

Abstract

Children who are healthy, intelligent and consistent with the growth require all of physical,
psychological, social, and spiritual fullfilment. Optimal growth and development aim to make children
not only growing physically but also have a good quality of life. Good nutrition is very important for
optimal growth and development. Good nutritional status plays a role in helping gross motoric develop-
ment of children. The aim of this study was to know the correlation between nutritional status and gross
motoric development on children ages 1-5 years in Posyandu Buah Hati Banjarsari Surakarta. Type of
research was descriptive analytic and design of this research was cross sectional study. Respondents
were 40 children 1-5 years in Posyandu Buah hati Banjarsari Ketelan Surakarta that were choosen by
simple random sampling technique. Data were analyzed using non-parametric Chi Square test. Result
of this research showed that the percentage of children who had normal nutritional status was 67.5%
and the percentage of those who had abnormal nutritional status was 32.5%. Besides that, result of
this research indicated that 85% of children had normal gross motoric development and 15% of the
children had abnormal gross motoric development. This research conclude that there was not any
correlation between nutritional status and gross motoric development on children ages 1-5 years in
Posyandu Buah Hati Banjarsari Surakarta

Key words : Nutritional Status, Gross Motoric Development

PENDAHULUAN pada tahun 2006 terdata 76.178 kasus


Hasil Riset Kesehatan Dasar kemudian turun menjadi 50.106 kasus
(Riskesdas) tahun 2008 menunjukkan pada tahun 2007 dan 39,080 kasus pada
bahwa 18,4% balita menderita KEP dan tahun 2008.
5,4% diantaranya kategori KEP berat Masalah kurang gizi selain di-
(gizi buruk). Berdasarkan laporan dari sebabkan oleh berkurangnya jumlah
Dinas Kesehatan seluruh Indonesia ter- konsumsi karena melemahnya daya
jadi penurunan kasus gizi buruk yaitu beli masyarakat dan mutu gizi yang

Hubungan antara Status Gizi dengan Perkembangan ... (Desmika Wantika Sari, dkk.) 157
rendah juga disebabkan oleh masih pilan otot-otot besar. Gerakan-gerakan
banyaknya warga masyarakat yang ku- seperti tengkurap, duduk, merangkak,
rang memiliki pengetahuan tentang dan mengangkat leher. Gerakan inilah
pentingnya pemenuhan gizi sejak masa yang pertama terjadi pada tahun per-
balita (Tim Koordinasi Penanggula- tama usia anak. Motorik halus merupa-
ngan Masalah Pangan dan Gizi, 2009). kan aktivitas keterampilan yang me-
Anak usia pra-sekolah (1 - 5 tahun) me- libatkan gerakan otot-otot kecil seperti,
rupakan kelompok yang sangat perlu menggambar, meronce manik, menulis,
diperhatikan akan kebutuhan gizinya, dan makan. Kemampuan motorik halus
karena mereka dalam masa pertum- ini berkembang setelah kemampuan
buhan. Kekurangan akan kebutuhan motorik kasar si kecil berkembang
gizi pada masa anak-anak selain akan (Soetjiningsih, 1995).
mengakibatkan gangguan pada per- Mahendra dan Saputra (2006)
tumbuhan jasmaninya juga akan me- menyatakan perkembangan motorik
nyebabkan gangguan perkembangan sangat dipengaruhi oleh gizi, status ke-
mental anak. Anak-anak yang men- sehatan, dan perlakuan gerak yang se-
derita kurang gizi setelah mencapai suai dengan masa perkembangannya.
usia dewasa tubuhnya tidak akan ting- Jadi secara anatomis, perkembangan
gi yang seharusnya dapat dicapai, serta akan terjadi pada struktur tubuh indi-
jaringan-jaringan otot yang kurang ber- vidu yang berubah secara proporsional
kembang (Sutarta, 2008). Soetjiningsih seiring dengan bertambahnya usia se-
(1995) juga menyebutkan bahwa per- seorang. Status gizi yang kurang akan
kembangan anak meliputi perkemba- menghambat laju perkembangan yang
ngan fisik, kognitif, emosi, bahasa, dialami individu, akibatnya proporsi
motorik (kasar dan halus), personal struktur tubuh menjadi tidak sesuai
sosial, dan adaptasi. dengan usianya yang pada akhirnya
Perkembangan anak adalah se- semua itu akan berimplikasi pada
gala perubahan yang terjadi pada anak, perkembangan aspek lain.
dilihat dari berbagai aspek, antara lain Menurut Anwar (2000), zat-zat
aspek motorik, emosi, kognitif, dan psi- gizi yang dikonsumsi batita akan ber-
kososial (bagaimana anak berinteraksi pengaruh pada status gizi batita. Per-
dengan lingkungannya). Salah satu bedaan status gizi balita memiliki
perkembangan batita adalah perkem- pengaruh yang berbeda pada setiap
bangan motorik, secara umum perkem- perkembangan anak, dimana jika gizi
bangan motorik dibagi menjadi dua yang dikonsumsi tidak terpenuhi de-
yaitu motorik kasar dan motorik halus. ngan baik maka perkembangan balita
Motorik kasar adalah bagian dari akti- akan terhambat. Apabila balita menga-
vitas motor yang melibatkan keteram- lami kekurangan gizi akan berdampak

158 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 5, No. 2, Desember 2012: 157 - 164
pada keterbatasan pertumbuhan, ren- terdapat 23% berstatus gizi kurang. Hal
tan terhadap infeksi, peradangan kulit ini menunjukkan bahwa kasus gizi ku-
dan akhirnya dapat menghambat per- rang pada anak balita di Kota Surakarta
kembangan anak meliputi kognitif, masih menjadi masalah yang perlu
motorik, bahasa, dan keterampilannya mendapat perhatian dan penanganan
dibandingkan dengan batita yang me- yang serius (Dinkes Kabupaten Kota
miliki status gizi baik. Surakarta, tahun 2010). Hal tersebut
Penelitian oleh Proboningsih yang melatarbelakangi penulis untuk
(2004) menunjukkan bahwa pada anak meneliti hubungan status gizi dengan
usia 12 - 18 bulan di puskesmas wila- perkembangan motorik kasar.
yah Sidoarjo kelompok status gizi baik
terdapat 78.6% memiliki perkemba- METODE PENELITIAN
ngan normal dan 21,4% perkembangan
yang terhambat. Sedangkan pada ke- Jenis penelitian ini merupakan
lompok gizi kurang terdapat 53,6% penelitian deskriptif analitik dengan
memiliki perkembangan normal dan pendekatan cross sectional. Tempat
46,4% perkembangan yang terhambat. penelitian dilakukan di Posyandu
Hal ini menunjukkan bahwa status gizi Buah Hati Kelurahan Ketelan Kecama-
normal dan status gizi kurang memiliki tan Banjarsari Kota Surakarta. Sampel
perbedaan perkembangan (motorik yang digunakan adalah sebesar 40 anak
kasar, motorik halus, bahasa, dan ke- balita dengan kriteria inklusi yaitu
pribadian). Penelitian lain yang dilaku- anak usia 1 – 5 tahun yang bertempat
kan oleh Schmidt, et al (2004) mem- tinggal tetap di Kelurahan Ketelan Ke-
buktikan bahwa pemberian nutrisi camatan Banjarsari Kota Surakarta,
penting untuk perkembangan anak. orang tuanya bersedia menjadi res-
Wanita hamil yang diberikan vitamin ponden, yang tidak sakit atau tidak se-
A dan zat besi setelah anaknya lahir dang terinfeksi suatu penyakit kronis
menunjukkan adanya perbedaan per- (Diare, TBC, DB, Malaria, Campak,
kembangan motorik yang signifikan. Polio, DPT). Kriteria ini dapat dike-
Artinya nutrisi sangat penting bagi per- tahui melalui pertanyaan penyaring
kembangan motorik kasar anak. pada saat yang bersamaan dengan pe-
Berdasarkan data Puskesmas Se- ngambilan data dengan kuesioner.
tabelan, tahun 2010 dari jumlah balita Penentuan sampel dengan cara acak
sebanyak 892 anak, terjadi kasus gizi sederhana. Sedangkan kriteria eksklusi
kurang sebanyak 35 kasus (3,92%). Data yang ditetapkan yaitu anak usia 1 – 5
yang diperoleh dari Puskesmas Setabe- tahun yang pada saat penelitian ber-
lan di Posyandu Buah Hati Kelurahan langsung responden pindah rumah.
Ketelan tahun 2010 dari 52 anak balita,

Hubungan antara Status Gizi dengan Perkembangan ... (Desmika Wantika Sari, dkk.) 159
Data yang dikumpulkan yaitu HASIL DAN PEMBAHASAN
data kualitatif berupa tingkat pen- A. Karakteristik Responden
didikan, pekerjaan, dan jumlah anggota
Karakteristik responden pe-
keluarga. Sedangkan data kuantitatif
nelitian ini meliputi tingkat pen-
yaitu tinggi, berat badan, umur, dan
didikan ibu yaitu pendidikan dasar
skor perkembangan motorik kasar dari
(SD dan SMP), dan Pendidikan lanjut
anak. Cara pengumpulan data melalui
(SMA dan perguruan tinggi), dan
observasi dan wawancara. Data status
Status pekerjaan. Distribusi tingkat
gizi di peroleh dengan pengukuran
pendidikan dan pekerjaan ditam-
berat badan (BB) dan tinggi badan (TB)
pilkan dalam tabel 1.
menggunakan alat timbangan dan
mikrotoa yang dilakukan oleh peneliti.
Tabel 1
Pengukuran status gizi dengan indeks
Distribusi Responden Menurut
BB/TB di kategorikan normal jika -2 s/
Pendidikan dan Pekerjaan Ibu
d +2 SD, kurus -3 s/d <-2 SD, sangat
kurus <-3SD, gemuk >+2 SD. Data per- Variabel Frekuensi Persentase
(%)
kembangan motorik kasar di peroleh
Pendidikan
dengan tabel kuesioner pengukuran Dasar 7 17,5
Denver II yang dinilai oleh psikolog. Lanjut 33 82,5
Pengukuran Perkembangan motorik Pekerjaan
kasar ini dengan menetapkan umur IRT 23 57,5

kronologis anak, menarik garis ber- Pedagang 10 25


Buruh 7 17,5
dasarkan umur kronologis yang me-
motong garis horisontal tugas per-
Tabel 1 menunjukkan bahwa
Denver II.
sebagian besar responden yang ber-
k e m b a n g a n p a d a f o r m u l i r

Klasifikasi hasil test Denver II yaitu


pendidikan dasar semuanya SMP
Abnormal bila didapatkan 2 atau lebih
dan tidak ada yang SD yaitu sebesar
keterlambatan pada 2 sektorl atau lebih,
17,5%, dan responden yang ber-
Meragukan bila didapatkan 1 keter-
pendidikan lanjut semuanya SMA
lambatan pada sektor, tidak dapat di
tidak ada yang Perguruan tinggi
test bila terjadi penolakan yang menye-
yaitu sebesar 82,5%.
babkan hasil tes menjadi Abnormal
Karakteristik responden menu-
atau meragukan, dan Normal bila se-
rut pekerjaan ibu yang paling ba-
mua yang tidak tercantum dalam kri-
nyak sebagai ibu rumah tangga
teria di atas. Teknik analisis data dalam
(IRT) yaitu 57,5%, sedangkan ibu
penelitian ini menggunakan analisis
yang bekerja sebagai peagang se-
korelasi non parametric, yaitu Fisher Exact
banyak 25%, dan ibu bekerja sebagai
.
buruh sebanyak 17,5%.

160 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 5, No. 2, Desember 2012: 157 - 164
B. Karakteristik Sampel subjek yang tidak normal yaitu 2
Karakteristik sampel penelitian balita dengan perkembangan me-
meliputi jenis kelamin dan Status ragukan dan 4 balita dengan per-
gizi. Distribusi sampel menurut jenis kembangan tidak dapat ditest. Anak
kelamin dan perkembangan motorik yang mendapat stimulasi yang ter-
kasar ditampilkan dalam tabel 2. arah yang terarah dan teratur dari
orang tua maupun pendidiknya
Tabel 2 akan lebih cepat berkembang di-
Distribusi sampel menurut Jenis bandingkan dengan anak yang
kelamin dan status gizi kurang/tidak mendapat stimulasi.i
Soetjiningsih (1995). Menurut pada
Variabel Frekuensi Persentase hasil interpretasi Denver II yang
(%)
Jenis kelamin meragukan dan tidak dapat di tes,
laki-laki 19 47,5 seharusnya dilakukan tes ulangan 2
Perempuan 21 52,5 minggu berikutnya untuk meng-
Status gizi hilangkan faktor-faktor sesaat, seper-
Normal 67,5 ti rasa takut, sakit, atau kelelahan.
27
Kurus 6 15 Namun karena keterbatasan waktu
Gemuk 7 17,5 dalam penelitian ini, peneliti tidak
Perkembangan melakukan tes ulangan 2 minggu
motorik kasar
berikutnya.
Normal 34 85,0
Meragukan 2 5 C. Hubungan Status Gizi dengan
Tidak dapat di 4 10
Perkembangan Motorik Kasar
test
Balita

Tabel 2 menunjukkan bahwa Status gizi merupakan salah


sebagian sampel penelitian adalah satu faktor yang mempengaruhi per-
perempuan dengan jumlah 52,5%, kembangan motorik kasar anak,
sampel sebagian besar masuk dalam berikut adalah hasil penelitian hu-
status gizi normal yaitu 67,5% dan bungan antara status gizi dengan
sebagian besar sampel memilki per- perkembangan motorik kasar ballita
kembangan motorik kasar kategori dengan ditampilkan dalam tabel 3.
normal sebanyak 85%, namun ada 6

Hubungan antara Status Gizi dengan Perkembangan ... (Desmika Wantika Sari, dkk.) 161
Tabel 3
Hubungan status gizi dengan perkembangan motorik kasar balita
Perkembangan motorik kasar
Jumlah
Status Gizi Normal Tidak normal
N % N % N %
Normal 24 88,9 3 11,1 27 100
Tidak normal 10 76,9 3 23,1 13 100

Berdasarkan tabel 3 menun- Menurut Soetjiningsih (1995)


jukkan bahwa dari 27 balita, balita pendidikan orang tua sangat pen-
yang berstatus gizi normal dan per- ting dalam tumbuh kembang anak.
kembangan motorik kasar normal Karena dengan pendidikan yang
terdapat 24 balita yaitu 88,9%. Se- baik, maka orang tua dapat mene-
banyak 13 balita yang berstatus gizi rima segala informasi dari luar ter-
tidak normal dan perkembangan utama tentang cara pengasuhan anak
motorik kasar tidak normal yaitu yang baik. Data yang diperoleh saat
23,1%. Hasil uji hipotesis dengan penelitian masih banyak orang tua
fisher exact penelitian menunjukkan balita yang pendidikannya hanya
bahwa p = 0,370, sehingga kesim- sampai dijenjang sekolah menengah
pulan dari penelitian ini adalah atas (SMA) saja, hal ini termasuk
tidak ada hubungan yang signifikan salah satu faktor yang berpengaruh
antara status gizi dengan perkem- pada hasil penelitan perkembangan
bangan motorik kasar anak usia 1 – motorik kasar balita.
5 tahun di Posyandu Buah Hati Ke- Penelitian oleh Wulandari
lurahan Ketelan Kecamatan Banjar- (2009) yang meneliti mengenai hu-
sari Kota Surakarta. Data yang di- bungan status gizi dengan perkem-
peroleh bahwa banyak balita yang bangan motorik kasar dan motorik
ditinggal oleh orang tuanya saat be- halus anak usia 3-5 tahun di play
kerja, sehingga masih kurang dalam group traju mas Purworejo. Hasil
perhatian untuk stimulasi perkem- penelitian menunjukkan tidak ada
bangan motorik kasar tersebut. hubungan antara hubungan status
Faktor stimulasi memegang peranan gizi dengan perkembangan motorik
penting dalam tumbuh kembang kasar dan motorik halus anak usia
anak. Anak yang mendapat stimulasi 3-5 tahun di Play Group Traju Mas
terarah dan teratur akan lebih cepat Purworejo.
berkembang dibandingkan dengan Hasil penelitian ini berbeda
anak yang tidak/kurang mendapat- dengan penelitian yang dilakukan
kan stimulasi. (Soetjingsih, 1995) Fitriana dan Maria (2006) dengan

162 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 5, No. 2, Desember 2012: 157 - 164
hasil penelitian menunjukkan ada Penelitian yang dilakukan oleh
hubungan yang bermakna antara Brown dan pollit (1996) bahwa
pertumbuhan dan perkembangan kekurangan gizi di awal kehidupan
motorik anak pengungsi korban manusia tidak memberikan dampak
gempa dan tsunami. langsung terhadap perkembangan
Menurut Tedjasaputra (2003), manusia dikemudian hari karena
faktor kebutuhan stimulasi atau ada beberapa faktor lain yang ber-
rangsangan terhadap anak untuk peran seperti keadaan lingkungan,
memperkenalkan suatu pengeta- sosial ekonomi, keadaan kesehatan,
huan ataupun keterampilan baru dan yang terpenting stimulasi.
ternyata sangat penting dalam pe-
ningkatan kecerdasan anak. Stimu- KESIMPULAN DAN SARAN
lasi pada anak dapat dimulai sejak
A. Kesimpulan
calon bayii berwujud janin, sebab
Berdasarkan hasil penelitian dan
janin bukan merupakan makhluk
pembahasan pada bab sebelumnya, pe-
yang pasif. Berdasarkan dari bentuk
neliti mengambil kesimpulan berupa
kecerdasan yang perlu dikembang-
1. Status gizi balita yang normal se-
kan, mengharuskan stimulasi yang
banyak 67,5% dan yang tidak normal
beragam pula. Salah satu yang uta-
sebanyak 32,5%
ma stimulasi motorik, alasannya
2. Perkembangan motorik balita de-
perkembangan motorik anak usia
ngan kategori normal sebanyak 85,%
balita sangat pesat, terutama motorik
kategori tidak normal sebanyak 15%.
kasar. Perkembangan motorik kasar
3. Tidak ada hubungan antara status
diusia balita terkait erat dengan per-
gizi dengan perkembangan motorik
kembangan fisik dan rasa percaya
kasar anak usia 1 - 5 tahun di Pos-
diri. Apabila pada usia tertentu anak
yandu Buah Hati Kelurahan Ketelan
belum bisa melakukan motorik
Kecamatan Banjarsari Kota Sura-
kasar, maka anak telah mengalami
karta dengan p = 0,370.
keterlambatan.
Faktor stimulasi memegang pe-
ranan penting dalam tumbuh kem- B. Saran
bang anak. Anak yang mendapat 1. Masih ada status gizi balita yang
stimulasi terarah dan teratur akan kurus dan gemuk sehingga bagi
lebih cepat berkembang dibanding- orang tua balita untuk lebih mem-
kan dengan anak yang tidak/kurang perhatikan asupan makanan yang
mendapatkan stimulasi.(Soetjingsih, mempengaruhi status gizi.
1995) 2. Masih ada perkembangan motorik
balita yang meragukan, sehingga

Hubungan antara Status Gizi dengan Perkembangan ... (Desmika Wantika Sari, dkk.) 163
perlu diadakan penyuluhan hubu- diberikan kepada masyarakat yang
ngan antara status gizi dengan per- dilakukan oleh pihak puskesmas
kembangan motorik kasar balita atau kader posyandu Buah Hati.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, H., M., 2000, Peranan Gizi dan Pola Asuh dalam Meningkat Kualitas Tumbuh
Kembang Anak, Makalah disajikan dalam Seminar Sehari, DepKes, Jakarta,
4 November 2000

Brown, J., Larry & Pollit, Erresto, 1996, Malnutrition,Proverty, And Intellectual
Developmet, British Journal of Nutrition.

Dinkes Kota Surakarta, 2010, Data Status Gizi Balita, Surakarta.

Fitriana, Yudha dan Maria, 2006, Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Pengunsi
Korban Gempa dan Tsunami 2006, Journal Sport & Sains.

Mahendra, Agus dan Saputra, Yudha M, 2006, Perkembangan dan Belajar Motorik,
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional: Universitas Terbuka

Proboningsih, J., 2004, Perbedaan Perkembangan (Motorik Kasar, Motorik Halus,


Bahasa, dan Kepribadian) Pada Anak Usia 12 – 18 Bulan Antara Status Gizi
Kurang dan Status Gizi Normal. Digilid Unair. http://digilib.unair.ac. id/
go.php?id (akses 1 Juli 2006)

Schmidt, Marjanka K., Muslimatun, Siti., West, Clive E., Schultink, Werner, and
Hautvast, Joseph G., 2004, Mental and Psychomotor Development in
Indonesian Infants of Mothers Supplemented with Vitamin A in Addition
to Iron During Pregnancy, British Journal of Nutrition (2004), 91, 279–285

Soetjiningsih, 1995, Tumbuh Kembang Anak, Jakarta, EGC

Sutarta, 2008, Pangan, Gizi, dan Pertanian, Jakarta: UI Press

Tedjasaputra, M., 2003, Perkembangan Anak Usia Dini, Jakarta.

Wulandari M., 2010, Hubungan Status Gizi Dengan Perkembangan Motorik Kasar
dan Motorik Halus Anak Usia 3-5 tahun di Play Group Traju Mas
Purworejo: KTI

164 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 5, No. 2, Desember 2012: 157 - 164

You might also like